Optimasi Komposisi Bahan Makanan bagi Pasien Rawat Jalan Penyakit Jantung dengan Menggunakan Algoritme Particle Swarm Optimization (PSO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimasi Komposisi Bahan Makanan bagi Pasien Rawat Jalan Penyakit Jantung dengan Menggunakan Algoritme Particle Swarm Optimization (PSO)"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Vol. 1, No. 11, November 2017, hlm Optimasi Komposisi Bahan Makanan bagi Pasien Rawat Jalan Penyakit Jantung dengan Menggunakan Algoritme Particle Swarm Optimization (PSO) I Gusti Ayu Putri Diani 1, Imam Cholissodin 2, Suprapto 3 Program StudiTeknikInformatika, FakultasIlmuKomputer, UniversitasBrawijaya 1 dianiputri8@gmail.com, 2 imamcs@ub.ac.id, 3 spttif@ub.ac.id Abstrak Organ pada tubuh yang paling penting dan berfungsi sebagai pompa darah adalah jantung. Penyakit jantung dapat diderita semua orang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Sebagian besar kematian menurut laporan World Health Organization (WHO), disebabkan oleh penyakit jantung yang menyebabkan 17,7 juta kematian atau kurang lebih 45%. Bagi orang yang memiliki penyakit jantung, pengaturan pola makan juga sama pentingnya dengan orang yang tidak memiliki penyakit jantung agar dapat menjadi sehat kembali. Pada penelitian ini akan dilakukan pemberian bahan makanan untuk pasien penderita penyakit jantung yang sudah dapat pulang ke rumah atau pasien rawat jalan. Penelitian yang dilakukan adalah optimasi bahan makanan menggunakan algoritmeparticle swarm optimization dimana hasil yang akan ditampilkan oleh program ini adalah usia, berat badan, tinggi badan beserta bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien rawat jalan dengan harga yang seminimal mungkin dari setiap bahan makanannya. Algoritme ini terdiri dari tahap inisialisasi awal, perhitungan fitness, penentuan pbest dan gbest, perhitungan kecepatan dan posisi partikel. Hasil akhir dari penelitian ini, didapatkan bahwa parameter yang optimal diantaranya adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 sebesar 2, nilai C 2 sebesar 2 dan jumlah iterasi maksimum sebanyak 80. Hasil dari program dengan parameter tersebut menghasilkan menghasilkan rata-rata selisih data aktual dengan data dari program sebesar 4,67%.Selain itu dapat mengurangi biaya pengeluaran sampai dengan 14,68%. Kata kunci: optimasi, particle swarm optimization, bahan makanan, penyakit jantung, rawat jalan, diet jantung Abstract Heart is an organ which is very important in the body that pumps blood. Many people can suffered heart disease caused by unhealthy lifestyle. Most of the deaths, according to the report of the World Health Organization (WHO), caused by cardiovascular disease that cause 17.7 million or approximately 45%. For people who suffers with heart disease, take care of food consumption is important in order to be healthy again. This research will be conducted on the giving food ingredients for the patients who suffers cardiovascular disease whose can continue their treatment in their home.research conducted is optimizing the composition of the food ingredients for cardiovascular disease outpatient by using particle swarm optimization algorithm which the results will be displayed in the program is data such as age, weight, height, along with recommended of food ingredients and minimum price of each food ingredients.this algorithm consists stages of initialize particles, calculating fitness value, define pbest and gbest value, calculating velocity and position of particles. The results from this research, it is found that the optimal parameters are the number of particles are 40 particles, the value of ω max is 0,75, the value of ω min is 0,25, the value of C 1 is 2, the value of C 2 is 2 and the number of maximum iterations are 80 iterations. The results of the program using these parameters resulted in an average difference from actual patients data and the results from the program of 4,67%. Moreover, the result of this research can reduce expenses up to 14,68%. Keywords: optimization, particle swarm optimization, food ingredients, cardiovascular disease, outpatient cardiovascular disease, cardiac diet Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 1385

2 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer PENDAHULUAN Jantung adalah organ pada tubuh yang berfungsi sebagai pompa darah. Dengan denyutan pada jantung, jantung memompa darah yang membawa banyak oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh manusia termasuk pembuluh darah arteri koroner, serta darah membawa oksigen yang kurang akan menuju ke paru-paru untuk mengambil oksigen(soeharto, 2004). Di dalam jantung terdapat penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lainnya. Penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang banyak diderita oleh semua orang (Abdul, 2007). Menurut laporan tahun 2017 oleh World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, diperkirakan 40 juta kematian terjadi karena penyakit tidak menular atau Noncommunicable Diseases (NCD), setara dengan 70% dari jumlah seluruh kematian 56 juta secara global. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh penyakit tidak menular, salah satunya ialah penyakit jantung yang menyebabkan 17,7 juta kematian atau kurang lebih 45% dari semua kematian akibat penyakit tidak menular. Bagi orang yang menderita penyakit jantung, gaya hidup dan pola makan harus diperhatikan dengan serius. Sulitnya mengatur pola makan yang dikonsumsi dimana makanan harus memenuhi kebutuhan gizi penderita tanpa mengganggu dan memicu bertambah buruknya keadaan jantung. Bahan makanan yang diberikan bagi pasien harus dibatasi dengan bahan makanan yang dianjurkan, bahan makanan yang tidak dianjurkan dan cara mengolahnya. Pemberian bahan makanan dibagi berdasarkan tipe penyakit jantung yang diderita dan tingkat parahnya penyakit tersebut dimana kategori tersebut dibagi menjadi 4 macam tipe diet yaitu Diet Jantung 1, Diet Jantung 2, Diet Jantung 3 dan Diet Jantung 4 (Almatsier, 2004). Pada penelitian ini akan dilakukan pemberian bahan makanan untuk pasien penderita penyakit jantung yang termasuk ke dalam Diet Jantung 4 yaitu pasien yang sudah berangsur sehat atau rawat jalan tetapi masih belum diperbolehkan untuk makan makanan tertentu dan asupan makanan yang dimakan masih harus diawasi. Dipilihnya Diet Jantung 4 dikarenakan pada pemilihan komposisi bahan makanan, untuk penderita Diet Jantung 4 atau disebut juga pasien rawat jalan dapat bervariasi. Selain itu, pada salah satu rumah sakit, pasien penyakit jantung rawat jalan hanya diberikan berat bahan makanan dalam 1 hari dengan frekuensi makan sebanyak 3 kali. Sehingga agar mendapatkan bahan makanan yang sesuai dengan keadaan pasien, maka pasien harus kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan perhitungan kembali kebutuhan gizi yang dibutuhkansehingga diperlukan waktu dan biaya. Penelitian ini dibuat agar mempermudah dalam pemilihan bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menghasilkan bahan makanan yang bervariasi dengan harga yang seminimal mungkin tanpa perlu kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan daftar berat bahan makanan yang baru. Untuk permasalahan yang serupa dengan penentuan bahan makanan ini telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan algoritmeparticle swarm optimizationyaitu mengenai optimasi kebutuhan gizi dalam satu keluarga (Eliantara, Cholissodin, & Indriati, 2016), lalu dengan menggunakan algoritme genetika yaitu optimasi biaya untuk pemenuhan gizi (Pratiwi, Mahmudy, & Dewi, 2014) dan optimasi biaya untuk pemenuhan gizi pada manusia lanjut usia (Suci, Mahmudy, & Putri, 2015).Selain penentuan bahan makanan, algoritmeparticle swarm optimization telah digunakan oleh Mickael Tuegeh untuk penjadwalan pada sistem pengoperasian tenaga listrik pada tahun Penelitian ini yaitu optimasi komposisi bahan makanan bagi pasien rawat jalan penyakit jantung dilakukan dengan menggunakan algoritmeparticle swarm optimization akan menampikan hasil daftar bahan makanan beserta bahan makanan dan harga dari setiap bahan makanannya berdasarkan perhitungan kebutuhan gizi pasien dari data diri pasien seperti usia, berat badan dan tinggi badan. Komposisi bahan makanan yang dianjurkan agar dapat bervariasi selama 11 hari. Algoritmeparticle swarm optimizationyang digunakan dalam penelitian ini diperkenalkan pertama kali oleh Russel Eberhart dan James Kennedy pada tahun Algoritme ini terinspirasi berdasarkan kelakuan sosial dari binatang seperti sekelompok burung atau sekawanan ikan yang berenang bersama-sama dan memiliki banyak kemiripan dengan komputasi evolusi seperti algoritme genetika. Kelebihan dari algoritmeparticle swarm optimization ini adalah dalam hal perhitungan

3 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1387 dimana algoritme ini mempunyai konsep yang sederhana dibanding dengan teknik perhitungan lainnya(tuegeh, Soeprijanto, & P, 2009). 2. DASAR TEORI 2.1 Penyakit Jantung Jantung merupakan organ yang memompa darah ke seluruh tubuh. Penyakit jantung disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah pada jantung. Selain itu, suatu penelitian menyebutkan bahwa penyakit jantung dapat disebabkan oleh gen yang dapat mempengaruhi seseorang menderita penyakit jantung. Gen tersebut dapat diturunkan dari keluarga dengan riwayat penderita penyakit jantung (Yahya, 2010). 2.2 Diet Penyakit Jantung Diet penyakit jantung diberikan kepada pasien yang menderita penyakit jantung. Terdapat 4 jenis diet penyakit jantung diantaranya Diet Jantung 1 diberikan kepada pasien penyakit jantung akut yang sedang dalam tahap perawatan di rumah sakit, Diet Jantung 2 diberikan kepada pasien yang telah dapat mengatasi fase akut, Diet Jantung 3 merupakan perpindahan dari Diet Jantung 2 dimana kondisi pasien tidak terlalu berat, dan Diet Jantung 4 merupakan pemberian makan kepada pasien dengan keadaan ringan atau dapat dibilang bahwa pasien yang sedang menjalani Diet Jantung 4 adalah pasien rawat jalan. Pada penelitian ini, optimasi komposisi bahan makanan diberikan kepada pasien dengan Diet Jantung 4 atau pasien rawat jalan. Pasien rawat jalan dapat menerima asupan makanan dalam bentuk makanan biasa, berbeda dengan Diet Jantung 1 sampai dengan Diet Jantung 3 dimana pemberian makan masih dalam bentuk lunak atau cairan (Almatsier, 2004) Tujuan Diet Penyakit Jantung Tujuan diet penyakit jantung adalah (Almatsier, 2004): 1. Memberikan makanan yang cukup tanpa memberatkan kerja jantung. 2. Menurunkan berat badan bila berat badan orang tersebut terlalu gemuk. 3. Mencegah atau menghilangkan penumpukan garam atau air Bahan Makanan yang Dianjurkan 1. Sumber hidrat arang diantara lain nasi, nasi tim, bubur, roti gandum, makaroni, pasta, jagung, kentang, ubi, talas, havermut, sereal dan juga hidrat arang yang mengandung banyak serat. 2. Sumber protein hewani diantaranya adalah daging tanpa kulit, ayam tanpa kulit dan ikan. 3. Sumber protein nabati yaitu tempe, tahu, oncom dan kacang kacangan. 4. Sayuran seperti bayam, buncis, labu kuning, labu siam, wortel dan kacang panjang. 5. Buah buahan atau sari buah seperti jeruk, apel, pepaya, melon, jambu dan pisang. 6. Makanan yang direbus, dikukus, dipanggang atau dibakar atau makanan yang ditumis memakai minyak seperti minyak kacang, minyak kedelai, minyak jagung dan minyak sawit. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan, dapat diberikan tambahan berupa enteral atau pemberian nutrisi melalui saluran cerna, parenteral atau pemberian nutrisi melalui pembuluh darah atau suplemen gizi (Almatsier, 2004) Bahan Makanan yang Dihindari 1. Sumber protein hewani seperti daging berlemak, sosis, otak dan jeroan. 2. Asam lemak jenuh seperti minyak hewan dan mayones. 3. Minuman yang mengandung soda dan alkohol seperti arak, bir dan brem. 2.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi Kebutuhan gizi energi, karbohidrat, protein dan lemak didapat dari perhitungan Berat Badan Ideal (BBI), perhitungan kebutuhan energi, perhitungan basal atau energi yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat.parameter yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan gizi adalah berat badan, tinggi badan, usia, dan jenis kelamin pasien.perhitungan Berat Badan Ideal: BBI = (tb ) 90% Keterangan: BBI : Berat Badan Ideal tb : Tinggi Badan Perhitungan Kebutuhan Energi: (1)

4 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1388 Energi (2) = Basal FaktorAktivitas FaktorStress Keterangan: Faktor Aktivitas : 1,3 Faktor Stress : 1,1 Perhitungan untuk nilai basal, dibedakan untuk laki-laki dan perempuan. Berikut merupakan rumus perhitungan nilai basal: Laki laki = 30 kkal BB (3) Perempuan = 25 kkal BB (4) Perhitungan Gizi Lemak, Protein dan Karbohidrat: 25% Energi Lemak = 9 (5) Protein = 0,8 BBI (6) Karbohidrat Energi ((Lemak 4) + (Protein 9)) (7) = 4 2.4AlgoritmeParticle Swarm Optimization Algoritmeparticle swarm optimization dikategorikan ke dalam algoritmeswarm intelligence dan teknik optimasi ini berdasarkan populasi yang awalnya dikembangkan oleh Kennedy dan Eberhart pada tahun Hal ini didorong oleh kelakuan sosial sekelompok burung atau sekawanan ikan yang berenang bersama-sama (Sun, 2012). Particle Swarm Optimizationtermasuk algoritmemetaheuristic dan dapat diterapkan secara luas dalam memecahkan banyak masalah seperti permasalahan kombinatorial.algoritme ini diinisialisasikan dengan sebuah populasi dari partikel-partikel secara acak dan mencari posisi terbaik partikel tersebut dengan nilai fitness terbaik (Constantines, 2011).Berikut merupakan langkah-langkah dalam penerapan algoritmeparticle swarm optimization(nedjah, 2007): 1. Menginisialisasi populasi partikel dengan posisi dan velocity secara acak. 2. Untuk setiap partikel, hitung nilai fitnessnya. 3. Membandingkan nilai fitness tiap partikel dengan nilai fitness terbaik mereka, jika nilai fitnesssaat ini lebih baik daripada nilai fitness terbaik yang pernah ada, maka nilai fitness tersebut menjadi nilai fitness terbaik yang baru. 4. Mengidentifikasi partikel dengan nilai fitness terbaik dari semua populasi dan menetapkannya sebagai global g yang terbaik atau gbest. 5. Mengubah kecepatan dan posisi untuk masing masing partikel. 6. Ulangi kembali ke langkah ke dua, kondisi berhenti ketika jika spesifikasi yang dibutuhkan telah dicapai, atau sampai pada jumlah maksimum iterasi yang dilakukan. Kecepatan atau velocity v ijdan posisi x ijdari partikel ke-i dengan dimensi ke-j diperbarui dengan persamaan (Wang, 2010): v t+1 t i,j = ω v i,j (8) + c 1 rand1 i,j Pbest t t i,j x i,j + c 2 rand2 i,j Gbest t t i,j x i,j Keterangan: v ij :Kecepatan atau velocity dari partikel ke-i dimensi ke-j ω :Bobot inersia c i : Faktor yang mengontrol komponen sosial dan kognitif rand ij : 2 nilai acak antara 0 sampai 1 Pbest : Posisi dengan nilai fitness terbaik pada partikel ke-i Gbest : Nilai pbest terbaik dari seluruh populasi partikel t : Banyaknya iterasi x i,j t+1 = x t t+1 i,j + v i,j Keterangan: x ij (9) : Posisi dari partikel ke-i Bobot inersia atau ω dikenalkan pertama kali oleh Shi dan Eberhart pada tahun 1998 dan digunakan untuk membantu keseimbangan antar penelusuran global dan lokal dan menjadi parameter kontrol yang baik. ω = ωmax Dimana: ω max ω min Iter max Iter 2.5 Nilai Fitness ω max ωmin Iter Itermax : Bobot awal dan akhir : Jumlah maksimum iterasi : Jumlah iterasi yang ada (10) Perhitungan fitness digunakan untuk mengevaluasi hasil dari optimasi pada penelitian ini. Nilai fitness digunakan untuk menyatakan kualitas dan tujuan penelitian ini. Berikut merupakan rumus perhitungan nilai fitness:

5 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer fitness = ( penalti harga + variasi) (11) Keterangan: penalti : Nilai kandungan gizi yang melebihi atau kurang dari kebutuhan gizi pasien harga : Total harga pada komposisi bahan makanan dalam satu partikel variasi : Jumlah variasi bahan makanan dalam satu partikel 3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Perancangan penelitian ini menggunakan data daftar bahan makanan penukar, anjuran porsi makan, harga bahan makanan dan data pasien rawat jalan penyakit jantung. Inisialisasi awal partikel direpresentasikan dalam bilangan bulat acak dari 1 sampai 56. Lalu bilangan tersebut akan dilakukan perhitungan pencarian ke dalam indeks bahan makanan penukar. Data bahan makanan penukar berupa daftar bahan bahan makanan yang dibagi ke dalam 7 golongan yaitu sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sayuran, buah buahan dan gula, susu, dan minyak/lemak.daftar bahan makanan penukar memuatnama bahan makanan, Ukuran Rumah Tangga (URT), berat bahan makanan dan kandungan gizi setiap bahan makanan diantaranya adalah kalori, protein, lemak dan karbohidrat. Anjuran porsi makan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien yang dibagi menjadi beberapa kelompok usia sesuai dengan pedoman gizi seimbang yang nantinya akan dikalikan dengan ukuran berat bahan makanan menurut daftar bahan makanan penukar agar mendapatkan berat bahan makanan yang menyesuaikan kebutuhan gizi sesuai dengan usia pasien. Tahapan tahapan proses dari penelitian ini secara umumditunjukkan pada Gambar 1: 1. Memperoleh input data berupa data pasien rawat jalan penyakit jantung yang diantaranya adalah berat badan, tinggi badan, usia, dan jenis kelamin pasien. Untuk parameter yang digunakan oleh algoritmeparticle swarm optimizationmeliputi ω max, ω min, C 1, C 2, iterasi maksimal dengan nama variabel itermax, jumlah partikel, nilai batas atas angka permutasi dan jumlah hari. 2. Menginisialisasi populasi partikel awal swarm secara random. 3. Melakukan perulangan sebanyak itermax. 4. Menghitung nilai fitness dari setiap partikel. 5. Melakukan perhitungan kecepatan atau velocity setiap partikel dan menghitung posisi partikel yang nantinya akan digunakan untuk iterasi selanjutnya. 6. Menentukan nilai Pbest dan menentukan nilai Gbest dari Pbest dengan nilai fitness terbaik. Nilai fitness yang dibandingkan untuk menentukan nilai Pbest dan Gbest adalah dari nilai fitness dari posisi sebelum dengan hasil update posisi. 7. Kembali ke proses menghitung nilai fitness sampai seluruh iterasi mencapai maksimum. Gambar 1. Flowchart Proses Algoritme Particle Swarm Optimization (PSO) 4. PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada penelitian ini dilakukan pengujian

6 Rata - Rata Fitness Rata - Rata Waktu (detik) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1390 dengan 4 skenario pengujian, yaitu pengujian berdasarkan banyaknya partikel, pengujian berdasarkan nilai ω max dan nilai ω min, pengujian berdasarkan banyakya iterasi dan pengujian berdasarkan nilai batas atas angka permutasi. 4.1Pengujian Berdasarkan Banyaknya Partikel Uji coba berdasarkan banyaknya partikel dilakukan guna mengetahui hubungan banyaknya jumlah partikel dengan nilai fitness dimana jumlah partikel yang digunakan dalam uji coba ini dimulai dari 5 sampai dengan 50 dengan berkelipatan 5. Uji coba setiap jumlah partikel dilakukan sebanyak 10 kali dengan parameter yang ditentukan yaitu nilai ω max sebesar 0,9, nilai ω min sebesar 0,4, nilai C 1 dan C 2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari, jumlah iterasi sebanyak 50 dan batas atas angka permutasi yaitu 56. Pada Gambar 2 dipaparkan grafik hasil pengujian berdasarkan banyaknya partikel Hasil Pengujian Berdasarkan Banyak Partikel Banyak Partikel Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Partikel Hasil dari pengujian uji coba berdasarkan banyaknya partikel menghasilkan kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah partikel maka semakin bagus hasil rata-rata fitnesstersebut. Banyaknya partikel dapat mempengaruhi dalam pencarian solusi pada program ini sehingga semakin banyak partikel semakin banyak pula solusi yang didapatkan dan juga semakin bervariasi solusi solusi tersebut. Nilai fitness cenderung meningkat dengan banyaknya jumlah partikel. Tetapi tidak memungkinkan bahwa nilai fitness dengan menggunakan banyak partikel akan selalu lebih baik dikarenakan pada proses inisialisasi awal, partikel diinisialisasi secara acak. Jumlah iterasi juga mempengaruhi hasil optimasi. Lalu perlu dipertimbangkan juga karena waktu untuk menjalankan program semakin lama jika partikel yang digunakan semakin banyak. Banyaknya partikel yang digunakan berbeda beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil pengujian ini, dapat diambil nilai jumlah partikel sebanyak 40 dikarenakan rata rata fitness pada 40 partikel tidak jauh berbeda dengan 45 partikel. Lalu waktu saat menjalankan program pada jumlah partikel sebanyak 40 tidak terlalu lama seperti menjalankan program dengan banyaknya partikel sebanyak 50 sehingga penggunaan partikel sebanyak 40 dirasa cukup baik Rata - Rata Waktu Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Jumlah Partikel Jumlah Partikel Gambar 3. Grafik Hasil Rata Rata Waktu Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Partikel Gambar 3 merupakan rata rata waktu yang diperlukan pada saat melakukan pengujian berdasarkan banyaknya partikel. Dapat dilihat bahwa semakin banyak partikel yang digunakan semakin lama waktu saat menjalankan program. Rata rata waktu yang dibutuhkan pada saat mencapai jumlah partikel sebanyak 50 adalah sekitar 500 detik atau 8 menit. 4.2 Pengujian Berdasarkan Nilai ω max dan Nilai ω min Uji coba berdasarkan nilai ω max dan nilai ω min dilakukan guna mendapatkan nilai ω max dan ω min yang terbaik agar mendapatkan solusi yang paling optimal dimana nilai ω max dan nilai ω min yang digunakan dalam uji coba ini adalah kombinasi nilai dari 0,2 sampai dengan 1,15. Uji coba setiap jumlah partikel dilakukan sebanyak 10 kali dengan parameter yang ditentukan yaitu jumlah partikel sebanyak 40, nilai C 1 dan C 2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari, jumlah iterasi sebanyak 50 dan batas atas angka

7 Rata - Rata Fitness Rata - Rata Fitness Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1391 permutasi yaitu 56. Pada Gambar 4 dipaparkan grafik hasil pengujian berdasarkan nilai ω max dan nilai ω min Hasil Pengujian Berdasarkan Nilai ωmax dan Nilai ωmin banyaknya iterasi dengan nilai fitness dimana banyak iterasi yang digunakan dalam uji coba ini dimulai dari 10 sampai dengan dengan berkelipatan 10. Uji coba setiap banyaknya iterasi dilakukan sebanyak 10 kali dengan parameter yang ditentukan yaitu jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 dan C 2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari dan batas atas angka permutasi yaitu 56. Pada Gambar 5 dipaparkan grafik hasil pengujian berdasarkan banyaknya partikel ,20 ; 0,25 ; 0,30 ; 0,35 ; 0,4 ; 0,45 ; 0,50 ; 0,55 ; 0,60 ; 0,65 ; 0,70 0,75 0,80 0,85 0,9 0,95 1,0 1,05 1,10 1, Hasil Pengujian Berdasarkan Banyaknya Iterasi Nilai ωmax ; Nilai ωmin Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba Berdasarkan Nilai ω max dan Nilai ω min Hasil dari pengujian uji coba berdasarkan nilai ω max dan nilai ω minmenghasilkan kesimpulan bahwa nilai ω max dan nilai ω min dengan nilai fitness terbaik didapat ketika nilai ω max sebesar 0,75 dan nilai ω min sebesar 0,25. Nilai bobot inersia yang besar berguna untuk memperluas pencarian global atau eksplorasi. Sedangkan nilai bobot inersia yang kecil berguna untuk melakukan pencarian lokal. Pencarian lokal akan melakukan pencarian dalam satu area sebelum melakukan pencarian global ke area yang lain. Jika nilai bobot inersia besar, kecepatan partikel akan bertambah sehingga menyebabkan peluang pencarian lokal menjadi kecil. Partikel akan cenderung melakukan pencarian global ke area lain sehingga solusi yang optimal pada suatu area akan terlewati. Jika bobot inersia terlalu kecil maka kecepatan partikel akan berkurang dan mengurangi peluang untuk melakukan pencarian global. Agar dapat mengimbangi pencarian global dan pencarian lokal, maka dibutuhkan nilai bobot inersia yang seimbang. Pada penelitian ini, nilai ω max dan nilai ω minyang seimbang adalah dengan nilai ω max sebesar 0,75 dan nilai ω min sebesar 0,25. Nilai bobot inersia yang seimbang berbeda beda sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Perhitungan nilai ω dapat dilihat pada Persamaan Pengujian Berdasarkan Banyaknya Iterasi Uji coba berdasarkan banyaknya iterasi dilakukan guna mengetahui hubungan Banyak Iterasi Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Iterasi Hasil dari pengujian uji coba berdasarkan banyaknya iterasi menghasilkan kesimpulan bahwa semakin banyak iterasi maka semakin bagus hasil rata-rata fitness tersebut. Banyaknya iterasi dapat mempengaruhi dalam pencarian solusi pada program ini sehingga dapat mencari solusi secara menyeluruh. Semakin banyaknya iterasi yang dilakukan maka pencarian solusi menjadi optimal dikarenakan posisi partikel tidak banyak berubah dengan nilai solusi yang terbaik. Nilai fitness terbaik yang didapatkan pada iterasi ke- dapat menjadi nilai yang optimal seperti yang diharapkan pada penelitian. Karena pada nilai fitness, nilai yang paling berpengaruh adalah nilai variasi dimana jika nilai variasi semakin besar maka nilai fitness semakin baik dan hasil yang diharapkan oleh penelitian ini adalah agar bervariasinya bahan makanan dalam 11 hari. Hasil optimasi dari pengujian ini juga dipengaruhi oleh inisialisasi awal yang di inisialisasikan secara acak, sehingga pada saat proses inisialisasi awal posisi partikel sudah baik, maka proses pencarian menjadi kurang optimal dan memungkinkan mencapai nilai yang sama untuk iterasi selanjutnya. Pada pengujian

