MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 38/PUU-XI/2013

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 38/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 18 APRIL 2013

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 38/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit [Pasal 7 ayat (4), Pasal 17 ayat, Pasal 21, Pasal 25 ayat (5), Pasal 62, Pasal 63 ayat (2), serta Pasal 64 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Pimpinan Pusat persyarikatan Muhammadiyah ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 18 April 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Achmad Sodiki (Ketua) 2) Arif Hidayat (Anggota) 3) Hamdan Zoelva (Anggota) Mardian Wibowo Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Syafiq A. Mughni B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Syaiful Bahri 2. Ibnu Sina 3. Nur Ansari ii

4 1. KETUA: ACHMAD SODIKI Sidang Perkara Nomor 38/PUU-XI/2013 dengan acara Pemeriksaan Pendahuluan, dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Baik, assalamualaikum wr. wb., selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Saya persilakan kepada Pemohon untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu siapa yang hadir pada kesempatan ini? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Assalamualaikum wr. wb. 3. KETUA: ACHMAD SODIKI Waalaikumsalam wr. wb. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Selamat siang dan salam sejahtera. Kami Kuasa Hukum dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta di Majelis Hukum hadir para advokat, saya sendiri Syaiful Bahri, kemudian Ibnu Sina, Nur Ansari di belakang, dan di samping saya adalah Pemohon Prinsipal yang hadir adalah Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni, M.A. di samping saya, dan di belakang para Direktur-Direktur Rumah Sakit Islam Muhammadiyah se-indonesia dari Aceh hingga sampai ke DKI. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. 5. KETUA: ACHMAD SODIKI Baik, ini ada 22 Kuasa Hukum, ya? Ini hadir, siapa saja yang hadir ini? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Yang hadir saya sendiri, kemudian Nur Ansari di samping saya, di belakang saya Pak Sodikin. 7. KETUA: ACHMAD SODIKI SIDANG DIBUKA PUKUL WIB KETUK PALU 3X Tiga, ya? Ini yang lainnya enggak hadir? 1

5 8. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Yang lainnya ke tempat lain. 9. KETUA: ACHMAD SODIKI Baik, saya persilakan untuk memaparkan apa yang dimohonkan di dalam permohonan ini? Saya persilakan. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Terima kasih, Yang Mulia. Berkenaan dengan legal standing, saya tidak bacakan lagi. Kemudian, berkenaan dengan kewenangan Mahkamah konsisi Konstitusi juga tidak. Kami langsung pada halaman lima mengenai hak konstitusional Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Tahun 1945 dan yang dirugikan oleh berlakunya Undang- Undang Rumah Sakit. Pertama. Bahwa Pemohon sebagai warga negara mendapatkan jaminan perlindungan sebagai Bangsa Indonesia untuk melaksanakan hak dan kewajiban dalam mewujudkan kesejahteraan umum, sebagaimana dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, perlindungan melaksanakan hak dan kewajiban dalam mewujudkan kesejahteraan umum oleh negara melalui pemerintah, bunyi hak konstitusional yang diberikan tersebut adalah sebagai berikut. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bagian kedua. Bahwa ketentuan Pasal 7 ayat (4), Pasal 17, Pasal 25 ayat (5), Pasal 62, Pasal 63 ayat (2) dan (3), Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bertentangan dengan paragraf keempat dari Pembukaan Undang- Undang Dasar Tahun Tiga. Bahwa (suara tidak terdengar jelas) merupakan hak konstitusional Pemohon sebagai warga negara yang merupakan elemen dari Bangsa Indonesia untuk mendapatkan jaminan perlindungan dari negara, hal mana untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya mewujudkan kesejahteraan umum, mendapatkan jaminan kebebasan untuk berserikat dan berkumpul dari pemerintah dalam menjalankan hak dan kewajiban Pemohon, yaitu mengupayakan peningkatan kesejahteraan umum melalui pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, sehingga terwujud derajat kesehatan setinggi-tingginya yang diberikan oleh Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun Bahwa ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Rumah Sakit yang menyatakan, Rumah sakit yang didirikan oleh swasta, 2

6 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiataan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Rumah Sakit ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena mereduksi hak konstitusional Pemohon sebagai persyarikatan yang telah mempunyai status badan hukum yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku karena mewajibkan Pemohon membentuk badan hukum khusus untuk perumahsakitan, maka sama dengan halnya tidak mengakui hak bersyarikat dan berkumpulnya Pemohon dalam mewujudkan Persyarikatan Muhammadiyah yang ti yang telah diakui oleh negara sejak sebelum kemerdekaan sampai dengan kemerdekaan. 11. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, nomor 6 itu bisa dilewati. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Nomor 6 langsung, kemudian langsung pada nomor 7 (...) 13. KETUA: ACHMAD SODIKI Nomor KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Pasal 7 ayat (4) langsung. 15. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Kemudian Pasal 17 menyatakan, Rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan seterusnya, tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional rumah sakit bertentangan dengan Pasal 28 ayat (c), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun Sembilan. Bahwa Pemohon berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda di bawah kekuasaan Pemohon, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi Pemohon. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 28G ayat (1). 3

7 17. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya. 18. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Bahwa Ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Rumah Sakit menyatakan, Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan rumah sakit tidak memiliki izin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dipidana pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp5 miliar. Selanjutnya, Pasal 63 Undang-Undang Rumah Sakit dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan tiga kali dari pidana denda, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62. Selain pidana denda yang dimaksud dalam pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau pencabutan status badan hukum. 19. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Pasal 62, Pasal 63 penjelasannya tidak saya bacakan lagi. 21. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, baik. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Kemudian langsung kepada Pasal 7 ayat (4), Rumah sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana dimaksud yang di pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Kemudian Pasal 17 Undang-Undang Rumah Sakit menyatakan, Rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasionalnya. Resume-nya, alasannya saya tidak bacakan. Kemudian langsung kepada ketentuan Pasal 7 ayat (4), Pasal 17, Pasal 25 ayat (5), Pasal 62, Pasal 63 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Rumah Sakit bertentangan dengan Pasal 28I Undang-Undang Dasar 1945, selanjutnya dianggap dibacakan. 4

8 Kemudian, pelanggaran atas hak bebas dari diskriminatif tersebut tertuang dalam Ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Rumah Sakit menyatakan, Rumah sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Ketentuan Pasal 7 ayat (4) tersebut sangat diskriminatif, sebab rumah sakit yang didirikan oleh Pemohon merupakan badan hukum, tetapi diwajibkan untuk kembali mendirikan badan hukum yang kegiatan usahanya khusus hanya untuk bidang perumahsakitan. Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Rumah Sakit memberikan penegasan bahwa pemerintah dalam upaya mewujudkan dan memajukan kesejahteraan umum masih menggunakan sistem kelas. Ada kelas pemerintah, ada kelas swasta. Padahal dalam menyelenggarakan negara ini tidak dikenal kelas-kelas, tetapi semua elemen bangsa dan masyarakat mempunyai tujuan yang satu, yakni memajukan kesejahteraan umum dalam bidang khususnya pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat melalui rumah sakit-rumah sakit tanpa harus dibedakan milik pemerintah atau milik swasta. 23. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, saya kira langsung B, ya. 24. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI B. Kerugian dan potensi kerugian akibat hak konstitusional Pemohon yang dilanggar, Pemohon mengalami kerugian dan akan berpotensi merugi apabila pasal-pasal diajukan tidak dibatalkan. Alasannya adalah bahwa dengan negara tidak menjamin hak-hak konstitusional Pemohon untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negaranya melalui kepemilikan rumah sakit sebagai wujud amal usaha Muhammadiyah, berarti negara melepas tanggung jawabnya untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelayanan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan tertinggi yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Dua. Bahwa Pemohon telah mendirikan rumah sakit yang tersebar di beberapa provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah. 25. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya. 5

9 26. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Bahwa dengan berlakunya ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang- Undang Rumah Sakit, maka Pemohon diwajibkan untuk terlebih dahulu membentuk badan hukum yang khusus untuk mengelola rumah sakit, sedangkan identitas Pemohon sendiri sebagai pendiri dan pengelola rumah sakit tidak diakui, terbukti dengan tidak dikeluarkannya izin dari Departemen Kesehatan, kepada Pemohon dengan alasan entitas Pemohon sebagai badan hukum tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (4). Bahwa Pemohon sebelum mengajukan permohonan ini telah mendirikan rumah sakit di beberapa daerah, Rumah Sakit Muhammadiyah, di tempat lain nanti akan dibuktikan. 27. KETUA: ACHMAD SODIKI Ini ini ini anu... ini belum diisi, ya? 28. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Ya, belum diisi (...) 29. KETUA: ACHMAD SODIKI Atau (...) 30. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Majelis. Di dalam bukti nanti kami akan isi daftar buktinya, Pak Ketua 31. KETUA: ACHMAD SODIKI Ini sedang, akan, atau masih dalam proses? 32. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Ada yang sedang, yang masih, yang tidak dapat izin. 33. KETUA: ACHMAD SODIKI Oh, ini perlu nanti disempurnakan, ya? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Baik, Pak. 6

10 35. KETUA: ACHMAD SODIKI Baik, silakan duduk. 36. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Bahwa Pemohon... eh, namun Pemohon menemui hambatan, khususnya mengenai perizinan yang dibutuhkan, hal mana setelah diajukan permohonan izin, perpanjangan izin operasional tersebut ditolak oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan badan yang berkompeten, seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Dinas Tenaga Kerja, Badan Pengendalian Lingkungan, Lembaga Meteorologi Nasional Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Dinas Kebakaran dengan alasan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (4). Bahwa Pemohon akan menanggung beban pidana penjara, denda, dan sanksi administrasi sebagai pemilik dan keberlangsungan amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah yang keberadaannya tidak dijamin dan tidak diakui oleh negara, hanya karena tidak didirikan dalam badan hukum khusus kerumahsakitan. Tetapi diberikan sebagai amal usaha Muhammadiyah dalam bidang kesehatan, dimana Muhammadiyah sudah mempunyai status sebagai badan hukum sejak sebelum kemerdekaan sampai dengan kemerdekaan. Bahwa Pemohon diharuskan mengeluarkan biaya pendirian, termasuk di dalamnya biaya perizinan, administrasi, dan waktu akibat tidak diakui dan tidak dijaminnya keberadaan amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah yang dimiliki Pemohon oleh negara, khususnya pemerintah. Bahwa Pemohon akan mengalami kerugian materiil dan imateriil yang diakibatkan tidak diakui dan tidak dijaminnya keberadaan amal usaha rumah sakit yang dimiliki Pemohon. Dan sebagai masyarakat tidak dapat memperoleh pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar setiap warga negara karena adanya potensi konflik kepemilikan antara Pemohon dengan pengelola dan/atau pemilik Rumah Sakit Muhammadiyah yang status hukumnya harus disesuaikan dengan Undang-Undang Rumah Sakit, sebagai akibat kewajiban bahwa semua rumah sakit harus didirikan dalam bentuk hukum khusus kerumahsakitan. Bahwa akibat potensi konflik yang terjadi antara Pemohon, Muhammadiyah sebagai pemilik dengan pengelola sebagai akibat dari keharusan penyesuaian amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah yang dimiliki Pemohon, akan berdampak pada menurunnya kualitas pengelolaan Rumah Sakit Muhammadiyah dan menurunnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kepemilikan amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah yang dimiliki Pemohon merupakan wujud nasionalisme yang tidak boleh terkikis oleh kewajiban status hukum dan administrasi amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah harus menyesuaikan dengan Undang-Undang Rumah Sakit. 7

11 Bahwa kehadiran Undang-Undang Rumah Sakit menjadi pintu masuk liberalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan dengan derajat tertinggi yang menjadi hak konstitusional warga negara. Padahal secara konstitusional, khususnya dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, Pemohon sebagai warga negara berhak ikut serta dalam membantu negara untuk memajukan dan menyejahterakan hak masyarakat atau swasta secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara melalui kepemilikan dan pendirian Rumah Sakit Muhammadiyah yang merupakan amal usahanya di bidang kesehatan. Dengan membedakan dan menggunakan pendekatan kelas dalam pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan perlakuan dan jaminan berbeda antara pemilik dan milik swasta, berpotensi terjadi disintegrasi bangsa karena adanya diskriminasi sosial dan hukum dalam kebijakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh negara kepada rumah sakit yang dimiliki Muhammadiyah. Oleh karena Muhammadiyah merupakan bagian integral dari seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai kontribusi dalam sejarah kelahiran negara Republik Indonesia. Muhammadiyah merupakan elemen bangsa yang mempunyai kontribusi nyata dalam bidang pelayanan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia. Dengan tidak diakui dan tidak dijaminnya Muhammadiyah sebagai badan hukum yang berhak memiliki amal usaha rumah sakit, maka negara menempatkan dan menegaskan Muhammadiyah bukan sebagai persyarikatan, perkumpulan yang tidak sah. Oleh karenanya, tidak berhak untuk memiliki, mendirikan, dan mengelola amal usaha Rumah Sakit Muhammadiyah. Sehingga kehadiran Undang-Undang Rumah Sakit ini dapat pula menjadi pintu masuk terjadinya disintegrasi bangsa, ancaman terhadap Bhineka Tunggal Ika, ancaman terhadap nilai kesatuan, prinsip permusyawaratan dan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Bagian C, dampak dikabulkannya hak uji materi undang-undang ( ) 37. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, saya kira kita bisa baca ( ) 38. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Dianggap dibacakan. 39. KETUA: ACHMAD SODIKI Langsung petitum ya. 40. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Alasan-alasan Pemohon ( ) 8

12 41. KETUA: ACHMAD SODIKI Saya kira sudah itu. 42. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Sudah dianggap dibacakan. Demikian atas perhatian ( ) 43. KETUA: ACHMAD SODIKI Petitum saja coba ( ) 44. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Kemudian di dalam ( ) 45. KETUA: ACHMAD SODIKI Petitum ya, Pak, ya. 46. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Di dalam petitum, berdasarkan alasan-alasan, maka Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi agar memeriksa, dan mengadili, serta memutuskan permohonan a quo dengan amar putusan yang berbunyi sebagai berikut. 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (4), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 25 ayat (5), Pasal 62, Pasal 63 ayat (2) dan (3), Pasal 64 ayat (1), Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, khususnya paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (1), (2), dan (4), Pasal 28E ayat (1), (2), (4), dan (5), Undang-Undang Dasar Tahun Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (4), Pasal 17, Pasal 21, Pasal 25 ayat (5), Pasal 62, Pasal 63 ayat (2) dan (3), Pasal 64 ayat (1), Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153 adalah tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. 4. Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2003 tentang Rumah Sakit, Lembaran Negara Tahun 2009 Tahun Nomor 153 sepanjang mengenai frasa yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, 9

13 khususnya paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2), ayat (4), Pasal 28I ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Tahun Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 sepanjang mengenai frasa yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. 6. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Atau bilamana Hakim Mahkamah Konstitusi mempunyai keputusan lain, mohon putusan seadil-adilnya, ex aequo et bono. Terima kasih, Yang Mulia. 47. KETUA: ACHMAD SODIKI Baik, Saudara Pemohon. Pada prinsipnya, permohonan Saudara sudah bagus. Ada beberapa hal catatan saya, nanti juga Majelis akan memberi catatan. Karena Saudara menghadirkan Kuasa yang sampai 22, maka dalam formalitas permohonan ini yang menandatangani harus seluruhnya, bukan hanya Saudara Dr. Syaiful Bahri, S.H., M.H., tapi juga yang selebihnya ini harus ikut tanda tangan di sini, ya. Ini satu. Jadi, nanti di disempurnakan, ya? Yang kedua, kalau saya melihat petitum petitum angka 2, ini cukup Saudara katakan, Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (4), dan seterusnya itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, cukup itu saja ya, tidak ada khususnya. Karena yang khusus sudah Saudara sebut dalam pertimbangan di atas, ya? Ini bertentangan, selesai. Pasal 7 ayat (4) itu, apakah tidak sudah masuk dalam petitum 2, ya? Kalau itu dibatalkan kekhususannya, berarti yang tinggal hanya tetap Badan Hukum Muhammadiyah yang sekarang ada. Ini tolong nanti dipikirkan, ya, ini? Karena kalau ini apa sudah dibatalkan pada Pasal 7 ayat (4), tentunya ayat petitum nomor 4 itu tidak perlu lagi, tentunya ya? Karena dengan dibatalkannya kekhususan kegiatan yang usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan, lalu yang tinggal badan hukum yang sekarang juga masih ada dan dianggap sah, begitu ya? Saya kira itu. Ya, saya kira itu catatan kami. Barangkali Pak ada, Pak, silakan. 48. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Terima kasih. Memang di amar itu, tadi disampaikan oleh Ketua. Jadi harus dipastikan. Kalau yang poin 2 itu batal seluruhnya, Pasal 7 ayat (4) itu. Kalau di bawah itu conditional. Mana yang dipilih, apa conditional atau batal seluruhnya? Jadi, salah satunya saja dipilih. Apa 10

14 yang di poin 4 itu atau di poin 2? Tapi nanti untuk perbaikan, ndak usah dijawab sekarang, ya. Saya ingin sedikit mendalami ya masalah yang dihadapi Muhammadiyah ini. Kalau dilihat daftar rumah sakit, memang begitu banyak. Tentu banyak masalah teknis kalau mengikuti pasal peralihan, ini adalah pasal peralihan, ya. Harus menyesuaikan dalam waktu dua tahun dengan undang-undang yang baru. Tentu semuanya harus diurus ulang, ya. Harus berbadan hukum yang khusus dalam bidang perumahsakitan. Di samping masalah teknis seperti itu, apa masalah lain yang sangat krusial yang dihadapi jika mengikuti ini yang dihadapi oleh Muhammadiyah? Apakah spend of control-nya menjadi misalnya apakah itu, apa masalah yang sangat substansial, gitu? Misalnya kan bisa saja dalam rangka menyesuaikan dengan undang-undang ini, kalaupun masalah teknis tadi bisa diatasi, 100% sahamnya Muhammadiyah kan bisa spend of control menjadi menjadi ndak masalah, gitu. Atau ada ada masalah apa yang lain? Saya mau mendalami saja, apa yang dirasakan oleh Muhammadiyah? Ya, silakan. 49. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Terima kasih, Yang Mulia. Secara faktual, kerugian yang terjadi ini adalah pemerintah tidak akan memberikan bantu perizinan lagi bagi rumah sakit yang sudah dipersiapkan untuk dibangun di beberapa daerah. Kemudian, yang kedua, Rumah Sakit Muhammadiyah tidak mendapatkan bantuan-bantuan. Misalnya, dalam bentuk laboratorium, dalam bentuk alat-alat, dan sebagainya dikarenakan tidak sesuai, tidak mempunyai badan hukum khusus. Nah, badan hukum khusus ini yang menjadi kendala, itu yang nyata. Tetapi terhadap rumah sakit yang sekarang berlangsung, tidak ada satu pun tidak ada satu pun bentuk badan usaha yang khusus yang dibuat oleh Muhammadiyah karena Muhammadiyah tidak akan mungkin mempunyai ganda badan hukum. Nah, terhadap hal ini juga tidak ada tindakan dari pemerintah, tetapi fasilitas-fasilitas yang semestinya didapatkan, itu tidak didapatkan. Berarti ini adalah kerugian-kerugian yang nyata. Demikian, Majelis. 50. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Ini fasilitas-fasilitas itu karena karena Jadi intinya tidak diberikan fasilitas dan bantuan dari pemerintah kalau tidak menyesuaikan. Di samping masalah itu, ada tadi yang saya tanya tadi belum? Mungkin dari pengurus Muhammadiyah? Dari anu dari apa? 11

15 51. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi khusus di bidang rumah sakit. 52. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Ya. 53. PEMOHON: SYAFIQ A. MUGHNI Yang pertama, masyarakat telah memberikan banyak sekali wakaf dan amanah kepada Muhammadiyah untuk mengelola dan menjalankan amanah itu dalam bentuk rumah sakit, dan juga perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Maka kalau itu Muhammadiyah tidak diperbolehkan, berarti itu akan lepas dari tangan Muhammadiyah. Dan kemudian Muhammadiyah juga akan kehilangan sekian banyak asetnya karena seluruhnya sekarang ini menjadi aset atau milik dari Persyarikatan Muhammadiyah. 54. HAKIM ANGGOTA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Ketua. Yang pertama, saya akan lebih mendalami, apakah kerugian konstitusional ini hanya terjadi pada Rumah Sakit Muhammadiyah dan Persyarikatan Muhammadiyah? Kira-kira apakah ada yang semacam ini yang terjadi secara universal untuk karena pasal ini itu kerugian yang lain? Misalnya saya melihat rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh yayasan-yayasan yang mempunyai fungsi sosial. Misalnya, badan Kristen dan sebagainya, itu kan ada. Mereka, saya kira, juga akan mengalami kerugian yang sama dengan Muhammadiyah. Jadi kalau itu, kan sebetulnya tidak hanya di kerugian konstitusional yang dialami tidak hanya terjadi itu, tapi pasal ini memang merugikan secara konstitusional pada organisasi yang lain. Itu mungkin pertimbangan itu yang bisa dijadikan dimohon komentarnya. Kemudian batu ujinya. Kalau di sini di dalam permohonan hanya disebutkan Pasal 28. Apakah Pasal 34? Karena ada kecenderungan kemudian dengan Pasal 7 ini dan pasal-pasal yang mengikuti dari undang-undang ini, itu akan menjadikan bahwa rumah sakit yang didirikan oleh persyarikatan-persyarikatan yang sifatnya nonprofit, itu akan menjadi privatisasi, sehingga menjadi lembaga profit, fungsi sosialnya hilang. Nah, ini apakah tidak bisa dikaitkan batu ujinya dengan Pasal 34 ayat (3)? Itu penting sekali bisa dikaitkan dengan itu. Supaya ada yang apa namanya pendalaman yang bersifat komprehensif atas kerugian konstitusional dan apa namanya bertentangan secara konstitusionalitas dengan pasal-pasal di dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini. Saya kira itu, silakan dijawab. 12

