Lampiran 1 Kromatogram Penyuntikan Larutan Flukonazol untuk Mencari Komposisi Fase Gerak Asetonitril:Air yang Optimum pada Analisis

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

No Nama RT Area k Asym N (USP)

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) PADA PENETAPAN KADAR FLUKONAZOL DALAM SEDIAAN KAPSUL

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

massa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Gambar 2. Daun Tempuyung

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Sampel B Sirup Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB III METODE PENELITIAN

n = n = 6 n = Jumlah sampel yang diteliti

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

a = r = Y = 0,3538 X =2 Y = a X + b Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X 2 Y 2 0,0 0,00 0,0000 0,0000 0,000 0,0992 0,5670 0,315

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI OLEH : RUSMAN EDI NIM PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Transkripsi:

Lampiran 1 Kromatogram Penyuntikan Larutan Flukonazol untuk Mencari Komposisi Fase Gerak Asetonitril:Air yang Optimum pada Analisis Perbandingan fase gerak asetonitril:air (50:50) dengan laju alir 1 ml/menit Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak asetonitril:air (40:60) dengan laju alir 1 ml/menit. Perbandingan fase gerak asetonitril:air (35:65) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak asetonitril:air (30:70) dengan laju alir 1 ml/menit

Lampiran 2 Kromatogram Larutan Flukonazol Baku pada Pembuatan Kurva Kalibrasi A Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 12,0 µg/ml. B Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 12,0 µg/ml.

. C Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45: 55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 12,0 µg/ml. D Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 22,0 µg/ml.

E Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 22,0 µg/ml. F Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 22,0 µg/ml.

G Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 32,0 µg/ml. H Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 32,0 µg/ml.

I Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 32,0 µg/ml. J Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit konsentrasi 42,0 µg/ml.

K Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 42,0 µg/ml. L Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 42,0 µg/ml.

M Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 52,0 µg/ml. N Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 52,0 µg/ml.

O Perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55) dengan laju alir 1 ml/menit, konsentrasi 52,0 µg/ml. A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N dan O merupakan kromatogram hasil penyuntikan larutan Flukonazol Baku dengan konsentrasi 12,0 µg/ml, 22,0 µg/ml, 32,0 µg/ml, 42,0 µg/ml, dan 52,0 µg/ml. Dengan menggunakan KCKT dengan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 3 Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Flukonazol Baku yang Diperoleh secara KCKT pada Panjang Gelombang 260 nm Data Hasil Penyuntikan Larutan Flukonazol Baku Berdasarkan Luas Area No Kosentrasi (µg/ml) Luas Area 1 12 34674,6 2 22 61097,6 3 32 84602,0 4 42 113425,7 5 52 137920,3 Konsenterasi (X) VS Luas Area (Y) untuk Flukonazol Konsentrasi Luas Area No. (µg/ml) XY X 2 Y 2 X Y 1 12 34674,6 416095,2 144 1202327885 2 22 61097,6 1344147,2 484 3732916726 3 32 84602,0 2707264,0 1024 7157498404 4 42 113425,7 4763879,4 1764 12865389420 5 52 137920,3 7171855,6 2704 19022009150 160 431720,2 16043241,4 6120 43980141590 Rata2 32 86344,04 Y = ax + b ( XY) ( X)( Y)/n a = ( X 2 ) ( X) 2 /n = (16403241,4) (160)(431720)/5 (120) (160) 2 /5 = 2588,195 b = Y ax = (86344,04) (2588,195) (32) = 3521,8 Sehingga diperoleh persamaan regresi Y = 2588,195X +3521,8 Untuk mencari hubungan kadar (X) dengan luas area (Y) digunakan pengujian koefisien korelasi (r)

( XY) ( X)( Y)/n r = [( X 2 ( X) 2 /n][( Y 2 ) ( Y) 2 /n] (16403241,4) (160)(431720,2)/5 = [(6120) (160) 2 /5][(43980141590) (431720,2) 2 /5] 29344216,4 = 1120 x 77498518420 = 29344216,4 29356149,69 = 0,9996

Lampiran 4 Perhitungan Recovery dengan Metode Adisi Standar Berat 1 kapsul Flukonazol mengandung 150 mg Flukonazol Berat 20 kapsul : 7097,1 mg Rentang spesifik : 80%, 100% 120% dan setiap rentang mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding. Rentang 80% : Flukonazol = 80 x 25 mg = 20 mg 100 Analit 70% : = 70 x 20 mg = 14 mg 100 Serbuk sampel yang ditimbang : = 14 mg 20 x 150 mg Berat baku 30% : x 7097,1 mg = 33,1 mg = 0,0331 g = 30 x 20 mg = 6 mg 100 Cara Pembuatan Larutan Sampel Ditimbang serbuk sampel 33,1 mg setara dengan 14 mg flukonazol lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10 menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, kemudian disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml filtrat, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 22,4 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Cara Pembuatan Larutan Sampel ditambahkan dengan baku Ditimbang 6,0 mg bahan baku dan 33,1 mg sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10

menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 32,0 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Konsentrasi Bahan Baku = Dipipet 0,8 ml = 6,0 mg 50 ml 0,8 ml x 120 µg/ml 10 ml x 1000 µg/ml = 120 µg/ml = 9,60 µg/ml Konsentrasi sampel + bahan baku = 22 µg/ml + 9,60 µg/ml = 32 µg/ml Rentang 100% : Flukonazol = 100 x 25 mg = 25 mg 100 Analit 70% : = 70 x 25 mg = 17,5 mg 100 Serbuk sampel yang ditimbang : = 17,5 mg 20 x 150 mg Berat baku 30% : = 30 x 25 mg = 7,5 mg 100 Cara Pembuatan Larutan Sampel x 7097,1 mg = 41, mg = 0,0413 g Ditimbang serbuk sampel 41,3 mg setara dengan 17,5 mg flukonazol lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10 menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, kemudian disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml filtrat, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 28,0

µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Cara Pembuatan Larutan Sampel ditambahkan dengan baku Ditimbang 7,5 mg bahan baku dan 41,3 mg sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10 menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 40,0 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. 7,5 mg 50 ml 0,8 ml x 150 µg/ml 10 ml Konsentrasi Bahan Baku = Dipipet 0,8 ml = x 1000 µg/ml = 150 µg/ml = 12,0 µg/ml Konsentrasi sampel + bahan baku = 28 µg/ml + 12 µg/ml = 40 µg/ml Rentang 120% : Flukonazol = 120 x 25 mg = 30 mg 100 Analit 70% : = 70 x 30 mg = 21 mg 100 Serbuk sampel yang ditimbang : = 21mg 20 x 150 mg Berat baku 30% : = 30 x 30 mg = 9 mg 100 x 7097,1 mg = 49,6 mg = 0,0496 g

Cara Pembuatan Larutan Sampel Ditimbang serbuk sampel 49,6 mg setara dengan 21 mg Flukonazol lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10 menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, kemudian disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml filtrat, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 33,6 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Cara Pembuatan Larutan Sampel ditambahkan dengan baku Ditimbang 9,0 mg bahan baku dan 49,6 mg sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi ± 10 menit dan dicukupkan dengan akubides hingga garis tanda, disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 48,0 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Konsentrasi Bahan Baku = Dipipet 0,8 ml = 9,0 mg 50 ml 0,8 ml x 180 µg/ml 10 ml x 1000 µg/ml = 180 µg/ml = 14,4 µg/ml Konsentrasi sampel + bahan baku = 33,6 µg/ml + 14,4 µg/ml = 48 µg/ml

Lampiran 5 Kromatogram Hasil Recovery dari Sampel Flukonazol (PT Kimia Farma) A B

C A, B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery tanpa penambahan bahan baku pada rentang 80%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma) yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

A B

C A, B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery dengan penambahan bahan baku pada rentang 80%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma), yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

A B

C A,B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery tanpa penambahan bahan baku pada rentang 100%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma), yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

A B

C A,B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery dengan penambahan bahan baku pada rentang 100%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma), yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

A B

C A,B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery tanpa penambahan bahan baku pada rentang 120%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma), yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

A B

C A,B dan C merupakan kromatogram hasil Recovery dengan penambahan bahan baku pada rentang 120%, dari larutan sampel Flukonazol (PT Kimia Farma), yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 6 Hasil Pengujian Validasi, dengan parameter Akurasi, dan Presisi Flukonazol pada Kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) dengan Menggunakan Metode Adisi Standar No Rentan g Spesifi k (%) Baku yang ditambahk an ( µg/ml ) Sebelum Penamba - han Luas Area Konsentrasi ( µg/ml ) Sesudah penamba - han Sebelum penambahan Setelah Penambahan Recovery ( % ) 1 80 9,504 61456 86300 22,384 31,983 100,99 2 80 9,504 60392 84580 21,973 31,461 99,83 3 80 9,504 60711 85495 22,096 31,672 100,75 4 100 11,880 75613 106208 27.854 39,675 99,50 5 100 11,880 75815 107083 27,932 40,013 101,69 6 100 11,880 75740 106563 27,903 39,812 100,24 7 120 14,252 89023 125907 33,035 47,286 99,.99 8 120 14,252 90444 127100 33,584 47,747 99,38 9 120 14,252 90164 127325 33,476 47,834 100,75 Kadar rata rata (%) Recovery = 100,34 Standar Deviasi = 0,7575 Relatif Standar Deviasi (%) = 0,754

Lampiran 7 Contoh Perhitungan % Recovery dengan Metode Adisi Standar % Recovery = CF C C * A A x 100 % Keterangan : C F = konsentrasi sampel dengan penambaham baku yang diperoleh dari pengukuran (µg/ml) C A = konsentrasi sampel (µg/ml) C* A = konsentrasi analit yang ditambahkan (µg/ml) % Recovery = 31,983-22,384 9,504 = 100,99% x 100%

Lampiran 8 Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Persamaan Regresi : Y = ax + b Y = 2588,195x + 3521,8 No Konsentrasi (X) Luas Area (Y) Yi Y Yi ( Y Yi ) 2 1 12 34674,6 34580,14 94,46 8922,6916 2 22 61097,6 60462,09 635,51 403872,9601 3 32 84602,0 86344,04-1742,04 3034703,362 4 42 113435,7 112225,99 1199,71 1439304,084 5 52 137920,3 138107,94-187,64 35208,7695 4922011,867 ( Y Yi) Standar Deviasi ( Sy / x) = n 2 2 Sy / x = ( 4922011,867) 5 2 Sy/x = 1280,886 3 x Sy / x Batas Deteksi ( LOD) = Slope 3 x1280,886 LOD = 2588,195 LOD = 1,4846 µg/ ml 10 x Sy / x Batas Kuantitasi ( LOQ) = Slope 10 x1280,886 LOQ = 2588,195 LOQ = 4,9489 µg/ ml

Lampiran 9 Kromatogram dari Larutan Kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) A B

C D

E F

A, B, C, D,E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kapsul Flukonazol (PT. Kimia Farma) pada konsentrasi 40 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 10 Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) No Kadar (%) X ( X - X ) ( X - X ) 2 1 100,42-0,28 0,0784 2 101,74 1,04 1,0816 3 101,36 0,66 0,4356 4 100,29-0,41 0,1681 5 99,87-0,83 0,6889 6 100,56-0,14 0,0196 X =100,70 (X - X ) 2 = 2,4722 ( X X ) SD = n 1 2 2,4722 = = 0,7031 5 Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n 1 = 6 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321 Dasar penolakan data apabila t hitung t tabel X X t hitung = SD / n t hitung data 1 = 0,28 = 0,9756 0,7031/ 6 t hitung data 2 = t hitung data 3 = 1,04 0,7031/ 0,66 0,7031/ = 3,6236 6 = 2,2990 6 t hitung data 4 = t hitung data 5 = 0,41 = 1,4280 0,7031/ 6 0,83 = 2,8919 0,7031/ 6 t hitung data 6 = 0,14 0,7031/ = 0,4878 6 Semua data diterima Jadi kadar sebenarnya terletak antara :

SD µ = X ± t (1-1/2α)dk x n 0,7031 = 100,70 ± 4,0321 x 6 = (100,70 ± 1,1572)%

Lampiran 11 Kromatogram dari Larutan Kapsul Cancid (PT Sunthi Sepuri) A B

C D

E F

A, B, C, D,E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kapsul Cancid (PT Sunthi Sepuri) pada konsentrasi 40 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 12 Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Kapsul Cancid (PT Sunthi Sepuri) No Kadar (%) X ( X - X ) ( X - X ) 2 1 102,02-0,71 0,5041 2 103,57 0,84 0,7056 3 102,66-0,07 0,0049 4 103,19 0,46 0,2116 5 102,08-0,65 0,4225 6 102,88 0,15 0,0225 X = 102,733 (X - X ) 2 = 1,8712 ( X X ) SD = n 1 2 1,8712 = = 0,6117 5 Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n 1 = 6 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321 Dasar penolakan data apabila t hitung t tabel t hitung = X X SD / n t hitung data 1 = 0,71 0,6117 / 6 = 2,8434 t hitung data 2 = 0,84 0,6117 / 6 = 3,3640 t hitung data 3 = 0,07 0,6117 / 6 = 0,2803 t hitung data 4 = 0,46 0,6117 / 6 = 1,8422 t hitung data 5 = 0,65 0,6117 / 6 = 2,6031 0,15 t hitung data 6 = = 0,6007 0,6117 / 6 Semua data diterima Jadi kadar sebenarnya terletak antara :

SD µ = X ± t (1-1/2α)dk x n 0,6117 = 102,72 ± 4,0321 x 6 = (102,72 ± 1,0045)%

Lampiran 13 Kromatogram dari Larutan Kapsul Govazol Pharmatama) (PT Guardian A B

C D

E F

A, B, C, D,E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kapsul Govazol (PT Guardian Pharmatama) pada konsentrasi 40 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 14 Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Kapsul Govazol (PT Guardian Pharmatama) No Kadar (%) X ( X - X ) ( X - X ) 2 1 102,87-0,53 0,2809 2 105,27 1,87 3,4969 3 104,86 1,46 2,1316 4 100,47-2,93 8,5849 5 104,08 0,68 0,4624 6 102,86-0,54 0,2916 X = 103,40 (X - X ) 2 = 15,2483 ( X X ) SD = n 1 2 15,2483 = = 1,7463 5 Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n 1 = 6 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321 Dasar penolakan data apabila t hitung t tabel t hitung = X X SD / n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = 0,53 1,7463/ 1,87 1,7463/ 1,46 1,7463/ 2,93 1,7463/ 0,68 1,7463/ = 0,7434 6 = 2,6230 6 = 2,0479 6 = 4,1099 6 = 0,3538 6 0,54 t hitung data 6 = = 0,7574 1,7463/ 6 t hitung data ke-4 > dari t tabel maka data ditolak

Lampiran 15 (Lanjutan) Analisis Data Statistik Larutan Kapsul Govazol (PT Guardian Pharmatama) Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-4 No Kadar (%) X ( X - X ) ( X - X ) 2 1 102,87-1,11 1,2321 2 105,27 1,29 1,6641 3 104,86 0,88 0,7744 4 104,08 0,06 0.0036 5 102,86-1,12 1,2544 X = 103,98 (X - X ) 2 = 4,9286 ( X X ) SD = n 1 2 4,9286 = = 1,2321 4 Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n 1 = 5 1 = 4 Diperoleh t tabel = 4,6040 Dasar penolakan data apabila t hitung t tabel t hitung = X X SD / n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = 1,11 1,2321/ 1,29 1,2321/ 0,88 1,2321/ 0,06 1,2321/ 1,12 1,2321/ = 2,0145 5 = 2,3411 5 = 1,5970 5 = 0,1088 5 = 2,0326 5 Semua data diterima. Jadi kadar sebenarnya terletak antara :

SD µ = X ± t (1-1/2α)dk x n 1,2321 = 103,98 ± 4,6040 x 5 = (103,98 ± 2,5368)%

Lampiran 16 Kromatogram dari Larutan Kapsul Zemyc (PT Pharos) A B

C D

E F

A, B, C, D,E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kapsul Zemyc (PT Pharos) pada konsentrasi 40 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asetonitril:air (45:55), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 260 nm.

Lampiran 17 Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Kapsul Zemyc (PT Pharos) No Kadar (%) X ( X - X ) ( X - X ) 2 1 103,45 1,675 2,8056 2 104,00 2,225 4,9506 3 100,25-1,525 2,3256 4 102,66 0,885 0,7832 5 98,95-2,825 7,9806 6 101,34-0,435 0,1892 X = 101,778 (X - X ) 2 = 19,0348 ( X X ) SD = n 1 2 19,0348 = = 1,9511 5 Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n 1 = 6 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321 Dasar penolakan data apabila t hitung t tabel t hitung = X X SD / n t hitung data 1 = t hitung data 2 = 1,675 1,9511/ 2,225 1,9511/ = 2,1029 6 = 2,7966 6 t hitung data 3 = 1,525 = 1,9146 1,9511/ 6 t hitung data 4 = 0,885 1,9511/ = 1,1111 6 t hitung data 5 = 2,825 = 3,5460 1,9511/ 6 0,435 t hitung data 6 = = 0,546 1,9511/ 6 Jadi kadar sebenarnya terletak antara :

SD µ = X ± t (1-1/2α)dk x n 1,9511 = 101,77± 4,0321 x 6 = (101,77 ± 3,2115)%

Lampiran 18 Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel Berat 20 kapsul Kandungan flukonazol = 5858,0 mg = 150 mg Dibuat larutan uji dengan konsentrasi flukonazol 40 µg/ml Ditimbang serbuk sampel setara dengan flukonazol 25 mg Berat penimbangan sampel = = Berat Setara Jumlah yang ditimbang x jumlah zat 25mg 20 x 150 mg = 48,8 mg x 5858,0 mg x berat 20 kapsul Sampel yang sudah ditimbang ( 48,8 mg) dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan akuabides sampai garis tanda. Kadar larutan uji = 25mg x1000 µg/ml 50ml = 500 µg/ml Lalu dipipet 0,80 ml dari larutan uji dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Sehingga didapat konsentrasi 40 µg/ml. Konsentrasi = 0,80 ml 10 ml x 500 µg/ml = 40 µg/ml

Lampiran 19 Hasil Analisa Kadar Flukonazol dalam Sampel 1. Hasil analisa kadar kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) Berat Penimbangan ( mg ) Berat Setara ( mg ) Luas Area Konsentra si Teoritis ( µg/ml ) Konsentra si Perolehan Kadar ( % ) ( µg/ ml ) 60,5 25,57 110938 40,91 41,50 100,42 58,7 24,81 109127 39,70 40,80 101,74 59,5 25,15 110172 39,56 41,20 101,36 60,0 25,36 109905 40,57 41,10 100,29 60,2 25,45 109839 40,71 41,07 99,87 60,0 25,36 110203 40,57 41,21 100,56 X = 100,70 2. Hasil analisa kadar kapsul Cancid (PT Sunthi Sepuri) Berat Penimbangan ( mg ) Berat Setara ( mg ) Luas Area Konsentra si Teoritis ( µg/ml ) Konsentra si Perolehan Kadar ( % ) ( µg/ ml ) 52,0 22,92 101373 36,68 37,80 102,02 52,5 23,14 103752 37,03 38,73 103,57 52,5 23,14 102927 37,03 38,40 102,66 52,2 23,01 102867 36,82 38,38 103,19 51,5 22,70 100448 36,32 37,45 102,08 52,4 23,10 102936 36,96 38,41 102,88 X = 102,73 3. Hasil analisa kadar kapsul Govazol (PT Guardian Pharmatama) Berat Penimbangan ( mg ) Berat Setara ( mg ) Luas Area Konsentra si Teoritis ( µg/ml ) Konsentra si Perolehan Kadar ( % ) ( µg/ ml ) 45,8 25,84 114572 41,35 42,97 102,87 45,0 25,39 115364 40,63 43,21 105,27 44,5 25,11 113685 40,18 42,56 104,86 45,5 25,67 111433 41,08 41,69 100,47 45,9 25,90 116304 41,44 43,57 104,08 44,3 25,0 111097 40,00 41,56 102,86 X = 103,40

4. Hasil analisa kadar kapsul Zemyc (PT Pharos) Berat Penimbangan ( mg ) Berat Setara ( mg ) Luas Area Konsentra si Teoritis ( µg/ml ) Konsentra si Perolehan ( µg/ ml ) Kadar ( % ) 49,5 25,35 124114 40,55 41,95 103,45 47,3 24,22 108896 38,75 40,71 104,00 47,0 24,07 107098 39,51 40,01 100,25 48,5 24,83 110192 39,74 41,21 102,66 50,6 25,91 110784 41,46 41,44 98.95 51,0 26,12 114245 41,78 42,78 101,34 X = 101,78

Lampiran 20 Contoh Perhitungan untuk Mencari Kadar Kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) Perhitungan kadar sampel Y = 2588,195X + 3521,8 Luas Puncak = 110938 X = 110938 3521,8 2588,195 = 41,50 µg/ml Kadar = 41,50µg/ml 40µg/ml x 99,0% = 102,71%

Lampiran 21 Daftar Spesifikasi Sampel 1. Kapsul Flukonazol (PT Kimia Farma) Komposisi : Tiap kapsul mengandung : Flukonazol 150 mg No Batch Produsen : CA 0839 J : PT Kimia Farma No. Pendaftaran : GKL0612423301B1 Tgl. Kadaluwarsa : Maret 2015 2. Kapsul Cancid (PT Sunthi Sepuri) Komposisi : Tiap kapsul mengandung : Flukonazol 150 mg No. Batch Produsen : 09M005 : PT Sunthi Sepuri No. Pendaftaran : DKL9831805301B1 Tgl. Kadaluwarsa : Desember 2013 3. Kapsul Govazol (PT Guardian Pharmatama) Komposisi : Tiap kapsul mengandung : Flukonazol 150 mg No. Batch : 1203057 Produsen : PT Guardian Pharmatama No. Pendaftaran : GKL9922229301B1 Tgl. Kadaluwarsa : Oktober 2014 4. Kapsul Zemyc (PT Pharos) Komposisi : Tiap kapsul mengandung : Flukonazol 150 mg

No. Batch Produsen : C2E688L : PT Pharos No. Pendaftaran : DKL9521618101B1 Tgl. Kadaluwarsa : Mei 2017

Lampiran 22 Tabel Nilai Distribusi t

Lampiran 23 Sertifikat Flukonazol Baku

Lampiran 24 Gambar Alat KCKT (Shimadzu) Gambar 8 Alat KCKT (Shimadzu)

Lampiran 25 Gambar Sonifikator (Branson 1510) dan Penyaring Gambar 9 Sonifikator (Branson 1510) Gambar Penyaring Gambar 10 Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan alat penyaring fase gerak

Gambar 11 Sonifikator Kudos Gambar 12 Neraca Analitik

Gambar 13 Syringe KCKT Gambar 14 Membran Filter PTFE 0,2 µm