8 Rata - Rata Waktu (detik) Rata - Rata Fitness Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1392 ini, diambil iterasi sebanyak 80 dikarenakan nilai fitness pada iterasi ke-80 tidak terlalu jauh berbeda dengan iterasi ke-90 sampai dengan dimana rata rata fitness dimulai dari iterasi ke- 80 sudah baik yaitu sudah mencapai nilai. Selain itu, iterasi ke-80 tidak membutuhkan waktu yang lama pada saat menjalanakan program tidak selama seperti iterasi ke-90 dan ke-. Rata - Rata Waktu Uji Coba Berdasarkan Banyak Iterasi Hasil Pengujian Berdasarkan Nilai Batas Atas Angka Permutasi Banyak Iterasi Gambar 6. Grafik Hasil Rata Rata Waktu Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Iterasi Gambar 6 merupakan rata rata waktu yang diperlukan pada saat melakukan pengujian berdasarkan banyaknya iterasi. Dapat dilihat bahwa semakin banyak iterasi yang dilakukan bahwa semakin lama waktu saat menjalankan program. Rata rata waktu yang dibutuhkan pada saat mencapai jumlah iterasi sebanyak adalah sekitar lebih dari 500 detik atau lebih dari 8 menit. 4.4 Pengujian Berdasarkan Nilai Batas Atas Angka Permutasi Uji coba berdasarkan nilai batas atas angka permutasi dilakukan guna melihat hubungan nilai batas atas angka permutasi dengan nilai fitness dimana nilai batas atas angka permutasi yang digunakan dalam uji coba ini dimulai dari 56 sampai dengan 146 dengan berkelipatan 10. Uji coba setiap nilai batas atas angka permutasi dilakukan sebanyak 10 kali dengan parameter yang ditentukan yaitu jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 dan C 2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari dan jumlah iterasi sebanyak 80. Pada Gambar 7 dipaparkan grafik hasil pengujian berdasarkan banyaknya partikel. Nilai Batas Atas Angka Permutasi Gambar 7. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba Berdasarkan Nilai Batas Atas Angka Permutasi Hasil dari pengujian uji coba berdasarkan nilai batas atas angka permutasi dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar nilai angka permutasi yang digunakan, tidak menjamin mendapatkan rata rata fitnessterbaik. Hal ini disebabkan karena semakin besar angka yang digunakan dapat memiliki nilai yang lebih besar dari nilai jumlah bahan makanan terbesar yang ada pada daftar bahan makanan penukar yang ada. Ketika nilai batas atas angka permutasi menjadi lebih besar, pencarian nilai indeks bahan makanan akan menghasilkan nilai yang sama dalam rentang nilai batas atas yang berbeda. Rentang nilai yang dihasilkan oleh angka permutasi yang besar akan mengakibatkan hasil pada saat pencarian indeks bahan makanan menghasilkan bahan makanan yang sama sehingga bahan makanan menjadi tidak bervariasi. Pada hasil pengujian ini, didapatkan batas angka permutasi yang sesuai dengan penelitian ini dan memiliki nilai fitness terbaik pada angka sebesar Analisis Global Hasil Pengujian Berdasarkan hasil dari pengujian pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan parameter yang sudah dianggap optimal. Parameter yang telah dianggap optimal ini akan diuji kepada data pasien rawat jalan penyakit jantung. Parameter parameter yang digunakan adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 dan C 2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari, jumlah iterasi sebanyak 80 dan nilai batas atas angka permutasi adalah 96. Parameter yang telah dianggap optimal tersebut akan digunakan untuk pengujian

9 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1393 analisis global yaitu menguji dengan membandingkan hasil dari program menggunakan parameter tersebut dan data aktual pasien. Data aktual seorang pasien didapatkan dari wawancara dengan pasien penyakit jantung rawat jalan. Analisis global dari pengujian ini berguna untuk melihat apakah kebutuhan dari program dapat memenuhi kebutuhan pasien. Data yang digunakan adalah jumlah makanan yang dikonsumsi diantara lain jumlah makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, jumlah sayuran, jumlah buah buahan, minyak/lemak, susu dan biaya pengeluaran dalam sehari. Hasil wawancara menghasilkan bahwa pasien mengkonsumsi sumber karbohidrat sebanyak 3 kali dalam sehari, sumber protein hewani sebanyak 3 kali, sumber protein nabati sebanyak 2 kali, jumlah sayuran sebanyak 3 kali, jumlah buah buahan sebanyak 3 kali, minyak/lemak yang dikonsumsi sebanyak 2 kali, dan mengkonsumsi susu 1 kali sehari. Biaya pengeluaran sekitar Rp.50,000. Data kebutuhan gizi aktual pasien dengan hasil data rekomendasi dari program dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Gizi Pasien dan Hasil Kebutuhan Gizi dari Program Data Aktual Pasien Hasil Program Selisih Hasil Kalori (kkal) Karbohidrat Protein (gr) (gr) Lemak (gr) 2230,8 371,4 61,96 46,8 2236, ,9 56,6 Biaya Makan Rp Rp ,3-24,3 25,1-5, Berdasarkan Tabel 1 diatas, didapatkan selisih kalori dari data pasien dengan hasil dari program sebesar 5,3 atau 0,24%. Selisih karbohidrat sebesar -24,3 atau -7,0%. Selisih protein sebesar 25,1 atau 34,9%. Selisih lemak sebesar -5,36 atau -9,48%. Lalu selisih biaya makan sebesar Rp atau sekitar -14,68% dari pengeluaran aktual pasien sebesar kurang lebih Rp.50,000. Rata-rata selisih kebutuhan gizi pasien dengan hasil rekomendasi dari program sebesar 0,1833 atau 4,67%. Hasil program masih dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pada pengimplementasian algoritme particle swarm optimization (PSO) dengan permasalahan optimasi komposisi bahan makanan bagi pasien rawat jalan penyakit jantung ini dilakukan sesuai dengan cara kerja algoritme tersebut. Pada proses inisialisasi awal dari algoritmeparticle swarm optimization, penelitian ini menggunakan angka acak dimulai dari 1 sampai dengan 56. Selanjutnya angka acak tersebut akan dilakukan perhitungan pencarian nilai indeks bahan makanan sehingga nilainya sesuai dengan masing-masing bahan makanan yang digunakan. Pada proses perhitungan nilai fitness, dibutuhkan nilai selisih kandungan gizi dengan penalti, harga bahan makanan dan jumlah variasi. Setelah melakukan tahapan pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa parameter particle swarm optimization yang sesuai untuk penelitian ini adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 sebesar 2, nilai C 2 sebesar 2 dan jumlah iterasi maksimum sebanyak Hasil dari optimasi komposisi bahan makanan bagi pasien rawat jalan penyakit jantung dengan menggunakan algoritmeparticle swarm optimization dimana parameter yang digunakan adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ω max sebesar 0,75, nilai ω min sebesar 0,25, nilai C 1 sebesar 2, nilai C 2 sebesar 2 dan jumlah iterasi maksimum sebanyak 80. Solusi yang dihasilkan berdasarkan nilai penalti, harga dan variasi. Semakin kecil nilai penalti dan harga lalu semakin besar variasi bahan makanan dalam 11 hari, maka solusi yang dihasilkan semakin baik dan memenuhi standar pakar untuk pemberian makan bagi pasien rawat jalan penyakit jantung. Hasil data aktual pasien berdasarkan wawancara mendapatkan rata rata selisih sebesar 4,67% dimana hasil tersebut masih memenuhi kebutuhan gizi. Selain itu hasil dari program yang telah dibuat dapat mengurangi biaya pengeluaran sebanyak Rp Hasil rekomendasi

10 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1394 dari program didapat dari pembagian makan dengan frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam sehari. 6. DAFTAR PUSTAKA Abdul, Majid Penyakit Jantung Koroner, Pencegahan Dan Pengobatan Terkini. Medan. Almatsier, Sunita Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Constantines, Zoran Advances In Grid Computing. Intech. Eliantara, F., Cholissodin, I., & Indriati Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization Untuk Optimasi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Keluarga. Doro Jurnal, 26(8). Nedjah, Nadia Dkk Systems Engineering Using Swarm Particle Optimisation. New York: Nova Science Publishers. Inc. Pratiwi, M. I., Mahmudy, W. F., & Dewi, C Implementasi Algoritma Genetika Pada Optimasi Biaya Pemenuhan Kebutuhan Gizi. Doro Jurnal, 6(4). Shi, Y., & Eberhart, R. C Empirical Study of Particle Swarm Optimization.IEEE International Conference on Computational Intelligence and Cybernetics.6-9 Juli, Washington D.C, Amerika Serikat Soeharto, Iman Penyakit Jantung Koroner Dan Serangan Jantung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suci, W. W., Mahmudy, W. F., & Putri, R. R. (2015). Optimasi Biaya Pemenuhan Gizi dan Nutrisi pada Manusia Lanjut Usia Menggunakan Algoritma Genetika. S1. Universitas Brawijaya. Sun, Jun Dkk Particle Swarm Optimisation: Classical And Quantum Perspectives. Crc Press. Tuegeh, Maickel Dkk Optimal Generator Scheduling Based On Particle Swarm Optimization. Yogyakarta: Upn Veteran Yogyakarta.Seminar Nasional Informatika,1(1). Wang, H., Wu, Z., Zeng, S., Jiang, D., Liu, Y., Wang, J., et al. (2010). A Simple and Fast Particle. World Health Organization World Health Statistics 2017: Monitoring Health for the Sdgs, Sustainable Development Goals. Geneva: World Health Organization. Yahya, A. Fauzi Menaklukkan Pembunuh No.1:Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat Dan Cepat. Bandung: Pt Mizan Pustaka.

Penentuan Komposisi Pakan Ternak untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur dengan Biaya Minimum Menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO)

Penentuan Komposisi Pakan Ternak untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur dengan Biaya Minimum Menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1642-1651 http://j-ptiik.ub.ac.id Penentuan Komposisi Pakan Ternak untuk Memenuhi Kebutuhan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN Tedy Rismawan 1, Sri Kusumadewi 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia e-mail: 1

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAKSI RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Tedy Rismawan, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Penyusunan Bahan Makanan Keluarga Penderita Penyakit Hiperkolesterolemia Menggunakan Algoritme Genetika

Penyusunan Bahan Makanan Keluarga Penderita Penyakit Hiperkolesterolemia Menggunakan Algoritme Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2979-2986 http://j-ptiik.ub.ac.id Penyusunan Bahan Makanan Keluarga Penderita Penyakit Hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) untuk Optimasi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita

Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) untuk Optimasi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 248-964X Vol., No., November 207, hlm. 2-0 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO untuk Optimasi

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Optimasi Asupan Makanan Harian Ibu Hamil Penderita Hipertensi Menggunakan Algoritme Genetika

Optimasi Asupan Makanan Harian Ibu Hamil Penderita Hipertensi Menggunakan Algoritme Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 2892-2901 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Asupan Makanan Harian Ibu Hamil Penderita Hipertensi

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Banyak yang bilang bahwa penggunaan obat herbal diabetes jauh lebih aman daripada penggunaan obat kimia Menanggapi kutipan yang tertera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

Optimasi Komposisi Menu Makanan bagi Penderita Tekanan Darah Tinggi Menggunakan Algoritme Genetika Adaptif

Optimasi Komposisi Menu Makanan bagi Penderita Tekanan Darah Tinggi Menggunakan Algoritme Genetika Adaptif Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 2, No. 2, Februari 2018, hlm 515-522 e-issn: http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Komposisi Menu Makanan bagi Penderita Tekanan Darah Tinggi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Sistem Berjalan 3.1.1. Penyusunan Menu Makanan Dalam penyusunan menu makanan banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama jika menu makanan yang disusun untuk

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak BAB III PEMBAHASAN A. Perencanaan Menu Diet Diabetes Mellitus Diet DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diberikan dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gizi 2.1.1 Jenis-Jenis Zat Gizi Zat gizi dapat dibedakan menjadi dua kelompok sesuai kebutuhan, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah zata-zat makanan yang

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMPOSISI MAKANAN UNTUK ATLET ENDURANCE MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

OPTIMASI KOMPOSISI MAKANAN UNTUK ATLET ENDURANCE MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 2, Juni 2016, hlm. 103-109 OPTIMASI KOMPOSISI MAKANAN UNTUK ATLET ENDURANCE MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Zilfikri Yulfiandi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan pemilihan menu diet bagi penyandang Diabetes Mellitus dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

MENEMUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

MENEMUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION MENEMUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Oei,EdwinWicaksonoDarmawan, Suyanto Edward Antonius, Ir., M.Sc, Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit yang cukup mematikan karena jika salah penanganan dapat memunculkan beberapa risiko lain seperti hipoglikemia atau hiperglikemia. Hipoglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 menjelaskan bahwa gambaran masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara

Lebih terperinci

Optimasi Komposisi Pakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur dengan Biaya Minimum Menggunakan Improved Particle Swarm Optimization (IPSO)

Optimasi Komposisi Pakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur dengan Biaya Minimum Menggunakan Improved Particle Swarm Optimization (IPSO) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 1-10 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Komposisi Pakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, peran komputer semakin banyak di dalam kehidupan masyarakat. Hampir semua bidang kehidupan telah menggunakan komputer sebagai alat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 5, No. 1, Juni 2013 : 18-23 PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 OPTIMASI PENGATURAN MENU DAN TAKARAN ENERGI UNTUK PENDERITA JANTUNG MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI LEBAH BUATAN Oktriza Melfazen Jurusan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Memiliki diabetes bukan berarti Anda tidak boleh makan di luar. Jika Anda tertib dengan menu makanan dan makan secara

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

Optimasi Komposisi Makanan untuk Penderita Hipertensi Menggunakan Algoritma Genetika dan Simulated Annealing

Optimasi Komposisi Makanan untuk Penderita Hipertensi Menggunakan Algoritma Genetika dan Simulated Annealing Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 11, November 217, hlm. 1236-1243 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Komposisi Makanan untuk Penderita Hipertensi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI KELUARGA MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

OPTIMASI PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI KELUARGA MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION OPTIMASI PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI KELUARGA MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Felia Eliantara 1, Imam Cholissodin 2, Indriati 3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak bisa bertugas dengan baik. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN DIIT RENDAH PROTEIN PADA PASIEN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) Topik Sub Topik : Diit Rendah Protein : Pengertian tentang diit rendah protein, Tujuan diit rendah protein,

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi T. Bahri Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara I. Pendahuluan Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

Bab 1.Pengenalan MP ASI

Bab 1.Pengenalan MP ASI Bab 1.Pengenalan MP ASI Apa sih MPASI itu? MPASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping ASI. Pendamping ASI, jadi ASI tetap diberikan kepada bayi ya... Hal pertama yang harus kita ingat adalah usia bayi,

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT

PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL Nurul Muyasiroh 1, Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) dr. Maria Ulfa, MMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Bab ini mengenai analisis yang dilakukan sebelum membuat aplikasi kesehatan untuk menentukan menu diet dengan model What-If Analyisis serta tampilan sistem

Lebih terperinci

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa By Yetti Wira Citerawati SY TUJUAN PEMENUHAN GIZI MASA DEWASA usia ini masa yg penting untuk pendidikan dan pemeliharaan kesehatan mencegah tjdnya penyakit degeneratif dimasa usia lanjut nantinya. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Denyut jantung dan tekanan darah para pekerja sebelum melakukan bongkar muat termasuk ke dalam golongan yang normal, namun setelah melakukan bongkar muat terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi

Lebih terperinci

Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan Keluarga Menggunakan Algoritme Genetika

Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan Keluarga Menggunakan Algoritme Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 342-351 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes Konsumsi obat herbal untuk diabetes dari tahun ke tahun di Negara Indonesia terus meningkat, patut kita syukuri bahwa ini menandakan kepercayaan

Lebih terperinci

DATA RIWAYAT HIDUP. : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990

DATA RIWAYAT HIDUP. : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990 Lampiran 1 DATA RIWAYAT HIDUP Nama : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990 Agama : Islam Alamat : Jl. dr. Sumarsono No.19 Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pakar Cara Diet Berdasarkan Golongan Darah

Analisis Sistem Pakar Cara Diet Berdasarkan Golongan Darah Analisis Sistem Pakar Cara Diet Berdasarkan Golongan Darah Aldi Sudarto Nugraha, Iyan Sugianto, Tri Ferga Prasetyo Abstrak Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat, begitu pesatnya hingga muncul kecerdasan

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Sebelum membangun sebuah program perangkat lunak, dilakukan suatu analisa dan perancangan sistem yang akan diterapkan pada perangkat lunak tersebut. Sehingga pada

Lebih terperinci