Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena"

Transkripsi

1 1 Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global adalah mempertahankan karyawan yang berkualitas. Karyawan potensial yang engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena mereka memiliki energi yang tinggi dan antusias dalam pekerjaannya (Bakker, Schaufeli, Leiter & Taris, 2008). Karyawan yang memiliki work engagement tinggi akan memberikan potensi yang dimikinya secara penuh di dalam pekerjaan. Tingkat work engagement berpotensi untuk mempengaruhi secara signifikan retensi karyawan, produktivitas dan loyalitasnya, tetapi juga merupakan penghubung utama terhadap kepuasan pelanggan, reputasi perusahaan, dan nilai saham secara keseluruhan (Sundaray, 2011). Work engagement menjadi kunci sukses dan kemampuan daya saing organisasi (Gruman & Saks, 2011). Work engagement mampu untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, mengurangi turnover, dan menciptakan kondisi perilaku dan emosi yang positif pada karyawan. Kondisi tersebut dapat menjadi faktor pendukung untuk efektivitas organisasi. Work engagement berkorelasi negatif dengan burnout (Leiter & Maslach, 1997; Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006), dan keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan (Attridge, 2009; Schaufeli & Bakker, 2004). Perusahaan yang sedang bertumbuh, seringkali harus menghadapi kondisi di mana karyawan memiliki tingkat engagement yang belum optimal sampai pada kondisi ekstrim yaitu karyawan memutuskan untuk keluar dari perusahaan (Chalofsky & Krishna, 2009). Hal yang kemudian dihadapi adalah tingkat employee turnover yang tinggi dan terkadang juga penurunan kinerja akibat dari

2 2 keluarnya karyawan tersebut (swamajalah.co.id). Studi Global Workforce yang meneliti 1005 karyawan di Indonesia, mengungkapkan bahwa 27% karyawan ingin meninggalkan pekerjaannya. Sekitar 38% karyawan yang tergolong disengaged, juga berkeinginan untuk meninggalkan pekerjaan mereka (Towers Watson, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Pwc Indonesia (2013), hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 30% responden menyatakan tingkat turnover staf mereka berkisar 10-20%. Persentase tersebut meningkat 5% di tahun berikutnya (PwC Indonesia, 2013). Kondisi senada dialami juga oleh PT X yaitu salah salah satu perusahaan farmasi yang bergerak dalam bidang health food dan skin care dimana tingkat turnover karyawannya cukup tinggi. Data menunjukkan turnover karyawan tahun 2014 adalah 38.14%, dan tahun 2015 (Januari sampai Oktober) 30.20%. Hal yang menjadi permasalahan lebih genting adalah karyawan yang meninggalkan perusahaan adalah karyawan yang unggul (talent). Kepergian para karyawan talent ini menyebabkan keguncangan bagi perusahaan jika tidak segera mendapatkan pengganti yang setara dengan potensi dan kompetensinya (Adryanto, 2014). Kasus pelanggaran (undisipliner) yang terjadi dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2015 sejumlah 70 kasus terkait absensi seperti terlambat, ijin lebih dari 5 kali dalam sebulan dan mangkir. Kasus PHK karena karyawan mangkir 5 hari berturut-turut mencapai 10% dari keseluruhan kasus undisipliner. Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa karyawan yang tidak engaged akan merugikan bagi perusahaan. Oleh karenanya, engagement karyawan menjadi hal yang krusial untuk mendukung kinerja perusahaan. Kondisi menuntut

3 3 perusahaan untuk memprioritaskan pada pengembangan karyawan dalam tingkat keterikatannya/ engaged terhadap pekerjaan dan perhatian perusahaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement. Karyawan dengan work engagement tinggi adalah karyawan yang merasa happy dan memiliki kebermaknaan dalam bekerja. Hal tersebut membuat karyawan mampu menunjukkan kinerja yang optimal. Mereka akan merasakan kepuasan dan tidak mencari-cari kesempatan untuk berpindah ke perusahaan lain. Karyawan yang engaged mempunyai motivasi intrinsik dan akan betah bekerja karena memiliki komitmen yang tinggi (Adryanto, 2014). Engagement dimulai dari dalam diri individu. Deci dan Ryan (1985) menjelaskan bahwa engagement bersumber dari teori motivasi intrinsik yang dijelaskan melalui Self-Determination Theory (SDT). Motivasi intrinsik individu yang engaged berkaitan dengan actively engagement yaitu ketertarikan terhadap tugas-tugas yang akan mampu mendorong individu untuk berkembang. Actively engagement terjadi ketika individu merasa tertarik dengan pekerjaannya dan memiliki kepuasan, yang nantinya dapat memprediksi munculnya engagement dan kesejahteraan (Deci & Ryan, 2000). Salanova & Schaufeli (2008) menjelaskan bahwa adanya motivasi dari dalam diri tersebut akan memunculkan keaktifan perilaku individu dalam pekerjaannya meliputi pencapaian tujuan, dan gigih dalam orientasi target bersama. Selain itu individu juga semangat dan merasa antusias, dan merasa bangga terhadap pekerjaan individu (dedikasi), identifikasi dan bertujuan. Engagement yang muncul dari dalam diri akan melibatkan kognisi, emosi, dan keasyikan mental seorang karyawan (Kahn, 1990; Saks, 2006). Engagement

4 4 bukan keadaan yang sesaat tetapi merupakan keadaaan afeksi-motivasi yang menetap dan tidak fokus terhadap objek, peristiwa atau perilaku tertentu. Definisi work engagement yang dipakai dalam penelitian ini adalah definisi yang diajukan oleh Schaufeli dan Bakker (2004), yaitu suatu keadaan yang dipenuhi emosi positif dan keterlibatan penuh dalam pekerjaan yang ditandai dengan vigor (semangat), dedication (dedikasi), dan absorption (keasyikan terhadap pekerjaan). Definisi ini dipakai di dalam penelitian karena konsep ini pengukurannya konsisten terhadap karakteristik definisinya. Vigor atau semangat mencerminkan usaha untuk terus energik saat bekerja dan kecenderungan untuk tetap berusaha dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan yang ditandai dengan kekuatan, resiliensi mental dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguhsungguh di pekerjaan serta gigih dalam menghadapi kesulitan. Dedication ditandai oleh suatu perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggan dan tantangan. Absorption/ penyerapan, dimana seseorang menjadi benar-benar tenggelam dalam pekerjaan, dengan penuh konsentrasi dan minat yang mendalam terhadap pekerjaan sehingga waktu terasa begitu cepat dan individu sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Work engagement dapat diterangkan oleh faktor-faktor pendukung. Salah satu teori yang paling popular digunakan untuk menjelaskan work engagement adalah JD-R Model. Berdasar teori JD-R Model, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi work engagement yaitu job demands dan job resourses (Bakker & Demerouti, 2007). Definisi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah job demands sebagai aspek fisik, sosial, atau organisasional dari pekerjaan yang

5 5 membutuhkan usaha fisik atau mental yang berkelanjutan dan kemudian dihubungkan dengan biaya fisiologis dan psikologis (Schaufeli & Bakker, 2004). Dimensi yang digunakan untuk mengukur job demands adalah work pressure, cognitive demands, emotional demands, role conflict dan hasless. Work pressure, mengacu pada sejauh mana karyawan dituntut melakukan banyak tugas dalam jangka waktu yang singkat. Cognitive demands adalah tuntutan tugas yang memerlukan banyak konsentrasi. Emotional demands adalah tuntutan pekerjaan yang mempengaruhi karyawan secara pribadi dan menguras emosi, misalnya customer marah (Bakker, Brummelhuis & Heijden, 2010). Maslach et al., (2001) menyebutkan role conflict terjadi ketika terdapat tuntutan yang pekerjaan yang berkonflik (bertentangan) dan adanya ambiguitas pekerjaan (terdapat informasi yang kurang mengenai bagaimana melakukan tugas dengan baik). Bakker & Demerouti (2014) menambahkan satu faktor yaitu hasless yaitu tuntutan tugas yang berkaitan dengan kerepotan administrasi. Penelitian-penelitian terkait job demands sebagai salah satu prediktor dari work engagement masih sedikit dilakukan, sehingga literatur mengenai hubungan antara work engagement dan demands sangat terbatas (Rothmann & Jordaan, 2006). Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penemuan ini dan untuk pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh job demands terhadap work engagement. Fourie, Rothmann, dan Van de Vijver (2008) yang sedikit banyak memulai melakukan penelitian dengan hasil bahwa adanya hubungan negatif antara job demands dan work engagement. Job demands memiliki pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan karyawan dan hasil yang

6 6 berkaitan dengan pekerjaan, seperti kelelahan emosional dan intensi untuk keluar dari pekerjaan. Job demands secara positif dan signifikan berkorelasi dengan burnout dan secara negatif berkorelasi dengan engagement. Semakin tinggi job demands, maka semakin tinggi burnout dan semakin rendah engagement (Lorente, Salanova & Schaufeli, 2008). Bakker dan Sanz-Vergel (2013) menyatakan bahwa karyawan dapat memelihara kesejahteraan psikologis mereka dan mengatasi tuntutan pekerjaan yang dihadapi dikarenakan adanya interaksi antara tuntutan pekerjaan dan resources (termasuk di dalamnya personal resources dan job resources). Kedua hal tersebutlah yang menjadi kunci dari work engagement. Job resources (JR) merujuk pada aspek fisik, psikologis, sosial, atau organizational dari pekerjaan yang (a) berfungsi untuk mencapai tujuan kerja, (b) mengurangi job demands dan biaya fisiologis dan psikologis yang terkait, dan (c) menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan personal (Schaufeli & Bakker, 2004). Hal tersebut senada penelitian JD-R sebagai kerangka berpikir ditemukan bahwa work engagement secara signifikan diprediksi oleh job resources (Rothmann & Joubert, 2007; Schaufeli & Bakker, 2004) khususnya ketika job demands tinggi (Hakanen, et.al., 2008). Job resources yang tinggi dikombinasikan baik tingkat tinggi atau rendah dari tuntutan pekerjaan (job demands) dapat mengakibatkan motivasi tinggi dan keterlibatan. (Hakanen & Roodt, 2010). Job resources dapat menangkal pengaruh dari job demands terhadap reaksi stres, termasuk burnout. Asumsi ini konsisten dengan model demand control (Karasek, 1998 dalam Bakker dkk, 2005).

7 7 Salah satu job resources yang menangkal pengaruh job demands adalah kondisi lingkungan kerja yang berkualitas (quality of work life) yaitu kondisi yang penuh dengan dukungan sosial, otonomi kerja, managerial support, kesempatan pengembangan, dan sebagainya. Menjadi puas dengan posisi pekerjaan dan mengalami quality of work life (QWL) tinggi adalah faktor kunci dalam menjelaskan tentang semangat (vigor) dan dedikasi (dedication). QWL memiliki peran penting dalam mengembangkan work engagement. Karyawan yang engaged, memiliki rasa semangat dan koneksi efektif dengan aktivitas kerjanya dan mereka melihat dirinya mampu untuk menghadapi tuntutan tugas secara menyeluruh. QWL menjadi lebih menonjol/ penting dan menambah potensi motivasi ketika karyawan menghadapi tuntutan pekerjaan yang tinggi. Kondisi dengan QWL tersebut sangat kondusif bagi individu untuk melaksanakan pekerjaan. QWL adalah istilah yang bermakna luas dan melingkupi berbagai bentuk program, teknik, teori, dan gaya manajemen dimana organisasi dan pekerjaan dirancang agar karyawan dapat memperoleh otonomi, tanggung jawab, dan otoritas yang lebih banyak dari pada biasanya. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap QWL, yaitu antara lain: upah yang tepat dan adil, kondisi kerja yang aman dan sehat, dan integrasi sosial dalam lingkungan kerja yang membuat karyawan dapat mengembangkan dan menggunakan seluruh kapasitasnya. Istilah ini mencakup makna bahwa karyawan adalah sumber daya paling penting dalam organisasi karena mereka dapat dipercaya, bertanggung jawab dan mampu

8 8 memberikan kontribusi bermakna serta mereka harus diperlakukan dengan hormat dan mulia (Straw & Heckscher, 1984 dalam Gupta & Sharma, 2011). Kebanyakan studi QWL menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Walton, yaitu: (1) kompensasi yang tepat dan adil, (2) kondisi kerja yang aman dan sehat, (3) kesempatan untuk segera menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri, (4) kesempatan untuk terus bertumbuh dan keamanan, (5) integrasi sosial dalam organisasi kerja, (6) konstitusionalisme dalam organisasi kerja, (7) ruang kerja dan kehidupan, (8) relevansi sosial dari work life (Gupta and Sharma, 2011). Menurut Cascio (1998) sembilan komponen penting dalam QWL adalah keterlibatan karyawan, kompensasi yang seimbang, rasa aman terhadap pekerjaan, keselamatan lingkungan kerja, rasa bangga terhadap institusi, pengembangan karir, fasilitas yang tersedia, penyelesaian masalah, dan komunikasi. Riyono (2012) memaparkan bahwa QWL terwujud dalam suasana kerja yang membuat karyawan merasa benar-benar terlibat dalam organisasi, rasa aman, komunikasi baik antar karyawan dan juga atasan, karir berkembang, rasa bangga terhadap organisasi dan pekerjaan. Kunci dari QWL adalah kebermaknaan dalam kehidupan kerja. Karyawan berkualitas tidak akan loyal pada satu perusahaan jika dia tidak merasakan kebermaknaan yang kuat. QWL diimplementasikan dalam bentuk budaya perusahaan di mana mencerminkan strategi integrative yang mengintegrasikan sistem performance management dengan kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan (Riyono, 2012). Istilah dari Herzberg (1968) bahwa QWL sebagian didefinisikan sebagai hygiene factor yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan fisik atau lingkungan kerja. Ada juga yang mendefinisikan QWL

9 9 sebagai variable yang terkait dengan kesejahteraan psikologis menyangkut kepuasan kerja dan ketenangan dalam bekerja. Definisi QWL yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang diungkapkan oleh Riyono (2012) di mana QWL sebagai nilai-nilai budaya organisasi yang menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi kesejahteraan psikologis dan sekaligus kondusif terhadap kinerja karyawan. Kesejahteraan yang dimaksud adalah subjective well being yaitu kesejahteraan yang berdimensi psikologis meliputi kepercayaan (trust), kepedulian (care), saling menghormati (respect). Produktivitas mencakup sikap dan perilaku yang mendorong pencapaian kerja optimal, yaitu kemauan untuk belajar (learn) dan komitmen untuk berkontrubusi (contribute). Trust adalah sikap saling percaya antar anggota organisasi baik antara atasan bawahan maupun rekan kerja, melibatkan sikap keterbukaan dan kejujuran yang melibatkan ketulusan dalam berkomunikasi, adanya kekonsistenan antara apa yang diucapkan dengan tindakan. Trust dijelaskan juga sebagai suatu harapan positif bahwa orang lain tidak akan melakukan perbuatan yang bersifat memanfaatkan atau mengambil keuntungan. Care adalah sikap saling peduli dan tolong menolong antar anggota organisasi, adanya kesukarelaan dalam membantu melakukan tugas tambahan serta menjaga reputasi perusahaan, mencegah terjadinya masalah antar individu yang berkaitan dengan pekerjaan serta semua anggota organisasi bertanggung jawab dan perhatian serta peduli dengan kehidupan dalam organisasi. Respect adalah sikap saling menghargai antar anggota organisasi baik atasan atau bawahan serta rekan kerja, ketika anggota

10 10 organisasi merasa diperlakukan adil dan terhormat, ketika antar individu mempunyai kewajiban untuk tidak melanggar atau mengganggu otonomi pribadi dan hak individual serta meliputi tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan dalam mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang orang lain, bukan hanya sekedar toleransi, kekaguman, dan campur tangan pada individu lain. Learn adalah ketika adanya semangat belajar terus menerus pada seluruh anggota organisasi, adanya kesempatan untuk mengembangkan diri seluasluasnya, diberdayakan untuk menangani berbagai tugas, memberikan ruang dan sistem yang mendorong adanya pembelajaran di tempat kerja. Contribute yaitu adanya semangat dari dalam diri (self) untuk berkontribusi demi kemajuan bersama dalam organisasi yang diwujudkan dengan memelihara hubungan kerjasama dalam pekerjaan, berbagi fungsi kepemimpinan, menggunakan kompetensinya untuk menyelesaikan masalah-masalah penting dalam organisasi, mendukung pengembangan kepemimpinan dan organisasi. Anggota organisasi memiliki semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi organisasi. Gupta & Sharma (2011) menyatakan bahwa karyawan dapat dikatakan memiliki QWL yang tinggi pada saat mereka memiliki perasaan positif terhadap pekerjaannya dan prospek masa depannya, termotivasi untuk bertahan dalam pekerjaannya, berkinerja baik dan merasakan bahwa pekerjaannya cocok dengan kehidupan pribadinya yang membuatnya dapat menyeimbangkan keduanya dalam hal nilai-nilai personal yang ia miliki. Peningkatan dalam QWL memiliki potensi yang pasti dalam meningkatkan produktivitas dan efektivitas keseluruhan organisasi dan juga menurunkan keluh kesah, turnover dan absenteisme serta

11 11 kecelakaan industrial. Kondisi tersebut diasumsikan akan mendukung perasaan puas dalam diri karyawan. Penelitian yang dilakukan Kanten & Sadullah (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dimensi QWL dan work engagement dimana QWL mempengaruhi work engagement. Dapat dikatakan bahwa QWL mempengaruhi WE secara positif. Studi terbaru menunjukkan bahwa emosi positif merupakan kunci utama dalam menentukan kinerja dan komitmen organisasi. Memahami perasaan karyawan merupakan manajemen sumber daya manusia yang penting karena perilaku karyawan dipengaruhi oleh praktek managerial dan iklim organisasi. QWL meningkatkan kinerja dan komitmen, serta juga memfasilitasi karyawan dalam mengatur kehidupan personal mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa emosi positif merupakan kunci utama dalam menentukan kinerja dan komitmen organisasi. QWL berhubungan dengan kesejahteraan karyawan pada pekerjaan dan berbeda dengan kepuasan kerja. Domain QWL bukan hanya mempengaruhi kepuasan karyawan namun juga mempengaruhi hidup di luar, seperti : keluarga, kesenangan, dan kebutuhan sosial. Ketika kebutuhan pada pekerjaan karyawan tidak terpenuhi, kemungkinan mereka akan mengalami banyak stress dan akan memberikan konsekuensi terhadap kesejahteraan dan kinerja mereka (Emadzadeh, et al., 2012 dalam Kanten & Sadullah, 2012). QWL akan menumbuhkan karyawan yang lebih loyal, fleksibel, dan termotivasi. QWL mempunyai peran yang penting dalam mengubah iklim organisasi kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik. Wujud QWL yang

12 12 efektif mampu mendorong sumber daya manusia untuk menyumbangkan kemampuan dan pengetahuannya pada organisasi. QWL yang tinggi akan membantu organisasi dalam menarik dan mempertahankan para karyawan (Riyono, 2012). Bila karyawan memiliki perasaan yang positif terhadap faktorfaktor tersebut, maka mereka akan termotivasi tetap tinggal dalam organisasi dan melakukan pekerjaannya dengan baik serta merasa kehidupan kerjanya seimbang dengan kehidupan pribadinya. QWL sebagai salah satu bentuk dalam meningkatkan engagement karyawan sehingga perusahaan mampu mempertahankan karyawan yang unggul. Faktor lain yang juga mendukung kondisi kualitas hidup kerja adalah karakteristik pekerjaan (job characteristic) yang menimbulkan emosi positif pada karyawan. Secara konsep bahwa job characteristic sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Salah satu pendekatan motivasi untuk merancang pekerjaan adalah karakteristik pekerjaan. Job Characteristic Model dikembangkan oleh Hackman dan Oldham (1976). Karakteristik pekerjaan merupakan atribut dari pekerjaan yang dapat memiliki pengaruh motivasional bagi karyawan. Pekerjaan yang memiliki karakteristik skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback, akan memunculkan perasaan bermakna pada diri karyawan (meaningfullness), tanggung jawab, dan pengetahuan mengenai hasil pekerjaannya (Hackman & Oldham, 1980). Hal ini kemudian akan mendorong motivasi dan kepuasan kerja karyawan sehingga karyawan akan menunjukkan berbagai bentuk perilaku dan sikap positif terhadap organisasinya termasuk keterlibatan dalam bekerja dan

13 13 keinginan untuk tidak meninggalkan perusahaan (Nguyen, 2010). Hal tersebut pada akhirnya akan mendukung kemampuan kompetisi organisasi di pasar kerja global (Garg & Rastogi, 2006). Core Job Dimensions Critical Psychological States Personal and Work Outcomes Skill Variety Task Identity Task Significance Autonomy Feedback Pemahaman tentang Kerja Merasakan tanggung jawab atas pekerjaan Mengetahui Hasil Aktual dari Aktivitas Kerja Motivasi kerja internal Kinerja kualitas tinggi Kepuasan kerja tinggi Tingkat absensi dan turn over rendah Kebutuhan Karyawan untuk Berkembang Gambar 1. Model Pendekatan Karakteristik Pekerjaan Sumber: Hackman & Oldham (1976) Skill variety merujuk pada sejauh mana sebuah pekerjaan menuntut aktivitas yang berbeda dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, yang melibatkan penggunaan keterampilan yang berbeda dari individu. Task Identity merujuk pada sejauh mana pekerjaan membutuhkan penyelesaian secara keseluruhan dan

14 14 bagian-bagian pekerjaan yang dapat diidentifikasi dari awal hingga akhir dengan hasil ataupun output yang terlihat. Task significance merujuk pada sejauh mana sebuah pekerjaan memiliki pengaruh pada hidup atau pekerjaan orang lain, baik di dalam organisasi atau lingkungan eksternal. Autonomy merujuk pada sejauh mana sebuah pekerjaan menyediakan kebebasan, kemandirian, dan kesukarelaan dari individu dalam menjadwalkan pekerjaan dan menentukan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Feedback merujuk pada sejauh mana aktivitas kerja dibutuhkan dalam mendapatkan hasil kerja yang dilakukan oleh individu mendapatkan informasi yang jelas mengenai efektivitas dari kinerjanya (Hackman & Oldham, 1976). Model karakteristik pekerjaan termuat dalam Gambar 1. Hackman & Oldham (1974) menambahkan bahwa seseorang dengan pekerjaan yang melibatkan skill variety, task identity, dan task significance akan menganggap pekerjaannya sangat berarti atau penuh makna. Pekerjaan yang memiliki tingkat otonomi tinggi akan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar. Sedangkan pekerjaan yang menyediakan feedback atau umpan balik yang memadai akan meningkatkan pemahaman yang berguna mengenai peran dan fungsi mereka dalam pekerjaan (Djastuti, 2011). Pekerjaan yang didesain dengan lima karakteristik tersebut akan berpengaruh positif terhadap kepuasan karyawan dan juga kualitas dari kinerjanya. Job characteristic akan menghasilkan motivasi instrinsik yang tinggi di mana secara intrinsik akan memotivasi karyawan untuk lebih terlibat dalam pekerjaan mereka (Hackman & Oldham, 1980). Melalui teori ini pula, disebutkan

15 15 bahwa tingginya tingkat dimensi-dimensi pekerjaan menyebabkan tingkat kepuasan yang tinggi, motivasi, dan kinerja, serta rendahnya tingkat absensi, dan turnover karyawan. Secara umum, penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu work engagement, job demands, job characteristic dan quality of work life. QWL ditempatkan sebagai mediator yang menghubungkan antara JD dan JC terhadap WE karena variabel ini secara teoritis memiliki peran yang kuat dalam meningkatkan WE. Peran variabel mediator menurut Baron & Kenny (1986) adalah sebagai variabel yang menjadi perantara hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebuah variabel dapat menjadi mediator yang efektif ketika dalam peranan total, porsi jalur peranan tidak langsung (ada variabel mediator) lebih besar dibandingkan dengan peranan secara langsung. Model konseptual hipotesis penelitian terpapar dalam Gambar 2. Job Demands (JD) Job Characteristic (JC) Quality of Work Life (QWL) Work Engagement (WE) Gambar 2. Model konseptual hipotesis penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah work engagement (WE) karyawan ditinjau dari job demands (JD) dan job characteristic (JC) dengan dimediasi oleh quality of work life (QWL).

16 16 Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan secara empiris besarnya pengaruh job demands dan job characteristic terhadap work engagement dengan dimediasi oleh quality of work life. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat menjadi dasar bagi perusahaan untuk merancang program pengembangan atau perbaikan yang dapat meningkatkan work engagement karyawan. Secara teoritis dalam lingkup Psikologi Industri Organisasi, temuan dari penelitian ini harapannya dapat memberikan pengembangan terkait penerapan konsep work engagement, job demands, job characteristic dan quality of work life.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT Intisari Winda Nevia Rosa Bagus Riyono Work engagement telah mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. arus globalisasi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. arus globalisasi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada masa ini tak ada satu pun negara dapat menghindarkan diri dan arus globalisasi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang turut serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan Kerja Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement dinyatakan Vazirani (2007) sebagai tingkat komitmen dan keterlibatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah aset dari sebuah perusahaan. Produktivitas dan keuntungan dari perusahaan tergantung pada bagaimana performa dari karyawan tersebut. Karyawan yang performa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam membangun negara yang sejahtera dan mampu menyejahterakan rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, termasuk di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil adalah unsur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang alasan yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali 2 structural equation model (SEM) to examine the relationship and the effects of independent variable to the dependent variable by the presence of mediator variable. The result of this research was that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan tersebut menuntut adanya kemajuan dalam kehidupan manusia. Globalisasi memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber pendapatan seseorang dapat berasal dari berbagai hal. Menurut Kiyosaki (2002) terdapat empat sumber untuk mendapat penghasilan, yaitu sebagai karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan, menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang yang memiliki semangat kerja, dedikasi, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Keterikatan Kerja Keterikatan kerja menarik bagi para praktisi dan peneliti akademik, karena keterikatan kerja menampilkan aspek

Lebih terperinci

dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi.

dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi. 2 Penentu keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi selalu berkaitan dengan sumber daya manusianya. Hal tersebut membuat sikap kerja karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi berbagai ancaman kesehatan global, kini beberapa negara termasuk Indonesia semakin meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Menteri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keterikatan kerja selalu menjadi isu penting di dalam dunia kerja, hal ini sangat berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang kemudian akan menentukan keberhasilan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sebagian besar organisasi atau perusahaan terutama yang bersifat padat

BAB I PENDAHULUAN. Di sebagian besar organisasi atau perusahaan terutama yang bersifat padat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di sebagian besar organisasi atau perusahaan terutama yang bersifat padat karya, kinerja karyawan individual merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bagian dari manajemen yang berfokus kepada aspek manusia. Fungsi dari manajemen sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap karyawan atau calon karyawan agar dapat terus bersaing di dunia korporasi yang semakin kompetitif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi menghadapi tantangan berupa perubahan yang terjadi terus-menerus. Perubahan ini memunculkan kompetisi antar organisasi untuk menghasilkan produk yang inovatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kualitas demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era global saat ini khususnya di Indonesia perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat pesat sehingga membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Iklim Organisasi 2.1.1 Pengertian Iklim Organisasi Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan perekonomian pasar bebas dalam abad 21 adalah persaingan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang menjadi perencanaan, pelaku dan penentu dari operasional

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1. Latar Belakang Masalah. informasi ini adalah lahirnya era globalisasi. Munculnya era globalisasi dan

BAB I PENGANTAR. 1. Latar Belakang Masalah. informasi ini adalah lahirnya era globalisasi. Munculnya era globalisasi dan 1 BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan demi kemajuan terjadi di setiap sendi-sendi kehidupan. Begitu pula dengan teknologi informasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memegang peranan penting dalam usaha pengembangan disektor ekonomi, dan juga berperan dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

Lebih terperinci

GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA

GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN DAN DUKUNGAN PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA Wistrianti Lestari, et al GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA Rahmani Azizah 15010113140103 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar dan memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergantian manajer wilayah yang terjadi pada BUMN adalah suatu hal yang biasa terjadi, salah satunya pada PT. Kimia Farma, Tbk. Pergantian manajer wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek penelitian termasuk pengaruh

Lebih terperinci

melainkan perusahaan membutuhkan karyawan yang mau menginvestasikan diri mereka untuk terlibat secara penuh dalam pekerjaan, memiliki komitmen yang

melainkan perusahaan membutuhkan karyawan yang mau menginvestasikan diri mereka untuk terlibat secara penuh dalam pekerjaan, memiliki komitmen yang 2 melainkan perusahaan membutuhkan karyawan yang mau menginvestasikan diri mereka untuk terlibat secara penuh dalam pekerjaan, memiliki komitmen yang tinggi, proaktif (Bakker & Demerouti, 2007) dan bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam UU NO.36/2009 pengertian kesehatan adalah keadaan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam UU NO.36/2009 pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan secara umum adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO, 1984). Begitu

Lebih terperinci

Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial

Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial MSDM Materi 11 Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial http://deden08m.com 1 Pengertian Tunjangan Tunjangan (Kompensasi Finansial Tidak Langsung): Meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk dalam

Lebih terperinci

MSDM Materi 11 Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial

MSDM Materi 11 Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial MSDM Materi 11 Tunjangan dan Imbalan Nonfinansial http://deden08m.com 1 Pengertian Tunjangan Tunjangan (Kompensasi Finansial Tidak Langsung): Meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu lembaga pada jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini, perguruan tinggi negeri, swasta asing maupun swasta dalam negeri berkembang pesat di Indonesia. Perguruan tinggi negeri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam sebuah penelitian ilmiah, tinjauan pustaka merupakan bagian yang penting untuk diuraikan sebagai dasar pijakan dalam membangun suatu konstruk teoritis, sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik penelitian. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai isu konseptual employee engagement dan isu kontekstualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia menjadi hal yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang berjudul Pengelolaan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan persaingan bisnis dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dan dukungan karyawan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, terutama dalam memasuki era globalisasi. Pesaing yang muncul bukan hanya kalangan dalam negeri namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang telah menjadikannya lahan baru bagi perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Selain itu juga akan dibahas tentang definisi, aspek dan karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dinamika lingkungan perusahaan menunjukkan persaingan yang ketat. Sehingga banyak perusahaan berusaha menjadikan organisasi mereka menjadi lebih efisien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan, karyawan menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan tidak akan bisa sukses tanpa ada campur tangan usaha karyawannya. Perusahaan akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat beriringan dengan munculnya penyakit-penyakit yang semakin kompleks.hal itu menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh organisasi sekarang menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dihadapi oleh organisasi, kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Work Engagement A.1. Definisi Work Engagement Istilah engagement dalam konteks peran kerja karyawan mulai dibicarakan sejak lima belas tahun yang lalu dalam berbagai literatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang melakukan transformasi dan reformasi pelayanan kesehatan primer serta penguatan sistem kesehatan melalui sistem

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian Quality of Work Life Kualitas kehidupan kerja atau yang dikenal dengan istilah Quality of Work life (QWL) didefinisikan oleh Nawawi (2001) sebagai program yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyampaikan aspirasi mereka. Mahasiswa sebagai penuntut ilmu di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyampaikan aspirasi mereka. Mahasiswa sebagai penuntut ilmu di perguruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan salah satu wakil dari masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Mahasiswa sebagai penuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menaruh adanya minat terhadap pentingnya kesehatan. Sehat menurut kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. menaruh adanya minat terhadap pentingnya kesehatan. Sehat menurut kamus Besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat kini menaruh adanya minat terhadap pentingnya kesehatan. Sehat menurut kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius

BAB I PENDAHULUAN. menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Saking pentingnya hal tersebut, sampai-sampai

Lebih terperinci

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses kehidupan untuk mengembangkan diri setiap individu agar dapat melangsungkan kehidupannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian yang cukup besar. Menurut Russel (2008) kesejahteraan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka.

Lebih terperinci