HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tanaman pepaya yang digunakan ditanam pada tanggal 28 Mei 2011 dengan jarak tanam 2 m x 2.5 m (Chairunnissa, 2012). Pengamatan morfologi tanaman pepaya dilakukan saat tanaman telah memasuki fase generatif (berbunga) yaitu pada 5 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan di lapang dilakukan sampai buah siap dipanen. Hasil pengamatan secara visual ditemukan adanya tipe simpang (off type) yaitu pada genotipe IPB 1. Hal ini mungkin disebabkan adanya benih yang tercampur atau kesalahan penanaman pada pemindahan ke lapang. Pemanenan dilakukan pada saat buah telah matang dengan penampakan kulit buah mencapai 50-75% semburat kuning. Buah yang telah dipanen kemudian dibersihkan lalu disimpan pada kondisi ruang hingga stadia warna buah 100% kuning. Menurut Widyastuti (2009) genotipe yang diamati pada stadia kematangan 75% dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Curah hujan rata-rata dari bulan Oktober 2011 sampai bulan April 2012 yaitu 343.53 mm/bulan dengan temperatur 25.9 o C, kelembapan udara 82.57%, lama penyinaran 53.57% dan intensitas matahari 315.2 Cal/cm 2 (BMKG, 2012). Curah hujan ini cukup besar jika dibandingkan dengan curah hujan untuk syarat tumbuh pepaya yaitu sebesar 1,000-2,000 mm/tahun dan kelembapan udara sekitar 40%. Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5. Selama penelitian berlangsung terdapat serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dan buah. Hama yang menyerang tanaman yaitu kutu putih dan tungau merah. Penyakit yang menyerang tanaman dan buah yaitu busuk batang dan antraknosa. Penyakit busuk batang dan antraknosa menyerang pada tanaman yang telah berbuah dan menjelang matang. Tanaman yang terserang penyakit sekitar 12.8% dari 70 tanaman. Busuk batang disebabkan oleh serangan nematoda yang ada di dalam tanah. Penyakit antraknosa menyerang buah yang akan dipanen. Penyakit antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum sp.

17 Efek maternal dapat terlihat dengan cara membandingkan turunan pertama (F 1 ) dan turunan pertama resiprokal (F 1 R). Karakter yang dipengaruhi oleh tetua betina maka keturunan persilangan resiproknya akan memberikan hasil yang berbeda dan keturunannya akan memperlihatkan ciri dari tetua betina (Stansfield, 1991). Pada percobaan ini pendugaan efek maternal dilakukan pada genotipe IPB H93 dan IPB H39. Beberapa karakter pada genotipe IPB H93 dan IPB H39 tidak memiliki efek maternal. Efek maternal hanya ditemui pada karakter kekerasan daging buah bagian tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan daging buah dipengaruhi oleh tetua betina, sedangkan karakter - karakter lain tidak dipengaruhi oleh tetua betina. Hasil uji-t untuk menduga efek maternal beberapa karakter pada genotipe IPB H93 dan IPB H39 dapat dilihat di Lampiran 6 dan 7. Karakter Kualitatif Karakter kualitiatif yang diamati meliputi warna kulit buah, warna daging buah yang telah matang, bentuk buah dan bentuk dominan rongga tengah. Karakter kualitatif genotipe pepaya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakter kualitatif genotipe pepaya Warna kulit buah Warna daging buah Bentuk buah Bentuk rongga tengah IPB 1 Kuning tua oranye Oranye merah Bulat telur Bintang IPB 3 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB 9 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H93 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H91 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H39 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang Hasil pengamatan karakter kualitatif yang dilakukan menunjukkan bahwa keenam genotipe memiliki karakter kualitatif yang tidak berbeda. Perbedaan karakter kualitatif hanya terdapat pada karakter warna kulit buah dan bentuk buah. Kulit buah pada keenam genotipe berwarna kuning tua oranye dan warna daging buah oranye merah. Bentuk buah lonjong dimiliki oleh kelima genotipe, hanya genotipe IPB 1 yang memiliki bentuk bulat telur. Keragaan buah genotipe tetua dapat dilihat pada Lampiran 8 dan keragaan buah genotipe hibrida dapat dilihat di Lampiran 9. Bentuk rongga tengah pada keenam genotipe yaitu bintang. Keragaan

18 bentuk rongga tengah buah hibrida dapat dilihat di Lampiran 10. Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda satu sama lain secara kualitatif dan dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini biasanya dikendalikan oleh satu atau beberapa gen. Peran gen pada karakter kualitatif sangat besar pengaruhnya dalam mengekspresikan fenotipe maka disebut gen mayor. Pengaruh lingkungan terhadap karakter kualitatif kecil karena lebih dipengaruhi oleh gen mayor. Karakter Kuantitatif Rekapitulasi sidik ragam karakter kuantitatif menunjukkan ragam perlakuan (genotipe) sangat berpengaruh nyata pada karakter tinggi tanaman, letak buah pertama, jumlah bunga pada 11 BST, bobot 100 biji, edible portion, PTT bagian pangkal dan tengah, ATT bagian ujung dan vitamin C. Pengaruh yang nyata juga terdapat pada karakter jumlah bunga pada 5 BST, panjang, keliling dan diameter buah bagian pangkal dan ujung, kekerasan daging buah pada bagian pangkal dan ujung, PTT bagian ujung buah, ketebalan minimum dan maksimum buah, ph buah bagian tengah, ATT pada bagian pangkal dan tengah. Karakter lainnya tidak berpengaruh pada keenam genotipe. Rekapitulasi sidik ragam karakter-karakter kuantitatif dapat dilihat pada Lampiran 11. Letak Buah Pertama, Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Nilai karakter letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang disajikan pada Tabel 2. Letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang pada genotipe hibrida yang diuji menunjukkan nilai yang tidak berbeda. Karakter letak buah pertama pada enam genotipe menunjukkan bahwa genotipe IPB 3 dan genotipe IPB 9 memiliki letak buah pertama yang tidak berbeda dengan ketiga genotipe hibrida. tetua yang memiliki letak buah pertama paling pendek yaitu genotipe IPB 9. hibrida yang memiliki letak buah pertama yang relatif pendek yaitu genotipe IPB H39. Hasil pengamatan pada karakter tinggi tanaman menunjukkan bahwa genotipe tetua IPB 9 memiliki keragaan tanaman paling pendek. hibrida IPB H39 juga memiliki keragaan tanaman yang relatif lebih pendek diantara

genotipe hibrida lainnya. Karakter tanaman pepaya yang memiliki letak buah pertama dan keragaan tanaman relatif pendek merupakan karakter yang disukai oleh masyarakat karena dapat memudahkan saat pemanenan. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) tanaman pepaya yang rendah memudahkan dalam perawatan, pemanenan dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja dan waktu. Tabel 2. Letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang genotipe pepaya Letak buah Tinggi tanaman Diameter batang pertama 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST IPB 1 109.11 a 99.73 a 171.95 a 4.34 7.75 IPB 3 74.23 b 76.27 b 136.35 b 3.92 6.86 IPB 9 40.05 c 45.38 c 89.54 c 3.90 6.63 IPB H93 57.70 bc 65.25 b 126.20 b 4.29 7.71 IPB H91 58.27 bc 65.96 b 126.13 b 5.15 8.35 IPB H39 55.67 bc 61.96 bc 113.24 bc 4.31 7.49 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Diameter batang tidak berbeda pada masing-masing genotipe. Pada hasil pengamatan dapat terlihat bahwa genotipe IPB H91 memiliki diameter batang yang relatif besar yaitu 5.15 cm saat 5 BST dan 8.35 cm saat 11 BST. Menurut Syahibullah (2006) tanaman yang mempunyai batang yang besar dan tidak terlalu tinggi akan lebih tahan terhadap angin kencang dan lebih mudah menahan beban buah yang banyak. Ketiga genotipe hibrida memiliki diameter batang yang relatif besar serta keragaan tanaman dan letak buah yang relatif pendek. 19 Jumlah Daun, Bunga dan Buah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua genotipe tidak berbeda pada jumlah daun dan jumlah buah, tetapi berbeda pada jumlah bunga. Nilai karakter jumlah daun, jumlah bunga dan jumlah buah disajikan pada Tabel 3. Jumlah daun pada keenam genotipe berkisar 14-21 daun. Jumlah daun pada 5 BST dan 11 BST tidak mengalami penambahan jumlah secara signifikan. Hasil analisis ragam menunjukkan jumlah bunga pada genotipe IPB 3 relatif lebih sedikit, sedangkan jumlah bunga pada genotipe IPB H91 menunjukkan jumlah yang relatif lebih banyak.

Tabel 3. Jumlah daun, bunga dan buah genotipe pepaya Jumlah daun Jumlah bunga Jumlah buah 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST IPB 1 19.91 19.81 4.39 c 3.62 b 1.56 8.40 IPB 3 18.07 14.53 5.21 bc 2.77 b 0.46 10.42 IPB 9 16.20 15.16 8.40 abc 9.62 a 1.47 1.38 IPB H93 19.18 19.93 9.17 ab 9.77 a 1.30 7.70 IPB H91 19.25 20.68 10.29 a 11.33 a 1.25 5.59 IPB H39 18.92 20.54 7.08 abc 9.29 a 1.25 4.96 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Jumlah buah yang dihasilkan saat umur 11 BST berkisar antara 2-11 buah per tanaman. yang memiliki jumlah bunga yang banyak tidak mempengaruhi jumlah buah, hal ini dapat disebabkan iklim yang tidak menentu dan angin yang cukup kencang sehingga bunga banyak mengalami kerontokan. Curah hujan rata-rata pada saat penelitian cukup besar yaitu 343.53 mm/bulan dan kelembapan udara mencapai 82.57%. Menurut Ashari (1995) curah hujan untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar 1,000-2,000 mm/tahun dengan kelembapan udara sekitar 40%. Menurut Kalie (1999) bunga pepaya sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya terhadap perbedaan suhu dan kelembapan. 20 Panjang, Keliling dan Diameter Buah Panjang, keliling dan diameter buah mempengaruhi ukuran buah khususnya apabila buah pepaya akan diekspor. Ukuran panjang, keliling dan diameter buah dari enam genotipe pepaya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Panjang, keliling dan diameter buah genotipe pepaya Panjang Keliling buah Diameter buah buah Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB 1 16.66 c 15.14 bc 25.64 12.81 c 4.45 b 7.79 3.99 c IPB 3 17.37 bc 13.31 c 23.36 10.88 c 4.07 b 7.27 3.33 c IPB 9 23.37 a 23.00 a 29.39 18.39 a 6.39 a 8.97 5.24 ab IPB H93 23.24 a 19.28 abc 29.70 14.26 bc 5.56 ab 9.03 4.33 bc IPB H91 22.07 ab 22.89 a 32.02 18.17 ab 6.82 a 9.25 5.50 a IPB H39 25.08 a 20.46 ab 28.89 14.34 bc 5.66 ab 8.73 4.23 bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. IPB 1 dan IPB 3 memiliki karakter panjang buah yang kecil dibandingkan dengan genotipe yang lain karena genotipe IPB 1 dan IPB 3

21 tergolong ke dalam buah berukuran kecil. Hal ini dapat dilihat juga dari karakter keliling dan diameter buahnya. IPB 9 yang diuji merupakan buah ukuran sedang dengan panjang buah sebesar 23.37 cm. Menurut Muliyani (2010) ukuran buah pepaya yang diinginkan konsumen adalah ukuran buah yang sedang dengan panjang buah berkisar 15-25 cm. Buah terpanjang pada genotipe hibrida yaitu genotipe IPB H39 yaitu 26.08 cm. Ukuran panjang buah genotipe IPB H39 tidak berbeda dengan genotipe IPB 9, IPB H93 dan IPB H91. Karakter keliling dan diameter buah terbesar dimiliki oleh genotipe hibrida IPB H91. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ketiga genotipe hibrida merupakan buah berukuran sedang. Menurut penelitian Suketi et al. (2010b) panjang buah pepaya ukuran kecil (IPB 1, IPB 3 dan IPB 4) yaitu 13.37-17.50 cm dengan diameter 7.72-9.57 cm, sedangkan panjang buah pepaya ukuran sedang (IPB 2A, IPB 3A, IPB 8 dan IPB 9) sekitar 23.75-27.67 cm dengan diameter 8.69-10.39 cm. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Kekerasan kulit buah keenam genotipe menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Kekerasan daging buah pada bagian pangkal dan ujung buah menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai kekerasan kulit dan daging buah ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kekerasan kulit dan daging buah genotipe pepaya Kekerasan kulit buah (kg/detik) Kekerasan daging buah (kg/detik) Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB 1 1.37 1.15 1.28 0.34 b 0.29 0.31 b IPB 3 1.78 1.53 1.65 0.42 ab 0.30 0.36 ab IPB 9 1.60 1.86 1.86 0.48 a 0.44 0.48 a IPB H93 1.51 1.40 1.52 0.34 b 0.29 0.31 b IPB H91 1.80 1.76 1.99 0.48 a 0.48 0.48 a IPB H39 1.61 1.46 1.68 0.46 ab 0.41 0.45 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Kekerasan kulit dan daging buah ditunjukkan dengan nilai hand penetrometer. Kekerasan daging buah yang terbesar yaitu genotipe IPB 9 dan genotipe IPB H91, sedangkan genotipe IPB 1 dan genotipe IPB H93 memiliki

22 kekerasan kulit dan daging buah yang lunak. Keenam genotipe pepaya memiliki tingkat kekerasan kulit buah pepaya yang cukup lunak. Tingkat kekerasan kulit buah yang lunak disebabkan stadia kematangan pepaya yang diamati yaitu 100%. Menurut hasil penelitian Sudjijo (2008) kekerasan daging buah pada pepaya introduksi berkisar 0.56-0.61 kg/detik. Hasil penelitian Suketi et al. (2010a) pada tiga stadia kematangan pepaya menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 pada stadia 3 (diatas 75%) sekitar 2.77 ± 1.38 sampai 4.24 ± 0.15 kg/detik. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) proses pelunakan disebabkan terjadinya proses hidrolisis zat pektin menjadi komponen-komponen yang larut air, sehingga total zat pektin yang mempengaruhi kekerasan buah mengalami penurunan menyebabkan buah semakin lunak. Bobot Buah, Ketebalan Buah, Edible Portion dan Bobot 100 biji Bobot buah, ketebalan, edible portion dan bobot 100 biji ditampilkan pada Tabel 6. Buah yang tergolong ukuran kecil yaitu genotipe IPB 1 dan IPB 3 juga memiliki bobot buah, ketebalan buah, edible portion dan bobot 100 biji kecil. Tabel 6. Bobot buah, ketebalan buah, edible portion dan bobot 100 biji Bobot Ketebalan buah (cm) Edible Bobot 100 buah (g) Minimum Maksimum portion (%) biji (g) IPB 1 478.30 ab 1.62 b 2.41 bc 78.51 d 8.72 b IPB 3 418.00 b 1.59 b 2.20 c 78.88 d 8.19 b IPB 9 972.60 a 2.52 a 3.31 a 88.54 a 10.45 a IPB H93 966.00 a 2.21 ab 3.01 ab 84.17 c 9.82 a IPB H91 1078.00 a 2.41 a 3.04 ab 87.67 ab 10.46 a IPB H39 931.40 a 2.23 ab 3.03 ab 85.00 bc 9.79 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Edible portion terbesar dimiliki oleh buah tipe sedang yaitu genotipe IPB 9 sebesar 88.54% dengan ketebalan buah minimum dan maksimum sebesar 2.52 cm dan 3.31 cm. Menurut Suketi et al. (2010b) penentuan edible portion sangat bersifat subjektif tergantung konsumen dalam memanfaatkan bagian buah pepaya untuk dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. hibrida yang memiliki bobot buah, edible portion dan bobot 100 biji terbesar yaitu genotipe IPB H91 sebesar 1,078 g, 87.67% dan 10.46 g. Edible portion yang besar lebih disukai konsumen karena daging buah yang dikonsumsi

23 lebih banyak. Ketebalan buah genotipe IPB H91 juga tergolong tebal yaitu 2.41 cm dan 3.04 cm. Menurut Budiyanti et al. (2005) bobot buah pepaya yang ideal untuk dikonsumsi berkisar 550-1,000 g/buah. Hasil penelitian Suketi et al. (2010a) mengenai karakter fisik dan kimia buah pada stadia kematangan berbeda menyatakan bahwa bobot utuh yang besar belum tentu mempunyai edible portion besar karena dipengaruhi oleh bobot bijinya. Menurut Suketi et al. (2010b) mengenai karakter mutu buah pepaya IPB, ketebalan buah yang tergolong tipe sedang berkisar 1.55-2.23 untuk ketebalan minimum dan 2.23-3.15 untuk ketebalan maksimum. Padatan Terlarut Total dan Asam Tertitrasi Total Buah yang disukai oleh konsumen yaitu buah yang manis, nilai padatan terlarut total menunjukkan kadar kemanisan buah pepaya. Buah pepaya yang memiliki rasa manis memiliki nilai o Brix yang tinggi. Nilai padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT) dan rasio PTT/ATT disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT) dan rasio PTT/ATT PTT ( o Brix) ATT (%) PTT/ Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung ATT IPB 1 12.05 a 12.70 b 13.85 a 1.79 a 1.83 a 1.99 a 7.04 b IPB 3 13.47 a 14.72 a 14.73 a 0.95 d 1.13 b 1.14 cd 13.18 a IPB 9 10.24 b 10.82 c 10.92 b 1.46 abc 1.51 ab 1.53 b 7.36 b IPB H93 12.46 a 13.57 ab 13.80 a 1.10 cd 1.09 b 1.05 d 12.94 a IPB H91 12.35 a 12.93 ab 13.88 a 1.65 ab 1.54 ab 1.44 bc 8.43 b IPB H39 13.24 a 13.67 ab 14.26 a 1.22 bcd 1.32 b 1.36 bcd 10.45 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Kandungan PTT pada keenam genotipe yang diuji pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah berkisar 10-15 o Brix. Kandungan PTT tertinggi dimiliki oleh genotipe IPB 3 dan kandungan PTT yang terendah yaitu pada genotipe IPB 9. Kandungan PTT pada genotipe hibrida dibagian pangkal, tengah dan ujung menunjukkan nilai yang tidak berbeda. hibrida IPB H39 memiliki nilai PTT yang tinggi yaitu 13.24-14.26 o Brix. Kandungan asam tertitrasi total (ATT) yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 1 sebesar 1.79-1.99%, sedangkan kandungan ATT terendah pada genotipe tetua yaitu IPB 3 sebesar 0.95-1.14%.

24 hibrida yang memiliki kandungan ATT yang rendah yaitu genotipe IPB H93 sebesar 1.05-1.10%. Menurut hasil penelitian Suketi et al. (2007) kandungan ATT pada IPB 1 berkisar 0.07-0.12%. tetua IPB 3 dan genotipe hibrida IPB H93 memiliki nilai rasio PTT/ATT yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan terlarut total (PTT) yang dimiliki oleh genotipe tersebut lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam tertitrasi total (ATT) sehingga memiliki rasa yang lebih manis. Menurut Suketi et al. (2007) pada rasio perbandingan PTT/ATT, semakin besar nilai PTT/ATT maka menunjukkan kandungan ATT yang semakin kecil. Derajat Keasaman (ph) dan Vitamin C Pengujian ph pada bagian pangkal, tengah dan ujung menunjukkan bahwa hanya buah bagian tengah yang memiliki nilai yang berbeda. IPB 9 memiliki nilai ph bagian tengah yang besar yaitu 5.72, sedangkan pada genotipe IPB 1 memiliki nilai ph yang kecil sebesar 5.56. hibrida memiliki nilai ph yang tidak berbeda di bagian pangkal, tengah dan ujung. Nilai ph pada keenam genotipe berkisar 5.55-5.79. Berdasarkan Suketi et al. (2010a) ph tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada stadia kematangan buah yaitu berkisar 5.3-6.5. Nilai ph dan vitamin C pada keenam genotipe disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai ph dan vitamin C buah genotipe pepaya ph Vitamin C (ml/100g) Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB 1 5.57 5.56 c 5.58 184.55 a 187.02 a 197.69 a IPB 3 5.55 5.58 bc 5.64 171.84 a 178.31 ab 174.30 ab IPB 9 5.75 5.72 a 5.79 120.87 c 119.00 d 114.57 d IPB H93 5.63 5.62 abc 5.64 136.43 bc 144.62 cd 142.70 bcd IPB H91 5.50 5.68 abc 5.75 122.96 bc 142.17 cd 139.22 cd IPB H39 5.68 5.70 ab 5.78 155.00 ab 154.78 bc 163.42 bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Vitamin C yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 1 sekitar 184.55-197.69 ml/100 g. hibrida yang memiliki kandungan vitamin C tinggi yaitu genotipe IPB H39 sebesar 154.78-163.42 ml/100 g. Menurut Broto et al. (1991) perbedaan kadar vitamin C kemungkinan disebabkan oleh varietas yang berbeda,

25 faktor budidaya dan perbedaan umur petik. Menurut hasil penelitian Suketi et al. (2007), vitamin C pada IPB 1 sebesar 85.36-175.61 mg/100 g. Keenam genotipe memiliki sumber vitamin C yang baik karena mengandung lebih dari 100 mg vitamin C per 100 g buah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan vitamin C per hari per orang. Menurut Winarno (2008) kebutuhan vitamin C per orang per hari bagi bayi dibawah umur 10 tahun sebesar 40-50 mg, pria berumur diatas 10 tahun sebesar 50-90 mg dan wanita sebesar 50-75 mg. Perkiraan Produksi Buah Salah satu karakter pepaya unggul yang diinginkan oleh masyarakat yaitu yang memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas tanaman pepaya akan meningkat dengan meningkatnya produksi atau meningkatnya populasi tanaman per luas areal tanam atau dengan keduanya. Produksi keenam genotipe pepaya ditampilkan pada Lampiran 12. Buah pada genotipe IPB 9, IPB H93, IPB H91 dan IPB H39 mulai berproduksi pada 8 BST, sedangkan buah genotipe IPB 1 dan IPB 3 mulai berproduksi pada 9 BST. Selama empat bulan produksi, buah yang dipanen pada genotipe IPB 9 sebanyak ± 2.7 buah per tanaman dengan hasil total ± 2.63 kg per tanaman. Selama tiga bulan produksi, buah yang dapat dipanen pada genotipe IPB 1 dan IPB 3 adalah sebanyak ± 3.75 buah per tanaman dengan bobot total ± 1.79 kg per tanaman (genotipe IPB 1) dan sebanyak ± 4.88 buah per tanaman dengan bobot total ± 2.04 kg per tanaman (genotipe IPB 3). Menurut hasil penelitian Widyastuti (2009) produksi buah genotipe IPB 3 sebesar 13.62 kg dengan jumlah 22 buah dan produksi genotipe IPB 9 sebesar 44.17 kg dengan jumlah 38 buah. Selama empat bulan produksi, genotipe IPB H93 memiliki buah terbanyak yang dapat dipanen sebanyak ± 5.64 per tanaman dengan bobot total ± 5.44 kg per tanaman. Produksi tanaman keenam genotipe ini masih rendah karena tanaman baru memasuki tahun pertama penanaman sehingga produksinya belum maksimal. Menurut Sobir (2009) satu pohon pepaya berukuran sedang dapat menghasilkan 70-80 kg buah selama masa produksi.

26 Kualitas dan Kuantitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah Kualitas buah pepaya masing - masing genotipe ditentukan oleh beberapa peubah berdasarkan nilai. Penentuan kualitas buah melalui skoring ini mengacu pada hasil penelitian Widyastuti (2009). Nilai skor terdiri dari empat kriteria yaitu kriteria 1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik) dan 4 (sangat baik). Penentuan nilai untuk masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 9. Penilaian kualitas buah keenam genotipe dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Kisaran nilai peubah berdasarkan kualitas dan kuantitas buah Peubah Skor 1 2 3 4 Kekerasan kulit buah (kg/detik) < 1.0 1.0-1.2 1.3-1.5 > 1.5 Kekerasan daging buah (kg/detik) < 0.25 0.25-0.35 0.36-0.45 > 0.45 Edible portion (%) < 65 65-75 76-85 > 85 Proporsi ketebalan min/maks < 0.55 0.55-0.65 0.66-0.75 > 0.75 PTT/ATT < 6 6-8.0 8.1-10 > 10 Vitamin C < 110 110-130 131-150 > 150 Produksi buah total/tanaman < 2 2-3 3-4 > 5 Letak Buah > 100 81 100 60 80 < 60 Tinggi tanaman 11 BST > 150 126 150 100 125 < 100 Diameter Batang 11 BST < 5 5.0 6.0 6.0 7.0 > 7.0 Tabel 10. Penilaian kualitas dan kuantitas buah genotipe pepaya Peubah IPB IPB IPB IPB 1 IPB 3 IPB 9 H93 H91 H39 Kekerasan kulit buah (kg/detik) 2 4 4 3 4 3 Kekerasan daging buah (kg/detik) 2 2 3 2 4 3 Edible portion (%) 3 3 4 3 4 3 Proporsi ketebalan min/maks 3 3 4 3 4 3 PTT/ATT 2 4 2 4 3 4 Vitamin C 4 4 2 3 3 4 Produksi buah total/tanaman 1 2 2 4 3 3 Letak Buah 1 3 4 4 4 4 Tinggi tanaman 11 BST 1 2 4 2 2 3 Diameter Batang 11 BST 4 3 3 4 4 4 TOTAL 23 30 32 32 35 34 Berdasarkan penilaian kualitas buah, genotipe tetua pepaya IPB 9 memiliki total nilai tertinggi, sehingga pepaya genotipe IPB 9 merupakan buah pepaya dengan kualitas paling baik diantara genotipe tetua lainnya. IPB 9

27 memiliki kekerasan kulit dan daging buah yang renyah, bobot 100 biji, edible portion dan proporsi ketebalan yang besar, ph buah yang tinggi, letak buah dan keragaan tanaman yang pendek. IPB H91 merupakan genotipe hibrida yang memiliki total nilai tertinggi. IPB H91 memiliki kualitas buah paling baik diantara genotipe hibrida lainnya. Keunggulan genotipe IPB H91 yaitu kekerasan kulit dan daging buah yang tidak terlalu lunak (renyah), bobot 100 biji, edible portion dan proporsi ketebalan yang besar, ph buah yang sesuai dan diameter batang yang besar. Heterosis Pendugaan parameter genetik dapat dilihat dari nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter di genotipe hibrida. Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada genotipe hibrida dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Nilai heterosis positif pada suatu karakter memiliki arti karakter tersebut mengalami kenaikan dari nilai tengah kedua genotipe tetuanya, begitu juga sebaliknya. Nilai heterobeltiosis positif pada karakter genotipe hibrida artinya karakter tersebut mengalami kenaikan dari nilai tengah salah satu tetua terbaik. Tidak semua karakter pada genotipe hibrida diharapkan memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang positif. Karakter tinggi tanaman dan letak buah pertama yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif justru diharapkan karena karakter pohon dan letak buah yang pendek lebih disukai oleh masyarakat. Karakter lain yang diharapkan memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif yaitu kandungan asam tertitrasi total karena konsumen lebih menyukai buah yang memiliki kandungan asam tertitrasi total yang rendah. Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91 disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91, karakterkarakter yang memiliki penampilan yang lebih baik dari rata - rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, keliling buah bagian tengah, diameter buah, kekerasan daging buah, bobot buah, kandungan padatan terlarut total dan rasio PTT/ATT. Penampilan yang lebih baik pada karakter - karakter ini ditunjukan dengan nilai heterosis dan heterobeltiosis positif.

Tabel 11. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST 45.38 99.73 65.96-9.09 45.35 2. Tinggi tanaman 11 BST 89.54 171.95 126.13-3.53 40.86 3. Letak buah pertama 40.05 109.11 58.27-21.87 45.49 4. Diameter batang 5 BST 3.90 4.34 5.15 25.00 32.05 5. Diameter batang 11 BST 6.63 7.75 8.35 16.13 25.94 6. Jumlah daun 5 BST 16.20 19.91 19.25 6.62 18.83 7. Jumlah daun 11 BST 15.16 19.81 20.68 18.27 36.41 8. Jumlah bunga 5 BST 8.40 4.39 10.29 60.91 22.50 9. Jumlah bunga 11 BST 9.62 3.62 11.33 71.15 17.78 10. Jumlah buah 5 BST 1.47 1.56 1.25-17.49-14.97 11. Jumlah buah 11 BST 1.38 8.40 5.59 14.31-33.45 12. Panjang buah 23.37 16.66 22.07 10.27-5.56 13. Keliling pangkal buah 23.00 15.14 22.89 20.03-0.48 14. Keliling tengah buah 29.39 25.64 32.02 16.37 8.95 15. Keliling ujung buah 18.39 12.81 18.17 16.47-1.20 16. Diameter pangkal buah 6.39 4.45 6.82 25.83 6.73 17. Diameter tengah buah 8.97 7.79 9.25 10.38 3.12 18. Diameter ujung buah 5.24 3.99 5.50 19.18 4.96 19. Kekerasan pangkal kulit buah 1.60 1.37 1.80 21.21 12.50 20. Kekerasan tengah kulit buah 1.86 1.15 1.76 16.94-5.38 21. Kekerasan ujung kulit buah 1.86 1.28 1.99 26.75 6.99 22. Kekerasan pangkal daging buah 0.48 0.34 0.48 17.80 0.63 23. Kekerasan tengah daging buah 0.44 0.29 0.48 31.51 9.09 24. Kekerasan ujung daging buah 0.48 0.31 0.48 21.52 0.00 25. Bobot buah 972.60 478.30 1078.00 48.60 10.84 26. Bobot 100 biji 10.45 8.72 10.46 9.13 19.95 27. Edible portion 88.54 78.51 87.67 4.96-0.98 28. PTT bagian pangkal 10.24 12.05 12.35 10.81 2.49 29. PTT bagian tengah 10.82 12.70 12.93 9.95 1.81 30. PTT bagian ujung 10.92 13.85 13.88 12.07 0.22 31. Ketebalan minimum 2.52 1.62 2.41 16.43-4.37 32. Ketebalan maksimum 3.31 2.41 3.04 6.29-8.16 33. ph bagian pangkal 5.75 5.57 5.50-2.83-4.35 34. ph bagian tengah 5.72 5.56 5.68 0.71-0.70 35. ph bagian ujung 5.79 5.58 5.75 1.14-0.69 36. ATT bagian pangkal 1.46 1.79 1.65 1.54 13.01 37. ATT bagian tengah 1.51 1.83 1.54-7.78 15.79 38. ATT bagian ujung 1.53 1.99 1.44-18.18 28.42 39. Vitamin C bagian pangkal 120.87 184.55 122.96-19.48-33.37 40. Vitamin C bagian tengah 119.00 187.02 142.17-7.08-23.98 41. Vitamin C bagian ujung 114.57 197.69 139.22-10.83-29.58 42. Rasio PTT/ATT 7.36 7.04 8.43 17.08 14.54 Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis Karakter tinggi tanaman, letak buah pertama dan asam tertitrasi total pada genotipe IPB H91 memiliki nilai heterosis negatif tetapi nilai heterobeltiosisnya 28

29 positif. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H91 memiliki keragaan buah, letak buah pertama dan kandungan asam tertitrasi total yang lebih rendah dari rata - rata kedua tetuanya saja. Penampilan karakter-karakter yang lebih baik dari penampilan tetua terbaiknya diduga terjadi akibat adanya aksi gen over dominance. Menurut Nasir (2001) perkawinan antara dua genotipe yang berkerabat jauh biasanya memberikan efek heterosis yang lebih besar dibandingkan dengan kerabat dekat. Menurut Iriany et al. (2011) pada 20 kombinasi persilangan galur jagung manis, nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi pada karakter-karakter yang diamati menunjukkan bahwa genotipe - genotipe yang diuji memiliki peningkatan nilai dibandingkan nilai tengah kedua tetua dan tetua terbaiknya. Hal ini disebabkan tetua yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki kekerabatan jauh, dengan demikian juga memiliki jarak genetik yang jauh. Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe hibrida IPB H93 disajikan pada Tabel 12. Karakter yang memiliki penampilan yang lebih baik dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, keliling buah bagian tengah, diameter buah bagian tengah dan asam tertitrasi total bagian tengah dan ujung buah. Nilai heterosis tertinggi pada genotipe IPB H93 yaitu pada karakter jumlah bunga saat 11 BST sebesar 57.71%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H93 memiliki jumlah bunga yang lebih banyak sebesar 57.71% dari kedua tetuanya, akan tetapi jika dibandingkan dengan tetua terbaiknya jumlah bunganya lebih banyak sebesar 1.56%. Heterosis dan heterobeltiosis beberapa karakter genotipe IPB H93 ada yang memiliki nilai negatif. Karakter-karakter yang memiliki nilai negatif yaitu kekerasan kulit dan daging buah, ph buah, dan kandungan vitamin C. Heterosis dan heterobeltiosis negatif menunjukkan bahwa genotipe IPB H93 memiliki kekerasan kulit dan daging buah yang lebih lunak, ph buah dan kandungan vitamin C yang lebih kecil dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Karakter tinggi tanaman dan letak buah genotipe IPB H93 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif, sehingga keragaan tanaman dan letak buah genotipe IPB H93 lebih tinggi dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter asam tertitrasi total yaitu negatif

sehingga genotipe IPB H93 memiliki kandungan asam tertitrasi total yang lebih rendah dari kedua tetua dan tetua terbaiknya. Tabel 12. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H93 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST 45.38 76.27 65.25 7.27 43.79 2. Tinggi tanaman 11 BST 89.54 136.35 126.20 11.74 40.94 3. Letak buah pertama 40.05 74.23 57.70 0.98 44.07 4. Diameter batang 5 BST 3.90 3.92 4.29 9.72 10.00 5. Diameter batang 11 BST 6.63 6.86 7.71 14.31 16.29 6. Jumlah daun 5 BST 16.20 18.07 19.18 11.93 18.40 7. Jumlah daun 11 BST 15.16 14.53 19.93 34.25 31.46 8. Jumlah bunga 5 BST 8.40 5.21 9.17 34.75 9.17 9. Jumlah bunga 11 BST 9.62 2.77 9.77 57.71 1.56 10. Jumlah buah 5 BST 1.47 0.46 1.30 34.72-11.56 11. Jumlah buah 11 BST 1.38 10.42 7.70 30.51-26.10 12. Panjang buah 23.37 17.37 23.24 14.09-0.56 13. Keliling pangkal buah 23.00 13.31 19.28 6.20-16.17 14. Keliling tengah buah 29.39 23.36 29.70 12.61 1.05 15. Keliling ujung buah 18.39 10.88 14.26-2.56-22.46 16. Diameter pangkal buah 6.39 4.07 5.56 6.31-12.99 17. Diameter tengah buah 8.97 7.27 9.03 11.21 0.67 18. Diameter ujung buah 5.24 3.33 4.33 1.05-17.37 19. Kekerasan pangkal kulit buah 1.60 1.78 1.51-10.65-5.63 20. Kekerasan tengah kulit buah 1.86 1.53 1.40-17.40-24.73 21. Kekerasan ujung kulit buah 1.86 1.65 1.52-13.39-18.28 22. Kekerasan pangkal daging buah 0.48 0.42 0.34-24.44-29.17 23. Kekerasan tengah daging buah 0.44 0.31 0.29-22.67-34.09 24. Kekerasan ujung daging buah 0.48 0.36 0.31-26.19-35.42 25. Bobot buah 972.60 418.00 966.00 38.93-0.68 26. Bobot 100 biji 10.45 8.19 9.82 5.36 19.90 27. Edible portion 88.54 78.88 84.17 0.55-4.94 28. PTT bagian pangkal 10.24 13.47 12.46 5.10-7.50 29. PTT bagian tengah 10.82 14.72 13.57 6.26-7.81 30. PTT bagian ujung 10.92 14.73 13.80 7.60-6.31 31. Ketebalan minimum 2.52 1.59 2.21 7.54-12.30 32. Ketebalan maksimum 3.31 2.20 3.01 9.26-9.06 33. ph bagian pangkal 5.75 5.55 5.63-0.35-2.09 34. ph bagian tengah 5.72 5.58 5.62-0.53-1.75 35. ph bagian ujung 5.79 5.64 5.64-1.31-2.59 36. ATT bagian pangkal 1.46 0.95 1.10-8.71 15.79 37. ATT bagian tengah 1.51 1.13 1.09-17.42-3.54 38. ATT bagian ujung 1.53 1.14 1.05-21.35-7.89 39. Vitamin C bagian pangkal 120.87 171.84 136.43-6.78-20.61 40. Vitamin C bagian tengah 119 178.31 144.62-2.71-18.89 41. Vitamin C bagian ujung 114.57 174.30 142.70-1.20-18.13 42. Rasio PTT/ATT 7.36 13.18 12.94 26.00-1.82 Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis 30

Tabel 13. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H39 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST 76.27 45.38 61.96 1.87 36.54 2. Tinggi tanaman 11 BST 136.35 89.54 113.24 0.26 26.47 3. Letak buah pertama 74.23 40.05 55.67-2.57 39.00 4. Diameter batang 5 BST 3.92 3.90 4.31 10.23 10.51 5. Diameter batang 11 BST 6.86 6.63 7.49 11.05 12.97 6. Jumlah daun 5 BST 18.07 16.20 18.92 10.42 16.79 7. Jumlah daun 11 BST 14.53 15.16 20.54 38.36 35.49 8. Jumlah bunga 5 BST 5.21 8.40 7.08 4.04-15.71 9. Jumlah bunga 11 BST 2.77 9.62 9.29 49.96-3.43 10. Jumlah buah 5 BST 0.46 1.47 1.25 29.53-14.97 11. Jumlah buah 11 BST 10.42 1.38 4.96-15.93-52.40 12. Panjang buah 17.37 23.37 25.08 23.17 7.32 13. Keliling pangkal buah 13.31 23.00 20.46 12.70-11.04 14. Keliling tengah buah 23.36 29.39 28.89 9.54-1.70 15. Keliling ujung buah 10.88 18.39 14.34-2.02-22.02 16. Diameter pangkal buah 4.07 6.39 5.66 8.22-11.42 17. Diameter tengah buah 7.27 8.97 8.73 7.51-2.68 18. Diameter ujung buah 3.33 5.24 4.23-1.28-19.27 19. Kekerasan pangkal kulit buah 1.78 1.60 1.61-4.73 0.63 20. Kekerasan tengah kulit buah 1.53 1.86 1.46-13.86-21.51 21. Kekerasan ujung kulit buah 1.65 1.86 1.68-4.27-9.68 22. Kekerasan pangkal daging buah 0.42 0.48 0.46 2.22-4.17 23. Kekerasan tengah daging buah 0.31 0.44 0.41 9.33-6.82 24. Kekerasan ujung daging buah 0.36 0.48 0.45 7.14-6.25 25. Bobot buah 418.00 972.60 931.40 33.96-4.24 26. Bobot 100 biji 8.19 10.45 9.79 5.04 19.54 27. Edible portion 78.88 88.54 85.00 1.54-4.00 28. PTT bagian pangkal 13.47 10.24 13.24 11.68-1.71 29. PTT bagian tengah 14.72 10.82 13.67 7.05-7.13 30. PTT bagian ujung 14.73 10.92 14.26 11.19-3.19 31. Ketebalan minimum 1.59 2.52 2.23 8.52-11.51 32. Ketebalan maksimum 2.20 3.31 3.03 9.98-8.46 33. ph bagian pangkal 5.55 5.75 5.68 0.53-1.22 34. ph bagian tengah 5.58 5.72 5.70 0.88-0.35 35. ph bagian ujung 5.64 5.79 5.78 1.14-0.17 36. ATT bagian pangkal 0.95 1.46 1.22 1.24-28.42 37. ATT bagian tengah 1.13 1.51 1.32 0.00-16.81 38. ATT bagian ujung 1.14 1.53 1.36 1.87 19.30 39. Vitamin C bagian pangkal 171.84 120.87 155.00 5.91-9.80 40. Vitamin C bagian tengah 178.31 119.00 154.78 4.12-13.20 41. Vitamin C bagian ujung 174.30 114.57 163.42 13.14-6.24 42. Rasio PTT/ATT 13.18 7.36 10.45 1.75-20.71 Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H39 disajikan pada Tabel 13. Karakter - karakter genotipe IPB H39 yang menunjukkan penampilan yang lebih baik dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, 31

32 jumlah daun, panjang buah dan kekerasan kulit buah bagian pangkal. Nilai heterosis tertinggi pada genotipe IPB H39 yaitu pada karakter jumlah bunga saat 5 BST sebesar 49.96%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H39 memiliki jumlah bunga yang lebih banyak 49.96% jika dibandingkan dengan nilai tengah tetua. Tetapi karakter ini memiliki nilai heterosis negatif sebesar -3.43% yang berarti jumlah bunga genotipe IPB H39 masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan tetua terbaiknya (IPB 9). Karakter tinggi tanaman dan letak buah genotipe IPB H39 juga memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif, sehingga genotipe IPB H39 juga memiliki keragaan tanaman dan letak buah yang lebih tinggi dari kedua tetua dan tetua terbaiknya. Karakter asam tertitrasi total memiliki nilai heterosis yang positif dan nilai heterobeltiosis negatif. Kandungan asam tertitrasi total pada genotipe IPB H39 lebih tinggi dari rata - rata kedua tetua tetapi kandungannya lebih rendah dari tetua terbaiknya. Hal tersebut diduga akibat adanya aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Munculnya efek heterosis disebabkan adanya akumulasi gen dominan, sedangkan heterobeltiosis tidak lepas dari adanya efek dominan lebih (over dominan). Menurut Sukartini et al. (2009) aksi gen dominan dominan negatif tidak sempurna pada F 1 mengakibatkan ukuran F 1 lebih kecil dari rata - rata kedua tetuanya, dan aksi dominan positif tidak sempurna mengakibatkan ukuran F 1 berada di antara rata - rata kedua tetuanya, sedangkan aksi gen over dominan mengakibatkan ukuran F 1 berada diatas rata - rata kedua tetuanya atau tetua terbaiknya.