Salah satu bagian dari struktur organisasi yang berperan besar dalam. tercapainya tujuan perusahaan yaitu karyawan yang berada dalam organisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Salah satu bagian dari struktur organisasi yang berperan besar dalam. tercapainya tujuan perusahaan yaitu karyawan yang berada dalam organisasi"

Transkripsi

1 2 showed that employee engagement in Bosowa Resources Group emerged as the pride of the company that has a corporate culture and values can not be separated from cultural backgrounds Bugis Makassar. Keyword: the employees, employee engagement, psychological Dynamics, ewako. Salah satu bagian dari struktur organisasi yang berperan besar dalam tercapainya tujuan perusahaan yaitu karyawan yang berada dalam organisasi tersebut. Karyawan yang bekerja dan memanifestasikan kemampuan yang dimilikinya akan memberikan dampak yang besar terhadap kemajuan perusahaan. Karyawan yang berdaya guna tentunya tidak lepas dari kompetensi dan sumber daya yang dimiliki. Salah satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan karyawan tidak luput dari peran organisasi tersebut untuk mengembangkan sumber daya manusia dan menciptakan kondisi-kondisi yang menjadi stimulus untuk karyawan merasa nyaman dan memiliki kesadaran untuk aktif dan memanifestasikan kemampuannya dalam bekerja pada organisasi tersebut. Perkembangan dunia kerja saat ini membutuhkan lebih dari rasa puas dan komitmen terhadap pekerjaan, namun karyawan diharapkan untuk memiliki perasaan terikat (employee engagement) terhadap perusahaan. Perasaan engaged diharapkan mampu untuk mendorong dan memberikan semangat diikuti dengan kondisi motivasional yang tercermin dalam keinginan dan perilaku yang tulus untuk berusaha mencapai tujuan organisasi. Employee engagement membuat seorang karyawan merasa bahwa eksistensinya dalam perusahaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan karyawan sehari-hari sehingga pada akhirnya akan berefek terhadap kinerja perusahaan atau organisasi.

2 3 Engagement merupakan suatu variabel motivasional yang berkelanjutan secara instrinsik dan ekstrinsik, menunjukkan bagaimana karyawan memaksimalkan apa yang ia miliki pada pekerjaannya. Employee engagement didefinisikan sebagai sebuah proses yang positif yang mampu untuk memotivasi kognitif, emosi dan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan (Shuck & Wollard, 2010). Christian, Garza dan Slaughter (Shuck & Herd, 2012) mengemukakan bahwa hal tersebut sudah dianggap sebagai satu hal yang mampu untuk menjaga, mempertahankan dan bahkan meningkatkan keunggulan yang lebih kompetitif di berbagai level organisasi. Hewitt Associates (dalam Hinds, 2010) mendefinisikan engagement sebagai ukuran komitmen emosional dan intelektual karyawan terhadap perusahaan. Karyawan yang memiliki rasa engaged terhadap perusahaan akan mengatakan sesuatu yang positif terhadap perusahaan, adanya keinginan untuk tetap tinggal dan bertahan pada perusahaan dan menunjukkan kemampuannya lebih dari yang diharapkan perusahaan. Beberapa hasil penelitian dan survei yang menunjukkan bahwa tingkat keterikatan karyawan di berbagai negara tergolong rendah. Survey yang dilakukan oleh Towers Perrin (Nusatria, 2011) ditemukan hasil bahwa engagement global sebesar 14% dengan sample karyawan dari berbagai negara, dengan level engagement tertinggi dari Meksiko sebanyak 40%, Brazil sebanyak 31%, USA sebanyak 21%, Belgia sebanyak 18% dan kemudian Kanada sejumlah 17%. Berdasarkan hasil survei dari Gallup Consulting ditemukan bahwa tingkat engagement di perusahaan-perusahaan yang berada pada jajaran world class company atau perusahaan kelas dunia lebih baik dibandingkan dengan

3 4 engagement di perusahaan yang bukan pada jajaran tersebut. Perusahaan kelas dunia menunjukkan jumlah 67% untuk karyawan yang memiliki rasa terikat terhadap perusahaan, sedangkan pada perusahaan yang lain hanya mencapai angka 33%. Pada level not engaged dan actively disengaged, perusahaan kelas dunia juga menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain. Gallup Consulting (2010) mengemukakan bahwa pada perusahaan kelas dunia, level not engaged dan actively disengaged sebesar 26% dan 7%, sedangkan pada perusahaan lain mencapai 49% dan 18%. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa masih banyak perusahaan-perusahaan di dunia yang kurang memperhatikan employee engagement walaupun kenyataannya bahwa hasil riset sebelumnya menunjukkan employee engagement banyak memberikan dampak positif dan manfaat terhadap perusahaan (Gallup, 2010; Shuck & Reio 2010). Survei dan penelitian mengenai employee engagement juga dilakukan di Indonesia. Hasil penelitian dan survei yang ditemukan memiliki pola yang hampir sama dengan yang terjadi di luar negeri bahwa tingkat employee engagement di perusahaan Indonesia terlihat lebih besar pada level not engaged. Perusahaan yang memperlihatkan tingkat engaged yang tinggi terlihat pada perusahaanperusahaan yang bisa dikategorikan sebagai perusahaan yang cukup besar dan terkenal di Indonesia (Nusatria, 2011). Berikut hasil survei employee engagement dari beberapa perusahaan di Indonesia:

4 5 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Engaged Disactively engaged Not engaged Gambar 1. Grafik employee engagement di beberapa perusahaan di Indonesia. (Sumber:Fahrani, 2012; Pratiwi, 2013; Tagor, 2013; Akbar, 2013 ) Salah satu perusahaan yang ada di Indonesia dan berada di kawasan Indonesia timur adalah Bosowa Corporate dengan salah satu anak perusahaannya yaitu Bosowa Resources Group. Bosowa Resources Group, merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia Timur yang bergerak di bidang pertambangan dan alat berat yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan multi tambang nasional yang berbasis industri pada tahun Bosowa Resources Group sejatinya merupakan perusahaan yang masih tergolong muda dalam kancah industri di Sulawesi Selatan pada khususnya dan di Indonesia Timur pada umumnya. Berdiri sejak tahun 2006, Bosowa Resources Group memiliki beberapa anak perusahaan di dalamnya. Bosowa Resources Group (2014) memiliki visi yaitu untuk menjadi perusahaan multi tambang nasional yang berbasis industri pada tahun 2018 dan misi untuk membangun ekonomi nasional melalui industri pertambangan yang berwawasan lingkungan. Pada perkembangannya, Bosowa Resources telah memiliki tujuh anak perusahaan diantaranya PT. Bosowa Mining; PT. Bosowa Metal Industri; PT. Pasir Bara; PT. Bosowa Tambang Indonesia; PT. Sewa Alat

5 6 Prima; PT. Bosowa Resources dan PT. Bosowa Olah Limbah. Berdasarkan data karyawan yang dimiliki oleh Departement Human Resources, jumlah karyawan yang dimiliki oleh Bosowa Resources Group sekarang ini sebanyak 682 orang. Pencapaian visi misi Bosowa Resources pada tahun 2018 tentunya tidak akan mudah tercapai apabila seluruh komponen yang berada di dalam perusahaan tersebut tidak bersinergi dengan baik yaitu stakeholder, para pemimpin dan seluruh karyawan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP) peneliti yang dilakukan pada Bosowa Resources Group memberikan kesempatan kepada peneliti untuk terlibat secara aktif di perusahaan selama enam bulan pelaksanaan PKPP. Pada proses tersebut, peneliti banyak berinteraksi dan mengobservasi kondisi yang ada di perusahaan termasuk interaksi karyawan, leadership, kerjasama, komunikasi, proses kerja, kinerja karyawan, pemberian reward dan lain sebagainya. Hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa karyawan di Bosowa Resources Group sangat terlibat dengan aktivitas yang ada di perusahaan, baik aktivitas yang sesuai dengan job description masing-masing karyawan, maupun terlibat dalam hal-hal di luar job description-nya. Maslach, Schaufeli, Leiter (2009) mengemukakan bahwa employee engagement memiliki hubungan yang berlawanan dengan tingkat turnover karyawan. Data mengenai turnover karyawan yang diperoleh dari HR Bosowa Resources menunjukkan bahwa pada terjadi penurunan rasio turnover pada dua tahun terakhir. Data yang diperoleh juga mengungkapkan bahwa alasan karyawan untuk keluar dari perusahaan karena ingin melanjutkan pendidikan, sakit dan karena harus meninggalkan perusahaan dengan alasan menikah,

6 7 bukan merupakan alasan karena karyawan tidak merasa puas dengan perusahaan Karyawan masuk Karyawan keluar Gambar 2. Tingkat turnover di Bosowa Resources Group (Sumber HR Bosowa Resources Group) Hasil wawancara dengan salah seorang kepala divisi di Bosowa Resources mengemukakan bahwa ia sudah sangat nyaman untuk bekerja di BRG dan akan memberikan tenaga dan pikirannya secara maksimal untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara ia memaparkan bahwa dirinya sudah sering diminta dan diajak oleh perusahaan lain untuk pindah dari Bosowa Resources Group kemudian dijanjikan fasilitas dan gaji yang lebih besar dari yang ia peroleh dari perusahaan, namun pada kenyataannya ia memilih untuk tetap berada di Bosowa Resources dan mengabdikan dirinya untuk kemajuan perusahaan. Oh tidaaaak, kalau saya itu di sini, sudah beberapa kali ada tawaran untuk bekerja di luar. Di luar Bosowa ya maksudnya, bukanji di luar negeri. Ya apa yaaa orang memang taunya, kenalnya orang Bosowa itu bagus-bagus jadi kalo pindah itu banyak yang mau ambil. Nah saya kemarin itu juga ada lagi yang tawarkan untuk pindah saja di sebelah, ditawarkan jabatan yang yaaa lebih di atas lagi dari Resources, gaji juga dikasi pasti lebih besar dari yang saya dapat di sini, dikasi fasilitas kendaraan pula. Tapi ya saya sudah nyaman di sini, enakmi kurasa di sini, sama Pak Appi juga enakmi kerjanya. Jadi yaaaa saya pilih untuk tetap mengabdi saja di Bosowa, kecuali memang kalau kehendak Corporate saya dipindahkan di anak perusahaan mana begitu, ya

7 8 mau gimana lagi. Tiba-tiba ada lagi perusahaan yang perlu dikembangkan jadi ada mutasi, ya mau tidak mau. (S2, W1, ) Hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan PKPP membuat peneliti berkesimpulan bahwa karyawan di Bosowa Resources Group mencintai dan tidak ingin meninggalkan perusahaan walaupun mendapatkan tawaran dari perusahaan lain dengan fasilitas yang lebih baik. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan Bosowa Resources Group memiliki rasa keterikatan terhadap perusahaan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap beberapa karyawan bahwa mereka tidak ingin melamar di tempat lain hanya untuk mencari gaji yang lebih tinggi, mereka hanya ingin pindah ke perusahaan lain apabila perusahaan lain tersebut merupakan salah satu anak perusahaan Bosowa Resources Group ataupun dipidahkan ke Group Bosowa Corporindo yang lain, bukan karena alasan tidak betah ataupun untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Kalau saya enakmi kurasa di sini, sudahmi juga ku rasa, kubandingkan bekerja di perusahaan lain sebelumku di Bosowa sini, ndaji deh. Mau di Resources saja sampai memang saya sudah tidak dibutuhkan lagi di sini (S3, W1, ) Kusuka saya kerja di sini, kecuali memang kalau saya dipecat ya misalnya. Hehehe, jangan sampai deh. Ya tapi kalau misalnya haruska pindah dari Resources, nda di sinimi lagi maunya sih tetap di Bosowa saja, ya mungkin di Semen, tapi kalau di tempat lain mungkin ndakji deh.(s1, W1, ) Di Resourcesja saya, mannamamo juga begini kondisinya, kau taumilah tapi enak tonji, betah tonja juga di sini, sukama orang-orangnya, kondisi kerjanya, kekeluargaannya. Pokoknya Resourcesma saya. (S5, W2, 45-49) Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hewitt (Mujiasih & Ratnaningsih, 2012), yang memaparkan bahwa untuk menciptakan karyawan yang engaged, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penghargaan, kondisi perusahaan, kualitas kehidupan, kesempatan, aktivitas pekerjaan, dan orang lain di sekitar. Kenyataan di lapangan ditemukan bahwa beberapa proses dan manajemen di Bosowa Resources Group tidak memenuhi faktor untuk memungkinkan

8 9 karyawan merasa engaged terhadap perusahaan sesuai dengan teori yang dikemukakan sebelumnya. Kondisi yang dimaksud yaitu: 1. Aktivitas pekerjaan (work), karyawan di Bosowa Resources tidak memiliki job description yang jelas dan terbakukan sehingga karyawan sering mengalami kebingungan mengenai tugas dan tanggung jawabnya. 2. Kesempatan (oportunities), perusahaan tidak memiliki program untuk training dan development sendiri. Program pengembangan karyawan berpusat di Bosowa Management dan Development yang pelaksanaannya berkoordinasi dengan HR masing-masing perusahaan termasuk Bosowa Resources, namun HR Bosowa Resources tidak memiliki sistem regulasi untuk mengatur karyawan yang akan diikutkan training sehingga kesempatan untuk training tidak merata kepada semua karyawan. 3. Kondisi perusahaan (Company practice). Bosowa Resources tidak memiliki struktur organisasi yang terbakukan sehingga cenderung untuk berubahubah. Hal tersebut acapkali menimbulkan kebingungan peran dan pembagian wewenang dan berdampak pada pekerjaan dan rutinitas karyawan. 4. Penghargaan (total rewards). Hal lain yang ditemukan bahwa beberapa karyawan belum mendapatkan surat keputusan yang menyatakan sebagai pegawai tetap padahal karyawan sudah bekerja di perusahaan lebih dari waktu masa percobaan. Pada kenyataannya kondisi tersebut tidak menjadi alasan dan hambatan karyawan untuk tidak menunjukkan sense of engagement terhadap perusahaan Bosowa Resources. Karyawan tetap merasa nyaman untuk bekerja dan bersedia mengabdi, memberikan kemampuannya untuk perusahaan dan tidak memiliki

9 10 keinginan untuk mencari perusahaan lain yang lebih baik dibandingkan dengan Bosowa Resources Group. Kahn (1990) mendefinisikan bahwa employee engagement adalah keinginan dan ekspresi karyawan yang merujuk pada perilaku kerja yang berkaitan terhadap pekerjaan dan orang-orang yang ada dalam perusahaan, menunjukkan keterlibatan secara personal dan aktif dalam menunjukkan performansi kerja. Robertson dan Cooper (2010) mengemukakan bahwa employee engagement merupakan suatu isu penting selama sepuluh tahun terakhir. Macey, Schneider, Barbera dan Young (2009) mengemukakan bahwa engagement adalah kondisi yang mengarah pada kondisi individu dalam suatu organisasi yang memberikan dan memfokuskan energi yang termanifestasikan ke dalam bentuk inisiatif, adaptabilitas, semangat dan ketekunan karyawan dalam organisasi. Penelitian membuktikan bahwa employee engagement berkorelasi positif dengan performansi organisasi, seperti mengurangi upaya retensi karyawan, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta meningkatkan kinerja (Scheimann dalam Mujiasih & Ratnaningsih, 2011), meningkatkan produktifitas dan keuntungan, menciptakan rasa aman dalam bekerja (Markos & Sridevi, 2010). Hasil lain dari penelitian menunjukkan bahwa employee engagement berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi (Nusatria, 2011). Karyawan yang memiliki rasa engaged terhadap perusahaannya akan terlihat lebih produktif di tempat kerja (Macey, Schneider, Barbera & Young, 2009). Karyawan yang engaged pada perusahaan mampu secara konsisten menunjukkan hasil kerja yang mampu melampaui harapan (Harter, Schmidt &

10 11 Hayes, 2002; Shuck & Reio, 2013). Survei membuktikan bahwa karyawan yang merasa engaged pada perusahaan di mana ia bekerja menunjukkan rendahnya tingkat ketidakhadiran dalam bekerja (-37%), tingkat turnover karyawan (-25% hingga -49%), pencurian yang dilakukan oleh karyawan (-27%), kecelakaan kerja (-49%), insiden keamanan (-41%) dan cacat kualitas kerja (-60%) dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki rasa terikat terhadap perusahaan di mana ia bekerja (Harter, Schmidt, Killham, & Agrawal, 2011). Kahn (1990) menjelaskan bahwa employee engagement secara signifikan dipengaruhi oleh tiga domain psikologis, yaitu kebermaknaan (meaningfulness), rasa aman (safety), dan ketersediaan (availability). Shuck dan Reio (2013) mengungkapkan bahwa ketika karyawan menginterpretasikan bahwa apa yang mereka kerjakan itu bermakna dan mereka merasa aman di tempat mereka bekerja dan mereka merasa bahwa mereka memiliki fasilitas dan dukungan yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas, maka karyawan memiliki kemungkinan yang besar untuk merasa terikat dengan perusahaan. Employee engagement merupakan suatu preposisi yang sangat dinamis untuk menghubungkan antara perusahaan dengan karyawannya (Reissner & Pagan, 2013). Perusahaan yang mampu membuat karyawannya merasa terikat, akan menjadi lebih kuat pada performansi keuangan perusahaan, termasuk dengan peningkatan loyalitas pelanggan, produktivitas, keuntungan, nilai-nilai dalam perusahaan dan siklus keuangan harian (Harter, Schmidt, & Hayes, 2002; Kumar & Sia, 2012). Shuck, Ghosh, Zigarmi dan Nimon (2012) menjelaskan bahwa karyawan yang engaged terhadap perusahaan akan memberikan hal-hal yang mereka miliki, baik hal yang bisa yang terlihat maupun tidak terlihat. Hal yang dimaksud

11 12 tersebut seperti waktu, kepedulian, ketangkasan secara mental, kerja ekstra, rasa bangga, rasa memiliki, percaya, lebih aktif dan vokal dalam berkomunikasi, dan lain sebagainya. Karyawan yang engaged terhadap perusahaan menunjukkan perilaku dan motivasi yang positif pada perusahaan. Gallup (Mujiasih & Ratnaningsih, 2012) mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki keterikatan terhadap perusahaan akan bekerja dengan semangat dan merasakan perasaan yang mendalam pada perusahaan di mana mereka bekerja. Karyawan yang engaged terhadap perusahaan juga akan menunjukkan inovasi yang akan mendukung kemajuan organisasi mereka. Maslach, Schaufeli, Leiter (2009) mengemukakan bahwa employee engagement memiliki hubungan yang berlawanan dengan tingkat turnover karyawan. Mishra dan Spreitzer (1998) mengemukakan bahwa perusahaan yang memperhatikan employee engagement akan membuat karyawan merasa berarti dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi dan mengurangi keinginan karyawan untuk keluar atau pindah dari perusahaan. Karyawan yang tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan memiliki kecenderungan untuk keluar dari perusahaan atau karena menerima tawaran dari perusahaan lain. Markos dan Sridevi (2010) menjelaskan bahwa perusahaan dengan karyawan yang tidak memiliki rasa keterikatan akan memunculkan dampak yang negatif. Karyawan yang tidak merasa terikat dengan perusahaan akan menyianyiakan usaha dan bakat mereka untuk hal yang tidak begitu bermanfaat, tidak menunjukkan komitmen yang penuh, dan memiliki potensi untuk melakukan perpecahan dalam perusahaan. White (Markos & Sridevi, 2010) mengemukakan bahwa perusahaan yang karyawannya tidak engaged memiliki beberapa

12 13 masalah, salah satu terutama pada kepuasan pelanggan. Meere (Markos & Sridevi, 2010) memaparkan bahwa survei yang dilakukan oleh ISR pada karyawan dari 41 perusahaan di 10 negara ekonomi kuat di dunia menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat keterlibatan karyawan yang rendah memperoleh keuntungan usaha dan laba bersih berkurang selama tiga tahun terakhir. Meere (Markos & Sridevi, 2010) memaparkan level dalam employee engagement di perusahaan. Employee engagement terbagi atas tiga level yaitu engaged, not engaged dan actively disegaged. Karyawan yang engaged merasa terhubung dengan pekerjaan mereka dan mereka bekerja dengan penuh semangat. Karyawan yang not engaged tetap memiliki partisipasi dalam perusahaan tetapi mereka hanya bekerja sesuai dengan jadwal dan tugas mereka, dan mereka tidak memiliki gairah dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab. Karyawan yang tergolong dalam kategori actively disengaged merasa tidak nyaman ketika bekerja dan melakukan perilaku yang cenderung menyimpang di tempat kerjanya. Employee engagement dibagi dalam tiga dimensi, yaitu kognitif, emotional dan behavioral (Shuck & Herd, 2012; Shuck, 2011). Keterikatan kognitif dibangun atas dasar interpretasi karyawan, apakah pekerjaan mereka bermakna, aman (secara fisik, emosi dan psikologis), dan apakah mereka memiliki sumber daya yang memadai untuk menyelesaikan pekerjaan mereka (Kahn, 1990). Keterikatan emosional terlihat pada keinginan untuk menginvestasikan ataupun merelakan kepemilikan pribadi untuk kepentingan perusahaan. Kepemilikan pribadi bisa berupa waktu, kepedulian, kerja ekstra, rasa bangga, kepemilikan dan kepercayaan untuk perusahaan. Karyawan yang memiliki rasa keterikatan

13 14 secara emosional terhadap perusahaan akan mempunyai rasa memiliki dan mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi untuk proses pengembangan (Rhoades, Eisenberger & Armeli, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keterlibatan secara emosional karyawan menjadi lebih produktif, kurang absen ketika bekerja, dan lebih kecil kemungkinannya untuk turnover (Czarnowsky, 2008; Fleming & Asplund, 2007; Ketter, 2008; Mathieu & Zajac, 1990; dan Shuck & Herd, 2012). Keterikatan behavioral, merupakan gabungan dari keterikatan kognitif dan keterikatan emosional. Keterlibatan perilaku ini merupakan hal yang bisa dilihat secara nyata, hal tersebut bisa berupa usaha yang keras atau kerja sama yang baik dengan rekan sesama karyawan (Shuck & Herd, 2012). Finney (2010) memaparkan bahwa karyawan yang memiliki keterikatan terhadap perusahaan akan menunjukkan beberapa sifat-sifat, diantaranya: a. Mempercayai visi dan misi organisasi, sehingga karyawan bersedia memberikan kemampuannya untuk pengembangan organisasi. b. Menyukai pekerjaan dan memiliki kontribusi pekerjaan pada tujuan yang lebih besar. c. Tidak begitu mengandalkan pendisiplinan, namun lebih pada kejelasan, komunikasi dan konsistensi. Karyawan tidak selalu harus dijelaskan mengenai peraturan yang berlaku, namun dengan sadar mengikuti tata tertib yang ada. d. Lebih positif, fokus, lebih antusias dan kreatif dalam upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki. e. Bisa dipercaya wdan lebih mempercayai rekan dan atasannya sehingga mendukung untuk terciptanya kerja sama yang baik.

14 15 f. Meyakini bahwa usaha mereka dihargai oleh pimpinan, sehingga reward bias dinilai dalam bentuk apapun. g. Memiliki ide-ide yang hebat dan memberikan kemampuan yang terbaik kepada perusahaan. Penelitian mengenai employee engagement banyak dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri. Mujiasih dan Ratnaningsih (2012) mengungkapkan bahwa penggerak employee engagement akan berbeda berdasarkan tiap jenis pekerjaan dan organisasi dimana karyawan bekerja. Hewitt (Mujiasih & Ratnaningsih, 2012) mengemukakan bahwa engagement dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: penghargaan (total rewards), kondisi perusahaan (company practices), kualitas kehidupan (quality of life), kesempatan (opportunities), aktivitas pekerjaan yang dihadapi (work) dan orang lain di sekitar pekerjaan (people and environment). Federman (2009) mengemukakan bahwa employee engagement juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kebudayaan (culture), indikator sukses (success indikators), pengertian prioritas (priority setting), komunikasi (communication), inovasi (innovation), penguasaan bakat (talent acquisition), peningkatan bakat (talent enhancement), insentif dan pengakuan (incentives dan acknowledgement), dan pelanggaran (cusomer-centered). Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa employee engagement dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya budaya organisasi (Akbar, 2013), karakteristik pekerjaan, dukungan supervisor dan organisasi, imbalan dan penghargaan (Nusatria, 2011), dukungan kelompok dan kepemimpinan (Xu & Thomas, 2011), komunikasi (Wongan, 2014) dan Quality Work Life yang terdiri dari faktor

15 16 partisipasi karyawan, penyelesaian konflik dan komunikasi, rasa bangga dan faktor keselamatan kerja (Novianto, 2012). Beberapa riset dilakukan di luar dan di dalam negeri untuk mengetahui lebih jelas mengenai employee engagement. Riset menunjukan bahwa karyawan yang terikat (engaged employee) merupakan karyawan yang menunjukkan kerja produktif (Gallup, 2010). Riset yang dilakukan oleh Hay Group menunjukkan bahwa perusahaan dengan karyawan yang memiliki rasa engaged terhadap perusahaan menunjukkan peningkatan produktivitas sebanyak 43% (Townsend, Wilkinson & Burgess, 2013). Towers-Perrin (Townsend, Wilkinson & Burgess, 2013) melaporkan data bahwa dari karyawan yang menunjukkan penilaian tinggi terhadap level engagement memiliki performansi yang tinggi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki level engagement yang rendah. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai employee engagement pada karyawan di perusahaan Bosowa Resources Group. Pertanyaan penelitian yang muncul yaitu: 1. Faktor apa yang melatarbelakangi karyawan merasa engaged terhadap perusahaan? 2. Bagaimana dinamika psikologis karyawan yang memiliki engagement terhadap perusahaan yang mampu mendorong produktivitas perusahaan? 3. Bagaimana latar belakang budaya organisasi dan budaya karyawan dari latar belakang suku Bugis Makassar mampu membuat karyawan merasa engaged terhadap perusahaan?

16 17 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang melatarbelakangi engagement, bagaimana dinamika psikologis karyawan yang memiliki sense of engagement yang termanivestasikan dalam sikap kerja yang secara langsung mampu meningkatkan produktivitas perusahaan di Bosowa Resources Group dan keterkaitan budaya organisasi dan budaya karyawan ditinjau dari suku Bugis Makassar karyawannya. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya referensi dan memberikan warna terhadap perkembangan dunia industri dan organisasi mengenai keterikatan karyawan (employee engagement) dalam kaitannya dengan budaya organisasi dan latar belakang karyawan yang berasal dari suku Bugis Makassar. b. Menjadi referensi dalam ruang lingkup pembahasan psikologi industri dan organisasi. 2. Manfaat praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi kepada organisasi untuk meningkatkan sense of engagement dan pengembangan karyawan di Bosowa Resources Group.

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia EMPLOYEE ENGAGEMENT Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia 1 MENINGKATKAN EMPLOYEE ENGAGEMENT Beberapa pakar organisasi menjelaskan bahwa level keterikatan karyawan (employee engagement)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik penelitian. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai isu konseptual employee engagement dan isu kontekstualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini, perguruan tinggi negeri, swasta asing maupun swasta dalam negeri berkembang pesat di Indonesia. Perguruan tinggi negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterikatan Kerja (Work Engagement) 1. Pengertian keterikatan kerja Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang menuntut perubahan lingkungan yang cepat dan persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dinamika lingkungan perusahaan menunjukkan persaingan yang ketat. Sehingga banyak perusahaan berusaha menjadikan organisasi mereka menjadi lebih efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang alasan yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Sebagai organisasi perbankan yang terbentuk dari empat gabungan bank, mempunyai masalah dengan perbedaan culture dari masing-masing orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu organisasi dengan suatu tujuan dan misi, dimana setiap perusahaan memiliki tujuan atau visi dan misi yang berbeda. Pada suatu perusahaan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi menghadapi tantangan berupa perubahan yang terjadi terus-menerus. Perubahan ini memunculkan kompetisi antar organisasi untuk menghasilkan produk yang inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan atau tujuan organisasi akan tercapai apabila terjadi hubungan yang baik diantara semua pekerja yang ada. Proses penyesuaian diantara unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar dan memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah aset dari sebuah perusahaan. Produktivitas dan keuntungan dari perusahaan tergantung pada bagaimana performa dari karyawan tersebut. Karyawan yang performa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin tajam timbul dari perkembangan teknologi dan globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan industri nasional. Untuk mengukur daya saing industri nasional, salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ditengah persaingan kompetitif di antara perusahaan yang sering terjadi, persaingan tidak hanya dalam hal merebut pasar maupun keuntungan, tetapi juga mencakup persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan, menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya manusia tidak lagi dianggap sebagai fungsi penunjang (Supporting),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job engagement dengan pencapaian target perusahaan hasilnya sangat positif. Perusahaan tidak lagi hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan keunggulan dalam bersaing. Organisasi tersebut melakukan persaingan yang berdasarkan pada ide-ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dalam dunia industri dan organisasi, menuntut setiap perusahaan memiliki pengelolaan yang baik untuk memantapkan persaingan dalam dunia industri dan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bagian dari manajemen yang berfokus kepada aspek manusia. Fungsi dari manajemen sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

Sumber : Dokumen Perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk Gambar 1.1 Logo perusahaan

Sumber : Dokumen Perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk Gambar 1.1 Logo perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Jenis Usaha, Nama Perusahaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Wijaya Karya Beton Tbk. (PT. WIKA Beton Tbk) pemimpin di pasar beton pracetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus menerus yang didirikan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keunggulan kompetitif perusahaan dapat dicapai dengan kinerja perusahaan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Produk, layanan, strategi, teknologi ataupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan atau sumber daya manusia ( SDM ) merupakan satu-satunya aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain yang tidak bernapas atau bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi perusahaan. Mereka merupakan sumber daya yang esensial untuk mencapai tujuan perusahaan dan

Lebih terperinci

dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi.

dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi. 2 Penentu keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi selalu berkaitan dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan baik perusahaan industri dan jasa, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan baik perusahaan industri dan jasa, sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap perusahaan baik perusahaan industri dan jasa, sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan tidak berdiri sendiri dalam melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawannya yang bertalenta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam pekerjaan di konsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT Intisari Winda Nevia Rosa Bagus Riyono Work engagement telah mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (IT), PT. Industri Telekomunikasi Indonesia yang disingkat (INTI) Persero, telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi (IT), PT. Industri Telekomunikasi Indonesia yang disingkat (INTI) Persero, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berkembangnya tren konvergensi antara teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi (IT), PT. Industri Telekomunikasi Indonesia yang disingkat (INTI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kepemimpinan akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan dalam menilai suatu perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin organisasi dianggap menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen karyawan merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Karyawan yang mempunyai komitmen

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam melakukan kegiatan bisnis, karyawan merupakan suatu aset yang penting bagi organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan berujung pada keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil

BAB I PENDAHULUAN. performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan suatu kesatuan komplek yang mengalokasikan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi mampu mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak dikaji. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan untuk tetap bertahan di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kualitas demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HUMAN RESOURCE MANAGEMENT Noe, R.A., et.al. (2006) menyatakan bahwa human resource management adalah peraturan, praktek, dan sistem yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan performa

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada setiap perusahaan besar maupun kecil, perusahaan swasta maupun negara, dan/atau perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan di dalam dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik perusahaan swasta

Lebih terperinci

KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI

KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI Oleh : 1 Darmawan, 2 Rahmi Rosita Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Gedung sentra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan penggerak roda organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan organisasi, dengan kata lain sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Para ahli umumnya memberikan pandangan yang beragam mengenai pengertian komitmen organisasional. Priansa (2014) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank melalui sales force-nya berlomba-lomba menawarkan berbagai produk yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Bank melalui sales force-nya berlomba-lomba menawarkan berbagai produk yang sesuai BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu industri dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Bank melalui sales force-nya berlomba-lomba menawarkan berbagai produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali 2 structural equation model (SEM) to examine the relationship and the effects of independent variable to the dependent variable by the presence of mediator variable. The result of this research was that

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam sebuah perusahaan karena pada dasarnya seorang pekerja adalah salah satu kunci utama dalam organisasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterikatan Karyawan (employee engagement) 1. Definisi Keterikatan Karyawan (employee engagement)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterikatan Karyawan (employee engagement) 1. Definisi Keterikatan Karyawan (employee engagement) 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterikatan Karyawan (employee engagement) 1. Definisi Keterikatan Karyawan (employee engagement) Penelitian pertama yang mengemukakan konsep employee engagement adalah Kahn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keterikatan kerja selalu menjadi isu penting di dalam dunia kerja, hal ini sangat berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang kemudian akan menentukan keberhasilan dan kemajuan

Lebih terperinci

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena 1 Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global adalah mempertahankan karyawan yang berkualitas. Karyawan potensial yang engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah diselesaikannya penyusunan Laporan Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di STPP Medan periode semester

Lebih terperinci

Good Corporate Governance, sehingga prinsip dasar Astra diterjemahkan lagi dalam etika bisnis

Good Corporate Governance, sehingga prinsip dasar Astra diterjemahkan lagi dalam etika bisnis L 1 WAWANCARA Hasil wawancara dengan Bapak Yakub Liman (Chief Astra Management Development Institute PT Astra International Tbk) yang dilakukan pada hari Rabu, 21 Desember 2005 pukul 14.00 di PT Astra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter (1998:27) oleh Zainuddin (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan wadah bagi orang-orang yang memiliki pandangan dan visi dengan tujuan untuk menampung aktivitas dan interaksi yang dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini banyak perusahaan baru dan bermunculannya konsumen yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini banyak perusahaan baru dan bermunculannya konsumen yang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak perusahaan baru dan bermunculannya konsumen yang lebih kritis terhadap barang yang semakin bermutu. Dunia usaha di Indonesia sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Menyusun penelitian ini, tentu dibutuhkan bab tinjauan pustaka yang diharapkan dapat membantu mengarahkan Penulis dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan pustaka diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam budaya masyarakat Indonesia, usaha percetakan undangan dapat diperhitungkan karena di Indonesia memiliki banyak acara syukuran yang membutuhkan undangan,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASI PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN SHAFIRA CORPORATION BANDUNG

2015 PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASI PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN SHAFIRA CORPORATION BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan perusahaan baik barang maupun jasa menuntut organisasi perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetensi. Fakta dilapangan tentang motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Iklim Organisasi 2.1.1 Pengertian Iklim Organisasi Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Lampiran 1 Alat Ukur Iklim Kerja KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Kristen Maranatha Bandung, saya membutuhkan beberapa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan persaingan bisnis dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dan dukungan karyawan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan

BAB I PENDAHULUAN. serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju juga perusahaan dalam melihat peruntungan dimasa depan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju juga perusahaan dalam melihat peruntungan dimasa depan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat berkompetisi baik dalam taraf lokal maupun global. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci