BAB 7 ANALISIS ANDONGAN JARINGAN DISTRIBUSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

FISIKA. Sesi GELOMBANG BERJALAN DAN STASIONER A. GELOMBANG BERJALAN

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI

Ditanya : v =? Jawab : v =

λ = = 1.grafik simpangan waktu dan grafik simpangan-posisi ditunjukan pada gambar dibawah ini.

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

BAB IV PROSES PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

LAMPIRAN I (Preliminary Gording)

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang adalah 4 sekon.

Pembahasan soal latihan dari buku fisika 3A Bab 1 untuk SMA, karangan Mikrajuddin Abdullah. 1. perhatikan gambar gelombang pada disamping.

No Kode :../Profesional/ / /2018

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit

BAB GEJALA GELOMBANG

CAHYA PUTRI KHINANTI Page 3

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

5.4.1 Momen akibat pengangkatan satu titik

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Pertemuan XIV IX. Kolom

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

SOAL DINAMIKA ROTASI

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

Getaran, Gelombang dan Bunyi

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

Perhitungan Struktur Bab IV

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1986 Matematika

ANALISIS PERHITUNGAN JARAK ANTAR KAWAT DAN CLEARANCE SALURAN TRANSMISI UDARA

FIsika USAHA DAN ENERGI

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

DAFTAR PUSTAKA. Analisis Harga Satuan Pekerjaan Kota Bandung. Dinas Tata Kota Propinsi Jawa Barat

BAB IV ANALISIS A1=1.655 L2=10. Gambar 4.1 Struktur 1/2 rangka atap dengan 3 buah kuda-kuda

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

Unit 4 KONSEP DASAR TRIGONOMETRI. R. Edy Ambar Roostanto. Pendahuluan

Transkripsi:

BAB 7 ANALISIS ANDONGAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pengertian Andongan Jaringan Andongan (sag) merupakan jarak lenturan dari suatu bentangan kawat penghantar antara dua tiang penyangga jaringan atau lebih, yang diperhitungkan berdasarkan garis lurus (horizontal) kedua tiang tersebut. Besarnya lenturan kawat penghantar tersebut tergantung pada berat dan panjang kawat penghantar atau panjang gawang (span). Berat kawat akan menimbulkan tegangan terik pada kawat penghantar, yang akan mempengaruhi besarnya andongan tersebut. Gambar 69. Bentuk andongan jaringan distribusi B. Metode Pengukuran & Pengecekan Andongan Jaringan Pengecekan andongan dari suatu jaringan merupakan pekerjaan akhir setelah pemasangan kawat penghantar dan peralatannya. Pengecekan andongan kawat penghantar ini dilakukan agar kekuatan lentur kawat penghantar pada tiang penyangga jaringan sesuai dengan standar yang diperkenankan. Ada beberapa metode atau cara untuk mengukur dan mengecek lebar andongan (sag) dari suatu jaringan, yaitu : 1. Metode Penglihatan (Sigth). Metode pengelihatan ini dapat dilakakan dengan jalan menaiki tiang akhir (deadend pole) untuk wilayah jaringan lurus (tangent). Dari tiang akhir kita dapat melihat bentangan jaringan, dengan berpedoman pada ujung atas tiang satu dengan yang lain sebagai garis pelurus. Bila 91

bentangan jaringan panjangnya lebih 500 m, kita dapat melakukannya dengan menggunakan teropong.. Metode Papan Bidik Metode ini menggunkan papan bidik berbentuk T dan papan target bidikan. Papan bidik berbentuk T disangkutkan pada ujung tiang sesuai dengan ukuran andongan yang telah ditetapkan sesuai standar. Sedangkan papan target disangkutkan pada ujung tiang berikutnya, sesuai dengan ukuran andongan yang telah ditetapkan sesuai standar. Selanjutnya petugas memanjat tiang pertama yang terdapat papan bidik bentuk T untuk membidik atau mengincar papan target yang ada pada tiang kedua. Apabila kawat penghantar melebihi target yang dibidik berarti kawat penghantar masih kendor dan perlu ditarik lagi sehingga tepat pada sasaran (bidikan). Begitu sebaliknya jika kawat penghantar kurang dari taget bidikan, berarti tarikan kawat penghantar terlalu kencang dan perlu dikendorkan sehingga tepat pada sasaran (bidikan). Gambar 70 Cara mengecekkan andongan dengan metode papan bidik Gambar 71 Bentuk papan bidik berbentuk T Gambar 7 Bentuk papan target bidikan 9

3. Metode Dynamometer Metode ini menggunakan alat dynamometer dan tabel andongan Martin. Gambar 73 Pengecekan andongan dengan metode dynamometer Gambar 74 Alat ukur dynamometer Gambar 75 Pemasangan dynamometer pada tiang penyangga Gambar 76 Posisi dynamometer dari depan 93

Gambar 77 Posisi dynamometer dari belakang 4. Metode Panjang Gawang (Span) Metode ini menggunakan panjang gawang (span) sebagai ukuran andongan. Sebagai standar ditetapkan andongan maksimum untuk gawang selebar 40 meter lebih kurang besarnya andongan 30 cm. Pertambahan besar andongan untuk gawang yang lebih panjang dapat ditentukan dengan menggunakan persamaa sebagai berikut. L S = 0,3 (1) 40 Dimana : S = andongan (sag) jaringan, dalam satuan meter L = panjang gawang (span) kedua tiang, dalam satuan meter Berdasarkan rumus diatas maka besarnya andongan untuk setiap lebar gawang, dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. 5. Metode Gelombang Balik atau Metode Pulsa Metode ini dikaukan dengan jalan menepuk kawat penghantar dengan tangan, sehingga akan timbul gelombang dan merambat sepanjang bentangan kawat jaringan. Gerakan gelombang ini akan berlanjut sampai gelombang teredam sendiri. Waktu yang dibutuhkan bagi gelombang yang merambat ke tiang lainnya dan kembali lagi merupakan suatu fungsi lenturan kawat penghantar pada bentangannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mengukur gelombang balik ini biasanya 3 atau 4 gelombang balik, yang diukur menggunakan stop-watch. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengukuran hendaknya diulang sebanyak 3 kali pengecekan sehingga didapatkan hasil yang sama. Untuk meredam gelombang balik pada saat akan melakukan pengecekan berikutnya, kawat penghantar jaringan ditahan dengan tangan sehingga gelombang balik itu hilang (diam). Formula yang digunakan untuk menghitung andongan dengan metode gelombang balik (return wave method), yaitu : 94

S = 30,66 (T / N) () (Sumber PLN Exp. X) Dimana : S = sag (andongan) dalam cm. T = waktu yang dibutuhkan untuk 3 atau 4 gelombang balik (detik). N = jumlah gelombang balik (biasanya ditetapkan untuk 3 atau 4 gelombang balik). Formula lain yang tidak beda hasilnya dapat dilihat pada rumus berikut ini. S = 306,7 (T / N) dalam mm (3) (Sumber : Pabla, h.193) S = 0,3065 T dalam meter (4) (Sumber : Hutauruk, h.161) C. Andongan dan Panjang Gawang Pada tanah datar dan pada daerah yang berpenduduk padat, panjang span (jarak antar tiang) dan tinggi tiang jaringan distribusi ditetapkan sebagai berikut. Tabel 10. Ukuran Tinggi Tiang dan Panjang Gawang Tinggi Tiang Jaringan Panjang gawang 11 meter 40 65 meter 1 meter 65 90 meter 13 meter 90 110 meter Sumber : PLN Exploitasi X Semarang Jawa Tengah. Tabel 11. Ukuran Tinggi Menara dan Panjang Gawang Saluran Tegangan (kv) Tinggi Tiang (m) Panjang Gawang (m) SUTR 1 kv 9 1 m 40 80 m SUTM 6 30 kv 10 0 m 60 150 m Sumber : AVE D.10 95

D. Perhitungan Andongan Simetris Bentuk andongan simetris dapat dilihat pada gamber 74 di bawah ini. Gambar 78 Andongan pada daerah mendatar X X W Gambar 79 Bentuk andongan simetris 1. Besarnya andongan pada tiang simetris : S = W C 8.T (L) o (5) Dimana : S = besarnya andongan (sag), dalam satuan meter W c = berat beban kawat penghantar (weight of conductor), dalam satuan kg (kilogram) L = panjang gawang (span), dalam satuan meter T o = tegangan tarik maksimum kawat penghantar yang diperkenan kan (allowable maximum tension), dalam satuan kg (kilogram) 96

. Tegangan tarik maksimum kawat penghantar σ B T o = fs (6) σ B = τb. Ac (7) T o = f s = τ τ B B.A f S.A T O C C Dimana : T o = tegangan tarik maksimum (allawable maximum tension), dalam satuan kg. σ B = kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) kawat penghantar, dalam satuan kg/m. τ B = tegangan patah (breaking stress) kawat penghantar, dalam satuan kg/m. A c = luas penampang (cross-sectional area of conductor) kawat penghantar, dalam satuan meter (m ). f s = faktor keselamatan/keamanan (factor of safety). 3. Beban Pada Kawat Penghantar a. Berat kawat penghantar W c = B c.a c (10) (8) (9) W c = ρ. A c (11) d c = 4.A c π (1) Dimana : W c = berat kawat penghantar (kg) B c = kerapatan bahan kawat penghantar (kg/m ). 97

A c = luas penampang kawat penghantar (m ) ρ = berat jenis bahan kawat penghantar (specific grafity of material), d c = diameter kawat penghantar (m) b. Tekanan angin pada kawat penghantar W w = P w. A w (13) W w = P w. A c (14) π.d C A c = 4 Luas penampang total (luas kawat dan luas lapisan es) (15) A ci = 4 π ( dc + r ) (16) Beban tekanan angin total (kawat penghantar tertutup oleh salju di permukaannya ) π W w = P w ( dc + r ) 4 (17) Dimana : W w = besarnya beban tekanan angin, (kg) P w = besarnya tekanan angin (kg/m ) A w = luas daerah perencanaan lokasi jaringan A c = luas penampang kawat penghantar (m ) A ci = luas penampang total (kawat dan lapisan salju), (m ) r = ketebalan lapisan salju pada kawat penghantar (m) c. Beban salju pada kawat penghantar W i = B i. A i (18) π A ci = ( dc + r ) 4 A i = π.r ( d c + r ) π.d C A c = 4 98

W i = B i { π. r ( d c + r ) } (19) Dimana : W i = berat beban salju pada kawat penghantar, dalam satuan kg. B i = nilai kerapatan bahan lapisan salju per meter panjang, dalam satuan kg/m. A i = luas penampang lapisan salju di permukaan kawat penghantar, dalam satuan m. A ci = luas penampang total (kawat penghantar dan lapisan salju), dalam satuan m. A c = luas penampng kawat penghantar tanpa dilu-muri salju, dalam satuan m. d c = diameter kawat penghantar (m) r = ketebalan lapisan salju (m) d. Beban maksimum kawat penghantar Jika hanya ada tekanan angin yang menimpa kawat penghantar, maka beban maksimum dicari dengan rumus sebagai berikut. Wr = ( W ) + (W (0) C W ) Saat terjadi tekanan angin dan beban salju yang menyelimuti kawat penghantar, maka beban maksimum dicari dengan rumus sebagai berikut. W = + (1) r (Wc + W i ) (Ww ) Rumus diatas berdasarkan penjumlahan vektor dari masingmasing beban yang menimpa kawat penghantar jaringan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 80 di bawah ini. θ Gambar 80. Penjumlahan beban kawat penghantar secara vektor 99

Dimana : W r = beban total (resultante loading), dalam satuan kg W c = berat kawat penghantar (weight of conductor), dalam satuan kg. W i = berat beban salju (weight of ice coating), dalam satuan kg. W w = beban tekanan angin (wind pressure), dalam satuan kg. E. Perhitungan Andongan Tak Simetris Andongan tak simetris ini terjadi karena posisi tiang penyangga jaringan distribusi terletak tidak di daerah mandatar, dalam arti jaringan distribusi melintasi beberapa wilayah, seperti melintasi daerah rawa, melintasi perbukitan, melintasi sungai, dan melintasi lembah yang bersungai. Jika melihat kondisi wilayah yang dilintasi oleh jaringan distribusi tersebut, ada delapan bentuk andongan jaringan distribusi, yaitu : 1. Andongan Horizontal a. Andongan Horizontal Mendatar b. Andongan Horizontal Melintasi Sungai Dengan Beda Tinggi c. Andongan Horizontal Melintasi Perbukitan d. Andongan Horizontal Melintasi Lembah Bersungai. Andongan Vertikal a. Andongan Vertikal Mendatar b. Andongan Vertikal Melintasi Sungai Dengan Beda Tinggi c. Andongan Vertikal Melintasi Perbukitan d. Andongan Vertikal Melintasi Lembah Bersungai. Lebih jelasnya bentuk andongan tak simetris ini dapat kita kupas pembahasannya satu persatu berikut ini. 1. Andongan Horizontal Mendatar Bentuk andongan horizontal mendatar ini dapat dilihat pada gambar 81 di bawah ini. a. Besarnya andongan Dari gambar 81 di bawah ini, ada 4 andongan yang harus dihitung, yaitu andongan horizontal terendah (S 1 ), andongan horizontal tertinggi (S ), andongan dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan simetris (S simetris ). Andongan horizontal terendah (S 1 ) terletak pada sisi AO dengan jarak x 1, dihitung dengan menggunakan rumus : 100

W(x ) 1 S 1 = ().To Gambar 81. Bentuk andongan horizontal mendatar Sedangkan andongan horizontal tertinggi (S ) yang terletak pada sisi BO dengan jarak x, besarnya andongan dihitung dengan mengunakan rumus : W(x ) S = (3).To Pada andongan dipertengan kawat penghantar (S mid ) yang terletak pada sisi PO dengan jarak x, besarnya andongan diperhitungkan dengan menggunakan rumus : W(x) S mid = (4).To Andongan simetris (S simetris ) merupakan jarak lenturan yang terjadi pada puncak kedua tiang penyangga dengan jarak AB, yang dihitung dengan menggunakan rumus : W(AB) S simetris = (5) 8.To Dimana : S = besarnya andongan (sag), dalam satuan meter W c = berat beban kawat penghantar (weight of conductor), dalam satuan kg (kilogram) L = panjang gawang (span), dalam satuan meter 101

T o AB x 1 x x = tegangan tarik maksimum kawat penghantar yang diperkenankan (allowable maximum tension), dalam satuan kg (kilogram) = jarak antara sisi AB, dalam satuan meter = jarak antara sisi AO diperhitungkan secara mendatar dari tiang pertama ke titik O, dalam satuan meter = jarak antara sisi OB yang diperhitungkan secara mendatar dari tiang kedua (t ) ke titik O, dalam satuan meter. = jarak antgara sisi OP yang diperhitungkan secara mendatar dari titik O ke titi P (titik pertengahan kawat penghantar), dalam satuan meter. b. Besarnya nilai h, x 1, x, x, dan AB h = t t 1 = S S 1 (6) x + x 1 = L (7) atau x = L x 1 (8) L x = x1 (9) AB + = L h (30) c. Besarnya nilai x 1 dan x. Dari persamaan (3) dan () diperoleh persamaan : W(L x1) W.(x1) S S 1 =.To.To atau W(L x1) W(x1) h = (31).To Dimana diketahui S S 1 = h (3).T o.h = W.L + W (x 1 ).W.L.x 1 W (x 1 ).T o.h = W.L.W.L.x 1 atau.w.l.x 1 = W.L.T o.h W.L.TO.h W.L.TO.h x1 = =.W.L.W.L.W.L Dengan demikian besarnya x 1 adalah : L T x 1 = o.h (33) W. L Dengan cara yang sama kita cari nilai x. 10

x 1 = L x W(x1) S 1 =.T S S 1 = h = W(x O W(x ).T W(L x ) =.T O O W(L x ).T O ) (WL + W(x ).T O W (x ) WL W(x ) + h =.TO.T o.h =.W.L.x W.L. WLx WLx.W.L.x =.T o.h W.L..TO.h + W.L x =.W.L.TO.h W.L x = +.W.L.W.L L T x = + o.h (34) W. L d. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dapat digunakan rumus (35), sedang untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus (36) di bawah ini. h 1 = t 1 S 1 (35) h = h 1 + S mid (36). Andongan Horizontal Melintasi Sungai Dengan Ketinggian Berbeda Bentuk andongan horizontal melintasi sungai dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 8 di bawah ini. a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan horizontal terendah (S 1 ), andongan horizontal tertinggi (S ), andongan horizontal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan horizontal simetris (S simetris ) dari bentuk andongan horizontal diatas dapat digunakan rumus (), (3), (4), dan (5). b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h 103

Untuk menentukan panjang x 1, x, x, AB dapat digunakan rumus (33), (34), (9), dan (30). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus sbb. : h + t 1 = t + EC (37) L h S S 1 t 1 D A X 1 O S simetris P h 1 X h F G S mid E C t Gambar 8. Andongan Horizontal Melintasi Sungai Dengan Ketinggian Berbeda X Dimana : EC = L tan ϕ (38) c. Besarnya nilai x 1 dan x. Untuk menentukan nilai x 1 dan x dapat digunakan persamaan (33) dan (34) diatas. d. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dapat digunakan rumus (35), sedang untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus (36). 3. Andongan Horizontal Melintasi Perbukitan Bentuk andongan horizontal melintasi perbulitan dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 78 di bawah ini. a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan horizontal terendah (S 1 ), andongan horizontal tertinggi (S ), andongan horizontal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan horizontal 104

simetris (S simetris ) dari bentuk andongan horizontal diatas dapat digunakan rumus (), (3), (4), dan (5). Gambar 83. Andongan Horizontal Melintasi Perbukitan Dengan Ketinggian Berbeda b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h Untuk menentukan panjang x 1, x, x, AB dapat digunakan rumus (33), (34), (9), dan (30). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus (6) dan (31). Perhitungan kemiringan kedua tiang dapat dihitung : EC y sin ϕ = = (39) DE r DC x cos ϕ = = DE r EC y tan ϕ = = DC x (40) (41) c. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dan untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus sebagai berikut : h 1 = t 1 S 1 FG (4) h = t 1 S 1 HI + S mid (43) FG = x 1 tan ϕ (44) 105

HI = (x 1 + x) tan ϕ (45) 4. Andongan Horizontal Melintasi Lembah Bersungai Bentuk andongan horizontal melintasi lembah bersungai dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 81 di bawah ini. Gambar 84. Kondisi andongan diatas lembah bersungai Gambar 85. Andongan Horizontal Melintasi Lembah Bersungai Dengan Ketinggian Berbeda a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan horizontal terendah (S 1 ), andongan horizontal tertinggi (S ), andongan horizontal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan horizontal simetris (S simetris ) dari bentuk andongan horizontal diatas dapat digunakan rumus (), (3), (4), dan (5). 106

b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h Untuk menentukan panjang x 1, x, x, AB dapat digunakan rumus (33), (34), (9), dan (30). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus (6) dan (31). c. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dapat digunakan rumus (53), sedang untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus (54). Dari gambar 6 diperoleh persamaan : h 1 = t 1 S 1 + GH (46) h = t 1 S 1 + FL + S mid (47) Dimana GH = x tanϕ (48) FL = DI = IK tan ϕ (49) 5. Andongan Vertikal Mendatar Bentuk andongan vertikal mendatar ini dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini. Gambar 87. Bentuk andongan vertikal mendatar a. Besarnya andongan Dari gambar 8 di atas, ada 4 andongan yang harus dihitung, yaitu andongan vertikal terendah (S 1 ), andongan vertikal tertinggi 107

(S ), andongan dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan simetris (S simetris ). Andongan vertikal terendah (S 1 ) terletak pada sisi AO dengan jarak x 1, dihitung dengan menggunakan rumus : W(x1) S 1 = (50).To Sedangkan andongan vertikal tertinggi (S ) yang terletak pada sisi BO dengan jarak x, besarnya andongan dihitung dengan mengunakan rumus : W(x ) S = (51).To Pada andongan dipertengan kawat penghantar (S mid ) yang terletak pada sisi PO dengan jarak x, besarnya andongan diperhitungkan dengan menggunakan rumus : W(x) S mid = (5).To Andongan simetris (S simetris ) merupakan jarak lenturan yang terjadi pada puncak kedua tiang penyangga dengan jarak AB, yang dihitung dengan menggunakan rumus : W(AB) S simetris = (53) 8.To Dimana : S = besarnya andongan (sag), dalam satuan meter W c = berat beban kawat penghantar (weight of conductor), dalam satuan kg (kilogram) L = panjang gawang (span), dalam satuan meter T o = tegangan tarik maksimum kawat penghantar yang diperkenankan (allowable maximum tension), dalam satuan kg (kilogram) AB = jarak antara sisi AB, dalam satuan meter x 1 = jarak antara sisi AO diperhitungkan secara mendatar dari tiang pertama ke titik O, dalam satuan meter x = jarak antara sisi OB yang diperhitungkan secara mendatar dari tiang kedua (t ) ke titik O, dalam satuan meter. x = jarak antara sisi OP yang diperhitungkan secara mendatar dari titik O ke titi P (titik pertengahan kawat penghantar), dalam satuan meter. 108

b. Besarnya nilai h, x 1, x, x, dan AB h = t t 1 = S S 1 (54) L = x x 1 (55) Atau x = L + x 1 (56) L x = + x1 (57) AB + = L h (58) c. Besarnya nilai x 1 dan x. Dari persamaan (57) dan (58) diperoleh persamaan : W(x ) W(x1) S S 1 =.To.TO Diketahui dari persamaan (60) bahwa x = L + x 1. sehingga : W(L + x1) W(x1) S S 1 = (59).To.To Diketahui dari persamaan (7) bahwa : S S 1 = h Apabila kita subtitusikan ke persamaan (66) akan menjadi : W(L + x1) W(x1) h = (60).To.T o.h = WL + W(x 1 ) +.W.L.x 1 W(x 1 )..T o.h = W.L +.W.L.x 1..W.L.x 1 = W.L.T o.h..to.h W.L x1 =.W.L.TO.h W.L x1 =.W.L.W.L TO.h L x1 = (61) W.L Dengan cara yang sama kita cari harga x dimana diketahui besarnya x 1 adalah : x = L + x 1 109

W(x ) S S 1 =.T O W(x L).T W(x ) W(x L) h =.TO.T o.h = W (x ) W(x ) + W.L.W.L.x..T o.h = W.L.W.L.x. O.W.L.x = W.L.T o.h W.L.TO.h x =.W.L W.L.TO.h x =.W.L.W.L L TO.h x = (6) W.L d. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dapat digunakan rumus (70), sedang untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus (71). Dari gambar 7 diperoleh persamaan : h 1 = t 1 S 1 (63) h = h 1 + S mid (64) 6. Andongan Vertikal Melintasi Sungai Dengan Ketinggian Berbeda Bentuk andongan vertikal melintasi sungai dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 83 di bawah ini. a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan vertikal terendah (S 1 ), andongan vertikal tertinggi (S ), andongan vertikal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan vertikal simetris (S simetris ) dari bentuk andongan vertikal diatas dapat digunakan rumus (57), (58), (59), dan (60). 110

Gambar 88. Andongan Vertikal Melintasi Sungai Dengan Ketinggian Berbeda b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h Untuk menentukan panjang x 1, x, x, AB dapat digunakan Rumus (68), (63), (64), dan (65). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus sbb. : h + t 1 = t + EC (65) Dimana : EC = L tan ϕ (66) c. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dapat digunakan rumus (70), sedang untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus (71). 7. Andongan Vertikal Melintasi Perbukitan Bentuk andongan vertikal melintasi perbulitan dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 84 di bawah ini. a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan vertikal terendah (S 1 ), andongan vertikal tertinggi (S ), andongan vertikal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan vertikal simetris (S simetris ) dari bentuk andongan vertikal diatas dapat digunakan rumus (57), (58), (59), dan (60). 111

Gambar 89. Andongan Vertikal Melintasi Perbukitan Dengan Ketinggian Berbeda b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h Untuk menentukan panjang x 1,x, x, AB dapat digunakan rumus (68), (63), (64), dan (65). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus (7) dan (73). Perhitungan kemiringan kedua tiang dapat dihitung : EC y sin ϕ = = DE r DC x cos ϕ = = DE r EC y tan ϕ = = DC x c. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dan untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus sebagai berikut : h 1 = t 1 S 1 FG (67) h = t 1 S 1 HI + S mid (68) FG = x 1 tan ϕ (69) HI = (x 1 + x) tan ϕ (70) 11

8. Andongan Vertikal Melintasi Lembah Bersungai Bentuk andongan vertikal melintasi lembah bersungai dengan ketinggian berbeda dapat di lihat pada gambar 90 di bawah ini. a. Besarnya andongan Untuk menentukan besarnya andongan vertikal terendah (S 1 ), andongan vertikal tertinggi (S ), andongan vertikal dipertengahan kawat penghantar (S mid ), dan andongan vertikal simetris (S simetris ) dari bentuk andongan vertikal diatas dapat digunakan rumus (57), (58), (59), dan (60). Gambar 90. Andongan Vertikal Melintasi Lembah Bersungai Dengan Ketinggian Berbeda b. Besarnya nilai x 1, x, x, dan h Untuk menentukan panjang x 1,x, x, AB dapat digunakan rumus (68), (64), (64), dan (65). Sedangkan nilai h, mengingat terjadi perbedaan tinggi antara kedua tiang maka tinggi h dihitung menggunakan rumus (7) dan (73). c. Besarnya nilai h 1 dan h. Untuk menentukan jarak antara kawat andongan bagian bawah dengan permukaan tanah (h 1 ) dan untuk menentukan jarak antara kawat bagian tengah dengan permukaan sungai (h ) dapat digunakan rumus sebagai berikut : h 1 = t 1 S 1 + GH (71) h = t 1 S 1 + FL + S mid (7) Dimana GH = x tanϕ (73) FL = DI = IK tan ϕ (74) 113

114