BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Beban kerja Menurut Gopher & Doncin (1986) beban kerja adalah suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan kapasistas dalam memproses informasi. Dalam menjalankan sebuah tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam tingkatan tertentu. Apabila keterbatasan yang dimiliki individu tersebut menghambat tercapainya hasil kerja yang diharapkan, maka telah terjadi kesenjangan antara tingkat kemampuan individu yang diharapkan dengan tingkat kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini dapat berakibat pada kegagalan dalam kinerja (performance failure). Untuk menghindari hal tersebut, maka diperlukan pemahaman dan pengukuran yang lebih mengenai beban kerja. Menurut Suarfi (2016), pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran. Secara garis besar pengukuran kerja mempunyai peran sangat penting untuk:

2 7 1. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati. 2. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 3. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi Perhitungan beban kerja dengan menggunakan Work Sampling Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak (Wignjosoebroto, 2006). Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat digunakan untuk: 1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle). 2. Menetapkan performance level dari tenaga kerja selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja. 3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya Pelaksanaan Sampling Kerja Menurut Sutalaksana et al(1979) ebelum melakukan sampling kerja dilakukan langkahlangkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja.

3 8 Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu : 1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan. 2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada maka dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu. 3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama. 4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan. 5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud. 6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran pengamatan. Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri dari tiga langkah yaitu : 1. Dilakukan sampling pendahuluan. 2. Uji keseragaman data. 3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan Penentuan Jadwal Pengamatan Menurut Sutalaksana et al(1979), dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini umumnya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Pada umumnya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Misalnya satu satuan waktu panjangnya tiga menit, maka satu hari kerja (tujuh jam) mempunyai 140 satuan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan tidak lebih dari 140 kali dalam satu hari. Jika dalam satu hari dilakukan 84 kali kunjungan maka dengan bantuan tabel bilangan acak ditentukan waktu-waktu kunjungan tersebut. Berdasarkan waktu yang telah diacak tersebut, maka pengamatan dilakukan dimana pengamat mengelompokkan kegiatan bekerja (work) dan kegiatan

4 9 menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu definisi work dan idle tersebut Rating Factor Menurut Sutalaksana et al(1979), setelah pengukuran berlangsung pengukur harus mengamati kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan tertentu. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. Misalnya ada ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Pada umumnya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus ratarata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu (p1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p=1). Adapun salah satu cara untuk menentukan faktor penyesuaian yaitu dengan cara Shumard. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti yang tertera Tabel 2.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas superfast, fast+, fast, fast-, excelent, dan seterusnya.

5 10 Tabel 2.1 Penyesuaian Dengan Cara Shumard Kelas Penyesuaian Superfast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85 Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good - 65 Normal 60 Fair + 55 Fair 50 Fair - 45 Poor Allowance Sutalaksana et al(1979) menyatakan bahwa Allowance atau kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. 1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowance) Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau 10 sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi. Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya. 2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatigue Allowance) Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan banyak pikiran dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diizinkan untuk melepaskan lelah adalah

6 11 sangat sulit dan kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat tergantung pada individu yang bersangkutan. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. 3. Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan (Delay Allowance) Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatanhambatan. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor yang sulit untuk dihindari karena berada diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya. Namun juga bisa disebabkan beberapa faktor yang sebenarnya masih dapat dihindari, misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Kelonggaran (allowance) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan. Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti tertera pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Besarnya Allowance Faktor A. Tenaga yang dikeluarkan Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Pria Kelonggaran (%) Wanita 1. Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk Tanpa Beban 0,0 6,0 0,0 6,0 2. Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri 0,00 2,25 6,0-7,5 6,0-7,5 3. Ringan Menyekop, ringan 2,25 9,00 7,5 12,0 7,5 16,0 4. Sedang Mencangkul 9,00 18,00 12,0-19,0 16,0 30,0 5. Berat Mengayun Palu yang 18,00 27,00 19,0 30,0 Berat 6. Sangat berat Memanggul beban 27,00 50,00 30,0 50,0 7. Luar biasa berat Memanggul karung berat Diatas 50 kg

7 12 Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan) Faktor B. Sikap Kerja Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran (%) 1. Duduk Bekerja duduk, ringan 2. Berdiri diatas dua Badan tegak, kaki ditumpu dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk C. Gerakan kerja Satu kaki mengerjakan alat control Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 1. Normal Ayunan bebas dari palu 2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu Membawa beban 3. Sulit berat dengan satu tangan 4. Pada anggotaanggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 0,0 1,0 1,0 2,5 2,5 4,0 2,5 4,0 4,0 10, Seluruh anggota terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit D. Kelelahan mata * Pencahayaan Baik Pencahayaan Buruk 1. Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 6,0 0,0 5,0 2. Pandangan yang hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Pemeriksaan yang sangat teliti 6,0 7,5 6,0 7,5 7,5 12,0 7,5 16,0

8 13 Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan) Faktor 4. Pandangan terus menerus dengan fokus berubahubah Contoh Pekerjaan Memeriksa cacatcacat pada kain Ekivalen Beban Kelonggaran (%) 12,0 19,0 16,0 30,0 5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap 19,0 30,0 6. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus berubah-ubah 30,0 50,0 E. Keadaan suhu tempat kerja ** Suhu ( 0 C) 1. Beku 2. Rendah 3. Normal 4. Sedang 5. Tinggi 6. Sangat tinggi F. Keadaan atmosfer *** Kelelahan manual Berlebihan Dibawah 0 Diatas 10 Diatas Diatas 36 Diatas 40 Diatas Baik Ruang yang berventilasi baik, udara 0 segar 2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun Adanya bau-bauan yang berbahaya 4. Buruk yang mengharuskan menggunakan alat pernafasan

9 14 Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan) G. Keadaan lingkungan 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 5 detik 4. Sangat bising 5. Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran lantai 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) * Kontras antara warna hendaknya diperhatikan ** Tergantung juga pada keadaan ventilasi *** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap: Allowance untuk kebutuhan pribadi bagi pria adalah 0 2,5% dan wanita adalah 2 5% Presentase waktu produktif dan uji keseragaman data Menurut Sutalaksana et al(1979), perhitungan waktu produktif bertujuan untuk mengetahui presentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja selama jam kerja berlangsung. Presentase waktu produktif dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.1.!"#$%&'()('*+ =.%/0*h!234*/*'*3 6&'()('*+ 7$02.%/0*h 8234*/*'*3 (2.1) Uji keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual dan/ atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Uji keseragaman data secara visual dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan melihat data yang terkumpul dan

10 15 mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data ekstrim tidak dimasukkan kedalam perhitungan selanjutnya. Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat guna untuk menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan (Sutalaksana et al, 1979). Data yang dikatakan seragam adalah data yang berasal dari sistem yang sama (berada diantara batas kontrol) dan tidak seragam (diluar batas kontrol). Adapun perhitungan batas untuk keseragaman data dapat dilihat pada persamaan 2.2 dan 2.3 (Montgomery, 1985). 9:6 = (2.2) 9:9 = (2.3) Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah p = Presentase waktu produktif n = Jumlah pengamatan Uji Kecukupan Data Menurut Wignjosoebroto (2006), untuk mengetahui jumlah pengamatan yang akan dilakukan telah mencukupi atau tidak, maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam work sampling akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan. 2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan. Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang pegawai saat bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk menentukan kecukupan jumlah observasi dapat digunakan persamaan 2.4 (Barnes, 1986):

11 16 > = &@ (2.4) Dimana: N = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki, menggunakan 5% p = Presentase waktu produktif k = Tingkat kepercayaan Tingkat kepercayaan 68% memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3 Didalam aktifitas pengukuran kerja umumnya tingkat ketelitian menggunakan nilai 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Hal ini menyatakan bahwa sekurangkurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Besar nilai N (jumlah pengamatan yang harus dilakukan) harus lebih kecil dari nilai N (jumlah pengamatan yang sudah dilakukan). Apabila kondisi yang diperoleh adalah nilai N lebih besar dari N, maka pengamatan harus dilakukan kembali. Sebaliknya jika nilai N lebih kecil daripada N, maka pengamatan yang dilakukan telah mencukupi sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan Workload Analysis (WLA) Menurut Menpan (1997), pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisi beban kerja tau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik dibidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia.

12 17 Menurut Sutalaksana et al(1979), beban kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan B*3 :2"C* =! 1 + EF 1 + 6GG 0,01 (2.5) Dimana: RF = Performance ALL = Allowance! = persentase produktivitas Menurut Suarfi (2016) Beban kerja dikatakan normal dan tidak perlu adanya penyesuaian jika nilai beban kerja berada pada rentang 70%-100%. Adapun manfaat dari work load analysis adalah (Sutalaksana et al, 1979): Alat Manajermen dalam mengambil keputusan. Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuh pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak. Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Menyediakan data pendukung dalam meningkatkan dana program-program sosial, ekonomi dan penelitian. Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil. Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang. Menyediakan data unutk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan personal dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif. Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak seimbangan beban kerja. Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan. Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang. Membantu pengembangan dan evalusasi dari pengukaran performa. Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya.

13 18 Menghasilkan database dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan datang Radio Frequency Identification (RFID) Menurut Maryono (2005) RFID adalah teknologi untuk mengidentifikasi seseorang atau objek tertentu dengan menggunakan transmisi frekuensi radio, khususnya 125kHz, 13.56Mhz atau Mhz. Definisi lain mengenai RFID yaitu sebuah teknologi penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi, melacak dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam tag RFID (Supriatna, 2007). RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah device kecil yang disebut tag atau transponder (Transmitter + Responder). Tag RFID akan mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari competible device, yaitu reader RFID (RFID Reader). RFID ditempatkan pada objek atau orang sehingga dapat di identifikasi, dilacak dan diatur secara otomatis. Sistem RFID terdiri dari empat komponen, di antaranya adalah sebagai berikut: Tag yaitu device yang menyimpan informasi untuk identifikasi objek. Tag RFID sering juga disebut sebagai transponder. Antena untuk mentransmisikan sinyal frekuensi radio antara RFID reader dengan tag RFID. RFID reader adalah device yang kompatibel dengan tag RFID yang akan berkomunikasi secara wireless dengan tag. Application software adalah aplikasi pada sebuah workstation atau PC yang dapat membaca data dari tag melalui reader RFID. Baik tag dan reader RFID diperlengkapi dengan antena sehingga dapat menerima dan memancarkan gelombang elektromagnetik. Dalam RFID terdapat bermacam-macam teknologi tentang posisi seperti, Global Positioning System (GPS), cellular phone tracking system, Wi-Fi positioning system dan RFID Positioning System. Semua teknologi tersebut memiliki perbedaan ulasan, aplikasi, aksesoris dan keterbatasan. Di antara teknologi tersebut, yang paling populer dari positioning system adalah GPS yang ada saat ini. Positioning system ini berbasis satelit yang dirancang untuk lingkungan luar, namun, itu tidak berfungsi dengan baik di dalam ruangan. Sinyal GPS mudah diblokir oleh sebagian besar bahan

14 19 konstruksi dan sehingga membuatnya tidak berguna untuk penentuan posisi dalam ruangan RFID Aktif dan Pasif Tag RFID terbagi atas dua macam yaitu tag RFID aktif dan tag RFID pasif. Tag RFID aktif memiliki sumber energi sendiri atau baterai internal. Keuntungannya adalah alat pembaca (reader) mampu mengenali tag dalam jarak yang cukup jauh. Memory pada tag ini cukup variatif bahkan ada yang sampai 1MB. Tag aktif bisa mengirim sejumlah instruksi ke mesin dan mesin menangkap informasi ini dalam bentuk history tag. Kendalanya adalah ukuran yang lebih besar, harga yang lebih mahal dan usia yang terbatas (maks. 10 tahun). Tag RFID pasif tidak memiliki sumber energi seperti baterai. Umumnya tag pasif ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tag aktif dan berharga lebih murah dan usia pakai yang tidak terbatas. Keterbatasannya adalah jarak dalam membaca informasi ke reader. Tag pasif ini sudah diprogram sebelumnya dengan data-data yang unik (32 s.d 128 bit) dan tidak dapat dimodifikasi. Tabel 2.3 merupakan perbedaan teknik antara RFID aktif dan pasif. Tabel 2.3 Perbedaan Teknik Antara RFID Aktif dan Pasif RFID Aktif RFID Pasif Sumber tenaga tag Di dalam tag Energi yang ditransmisikan oleh reader dalam bentuk Radio Frequency Baterai tag Ada Tidak Ketersediaan tenaga tag berkelanjutan Harus berada pada jarak yang dicakup reader Sinyal yang diperlukan dari reader ke tag Rendah Tinggi (harus mampu memberi tenaga ke tag) Ketersediaan kekuatan sinyal dari tag ke reader Tinggi Rendah

15 Kemampuan fungsional RFID aktif dan Pasif Karena perbedaan teknis yang diuraikan di atas, kemampuan fungsional dari RFID aktif dan pasif sangat berbeda dan harus dipertimbangkan ketika memilih teknologi untuk aplikasi tertentu. Tabel 2.4 merangkum kemampuan RFID aktif dan pasif. Tabel 2.4 Ringkasan dari Kemampuan RFID Aktif dan Pasif Jarak komunikasi Multi-tag Collection Kemampuan Sensor Penyimpanan data RFID Aktif Jarak jauh (100m atau lebih) Mengumpulkan 1000 tag atas wilayah 7 acre dari satu reader Mengumpulkan 20 tag bergerak di lebih dari 100 mph Kemampuan untuk terus memantau dan masukkan sensor record data untuk sensor Penyimpanan baca/tulis data besar (contoh 128kb) RFID Pasif Pendek dan sangat pendek (3m atau kurang) Mengumpulkan ratusan tag dalam dalam 3 meter dari satu reader Mengumpulkan 20 tags bergerak di 3mph atau lebih lambat Kemampuan membaca dan memindahkan nilai-nilai sensor hanya ketika tag ini didukung oleh reader, tidak ada data/waktu cap Penyimpanan data membaca kecil/ tulis (contoh 128 bytes) Berikut berbagai macam aplikasi RFID: 1. Inventory Control Sistem penanganan barang pada proses manufaktur dan distribusi yang efisien dan hemat waktu, dapat disediakan dengan sistem identifikasi yang cepat dan aman. Hal ini dapat dengan mudah direalisasikan dengan RFID, karena tidak memerlukan kontak langsung, maupun kontak optik. Dengan tambahan fitur anticollision sejumlah barang dapat diperiksa secara bersamaan. Pada aplikasi ini masalah lingkungan dan kecepatan merupakan peranan yang penting (Avione, 2004).

16 21 2. Transportasi Kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi tawaran yang menarik untuk pengunaan RFID pada bidang transportasi, di mana penggunaan sistem identifikasi yang cepat diperlukan. Contohnya adalah penggunaan tag RFID untuk menandai bawaan penumpang, dan pengganti tiket sehingga dapat mencegah antrian yang panjang (Avione, 2004). 3. Keamanan dan Akses Kontrol Contoh aplikasi pada bidang ini adalah sistem keamanan pada mobil, atau fasilitas tertentu, di mana untuk aplikasi ini diperlukan keamanan dengan level yang tinggi dan tidak mudah ditiru. Untuk kebutuhan ini dapat direalisasikan dengan generasi kedua tag RFID yaitu Digital Signature Transponder (Weis, 2004) Indoor Positioning System Indoor positioning system (IPS) adalah sebuah sistem penentuan posisi suatu objek didalam sebuah bangunan fisik seperti kantor, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain secara berkelanjutan dan real time (Dempsey, 2003). Indoor positioning system adalah suatu sistem yang dapat menentukan posisi seseorang di dalam suatu ruangan tertutup atau gedung. Sistem ini selain dapat menentukan posisi, juga dapat menentukan orientasi dan arah pergerakan seseorang (Ghose, 2015). Gu (2009) mengungkapkan bahwa indoor positioning system telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir dengan mengandalkan berbagai macam teknologi termasuk WLAN, inframerah, RFID, ultrasound dan lain lain tetapi masih saja ada beberapa solusi komersial yang tersedia dan orang orang yang melakukan hal tersebut sering kali mengarah ke harga yang cukup mahal dan sulit untuk dapat di install. Jadi, dapat disimpulkan bahwa indoor positioning system merupakan sistem untuk menemukan benda benda atau pun orang di dalam gedung menggunakan peralatan tambahan seperti sensor ultrasonik, inframerah, RFID serta informasi sensoris lainnya yang dikumpulkan oleh mobile device.

17 RSSI Ranging RSSI (Received Strength Signal Indicator) adalah pengukuran kekuatan sinyal yang diterima receiver yang dikirimkan oleh transmitter. Kekuatan sinyal yang diterima dapat digunakan untuk menentukan jarak dikarenakan semua gelombang elektromagnetik memiliki hubungan inverse-square antara kekuatan sinyal dengan jarak (Savvides, et al.,2001). Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.6.! " 1 $ 2 (2.6) Dimana P r adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d dari reader. Persamaan menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh oleh sinyal dapat dicari dengan membandingkan perbedaan antara kekuatan transmisi dan kekuatan sinyal yang diterima yang biasa disebut path loss. Dalam pengukuran praktis, peningkatan path loss yang diakibatkan oleh penambahan jarak dapat berbeda-beda dalam situasi atau lokasi yang berbeda. Untuk itu diperlukan environmental characterization dengan menggunakan path loss exponent n seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.7 (Pu, 2009).! " =! " $0 $ $ L M (2.7) Dimana, P r(d0) adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d 0. Nilai P r(d0) biasanya dihitung secara empiris pada jarak 1 meter. Adapun cara alternatif untuk menghitung P r(d0) persamaan Free-space Path Loss (FSPL) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.8.! " = 20 log 10 4R$ S (2.8) Path loss exponent n pada persamaan 2.7 adalah salah satu parameter paling penting dalam environmental characterization. Jika tingkat penambahan path loss lebih drastis ketika bertambahnya jarak, maka nilai n akan lebih besar. Adapun cara mencari nilai path loss exponent dapat menggunakan persamaan =! " $0! " $ 10 log TL $ $ L (2.8) Tabel 2.5 menunjukkan beberapa nilai path loss exponent n pada berbagai situasi atau lingkungan (Rappaport, 1996).

18 23 Tabel 2.5 Path Loss Exponent dalam berbagai lingkungan Environment Path Loss Exponent Free Space 2 Urban Area Cellular Radio In building line-of-sight Obstructed in building 4-6 Obstructed in factories 2-3 Dalam mengukur jarak antara reader dan tag menggunakan RSSI, persamaan 2.7 dapat diubah menjadi model propagasi log-distance path loss seperti pada persamaan 2.5 (Pu, 2009). $! " $ =! " $ log 10 (2.9) $ 0 Persamaan 2.9 merupakan persamaan log-distance path loss untuk menghitung pengurangan jumlah sinyal yang diterima pada daerah vakum (free-space). Saat didalam ruangan, sinyal selalu dipengaruhi oleh refleksi, refraksi, dan atenuasi. Untuk mengimbangi nilai atenuasi dalam ruangan, maka perlu ditambahkan fade margin pada persamaan 2.9 seperti tertera pada persamaan 2.10 (Pathak, et al., 2014). $! " $ =! " $ log 10 + U V (2.10) $ 0 Dimana X s merupakan nilai fade margin. Nilai fade margin berbeda pada setiap lingkungan dan harus dihitung secara empiris untuk masing-masing lingkungan. Pada daerah perkantoran biasanya nilai fade margin berkisar 10 dbm (Pathak, et al., 2014) Triliteration Metode trilateration adalah metode yang menggunakan jarak antara beberapa lokasi yang menjadi referensi (reader) dengan lokasi yang akan dicari (tag) sebagai jari-jari lingkaran dimana titik pusat masing-masing lingkaran berada pada lokasi referensi (reader) kemudian titik perpotongan lingkaran-lingkaran tersebut merupakan lokasi yang sedang dicari (tag). Metode ini membutuhkan setidaknya tiga buah titik referensi

19 24 untuk dapat menentukan titik yang akan dicari. Ilustrasi metode Trilateration dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Ilustrasi Metode Trilateration (Zhang, et al., 2009) Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa 3 buah lingkaran yaitu p1(x1, y1), p2(x2, y2), p3(x3, y3) memiliki jari-jari yang berbeda. Jari-jari dari masing-masing lingkaran yang terbentuk merupakan jarak dari masing-masing reader ke tag. Posisi tag yang akan dicari yaitu p(x, y) merupakan titik potong antara ketiga lingkaran tersebut. Untuk mencari titik p (x, y) dapat dilakukan dengan cara menggunakan teori pythagoras seperti ditunjukkan pada persamaan 2.11 (Pu, 2011). T = W T + X T $ = + (2.11) Y = W Y + X Y Jika disusun ulang persamaan 2.7 untuk mencari titik (x, y) maka akan didapatkan persamaan 2.8 (Pu, 2011): Dimana, 6Z Y@ + 9Z TY + W = 2 W T Z Y@ + Z TY + W Y 6U Y@ + 9U TY + X = 2 X T U Y@ + U TY + W Y (2.12) 6 = W + X $ 9 @ [ = W + X $ (2.13)

20 25 Dan U Y@ = W Y U TY = W T W Y = W T Z Y@ = X Y (2.14) Z TY = X T X Y = X T Jika persamaan 2.14 diselesaikan maka akan didapatkan titik p(x,y) Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Indoor Positioning System telah digunakan dengan menggunakan beberapa metode. Pu et al pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang penggunan RSSI dalam pengaplikasian teknik indoor localization. Metode yang digunakan pada penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai macam Wireless Sensor Network. Penelitian ini menyatakan bahwa untuk menambah akurasi dari sistem yang dibuat, dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang environmental characterization dan penggunaan RSSI harus diteliti lebih lanjut. Pada tahun 2013, Mahiddin et al, menggunakan metode trilateration untuk menentukan posisi seseorang di dalam ruangan. Penelitian ini menggunakan kekuatan sinyal Wi-Fi dengan standarisasi IEEE g Networking. Penelitian ini dilakukan dengan cara User menggunakan aplikasi Wi-Fi Analyzer pada smartphone untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian merubah presentase kekuatan sinyal tersebut untuk mendapatkan jarak antara User dengan masing-masing Access Point. Posisi User dapat ditentukan dengan metode trilateration. Penelitian ini hanya bersifat tahap awal untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan transmission barrier seperti dinding. Firaldi pada tahun 2014 menggunakan metode trilateration dan dibantu dengan teknik fuzzy untuk menganalisa pola kehadiran mahasiswa pada jurusan teknik informatika Universitas Maritim Raja Ali Haji. Penelitian ini menggunakan metode penentuan jarak yang diajukan oleh Mahiddin et al pada tahun Kemudian

21 26 penelitian ini menentukan pola kehadiran mahasiswa dengan menggunakan teknik fuzzy untuk melihat apakah terdapat kecurangan absensi terhadap mahasiswa tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dapat mengenali pola kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan didalam ruang kelas. Adapun rangkuman dari penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian Metode Keterangan 1 Indoor Location Tracking using Received Signal Strength Indicator Chuan- Chin Pu et al. (2011) Various Indoor Localization Technique Penelitian ini menggunakan RSSI sebagai metode ranging kemudian menerapkannya ke beberapa metode Localization seperti Trilateration, Triangulation dll. 2 User Position Detection In An Indoor Environment Nor Aida Mahiddin (2013) Trilateration Penelitian ini hanya mengajukan metode penentuan lokasi didalam ruangan. 3 Analisa Pola Kehadiran Mahasiswa Dalam Perkuliahan Dengan Teknologi RFID Studi Kasus: Jurusan Teknik Informatika Umrah Yukiko Firaldi (2014) Trilateration Penelitian ini menerapkan teknologi RFID dengan memanfaatkan metode trilateration untuk menganalisa pola kehadiran mahasiswa dengan menggunakan teknik fuzzy Adapun perbedaan yang dimiliki oleh penulis dengan penelitian terdahulu sebagai berikut:

22 27 1. Pu et al (2011): Pada penelitian ini sistem yang dihasilkan tidak diimplementasikan pada permasalahan tertentu. Penelitian mengajukan metode dasar dalam mencari lokasi dalam ruangan menggunakan RSSI sebagai variabel pengukur jarak. Perbedaan penelitian ini ada pada penghitungan jarak dimana penelitian ini menambahkan variabel fade margin. Perbedaan selanjutnya terletak pada pengimplementasian sistem dimana penelitian ini tidak mengimplementasikan hasil sistem ke masalah yang spesifik sedangkan penulis mengimplementasikan sistem yang dihasikan untuk mengawasi beban kerja pegawai. 2. Mahiddin et al(2013): Pada penelitian ini tidak diaplikasikan metode yang diajukan ke masalah tertentu. Selain itu, penelitian ini menggunakan perangkat Wi-Fi. Adapun perbedaan pada skema input pada sistem yaitu pada penelitian ini permintaan penentuan lokasi tidak dilakukan secara otomatis, melainkan dengan cara User menggunakan aplikasi Wi- Fi Analyzer untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian memasukkan nilai tersebut kedalam sistem. Sedangkan penelitian yang diajukan oleh penulis, proses input data dilakukan secara seamless. Sistem akan melakukan ping terhadap tag yang telah terdaftar setiap beberapa waktu kemudian sistem akan menyajikan data tersebut dalam bentuk peta 2 dimensi secara otomatis. Adapun perbedaan lainnya yaitu penulis menggunakan teknik penentuan jarak yang berbeda dengan penelitian ini. penulis menggunakan signal decay model untuk menentukan jarak antara reader dengan tag. 3. Firaldi (2014) Penelitian ini mengaplikasikan metode yang diajukan dalam penelitian Mahiddin et al(2011) sebagai basis untuk melakukan penentuan posisi dan kemudian menganalisis posisi tersebut untuk melihat apakah ada kecurangan dalam absensi mahasiswa menggunakan teknik fuzzy. Perbedaan penulis dengan penelitian ini seperti yang sudah disebutkan dalam poin sebelumnya adalah perbedaan metode penentuan jarak dan juga pengaplikasian sistem. Penulis mengaplikasikan sistem untuk melakukan monitoring terhadap pegawai untuk kemudian mendokumentasi jam kerja dan beban kerja pegawai tersebut sebagai sarana pengawas untuk melihat kinerja pegawai.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 16, Bold, Centre LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 12, Centre Disusun Oleh : Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelompok

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KUALITAS SINYAL DAN POSISI WIFI ACCESS POINT DENGAN METODE RSSI DI GEDUNG KPA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PENGKAJIAN KUALITAS SINYAL DAN POSISI WIFI ACCESS POINT DENGAN METODE RSSI DI GEDUNG KPA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PENGKAJIAN KUALITAS SINYAL DAN POSISI WIFI ACCESS POINT DENGAN METODE RSSI DI GEDUNG KPA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Aishah Garnis 1, Suroso 1, Sopian Soim 1 1 Jurusan Teknik Elektro PS Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 7 work sampling Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Pengukuran Kerja: Metode

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu proyek dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Tabel Besarnya Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengukur waktu produktif, menganalisis faktor faktor penyebab rendahnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penulisan ini, diperlukan teori teori yang mendukung, yang didapat dari mata kuliah yang pernah diajarkan dan dari referensi referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN-. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Uraian tugas dari masing-masing jabatan pada PD Aneka Industri dan Jasa Sumatera Utara adalah sebagai berikut :. Direktur Direktur PD. Aneka Industri

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mulai dari bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. mulai dari bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini. 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor PT Pacific Biotekindo kantor Cabang Jakarta yang beralamat di Komplek Perkantoran Infinia Park Blok A52, Jalan

Lebih terperinci

Saintek, Vol 5, No 1 SISTEM IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFID) Mukhlisulfatih Latief

Saintek, Vol 5, No 1 SISTEM IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFID) Mukhlisulfatih Latief Saintek, Vol 5, No 1 SISTEM IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFID) Mukhlisulfatih Latief Staf Dosen Manajemen Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Abstract:

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) Jono Jurusan Teknik Industri Universitas Widya Mataram Yogyakarta Yonuwm@yahoo.co.id ABSTRAK PT XY sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajamen Operasi dan Produksi Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2011:2) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini sangat signifikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan pengguna layanan sistem informasi

Lebih terperinci

Indoor Positioning Menggunakan Wireless LAN

Indoor Positioning Menggunakan Wireless LAN Indoor Positioning Menggunakan Wireless LAN Rendy Budi Mulia +628-578-031-369-9 rendy_bm_1990@yahoo.com Salah satu keterbatasan dalam global positioning system saat ini yaitu perlunya koneksi satelit,

Lebih terperinci

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 21 BAB III IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 3. 1 Sejarah Singkat Wireless Fidelity Wireless fidelity (Wi-Fi) merupakan teknologi jaringan wireless yang sedang berkembang pesat dengan menggunakan standar

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini kebutuhan informasi bergeser kedudukannya, yang semula merupakan kebutuhan sekunder atau tersier saat ini berubah kedudukannya sebagai kebutuhan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader. Yeni Agustina

Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader. Yeni Agustina Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader Yeni Agustina 10101804 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah RFID (Radio Frequency Identification) adalah

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari biasanya akan ada kesulitan ketika mencari objek pada suatu area tertentu yang tertutup. Misalnya saat mencari anak di dalam mall yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang. tersebut pada tingkat prestasi tertentu (Barnes, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang. tersebut pada tingkat prestasi tertentu (Barnes, 2001). 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG IMPLEMETASI METODE WORK SAMPLIG GUA MEGUKUR PRODUKTIVITAS TEAGA KERJA DI CV.SIAR KROM SEMARAG Dwi urul Izzhati 1, Dhieka Anendra 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Dian uswantoro, Semarang 50131 E-mail :

Lebih terperinci

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV Transmisi Signal Wireless Pertemuan IV 1. Panjang Gelombang (Wavelength) Adalah jarak antar 1 ujung puncak gelombang dengan puncak lainnya secara horizontal. Gelombang adalah sinyal sinus. Sinyal ini awalnya

Lebih terperinci

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum Genap 2011/2012 1 WORK SAMPLING I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memperkenalkan kepada praktikan tentang metode sampling kerja sebagai alat yang efektif menentukan kelonggaran (allowance time) diperlukan

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA

PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA Taufiqur Rachman Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul, Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI INVENTORI BERBASISKAN RFID PADA PT. ABC

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI INVENTORI BERBASISKAN RFID PADA PT. ABC ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI INVENTORI BERBASISKAN RFID PADA PT. ABC Herwin; Richard Saputra Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III

Lebih terperinci

Pelacakan Posisi Tag RFID Menggunakan Algoritma Genetika

Pelacakan Posisi Tag RFID Menggunakan Algoritma Genetika Pelacakan Posisi Tag RFID Menggunakan Algoritma Genetika Ahmad Fali Oklilas Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia faliunsri@gmail.com Fachrur Rozi Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini antara lain : 1. Pada penjadwalan awal departemen machining mengalami keterlambatan sebanyak 11 item pada periode

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rumah sakit saat ini sebagai pusat pelayanan kesehatan sudah berkembang sangat pesat, terutama di kota-kota besar. Perkembangan rumah sakit ini belum diiringi

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kemajuan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya. Pengguna smartphone umumnya memiliki aplikasi untuk kebutuhan navigasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

Lebih terperinci

Identifikasi Menggunakan RFID

Identifikasi Menggunakan RFID Identifikasi Menggunakan RFID Radio Frequency Identification (RFID) adalah suatu metoda penyimpan dan mengambil kembali data melalui gelombang radio menggunakan suatu peralatan yang disebut RFID tags atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dalam penelitiannya (Nugroho, 2014) yaitu sistem absensi berbasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dalam penelitiannya (Nugroho, 2014) yaitu sistem absensi berbasis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penelitian tugas akhir ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Siherly Ardianta 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Jam Henti Mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL Jurusan Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Mengapa memahami dan memilih Tool Manajemen network begitu penting? antara pemakaian dan performa berbagai macam tool manajemen network dalam grafik ditunjukkan

Lebih terperinci

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan AGENDA ITEM 1.10 Latar Belakang Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN HARGA SATUAN SNI DAN HARGA SATUAN JADI DI KOTA MANADO

KAJIAN PENERAPAN HARGA SATUAN SNI DAN HARGA SATUAN JADI DI KOTA MANADO KAJIAN PENERAPAN HARGA SATUAN SNI DAN HARGA SATUAN JADI DI KOTA MANADO Yorristia Adelia Layzanda Robert J. M. Mandagi, Pingkan A. K. Pratasis Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci