PROFIL KESEHATAN KOTA DEPOK 2016 DINAS KESEHATAN. K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KOTA DEPOK 2016 DINAS KESEHATAN. K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page i"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KOTA DEPOK 2015 DINAS KESEHATAN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page i KOTA DEPOK 2016

2 PROFIL KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK 2016 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page i

3 Tim Penyusun Pengarah dr. N. Lies Karmawati, M.Kes Kepala DInas Kesehatan Kota Depok Ketua drg. Ernawati S.S, M.Kes Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Depok Koordinator dr. Rani Martina, drg. May Haryanti, dr. Enny Ekasari, MARS, dr. Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli. Redaksi Rahmawati, SKM Destiana Rachmawati, S.Psi Rohma Afriyani, A.Md Anggota Eva Desi marnia, SKM, Suryaningsih, SKM, Ema Herlinawati, SKM, Ratna Sari Dewi, A.Md, Ayu Fitriyanti, SE, Anugerah Nuranisa, SKM, Nadirah, SKM, Netty Elfrida, SKM, Nurul Ferista, ST, Yuniar Ramadhani, S.Gz, Nur Eulis Sulastri, AM.Keb, Windra Aryeni, AMK, Ina Susilawati, Sri Christiyanti, AMKL, Biaunillah, AMK, Elvida Rosyita, SKM, Ma'mun Solihin, SKM, Yunita Kartini, AMK, Sari Puspito Dono Wati, SKM, Toni Irawan, dr. Rien.P, Yuyun Wahyuni, SKM. Kontributor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (BPMK) Kota Depok, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Depok, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Depok, Puskesmas se-kota Depok, Rumah Salit se-kota Depok. K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page ii

4 KATA PENGANTAR SEKRETARIS DINAS KESEHATAN Profil Kesehatan Tahun 2015 ini merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Dinas Kesehatan Kota Depok yaitu sebagai salah satu keluaran dari upaya peningkatan sistem informasi kesehatan, sebagai gambaran tentang kondisi dan situasi secara ringkas derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan dan sumber daya kesehata serta sebagai acuan untuk memantau pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Depok. Profil Kesehatan Kota Depok disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi dan indikator kesehatan yang bersumber dari Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) dan unit teknis lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok serta institusi lain terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (BPMK) Kota Depok dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok. Dalam Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2015 ini, pembaca dapat memperoleh data dan informasi mengenai Demografi, Sarana Kesehatan dan pola penyakit yang didapat dari kompilasi laporan seluruh sarana kesehatan yang ada di Kota Depok yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Semoga Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2015 ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan evaluasi program-program kesehatan dan sebagai bahan perencanaan dalam merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan, serta dapat berguna bagi semua pihak baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi dan masyarakat. Depok, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Depok drg. Ernawati S.S, M.Kes K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page iii

5 KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Profil Kesehatan Kota Depok Tahun Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2015 ini. Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2015 sebagai media publikasi data dan informasi kesehatan terus melakukan perbaikan dan pembenahan sehingga dapat menyajikan data dan informasi yang lebih berkualitas,valid dan konsisten. Mengingat manfaat yang besar, saya harap di masa yang akan datang arus laporan dari Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain serta seluruh program yang ada dapat dikumpulkan secara lengkap dan tepat waktu sehingga profil kesehatan ini dapat terbit lebih awal. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusinya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Depok Tahun Saya berharap profil ini dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi dalam upaya peningkatan sistem informasi kesehatan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatanguna tercapainya sasaran pembangunan kesehatan yang berbasis data. Depok, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok dr. N. Lies Karmawati, M.Kes K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page iv

6 DAFTAR GAMBAR BAB III GAMBARAN UMUM GAMBAR 3.1 PETA WILAYAH KOTA DEPOK 7 GAMBAR 3.2 JUMLAH PENDUDUK DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.3 PIRAMIDA PENDUDUK DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.4 KEPADATAN PENDUDUK DAN LUAS 14 WILAYAH KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 3.5 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) 16 KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.6 PENGELUARAN PERKAPITA PENDUDUK 17 KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.7 ANGKA MELEK HURUF MENURUT 18 KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 3.8 IPM KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.9 IPM KOTA DEPOK MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 3.10 CAKUPAN RUMAH SEHAT DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 3.11 CAKUPAN AKSES AIR MINUM YANG LAYAK MENURUT KECAMATAN KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 3.12 CAKUPAN PENDUDUK DENGAN SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 3.13 CAKUPAN DESA STBM MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page v

7 GAMBAR 3.14 GAMBAR 3.15 GAMBAR 3.16 GAMBAR 3.17 GAMBAR 3.18 CAKUPAN TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN JUMLAH TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 CAKUPAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENURUT KECAMATAN KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENURUT KECAMATAN KOTA DEPOK TAHUN BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN GAMBAR 4.1 ANGKA HARAPAN HIDUP DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.2 ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.3 SEBARAN JUMLAH KEMATIAN BAYI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.4 ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.5 JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page vi

8 GAMBAR 4.6 RASIO KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK GAMBAR 4.7 TAHUN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.8 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR <1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.9 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.10 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.11 GAMBAR 4.11 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.12 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN GAMBAR 4.13 PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR <1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.14 PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS GAMBAR 4.15 MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page vii

9 GAMBAR 4.16 GAMBAR 4.17 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.18 GAMBAR 4.19 GAMBAR 4.20 GAMBAR 4.21 GAMBAR 4.22 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 0 -<1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.23 GAMBARAN KASUS DBD DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.24 GAMBARAN KASUS DBD MENURUT GAMBAR 4.25 KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBARAN KASUS FILARIASIS DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page viii

10 GAMBAR 4.26 CAKUPAN KASUS DIARE YANG DITEMUKAN DAN DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.27 JUMLAH KASUS BARU KUSTA TIPE PB DAN MB DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.28 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 4.29 PERSENTASE KASUS CACAT TINGKAT 2 DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.30 PERSENTASE PENEMUAN KASUS TB BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.31 PERSENTASE SUCCES RATE PENGOBATAN TB PARU BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.32 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA KASUS PNEUMONIA DAN YANG DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.33 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.34 GAMBARAN KASUS CAMPAK DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.35 JUMLAH KASUS AFP DAN TARGET PENEMUAN KASUS DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 4.36 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA DEPOK TAHUN BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 5.1 CAKUPAN K1 DAN K4 KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page ix

11 GAMBAR 5.2 GAMBAR 5.3 GAMBAR 5.4 CAKUPAN IBU HAMIL KOMPLIKASI YANG DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN IBU HAMIL KOMPLIKASI YANG DITANGANI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 CAKUPAN PEMBERIAN FE1 DAN FE3 PADA IBU HAMIL DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.5 CAKUPAN LINAKES DENGAN GAMBAR 5.6 GAMBAR 5.7 GAMBAR 5.8 MENGGUNAKAN DATA RIIL DI KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN LINAKES MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS DI KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN1) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN LENGKAP) DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN LENGKAP) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.11 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.12 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT GAMBAR 5.13 GAMBAR 5.14 GAMBAR 5.15 KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 CAKUPAN PENJARINGAN ANAK SEKOLAH DAN MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page x

12 DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.16 CAKUPAN PENGGUNA KB SUNTIK DAN PIL DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.17 CAKUPAN PENGGUNA KB AKTIF MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.18 CAKUPAN PENGGUNA KB AKTIF NON MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.19 CAKUPAN PENGGUNA KB BARU MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.20 CAKUPAN PENGGUNA KB BARU NON MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.21 JUMLAH PESERTA KB BARU DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.22 CAKUPAN IMUNISASI BCG DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.23 CAKUPAN IMUNISASI BCG MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.24 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.25 CAKUPAN IMUNISASI DPT3+HB3 DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.26 CAKUPAN IMUNISASI DPT3+HB3 MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.27 CAKUPAN IMUNISASI POLIO DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.28 CAKUPAN IMUNISASI POLIO MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xi

13 GAMBAR 5.29 CAKUPAN IMUNISASI TT1 DAN TT2 120 DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.30 CAKUPAN IMUNISASI TT1-TT5 IBU HAMIL DI 121 KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.31 GAMBARAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.32 CAKUPAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN 123 RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.33 CAKUPAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.34 JUMLAH BAYI BERAT BADAN LAHIR 126 RENDAH (BBLR) DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.35 JUMLAH GIZI BURUK DI KOTA DEPOK 127 TAHUN GAMBAR 5.36 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A 129 PADA ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.37 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A 130 PADA IBU NIFAS DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.38 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF MENURUT 131 KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.39 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF MENURUT 132 KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.40 RASIO TUMPATAN DAN PENCABUTAN GIGI 133 DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.41 RASIO TUMPATAN DAN PENCABUTAN GIGI 134 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xii

14 MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.42 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 5.43 CAKUPAN USILA > 60 TAHUN YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.44 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 5.45 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 6.1 RASIO TENAGA KEPERAWATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.2 RASIO TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.3 RASIO KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.4 RASIO PUSKESMAS TERHADAP PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.5 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU DAN POSYANDU AKTIF KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xiii

15 GAMBAR 6.6 RASIO POSYANDU MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK DAN TARGET POSYANDU KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.7 CAKUPAN POSYANDU MENURUT STRATA POSYANDU DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.8 DATA SARANA YANG DILAKUKAN PEMBINAAN DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 6.9 PERTUMBUHAN APOTEK BERDASARKAN REKOMENDASI YANG DIKELUARKAN OLEH SEKSI POM DI KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 6.10 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.11 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN GAMBAR 6.12 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBAR 6.13 POLA KUNJUNGAN PPK II TERBANYAK TAHUN 2015 GAMBAR 6.14 POLA PENYAKIT TERBANYAK KUNJUNGAN JAMKESDADI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xiv

16 DAFTAR TABEL BAB III GAMBARAN UMUM TABEL 3.1 GAMBARAN LUAS WILAYAH KOTA DEPOK BERDASARKAN KECAMATAN TAHUN 2015 TABEL 3.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 3.3 JUMLAH RUMAH TANGGA KECAMATAN TABEL 3.4 DAN RATA-RATA JIWA/RUMAH TANGGA DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 RATA-RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) DI KOTA DEPOK BERDASARKAN KECAMATAN TAHUN BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN TABEL 4.1 RASIO ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN TABEL 4.2 DATA ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK TAHUN TABEL 4.3 PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK TAHUN TABEL 4.4 POLA SEPULUH (10) BESAR PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA DI RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xv

17 TABEL 4.5 TABEL 4.6 TABEL BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA DEPOK TAHUN 2015 GAMBARAN KASUS DIFTERI DI KOTA DEPOK TAHUN BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN TABEL 5.1 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT MENURUT PEMILIK DI KOTA DEPOK TAHUN BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN TABEL 6.1 JUMLAH TENAGA MEDIS DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.2 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.3 JUMLAH TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.4 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.5 JUMLAH TENAGA GIZI DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xvi

18 TABEL 6.6 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK YANG ADA TAHUN 2015 TABEL 6.7 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK YANG ADA TAHUN 2015 TABEL 6.8 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.9 GAMBARAN WILAYAH PUSKESMAS DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 TABEL 6.10 DATA SARANA APOTEK, TOKO OBAT DAN IRTP TAHUN TABEL 6.11 DATA SARANA YANG TELAH DILAKUKAN PEMBINAAN TAHUN TABEL 6.12 DATA REKOMENDASI YANG DIKELUARKAN OLEH SEKSI POM TAHUN TABEL 6.13 DATA SERTIFIKASI YANG DITERBITKAN OLEH SEKSI POM DINAS KESEHATAN TAHUN TABEL 6.14 HASIL SAMPLING PADA SEKSI POM TAHUN K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xvii

19 DAFTAR LAMPIRAN TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kota Depok Tahun 2015 Penduduk Berumur 10 tahun Keatas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus pada TB pada Anak, dan Case Notification Rate (CNR) Per Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Depok 2015 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah HIV, Aids, dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xviii

20 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kota Depok Tahun 2015 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2014 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk > 18 tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xix

21 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Penderita dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kota Depok Tahun 2015 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani <24 Jam Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1, FE3 Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Peserta KB, Baru Dan KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xx

22 Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok tahun 2015 Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B <7 hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 43 Cakupan Imunisasi Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin Pada Bayi, Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok tahun 2015 Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok tahun 2015 Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok tahun 2015 Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxi

23 Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kinjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 55 Angka Kematian Pasien Rumah Sakit Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat (Ber- PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air inum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota Dpeok Tahun 2015 Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 62 Desa Yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxii

24 Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level 1 Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan DiFasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Dpeok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxiii

25 Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82A Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Umur 0-<1 Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82B Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Umur 1-4 Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82C Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Umur 5-14 Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82D Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Umur Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82E Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Umur 45->75 Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 82F Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas Semua Golongan Umur Tahun Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83A Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umur 0-<1 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83B Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umur 1-4 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83C Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umur 5-14 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83D Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umur Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83E Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umur Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 83F Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Rumah Sakit Semua Golongan Umur Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 84A Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Umur 0-<1 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 84B Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Umur 1-4 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 84C Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Umur 5-14 Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Tabel 84D Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Umur K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxiv

26 Tabel 84E Tabel 84F Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Umur Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 Pola Penyakit Penyebab Kematian Penderita Di Rumah Sakit Semua Golongan Umur Tahun Kabupaten/Kota Depok Tahun 2015 K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxv

27 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii KATA SAMBUTAN... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN TABEL.. xviii DAFTAR ISI... xxvi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN KOTA DEPOK 4 A. VISI MISI KOTA DEPOK... 4 B. VISI MISI DINAS KESEHATAN... 4 C. STRATEGI... 5 D. PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM... 5 BAB III GAMBARAN UMUM 7 A. GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN Gambara Umum Wilayah Pertumbuhan Penduduk Iklim Persebaran dan Kepadatan Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk dari Tahun B. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI Laju Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran Per Kapita Penduduk miskin Tingkat Pendidikan Status Pembangunan Manusia.. 20 C. GAMBARAN LINGKUNGAN FISIK Rumah Sehat Cakupan keluarga dengan akses air bersih K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxvi

28 3. Akses Sanitasi Layak Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Tempat-Tempat Umum (TTU) Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) D. GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA HARAPAN HIDUP B. MORTALITAS (KEMATIAN) Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita Jumlah Kematian Ibu Penyakit Penyebab Kematian Penderita di Rumah Sakit C. MORBIDITAS Pola Penyakit di Pelayanan a. Pola Penyakit Rawat Jalan Di RS Berdasarkan Golongan Umur b. Pola Sepuluh (10) Besar Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Rumah Sakit c. Pola Sepuluh (10) Besar Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Puskesmas Gambaran Penyakit Menular a. Penyakit Tular Vektor dan Zoonis 64 1). Demam Berdarah Dengue (DBD) ). Filariasis b. Penyakit Menular Langsung ). Penyakit Diare ). Kusta ). Tuberkulosis ). Pneumonia ). HIV/AIDS K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxvii

29 c. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ). Difteri ). Tetanus dan Tetanus Neonatorum ). Campak ). Hepatitis B ). Pertusis ). Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) d. Penyakit Tidak Menular ). Hipertensi ). Obesitas ). Deteksi Kanker Leher Rahim dan Payudara.. 89 e. Kejadian Luar Biasa ). Chikungunya ). Keracunan Makanan ). Hepatitis A ). Difteri ). Flu Singapura atau Hand Food Mouth Disesase (HMFD) 91 BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK 92 a. Pelayanan Kesehatan Ibu hamil... b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin... c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas... d. Pelayanan Kesehatan Neonatal..... e. Pelayanan Kesehatan Bayi K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxviii

30 f. Pelayanan Kesehatan Anak Balita... g. Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PELAYANAN IMUNISASI a. Imunisasi Bayi b. Imunisasi Ibu Hamil B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Kunjungan di Rumah Sakit a. Kunjungan Rawat Jalan di Rumah Sakit b. Kunjungan Rawat Inap di Rumah Sakit C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Status Gizi a. Status Gizi Bayi b. Status Gizi Balita Kurang Vitamin A Pemberian ASI Eksklusif D. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 th) dan Usila (>60 th) 137 E. PENYULUHAN KESEHATAN BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. TENAGA KESEHATAN Tenaga Medis Tenaga Keperawatan Tenaga Kefarmasian Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Tenaga Gizi K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxix

31 6. Tenaga Keterapian Fisik Tenaga Keteknisian Medis Tenaga Kesehatan lainnya B. SARANA KESEHATAN Rumah Sakit Puskesmas Apotik, Toko Obat dan IRTP C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Anggaran Kesehatan Pembiayaan bagi masyarakat miskin BAB VII PENUTUP K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page xxx

32 BAB I PENDAHULUAN Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2015 merupakan salah satu bentuk dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan gambaran perkembangan situasi kesehatan di Kota Depok. Dalam era pembangunan ini keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yang benarbenar akurat, terpercaya, berkesinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program, perencanaan, pemantauan pelaksanaan program serta kegiatan yang akan dilakukan. Instrumen dasar untuk penyusunan Profil Kesehatan Kota Depok mengacu kepada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Tahun Mekanisme penyusunan profil kesehatan melibatkan 35 Puskesmas, 1 UPT Jamkesda, 20 Rumah Sakit dan lintas sektor terkait lainnya seperti BAPPEDA, BLH, BPMK, Dinas Pendidikan, BPS, BPJS, PMI dengan melakukan sikronisasi data melalui kegiatan pertemuan validasi data profil dan pemutakhiran data profil, secara berjenjang. Indikator yang ditampilkan pada profil kesehatan antara lain: a. Indikator Derajat Kesehatan b. Upaya Kesehatan c. Sumber Daya Kesehatan Indikator Derajat Kesehatan merupakan indikator outcome yang meliputi mortalitas dan morbiditas serta Angka Harapan Hidup. Indikator Upaya Kesehatan merupakan indikator output Hasil Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Indikator Sumber Daya Kesehatan merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Bentuk penguatan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan guna mendapatkan data yang valid dan relaibel, salah satu diantaranya melalui pengumpulan data, dimana dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala yang dihadapi baik ditingkat Kabupaten/ Kota maupun di tingkat Propinsi. Kementerian Kesehatan R.I memberikan upaya pemecahan masalah dalam pengumpulan data dengan melakukan penyempurnaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 1

33 Puskesmas (SP3). Di lingkungan Pemerintah Kota Depok SP3 diadopsi untuk kemudian dimasukkan dalam sebuah aplikasi sistem informasi yang dikenal dengan SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas). Untuk memberikan gambaran situasi kesehatan yang lebih jelas, Dinas Kesehatan Kota Depok menyusun data dan informasi kesehatan ke dalam buku profil kesehatan yang telah dilakukan secara berkala setiap tahunnya. Profil kesehatan merupakan salah satu bentuk pengembangan Sistem Informasi kesehatan (SIK) yang berupaya menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang meliputi perencanaan, penggerakan pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan. Selain itu merupakan bahan untuk evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Depok dan sebagai penunjang perencanaan di tahun berikutnya. Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penyelesaian profil kesehatan diantaranya adalah: 1. Banyaknya data yang harus dikumpulkan 2. Banyaknya sumber data yang menyebabkan mekanisme pengelolaan data dan informasi menjadi berbeda 3. Pencatatan yang belum rapi 4. Pemahaman definisi operasional yang berbeda sehingga menghasilkan data yang berbeda 5. Belum semua variabel, indikator kesehatan yang dibutuhkan tersedia dalam pencatatan dan pelaporan rutin sektor kesehatan seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). 6. Batasan waktu yang tidak ditepati pada saat update data sehingga membuat data seringkali berubah. Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota Depok ini terdiri dari : Bab I Pendahuluan, bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 2

34 Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Lampiran Tentang Visi,Misi Pembangunan Kesehatan, serta Program dan Kegiatan tahun 2015 Gambaran umum, bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Depok. Selain uraian tentang letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian, dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kota Depok dan angka status gizi masyarakat. Situasi Sumber Daya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Kesimpulan, bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Depok. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang di anggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pada lampiran ini berisi tabel resume/ angka pencapaian Kabupaten/ Kota dan 80 (delapan puluh) tabel data kesehatan dan data terkait kesehatan yang responsif gender. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 3

35 BAB II VISI MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN KOTA DEPOK A. VISI MISI KOTA DEPOK Visi pembangunan Kota Depok tahun adalah Terwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera. Visi tersebut diwujudkan melalui 4 (empat) misi pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional berbasis teknologi informasi 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal 3. Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman 4. Mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul, kreatif dan religius B. VISI MISI DINAS KESEHATAN Dinas Kesehatan sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Depok berkepentingan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena yang harus terselesaikan selama masa 5 (lima) tahun. Maka ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama tahun Visi Dinas Kesehatan Kota Depok adalah Terwujudnya Kota Depok yang sehat yang dihuni oleh penduduk berderajat kesehatan tinggi yang mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas dan merata dengan 5 (lima) Misi Antara lain: 1. Meningkatkan pemerataan layanan kesehatan a. Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. b. Sasaran : Meningkatnya ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial masyarakat 2. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk semua puskesmas di Kota Depok. a. Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial b. Sasaran : Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat 3. Meningkatkan kualitas sumber daya termasuk sumber daya manusia dan pembiayaan a. Tujuan : P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 4

36 Meningkatkan kualitas pelayanan publik Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik b. Sasaran : Meningkatnya Pelayanan yang efisien, efektif dan transparan Meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan 4. Meningkatkan promosi kesehatan dan kualitas lingkungan untuk mendukung pencegahan penyakit, yang keduanya memiliki a. Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial b. Sasaran : Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat C. STRATEGI Strategi bidang kesehatan untuk melaksanakan program dan kegiatan-kegiatan sesuai dengan arah kebijakan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok adalah: 1. Meningkatkan kualitas SDM Kesehatan 2. Membuat komitmen dari jajaran kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan berorientasi kepada kepuasan pelanggan terutama masyarakat miskin 3. Menjalin kemitraan dengan pelayanan kesehatan swasta, LSM dan organisasi profesi 4. Menetapkan kebijakan yang jelas dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat D. PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM 1. KEBIJAKAN Dalam upaya mencapai visi dan melaksanakan misi yang diemban, maka ditetapkan kebijakan yaitu pemberdayaan di Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Adapun 8 kebijakan yang telah disosialisasikan dengan nama 8 Paket Sistem Pemberdayaan, yaitu: 1. Perencanaan Kesehatan berdasarkan fakta (evidence base planning) 2. Manajemen kesehatan yang akuntabel P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 5

37 3. Pelayanan Puskesmas yang efektif dan responsif 4. Pengembangan sumber daya manusia kesehatan 5. Pemeliharaan mutu pelayanan kesehatan 6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit yang efektif 7. Sistem informasi kesehatan yang efektif 8. Pengembangan peran serta murni masyarakat 2. PROGRAM 1. Program Peningkatan Promosi Kesehatan 2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar 3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular 4. Program Peningkatan Kesehatan Keluarga 5. Program Peningkatan dan Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 6. Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan 7. Program Peningkatan Kewaspadaan Pangan dan Gizi 8. Program Peningkatan Kualitas SDM Aparatur 9. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 10. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 11. Program Peningkatan Sistem Pelaporan Kinerja dan Keuangan 12. Program Peningkatan Kualitas Data dan Perencanaan 13. Program Penataan dan Pengembangan Produk Hukum 14. Program Pengembangan Sistem Pelayanan dan Pengaduan Berbasis Teknologi Informasi 15. Program Standardisasi Pelayanan Publik P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 6

38 BAB III GAMBARAN UMUM A. GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN GAMBAR 3.1 PETA WILAYAH KOTA DEPOK 1. Gambaran Umum Wilayah Kota Depok memiiliki luas wilayah sekitar 200, 29 km2, atau sekitar 05.8 persen dari luas Propinsi Jawa Barat, dimana terletak di Utara Propinsi Jawa Barat, yang secara geografis terletak pada koordinat: 6º º Lintang Selatan 106º º Bujur Timur Kota Depok dengan ibukota yang berkedudukan di Kecamatan Pancoran Mas, berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabodetabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Seperti tampak pada Gambar 3.1 diatas. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 7

39 Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub satuan wilayah aliran sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ sebesar 169,68 Ha. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga kabupaten dan dua propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Selatan, Propinsi Banten dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta b. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecmatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Berdasarkan Perda No. 8 tahun 2008 tentang pembentukan wilayah Kecamatan di Kota Depok, Pemerintah Kota Depok terbagi menjadi 11 kecamatan, diantaranya : 1. Kecamatana Sawangan 2. Kecamatan Bojongsari 3. Kecamatan Pancoran Mas 4. Kecamatan Cipayung 5. Kecamatan Sukmajaya 6. Kecamatan Cilodong 7. Kecamatan Cimanggis 8. Kecamatan Tapos 9. Kecamatan Beji 10. Kecamatan Limo 11. Kecamatan Cinere P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 8

40 TABEL 3.1 GAMBARAN LUAS WILAYAH KOTA DEPOK MENURUT KECAMATAN TAHUN 2015 Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah (km2) Sawangan 6 25,90 Bojongsari 4 19,80 Pancoran Mas 6 18,20 Cipayung 6 11,63 Sukmajaya 6 18,03 Cilodong 6 16,08 Cimanggis 7 21,22 Tapos 7 32,33 Beji 7 14,29 Limo 4 12,32 Cinere 4 10,47 Kota Depok ,3 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Dari Tabel 3.1 diatas terlihat bahwa Kecamatan Tapos adalah kecamatan yang paling luas dengan luas wilayah 32,33 km² dan mempunyai tujuh kelurahan. Sedangkan wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan Cinere dengan luas wilayah sebesar 10,47 km² dan hanya memiliki 4 kelurahan. 2. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun , tahun Tahun 2011 sebanyak jiwa, tahun 2012 jumlah penduduk sebanyak jiwa P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 9

41 yang terdiri dari penduduk laki-laki: jiwa (50,6%) dan perempuan: jiwa (49,3%). Tahun 2013 jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan jumlah laki-laki: jiwa dan jumlah perempuan: jiwa. Tahun 2014 jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki: jiwa dan perempuan: jiwa. Tahun 2015 jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan jumlah laki-laki: jiwa dan perempuan: jiwa. Dapat disimpulkan peningkatan jumlah penduduk Kota Depok dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 3,4% atau jiwa. Sebagai gambaran jumlah total penduduk dan jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun dapat dilihat pada gambar berikut ini: GAMBAR 3.2 JUMLAH PENDUDUK DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Gambaran jumlah penduduk Kota Depok tahun 2015 menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 3.2. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 10

42 TABEL 3.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI + LAKI-LAKI PEREMPUAN PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN , , , , , , , , , , , , , , , ,72 JUMLAH ,69 Sumber : BPS Kota Depok P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 11

43 Untuk mengetahui komposisi penduduk Kota Depok berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin berikut digambarkan piramida penduduk seperti dibawah ini. GAMBAR 3.3 PIRAMIDA PENDUDUK DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Dengan melihat gambar diatas menunjukkan median umur penduduk Kota Depok adalah 30 sampai dengan 34 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Depok termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Berikut gambaran jumlah rumah tangga kecamatan dan rata-rata jiwa/ rumah tangga di Kota Depok tahun 2015 seperti terlihat pada Tabel 3.3. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 12

44 TABEL 3.3 JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN RATA-RATA JIWA/RUMAH TANGGA DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH RATA_RATA JIWA/RUMAH TANGGA TANGGA 1 Pancoran Mas ,73 2 Cipayung ,62 3 Beji ,57 4 Sukmajaya ,09 5 Cilodong ,79 6 Sawangan ,95 7 Bojongsari ,38 8 Cimanggis ,32 9 Tapos ,99 10 Cinere ,26 11 Limo ,84 TOTAL ,19 Sumber : Badan Pusat Statistik, Iklim Wilayah Kota Depok termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson, musim kemarau bulan April September dan musim penghujan antara bulan Oktober Maret (sumber: Revisi RTRW Kota Depok ). Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama. Adapun kondisi iklim di Kota Depok sebagai berikut: a. Temperatur : 24,3-33 derajat Celsius b. Kelembaban rata-rata : 82 % c. Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 13

45 d. Kecepatan angin rata-rata : 3,3 knot e. Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 % f. Jumlah curah hujan : 2684 mm/tahun g. Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Kota Depok relatif sama dengan kadar curah hujan sepanjang tahun, yang ditandai oleh perbedaan curah hujan yang cukup kecil. Curah hujan di Kota Depok terdiri dari: a mm/thn, terjadi di bagian utara wilayah Kota Depok, b mm/thn, terjadi di bagian utara wilayah Kota Depok, c mm/thn, terjadi di bagian tengah wilayah Kota Depok, d mm/thn, terjadi di wilayah selatan timur Kota Depok. 4. Persebaran dan Kepadatan Penduduk GAMBAR 3.4 KEPADATAN PENDUDUK DAN LUAS WILAYAH KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: BPS Kota Depok P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 14

46 Dari gambar di atas terlihat bahwa wilayah kecamatan terbesar terdapat di Kecamatan Tapos dengan luas wilayah 32,33 km², dengan kepadatan penduduk sebesar 8.102/km2. Wilayah terkecil di Kota Depok adalah Kecamatan Cinere dengan luas 10,47 km² dengan kepadatan penduduk /km². Gambar diatas juga menunjukkan bahwa Kecamatan Sukmajaya adalah kecamatan yang mempunyai penduduk terpadat, yaitu sebanyak orang tiap km², disusul Kecamatan Beji sebanyak orang tiap km². Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari merupakan dua kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk dibawah km2, yakni orang tiap km2 dan orang tiap km². Jarak yang jauh dari pusat pemerintahan Kota Depok serta sarana jalan menuju kedua kecamatan tersebut sebagian besar masih sempit berakibat kemacetan panjang 5. Laju Pertumbuhan Penduduk dari Tahun Laju Pertumbuhan Penduduk atau Population Growth Rate digunakan untuk mengukur kecepatan pertambahan penduduk. Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Depok tahun 2011 sebesar 4.32 %. Kenaikan pertumbuhan penduduk ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor misalnya karena tingkat kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah, umur harapan hidup yang semakin meningkat serta arus urbanisasi yang melesat. Tahun 2015 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Depok berada di angka 3,57, agak sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, 2014 sebesar 3,64. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 15

47 GAMBAR 3.5 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) KOTA DEPOK TAHUN Sumber: BAPPEDA Kota Depok, 2015 B. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Depok merupakan daerah yang memiliki potensial sosial ekonomi yang tinggi. Potensi tersebut karena letaknya yang sangat strategis, menjadi penyangga Ibukota Negara. Letaknya demikian berdampak positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya di wilayah ini, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kawasan di Kota Depok sebagai kota permukiman, perdagangan dan jasa. Adanya Universitas Indonesia (UI) dan universitas swasta lainnya yang cukup berkualitas, menjadikan investor berbondong bondong untuk membuka berbagai macam perdagangan (wisata kuliner) serta investasi lahan untuk dijadikan apartemen ataupun rumah. Berdasarkan struktur ekonomi, yang ditunjukkan oleh angka PDRB, sektor unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier yang meliputi subsektor perdagangan, hotel dan restoran, dan subsektor jasa. Berdasarkan data PDRB tahun 2011 yang dipublikasikan BPS Kota Depok pada tahun 2012, sektor tersier memberikan kontribusi pada perekonomian daerah sebesar 48,55 % (Atas Dasar Harga Konstan), meningkat dibanding tahun sebelumnya (47,48%). Makin meningkatnya kontribusi sektor tersier kian P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 16

48 mengokohkan Kota Depok sebagai kota perdagangan dan jasa. Sektor sekunder sebenarnya masih menunjukkan kontribusi yang besar (48,68 %/ADHK), namun cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sebelumnya (tahun 2010), kontribusi sektor sekunder sebesar 49,36%. Di luar sektor makro di atas, Kota Depok juga memiliki berbagai produk potensial yang memiliki keunggulan komparatif, antara lain komoditas belimbing, ikan hias, tanaman hias, serta beberapa produk ekonomi kreatif. Sumbangan kegiatan ekonomi kreatif di Kota Depok terhadap PDRB (ADHK 2000). 2. Pengeluaran Per Kapita Besarnya pendapatan yang diterima/diperoleh rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam Survey/kegiatan Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) didekati melalui pengeluaran rumah rangga. Pengeluaran perkapita masyarakat Kota Depok pada tahun 2011 sebesar 651,46, tahun 2012 sebesar 654,95, tahun 2013 sebesar 658,25, tahun 2014 sebesar 661,30 dan tahun 2015 sebesar Berikut gambaran pengeluaran perkapita penduduk Kota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 seperti terlihat pada Gambar dibawah ini. GAMBAR 3.6 PENGELUARAN PERKAPITA PENDUDUK KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Bappeda Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 17

49 3. Penduduk miskin Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Indikator kemiskinan ditentukan dengan nilai rupiah yang dibelanjakan untuk kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minuman lainnya seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak jiwa (16,9 %), tahun 2013 sebanyak jiwa (24%), tahun 2014 dan tahun 2015 berdasarkan data dari UPT Jamkesda jumlah penduduk miskin sebanyak jiwa. 4. Tingkat Pendidikan Dari sebelas kecamatan yang ada di Kota Depok, angka melek huruf yang paling tinggi ada di kecamatan Beji sebesar %, kemudian disusul oleh kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas. Angka melek huruf yang rendah ada pada Kecamatan Bojongsari sebesar 97,46. GAMBAR 3.7 ANGKA MELEK HURUF MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : BAPPEDA dan BPS Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 18

50 Dari angka melek huruf ini menggambarkan bahwa masyarakat Kota Depok yang berumur 15 tahun keatas, rata-rata sebesar 95 %, sisanya adalah orang tua yang putus sekolah SD, SMP atau belum pernah sekolah sehingga sampai saat ini belum bisa membaca dan menulis. TABEL 3.4 RATA-RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) DI KOTA DEPOK BERDASARKAN KECAMATAN TAHUN Kecamatan Tahun Sawangan 10,45 10,63 10,64 Bojongsari 10,19 10,21 10,22 Pancoran Mas 11,42 11,44 11,45 Cipayung 9,14 9,46 9,62 Sukmajaya 11,90 12,37 12,61 Cilodong 10,53 10,92 11,21 Cimanggis 10,76 11,25 11,32 Tapos 10,76 10,77 10,88 Beji 12,02 12,04 12,05 Limo 9,58 10,06 10,06 Cinere 11,87 11,89 11,95 Kota Depok 10,98 11,16 11,17 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Rata rata lama sekolah untuk masyarakat Kota Depok berumur 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah yang tertinggi ada di Kecamatan Sukmajaya, selanjutnya adalah Kecamatan Beji dan Kecamatan Cinere. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 19

51 Secara umum angka rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kota Depok adalah sampai dengan kelas 2 SLTA. Hal ini bisa menjadi perhatian Pemerintah Kota Depok untuk dapat menetapkan prioritas pendidikan, misalnya pendidikan gratis sampai dengan SLTA. 5. Status Pembangunan Manusia Pembangunan manusia menurut UNDP (1990), adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (Enlarging the Choices of people). Terdapat tiga pilihan dari sekian banyak pilihan yang di anggap relevan, yaitu sehat dan berumur panjang, berpendidikan dan berkemampuan untuk akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup layak. Untuk mengukur ketiga pilihan utama tersebut, digunakan indeks komposit berdasarkan tiga parameter. Ketiga parameter tersebut adalah : 1. Pendidikan, yang diukur dengan Angka Melek Huruf 2. Derajat kesehatan dan berumur panjang yang diukur dengan AHH 3. Pendapatan, yang diukur dengan daya beli masyarakat (purchasing power parity). Perkembangan Indeks Pembangunan manusia (IPM) Kota Depok berdasarkan penghitungan BPS secara umum dari periode 2010 sampai dengan 2014 mengalami peningkatan. IPM Kota Depok tahun 2010 sebesar 79,09%, tahun 2011 sebesar 79,49%, tahun 2012 sebesar 79,83%, tahun 2013 sebesar 80,02 %, tahun 2014 sebesar 80,58% dan tahun 2015 sebesar 80,79%. Angka Harapan Hidup Kota Depok tahun 2015 sebesar 74,10 tahun yang artinya anak yang lahir pada tahun 2015 ini mempunyai harapan hidup sampai dengan umur 74,10 tahun. Angka melek huruf sebesar 99,09% artinya masyarakat Kota Depok tahun 2015 yang berumur 15 tahun keatas dan yang bisa membaca dan menulis sebanyak 99,09%, masih ada 0.01% lagi penduduk yang buta huruf. Rata-rata lama sekolah tahun artinya masyarakat Kota Depok yang berumur 15 tahun keatas rata-rata lama sekolah selama tahun atau sampai dengan kelas 2 SMA, pengeluaran per kapita sebesar rupiah per tahun artinya bahwa masyarakat Kota Depok tahun 2015 mengeluarkan uang untuk konsumsi sebesar rupiah setiap orang selama satu tahun yang telah disesuaikan. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 20

52 Kota Depok mempunyai IPM tertinggi di Jawa Barat tetapi masih terdapat balita yang kurang gizi atau anak usia sekolah dasar tetapi tidak bersekolah. Mereka adalah harapan di masa depan yang harus kita perjuangkan di masa kini. Modal sosial dan kerjasama yang baik dari semua pihak, pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan untuk membangun Kota Depok yang tercinta ini. Berikut gambaran IPM Kota Depok dari Tahun 2010 sampai dengan 2015 seperti pada gambar di bawah ini. GAMBAR 3.8 IPM KOTA DEPOK TAHUN Sumber : BAPPEDA dan BPS Kota Depok, 2015 Kecamatan dengan IPM tertinggi di Kota Depok adalah Kecamatan Sukmajaya sebesar 82,17 dan AHH tertinggi pada Kecamatan Sukmajaya sebesar Gambaran IPM Kota Depok menurut Kecamatan di Kota Depok Tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.9. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 21

53 GAMBAR 3.9 IPM KOTA DEPOK MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : BAPPEDA dan BPS Kota Depok, 2015 C. GAMBARAN LINGKUNGAN FISIK Faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah lingkungan. Gambaran beberapa faktor resiko lingkungan yang dapat disajikan dibawah ini antara lain cakupan rumah sehat, cakupan jamban sehat, cakupan keluarga dengan sumber air minum terlindung, angka bebas jentik, cakupan tempat-tempat umum (TTU) dan tempat pengolahan makanan (TPM) serta Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dalam pembahasan indikator penyehatan lingkungan dilakukan analisis deskriptif dan dilakukan secara parsial, belum dilakukan upaya untuk menghubungkan faktor resiko dengan outcome penyakit. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 22

54 Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang mempunyai jamban sehat, mempunyai sarana air bersih, mempunyai tempat pembuangan sampah, mempunyai sarana pembuangan limbah, mempunyai ventilasi rumah yang baik, memiliki kepadatan hunian yang sesuai dan mempunyai lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Jumlah rumah di Kota Depok tahun 2011 sebanyak rumah dengan (79,21%) telah diperiksa serta (83,78%) rumah dinyatakan memenuhi syarat kesehatan (rumah sehat). Capaian tersebut sudah memenuhi target Indonesia sehat sebesar 80%, hal ini tentunya harus tetap dilakukan upaya pembinaan yang lebih intensif kepada masyarakat agar memperhatikan kesehatan rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akan berdampak bagi penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya. Pada tahun 2012 jumlah rumah yang ada sebanyak rumah dengan jumlah yang diperiksa sebanyak (66,4%) serta yang dinyatakan sebagai Rumah Sehat sebanyak (86,74%). Tahun 2013 jumlah rumah yang ada sebanyak unit dengan rumah yang dibina , jumlah rumah yang memenuhi syarat sebanyak (77,52%) dan jumlah Rumah sehat sebanyak (80,62%). Tahun 2014 jumlah seluruh rumah sebanyak unit dengan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan (rumah sehat) sebanyak (83,45%), sedangkan jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan sebanyak 104,225 (25,93). Pada tahun 2015, dari jumlah seluruh rumah sebanyak unit, jumlah rumah dibina sebanyak , rumah dibina memenuhi syarat sebanyak , dan jumlah rumah sehat sebanyak (85,93%). Cakupan rumah sehat tahun 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini: P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 23

55 GAMBAR 3.10 CAKUPAN RUMAH SEHAT DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, Cakupan keluarga dengan akses air bersih Alternatif masyarakat untuk mendapatkan sumber air minum di Kota Depok sangat bervariasi. Sumber mata air di kota Depok ada yang berasal dari yang terlindung dan yang tidak terlindung. Yang dimaksud sumber air bersih yang terlindung adalah sumber air minum keluarga yang bersumber dari sarana air bersih yang telah memenuhi persyaratan baik biologis, kimia dan fisik. Sumber air minum yang terlindung antara lain : sumber air PDAM, sumur gali, dan sumur pompa. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merupakan air yang diolah dengan teknologi khusus seperti teknologi sterilisasi kemudian dikemas dalam botol plastik atau wadah lainnya. Izin untuk perusahaan ini biasanya baru akan dikeluarkan bila hasil uji laboratorium baik. Air bersih merupakan sumberdaya berbasis air yang bermutu baik yang harus memenuhi persyaratan, baik kualitas dan sarananya. Syarat-syarat air bersih agar dapat dikonsumsi adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna. Jenis sarana air bersih antara lain: kemasan yakni air bersih yang diperjualbelikan oleh produsen tertentu kemudian di kemas dalam botol, atau galon, PDAM, SPT (Sumur Pompa P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 24

56 Tangan), SGL (Sumur Gali Lobang), dan Mata Air. Tahun 2011 dari keluarga di Kota Depok yang diperiksa sumber air minumnya, diketahui 2,30% keluarga memanfaatkan air kemasan, sebanyak 10,08% menggunakan air isi ulang, sebanyak 35,75% pompa, sebanyak 38,59% menggunakan sumur terlindungi, sebanyak 3,82% menggunakan mata air terlindungi, sebanyak 0,01% menggunakan sumur tak terlindungi, dan lain-lainnya sebanyak 0,06%. Tahun 2012 dari keluarga yang diperika sumber airnya, diketahui bahwa (0,9%) keluarga memanfaatkan air kemasan, (13,1%) menggunakan air ledeng, (27,6%) menggunakan SPT (Sumur Pompa Tangan), dan (36%) menggunakan Sumur Gali Lubang (SGL). Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2013, sehingga mulai tahun 2013 pemeriksaan tidak berdasarkan pada keluarga, tetapi difokuskan pada penduduk. Tahun 2013, penduduk yang memiliki akses air minum sebesar jiwa, dimana penduduk yang menggunakan sumur gali yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur bom dengan pipa yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang memanfaatkan mata air terlindung yang memenuhi syarat sebanyak 437 orang. Penduduk yang memanfaatkan perpipaan (PDAM) yang memenuhi syarat sebanyak Tahun 2014, penduduk yang memiliki akses air minum sebesar jiwa, penduduk yang menggunakan sumur gali yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur bom dengan pipa yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang memanfaatkan mata air terlindung yang memenuhi syarat sebanyak 630 orang, penduduk yang memanfaatkan perpipaan (PDAM) yang memenuhi syarat sebanyak jiwa. Tahun 2015, penduduk yang memiliki akses air minum sebesar jiwa, dimana penduduk yang menggunakan sumur gali yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang menggunakan sumur bom dengan pipa P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 25

57 yang memenuhi syarat sebanyak , penduduk yang memanfaatkan mata air terlindung yang memenuhi syarat sebanyak 61 jiwa, penduduk yang memanfaatkan perpipaan (PDAM) yang memenuhi syarat sebanyak Cakupan penduduk yang memilki akses air minum tahun 2013 sebanyak 70 %,, tahun 2014 sebanyak jiwa (74,45%) dan pada tahun 2015 sebanyak jiwa (73,57%). Berikut dapat dilihat gambaran cakupan (%) akses air minum yang layak per kecamatan tahun GAMBAR 3.11 CAKUPAN AKSES AIR MINUM YANG LAYAK MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, Akses Sanitasi Layak Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 26

58 Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septic (septic tank)/sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama. Metode pembuangan tinja yang baik yaitu menggunakan jamban dengan syarat sebagai berikut : 1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi 2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur 3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan 4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain 5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan harus dibatasi seminimal mungkin 6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal Pada tahun 2013 penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan menggunakan komunal berjumlah 3 unit dengan jumlah pengguna sebanyak 420 orang (100%), untuk sarana sanitasi leher angsa berjumlah dengan jumlah pengguna sebanyak (91%), sarana sanitasi plengsengan sebanyak 366 dengan jumlah pengguna sebanyak (44%), dan sarana sanitasi jamban cemplung sebanyak 746 dengan jumlah pengguna sebanyak (56%) dengan cakupan penduduk dengan akses sanitasi yang layak sebanyak (66,9%). Tahun 2014 penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan menggunakan komunal sebanyak (86,47%), menggunakan leher angsa sebanyak (86,63%), yang menggunakan plengsengan sebanyak (37,12%), menggunakan jamban cemplung sebanyak (89,98%) dengan cakupan penduduk dengan akses sanitasi yang layak sebanyak (67,67%). Tahun 2015 penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan menggunakan komunal sebanyak (89,67%), menggunakan leher angsa sebanyak (89,71%), yang menggunakan plengsengan sebanyak 953 (69%), menggunakan jamban cemplung sebanyak (76,27%) dengan cakupan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 27

59 penduduk dengan akses sanitasi yang layak sebanyak (73,5%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : GAMBAR 3.12 CAKUPAN PENDUDUK DENGAN SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014, tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 2. Cuci tangan pakai sabun 3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga 4. Pengamanan sampah rumah tangga P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 28

60 5. Pengamanan limbah cair rumah tangga Jumlah kelurahan yang melaksanakan Saniasi Total Berbasis Masyaralat adalah jumlah kumulatif kelurahan yang terverifikasi sebagai desa melaksanakan STM dengan memenuhi kriteria : 1. Telah dilakukan pemicuan STBM 2. Telah memiliki natural leader 3. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Pada tahun 2013, jumlah kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berjumlah 33 kelurahan (52,4%). Sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 59 kelurahan (93,7%). Pada tahun 2015 jumlah kelurahan yang melaksanakan STBM mencapai 61 kelurahan (96,8%). Dengan demikian hanya tersisa 2 kelurahan di Kota Depok, yaitu di Kecamatan Cipayung yang masih belum melaksanakan STBM. Berikut gambaran cakupan kelurahan STBM menurut Kecamatan di Kota Depok tahun GAMBAR 3.13 CAKUPAN DESA STBM MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 29

61 5. Tempat-Tempat Umum (TTU) Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tempat-tempat umum adalah tempat atau sarana umum yang dipergunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan, antara lain pasar rakyat, sekolah, fasyankes, terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel dan tempat umum lainnya TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum, dimana Kementerian Kesehatan menetapkan minimal sarana pendidikan dan pasar rakyat memenuhi syarat kesehatan. TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan. 1. Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menegah Pertama (SMP/Mts) dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta terintegrasi. 2. Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola, sebagian besar barang yang diperjualbelikan yaitu kebutuhn dasar sehari-hari dengan fasilitas infrastruktur sederhana, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sebagai upaya mengurangi resiko Tempat-Tempat Umum (TTU) menjadi tempat penularan/sumber penyakit, maka dilakukan pemantauan terhadap TTU tersebut, hal ini dikarenakan cakupan Tempat-Tempat Umum menjadi salah satu hal yang diperhitungkan pada indikator kesehatan lingkungan. Pada tahun 2012, jumlah seluruh TTU yang memenuhi syarat sebanyak 69,5%. Tahun 2013 jumlah seluruh TTU yang memenuhi syarat sebanyak 69,1%. Tahun 2014 jumlah seluruh TTU yang memenuhi syarat sebanyak 714 unit (74,84%), dan pada tahun 2015 jumlah seluruh TTU yang memenuhi syarat sebanyak 737 unit (74,89%). Gambaran Cakupan TTU tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada pada gambar dibawah ini: P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 30

62 GAMBAR 3.14 CAKUPAN TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Tahun 2013 tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari sarana pendidikan SD dari 554 unit yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 380 unit (69%), SLTP sebanyak 202 buah terdapat 129 unit yang memenuhi syarat kesehatan (64%) dan SLTA 143 unit terdapat 99 unit yang memenuhi syarat kesehatan (69,2%). Untuk sarana kesehatan rumah sakit yang berjumlah 17 unit terdapat 15 rumah sakit yang memenuhi syarat kesehatan (88,2%). Hotel yang ada di Kota Depok sebanyak 11 buah, terdiri dari 2 hotel berbintang dan 9 hotel tidak berbintang. Hotel berbintang 100% memenuhi syarat kesehatan dan dari 9 hotel tidak berbintang terdapat 4 hotel (44,4%) yang memenuhi syarat kesehatan. Tahun 2014 sarana pendidikan SD sebanyak 539 unit, SMP sebanyak 204 unit, SLTA sebanyak 145 unit, yang memenuhi syarat kesehatan SD sebanyak 339 (74%), SMP sebanyak 151 (74%), SLTA sebanyak 108(74,5%). Sarana kesehatan lain seperti puskesmas sebanyak 35 dan rumah sakit sebanyak 18, memenuhi syarat kesehatan puskesmas sebanyak 32 (91,4%) dan rumah sakit sebanyak 16 (88,9%), Hotel berbintang sebanyak 3 dan yang non bintang sebanyak 10, yang memenuhi P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 31

63 syarat kesehatan hotel berbintang sebanyak 2 (66,7%), hotel yang non bintang yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 6 (60%). Tahun 2015 sarana pendidikan SD sebanyak 546 unit, SMP sebanyak 214 unit, SLTA sebanyak 157 unit, yang memenuhi syarat kesehatan SD sebanyak 402 (73,6%), SMP sebanyak 157 (73,4%), SLTA sebanyak 115 (73,2%). Sarana kesehatan lain seperti puskesmas sebanyak 35 dan rumah sakit sebanyak 19, memenuhi syarat kesehatan puskesmas sebanyak 35 (100%) dan rumah sakit sebanyak 18 (94,7%), Hotel berbintang sebanyak 3 dan yang non bintang sebanyak 9, memenuhi syarat kesehatan hotel berbintang sebanyak 2 (66,7%), hotel non bintang yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 7 (77,8%). GAMBAR 3.15 JUMLAH TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan makaanan yang meliputi jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin dan makanan jajanan. TPM dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 32

64 Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi : 1. Persyaratan lokasi dan bangunan 2. Persyaratan fasilitas sanitasi 3. Persyaratan dapur, rumah makan dan gudang makanan 4. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi 5. Persyaratan pengolahan makanan 6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi 7. Persyaratan penyajian makanan jadi 8. Persyaratan peralatan yang digunakan Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek dalam menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya dengan mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan. TPM adalah tempat pengelolaan makanan siap saji yang terdiri dari rumah makan/restoran, jasaboga, depot air minum, sentra makanan jajanan, kantin sekolah. TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik higiene sanitasi. Pada tahun 2015 tempat pengelolaan makanan (TPM) status higiene sanitasi yang memenuhi syarat, jasa boga sebanyak 51 unit, rumah makan sebanyak 87 unit, depot air minum sebanyak 114 unit, makanan jajanan sebanyak 14 unit, total seluruhnya 264 unit (14,11%). TPM yang tidak memenuhi syarat higiene sanitasi tahun 2015 antara lain jasa boga sebanyak 128 unit, rumah makan/restoran sebanyak 1070 unit, depot air minum sebanyak 228 unit, makanan jajanan sebanyak 182 unit, total keseluruhan sebanyak unit (85,89%). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 33

65 GAMBAR 3.16 CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas kesehatan Kota Depok, 2015 D. GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT Gambaran perilaku masyarakat tercermin dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan terjadinya kesakitan maupun kematian. Program PHBS merupakan upaya belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku dalam hidup bersih dan sehat, yang menjadikan seseorang atau keluarga yang turut menangani masalah dalam bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. PBHS mencakup tatanan Rumah tangga, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Cakupan Rumah tangga berperilaku Bersih dan Sehat (PHBS) tahun 2011 sebesar 74,83%, tahun 2012 sebesar 70%, tahun 2013 sebesar 74%, tahun 2014 sebesar 77,2% dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 34

66 tahun 2015 sebesar 77,5%. Cakupan rumah tangga berperilaku bersih dan sehat (PHBS) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada gambar berikut ini: GAMBAR 3.17 CAKUPAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENURUT KECAMATAN KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Pada tahun 2015, cakupan tertinggi rumah tangga berperilaku bersih dan sehat berdasarkan kecamatan, terdapat wilayah kerja Kecamatan Cinere sebesar 96,0 % dan cakupan terendah terdapat di wilayah kerja Kecamatan Sawangan sebesar 62.2 %. Cakupan Rumah Tangga Berperilaku Bersih dan Sehat (PHBS) disajikan pada gambar 3.18.: P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 35

67 GAMBAR 3.18 CAKUPAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENURUT KECAMATAN KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 36

68 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA HARAPAN HIDUP Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (AHH) adalah salah satu indikator derajat kesehatan dalam menghitung indeks pembangunan manusia. AHH menggambarkan lamanya usia seorang bayi lahir diharapkan hidup. Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Faktor yang mempengaruhi AHH antara lain kesehatan, ekonomi, pendidikan, geografis. Angka Harapan Hidup (AHH) dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini : GAMBAR 4.1 ANGKA HARAPAN HIDUP DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Secara keseluruhan Kota Depok mempunyai AHH waktu lahir di Tahun 2015 sebesar 74,10 tahun. Artinya warga Kota Depok yang lahir di Tahun 2015 mempunyai harapan hidup sampai dengan 74 tahun. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 37

69 Tingginya Angka Harapan Hidup di Kota Depok ditunjang dengan sarana dan prasarana kesehatan yang sudah memadai. Kondisi yang sudah bagus ini tentu saja harus dipertahankan dan bila perlu bisa ditingkatkan lagi. Dengan pelayanan prima dari petugas kesehatan serta ditunjang dengan adanya BPJS kesehatan diharapkan bisa meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Depok di masa yang akan datang. AHH kecamatan yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Sukmajaya sebesar 75,54 dan yang paling rendah adalah Angka Harapan Hidup di Kecamatan Cipayung sebesar 68,6. Dari Angka Harapan Hidup ini maka pemerintah Kota Depok dapat menetapkan prioritas kesehatan di Kecamatan Cipayung tanpa meninggalkan kecamatan yang lain. Seperti terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini. GAMBAR 4.2 ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Bappeda Kota Depok,2015 B. MORTALITAS (KEMATIAN) Angka kematian merupakan indikator/ outcome pembangunan kesehatan. Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 38

70 Jumlah kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di Propinsi Jawa Barat beberapa faktor penyebab kematian perlu mendapat perhatian khusus, diantaranya yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya tingkat kelahiran, umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta penolong persalinan. Indikator kematian yang paling sering digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (Akaba). 1. Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut. Penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung. Walaupun dalam kenyataannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian di masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan di suatu daerah antara lain tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan lainnya baik preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 39

71 melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. GAMBAR 4.3 SEBARAN JUMLAH KEMATIAN BAYI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Gambar 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebaran jumlah kematian bayi di Kota Depok tahun 2015 tertinggi pada Kecamatan Sukmajaya yaitu sebanyak 15 kematian bayi, sedangkan kecamatan dengan jumlah kematian bayi terendah adalah Kecamatan Cinere yaitu satu kasus kematian bayi. Bila dihitung rasio angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, maka pada tahun 2013 sebesar 2,34/1000 KH, tahun 2014 sebesar 1,78/1000 KH dan tahun 2015 sebesar 2/1000 KH. Tabel 4.1 menjabarkan rasio angka kematian bayi di Kota Depok tahun 2013 sampai dengan tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 40

72 Tahun TABEL 4.1 RASIO ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN Jumlah Jumlah Kelahiran Rasio AKB Kematian Bayi Hidup ,21/1000KH ,82/1000KH ,34/1000KH ,78/1000KH /1000 KH Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok,2015 Ada banyak faktor yang mempengaruhi jumlah kematian bayi tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Dari beberapa rangkaian peristiwa kematian bayi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi diantaranya tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah pola perilaku hidup. Jumlah kematian bayi tahun 2013 sebanyak 113 kasus, tahun 2014 sebanyak 83 kasus dan tahun 2015 sebanyak 62 kasus. Beberapa faktor penyebab kematian bayi antara lain disebabkan BBLR, asfiksia, infeksi, serta permasalahan laktasi. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal. Gambar 4.4 menampilkan angka kematian Bayi hasil perhitungan BPS dari Tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 41

73 GAMBAR 4.4 ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Depok, Jumlah Kematian Balita Anak balita adalah semua anak yang berusia 0 sampai 59 bulan 29 hari. Pada tahun 2013 jumlah kematian balita sebanyak 11 orang, tahun 2014 sebanyak 16 orang dan tahun 2015 sebanyak 1 orang. Gambar 4.5 menampilkan grafik jumlah kematian anak balita di Kota Depok tahun 2013 sampai dengan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 42

74 GAMBAR 4.5 JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Depok, Jumlah Kematian Ibu Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll. Pada tahun 2015 terdapat 14 kasus kematian ibu yang tersebar diseluruh Kecamatan di Kota Depok. Sama halnya dengan Angka Kematian Bayi, AKI tidak dapat dihasilkan dari pelaporan rutin tetapi merupakan hasil perhitungan BPS. Rasio Angka Kematian Ibu dipergunakan untuk memudahkan dalam melihat tingkat keberhasilan pembangunan kesehatan, khususnya di Kota Depok. Data kematian Ibu dari tahun seperti terlihat pada Tabel 4.2. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 43

75 Tahun TABEL 4.2 DATA KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK Jumlah Kematian Ibu TAHUN Jumlah Kelahiran Hidup Rasio AKI ,32/ KH ,479/ KH ,84/ KH ,42/ KH / KH Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 Pada tabel diatas Terlihat bahwa jumlah kematian ibu dari TAHUN mengalami penurunan, yaitu 22 kasus kematian pada tahun 2011 menjadi 14 kasus pada tahun Rasio kematian ibu dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini. GAMBAR 4.6 RASIO KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2015 Gambar 4.6 menunjukkan rasio angka kematian ibu tahun 2011 sebesar 59,32/ KH, tahun 2012 sebesar 54,479/ KH, tahun 2013 sebesar 39,84/ KH, tahun 2014 sebesar 36,42/ KH dan pada tahun 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 44

76 sebesar 35/ KH. Dari tahun 2011 hingga tahun 2015, tren penyebab kematian ibu di Kota Depok disebabkan oleh perdarahan post partum, eklampsia dan infeksi suspect emboli air ketuban. Penjelasan penyebab kematian ibu dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL 4.3 PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KOTA DEPOK TAHUN No Penyebab Kematian (orang) (orang) (orang) (orang) orang) 1 PEB/ Eklampsia Perdarahan Post Partum Infeksi Suspect Emboli Air Ketuban Ca Mamae 1 5 Jantung Kelainan Fungsi Hati 1 7 CKD Leukositosis 1 8 Hipertensi 4 9 TBC 1 10 Jantung Bawaan 3 11 Infeksi 2 12 Pneumonia 1 13 Èdema Paru Akut 1 14 HPP 5 15 Acute Infark 1 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 45

77 No Penyebab Kematian (orang) (orang) (orang) (orang) orang) 16 Decomp Cordis 1 17 Sesak,Asma 2 18 Hepatitis 1 19 Diabetes Melitus 1 20 Lain-Lain Total Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2015 Gambar 4.7 dibawah ini menjelaskan penyebaran jumlah kematian ibu di masing-masing kecamatan se-kota Depok pada tahun 2015: GAMBAR 4.7 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KECAMTAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 46

78 Jumlah kematian ibu tahun 2015 terbesar berada di wilayah Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Tapos, masing-masing sebanyak 4 kasus, kemudian disusul oleh wilayah Kecamatan Sukmajaya sebanyak 3 kasus. 4. Penyakit Penyebab Kematian Penderita di Rumah Sakit Pada tahun 2015 penyakit terbanyak penyebab kematian penderita di Rumah Sakit pada golongan umur < 1 tahun adalah Lahir Mati ( 44,7%), pada golongan umur 1-4 tahun Septicaemia (22,2%), pada golongan umur 5-14 tahun Cardiomyophaty (27,3%), pada golongan umur tahun Sepsis (20,3%), dan pada golongan umur adalah Septicaemia (15,5%). Data tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram batang pada Gambar 4.8 sampai Gambar GAMBAR 4.8 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR <1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Laporan RL.5 SIRS, 2015 Pada gambar 4.9 di atas terlihat lahir mati atau dikenal dengan istilah intra uterine fetal death (IUFD) menyumbang penyebab kematian terbesar pada penderita rumah sakit dengan golongan umur <1 tahun sebesar 44,7%. Lahir mati atau dikenal P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 47

79 juga dengan istilah still birth merupakan kelahiran seorang bayi dari kandungan yang sudah berumur paling sedikit 20 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Di susul dengan sepsis neonatorum sebesar 14,9 % dan Asfixia sebesar 8,5 %. GAMBAR 4.9 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Laporan RL 5 SIRS 6, 2015 Pada golongan umur 1-4 tahun, penyebab kematian terbesar adalah diagnosa septicaemia sebesar 22,2%. Septicaemia merupakan kondisi yang muncul akibat masuknya bakteri ke aliran darah dan dapat memicu sepsis. Urutan kedua pada golongan umur 1-4 tahun ini adalah Gastro Enteritis Dehidrasi (GED) sebesar 16,7 %. GED adalah diare dengan atau beberapa muntah yang disebabkan masuknya bakteri, virus atau toksin. Di urutan ketiga adalah penyakit encephalitis sebesar 11,1%. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 48

80 GAMBAR 4.10 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Laporan RL 5 SIRS 6, 2015 Pola penyakit pada kelompok umur 5-14 tahun, didominasi oleh penyakit cardiomyophaty sebesar 27,3%, disusul diarrohea sebesar 9,1 % dan diurutan ketiga adalah disseminated intravascular sebesar 9,1 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 49

81 GAMBAR 4.11 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Laporan RL 5 SIRS, 2015 Dari gambar 4.12 diatas dapat dilihat bahwa pada golongan umur tahun, penyakit penyebab kematian penderita rumah sakit adalah sepsis sebesar 20,3%, disusul dengan septicaemia sebesar 12,7% kemudian posisi tiga adalah cardiac arrest sebesar 12,7 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 50

82 GAMBAR 4.12 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Laporan RL 5 SIRS, 2015 Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa pada golongan umur tahun, penyakit penyebab kematian penderita rumah sakit adalah septicaemia sebesar 15,5%, disusul dengan stroke haemorhagic sebesar 14,7% kemudian Chronic Kidney Disease (CKD) sebesar 14 %. Pola penyakit penyebab kematian penderita terbanyak yang tersebar di 20 Rumah Sakit di Kota Depok adalah CKD, yaitu sebanyak 68 kasus (19%). Data 10 besar penyakit tersebut berdasarkan laporan seluruh rumah sakit yang ada di Kota Depok pada tahun Data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 51

83 TABEL 4.4 POLA SEPULUH (10) BESAR PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA DI RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 No Nama Penyakit Jumlah % 1 CKD (Chronic Kidney Disease)/Gagal 68 19% Ginjal 2 Septicaemia 59 16% 3 IUFD (Intra Uterine Fetal Death) 42 12% 4 Stroke Haemorhagic 43 12% 5 CHF (Congestive Heart Failure)/ Gagal 35 10% Jantung Kongestif 6 Sepsis 34 9% 7 Storoke Non Haemorraghic 27 7% 8 DOA( Dead On Arrival) 24 7% 9 Shock Cardiogenic (Gagal Pompa) 15 4% 10 Intra Cerebral Haemorrage, Unspecified 14 4% Sumber: Laporan RL 5 SIRS, 2015 C. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. angka kesakitan diperoleh melalui survey, angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang berasal dari masyarakat (community base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas base data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 52

84 Data penyakit diperoleh dari 20 Rumah Sakit yang terdiri dari 18 rumah sakit swasta, 1 (satu) Rumah Skait Umum Daerah dan 1 Rumah Sakit POLRI Bhayangkara di Kota Depok. 1. Pola Penyakit Di Pelayanan a. Pola Penyakit Rawat Jalan Di RS Berdasarkan Golongan Umur. Berdasarkan laporan SIRS yang diterima oleh Dinas Kesehatan selama tahun 2015, terlihat bahwa untuk golongan umur 0<1 tahun, 1-4 tahun, 5-14 tahun dan umur 15-44, diagnosa penyakit terbanyak adalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), dan untuk golongan umur tahun diagnosa penyakit terbanyak adalah hipertensi 21%. Gambaran sepuluh (10) besar penyakit tahun 2015 yang terbagi dalam beberapa golongan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini : GAMBAR 4.13 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR <1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan RL SIRS 6, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 53

85 Pada gambar 4.13, terlihat bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menduduki posisi pertama sebesar 32 %, kemudian disusul dengan Common Cold sebesar 19 % dan Dermatitis sebesar 12 %. GAMBAR 4.14 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan RL 5 SIRS 6, 2015 Pada golongan umur 1-4 tahun, penyakit terbesar adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas sebesar 51%, kemudian penyakit gastroenteritis (diare) sebesar 13 % dan febris sebesar 9 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 54

86 GAMBAR 4.15 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan RL 5 SIRS 6(2015) Sama halnya pada golongan umur sebelumnya yakni < 1 tahun dan, 1-4 tahun, maka gambar 4.16 menjelaskan bahwa untuk penyakit golongan umur 5-14 tahun di dominasi oleh diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Atas sebesar 46 %, kemudian dermatitis sebesar 9 % dan Common Cold sebesar 8 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 55

87 GAMBAR 4.16 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan RL 5 SIRS 6, 2015 Gambar 4.17 menjelaskan bahwa untuk penyakit golongan umur 5-14 tahun di dominasi oleh diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Atas sebesar 31 %, kemudian dispepsia sebesar 19 % dan hipertensi sebesar 10 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 56

88 GAMBAR 4.17 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN RS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan RL 5 SIRS 6, 2015 Dari gambar 4.18, penyakit hipertensi menjadi urutan pertama pada golongan umur tahun sebesar 21 %, kemudian disusul oleh penyakit Diabetes Melitus sebesar 17 %, dan diposisi ketiga adalah diagnosa penyakit CHF (Chronic Heart Failure) sebesar 15 %. b. Pola Sepuluh (10) Besar Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Rumah Sakit Berdasarkan laporan RL 5 pada SIRS 6, dapat dilihat bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) berada pada urutan pertama sebesar kasus (34%) kemudian penyakit hipertensi primer (Esensial) berada di urutan kedua sebesar kasus (12%). 10 besar penyakit rawat jalan di kota Depok tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.5 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 57

89 NO TABEL BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 KASUS BARU NAMA PENYAKIT JUMLAH % 1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas(ISPA) % 2 Hipertensi Primer (Esensial) % 3 Rhinopharingitis % 4 Dyspepsia % 5 Diare& Gastroentritis % 6 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) % 7 Tukak Lambung % 8 Viral Infection % 9 Pharingitis acute % 10 Nasofaringitis Akut (Common Cold) % Sumber : Laporan RL 5 SIRS 6 (2015) c. Pola Sepuluh (10) Besar Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Puskesmas Berdasarkan laporan SIMPUS dari 35 Puskesmas se-kota Depok, diagnosa penyakit terbanyak pada kelompok umur 0-<1 tahun, umur 1-4 tahun, 5-14 tahun adalah ISPA, dimana masing-masing sebesar 28%, 30 % dan 22 %. Pada golongan umur tahun kasus terbanyak adalah kasus cough 18%, dan pada golongan umur tahun, pasien dengan diagnosa hipertensi primer 26% lebih banyak ditemui. Pola penyakit di Puskesmas Kota Depok tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.18 sampai dengan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 58

90 GAMBAR 4.18 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 0 -<1 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber data : LB1 SIMPUS, 2015 Dari gambar 4.18, terlihat bahwa, penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menduduki peringkat pertama sebesar 28%, kemudian disusul penyakit nasofaringitis akut sebesar 27 % dan diposisi ketiga diagnosa cough sebesar 11%. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 59

91 GAMBAR 4.19 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 1-4 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber data : LB1 SIMPUS, 2015 Sama halnya dengan di golongan umur 0-<1 tahun, pada golongan umur 1-4 tahun penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menduduki posisi teratas sebesar 30%, kemudian disusul nasofaringitis akut sebesar 23% dan diposisi ketiga sebesar 14% dengan diagnosa. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 60

92 GAMBAR 4.20 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR 5-14 TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber data: LB1 SIMPUS, 2015 Sama halnya dengan di golongan umur 0-<1 tahun, umur 1-4 tahun, gambar 4.20 menjelaskan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menduduki posisi teratas sebesar 22%, kemudian disusul nasofaringitis akut sebesar 18% dan diposisi ketiga sebesar 16% dengan diagnosa cough. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 61

93 GAMBAR 4.21 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber data: LB1 SIMPUS, 2015 Berbeda dengan golongan umur sebelumnya, pada golongan umur tahun penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menduduki posisi kedua sebesar 15%, dimana posisi pertama adalah penyakit cough sebesar 18 %. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 62

94 GAMBAR 4.22 POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber data: LB1 SIMPUS, 2015 Pada golongan umur tahun sudah mulai di dominasi oleh penyakit tidak menular, yaitu Hipertensi Primer sebesar 26 %. Kemudian disusul oleh Cough sebesar 13 % pada posisi kedua dan Nasofaringitis akut sebesar 10% pada posisi ketiga. Untuk pola sepuluh (10) penyakit terbesar terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas dapat dilihat pada tabel 4.6. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 63

95 TABEL 4.6 POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO NAMA PENYAKIT JUMLAH % 1 Hypertensi Primer ,7% 2 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak ,9% spesifik 3 Cough ,6% 4 Nasofaringitis Akuta (Common Cold) ,1% 5 Faringitis Akuta ,4% 6 Dispepsia ,2% 7 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal ,5% 8 Myalgia ,0% 9 Diare dan gastroenteritis ,9% 10 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) ,7% Sumber : Data LB 1 SIMPUS, Gambaran Penyakit Menular a. Penyakit Tular Vektor dan Zoonis 1). Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, Flavivirus dan famili Flaviviridae. DBD ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Penyakit DBD ini dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 64

96 Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu:1) peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor;2) diagnosis dini dan pengobatan dini; 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan angka bebas jentik. Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun kader jumantik. Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Gambaran kasus DBD yang ditemukan di Kota Depok dapat dilihat pada gambar berikut ini : GAMBAR 4.23 GAMBARAN KASUS DBD DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Dari gambar 4.23 di atas dapat dilihat jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2011 sebanyak orang yang tersebar di 11 kecamatan di Kota Depok, dan tidak ada kasus meninggal. Sedang pada tahun 2012 jumlah kasus DBD yang P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 65

97 ditemukan sebanyak 802 orang, kasus meninggal sebanyak 4 orang. Pada tahun 2013 kasus DBD yang ditemukan di Kota Depok sebanyak kasus dengan jumlah meninggal sebanyak 2 orang, Tahun 2014 terdapat sebanyak 980 kasus DBD, meninggal sebanyak 4 orang. Tahun 2015 kasus DBD meningkat dari tahun sebelumnya,dimana ditemukan sebanyak kasus DBD, meninggal sebanyak 3 orang. Kasus DBD terbanyak terdapat di Kecamatan Pancoran Mas sebanyak 343 kasus dan kasus DBD terendah di Kecamatan Cinere sebanyak 58 kasus. Gambaran Jumlah kasus DBD pada masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada gambar 4.24 sebagai berikut ini : GAMBAR 4.24 GAMBARAN KASUS DBD MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 66

98 2). Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe(getah bening). Filariasis ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Cacing filaria yang menetap di dalam jaringan limfe dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin. WHO menetapkan kesepakatan global untuk mengeliminasi filariasis pada tahun Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar kesepakatan Global WHO tahun 2000 yaitu the global goal of elimination of lymphatic filariasis as a public health problem the year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHA pada tahun Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu: 1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan 2. Penatalaksanaan kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. Untuk memutus mata rantai penularan, sasaran pemberian obat adalah semua penduduk kecuali anak berumur <2 tahun, lansia berumur > 65 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita dengan marasmus/kwashiorkor. Berikut gambaran jumlah kasus filariasis tahun 2011 sampai dengan tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 67

99 GAMBAR 4.25 GAMBARAN KASUS FILARIASIS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 Dari gambar 4.25 di atas dapat dilihat bahwa di tahun 2011 ditemukan sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis, tahun 2013 ditemukan 1 kasus baru filariasis, tahun 2014 ditemukan 2 kasus baru dan tahun 2015 ditemukan 6 kasus baru. Tidak seperti tahun sebelumnya, di tahun 2015 ini tidak dilakukan kegiatan minum obat filariasis. Kegiatan ini diganti dengan kegiatan TAS (Transmitted Assesment Survey) dengan sasaran anak sekolah, yaitu kegiatan pemeriksaan penyakit filariasis di sekolah-sekolah. Kegiatan TAS dilakukan dua tahun sekali, dan telah dilaksanakan pada tahun 2013 dan tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 68

100 b. Penyakit Menular Langsung 1) Penyakit Diare Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi post neonatal (31.4%) dan pada anak balita (25.2%) (Riskesdas, 2007). Sarana air bersih dan BAB (Buang air Besar) serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit diare. Penyakit ini dapat dihubungkan dengan perbaikan higiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan seharihari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok. Cakupan kasus diare yang ditangani dan ditemukan selama lima tahun terakhir, sangat fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 69

101 GAMBAR 4.26 CAKUPAN KASUS DIARE YANG DITEMUKAN DAN DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi LB3 P2P, 2015 Pada tahun 2011 kasus diare ditangani sebesar (51,65%), tahun 2012 kasus yang ditemukan dan ditangani sebesar (39,28%), tahun 2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar (85,3%), tahun 2014 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar (79,4%) dan tahun 2015 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar (40,2%). 2) Kusta Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai mati rasa/anastesi, penebalan syaraf tepi juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut yang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium Leprae pada pemeriksaan kerokan pada jaringan kulit (silt-skin smears) P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 70

102 Jumlah Kasus Kusta Tipe PB dan MB di Kota Depok Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun berdasarkan tipe kasus Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini : GAMBAR 4.27 JUMLAH KASUS BARU KUSTA TIPE PB DAN MB DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Dari gambar di atas terlihat bahwa kasus kusta tipe MB (Kusta Basah) lebih banyak dibandingkan kasus kusta tipe PB (kusta kering). Tahun 2011, kasus kusta PB sebanyak 2 kasus dan kasus kusta MB sebanyak 65 kasus, tahun 2012, kasus kusta PB sebanyak 5 kasus dan kasus MB sebanyak 62 kasus, tahun 2013 kasus kusta PB sebanyak 3 kasus kusta MB sebanyak 49 kasus, tahun 2014 kasus kusta PB sebanyak 9 kasus dan kasus baru kusta MB sebanyak 58 kasus dan tahun 2015 kasus baru kusta PB sebanyak 3 kasus dan kasus baru kusta MB sebanyak 54 kasus. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 71

103 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Kecamatan Pada tahun 2015 ini, kasus baru kusta terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Tapos sebesar 11 kasus baru, kemudian disusul penemuan kasus kusta baru di kecamatan Cipayung sebesar 8 kasus dan di posisi ketiga penemuan kasus baru di wilayah kecamatan Bojongsari. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kasus baru kusta menurut kecamatan dapat dilihat pada gambar 4.29 berikut ini : GAMBAR 4.28 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Angka Cacat Tingkat 2 Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Angka Cacat Tingkat 2 merupakan kecacatan kusta yang menyebabkan dua (2) syaraf atau lebih yang menyerang kusta. Angka Cacat Tingkat 2 tahun 2015 sebesar 0,38 per P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 72

104 penduduk. Angka ini menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 0,39 per penduduk. Persentase Kasus Cacat Tingkat 2. Persentase kecacatan kusta yang menyebabkan dua (2) syaraf atau lebih yang menyerang kusta di tahun 2011 sebesar 18 % atau sebesar 11 kasus. Tahun 2012 sebesar 18 % atau 12 kasus, Tahun 2013 sebesar 17,31% atau sebesar 9 kasus. Tahun 2014 sebesar 11,9 % atau 8 kasus dan di Tahun sebesar % atau sebesar 8 kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.29 dibawah ini: GAMBAR 4.29 PERSENTASE KASUS CACAT TINGKAT 2 DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 3). Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (Bakteri P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 73

105 Tahan Asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif jugag masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda, namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969, pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment Short-Course, DOTS) yang dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Semenjak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar terutama puskesmas. TB merupakan salah satu penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TB yang ditemukan dan diobati sesuai dengan format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan. Pencatatan dan pelaporan dilakukan mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Dokter Praktek Swasta, Klinik) dan rujukan dilaporkan secara berjenjang ke tingkat kab/kota, propinsi, sampai ke pusat. Pencatatan TB menggunakan formulir standar secara manual didukung dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB menggunakan sistem informasi elektronik yang disebut Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) yang berbasis web dan terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan nasional. Kasus Tuberkulosis Pada tahun 2015 ditemukan jumlah seluruh kasus tuberkulosis sebanyak 2563 kasus, meningkat bila dibandingkan dengan kasus seluruh tuberkulosis tahun 2014 sebanyak kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan berasal dari Rumah Sakit Sentra Medika yakni sebesar 419 kasus, kemudian laporan dari puskesmas tugu sebesar 102 kasus. Dari tiga puluh lima (35) puskesmas dan empat (4) Rumah Sakit penyelenggara DOTS kasus lebih banyak laki-laki P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 74

106 dibandingkan perempuan. Penggunaan sistem DOTS yang mulai di sosialisasikan ke beberapa rumah sakit, berpengaruh pada penemuan kasus baru BTA Positif. Tahun 2012 penemuan kasus baru TB BTA Positif sebesar 57,22%, tahun 2013 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 55,49 %, tahun 2014 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 44,1 %, dan di tahun 2015 penemuan kasus TB BTA Positif sebesar 57,55 %. Jika dilihat tahun 2014 penemuan kasus baru TB BTA Positif jauh dibawah tahun-tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan belum semua Rumah Sakit yang ada di Kota Depok melaksanakan sistem DOTS. Berikut gambaran persentase penemuan kasus TB BTA Positif dari tahun 2012 sampai dengan tahun GAMBAR 4.30 PERSENTASE PENEMUAN KASUS TB BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Laporan SITT Seksi P2P, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 75

107 Angka Notifikasi Rate atau Case Notification Rate (CNR) Angka Notifikasi Kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (tren) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka Notifikasi Kasus Baru TB BTA Positif tahun 2015 sebesar per penduduk, meningkat dari tahun 2014 sebesar 47,01 per penduduk. Sedangkan Angka Notifikasi seluruh kasus TB per penduduk sebesar per penduduk, meningkat dari tahun 2014 sebesar 102,53 per penduduk. CNR dianggap baik jika terjadi peningkatan minimal 5 % dibandingkan dengan sebelumnya. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evakuasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari penjumlahan angka kesembuhan (Cure Rate) dan angka pengobatan lengkap. Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TBC paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan di antara pasien TBC Paru BTA Positif yang tercatat. Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk pasien baru TBC Paru BTA positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau pasien TBC Paru BTA Positif pengobatan ulang dengan kategori 2, angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial, angka indiktor kesembuhan menurut program adalah 85 %. Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) Angka pengobatan lengkap (complete rate) adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. Tahun 2015 angka pengobatan lengkap (complete rate) sebanyak 40 kasus (4,18%), menurun dari tahun sebelumnya yakni 91 kasus (8,06%). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 76

108 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Angka Kesembuhan (Cure Rate) tahun 2015 sebesar 93,51(894 kasus) dari 969 kasus BTA positif diobati. Persentase angka kesembuhan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 85,83% (969 kasus) dari BTA positif yang diobati sebanyak Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate) Angka keberhasilan pengobatan TB adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru, TB Paru terkonfirmasi bacteriologis yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun yang lengkap) diantara pasien baru TB Paru terkonfirmasi bacteriologis yang tercatat. Persentase Success Rate keberhasilan pengobatan TB Paru BTA Positif tercatat pada tahun 2012 sebesar 96,48%, tahun 2013 sebesar 93,78%, tahun 2014 sebesar 93,89% dan tahun 2015 sebesar 97,70%. GAMBAR 4.31 PERSENTASE SUCCES RATE PENGOBATAN TB PARU BTA POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber data : Laporan SITT, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 77

109 4). Pneumonia Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak balita di tahun Pneumonia menyerang semua umur diwilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub Sahara( Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anakanak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paruparu dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Bisa terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan mycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Cakupan penemuan kasus pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok tahun 2011 sebesar 8,19%, tahun 2012 sebesar 11,12%, tahun 2013 sebesar 17,40%. Tahun 2014 penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 3017 kasus (19,3%), Tahun 2015 penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak (17%). Berikut gambaran cakupan penderita kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada gambar berikut ini : P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 78

110 GAMBAR 4.32 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA KASUS PNEUMONIA DAN YANG DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Laporan Data Seksi P2P, ). HIV/AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi berbagai macam penyakit lain. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun Kemenkes RI). Berdasarkan hasil evaluasi program HIV/AIDS menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada usia produktif tetapi sudah meningkat pada usia non produktif (anak-anak bahkan bayi), hal ini menunjukan bahwa tren P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 79

111 penyebaran penyakit ini sudah berubah sehingga harus mengupayakan program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring. Jumlah Kasus HIV Sebelum memasuki fase AIDS, penderita lebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode yaitu : layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Jumlah kasus HIV di Kota Depok pada tahun 2011 sebanyak 16 kasus, tahun 2012 sebanyak 29 kasus, tahun 2013 sebanyak 55 kasus, tahun 2014 sebanyak 49 kasus, dan tahun 2015 kasus HIV sebanyak 146 kasus. Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif per tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada Gambar 4.33 GAMBAR 4.33 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 Penyumbang jumlah kasus HIV terbesar pada tahun 2015 didominasi pada kelompok umur tahun, sebesar 111 kasus (76,03%), kemudian disusul P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 80

112 oleh kelompok umur tahun, sebesar 22 kasus (15,07%). Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan termasuk dalam kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Kasus AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV(Human Immunodeficiency Virus). Pada tahun 2011, tidak ditemukan kasus AIDS, tahun 2012 kasus AIDS dilaporkan sebanyak 24 kasus, tahun 2013 tidak ditemukan kasus, tahun 2014 kasus AIDS sebanyak 34 kasus dan tahun 2015 kasus AIDS ditemukan dan dilaporkan sebanyak 6 kasus. Perkembangan jumlah kasus AIDS, disajikan pada gambar 4.35 berikut ini. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Depok seperti fenomena gunung es, bahwa yang terlaporkan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kejadian yang sebenarnya. Namun hal ini lambat laun mulai muncul dipermukaan, dikarenakan semenjak tahun 2013 sistem pencatatan dan pelaporan sudah lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga mempermudah dalam pencarian data dan hal ini berdampak pada penemuan jumlah kasus HIV/AIDS yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain itu sebagai upaya dalam penanggulangan ketergantungan obat Psikotropika, Dinas Kesehatan Kota Depok menyelenggarakan kegiatan Mobile VCT. Mobile VCT ini bertujuan untuk mendatangi target-target dari populasi kunci (Waria, PSK, LSL, Penasun) dan juga populasi umum (ibu hamil, masyarakat umum). Penyelenggaraan mobile VCT, dilaksanakan minimal 1 bulan sekali di kecamatan, kelurahan, rutan, atau tempat karaoke. Dalam hal penjangkauan populasi khusus, Dinas Kesehatan dibantu oleh LSM KAKI dan untuk pendampingan ODHA, Dinas Kesehatan dibantu oleh LSM Kuldesak. c. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Surveilans penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi, mempunyai peran menentukan daerah rawan/ resiko tinggi. Memantau kemajuan penanggulangan dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 81

113 memberikan rekomendasi kegiatan penanggulangan dengan strategi pelaksanaan program imunisasi, fokus terhadap eradikasi polio (upaya menghilangkan angka insiden di dunia), eliminasi (upaya menurunkan insiden menjadi 0) campak, surveilans diptheri dan tetanus neonatorum. 1). Difteri Difteri merupakan penyakit menular akut pada tonsil, faring, hidung, dan kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri corynebacterium, dimana terdapat 3 tipe corynebacterium diphteria, yaitu :tipe mitis, intermedius dan gravis. Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Gejala klinis difteri diantaranya demam >38 c disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring dan tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai stridor. Sumber dan cara penularan difteri melalui manusia, baik sebagai penderita atau carrier, dimana menyerang melalui pernafasan. Berikut gambaran kasus difteri dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada tabel 4.7 berikut ini. TABEL 4.7 GAMBARAN KASUS DIFTERI DI KOTA DEPOK TAHUN Tahun Jumlah Kasus (susp.difteri) Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 82

114 Dari tabel 4.7 terlihat bahwa tren penyakit difteri mengalami penurunan. Selama tiga (3) tahun terakhir yakni dari tahun 2013 hingga 2015, tidak ditemukan kasus difteri di Kota Depok. 2). Tetanus dan Tetanus Neonatorum Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Agar tercapainya eliminasi kasus tetanus neonatorum (ETN) maka sampai saat ini dilakukan kegiatan imunisasi untuk memberikan perlindungan baik terhadap neonatus dengan DPT, terhadap anak SD dengan TT BIAS, terhadap WUS dengan TT WUS, terhadap ibu hamil dengan TT Bumil yang memungkinkan setiap neonatus dan wanita mempunyai kekebalan seumur hidupnya terhadap ancaman. Penemuan dan pelaporan kasus tetanus neonatorum dilakukan melalui pendekatan W1, artinya satu kasus tetanus neonatorum masuk dalam kondisi KLB. Berdasarkan laporan pada tahun tidak terjadi kasus tetanus maupun kasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. 3). Campak Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Penyakit campak akan semakin mudah menyerang tubuh orang yang defisiensi vitamin A. Karena vitamin A berperan penting untuk menjaga kekebalan tubuh dari infeksi virus. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 83

115 Meski penyakit campak biasa dan banyak terjadi pada anak-anak, penyakit ini tidak dapat diremehkan. WHO mencatat, pada tahun 2001 sebanyak 30 juta anak terserang campak dan 700 ribu diantaranya meninggal. Sebagian besar kasus ini terjadi di negara-negara berkembang. Penyakit ini menelan banyak korban yang mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya, seperti pneumonia, diare dan malnutrisi. Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 712 kasus campak klinis, dimana campak yang ditemukan baru mengarah pada gejala klinisnya dan belum dilakukan pemeriksaan ke laboratorium. Tahun 2012 dilaporkan kasus campak klinis, yakni kasus campak yang mengarah kepada gejala saja, dan belum dilakukan uji laboratoium sebesar 427 kasus. Pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus campak sebanyak 235 kasus, pada tahun 2014 dilaporkan kasus campak sebanyak 312, sedangkan pada tahun 2015, kasus campak meningkat menjadi 512 kasus. Gambaran kasus campak disajikan pada gambar 4.34 berikut ini : GAMBAR 4.34 GAMBARAN KASUS CAMPAK DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 84

116 4). Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menimbulkan kematian. Jumlah kasus hepatitis B tahun 2012 dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 9 kasus dan laporan dari Rumah sakit tidak spesifik disebutkan kasus Hepatitis B. Kasus Hepatitis laporan dari Rumah sakit Sebanyak 40 kasus. Jumlah kasus Hepatitis A yang dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 172 kasus. Kasus hepatitis B tahun 2015 dari Puskesmas sebanyak 22 kasus, sedangkan hepatitis A sebanyak 61 kasus. (Sumber; Laporan LB1 Puskesmas). 5). Pertusis Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella Pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Semenjak tahun 2011 hingga tahun 2015 tidak terjadi kasus pertusis. 6). Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf, utamanya menyerang anak balita dan menular, terutam melalui fekal-oral. Polio ditandai dengan gejala awal demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. Pada 1 dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan permanen (biasanya pada tungkai), 5-10 % dari yang menderita kelumpuhan meninggal karena kelumpuhan pada otot-otot pernafasan. Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negaranegara South East Asia Region (SEARO) pada tanggal 27 Maret Saat ini tinggal 2 negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan yang masih endemik polio. Setelah Indonesia P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 85

117 dinyatakan bebas polio, bukan berarti Indonesia menurunkan upaya imunisasi dan surveilans AFP, upaya pencegahan harus terus ditingkatkan hingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio. Surveilans AFP ( Acut Paralysis Flaccid ) merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia <15 tahun yang lumpuh pada lengan/kaki atau keduanya, kelumpuhan bersifat layu, terjadi mendadak (dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu) dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar.surveilans AFP merupakan indikator sensitivitas deteksi virus polio liar. Surveilans AFP juga penting untuk dokumentasi tidak adanya virus polio liar untuk sertifikasi bebas polio. Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/ populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2015, secara nasional non polio AFP rate sebesar 1.93/ populasi anak <15 tahun yang berarti belum mencapai standar minimal penemuan. Pola kerja yang dilakukan selama ini yaitu setelah mendapatkan laporan penemuan kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil dari 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0 C - 8 C sampai di laboratorium. Pada tahun 2011, kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 12 kasus, tahun 2012 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 14 kasus, tahun 2013 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 8 kasus AFP. Tahun 2014 kasus AFP ditemukan dan dilaporkan sebesar 3 kasus. Tahun 2015 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 9 kasus. Target penemuan kasus AFP setiap tahunnya sebesar 10 kasus. Dalam kurun waktu tiga (3) tahun terakhir, penemuan kasus AFP belum memenuhi target. Beberapa kemungkinan terjadi belum terpenuhinya target, dikarenakan menurunnya penderita dengan penyakit AFP di Kota Depok. Berikut gambaran jumlah kasus AFP dan target penemuan kasus AFP di Kota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun 201 disajikan dalam gambar berikut ini : P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 86

118 GAMBAR 4.35 JUMLAH KASUS AFP DAN TARGET PENEMUAN KASUS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015 d. Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit non infeksi yang penyebabnya bukan mikroorganisme tetapi terjadi karena pola hidup yang kurang sehat, seperti merokok, penyakit bawaan, cacat fisik, penuaan, usia, dan gangguan kejiwaan. Penyakit Tidak Menular ini juga menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Ketika permasalahan penyakit menular masih menjadi sorotan dalam masalah kesehatan dan dalam waktu bersamaan morbiditas, mortalitas PTM makin meningkat. Hal ini akan menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia khususnya di Kota Depok. Berdasarkan hasil dari laporan LB1 Puskesmas se-kota Depok dan Laporan SIRS 6 RS se-kota Depok, pola sepuluh (10) besar penyakit tidak menular di Kota Depok, disajikan pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 87

119 GAMBAR 4.36 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan LB1 SIMPUS Puskemas dan laporan RL 5 SIRS Rumah Sakit, 2015 Dari gambar 4.36 di atas terlihat bahwa diagnosa penyakit hipertensi primer (esensial) mendominasi pola penyakit sepuluh (10) besar terbanyak, yakni sebesar kasus disusul dengan penyakit dispepsia sebesar kasus dan di posisi ketiga,diduduki oleh penyakit diabetes melitus sebesar kasus. 1) Hipertensi Hipertensi adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua (2) pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) dan berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik mmhg dan diastolik P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 88

120 60-90 mmhg. Hiperteni terjadi bila terus menerus berada pada 140/90 mmhg atau lebih. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pasien di usia 15 tahun pada tahun 2015 pasien yang terlaporkan dengan penyakit hipertensi sebesar kasus dari pasien yang dilakukan pengukuran tekanan darah. Pada tahun 2015 ini, baru dua puluh delapan (28) puskesmas yang melaporkan hasil pengukuran tekanan darah pasien usia 15 tahun. Tujuh (7) puskesmas sisanya belum melaporkan, karena belum melaksanakan pengukuran tekanan darah pasien di usia 15 tahun. Kasus Hipertensi tertinggi dilaporkan oleh Puskesmas Sukatani sebesar kasus, disusul oleh Puskesmas Tugu sebesar 9004 kasus, dan Puskesmas Cipayung sebesar 8119 kasus. 2). Obesitas Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30kg/m². Gambaran umum permasalahan obesitas 2015 berasal dari olahan LB1 SIMPUS 2015 serta profil kesehatan puskesmas. Di tahun 2015 pengunjung puskesmas dan jaringannya yang terdiagnosa obesitas sebesar 922 orang dari orang yang dilakukan pemeriksaan obesitas. Puskesmas Kedaung melaporkan 358 pengunjung puskesmas dan jaringannya terdiagnosa obesitas, disusul Puskesmas Sukatani melaporkan 296 pengunjung puskesmas dan jaringannya terdiagnosa obesitas. 3). Deteksi Kanker Leher Rahim dan Payudara Kanker Leher Rahim atau disebut juga dengan kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99.7 % disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Di Indonesia hanya 5 % yang melakukan penapisan kanker leher rahim, sehingga 76,6 % pasien ketika sudah memasuki stadium lanjut (IIIB ke atas) baru melakukan penapisan. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan test Pap Smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 89

121 Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Kanker ini umumnya diderita oleh perempuan, akan tetapi kaum laki-laki juga dapat terserang kanker payudara walaupun kemungkinannya lebih kecil. Pada tahun 2015, deteksi Kanker Leher Rahim dengan menggunakan metode IVA dilakukan oleh delapan belas (18) puskesmas pada kelompok umur perempuan di rentang umur tahun dengan jumlah sebesar kasus pemeriksaan. Dari kasus pemeriksaan, ditemukan dan dilaporkan 702 kasus IVA Positif. Puskesmas Cilodong melaporkan 528 kasus IVA Positif, disusul Puskesmas Pancoran Mas melaporkan 133 kasus IVA Positif. e. Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. 1). Chikungunya Pada tahun 2011 terjadi kasus KLB di 8 kecamatan di Kota Depok. Kasus tersebut sudah ditangani < 24 jam. Chikungunya dilaporkan sebanyak 280 kasus yang tersebar di terdapat di Kecamatan Limo (Kel. Grogrol), Beji (Kel. Tanah Baru), Cipayung. Pada tahun 2012 kasus KLB terdiri dari Chikungunya terdapat 216 kasus, pada tahun 2014 kasus KLB Chikungunya sebanyak 1 kasus, terdapat di wilayah kerja puskesmas Duren Seribu. 2). Keracunan Makanan Tahun 2011 kasus keracunan makan dilaporkan sebanyak 209 kasus yang berada di Kecamataan Sukmajaya (Kel. Baktijaya), tahun 2012 dan keracunan makanan 88 kasus. Tahun 2013 keracunan makanan di 2 kelurahan yaitu Kelurahan Sawangan dan Kelurahan Duren Seribu. Tahun 2014 kasus KLB keracunan makanan sebanyak 1 kasus di wilayah kerja Puskesmas Sawangan. 3). Hepatitis A Tahun 2011, kasus Hepatitis A sebanyak 160 kasus di Kecamatan Sawangan (Kel. Sawangan Baru), Kecamatan Cimanggis (Kel. Mekarsari), dan Kecamatan Tapos (Kel. Sukatani), termasuk penderita dan kematian di Kecamatan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 90

122 Cipayung (Kel. Pondok jaya) sebanyak 1 kasus dan meninggal 1 orang. Tahun 2012 hepatitis terdapat 27 kasus di Kecamatan Pancoran Mas. 4) Difteri Tahun 2012 difteri terdapat 1 kasus, Tahun 2013 terjadi KLB kasus difteri dengan jumlah penduduk yang terancam 30 orang 5). Flu Singapura atau Hand Food and Mouth Disesase (HMFD) Tahun 2012 kasus Flu Singapura atau Hand Food and Mouth Desease (HFMD) terdapat 34 kasus yang menyerang 5 kelurahan. Pada tahun 2015 ini, tidak ditemukan kasus kejadian luar biasa di seluruh Kota Depok. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 91

123 BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN Upaya kesehatan terdiri dari upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan upaya perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan dengan berbagai faktor diantaranya sarana fisik, tenaga kesehatan, alat penunjang pelayanan kesehatan, obat-obatan dan standar pelayanan kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat diantaranya: A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif yang hasilnya terlihat dari cakupan kunjungan ibu pertama kali ibu hamil (K1) dan kunjungan ibu hamil empat kali (K4). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 92

124 Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua, dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah ini: GAMBAR 5.1 CAKUPAN K1 DAN K4 KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 jumlah K1 sebesar (95,4%) dan K4 sebesar (91,6%). Tahun 2014 jumlah K1 sebesar (97,6%) dan K4 sebesar (93,3%). Tahun 2015 jumlah K1 sebesar (99,1%) dan K4 sebesar (94,3%). Dari gambar diatas terlihat jumlah kunjungan K1 dan K4 Ibu hamil di Kota Depok dalam lima tahun terakhir cukup baik, karena telah melewati cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil secara nasional yaitu 88,27%, 90,18%, 86,85%, P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 93

125 86,70%, dan 87,48% untuk K1 dan 95,71%, 96,84%, 95,25%, 94,99% dan 95,75% untuk K4. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan sedini mungkin cukup baik. Namun demikian, upaya dari tenaga kesehatan untuk kembali meningkatkan cakupan, baik itu pelayanan K1 dan K4 ibu hamil tetap diperlukan. Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di kelurahan dan puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi, meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmhg, diastole >90 mmhg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervagina, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur. Dari laporan LB3 KIA, didapatkan bahwa, jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di Kota Depok tahun 2011 yang dihitung dengan menggunakan proyeksi penduduk ibu hamil resiko tinggi sebesar 20% dari jumlah ibu hamil sebanyak dan ibu hamil resiko tinggi yang di tangani sebanyak (73,99%), tahun 2012 ibu hamil resiko tinggi sebanyak 9,580 dengan jumlah ibu hamil resiko tinggi yang ditangani sebanyak (59,8%). Tahun 2013 jumlah ibu hamil resiko tinggi sebanyak , dengan jumlah ibu hamil komplikasi yang ditangani sebanyak 7653 (79,3%), tahun 2014 jumlah ibu hamil resiko tinggi sebanyak dan ibu hamil komplikasi yang ditangani sebanyak (67,4%). Dan di tahun 2015 jumlah ibu hamil resiko tinggi sebanyak dan ibu hamil komplikasi yang ditangani sebanyak (79,8%). Bila menghitung menggunakan angka riil yang terjadi dilapangan seluruh ibu hamil resiko tinggi ditangani 100%. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 94

126 GAMBAR 5.2 CAKUPAN IBU HAMIL KOMPLIKASI YANG DITANGANI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani menurut kecamatan di Kota Depok untuk Tahun 2015 bervariasi. Dari 11 kecamatan, 4 kecamatan (Pancoran Mas, Cipayung, Sawangan, dan Bojongsari) melebihi target yang ditetapkan. Bahkan 3 diantaranya (Cipayung, Sawangan dan Bojongsari) menunjukkan data bahwa ibu hamil komplikasi yang ditangani justru melebihi target proyeksi. Sedangkan untuk 7 kecamatan lainnya masih dibawah target yang ditetapkan. Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani menurut kecamatan di Kota Depok untuk Tahun 2015 sebagaimana gambar 5.3. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 95

127 GAMBAR 5.3 CAKUPAN IBU HAMIL KOMPLIKASI YANG DITANGANI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pemberian tablet diberikan sebanyak 30 tablet (Fe1) dan sebanyak 90 tablet (Fe3). Berikut digambarkan cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 96

128 GAMBAR 5.4 CAKUPAN PEMBERIAN FE1 DAN FE3 PADA IBU HAMIL DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Pada tahun 2011 cakupan pemberian Fe1 sebesar 94,42% dan Fe3 sebesar 88,6%, tahun 2012 cakupan pemberian Fe1 sebesar 94,69 dan cakupan Fe3 sebesar 86,73%, tahun 2013 cakupan Fe1 sebesar 96,91 dan cakupan Fe3 sebesar 91,4%. Hal ini seiring dengan jumlah kunjungan ibu hamil pada K1 dan K4, pada tahun 2014 cakupan Fe1 sebesar 94,15% dan Fe3 sebesar 93,52%. Pada tahun 2015 cakupan Fe1 sebesar 96,9% dan Fe3 sebesar 92,09%. b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme). Cakupan persalinan adalah persalinan yang ditangani oeh tenaga kesehatan. Angka cakupan ini menggambarkan tingkat penghargaan masyarakat terhadap tenaga penolong persalinan dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 97

129 manajemen persalinan KIA dalam memberikan pertolongan persalinan secara professional. Pada tahun 2012 jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) masih sebesar 83,22%. Demikian pula di tahun 2013 jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan masih sebanyak (84,52%) dari seluruh ibu hamil yang ada di Kota Depok. Di tahun 2014 jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar dan jumlah ibu bersalin sebesar (91%). Angka ini telah memenuhi target SPM yaitu sebesar 89%. Tahun 2015 jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak (92,9%) dan jumlah ibu bersalin sebanyak Cakupan Linakes dengan Menggunakan data riil di Kota Depok Tahun sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 5.5. Capaian target SPM yang didapat berdasarkan perhitungan data riil tidak menggunakan sasaran proyeksi Badan Pusat Statistik. GAMBAR 5.5 CAKUPAN LINAKES DENGAN MENGGUNAKAN DATA RIIL DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Bila dilihat dari gambar diatas cakupan pertolongan persalinan oleh Linakes mulai tahun 2014 berada diatas target SPM Kesehatan Kota Depok. Pada tahun 2015, cakupan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 98

130 pertolongan oleh linakes menurut kecamatan hampir seluruhnya diatas target SPM Kesehatan Kota Depok, hanya Kecamatan Cinere yang berada dibawah target. Cakupan pertolongan persalinan oleh linakes menurut kecamatan dapat terlihat dari gambar 5.6 dibawah ini: GAMBAR 5.6 CAKUPAN LINAKES MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Setelah melahirkan, ibu masih perlu mendapat perhatian. Masa nifas masih beresiko mengalami perdarahan atau infeksi yang menyebabkan kematian ibu. Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan, karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 99

131 Tahun 2014 jumlah ibu nifas sebanyak (data proyeksi) dan jumlah ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar (85,2%). Tahun 2015 jumlah ibu nifas sebanyak (data proyeksi) dan jumlah ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar (92,9%). Berikut gambaran cakupan pelayanan ibu nifas dari tahun 2011 sampai dengan tahun GAMBAR 5.7 CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 d. Pelayanan Kesehatan Neonatal Upaya tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan kesadaran dan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan dini kepada neonatus, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit maupun kelainan yang dialami neonatus. Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang dari 1 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenaga kesehatan satu kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 100

132 dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada umur 0-2 hari (KN1) dan KN2 pada umur 3-7 hari dan KN3 pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Pada tahun 2015, pelayanan KN1 sebesar (95,6%). Berikut gambaran kunjungan neonates 1 kali (KN1) menurut Kecamatan di Kota Depok tahun GAMBAR 5.8 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN1) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi kesga dan gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 berikut ini: Cakupan kunjungan neonatal (KN) tahun , dapat dilihat pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 101

133 GAMBAR 5.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN LENGKAP) DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Dari Gambar 5.9 terlihat bahwa kunjungan neonatus lengkap di Kota Depok pada tahun 2011 sebesar 94%. Di tahun 2012, kunjungan neonatus lengkap sebesar (94%). Tahun 2013 cakupan kunjungan neonatus lengkap sebesar (88%), pada tahun 2014 cakupan kunjungan neonatus lengkap sebesar (89% ), tahun 2015 cakupan kunjungan neonatus lengkap sebesar (90,7%). Dari gambar 5.9 terlihat bahwa kunjugan neonatus lengkap di Kota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 melebihi target. Demikian pula jika di lihat datanya per kecamatan, pada tahun 2015 kunjungan neonates lengkap hampir seluruh kecamatan melebihi target, kecuali Kecamatan Cinere yang diberada dibawah target. Cakupan kunjungan neonatal lengkap menurut kecamatan di Kota Depok tahun 2015 sebagaimana gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 102

134 GAMBAR 5.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN LENGKAP) MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesga dan gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 e. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi minimal 4 kali kunjungan selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali umur 29 hari-3 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan dan satu kali pada umur 9-11 bulan. Berikut gambaran cakupan kunjungan bayi di Kota Depok tahun Cakupan kunjungan bayi tahun 2011 sebesar 87,90%, tahun 2012 sebesar 91,82 % dan tahun 2013 sebesar 91,60%, tahun 2014 sebesar 93,3% dan pada tahun 2015 sebesar 95,5 % sebagaimana gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 103

135 GAMBAR 5.11 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Berdasarkan gambar 5.11 terlihat bahwa cakupan kunjungan bayi untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 melebihi target. Pada tahun 2015, cakupan kunjungan bayi untuk hampir seluruh kecamatan di Kota Depok melebihi target, hanya Kecamatan Bojongsari yang berada dibawah target. Berikut gambaran kunjungan bayi menurut kecamatan di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 104

136 GAMBAR 5.12 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 f. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kemampuan berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Di Kota Depok, cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4 tahun) pada tahun 2011 sebesar 68,52%. Kemudian angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu sebesar 80,6%, dengan jumlah anak balita (12-59 bln) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali sebanyak dan jumlah seluruh anak balita (12-59 bln) sebanyak , namun angka cakupan pelayanan anak balita ini mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 yaitu sebesar 76,9%. Tahun 2014 cakupan pelayanan anak balita bila dihitung dengan menggunakan proyeksi jumlah anak balita yang mendapatkan pelayanan sebanyak orang dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 105

137 jumlah balita sebanyak (69,6%), bila dihitung dengan menggunakan angka riil dengan jumlah balita sebanyak (99,6%). Tahun 2015 cakupan pelayanan anak balita bila dihitung dengan menggunakan proyeksi jumlah anak balita yang mendapatkan pelayanan sebanyak orang dan jumlah balita sebanyak (53,5%). Gambaran lengkap cakupan pelayanan kesehatan anak balita tahun 2011 sampai dengan 2015 di Kota Depok sebagaimana gambar 5.13 dibawah ini : GAMBAR 5.13 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Gambaran cakupan dari setiap kecamatan yang dihitung dengan jumlah balita pada tahun 2015 adalah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 106

138 GAMBAR 5.14 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 g. Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah Pelayanan kesehatan pada kelompok anak bayi, balita, pra sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan melalui Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada bayi, balita dan anak pra sekolah serta pemeriksaan penjaringan kesehatan anak sekolah di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidayah (MI) dan pelayanan kesehatan pada remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Cakupan SDIDTK bayi, balita dan anak pra sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dilakukan stimulasi serta deteksi maupun intervensi dini terhadap kesehatan dan tumbuh kembangnya yang sesuai standar, dilakukan oleh dokter, bidan, perawat maupun petugas kesehatan lainnya yang terlatih, paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, baik di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung, seperti posyandu, taman kanak-kanak maupun panti asuhan. Cakupan pemeriksaan penjaringan kesehatan anak sekolah di Sekolah Dasar (SD) P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 107

139 adalah cakupan SD/MI yang dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik baru masuk SD/MI oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Cakupan pemeriksaan penjaringan kesehatan anak sekolah di SD/MI Kota Depok Cakupan SDIDTK yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2011 sebesar 73,87%, tahun 2012 sebesar 98% dan tahun 2013 sebesar 92%, tahun ,3% dan tahun 2015 sebesar 92,1%. Berikut gambaran cakupan pemeriksaan penjaringan siswa SD/MI di Kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun GAMBAR 5.15 CAKUPAN PENJARINGAN ANAK SEKOLAH DAN MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA DEPOKTAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, PELAYANAN KELUARGA BERENCANA Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 108

140 digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukan melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Proporsi wanita umur tahun berstatus menikah yang sedang menggunakan/memakai alat KB, sebagai peserta KB baru tahun 2011 sebanyak orang sedangkan peserta KB aktif sebanyak orang, jumlah ini disebabkan oleh karena pencatatan dan pelaporan jumlah sasaran PUS yang belum akurat, sehingga banyak PUS yang tidak tercatat, namun memperoleh pelayanan. Tahun 2011 alat kontrasepsi yang banyak diminati adalah suntikan sebanyak (9,79%) dan pil KB sebanyak (5,27%). Pada tahun 2012 Jumlah peserta KB Aktif sebanyak orang. Peserta KB Aktif terbanyak menggunakan Suntik (45,4%), pengguna KB Pil (28,56%). Pada tahun 2013 jumlah peserta KB aktif sebanyak orang dengan rincian jumlah pengguna MKJP sebanyak (24,2%) yang terdiri dari IUD sebanyak (16,3%), MOP sebanyak (0,7%), MOW sebanyak (3,2%), dan Implant sebanyak (3,9%). Peserta KB non MKJP sebanyak 171,874 (75,8%) yang terdiri dari pengguna KB suntik sebanyak (45,2%), Pil sebanyak (28,3%), dan kondom sebanyak (2,3%). Tahun 2014 peserta KB aktif sebesar , pengguna MKJP sebanyak 52,041 (25,1%) yang terdiri dari pengguna kontrasepsi IUD sebanyak (17,3%), MOP sebanyak (0,7%), MOW sebanyak (2,9%), dan Implant sebanyak (4,2%). Jumlah peserta KB Aktif non MKJP sebanyak 154,808 (74,9%) yang terdiri dari pengguna kondom sebanyak (2,5%), KB suntik sebanyak (44,9%), pengguna pil sebanyak (27,4%). Pada tahun 2015 peserta KB aktif , pengguna MKJP sebanyak 55,619 (23,2%) yang terdiri dari pengguna kontrasepsi IUD sebanyak (15,3%), MOP sebanyak (0,6%), MOW sebanyak (2,7%), dan Implant sebanyak (4,6%). Jumlah peserta KB aktif non MKJP sebesar (76,8%) yang terdiri dari pengguna kondom sebanyak (3,5%), KB suntik sebanyak (47%), pengguna pil sebanyak (26%). Gambaran pengguna KB suntik dan pil di Kota Depok tahun 2011 sampai dengan 2016 sebagaimana gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 109

141 GAMBAR 5.16 CAKUPAN PENGGUNA KB SUNTIK DAN PIL DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : BPMK Kota Depok, 2015 Sebagaimana uraian di atas, pada tahun 2015 peserta KB aktif , pengguna MKJP sebanyak 55,619 (23,2%). Sedangkan jumlah peserta KB aktif non MKJP sebesar (76,8%). Berikut gambaran persentase cakupan jumlah pengguna KB Aktif MKJP dan non MKJP menurut kecamatan di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 110

142 GAMBAR 5.17 CAKUPAN PENGGUNA KB AKTIF MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: BPMK Kota Depok, 2015 GAMBAR 5.18 CAKUPAN PENGGUNA KB AKTIF NON MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: BPMK Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 111

143 Di tahun 2015 peserta KB baru sebesar , peserta KB baru MKJP sebesar (17.7 %) dengan rincian menggunakan IUD sebesar 10,9%, MOW sebesar 1,7%, dan Implant sebesar 5,1%. Jumlah peserta KB baru non MKJP sebanyak (82,3%) dengan rincian menggunakan kondom sebesar 4,4 %, suntik sebesar 58,3%, pil sebesar 19,6 %. Berikut gambaran cakupan pengguna KB baru MKJP menurut Kecamatan di Kota Depok pada tahun 2015: GAMBAR 5.19 CAKUPAN PENGGUNA KB BARU MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : BPMK Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 112

144 GAMBAR 5.20 CAKUPAN PENGGUNA KB BARU NON MKJP MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: BPMK Kota Depok, 2015 Berikut gambaran cakupan peserta KB baru dan KB Aktif tahun 2013 sampai dengan tahun GAMBAR 5.21 JUMLAH PESERTA KB BARU DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: BPMK Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 113

145 3. PELAYANAN IMUNISASI Program Imunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi. a. Imunisasi Bayi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi BCG, DPT, polio, campak, dan HB0. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambar besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun 2012 cakupan imunisasi BCG sebesar 97%, tahun 2013 sebesar 98%, tahun 2014 sebesar 96% dan pada tahun 2015 sebesar 102 %. Berikut ini tergambar data cakupan imunisasi BCG tahun GAMBAR 5.22 CAKUPAN IMUNISASI BCG DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi P2P Dinkes Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 114

146 Berikut gambaran cakupan imunisasi BCG menurut kecamatan di Kota Depok tahun GAMBAR 5.23 CAKUPAN IMUNISASI BCG MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Cakupan imunisasi campak tahun 2012 sebesar 92,9%, tahun 2013 sebesar 93,5%, tahun 2014 sebesar 93,2% dan tahun 2015 sebesar 96,7%. Berikut gambar cakupan imunisasi campak dari tahun 2012 sampai dengan tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 115

147 GAMBAR 5.24 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber :Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi kelurahan. Suatu kota telah mencapai target UCI apabila >80% kelurahan telah mencapai target imunisasi yang masuk dalam kategori penetapan UCI. Target UCI tahun 2011 untuk Kota Depok adalah 100% atau 63 Kelurahan, dan semua sudah memenuhi target UCI. Sedang untuk tahun 2012 terdapat 4 kelurahan yang belum UCI. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran proyeksi balita yang terlalu tinggi untuk mencapai UCI. Beberapa Jenis antigen yang masuk dalam perhitungan UCI suatu wilayah antara lain DPT-HB1, DPT-HB3, Polio 4, BCG, Campak, HB0. Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Saat ini vaksin imunisasi DPT telah digabungkan dengan vaksin imunisasi HB yang lebih dikenal dengan imunisasi DPT-HB (combo). Sehingga cakupan imunisasi kedua vaksin ini ditampilkan bersamaan. Cakupan imunisasi DPT3+HB3 tahun 2012 sebesar 92,7%, tahun 2013 sebesar 96,1%, tahun 2014 sebesar 92,1% dan tahun 2015 sebesar 95%. Berikut gambaran cakupan imunisasi DPT3+HB3 di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 116

148 GAMBAR 5.25 CAKUPAN IMUNISASI DPT3+HB3 DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Gambaran cakupan imunisasi DP3+HB3 menurut kecamatan di Kota Depok tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut: GAMBAR 5.26 CAKUPAN IMUNISASI DPT3+HB3 MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 117

149 Cakupan imunisasi polio tahun 2012 sebesar 93,4%, tahun 2013 sebesar 94,2%, tahun 2014 sebesar 91% dan tahun 2015 sebesar 95%. Cakupan imunisasi polio tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 terlihat pada gambar dibawah ini. GAMBAR 5.27 CAKUPAN IMUNISASI POLIO DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber :Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2015 Cakupan Imunisasi Polio menurut Kecamatan di Kota Depok tahun 2015 terlihat pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 118

150 GAMBAR 5.28 CAKUPAN IMUNISASI POLIO MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber :Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 b. Imunisasi Ibu Hamil Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) berkaitan erat dengan ANC sebagai upaya untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil mengikuti skrining status imunisasi TT. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status ibu hamil saat ini. Berikut gambaran cakupan imunisasi TT1 dan TT2 ibu hamil pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 119

151 GAMBAR 5.29 CAKUPAN IMUNISASI TT1 DAN TT2 DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Tahun 2015 cakupan TT1 sebesar 77,1%, TT2 sebesar 70,9%, TT3 sebesar 32,5%, TT4 sebesar 23,6%, dan TT5 sebesar 21,7%. Cakupan imunisasi TT1 sampai dengan TT5 dapat dilihat pada gambar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 120

152 GAMBAR 5.30 CAKUPAN IMUNISASI TT1-TT5 IBU HAMIL DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber :Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan, peningkatan sosial ekonomi sebagian masyarakat serta adanya subsidi anggaran pemerintah untuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk memilih pelayanan kesehatan. Di Kota Depok terdapat dua rumah sakit milik pemerintah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Polri. Selain itu di Kota Depok juga terdapat 18 rumah sakit swasta, sedangkan Puskesmas yang ada sebanyak 35 Puskesmas. Tahun 2011 kunjungan rawat jalan ke Rumah Sakit dan Puskesmas sebanyak , tahun 2012 sebanyak , tahun 2013 sebanyak , tahun 2014 sebanyak , tahun 2015 sebanyak Berikut kunjungan rawat jalan ke Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2011 sampai dengan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 121

153 GAMBAR 5.31 GAMBARAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Puskesmas dan Rumah sakit di Kota Depok, Kunjungan di Rumah Sakit a.. Kunjungan Rawat Jalan di Rumah Sakit Kunjungan rawat jalan baik kasus baru ataupun kasus lama pada seluruh Rumah Sakit di Kota Depok tahun 2012 berdasarkan data laporan RL 5 sebanyak (60,1%), tahun 2013 sebanyak (66%), tahun 2014 sebanyak (61,7%), dan tahun 2015 sebanyak (54,9%). Trend kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit dapat dilihat dari Gambar dibawah ini : P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 122

154 GAMBAR 5.32 CAKUPAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Rumah sakit di Kota Depok, 2015 b. Kunjungan Rawat Inap di Rumah Sakit Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of stay/los), rata-rata tempat tidur yang dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI) Persentase pasien keluar meninggal (Gross death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 123

155 TABEL 5.1 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT MENURUT PEMILIK DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 No PEMILIK RS JUMLAH RS BOR LOS TOI BTO Nilai Efisiensi 75-85% 3-9 hr 1-3 hr >30 kl 1 RSU DAERAH 1 66,6 4,0 1,6 76,9 2 RS POLRI 1 47,4 2,3 2,6 73,8 3 RS SWASTA 18 47,5 2,6 3,4 56,7 Sumber : Rumah Sakit di Kota Depok, 2015 C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Status Gizi Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan dimana kondisi gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan terhadap status gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan masa emas perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya. a. Status Gizi Bayi Masalah status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat badan bayi yang dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada perkembangan otak dan pertumbuhan fisik bayi. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari gram, merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang dimana BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang memperberat kehamilan. Berdasarkan laporan tahun 2011 terdapat BBLR sebanyak 432 (1,16%) dan tahun 2012 kasus BBLR sebanyak 826 (2%). Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut dapat P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 124

156 dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat kehamilannya. Pada tahun 2013 terdapat BBLR sebanyak 501 (1,2%), namun seluruh BBLR yang dilaporkan telah memperoleh penanganan sesuai prosedur. Pada tahun 2014 jumlah bayi baru lahir yang ditimbang sebanyak 46,679 (100%), jumlah seluruh BBLR 442 (0,9%). Pada tahun 2015 jumlah bayi baru lahir yang ditimbang sebanyak (100%), jumlah seluruh BBLR 393 (1,0%). Untuk menekan angka BBLR dibutuhkan penanganan terpadu dengan lintas program dan lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berikut gambaran persentase Jumlah BBLR di Kota Depok Tahun GAMBAR 5.33 CAKUPAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 125

157 Jumlah total BBLR di Kota Depok tahun 2015 sebanyak 393 kasus dan jumlah bayi baru lahir sebanyak Pada tahun 2015 seluruh bayi baru lahir dilakukan penimbangan sebesar 100%. Berikut gambaran kasus BBLR menurut kecamatan di Kota Depok tahun GAMBAR 5.34 JUMLAH BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 b. Status Gizi Balita Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan dikategorikan dalam gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Pada tahun 2011 diketahui dari hasil penimbangan pada balita terdapat sebanyak balita gizi lebih (4,51%), sebanyak balita gizi baik (91,09%), sebanyak balita gizi kurang (4,29%) dan 129 balita gizi buruk (0,11%) dan seluruhnya mendapatkan perawatan (100%). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 126

158 Tahun 2012 balita yang ditimbang sebanyak (86,0%) balita dengan balita gizi lebih (3,9%), balita gizi baik (91%), dan balita gizi kurang sebanyak (5%). Kasus balita gizi buruk sebanyak 120 balita (0,1%) dan seluruh balita memperoleh perawatan (100%). Tahun 2013 jumlah balita yang ditimbang sebanyak , jumlah balita gizi lebih sebanyak (7,16%), jumlah balita gizi baik sebanyak (88,23%), jumlah balita gizi kurang sebanyak (4,54%), jumlah balita gizi buruk sebanyak 87 orang (0,08%) dan seluruhnya mendapatkan perawatan (100%). Pada tahun 2014 jumlah balita yang ditimbang sebanyak , jumlah balita gizi lebih sebanyak (5,89%), jumlah balita gizi baik sebanyak (90,5%), jumlah balita gizi kurang sebanyak (3,5%), jumlah balita gizi buruk sebanyak 75 (0,06%) dan seluruhnya mendapatkan perawatan (100%). Pada tahun 2015 balita yang ditimbang sebanyak balita. Jumlah balita gizi lebih sebanyak (5,5%), jumlah balita gizi baik sebanyak (91%), jumlah balita gizi kurang sebanyak (3,34%), dan kasus balita gizi buruk sebanyak 77 balita dan seluruh balita memperoleh perawatan (100%). GAMBAR 5.35 JUMLAH GIZI BURUK DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 127

159 Kondisi yang dapat dilihat dalam gambar diatas bahwa gizi baik jauh lebih banyak, dan untuk gizi buruk mengalami penurunan. Semua itu tidak terlepas dari kerja keras tenaga gizi yang reponsif menindaklanjuti apabila terdapat kasus BGM dilapangan sehingga kasus tidak berkembang menjadi gizi buruk namun tetap harus diwaspadai agar jumlah balita gizi buruk tidak bertambah dan dapat segera menangani balita gizi buruk lainnya. 2. Kurang Vitamin A Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat. Peranan vitamin A juga dibuktikan dalam menurunkan secara bermakna angka kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan untuk anak balita enam bulan sekali, yang diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut belum mendapatkan kapsul vitamin A. Hasil laporan LB3 Gizi tahun 2011, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita sebesar 98,53 %. Pada tahun 2012 cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi sebesar 86,3% dan pada anak balita sebesar 73,04%. Tahun 2013 cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi sebesar (41,3%) dan anak balita sebesar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 128

160 (50,1%). Pada tahun 2014 bayi yang mendapatkan vitamin A sebanyak (73,37%) dan anak balita yang mendapatkan vitamin A sebanyak (74,06%). Pada tahun 2015 bayi yang mendapatkan vitamin A sebanyak (78,61%) dan pada anak balita yang mendapatkan vitamin A sebanyak (68,46%). Berikut gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak dari tahun 2011 sampai dengan tahun GAMBAR 5.36 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK BALITA DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Sedangkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas pada tahun 2011 sebesar 63,0%, tahun 2012 sebesar 73,08%, tahun 2013 sebesar 38,966 (91,2%), dan tahun 2014 sebesar (87%). Pada tahun 2015 cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas sebesar (91,4%). Berikut gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas di Kota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 129

161 GAMBAR 5.37 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, Pemberian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur gizi yg dibutuhkan bayi guna pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu ASI diberikan secara ekslusif hingga 6 bulan, dapat diteruskan sampai usia 2 tahun. Dinas Kesehatan Kota Depok melalui seksi kesga dan gizi menyelenggarakan pelatihan konselor menyusui guna mendongkrak cakupan pemberian ASI Ekslusif serta memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi konselor yang turun ke masyarakat akan pentingnya ASI Ekslusif. Tahun 2012 jumlah bayi yang mendapat asi eksklusif di Kota Depok sebanyak (53,8%). Tahun 2013 jumlah bayi yang diberi asi eksklusif sebanyak (53,8%) dengan persentase laki-laki sebanyak (54,5%) perempuan sebanyak (53,1%). Pada tahun 2014 cakupan asi eksklusif pada bayi laki-laki sebanyak (49,9%), perempuan sebanyak (51,1%) jumlah total seluruhnya sebanyak (50,4%). P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 130

162 Pada tahun 2015 cakupan asi eksklusif pada bayi laki-laki sebanyak (46,6%), perempuan sebanyak (46,8%) jumlah total seluruhnya sebanyak (46,7%). Berikut gambaran cakupan ASI Eksklusif tahun 2012 sampai dengan tahun GAMBAR 5.38 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Berikut gambar cakupan ASI Eksklusif tahun 2015 di Kecamatan di Kota Depok tahun Cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan terbesar di Kecamatan Cipayung sebesar 70,7%. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 131

163 GAMBAR 5.39 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 D. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS 1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar gigi di Puskesmas dan usaha kesehatan gigi di sekolah (UKGS). Untuk kegiatan UKGS, dari hasil pemeriksaan kesehatan gigi pada tahun 2011 dari siswa SD/MI (29,17% dari seluruh total murid SD), sebanyak siswa membutuhkan perawatan dimana siswa (52,07%) telah mendapat perawatan. Kegiatan kesehatan gigi dan mulut meliputi upaya promotif (penyuluhan), preventif (pemeriksaan gigi) dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi, pengobatan dan penambalan gigi sementara dan tetap. Pada tahun 2011, pelayanan dasar gigi di Puskesmas sebanyak pelayanan, yang meliputi tumpatan gigi tetap sebanyak dan pencabutan gigi tetap sebanyak Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap 3,4. Tahun 2012, tumpatan gigi tetap sebanyak kasus dan pencabutan gigi tetap sebanyak P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 132

164 2.508 kasus, dengan rasio 7,7. Tahun 2013 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak dan jumlah pencabutan gigi tetap sebanyak 6.892, dengan rasio 4,0. Pada tahun 2014 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak kasus dan pencabutan gigi tetap sebanyak kasus dengan rasio 4,1. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak kasus dan pencabutan gigi tetap sebanyak kasus dengan rasio tumpatan dan pencabutan sebesar 4,7. Berikut diperlihatkan gambaran rasio tumpatan dan pencabutan gigi di Kota Depok tahun GAMBAR 5.40 RASIO TUMPATAN DAN PENCABUTAN GIGI DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Yandasru Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Berikut gambaran rasio tumpatan dan pencabutan gigi menurut kecamatan di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 133

165 GAMBAR 5.41 RASIO TUMPATAN DAN PENCABUTAN GIGI MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Yandasru Dinas Kesehatan Kota depok, 2015 Gigi dan mulut merupakan bagian dari tubuh kita yang sangat vital, karena disanalah tempat masuknya makanan dan gigitan yang akan menghancurkan makanan sehingga sari-sarinya dapat kita terima. Beberapa penyakit kesehatan gigi dan mulut antara lain : 1. Stomatitis atau radang mulut, radang ini disebabkan oleh jamur. 2. Karies gigi atau plak (gigi berlubang) adalah salah satu penyakit yang dapat merusak kesehatan serta struktur gigi. 3. Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri 4. Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. 5. Gingivitis adalah peradangan pada gusi. 6. Abses gigi adalah kumpulan nanah yang dapat menyebabkan seseorang mengalami sakit gigi dan gangguan lainnya. 7. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 134

166 Dari rentang waktu tahun 2012 hingga tahun 2014 trend kunjungan pasien dengan karies gigi mengalami peningkatan, tahun 2012 penyakit karies gigi sebanyak kasus, tahun 2012 sebanyak kasus, tahun 2013 sebanyak, tahun 2014 sebanyak 5922 kasus. Penurunan kunjungan pasien terjadi pada tahun 2015 sebanyak 4368 kasus. Data yang ada menunjukkan bahwa tahun 2011, kunjungan rawat jalan gigi di puskesmas mencapai pelayanan, meliputi tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Tahun 2012, kunjungan rawat jalan gigi puskesmas mencapai pasien dan yang melakukan tumpatan gigi tetap sebanyak pasien, tumpatan gigi sulung sebanyak 310 pasien. Tahun 2013 jumlah kunjungan rawat jalan gigi sebanyak pasien dengan jumlah pasien tumpatan gigi tetap sebanyak pasien, pada tahun 2014 pelayanan kesehatan gigi dan mulut tumpatan gigi tetap sebanyak kasus, pencabutan gigi tetap sebanyak kasus. Dan pada tahun 2015 tumpatan gigi tetap sebanyak kasus, pencabutan gigi tetap sebanyak kasus. Rasio tumpatan merupakan hasil perhitungan dari tumpatan gigi tetap di bagi dengan pencabutan gigi tetap. Berikut gambaran rasio pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut Puskesmas di Kota Depok tahun 2015 disajikan pada gambar dibawah ini : GAMBAR 5.42 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber: Seksi Yandas Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 135

167 Berdasarkan gambar 5.42 terlihat bahwa rasio pelayanan kesehatan tertinggi berada pada wilayah kerja puskesmas Kecamatan Tapos sebesar 12,2, kemudian disusul oleh wilayah kerja puskesmas Kecamatan Limo sebesar 11,7. 2. Pelayanan Kesehatan Jiwa Penyakit kejiwaan atau disebut dengan gangguan mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif, atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Guna mendukung program pengelolaan penyakit kejiwaan di Wilayah Kota Depok, Dinas Kesehatan Kota Depok bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia membuka layanan konseling di UPT Puskesmas Sukmajaya. Layanan ini buka setiap hari kerja dengan di kelola oleh para psikolog yang berasal dari Fakultas Psikologi Univesitas Indonesia. Berdasarkan laporan LB1 SIMPUS dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2013 di Puskesmas sebanyak 3.001(0,25%) kasus. Gangguan jiwa terbanyak adalah gangguan emosi (neurotik/psikosomatik) sebesar 24,5%, kemudian skizofrenia sebesar 19.9%. b. Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2014 di Puskesmas sebanyak (0,83%) kasus. Gangguan jiwa terbanyak adalah skizofrenia sebesar 48,8% disusul dengan gangguan emosi (neurotik/psikosomatik) sebesar 36,4%. c. Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2015 di Puskesmas sebanyak kasus. Gangguan jiwa yang tercatat di Puskesmas kasus terbanyak terdapat pada Skizofrenia dengan kasus baru pada laki-laki 193 kasus dan pada perempuan 102 kasus, total kasus baru dan lama Skizofrenia 751 kasus. pada gangguan psikotik akut dan sementara dengan kasus baru pada laki-laki 25 kasus dan pada perempuan 19 kasus, total kasus baru dan lama 77 kasus. Depresi dengan kasus baru pada laki-laki 30 kasus dan pada perempuan 35 kasus, total kasus baru dan lama 146 kasus. Pada gangguan somatoform dengan kasus baru pada laki-laki 12 kasus dan pada perempuan 21 kasus, total kasus baru dan lama 29 kasus. Gangguan emosi (neurotik.psisomatik) dengan kasus baru pada laki- P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 136

168 laki 18 kasus dan pada perempuan 10 kasus, total kasus baru dan lama 140 kasus. Retardasi mentas tidak spesifik kasus baru sebanyak 17 kasus, total kasus baru dan lama 24 kasus. 3. Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 TH) dan Usila (>60 TH) Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para lanjut usia tidak dapat diabaikan, sehingga perlu diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia. Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas, di posyandu lansia maupun di kelompok usia lanjut. Kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan lansia adalah dengan melakukan pelatihan kader posbindu yang dilaksanakan oleh seksi kesga dan gizi guna meningkatkan keterampilan kader-kader dalam melayani lansia. Pada tahun 2012 juga telah diselenggarakan seminar pergeri yang berfungsi menginformasikan seputar kesehatan lansia, yang mengundang 200 lansia perwakilan dari 11 kecamatan. Dimulai dari tahun 2013 dilaksanakan Puskesmas santun lansia, antara lain di Puskesmas Sukmajaya, Pancoran Mas, Cimanggis, Tapos dan Abadi Jaya. Berikut gambaran cakupan pelayanan kesehatan pada lansia di Puskesmas Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 137

169 GAMBAR 5.43 CAKUPAN USILA >60 TAHUN YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan bagi lansia sebesar 27,02% tahun 2012 sebesar 36,56%, tahun 2013 sebesar 37,53%. Pada tahun 2014 sebesar 23,62%. Pada tahun 2015 cakupan pelayanan kesehatan bagi lansia sebesar 69,34% jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. E. PENYULUHAN KESEHATAN Kegiatan penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang diperuntukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi perilaku masyarakat baik itu secara indvidu ataupun secara kelompok dengan cara menyampaikan pesan. Penyuluhan kesehatan merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar sehingga harapannya, dengan adanya penyuluhan kesehatan dapat membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola kehidupan yang sehat. Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Penyuluhan kessehatan biasanya dilakukan di rumah sakit, P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 138

170 klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Trend penyuluhan kesehatan dari rentang waktu 2011 hingga tahun 2015 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2011 hingga tahun 2012, trend penyuluhan mengalami penurunan. Tahun 2011, jumlah seluruh kegiatan penyuluhan kesehatan sebanyak 9.782, sedangkan tahun 2012 sebanyak 2,117 kegiatan. Tahun 2013, kegiatan penyuluhan kesehatan sebanyak kali, dan meningkat di tahun 2014 menjadi kali. Pada tahun 2015 menurun menjadi kali. Harapannya, kegiatan penyuluhan tersebut semakin ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat luas sehingga tujuan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat juga meningkat. Rumah tangga sehat (ber-phbs) Rumah tangga sehat/ber-phbs adalah rumah tangga yang seluruh anggota keluarganya telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator, yaitu ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya jaminan pemeliharaan kesehatan, aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok, makan dengan gizin seimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban yang memenuhi syarat, tingkat kepadatan hunian, lantai rumah bukan dari tanah dan bebas jentik. Dari laporan, pada tahun 2011 telah dilakukan pengkajian PHBS pada rumah tangga diantaranya 74,83% sudah ber PHBS. Pada tahun 2012 Jumlah Rumah Tangga Ber PHBS sebanyak (70%), tahun 2013 Jumlah rumah tangga yang ber PHBS sebanyak (74%). Tahun 2014 Jumlah Rumah Tangga Ber PHBS sebanyak (77,2%). Padat tahun 2015 jumlah Rumah Tangga yang ber PHBS sebanyak (77,5%). Peningkatannya memang masih sangat sedikit. Untuk itu, perlu adanya dukungan dari berbagai komponen baik lintas program, lintas sektor, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Berikut gambaran persentase rumah tangga ber PHBS di Kota Depok tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 139

171 GAMBAR 5.44 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Depok, 2015 Persentase Rumah Tangga Ber PHBS Menurut Kecamatan Di Kota Depok Tahun 2015 ditunjukkan dalam gamber berikut: P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 140

172 GAMBAR 5.45 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Promkes Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 141

173 BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Penentu keberhasilan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan sumber daya kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sumber daya kesehatan yang diperlukan di dalam pembangunan kesehatan antara lain tenaga, dana, sarana dan prasarana serta teknologi. A. TENAGA KESEHATAN Sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2104, yang dimaksud sebagai tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis), tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain Standar indikator Indonesia Sehat yaitu rasio dokter spesialis 6 per penduduk, rasio dokter 40 per penduduk, rasio dokter gigi 11 per penduduk, rasio bidan 100 per penduduk, rasio perawat 117,5 per penduduk, rasio tenaga gizi 22 per penduduk, rasio tenaga kesmas 40 per penduduk, rasio tenaga sanitasi 40 per penduduk. 1. Tenaga Medis Pada tahun 2015 data yang dilaporkan menunjukkan bahwa sebaran tenaga medis meningkat 19 % dari tahun Peningkatan tenaga medis ini disebabkan juga karena telah tersedia data tenaga medis yang bertugas di klinik. Dokter spesialis yang semula berjumlah 635 meningkat menjadi 725. Demikian juga dengan dokter umum, yang semula berjumlah 365, meningkat menjadi Dari 365 dokter umum, yang mengurus dan memiliki Surat Izin Praktek sebesar 287 orang, sisanya masih belum memiliki SIP. Untuk tahun 2015, dari 1062 jumlah dokter umum, telah mengurus dan memiliki SIP. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 142

174 Dokter gigi juga menunjukkan peningkatan. Jumlahnya yang semula 123, tahun 2015 menjadi 388. Dengan meningkatnya tenaga medis, diharapakan pelayanan keseahatan juga semakin meningkat. Berikut tabel jumlah tenaga medis di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Depok tahun 2014 dan TABEL 6.1 JUMLAH TENAGA MEDIS DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Fasilitas Dokter spesialis Dokter Umum Dokter gigi Dokter gigi spesialis Puskesmas Rumah Sakit Klinik Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Tahun 2015 di Kota Depok rasio tenaga dokter spesialis sebesar 34.42/ penduduk sedangkan target kementerian kesehatan sebesar 10/ penduduk. Hal ini berarti jumlah dokter spesialis yang ada di Kota Depok sudah melebihi target yang ditentukan Kementerian Kesehatan. Sementara rasio dokter umum sebesar 50.42/ penduduk, sedangkan target rasio dokter umum sebesar 40/ penduduk. Rasio dokter umum juga telah melebihi target kementerian kesehatan. Rasio dokter gigi dan dokter gigi spesialis sebesar 22.22/ penduduk. Target rasio dokter gigi dan dokter gigi spesialis sebesar 12/ penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga medis sudah tercukupi. Sebaran tenaga medis yang cukup diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 143

175 2. Tenaga Keperawatan Berdasarkan Permenkes No. 49 tahun 2013 dalam pasal 3 yang dimaksud dengan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi perawat dan bidan. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh negara serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai bidan, serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan. Sepanjang tahun 2013 hingga tahun 2015 tenaga perawat mengalami peningkatan. Klinik-klinik yang bermunculan berefek pada tumbuhnya tenaga perawat di Kota Depok. Pada tahun 2013 tenaga Perawat sebanyak 1.741, jumlah perawat laki-laki sebanyak 222 orang dan jumlah perempuan sebanyak orang, rasio perawat sebesar 88,73/ penduduk. Pada tahun 2014 tenaga perawat berjumlah orang dengan rasio tenaga perawat 108,7/ penduduk, jauh dibawah target Kementerian Kesehatan sebesar 158/ penduduk. Ssedangkan untuk perawat gigi berjumlah 105 orang. Dari jumlah orang tahun 2015 tenaga perawat meningkat menjadi 2.379, perawat laki-laki berjumlah 304 dan perawat perempuan berjumlah 2074 orang, rasio perawat sebesar 112,91/ penduduk, jauh dibawah target Kementerian Kesehatan sebesar 158/ penduduk. Dari 2379 jumlah perawat, yang sudah mengurus dan memiliki Surat Izin Kerja sepanjang tahun 2015 sebanyak 791 orang. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 144

176 TABEL 6.2 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Fasilitas Bidan Perawat Perawat Gigi Puskesmas Rumah Sakit Klinik /BPM Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 GAMBAR 6.1 RASIO TENAGA KEPERAWATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 145

177 Perkembangan tenaga kebidanan di era Jaminan Kesehatan Nasional terlihat memberikan angin yang positif. Sepanjang tahun 2013 hingga tahun 2015, jumlah tenaga bidan terus mengalami peningkatan. Tahun 2013 jumlah tenaga bidan sebanyak 465 orang dengan tenaga bidan di puskesmas sebanyak 117 orang dan di rumah sakit sebanyak 348 orang meningkat di tahun 2014 menjadi 568 orang, dimana tenaga bidan di puskesmas sebanyak 177 orang dan di rumah sakit sebanyak 391 orang. Tahun 2015 tenaga bidan meningkat 11% menjadi 629 orang, dengan sebaran tenaga bidan di puskesmas sebanyak 177 orang dan tenaga bidan di rumah sakit sebesar. Dari 629 orang tenaga bidan, yang melaksanakan praktik bidan mandiri dan memiliki STR sebanyak 227 orang. 3. Tenaga Kefarmasian Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (menurut PMK 51 tahun 2009). Tenaga Kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dilihat trend tenaga kefarmasian dari tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan. Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas dan rumah sakit, maka jumlah tenaga kefarmasian sebesar 334 orang dengan klasifikasi apoteker dan sarjana farmasi sebesar 45 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak 289 orang. Peningkatan tenaga kefarmasian di tahun 2014 sebesar 450 orang. Porsi terbesar disumbang oleh tenaga teknis kefarmasian sebesar 377 orang. Di tahun 2015 tenaga kefarmasian meningkat menjadi 460 orang atau meningkat 12, 2% dari tahun sebelunya. Masih seperti tahun sebelumnya, tenaga penyumbang terbesar adalah tenaga teknis kefarmasian sebesar 385 buah. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 146

178 Tenaga kefarmasian baik di puskesmas maupun di rumah sakit disajikan dalam table berikut ini : TABEL 6.3 JUMLAH TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Fasilitas Tenaga Farmasi Tenaga apoteker Puskesmas Rumah sakit Klinik Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan tertentu. Rasio tenaga kefarmasian ini merupakan akumulatif dari seluruh tenaga kefarmasian di seluruh kota Depok. Laporan yang ada bahwa data tenaga kefarmasian baru berdasarkan data yang dilaporkan ke dinas kesehatan. Klinik-klinik belum terjamah dalam pelaporan SDM ke Dinas Kesehatan. Perlu langkah konkrit yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan agar mendapatkan data yang valid dan akurat. Untuk rasio tenaga kefarmasian berdasarkan laporan yang masukdari puskesmas dan rumah sakit disajikan pada gambar 6.2. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 147

179 GAMBAR 6.2 RASIO TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Rasio tenaga teknis kefarmasian sebesar 18,23 per penduduk. Target rasio tenaga teknis kefarmasian kementerian kesehatan sebesar 18,5 per penduduk. Hal ini menunjukkan bahawa kebutuhan akan tenaga teknis kefarmasian tercukupi. Rasio tenaga teknis kefarmasian ini berbalik dengan rasio tenaga apoteker yang hanya berjumlah 3,60 per penduduk. Jauh dibawah target rasio tenaga apoteker kementerian kesehatan yang sebesar 9 per penduduk. 4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Tenaga kesehatan masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting peranannya dalam pembangunan kesehatan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan, melalui kesadaran yang leih tinggi pada pentingnya P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 148

180 pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, penyuluh kesehatan, mikrobiolog kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tahun 2013 jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 35 orang dengan rasio sebesar 1,73 terhadap penduduk. Tenaga kesehatan masyarakat ini tidak termasuk dalam sanitarian. Jumlah sanitarian itu sendiri sebesar 29 orang dengan rasio sebesar 1,47 terhadap penduduk Tahun 2014 tenaga kesehatan masyarakat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 21 orang dan jumlah tenaga kesehatan lingkungan sebanyak 27 orang. Jumlah ini berdasarkan laporan yang berasal dari puskesmas dan rumah sakit. Tahun 2015, jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang disajikan berdasarkan laporan dari puskesmas dan rumah sakit. Tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 69 orang, belum termasuk tenaga sanitarian sebesar 37 orang. Kondisi tenaga masyarakat yang cukup fluktuatif dapat disebabkan salah satu diantaranya tenaga kesehatan masyarakat di rumah sakit yang bukan pegawai tetap, sehingga pegawai dengan mudah untuk berpindah atau keluar dari rumah sakit. Adapun pembagian sebaran tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lingkungan di puskesmas dan rumah sakit disajikan pada tabel dibawah ini TABEL 6.4 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Fasilitas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkungan Puskesmas 6 18 Rumah Sakit Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 149

181 Untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan, maka dipergunakanlah rasio bagi tenaga kesehatan masyarakat. Rasio tenaga kesehatan masyarakat di Kota Depok tahun 2015, rasio tenaga sebesar 3,27/ dan target rasio tenaga kesehatan masyarakat sebesar 13/ penduduk dan tenaga kesehatan lingkungan sebesar 1,75/ penduduk dan target rasio sebesar 15/ penduduk. Berikut gambaran rasio tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lingkungan. GAMBAR 6.3 RASIO KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, Tenaga Gizi Tenaga Gizi merupakan tenaga profesional medis yang mengkhususkan diri dalam dietetika, yaitu studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan mengobati penyakit. Tugas pokok tenaga gizi adalah melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan, dan dietetik yang meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan, penilaian gizi bagi perorangan, kelompok di masyarakat dan rumah sakit manapun di institusi kesehatan lainnya. Tenaga gizi berperan dalam mendukung peningkatan pelayanan gizi sekaligus P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 150

182 status gizinya. Dilihat dari trend tenaga gizi, selama kurun waktu 4 tahun terakhir, yakni dari tahun 2012 hingga tahun 2015, jumlah tenaga tenaga gizi terus mengalami peningkatan Tahun 2012, jumlah tenaga gizi berjumlah 65 orang (1,5%). Tahun 2013, jumlah tenaga gizi meningkat menjadi 65 orang, dimana terdiri atas nutrisionist di puskesmas sebanyak 25 orang, sisanya 36 orang berada di rumah sakit. Dari 36 orang tersebut, dietisien hanya terdapat di rumah sakit sebanyak 4 orang. Rasio tenaga gizi sebesar 3,10 terhadap penduduk. Tahun 2014, dari 65 orang tenaga gizi meningkat menjadi 80 orang. Dietisien rumah sakit yang semula berjumlah 4 orang bertambah menjadi 13 orang. Dan pada tahun 2015 ini, dari laporan yang disampaikan oleh puskesmas dan rumah sakit, total tenaga gizi berjumlah 72 orang, dengan pembagian seperti yang tersaji pada tabel dibawah ini : TABEL 6.5 JUMLAH TENAGA GIZI DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Fasilitas Nutrisionist Dietisien Puskesmas 29 0 Rumah Sakit Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Rasio tenaga gizi tahun 2015 di Kota Depok sebesar 4,03 yang terdiri dari tenaga nutrisionist 3,43/ penduduk dan dietisien 0,61/ penduduk dari target 10/ penduduk, hal ini menunjukkan rasio tenaga gizi di Kota Depok masih jauh dari target. 6. Tenaga Keterapian Fisik Tenaga keterapian fisik merupakan tenaga kesehatan yang menangani masalah kesehatan dan rehabilitasi seputar fisik manusia. Tenaga keterapian fisik meliputi: a. Fisioterapi, merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 151

183 peningkatan gerak, peralatan (fisik, elekterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi,komunikasi. b. Okupasi Terapi Okupasi terapis merupakan profesi kesehatan yang bertujuan membantu individu dengan kelainan mental, sosial, gangguan fisik, yang meliputi aspek sensomotorik dan proses neurologis. c. Terapi Wicara Terapi wicara merupakan suatu ilmu yang mempelajari perilaku komunikasi normal atau abnormal yang dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita gangguan perilaku komunikasi, yaitu kelainan kemampuan bahasa, bicara, suara, irama/kelancaran sehingga penderita mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar. Tahun 2012 tenaga fisiotherapis sebanyak 36 orang, meningkat di tahun 2013 menjadi 52 orang, dengan rasio sebesar 2,65 terhadap penduduk, dan terus meningkat di tahun 2014 menjadi 66 orang. Posisi terakhr fisioterapis di tahun 2015 sebesar 72 orang. Rasio tenaga keterapian fisik di Kota Depok sebesar 4,84/ penduduk. Untuk tenaga keterapian fisik di Puskesmas dan Rumah Sakit dapat dilihat pada table dibawah ini : TABEL 6.6 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK YANG ADA TAHUN 2015 Fasilitas Fisioterapi Terapi Okupasi Terapi Wicara Akupunktur Puskesmas Rumah Sakit Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 152

184 7. Tenaga Keteknisian Medis Tenaga keteknisian media atau lebih dikenal dengan teknik elektromedik adalah seorang yang berpendidikan dalam bidang teknik elektromedik dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan teknik elektromedik, berdasarkan rekomendasi atau akreditasi organisasi profesi teknik elektromedik. Pelayanan teknik elektromedik mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian berperan serta dalam pengadaan/penerimaan, evaluasi dan pendayagunaan alat kesehatan serta bimbingan pengoperasian alat kesehatan. Yang termasuk dalam tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis. Tahun 2015 jumlah meliputi tenaga radiografer di puskesmas sebanyak 1 orang dan di rumah sakit sebanyak 106 orang. Puskesmas memiliki tenaga teknisi elektromedis di puskesmas dan di rumah sakit sebanyak 16 orang, jumlah tenaga analis kesehatan di puskesmas sebanyak 28 orang dan di rumah sakit 189 orang, tenaga refraksionis di rumah sakit sebanyak 6 orang, rekam medis dan infokes di puskesmas sebanyak 1 orang dan di rumah sakit sebanyak 96 orang, teknisi transfusi medis di rumah sakit sebanyak 1 orang. Berikut gambaran jumlah tenaga keteknisian medis di Kota Depok. TABEL 6.7 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK YANG ADA TAHUN 2015 Fasilitas Radiografer Teknisi Analis Refraksio Rekam Teknisi Elektromedis Kesehatan nis medis transfusi dan darah infokes Puskesmas Rumah Sakit Total Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 153

185 Rasio tenaga keteknisian medis di puskesmas dan rumah sakit di Kota Depok sebesar 21,84/ penduduk, melebihi target Kementerian Kesehatan yaitu 14/ penduduk. 8. Tenaga Kesehatan lainnya Jumlah tenaga kesehatan lainnya di fasilitas kesehatan tahun 2015 yang bertugas di rumah sakit sebagai pengelola program sebanyak 3 orang dan tenaga kesehatan lainnya selain sebagai pengelola program kesehatan sebanyak 27 orang. Sedangkan di Dinas Kesehatan ada 91 orang sebagai pengelola program kesehatan. B. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi sarana puskesmas, rumah sakit, dan beberapa sarana pelayan kesehatan yang ada di Kota Depok. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kota Depok sampai dengan tahun 2015 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Depok adalah sebagai berikut. TABEL 6.8 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 No Fasilitas Kesehatan Pemerintah Swasta Jumlah 1 Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Khusus lainnya Puskesmas Perawatan 9 6 Puskesmas non Perawatan 26 7 Puskesmas keliling 42 8 Puskesmas Pembantu Rumah bersalin Balai pengobatan/klinik Praktek dokter bersama Praktek dokter perorangan Praktek pengobatan tradisional P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 154

186 No Fasilitas Kesehatan Pemerintah Swasta Jumlah 14 Poskesdes Pos UKK Polindes Pos Obat Desa Puskesmas Poned Rumah sakit Ponek Posyandu Apotek Toko obat Gudang Farmasi Kesehatan Industri Obat tradisional Industri kecil obat tradisional Perbekalan kesehatan Rumah 5 5 Tangga (PKRT) 27 Produsen industri rumah tangga pangan (PIRTP) 28 Produsen alat kesehatan Pedagang besar farmasi (PBF) Industri farmasi Sumber : Dinas Kesehatan Kota Depok, Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 155

187 Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum menyelenggarakan kegiatan : a. Pelayanan medis b. Pelayanan dan asuhan keperawatan c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan f. Administrasi umum dan keuangan Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan. Beberapa Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sarana P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 156

188 pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit adalah Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat hunian rumah sakit, Length Of Stay (LOS) atau ratarata lama hari rawat di rumah sakit, Turn Over Interval (TOI) atau jarak pemanfaatan tempat tidur antara satu pasien dengan pasien lainnya, Bed Turn Over (BTO) atau frekuensi penggunaan tempat tidur, Gross Death Rate (GDR) atau seluruh kematian di rumah sakit, Net Death Rate (NDR) atau kematian di rumah sakit kurang dari 48 jam. Jumlah seluruh rumah sakit baik milik Pemerintah daerah, TNI/POLRI, Swasta di Kota Depok pada tahun 2012 adalah 16 rumah sakit dan tahun 2013 meningkat menjadi 17 unit rumah sakit. Proporsi rumah sakit umum daerah sebanyak 6, 25% dari total rumah sakit yang ada TNI/Polri 6,25%, sedangkan persentase rumah sakit swasta tahun 2013 berjumlah 88,2% dari total rumah sakit yang ada di Kota Depok. Pada tahun 2015 rumah sakit di Kota Dpeok berjumlah 20 rumah sakit. Rumah sakit milik Pemerintah di Kota Depok sebanyak 1 rumah sakit, 1 rumah sakit TNI/POLRI dan 18 rumah sakit swasta. 2. Puskesmas Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derjat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2004). Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki sub unit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes). Pada tahun 2012 puskesmas di Kota Depok terdapat 32 unit puskesmas dengan 3 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 157

189 (Tiga) Puskesmas perawatan yang berfungsi PONED yaitu UPT Puskesmas Cimanggis, UPT Puskesmas Sukmajaya, UPT Puskesmas Tapos dan 4 (empat) unit Puskesmas yang berfungsi 24 jam terdiri dari UPT Puskesmas Cinere, UPT Puskesmas Sukmajaya, UPT Puskesmas Cimanggis, UPT Puskesmas Pancoran Mas, 6 unit Pustu. Pada tahun 2015 puskesmas di Kota Depok berjumlah 35 puskesmas dengna puskesmas perawatan atau rawat inap yang berfungsi sebagai PONED sebanyak 6 unit yaitu UPT Puskesmas Beji, UPT Puskesmas Pancoran Mas, UPT Puskesmas Sukmajaya, UPT Puskesmas Cimanggis, UPT Puskesmas Tapos, UPF Puskesmas Kedaung. Puskesmas Pembantu (Pustu) berjumlah 4 unit. Fungsi Puskesmas sendiri meliputi: a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. b) Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat. c) Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi: 1. Pelayanan kesehatan perorangan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 158

190 Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Puskesmas di Kota Depok pada umumnya relatif mudah dijangkau oleh masyarakat baik dengan jalan kaki, kendaraan roda dua maupun roda empat dengan jarak terjauh ke masyarakat kelurahan maksimal 5,5 km dan waktu tempuh yang diperlukan maksimal 25 menit dengan roda dua dan 35 menit dengan roda empat. TABEL 6.9 GAMBARAN WILAYAH PUSKESMAS DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 No. Nama Kode Wilayah Kerja Nama Puskesmas Kecamatan Puskesmas Puskesmas 2 Sawangan P UPT Puskesmas Kecamatan Sawangan Kelurahan Sawangan Lama Kelurahan Sawangan Baru P UPF Puskesmas Pasir Putih Kelurahan Pasir Putih P UPF Puskesmas Kedaung Kelurahan Kedaung Kelurahan Cinangka P UPF Puskesmas Pengasinan 2 Bojongsari P UPT Puskesmas Kecamatan Bojongsari Kelurahan Pengasinan Kelurahan Bedahan Kelurahan Pondok Petir Kelurahan Curug Kelurahan Serua P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 159

191 3 Pancoran Mas P P P P UPF Puskesmas Duren Seribu UPT Puskesmas Kec. Pancoran Mas UPF Puskesmas Depok Jaya UPF Puskesmas Rangkapan Jaya Baru 4 Cipayung P UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung Kelurahan Bojongsari Baru Kelurahan Duren seribu Kelurahan Duren Mekar Kelurahan Bojongsari Lama Kelurahan Depok Kelurahan Pancoran Mas Kelurahan Depok Jaya Kelurahan Mampang Kelurahan Rangkapan Jaya Lama Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kelurahan Cipayung Jaya Kelurahan Pondok Terong Kelurahan cipayung - UPF Puskesmas Ratu Jaya Kelurahan Ratu Jaya Kelurahan Pondok jaya 5 Sukmajaya P UPT Puskesmas Kelurahan Sukmajaya Kecamatan Sukmajaya P UPF Puskesmas Abadi Jaya Kelurahan Abadijaya Kelurahan Cisalak P UPF Puskesmas Bakti Jaya Kelurahan Bhaktijaya P UPF Puskesmas Pondok Sukmajaya 6 Cilodong P UPT Puskesmas Kecamatan Cilodong Kelurahan Tirtajaya Kelurahan Mekarjaya Kelurahan Cilodong Kelurahan Kalibaru P UPF Puskesmas Villa Kelurahan Sukamaju Pertiwi P UPF Puskesmas Kalimulya Kelurahan Kalimulya Kelurahan Jatimulya 7 Cimanggis P UPT Puskesmas Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis P UPF Puskesmas Tugu Kelurahan Tugu P UPF Puskesmas Kelurahan Harjamukti Harjamukti P UPF Puskesmas Pasir Kelurahan Pasir Gunung P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 160

192 Gunung Selatan Selatan P UPF Puskesmas Mekarsari Kelurahan Mekarsari UPF Puskesmas Cisalak Pasar Kelurahan Cisalak Pasar 8 Tapos P UPT Puskesmas Kecamatan Tapos Kelurahan Tapos Kelurahan Leuwinanggung P UPF Puskesmas Sukatani Kelurahan Sukatani P UPF Puskesmas Jatijajar Kelurahan Jatijajar P UPF Puskesmas Cilangkap Kelurahan Cilangkap P UPF Puskesmas Cimpaeun Kelurahan Cimpaeun UPF Puskesmas Sukamaju Baru Kelurahan Sukamaju Baru 9 Beji P UPT Puskesmas Kecamatan Beji P P UPF Puskesmas Tanah Baru UPF Puskesmas Kemiri Muka 10 Limo P UPT Puskesmas Kecamatan Limo Kelurahan Beji Timur Kelurahan Beji Kelurahan Tanah Baru Kelurahan Kukusan Kelurahan Kemiri Muka Kelurahan Pondok Cina Kelurahan Meruyung Kelurahan Grogol Kelurahan Krukut Kelurahan Limo 11 Cinere P UPT Puskesmas Kecamatan Cinere Kelurahan Cinere Kelurahan gandul Kelurahan Pangkalan Jati Kelurahan pangkalan Jati Baru Sumber : Subbag PEP Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 161

193 GAMBAR 6.4 RASIO PUSKESMAS TERHADAP PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Subbag PEP Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Rasio puskesmas di Kota Depok tahun 2015 terhadap penduduk belum memenuhi target ideal dalam penduduk terdapat 1 puskesmas, dari data diatas terlihat bahwa yang paling mendekati ideal yaitu Kecamatan Sawangan dengan penduduk dan terdapat 4 puskesmas di daerah tersebut. a. Puskesmas Pembantu Dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan pada unit pelayanan dan tuntutan dari masyarakat atas pelayanan yang cepat dan terjangkau sudah menjadi kebutuhan mendesak sehingga berdiri puskesmas pembantu yang tersebar disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan. Tahun 2013 Di kota depok terdapat sebanyak 6 puskesmas pembantu yaitu: Pustu Rangkapan Jaya (Kec. Pancoran Mas), Pustu Bojong Pondok Terong (Kec. Cipayung), Pustu Kukusan (Kec. Beji), Pustu Sukamaju Baru (Kec. Tapos), Pustu Kedaung (Kec. Sawangan). Cisalak pasar (kecamatan Cimanggis). Tahun 2014 dan tahun 2015 jumlah pustu di Kota Depok sebanyak 4 unit ini dikarenakan pustu Cisalak pasar dan Pustu Sukamaju Baru sudah naik tingkat menjadi Puskesmas. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 162

194 b. Puskesmas Keliling Sarana transportasi pendukung pelayanan puskesmas (Puskesmas keliling) pada Tahun 2013, sebanyak 25 unit ambulans siaga dan 80 unit kendaraan bermotor. Tahun 2014 dan 2015 jumlah Puskesmas keliling sebanyak 42 unit c. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu, kelurahan siaga, dan lain sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling di kenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Perkembangan jumlah posyandu di Kota Depok dalam kurun waktu mengalami peningkatan dimana jumlah posyandu 877 buah posyandu tahun 2007 dan pada tahun 2011 sudah mencapai 974 buah posyandu. Tahun 2012 posyandu berjumlah 985 Unit dan yang aktif 727 (71,63%). Tahun 2013 jumlah posyandu 993 unit dan posyandu aktif sebanyak 696 unit. Tahun 2014 jumlah Posyandu 999 unit dan jumlah posyandu aktif sebesar 717 unit. Tahun 2015 jumlah posyandu unit dan jumlah posyandu aktif sebanyak 819 unit. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 163

195 GAMBAR 6.5 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU DAN POSYANDU AKTIF KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi Promkes Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Rasio Posyandu dan jumlah penduduk di Kota Depok masih jauh dari ideal, idealnya 1:100 tetapi yang mendekati syarat tersebut hanya Puskesmas Bojongsari. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 164

196 GAMBAR 6.6 RASIO POSYANDU MENURUT KECAMATAN DI KOTA DEPOK DAN TARGET POSYANDU KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Promkes Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Cakupan strata posyandu di Kota Depok tahun 2015 Pratama 0,5%, Madya 18,17%, Purnama 45,08%, Mandiri 36,25%. Berikut gambar cakupan strata posyandu di Kota Depok. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 165

197 GAMBAR 6.7 CAKUPAN POSYANDU MENURUT STRATA POSYANDU DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Seksi Promkes Dinas Kesehatan Kota Depok, Apotik, Toko Obat dan IRTP Pada tahun 2012 sarana apotik di Kota Depok terdapat 224 unit, toko obat 73 unit dan IRTP 446 unit. Surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok untuk apotik sebanyak 38 unit, IFRS 4 unit, Toko Obat belum ada yang diberikan rekomendasi, ruang farmasi klinik sebanyak 24 unit, PAK 1 unit, PKRT belum ada yang diberikan rekomendasi, Griya Tradisional 5 unit. Sertifikasi yang telah dikeluarkan untuk IRT sebanyak 54 Unit. Tahun 2013 jumlah apotik sebanyak 225 unit, toko obat 71 unit, IRTP 462 unit. Jumlah rekomendasi yang dikeluarkanoleh seksi POM tahun 2013 antara lain apotik berjumlah 70 unit, IFRS sebanyak 10 unit, Toko obat 2 unit, ruang farmasi klinik 25 unit, Griya tradisonal 9 unit. Tahun 2014 jumlah apotek di Kota Depok sebanyak 228 unit, toko obat 60 unit, IFRS sebanyak 20 unit, PAK sebanyak 2 unit, PKRT sebanyak 3 unit, ruang farmasi klinik sebanyak 87 unit, PBF sebanyak 9 unit, took alkes sebanyak 2 unit. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 166

198 Tahun 2015 apotek yang berjumlah 282, rekomendasi yang dikeluarkan oleh Seksi POM sebanyak 53 dan 40 apotek telah dilakukan pembinaan. Toko obat berjumlah 68, yang telah mendapat pembinaan sebanyak 20 dan rekomendasi yang dikeluarkan sebanyak 1. Sedangkan jumlah IRTP sebanyak 276 dan 62 telah mendapat pembinaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 6.10 DATA SARANA APOTEK, TOKO OBAT DAN IRTP TAHUN No Nama Sarana Jumlah Apotek Toko Obat IRTP Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 No TABEL 6.11 DATA SARANA YANG TELAH DILAKUKAN PEMBINAAN TAHUN Nama Capaian sarana Apotek Toko obat IRTP Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 167

199 GAMBAR 6.8 DATA SARANA YANG DILAKUKAN PEMBINAAN DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 TABEL 6.12 DATA REKOMENDASI YANG DIKELUARKAN OLEH SEKSI POM TAHUN No Nama sarana Apotek IFRS Toko obat Ruang farmasi Klinik PAK PKRT Griya tradisional IFRS Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 168

200 TABEL 6.13 DATA SERTIFIKASI YANG DITERBITKAN OLEH SEKSI POM DINAS KESEHATAN TAHUN No Nama Sarana IRTP Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 GAMBAR 6.9 PERTUMBUHAN APOTEK BERDASARKAN REKOMENDASI YANG DIKELUARKAN OLEH SEKSI POM DI KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Pada tahun 2012 hasil sampling IRTP dari 10 sarana semua MS (Memenuhi Syarat), untuk sarana catering tidak dilakukan sampling. Pada restoran yang ada di kota Depok dari 66 sarana ditemukan 96% bakteri makanan. Pasar tradisional di kota Depok tidak ditemukan kandungan TMS, benzoat 20%, boraks 9%, pewarna tekstil 12,5%, P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 169

201 siklamat 25%, bakteri air 31,25%, untuk pasar modern dan supermarket ditemukan benzoat 5%, boraks 6,7%, bakteri makanan 15 %, bakteri air 5%. Pada tahun 2015 dari 22 jumlah sarana IRTP yang diambil sampel sebanyak 34 dan tidak ada temuan. Toko kelontong dengan jumlah sarana 22 diambil sampel 131, terdapat temuan benzoat 1 (4,5%) dan siklamat 2 (12,5%). Sarana minimarket berjumlah 22, ditemukan siklamat 3 (13,63%) dan benzoat 1 (4,5%). Sarana pasar modern (supermarket) berjumlah 12 diambil sampel sebanyak 148 ditemukan benzoat 7 (29,16%) dan siklamat 1 (4,5%). Pasar tradisional dengan jumlah sarana 8 diambil sampel sebanyak 109 dengan temuan siklamat 2 (2%) dan benzoat 5 (45,45%). TABEL 6.14 HASIL SAMPLING PADA SEKSI POM TAHUN No Nama sarana IRTP Data sarana Dari Memenuhi Dari semua Semua sarana Syarat sarana yang memenuhi terdapat 10 diambil syarat sarana yang sampel tidak Tidak terdapat memenuhi temuan syarat 2 Restoran Dari 10 sarana Dari 33 Dari 11 sarana Tahun 2015 yang tidak sarana memenuhi syarat BA(bakteri terdapat sarana tidak 30 yang air):30% dan memenuhi BM (bakteri syarat dengan makanan) 50% sampel: Formalin 29 sampel,e coli terdapat 10 tidak sarana yang dilakukan memenuhi syarat dan 1 pengambilan sampel sarana yang tidak memenuhi syarat P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 170

202 11 sampel, Boraks 6 sampel,rhod amin 2 sampel 3 Pasar Ditemukan Dari 8 sarana Ditemukan tradisional yang tidak terdapat 2 yang Siklamat 2 memenuhi memenuhi (2%) dan syarat Benzoat syarat dan 6 Benzoat 5 20%,Boraks unit yang tidak (45,45%) 9%, pewarna memenuhi tekstil syarat 12,5%,siklama t 25%,Bakteri air 31,25% 4 Pasar Benzoat Dari 10 Dari 10 sarana Dari 12 modern 5%,boraks sarana terdapat 4 sarana 6,7%,Bakteri ditemukan 6 sarana yang diambil makanan 15 sarana yang memenuhi sampel %,bakteri air tidak syarat dan 6 sebanyak 148 5% memenuhi sarana yang ditemukan syarat,temuan tidak Benzoat 7 formalin 12 memenuhi (29,16%) dan sampel syarat Siklamat 1 (4,5%) 5 Toko Dari 20 Dari 11 sarana sarana 22 kelontong sarana terdapat 8 diambil ditemukan 1 sarana yang sampel 131, sarana yang memenuhi terdapat tidak syarat dan 3 temuan memenuhi sarana yang Benzoat 1 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 171

203 syarat dengan temuan boraks tidak memenuhi syarat 6 Minimarket Dari 33 Dari 11 Sarana sarana Terdapat 6 terdapat Sarana Yang temuan Memenuhi fruktusa 29 Syarat Dan 5 sampel,gluko Sarana Yang sa 28,sukrosa Tidak 5 sampel Memenuhi Syarat Sumber : Seksi POM Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 (4,5%) dan Siklamat 2 (12,5%) Dari saran yang tidak memenuhi syarat ditemukan Siklamat 3 (13,63%) dan Benzoat 1 (4,5%) C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 1. Anggaran Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).Pembiayaan kesehatan ini memegang peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di Kota Depok. Anggaran tahun 2015 terdiri dari: 1. Dana APBD Provinsi untuk Dinas Kesehatan Kota Depok dialokasikan dalam bentuk: a. Dana Bantuan Gubernur (PBI) tidak diserap pada tahun 2015 sebanyak Rp b. Dana Bantuan Provinsi untuk Pembangunan RSUD Abadijaya (tidak diserap) Rp Dana APBN untuk Dinas Kesehatan Kota Depok dialokasikan dalam bentuk: a. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) sebesar Rp (0,92%) P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 172

204 b. Dana untuk P2PL: Program Pengelolaan Tempat Makanan (Pembangunan Sentra Makanan dan Jajanan) tidak diserap sebesar Rp (0,21%) 3. Dana Pajak Rokok sebesar Rp DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau) sebesar Rp Berikut gambar persentase jumlah anggaran pada dinas kesehatan Kota Depok yang berasal dari berbagai sumber dana. GAMBAR 6.10 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN DARI BERBAGAI SUMBER DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Subbag PEP Dinkes Kota Depok, 2015 Dari tahun ke tahun alokasi anggaran kesehatan selalu meningkat, pada tahun 2010 sebesar 3,29% dari total APBD kota Depok, pada tahun 2011 sebesar 3,37%, tahun ,07%, tahun ,5%, tahun 2014 sebesar 8,3% dan tahun 2015 sebesar 9%. Hal ini sudah sesuai dengan undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 tentang pembiayaan kesehatan pada pasal 171 ayat 1 yang berbunyi besarnya anggaran Kesehatan pemerintah dialokasikan minimal 5% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara diluar gaji dan ayat 2 yang berbunyi besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 173

205 belanja daerah diluar gaji. Bila dikaji kembali total anggaran kesehatan tahun 2014 yang berasal dari berbagai sumber sebesar 8,3% dan pada tahun 2015 sebesar 9%, hal ini telah memenuhi syarat ayat 2 pada undang-undang karena anggaran kesehatan tersebar pada berbagai OPD serta RSUD tidak hanya pada anggaran Dinas kesehatan saja. GAMBAR 6.11 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN Sumber : Subbag PEP Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015 Berdasarkan data yang didapatkan dari sub.bag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan, maka didapatkan bahwa total APBD kab/kota tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2014 yang semula sebesar Rp ,90 menjadi sebesar Rp ,42, dimana dari total APBD kab/kota tahun 2015 tersebut, untuk total anggaran kesehatan sebesar Rp , meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp Dari total anggaran kesehatan tahun 2015 sebesar Rp , yang termasuk APBD Kab/Kota murni belanja langsung sebesar Rp dan belanja tidak langsung sebesar Rp Adapun jumlah APBD Kab/Kota murni dapat dilihat pada grafik P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 174

206 GAMBAR 6.12 PERSENTASE JUMLAH ANGGARAN DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Subbag PEP Dinkes Depok, Pembiayaan bagi masyarakat miskin Dalam rangka meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar di masyarakat mulai dana sehat, tabulin, JPKM, askes, jamsostek, askeskin sampai asuransi kesehatan swasta. Dari jumlah penduduk sebanyak jiwa di Kota Depok pada tahun 2011, peserta jaminan kesehatan pra bayar sebanyak jiwa dengan peserta askes sebanyak jiwa, peserta askeskin sebanyak jiwa, dan peserta jamkesda sebanyak jiwa. Pada tahun 2012 peserta askes sebanyak jiwa, peserta jamkesmas sebanyak jiwa dan peserta jamkesda sebanyak jiwa. Pada tahun 2013 jumlah peserta askes sebanyak jiwa, jumlah peserta jamkesda dan jamkesmas sebanyak jiwa. Rendahnya cakupan tersebut mungkin disebabkan karena kurang pahamnya masyarakat mengenai sistem jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar. Meskipun khusus untuk masyarakat miskin, pembiayaan jaminan kesehatan pra bayar P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 175

207 sebenarnya ditanggung oleh Pemerintah. Sejalan dengan diundangkannya UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, terhitung sejak 1 Januari 2014 program jaminan kesehatan nasional diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Pada tahun 2014 peserta BPJS Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak jiwa (52%), dan Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri sebanyak jiwa (48%). Pada tahun 2015 peserta BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN sebanyak jiwa. Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak jiwa, Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri sebanyak jiwa, Peserta Bukan Pekerja (BP) sebanyak jiwa, Selain program jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Pemerintah Kota Depok juga menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dalam memberikan bantuan pembiayaan berupa jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin atau tidak mampu di Kota Depok. Program Jamkesda telah ada sejak tahun 2010 dengan jumlah peserta yang ditanggung sebanyak jiwa, yang merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap Program SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional). Peserta yang memerlukan perawatan lanjutan (rawat inap, operasi dll) untuk program Jamkesda dapat berobat ke PPK II (rumah sakit) yang telah melakukan kerjasama (MoU) dengan Pemerintah Kota Depok. Daftar PPK II yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Depok dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 6.15 DAFTAR PPK II PROVIDER JAMKESDA KOTA DEPOK TAHUN 2015 Wilayah Depok : (21 PPK) 1. RSUD Depok 2. RS Bhayangkara Brimob 3. RS Tugu Ibu 4. RS Bhakti Yudha 5. RS Tumbuh Kembang 6. RS Sentra Medika Wilayah Luar Depok : (13 PPK) 2. RSUP Cipto Mangunkusumo 3. RSUP Fatmawati 4. RSJPD Harapan Kita 5. RSAB Harapan Kita 6. RSPAU Ernawan Antariksa 7. RS Marzuki Mahdi P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 176

208 7. RS Meilia 8. RS Simpangan Depok 9. RS Hasanah Graha Afiah 10. RS Bunda Margonda 11. RS Hermina Depok 12. RS Puri Cinere 13. RS Harapan Depok 14. RS Mitra Keluarga Depok 15. RS Graha Permata Ibu 16. Klinik Sahabat Keluarga 17. UTDC PMI Depok 18. RS Jantung Diagram Cinere 19. RS Permata Depok 20. Klinik El Medikasih 21. RS Citra Medika 8. RSUD Cibinong 9. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (Cisarua) 10. RS Persahabatan 11. RS Permata Cibubur (Khusus HD) 12. Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia 13. Klinik Cipta Husada 14. Jakarta Kidney Center Sumber : UPT Jamkesda, 2015 Berdasarkan sumber dari UPT Jamkesda, pada tahun 2015 tercatat kunjungan peserta Jamkesda sebanyak peserta dan pemanfaatan Jamkesda sebanyak peserta. Dari 21 PPK II di Kota Depok dan 13 PPK II di Luar Kota Depok, 10 besar kunjungan PPK II terbanyak di RSUD Depok sebanyak kunjungan, di urutan kedua yaitu RSUP Fatmawati sebanyak 601 kunjungan, dan urutan ketiga yaitu RS Jantung Diagram Cinere dengan 254 kunjungan. Berikut gambaran pola 10 besar kunjungan PPK II Terbanyak tahun P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 177

209 GAMBAR 6.13 POLA KUNJUNGAN PPK II TERBANYAK TAHUN 2015 Sumber : UPT Jamkesda, 2015 Pola 10 besar penyakit terbanyak kunjungan jamkesda tahun 2015 ditunjukkan dalam gambar 5.42, dimana penyakit di urutan pertama yaitu CKD On HD sebanyak 625 kasus, di urutan kedua penyakit Schizofrenia berjumlah 600 kasus, dan di urutan ketiga penyakit Diabetes Melitus sebanyak 556 kasus. GAMBAR 6.14 POLA PENYAKIT TERBANYAK KUNJUNGAN JAMKESDA DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : UPT Jamkesda, 2015 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n Page 178

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK. Page i

DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK. Page i DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK 2017 Profil Dinas Kesehatan Kota Depok 2017 Page i Buku ini diterbitkan oleh : DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Alamat : Gedung Dibaleka 2 Lantai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua TIM PENYUSUN Pengarah dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Penanggung Jawab Zulfan, S.Pi, M.Si Kabid Pengembangan Sumber Daya Dan Informasi Kesehatan Ketua Melli Oktiana,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2014, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TIM PENYUSUN Pengarah dr. Endid Romo Pratiknyo Pj. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Penanggung Jawab Zulfan, S.Pi, M.Si Kabid Pengembangan Sumber Daya Dan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI JL. PANDANARAN 156 BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN P h o n e : 0 3 4 3-4 2 3 4 5 3 - F a x : 0 3 4 3-4 2 2 5 6 3 E m a i l : dinkeskopas2@gmail.com Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN KOTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, Maret Tim Penyusun,

KATA PENGANTAR. Tangerang, Maret Tim Penyusun, KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas selesainya penyusunan Profil Kesehatan Kota Tangerang 2015. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan profil ini. Profil

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Drs. H. Naziruddin, M.Si NIP P r o f i l K e s e h a t a n K a b. S u m b a w a T h.

KATA PENGANTAR. Drs. H. Naziruddin, M.Si NIP P r o f i l K e s e h a t a n K a b. S u m b a w a T h. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan limpahan rahmatnya Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 ini dapat tersusun. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci