BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah yang ada di Kecamatan Watumalang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match

Validitas & Reliabilitas (Sert)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minimu Maximum Mean

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. lingkaran, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini: siswa, setiap siswa mendapatkan 1 kartu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh metode pembelajaran kooperatif Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah yang ada di Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Sekolah yang dijadikan penelitian ini adalah 2 SD yaitu : 1. SD Negeri 1 Wonoroto sebagai kelas kontrol. SD ini terletak di Desa Wonoroto Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Siswa kelas IV SD Negeri 1 Wonoroto berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. 2. SD Negeri 2 Wonoroto sebagai kelas eksperimen. SD ini terletak di desa Klesem Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Wonoroto berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Latar belakang sosial siswa dari kedua sekolah ini mayoritas sama yaitu dari keluarga petani dan pedagang karena daerah ini terletak di pedesaan. Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Negeri 1 dan 2 Wonoroto sebagai tempat penelitian adalah penelitian dengan topik pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah karena selama ini pembelajaran yang diterapkan hanya menggunakan metode ceramah belum pernah menggunakan model pembelajaran. 34

35 4.1.1 Pelaksanaan Penelitian No Tanggal Pelaksanaan Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian Uraian Kegiatan 1. 2 Maret 2012 Uji validitas soal di SD Negeri 1 Banyukembar 2. 3 Maret 2012 Uji validitas angket keaktifan di SD Negeri 1 Banyukembar 3. 9 Maret 2012 Pelaksanaan Pretest di SD Negeri 1 Wonoroto 4. 10 Maret 2012 Pelaksanaan Pretest di SD Negeri 2 Wonoroto 5. 16 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Wonoroto menggunakan metode ceramah dengan materi sifat- sifat bangun ruang kubus dan balok. 6. 17 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Wonoroto menggunakan metode ceramah dengan materi sifat- sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola. 7. 22 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 2 Wonoroto menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan materi sifat- sifat bangun ruang kubus dan balok. 8. 24 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 2 Wonoroto menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan materi sifat- sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola. 9. 30 Maret 2012 Pelaksanaan Post Test kelas Kontrol di SD Negeri 1 Wonoroto 10. 31 Maret 2012 Pelaksanaan Post Test kelas Eksperimen di SD Negeri 2 Wonoroto

36 4.2 Deskripsi Data 4.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan ( Pre Test) 4.2.1. 1 Data Hasil Pre Test Kelas Kontrol Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD Negeri 1 Wonoroto, sebagai berikut : 0 40 : Sangat Kurang 41 60 : Kurang 61 70 : Cukup 71 90 : Tinggi 91 100 : Sangat Tinggi Hasil pre tes siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pretestkontrol 22 27 80 55.05 13.404 Valid N (listwise) 22 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data jumlah siswa (N) sebanyak 22 siswa mempunyai skor maksimal 80 dan skor minimal 27 dengan rata-rata sebesar 55,05 serta standar deviasi 13,404. Pengukuran hasil pre tes kelas kontrol pada SD Negeri 1 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Kategori hasil pre tes SD Negeri 1 Wonoroto Nama SD Interval Kategori F % SD Negeri 1 Wonoroto 91-100 Sangat Tinggi - - 71-90 Tinggi 4 18,18 61-70 Sedang 1 4,54

37 41-60 Kurang 13 59,10 0-40 Sangat Kurang 4 18,18 Jumlah 22 100 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD Negeri 1 Wonoroto. Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 4 siswa (18,18%), kategori kurang 13 siswa (59,10%), kategori sedang sebanyak 1 siswa (4,54% ), kategori tinggi 4 siswa ( 4,54 %) dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 1 Wonoroto masih rendah. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.1. 14 12 10 8 6 4 2 0 Tinggi Sedang Kurang Sangat Kurang 71-90 61-70 41-60 0-40 Grafik 4.1 Nilai Pre Test SD Negeri 1 Wonoroto 4.2.1.2 Hasil Pre Test Siswa Kelas Eksperimen Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar matematika siswa digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD Negeri 2 Wonoroto, sebagai berikut : 0 40 : Sangat Kurang

38 41 60 : Kurang 61 70 : Sedang 71 90 : Tinggi 91 100 : Sangat Tinggi Hasil pre tes siswa kelas eksperimen dapat dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pretestkelaseksperimen 21 40 87 60.67 11.128 Valid N (listwise) 21 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 21 mempunyai skor maksimal 87, skor minimal 40 dan rata-rata sebesar 60,67 serta standar deviasi 11,128. Pengukuran hasil pre tes pada SD Negeri 2 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Kategori hasil Pre Test SD Negeri 2 Wonoroto Nama SD Interval Kategori F % SD Negeri 2 Wonoroto 91-100 Sangat Tinggi - - 71-90 Tinggi 4 19,05 61-70 Sedang 4 19,05 41-60 Kurang 12 57,14 0-40 Sangat Kurang 1 4,76 Jumlah 21 100 Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD Negeri 2 Wonoroto. Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 1 siswa ( 4,76

39 %), kategori kurang sebanyak 12 siswa (57,14 %), siswa yang mendapatkan kategori sedang sebanyak 4 siswa (19,05 %), siswa yang mendapatkan kategori tinggi sebanyak 4 siswa (19,05 %), dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 2 Wonoroto masih terbilang rendah. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.2. 15 10 5 0 Tinggi Sedang Kurang Sangat Kurang 71-90 61-70 41-60 0-40 Grafik 4.2 Nilai Pre Test SD Negeri 2 Wonoroto 4.2.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan ( Post Test) 4.2.2.1 Data Hasil Post Test Siswa Kelas Kontrol Hasil Post Tes siswa SD Negeri 1 Wonoroto menggunakan metode ceramah dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation posttestkelaskontrol 22 44 80 64.55 9.425 Valid N (listwise) 22 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 22 mempunyai skor maksimal 44, skor minimal 80 dan rata-rata sebesar 64,55 serta standar deviasi 9,425. Pengukuran hasil post tes pada SD Negeri 1 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Kategori hasil post tes SD Negeri 1 Wonoroto Nama SD Interval Kategori F % SD Negeri 1 91-100 Sangat Tinggi - -

40 Wonoroto 71-90 Tinggi 8 36,36 61-70 Sedang 4 18,19 41-60 Kurang 10 45,45 0-40 Sangat Kurang - - Jumlah 22 100 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 1 Wonoroto. Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori kurang sebanyak 10 siswa (45,45 %), kategori sedang sebanyak 4 siswa (18,19 %) dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 8 siswa (36,36 %), dan tidak ada siswa dalam kategori sangat kurang dan sangat tinggi. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.3. 12 10 8 6 4 2 0 Tinggi Sedang Kurang 71-90 61-70 41-60 Grafik 4.3 Nilai Post Test SD Negeri 1 Wonoroto 4.2.2.2 Data Hasil Post Test Siswa Kelas Eksperimen Hasil Post Tes siswa SD Negeri 2 Wonoroto setelah menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dapat dilihat pada tabel 4.8.

41 Tabel 4.8 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Posttestkelaseksperimen 21 60 96 78.48 11.134 Valid N (listwise) 21 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 21 mempunyai skor maksimal 96, skor minimal 60 dan rata-rata sebesar 78,48 serta standar deviasi 11,134. Pengukuran hasil post tes pada SD Negeri 2 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Kategori hasil post tes SD Negeri 2 Wonoroto Nama SD Interval Kategori F % SD Negeri 2 Wonoroto 91-100 Sangat tinggi 5 23,80 71-90 Tinggi 10 47,62 61-70 Sedang 4 19,05 41-60 Kurang 2 9,53 0-40 Sangat Kurang - - Jumlah 21 100 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 2 Wonoroto. Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 siswa (23,80 %), kategori tinggi sebanyak 10 siswa (47,62 %), kategori sedang sebanyak 4 siswa (19,05 %), kategori kurang sebanyak 2 siswa (9,53 %) dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori sangat kurang. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.4.

42 12 10 8 6 4 2 0 Sangat tinggi Tinggi Sedang Kurang 91-100 71-90 61-70 41-60 Grafik 4.4 Nilai Post Test SD Negeri 2 Wonoroto 4.2.3 Data Hasil Keaktifan Siswa 4.2.3.1 Data Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa digunakan 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 22 item tetapi yang digunakan hanya item yang sesuai dengan metode yang dijadikan penelitian sehingga menjadi 18 item, banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 18= 72 dan skor terendah adalah 1 x 18 = 18. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut: Nilai Max Nilai Min i banyaknya Kriteria 72 18 i 10,8 5 Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa dapat dikategorikan sebagai berikut: 61,2 x 72 : Sangat Tinggi 50,4 x < 61,2 : Tinggi 39,6 x < 50,4 : Sedang 28,8 x < 39,6 : Rendah

43 18 x < 28,8 : Sangat rendah Pengukuran hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol SD Negeri 1 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Kelas Kontrol Hasil Keaktifan Kategori Pertemuan 1 44 Sedang Pertemuan 2 44 Sedang 4.2.3.2 Data Hasil Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa digunakan 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 22 item tetapi item yang digunakan sesuai dengan metode yang dijadikan penelitian sehingga menjadi 18 item, banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 18= 72 dan skor terendah adalah 1 x 18 = 18. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut: Nilai Max Nilai Min i banyaknya Kriteria 72 18 i 10,8 5 Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa dapat dikategorikan sebagai berikut: 61,2 x 72 : Sangat Tinggi 50,4 x < 61,2 : Tinggi 39,6 x < 50,4 : Sedang 28,8 x < 39,6 : Rendah 18 x < 28,8 : Sangat rendah Pengukuran hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol SD Negeri 2 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel 4.11.

44 Tabel 4.11 Hasil Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Hasil Keaktifan Kategori Pertemuan 1 55 Tinggi Pertemuan 2 61 Tinggi 4.3 Pengujian Persyaratan Analisis 4.3.1 Uji Validitas 4.3.1.1 Uji Validitas Keaktifan Hasil uji validitas instrumen keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa dari 38 item soal keaktifan terdapat 28 yang valid dan 10 dinyatakan gugur yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 12, 18, 19, 23, 24 dan 35. Dari 28 soal yang valid di uji lagi validitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.13 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa dari 28 item soal keaktifan terdapat 23 item soal yang valid dan 5 dinyatakan gugur yaitu nomor 1, 3, 8, 20 dan 21. Dari 23 soal yang valid di uji lagi validitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.14. Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa 22 item soal keaktifan valid, indeks data diskriminasi item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,247 sampai dengan 0,774. 4.3.1.2 Uji Validitas Pre Test Hasil uji validitas instrumen pre test dapat dilihat pada tabel 4.15 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa dari 30 soal tes terdapat 15 soal yang valid dan 15 dinyatakan gugur yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 18, 21, 23, 24, 28 dan 29. Dari 15 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.16 yang disajikan pada lampiran.

45 Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa 15 soal tes valid, indeks data diskriminasi item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,257 sampai dengan 0,502. 4.3.1.3 Uji Validitas Post Test Hasil uji validitas instrumen pre test dapat dilihat pada tabel 4.17 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.17 terlihat bahwa dari 45 soal tes 26 valid dan 19 dinyatakan gugur yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36. Dari 25 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.18 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa dari 26 soal tes 25 valid dan 1 dinyatakan gugur yaitu nomor 2. Dari 25 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butirbutir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.19 yang disajikan pada lampiran. Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa 25 soal tes valid, indeks data diskriminasi item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,201 sampai dengan 0,733. 4.3.2 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen pre test, post test dan keaktifan siswa menggunakan alpha dari cronbach. 4.3.2.1 Uji Reliabilitas Pre Test Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.20. Tabel 4.20 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pre Test Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.754 15

46 Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,754 termasuk dalam kategori dapat diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian. 4.3.2.2 Uji Reliabilitas Post Test Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.21. Tabel 4.21 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Post Test Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.855 25 Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,855 termasuk dalam kategori reliabilitas bagus. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian. 4.3.2.3 Uji Reliabilitas Keaktifan Siswa Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.22. Tabel 4.22 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keaktifan Siswa Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.913 22 Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,913 termasuk dalam kategori reliabilitas memuaskan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

47 4.3.3. Uji Normalitas 4.3.3.1 Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas kontrol dapat dilihat pada table 4.22: Tabel 4.23 Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretestkontrol N 22 Normal Parameters a Mean 55.05 Most Extreme Differences Std. Deviation 13.404 Absolute.129 Positive.129 Negative -.121 Kolmogorov-Smirnov Z.603 Asymp. Sig. (2-tailed).860 a. Test distribution is Normal. Grafik 4.5 Distribusi Normal Pre Test Kelas Kontrol Dari tabel 4.23 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z untuk pre tes kelas kontrol yaitu sebesar 0, 603 dengan p = 0, 860. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pre tes kelas kontrol adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan nilai rata- rata ( mean ) nilai 55,05.

48 4.3.3.2 Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.24. Tabel 4.24 Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretestkelaseksperimen N 21 Normal Parameters a Mean 60.67 Std. Deviation 11.128 Most Extreme Differences Absolute.143 Positive.143 Negative -.143 Kolmogorov-Smirnov Z.655 Asymp. Sig. (2-tailed).784 a. Test distribution is Normal. Grafik 4.6 Distrubusi Normal Pre Test Kelas Eksperimen Dari tabel 4.24 dan grafik 4.6 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z untuk pre tes kelas eksperimen yaitu sebesar 0. 655 dengan p = 0, 784. Hal ini

49 menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pre tes kelas eksperimen adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean) 60,67. 4.3.3.3 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.25 Tabel 4.25 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Posttestkelaskontrol N 22 Normal Parameters a Mean 64.55 Std. Deviation 9.425 Most Extreme Differences Absolute.149 Positive.140 Negative -.149 Kolmogorov-Smirnov Z.700 Asymp. Sig. (2-tailed).712 a. Test distribution is Normal. Grafik 4.7 Distribusi normal Post Test Kelas Kontrol

50 Dari tabel 4.25 dan grafik 4.7 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z untuk post tes kelas kontrol yaitu sebesar 0,712 dengan probabilitas= 0,700. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran variabel post tes kelas kontrol normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean ) sebesar 64, 55. 4.3.3.4 Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas Post Test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.26: Tabel 4.26 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Posttestkelaseksperimen N 21 Normal Parameters a Mean 78.48 Std. Deviation 11.134 Most Extreme Differences Absolute.126 Positive.112 Negative -.126 Kolmogorov-Smirnov Z.577 Asymp. Sig. (2-tailed).893 a. Test distribution is Normal. Grafik 4.8 Distribusi normal Post Test Kelas Ekperimen

51 Dari tabel 4.26 dan grafik 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z untuk post tes kelas eksperimen yaitu sebesar 0,577 dengan p = 0,893. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel post tes kelas eksperimen adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean ) siswa kelas eksperimen mencapai 78,48. 4.3.4 Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah subyek penelitian merupakan kelas yang homogen. Maka sebelum memilih dua kelas yang dijadikan penelitian eksperimen dilakukan dulu uji homogenitas. Data yang digunakan untuk menguji homogenitas subyek penelitian ini dengan cara melakukan pre tes kepada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 2 Wonoroto dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 1 Wonoroto. Pre tes dilakukan untuk mengukur homogenitas kemampuan awal yang harus seimbang antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper nilai Equal variances assumed Equal variances not assumed.721.401-1.492 41.143-5.621 3.767-13.228 1.986-1.499 40.244.142-5.621 3.750-13.199 1.957

52 Berdasarkan tabel 4.27 diatas, maka diperoleh F hitung levene test sebesar 0,721 dengan probabilitas 0,401 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Dengan demikian analisis uji beda t-tes harus menggunakan asumsi aqual variance assumed. Nilai t adalah -1,492 dengan probabilitas signifikasi 0,143, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pre test. Jadi kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama maka dari itu kelas boleh dilanjutkan sebagai subyek penelitian. 4.4 Analisis Data 4.4.1 Analisis Variabel Model Pembelajaran Numbered Head Together Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together dari empat tahap yaitu pengelompokan dan pemberian nomor, pemberian tugas, kegiatan diskusi, pemanggilan nomor sesuai nomor kepala. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together bermanfaat bagi siswa karena siswa belajar untuk kerja kelompok dan pada saat pembelajaran siswa dituntut aktif untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Sedangkan manfaat bagi guru adalah guru lebih mengerti variasi pembelajaran sehingga tidak hanya menggunakan cermah. Keberhasilan penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together. adalah jika kategori mengajar guru dengan penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together dalam sudah masuk dalam kategori tinggi. Penilaian keberhasilan pembelajaran adalah dengan menggunakan lembar observasi yang menilai tentang proses penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together selama kegiatan belajar berlangsung. Hasil penilaian kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together terdapat di tabel 4.28: No I Aspek yang diamati Pra Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

53 1. Guru dalam menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Guru mengatur tempat duduk siswa II Kegiatan Awal Membuka pelajaran dengan 1. memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3. Guru menjelaskan langkahlangkah kegiatan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together III Kegiatan Inti 1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok 2. Jumlah anggota kelompok 3 orang 3. Membagikan topi bernomor kepada setiap siswa 4. Membagikan nama pada setiap kelompok 5. Membagikan LKS pada setiap kelompok 6. Pertanyaan yang diberikan sesuai dengan nomor kepala siswa 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi 8. Mengawasi dan memonitor proses

54 pembelajaran 9. Membahas hasil diskusi dengan menunjuk satu nomor kepala untuk mempresentasikan hasil diskusi secara acak hingga semua nomor terpanggil 10. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan 11. Bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa IV Kegiatan Akhir 1. Guru meminta siswa mempelajari materi berikutnya dan memberi pekerjaan rumah 2. Guru menutup pelajaran Berdasarkan tabel 4.28 maka penilaian mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dinyatakan berhasil karena jumlah skor pada pertemuan pertama yang telah didapatkan sebesar 73 dan pada pertemuan kedua sebesar 77 sehingga setelah dirata- rata hasil observasi mengajar guru menjadi 75 sudah masuk dalam kriteria baik. 4.4.2 Peningkatan Nilai Pretest- Posttest Pada Kelas Kontrol Berdasarkan metode ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol, dapat dilihat peningkatan nilai rata- rata dari pretest- posttest pada tabel 4.26:

55 Tabel 4.29 Rata- Rata Nilai Pre Test- Post Test Kelas Kontrol Kelas Kontrol SD Negeri 1 Wonoroto Nilai Pre test Kategori Nilai Post Test Kategori 55,04 Kurang 65,81 Cukup Tabel 4.28 menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah pada pembelajaran matematika meskipun peningkatan nilai tidak begitu signifikan karena hasil belajar pada kelas kontrol hanya meningkat 10,77 angka. Hal itu ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol dengan nilai pre tes mencapai 55,04 dalam kategori kurang dan rata-rata hasil belajarnya post tes menjadi 65,81 dalam kategori cukup. 4.4.3 Peningkatan Nilai Pre Test Post Test Pada Kelas Eksperimen Berdasarkan model pembelajaran Numbered Head Together yang diterapkan pada kelas eksperimen, dapat dilihat peningkatan nilai rata- rata dari pretest- posttest pada tabel4.30: Tabel 4.30 Rata- Rata Nilai Pre Test- Post Test Kelas Eksperimen Nilai Pre test Kategori Nilai Post Test Kategori Kelas Eksperimen SD Negeri 2 Kurang 78,47 Tinggi Wonoroto 60,66 Tabel 4.30 menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang signfikan pada kelas eksperimen setelah diberikan model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana. Hal itu ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen pre tes mencapai 60,66 dan setelah melakukan pembelajaran dengan model Numbered Head Together rata-rata hasil belajarnya (post tes) menjadi 78,47. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen

56 mencapai 17,81 angka dari hasil pre tes dalam kategori kurang menjadi kategori tinggi pada hasil post test. 4.4.4 Perbedaan Nilai Post Test Kelas Kontrol Dengan Nilai Kelas Post Test Kelas Eksperimen Untuk melihat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan siswa yang melakukan pembelajaran menggunakan metode ceramah digunakan perhitungan uji t dilakukan dengan bantuan SPSS versi 16.0 menggunakan independent sampel t-tes. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.31. Tabel 4.31 Uji Beda Rata- Rata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Independent Samples Test nilai Equal varian ces assum ed Equal varian ces not assum ed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 2.608.114-4.395 41.000-12.658 2.880-18.475-6.841-4.355 34.798.000-12.658 2.906-18.559-6.757 Berdasarkan tabel 4.31 output Independent Samples t-test diperoleh angka sig. (2- tailed) 0,000. Oleh karena nilai sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka uji t menggunakan equal variance not assumed dan diperoleh -t hitung sebesar 4,355 dan t tabel adalah -2,017. Oleh karena -t hitung < dari -t tabel, yakni -4,355 < -2,017 maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata- rata nilai kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah berbeda. Sehingga

57 dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan siswa kelas kontrol menggunakan metode ceramah mempunyai hasil belajar yang berbeda. Nilai rata- rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi sebesar 78,47 sedangkan nilai rata- rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 65,81. 4.4.5 Perbedaan Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Dengan Hasil Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Perbedaan keaktifan siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.32. Tabel 4.32 Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Hasil Keaktifan Kelas Kontrol Eksperimen Pertemuan 1 44 55 Pertemuan 2 44 61 Rata- rata 44 58 Kategori Sedang Tinggi Tabel 4.32 menunjukkan bahwa ada kecenderungan hasil keaktifan siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana lebih tinggi dari pada hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Hal itu ditunjukkan dengan rata- rata hasil keaktifan kelas eksperimen mencapai 58 dengan kategori tinggi sedangkan rata- rata hasil keaktifan kelas kontrol 44 dengan kategori sedang. Dari perbedaan hasil keaktifan dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya mendengarkan ceramah guru. Fisik dan pikiran siswa pada kelas eksperimen pada saat pembelajaran dituntut untuk aktif dalam menemukan pengetahuannya. Sehingga dengan diterapkannya model

58 pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. 4.5 Pengujian Hipotesis 4.5.1 Pengujian Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Keaktifan Siswa Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan skoring. Uji hipotesis digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap Keaktifan siswa. Berdasarkan tabel 4.32, keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi yaitu dengan rata- rata 58 dari pada keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang dilakukan menggunakan metode ceramah yaitu hanya 44. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap keaktifan siswa. 4.5.2 Pengujian Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Siswa Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t. Uji hipotesis digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil t-hitung diperoleh sig. 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Numbered Head together terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang dilakukan menggunakan metode ceramah.

59 4.6 Pembahasan 4.6.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Tabel 4.33 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Rata- rata nilai Kategori Rata- rata nilai Kategori pre test post test Kontrol 55,04 Kurang 65,81 Cukup Eksperimen 60,66 Kurang 78,47 Tinggi Berdasarkan tabel 4.33 bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kondisi awal menunjukkan bahwa rata- rata nilai pre test kelas eksperimen mencapai 60,66 dalam kategori kurang dan ratarata nilai pre test kelas kontrol mencaai 55,04 dalam kategori kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan siswa adalah sama. Setelah diadakan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda dimana kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah terlihat bahwa hasil belajar siswa hanya 60,66 dalam kategori cukup sedangkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together terlihat peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan menjadi 78,47 dalam kategori tinggi. Faktor yang membuat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol adalah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together yang membuat kegiatan belajar menjadi menarik dan siswa jauh lebih aktif karena siswa diminta untuk berdiskusi sehingga siswa bisa secara langsung menemukan pengetahuannya. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran tergolong monoton karena siswa mendapatkan pengetahuannya hanya dari ceramah guru, faktor itulah yang membuat hasil belajar pada kelas kontrol tidak meningkat secara signifikan. Faktor lain yang mendukung keberhasilan pembelajaran adalah menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together adalah lembar observasi, lembar observasi diisi oleh peneliti dan guru lain saat guru kelas IV sedang mengajar. Hasil rata- rata dari lembar observasi mengajar guru sebesar 75 dengan kriteria baik, sehingga dapat dikatakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dilihat dari jumlah soal antara pre test sebanyak 15 dan post test sebanyak 25 soal, jumlah soal post test yang lebih banyak membuktikan

60 bahwa jumlah soal menjadi faktor penunjang keberhasilan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Sebab meskipun siswa yang diberi soal lebih banyak dari soal pre test, siswa mampu memperoleh rata- rata yang lebih besar dibandingkan rata- rata nilai pre test. Penerapan perlakuan yang berbeda dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan kelas kontrol menggunakan metode ceramah membuat rata- rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi. Penelitian ini dikatakan sudah berhasil karena indikator kinerja telah tercapai. Indikator pertama 80% siswa di kelas eksperimen mendapatkan nilai 65 telah tercapai yaitu 86% siswa di kelas eksperimen sudah mendapatkan nilai 65. Artinya model pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 4.6.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen. Perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.34. Tabel 4.34 Perbedaan Rata- Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Post Test Kategori Kontrol 65,81 Sedang Eksperimen 78,47 Tinggi Berdasarkan tabel 4.34, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 78,47 dan kelas kontrol sebesar 65,81. Berdasarkan uji t-tes hasil t-hitung menunjukkan -4,395 dengan p value 0,000 < 0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dengan model pembelajaran Numbered Head Together. Dari hasil rata- rata dan uji t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan siswa yang menggunakan pembelajaran metode ceramah terhadap hasil belajar matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana

61 pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelas kontrol. 4.6.4 Perbedaan Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen. tabel 4.35. Perbedaan keaktifan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.35 Perbedaan keaktifan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen Kelas Rata- Rata Nilai Keaktifan Kategori Kontrol 44 Sedang Eksperimen 58 Tinggi Berdasarkan tabel 4.35, hasil yang didapat dari kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah mencapai angka 44 termasuk dalam kategori sedang, sedangkan hasil yang didapat dari kelas eksperimen yang menggunakan model Pembelajaran Numbered Head Together mencapai angka 58 dalam kategori tinggi. Artinya ada perbedaan keaktifan siswa pada kelas kontrol dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan keaktifan siswa kelas kontrol. Dapat dikatakan hasil keaktifan yang lebih tinggi pada kelas eksperimen membuat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik. Dari perbedaan hasil keaktifan dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya mendengarkan ceramah guru. Fisik dan pikiran siswa pada kelas eksperimen pada saat pembelajaran dituntut untuk aktif dalam menemukan pengetahuannya. Sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dari segi kognitif (pengetahuan) hal tersebut dapat dilihat dari hasil diskusi yang dipresentasikan didepan kelas sehingga dapat menambah pengetahuan para siswa. Dari segi afektif (sikap) siswa dituntut untuk dapat membaur dengan anggota kelompok dan dapat dinilai sikap masing- masing siswa didalam kelompok. Dari segi psikomotor (keterampilan) dapat dilihat dari cara siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru dalam kelompok. Penelitian ini dikatakan sudah berhasil karena indikator kinerja telah tercapai. Indikator kedua siswa di kelas eksperimen mendapatkan skor keaktifan 50 (minimal

62 kategori tinggi). Artinya model pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh terhadap keaktifan siswa.