16 55. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAHRI Terima kasih, Yang Mulia. Yang bagian kedua, kami akan masukkan di dalam perbaikan, kaitannya dengan Pasal 34 ayat (3) ini, Undang-Undang Dasar Terhadap rumah sakit-rumah sakit yang lain atas dasar pendirian-pendirian badan hukum yang lainnya, selama ini mereka telah melakukan diskusi-diskusi kepada kami dan sudah disampaikan beberapa yang swasta, tetapi mereka akan menunggu untuk masuk, apakah sebagai pihak terkait lainnya. Tetapi, memang khusus rumah sakit, badan hukumnya itu hanya satu yakni Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan atas staatblad tahun 18 sekian itu yang kemudian semua amal usaha-amal usaha, tidak hanya rumah sakit, tetapi juga pendidikan, sebagai amal ini mengacu kepada cantelan itu adalah badan hukumnya dan sudah disesuaikan terakhir pada tahun 2010 di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Kebanyakan, rumah sakit-rumah sakit yang lain didirikan atas badan hukum perseroan terbatas. Jadi tidak mereka adalah memang komersil dan itu yang berkembang dengan pesat, sehingga kami menduga adanya liberalisasi di bidang perumahsakitan ini melemahkan potensi rumah sakit yang sudah lama didirikan dan dimajukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah, khususnya. Sedangkan organisasiorganisasi yang lainnya, jarang sekali yang berbentuk yayasan, seperti (suara tidak terdengar jelas) ulama, gereja, dan lain-lain, mereka masih concern dan menyesuaikan dengan badan hukum-badan hukum komersil lainnya. Hingga saat ini kami tidak Pemohon tidak mempunyai badan hukum. Dan pernah terjadi polemik yang cukup panjang hingga sekarang, yakni Rumah Sakit Islam Jakarta yang sudah berpolemik dan sampai sekarang dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, sehingga Rumah Sakit Islam Jakarta bagian dari amal usaha persyarikatan. Demikian. 56. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, baiklah Saudara, saya kira cukup. Ini semua pandangan dari Majelis untuk bisa diapresiasi tentang perbaikan dari permohonan ini. Dan Saudara diberi waktu 14 hari sejak hari ini untuk bisa menyempurnakan permohonan Saudara dan Saudara akan menunggu sampai dengan adanya putusan dari Rapat Permusyawaratan Hakim, apakah permohonan Saudara ini akan dilanjutkan dengan sidang Pleno. Jadi, persiapkan saja ahlinya atau saksi-saksi yang diperlukan untuk mendukung dalil-dalil maupun alasan Saudara itu selengkap mungkin dan juga bukti-bukti surat supaya disusun dalam bentuk yang lebih tersistematisasi dengan daftar dan sebagainya, supaya nanti di dalam persidangan ini juga Saudara bisa disahkan. Dari apa yang saya dapati dalam persidangan ini, bukti-bukti sudah dilampirkan, tapi belum diberi semacam tanda-tanda tentang 13

17 ada tanda P-3 dan sebagainya, tapi di dalam hal ini belum sempurna datanya, ya. Jadi, ini supaya disempurnakan. Di dalam hal ini Saudara harus mengopi memang sesuai dengan ketentuan Mahkamah dari sumber yang asli. Jadi, cukup ya ini Saudara mengenai sidang pertama ini? Saudara akan menunggu dipanggil untuk sidang kedua. Dengan demikian, sidang saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 18 April 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 14