Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. Abstract"

Transkripsi

1 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU Oleh: Endang Lastinawati Abstract This study aims to measure the level of farmer participation in the implementation of RADP program in the District OKU and to analyze differences in the level of participation of farmers based on certain factors in implementing the RADP program in the District OKU. The results showed the general level of farmer participation in the program in the District OKU being medium classified. Based on the study, no differences based on education level of participation of farmers, who had followed the training, and socialization programs. But the level of farmer participation differed according to social status of farmers, and activity RADP mentoring programs have been followed by farmers. Key words: Rural Agribusiness Development Program (RADP), farmer, participation PENDAHULUAN Kementerian Pertanian mulai tahun 8 telah melaksanakan PUAP di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP, diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Deptan, ). Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang menjadi sasaran pelaksanaan program PUAP. Beberapa kabupaten dan kota telah melaksanakan program ini sejak tahun 8, yaitu : Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang. Di Kabupaten OKU, program PUAP telah berjalan sejak tahun 8. Dari dua belas kecamatan yang ada di Kabupaten OKU, enam di antaranya terpilih sebagai lokasi sasaran program PUAP, yaitu: Kecamatan Baturaja Timur, Sosoh Buay Rayap, Lengkiti, Semidang Aji, Lubuk Batang dan Peninjauan. Sedangkan pada tahun 9, lima kecamatan terpilih sebagai lokasi sasaran program PUAP, yaitu Kecamatan Baturaja Barat, Lengkiti, Semidang Aji, Baturaja Timur, dan Lubuk Batang. Tetapi karena program tersebut baru dicanangkan pada tahun 8, sehingga belum dilakukan kajian komprehensif terhadap pengaruh program Dosen Tetap Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Univerisitas Baturaja 47

2 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh program PUAP terhadap pendapatan petani di Kabupaten OKU. Pelaksanaan program ini membutuhkan partisipasi petani dalam berbagai kegiatan yang diadakan, karena pada dasarnya petanilah yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program. Kegiatan tersebut antara lain meliputi: penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB), pelaksanaan kegiatan, hingga kegiatan pascapanen, sehingga keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan program sangat menentukan keberhasilan program tersebut. Keberlangsungan petani dalam mengikuti program PUAP sedikit banyak dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Sehingga diduga terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam mengikuti program PUAP. Melalui penelitian ini, diharapkan akan diketahui pengaruh pelaksanaan program tersebut serta kelemahan dan kendala yang dihadapi, sehingga program tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengukur tingkat partisipasi petani dan menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program PUAP di Kabupaten OKU. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga terkait, khususnya Dinas Pertanian dalam mengevaluasi implementasi program PUAP sehingga dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, sehingga program PUAP benar-benar memberikan pengaruh nyata dalam mewujudkan usaha pengentasan kemiskinan di pedesaan dan peningkatan kesejahteraan petani. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang direpresentasikan oleh dua lokasi pelaksanaan kegiatan, yaitu : Kelurahan Sepancar Lawang Kulon Kecamatan Baturaja Timur dan Desa Karang Endah Kecamatan Baturaja Barat. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan sejak bulan April sampai September. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk menjangkau fakta yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan wawancara langsung. Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penarikan sampel acak tak berimbang (disproportioned random sampling) dengan rincian sebagai berikut : Tabel. Metode Penarikan Sampel Kelurahan/Desa Populasi Sampel Persentase (%) Sepancar Lawang Kulon Karang Endah 7 8 9,8 5,9 Jumlah 8 5 4, Tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program PUAP, dilakukan dengan membandingkan antara skor capaian partisipasi dengan skor partisipasi ideal sesuai indikator partisipasi pada Tabel. Untuk mengukur tingkat partisipasi berdasarkan nilai skor partisipasi, digunakan rumus sebagai berikut: 48

3 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Di mana : X = persentase nilai skor partisipasi capaian terhadap nilai skor partisipasi ideal X i = jumlah skor partisipasi capaian pada masing-masing kegiatan PUAP N = jumlah skor partisipasi ideal pada masing-masing kegiatan PUAP Kisaran nilai skor dan interpretasi untuk tingkat partisipasi dibagi menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari perbandingan tersebut ditentukan tingkat partisipasi program PUAP dengan kriteria : < 33,3% = rendah 33,3%,% = sedang,% = tinggi Tabel. Nilai Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Kegiatan Program PUAP di Kabupaten OKU tahun Kegiatan Indikator Skor Pelatihan PUAP a. Tidak ikut b. Ikut sebagian c. Ikut seluruh kegiatan pelatihan PUAP Sosialisasi program PUAP Pendampingan Pengajuan RUA Penyusunan RUK Penyusunan RUB Penyaluran dana Penggunaan dana Pengembalian dana Penyusunan laporan a. Tidak ikut b. Ikut sebagian c. Ikut seluruh kegiatan sosialisasi PUAP a. Tidak ikut b. Ikut sebagian c. Ikut seluruh kegiatan pendampingan PUAP a. Tidak mengajukan RUA b. Mengajukan tetapi tidak menyusunnya sendiri c. Mengajukan dan menyusunnya sendiri a. Tidak ikut dalam penyusunan RUK b. Ikut menyusun RUK sebagian c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan RUK a. Tidak ikut dalam penyusunan RUB b. Ikut menyusun RUB sebagian c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan RUB a. Tidak ikut dalam proses penyaluran dana b. Ikut sebagian dalam proses penyaluran dana c. Ikut secara keseluruhan dalam proses penyaluran dana a. Tidak menggunakan dana b. Menggunakan dana tapi tidak sesuai dengan RUA c. Menggunakan dana sesuai RUA a. Tidak mengembalikan b. Mengembalikan tapi tidak sesuai kesepakatan c. Mengembalikan sesuai kesepakatan a. Tidak ikut menyusun laporan b. Ikut menyusun laporan sebagian c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan laporan 49

4 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Untuk menganalisis hubungan antara pendidikan petani, pelatihan yang pernah diikuti, sosialisasi program, kedudukan dalam strata sosial, dan kegiatan pendampingan terhadap tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU, digunakan analisis statistik non parametrik Chi-Square. Untuk menguji hipotesis: a) H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari tingkat pendidikan petani H a : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari tingkat pendidikan petani b) H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pelatihan yang pernah diikuti petani H a : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pelatihan yang pernah diikuti petani c) H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari sosialisasi program PUAP yang diikuti petani H a : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari sosialisasi program PUAP yang diikuti petani petani d) H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari status sosial petani H a : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari status sosial petani e) H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari kegiatan pendampingan PUAP yang diikuti petani H a : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari kegiatan pendampingan PUAP yang diikuti petani Menurut Syani (995), Chi-Square dihitung dengan rumus: Di mana : χ f f h = Chi-Square hitung = frekuensi hasil observasi = frekuensi harapan Kriteria pengujian: Jika χ hitung χ tabel maka H diterima Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antarvariabel, menurut Usman (), dapat diuji dengan rumus koefisien kontingensi sebagai berikut: Di mana : C = koefisien kontingensi χ = harga χ yang diperoleh 5

5 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Selanjutnya harga C tersebut dibandingkan dengan C max dengan rumus: Di mana m = dipilih nilai minimum antara banyak kolom dengan banyak baris. Jika tidak ingin menghitung C max, maka nilai C tersebut dapat langsung dibandingkan dengan tabel C. Jika nilai C < nilai C max atau C tabel, maka hubungan kedua variabel kurang kuat. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program PUAP Partisipasi petani dalam program PUAP merupakan gambaran keikutsertaan petani dalam hubungannya dalam pelaksanaan program PUAP yang diukur berdasarkan beberapa indikator. Berdasarkan analisis terhadap skor partisipasi petani, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Tingkat Partisipasi Petani Contoh (n = 5) Dalam Program PUAP di Kabupaten OKU Tahun No. Pelaksanaan Kegiatan Sebaran Jawaban Petani Skor Ideal Capaian (%) Ket. Pelatihan bagi petani/ pengurus Gapoktan 48 4 Rendah. Sosialisasi program Sedang 3. Pendampingan 3 45 Sedang 4. Pengajuan RUA Tinggi 5. Penyusunan RUK 34 3 Rendah. Penyusunan RUB 45 5 Rendah 7. Penyaluran dana Rendah 8. Penggunaan dana Tinggi 9. Pengembalian dana 5 Tinggi. Penyusunan laporan 34 3 Rendah Tingkat partisipasi 48,3 Sedang Berdasarkan data pada Tabel 3, terlihat bahwa secara umum, tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program PUAP tergolong sedang. Tetapi jika dipilih beberapa kegiatan yang pelakunya adalah petani secara umum (bukan pengurus Poktan/Gapoktan), maka tingkat partisipasi petani tergolong tinggi (75%). Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: sosialisasi program, pendampingan, pengajuan RUA, penggunaan dana, dan pengembalian dana. Jika dianalisis secara keseluruhan dari semua kegiatan pada Tabel 3. ada beberapa kegiatan yang rendah tingkat partisipasinya, yaitu partisipasi dalam pelatihan, partisipasi 5

6 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X dalam penyusunan RUK dan RUB, serta penyaluran dana dan penyusunan laporan. Hal ini disebabkan semua kegiatan tersebut memang masih terbatas dilaksanakan oleh pengurus Poktan maupun Gapoktan saja. Seperti kegiatan pelatihan, Dinas Pertanian sebagai penyelenggara pelatihan PUAP memang telah menetapkan bahwa yang ikut pelatihan PUAP hanya dua orang saja dari setiap desa penerima PUAP, yaitu Ketua Gapoktan dan Bendahara Gapoktan, sehingga menutup peluang bagi petani lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan. Demikian juga dalam penentuan jenis kegiatan yang meliputi penyusunan RUK dan RUB, memang hanya dilakukan oleh pengurus Poktan dan Gapoktan didampingi penyuluh pendamping. Partisipasi petani hanya pada penyusunan dan pengajuan RUA saja, selanjutnya mereka hanya menunggu sampai dana dapat dicairkan. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan penyaluran dana dan penyusunan laporan, hanya pengurus Poktan dan Gapoktan saja yang terlibat. Tingkat partisipasi petani dalam program PUAP tergolong sedang, yaitu pada kegiatan sosialisasi program dan pendampingan. Dalam kedua kegiatan ini, petani rata-rata ikut serta ketika diadakan sosialisasi program PUAP. Begitu juga dalam kegiatan pendampingan yang dilakukan penyuluh pendamping, petani sudah berpartisipasi meskipun tidak selalu aktif. Sedangkan untuk kegiatan pengajuan RUA, penggunaan dana, dan pengembalian dana, tingkat partisipasi petani tergolong tinggi. Rata-rata semua petani menyusun sendiri RUA yang akan mereka ajukan, meskipun masih ada beberapa orang yang belum mandiri, sehingga harus dibantu oleh orang lain atau Ketua Gapoktannya untuk menyusun RUA. Begitu juga dengan penggunaan dana, rata-rata petani memperoleh dana sesuai pengajuan dalam RUA, tetapi salah satu hal yang sulit adalah melakukan pengawasan dalam penggunaan dana tersebut. Karena tidak ada pengawasan terhadap penggunaan dana, apakah benar-benar digunakan petani sesuai usaha produktif yang diajukan atau tidak, sepanjang petani lancar mengembalikan pinjaman dana ke kas Gapoktan. Hal ini tentu perlu dievaluasi untuk mengurangi penyimpangan demi keberlangsungan program selanjutnya. Faktor-faktor Penentu Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan Program PUAP Perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi: pendidikan petani, pelatihan yang pernah diikuti, sosialisasi program, status sosial, dan kegiatan pendampingan. Untuk menganalisis perbedaaan tingkat partisipasi tersebut digunakan analisis Chi-square dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Analisis Chi-square Tingkat Partisipasi Petani Berdasarkan Pendidikan Petani, Pelatihan yang Pernah Diikuti, Sosialisasi Program, Status Sosial dan Kegiatan Pendampingan PUAP di Kabupaten OKU Variabel Penentu Partisipasi Chi-square hitung Perbedaan Partisipasi Pendidikan petani Pelatihan yang pernah diikuti Sosialisasi program PUAP Status sosial Pendampingan PUAP,74,745,87 3,* 8,89* Tidak berbeda Tidak berbeda Tidak berbeda Berbeda Berbeda Keterangan : *α (,5, ) = 5,99 5

7 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X. Pendidikan Petani Pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh petani contoh. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu program. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan tingkat pemikiran pun akan semakin maju, sehingga akan lebih mudah menerima dan melaksanakan suatu program baru. Berdasarkan penelitian di Kabupaten OKU, persentase terbanyak dari tingkat pendidikan petani di Kabupaten OKU adalah SD (38%), dan berturut-turut diikuti oleh tingkat pendidikan SMU (3%), SMP (%), dan masingmasing % yang berpendidikan Diploma dan S. Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa rata-rata petani contoh di Kabupaten OKU telah mengenyam pendidikan hingga tingkat menengah. Hal ini tentu merupakan suatu potensi yang dapat menunjang pelaksanaan suatu program, dengan harapan makin tinggi tingkat pendidikan, makin terbuka wawasan, maka tingkat partisipasi dalam pelaksaan program juga makin meningkat. Jika dikelompokkan berdasarkan tingkat partisipasi dan pendidikan petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5. Pengelompokan Petani berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Pendidikan Tingkat Partisipasi Pendidikan Petani SMP ke bawah SMA ke atas Jumlah Rendah Sedang Tinggi Jumlah Setelah dilakukan uji chi-square untuk melihat ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi berdasarkan data pada Tabel 5, ternyata nilai chi-square hitung lebih kecil daripada nilai chi-square tabel, sehingga H diterima. Artinya di Kabupaten OKU, tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan. Kondisi tersebut dapat dijelaskan, karena pada dasarnya setiap petani yang tergabung dalam Poktan dan bersatu dalam Gapoktan akan secara otomatis ikut dalam program PUAP. Hanya saja, ada yang mau memanfaatkan fasilitas PUAP, ada yang tidak. Di Kelurahan Sepancar Lawang Kulon, pada mulanya banyak petani yang masih beranggapan bahwa program tersebut hanya untuk segelintir orang saja, akibat kentalnya budaya nepotisme yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tetapi bisa juga disebabkan karena ketika dana BLM turun, mereka sedang tidak memerlukan bantuan modal tersebut, sehingga mereka tidak mengajukan Rancangan Usaha Anggota. Demikian juga di Desa Karang Endah. Semua anggota Poktan yang bersatu dalam Gapoktan secara otomatis ikut serta dalam program PUAP. Apalagi hanya terdapat empat Poktan di Desa Karang Endah, sehingga semuanya bisa mengikuti program PUAP, apapun latar belakang pendidikannya. Jika mereka tidak mengajukan Rancangan Usaha Anggota, lebih disebabkan karena mereka belum memerlukan bantuan modal pada musim tanam yang sedang berlangsung. 53

8 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X. Pelatihan yang Pernah Diikuti Pelatihan yang pernah diikuti petani diharapkan dapat menambah wawasan petani. Sehingga, semakin sering petani mengikuti pelatihan, pemikiran mereka pun akan semakin terbuka, terutama dalam menerima program-program dan teknologi baru. Pengelompokan petani contoh berdasarkan tingkat partisipasi dan pelatihan yang pernah diikuti dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Pengelompokan Petani Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Pelatihan yang Pernah Diikuti Tingkat Partisipasi Pelatihan yang pernah diikuti Tidak Pernah Pernah Jumlah Rendah Sedang Tinggi Jumlah 34 5 Hasil analisis berdasarkan data pada Tabel, diperoleh nilai Chi-square hitung yang lebih kecil jika dibandingkan nilai Chi-square tabel, sehingga H diterima. Artinya di Kabupaten OKU tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pernah tidaknya petani mengikuti pelatihan. Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh penyuluh pendamping, bahwa petani, khususnya di Kelurahan Sepancar Lawang Kulon memiliki kepercayaan yang rendah terhadap program PUAP, akibat budaya nepotisme yang selama ini sering terjadi. Menurut petani, setiap ada program baru bagi petani, maka yang bisa menikmati program tersebut hanya segelintir orang saja. Sementara petani lainnya tidak pernah diberi kesempatan untuk memanfaatkan program tersebut. Atau adanya kenyataan bahwa program-program yang selama ini dibuat Pemerintah kurang tepat sasaran dan jarang terlihat realisasinya. Kondisi tersebut juga terjadi pada awal masuknya program PUAP. Meskipun akhirnya melalui beberapa proses sosialisasi dan kegiatan pendampingan, wacana tersebut sedikit-sedikit dapat diluruskan melalui peran penyuluh pendamping PUAP. 3. Sosialisasi Program Sosialisasi program merupakan kegiatan penyampaian informasi kepada petani untuk memperkenalkan program PUAP. Pengelompokan petani contoh berdasarkan tingkat partisipasi dan sosialisasi program PUAP yang pernah diikuti dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengelompokan Petani Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Sosialisasi Program PUAP Tingkat partisipasi Sosialisasi PUAP Tidak pernah ikut Pernah ikut Jumlah Rendah Sedang Tinggi 5 Jumlah

9 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Berdasarkan data pada Tabel 7, di Kabupaten OKU tidak ada perbedaan tingkat partisipasi jika dilihat dari pernah tidaknya petani mengikuti sosialisasi program PUAP. Hal ini dinyatakan oleh nilai Chi-square hitung yang lebih kecil jika dibandingkan nilai Chisquare tabel, sehingga H diterima. Ikut tidaknya petani dalam kegiatan sosialisasi, tetap saja secara otomatis mereka menjadi peserta program PUAP. 4. Status Sosial Status sosial adalah kedudukan petani contoh dilihat dari jabatan yang dilekatkan padanya, baik dalam masyarakat maupun dalam kelompok. Pengelompokan petani berdasarkan tingkat partisipasi dan status sosial dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengelompokan Petani Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Status Sosial Status Sosial Petani Tingkat Partisipasi Tidak Menyandang Jumlah Menyandang Status Sosial Status Sosial Rendah Sedang Tinggi Jumlah 9 5 Berdasarkan data pada Tabel 8, di Kabupaten OKU, nilai Chi-square hitung tingkat partisipasi terhadap status sosial petani lebih besar daripada nilai Chi-square tabel. Artinya, memang terdapat perbedaan tingkat partisipasi berdasarkan perbedaan status sosial petani. Petani yang memiliki status sosial cenderung lebih memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam program dibandingkan petani biasa yang kurang menonjol perannya baik di masyarakat maupun dalam kelompok. Tingkat keeratan hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien kontingensi sebesar,4. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai koefisien kontingensi maksimum (C max ) atau C tabel, yaitu,77. Artinya, hubungan antara tingkat partisipasi dengan status sosial petani masih kurang kuat walaupun menentukan tingkat partisipasi. 5. Pendampingan PUAP Dalam penelitian ini, yang dimaksud kegiatan pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh pendamping yang ditunjuk, untuk mendampingi Gapoktan, Poktan, maupun petani secara individu selama pelaksanaan program PUAP. Kegiatan pendampingan dilakukan melalui kunjungan dan pertemuan rutin dengan petani sesuai jadwal yang telah disepakati bersama Poktan/Gapoktan. Dengan adanya kegiatan pendampingan, maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani dalam melaksanakan program PUAP, karena petani dapat saling bertukar pikiran dengan penyuluh pendamping tentang berbagai permasalahan baik yang menyangkut program 55

10 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X PUAP maupun masalah-masalah teknis yang mereka hadapi dalam menjalankan usaha produktifnya. Idealnya, penyuluh pendamping melakukan kunjungan ke kelompok tani minimal empat kali seminggu dan kunjungan ke Gapoktan minimal satu kali dalam seminggu. Tetapi pada kenyataannya ketentuan tersebut tidak mudah dilakukan, apalagi tidak ada insentif khusus bagi penyuluh pendamping untuk melakukan kegiatan tersebut, hanya mengandalkan kesukarelaan dan kesadaran terhadap kewajiban semata. Di Kabupaten OKU, kegiatan pendampingan dapat dikatakan berjalan cukup baik, mengingat kurangnya berbagai fasilitas tersebut. Penyuluh pendamping sudah cukup melaksanakan tugas pendampingannya dengan baik, meskipun belum memenuhi kondisi ideal seperti yang tercantum pada Petunjuk Pelaksanaan Program PUAP. Pengelompokan petani berdasarkan tingkat partisipasi dan pendampingan petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengelompokan Petani Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Pendampingan Petani dalam Program PUAP Tingkat Partisipasi Pendampingan PUAP Tidak pernah ikut Pernah ikut Jumlah Rendah Sedang Tinggi Jumlah 34 5 Data pada Tabel 9 menghasilkan nilai Chi-square hitung yang lebih besar daripada nilai Chi-square tabel. Artinya, memang terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pernah tidaknya petani mengikuti kegiatan pendampingan program PUAP di Kabupaten OKU. Erat tidaknya hubungan antara tingkat partisipasi dengan kegiatan pendampingan PUAP ditunjukkan oleh nilai koefisien kontingensi (C) sebesar,389. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai koefisiensi maksimum (C max ) atau C tabel sebesar,77. Artinya hubungan antara kedua variabel tersebut kurang kuat, meskipun menentukan tingkat partisipasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:. Tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan PUAP di Kabupaten OKU, termasuk dalam klasifikasi sedang (48,3%).. Terdapat perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU berdasarkan status sosial petani, dan kegiatan pendampingan yang pernah diikuti petani. Sedangkan tingkat partisipasi petani tidak berbeda berdasarkan pendidikan petani, pelatihan yang pernah diikuti, dan sosialisasi program. 5

11 AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: X Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:. Perlu usaha pembinaan yang kontinyu untuk terus meningkatkan kualitas petani maupun penguatan kelembagaan petani (Gapoktan) agar lebih mandiri dan berdaya terutama untuk menentukan dan mengelola usaha produktif yang benar-benar sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan petani sehingga BLM PUAP dapat dimanfaatkan secara optimal.. Perlu dilakukan monitoring, dan evaluasi dari tim teknis PUAP secara kontinyu, agar tidak terjadi penyimpangan dalam program PUAP, sehingga program tersebut tidak menjadi program instan tetapi dapat berkelanjutan dan tercapai tujuan program. 3. Perlunya perhatian khusus terhadap kesejahteraan penyuluh pendamping, karena minimnya fasilitas yang diberikan, sehingga dapat mempengaruhi kinerja pendamping di lapangan yang berimbas pada tidak tercapainya keberhasilan program yang diharapkan. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi program PUAP. DAFTAR PUSTAKA Syani, Abdul Pengantar Metode Statistik Nonparametrik. Jakarta: Pustaka Jaya Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara Diakses April. 57

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM BLM PUAP DI GAPOKTAN TRI LESTARI, KAMPUNG TRI TUNGGAL JAYA, KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN TULANG BAWANG Hendra Saputra 1) dan Jamhari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29/05/16/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sumatera Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN DINAMIKA GAPOKTAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

HUBUNGAN DINAMIKA GAPOKTAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2013 Vol. 2 No.2 Hal : 93-97 ISSN 2302-6308 Available online at: http://umbidharma.org/jipp HUBUNGAN DINAMIKA GAPOKTAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu: PERKEMBANGAN IPM Angka IPM Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi karena nilai percepatan capaian (reduksi shortfall) setiap tahunnya kecil maka pada tahun 2011 peringkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 39/07/16/Th.XVII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sumatera Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2015 terus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU A. PROFIL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH KOTA BATURAJA. Lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah Kota Baturaja Kabupaten

BAB II DESKRIPSI WILAYAH KOTA BATURAJA. Lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah Kota Baturaja Kabupaten BAB II DESKRIPSI WILAYAH KOTA BATURAJA A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah Kota Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu. B. Sejarah Singkat Kota Baturaja Nama Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selama ini sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian UISU, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA KABUPATEN KARO (Studi Kasus : Desa Serdang dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo) Syafrizal Barus*), Meneth

Lebih terperinci

Guna mendukung pembangunan perikanan di Kabupaten OKU Timur dan secara umum pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi

Guna mendukung pembangunan perikanan di Kabupaten OKU Timur dan secara umum pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi 2016/09/08 09:03 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan PENYULUH PERIKANAN BANTU (PPB) KABUPATEN OKU TIMUR TURUT DAMPINGI TIM MONEV TERPADU KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 www.pusluh.kkp.go.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK

KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Fasilitasi Integrasi Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota. 2. Pengembangan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Populasi dan Contoh

METODE PENELITIAN Populasi dan Contoh 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Contoh Obyek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah petani peserta kemitraan dalam pembangunan hutan rakyat pola kemitraan dengan PT. Xylo Indah Pratama

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (tempat asal) menuju tempat sekolah (tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KUMKM TAHUN 2018 DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI SUMATERA SELATAN

RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KUMKM TAHUN 2018 DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI SUMATERA SELATAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KUMKM TAHUN 2018 DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu A. Sejarah Singkat Kabupaten Ogan Komering Ulu Penulusuran sejarah oleh tim diantara nya dilakukan oleh instansi yang

Lebih terperinci

SDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21

SDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21 2 SDM Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S2 10 2 S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21 Jumlah 170 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan No Jabatan Jumlah 1 Struktural 10 2 Jabatan Fungsional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE 2009-2011 Gomgom Arthur Simamora / 26209168 Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

Murdani. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang

Murdani. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang - Murdani, Dampak Diklat PUAP (Pengembangan Agribisnis Perdesaan) 89 DAMPAK DIKLAT PUAP (PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISIS PERDESAAN) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI, PERKEMBANGAN MODAL USAHA, DAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 16 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RGS Mitra 1 of 16 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RGS Mitra 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.15/02/16/Th. XVII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU KODE: 26/1801.019/012/RDHP/2013 PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU PENELITI UTAMA Dr. Wahyu Wibawa, MP. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 21 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan selain provinsi tersebut adalah target sasaran wilayah program Pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 79 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT Kuesioner ini dibuat dalam rangka penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP. 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaa (PUAP) tahun 2010 ini dapat tersusun

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL BAB V PERBANDINGAN REGIONAL 47 Analisis perbandingan PDRB Kabupaten Empat Lawang dengan kabupaten/ kota lain yang ada di wilayah Sumatera Selatan ini difokuskan dengan menggunakan teknik analisis Tipologi

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan Keenam (Semester I) tahun 2008 yaitu bulan Juni 2008 laporan rekapitulasi pelayanan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Siti Abir Wulandari Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Email : abir_wulandari@yahoo.com

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : MARTIANA LAIA 070309004 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Laporan Pencapaian Pelaksanaan Program dan Anggaran sampai dengan bulan DESEMBER tahun 2012

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Misnaniarti, SKM, MKM UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Halaman: 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran

Lebih terperinci

07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN

07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN 07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN 82 Kecamatan Tanpa bahan organik Dengan 5 ton jerami/ha Dengan 2 ton pupuk kandang/ha

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu

Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Rosnaliza Testiana dan Dinda Dwi Arini Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS

KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS Syikhristani, Rosnita dan Shorea Khaswarina (syikhristani@yahoo.com 0813 6413 7471)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan Februari tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun

Lebih terperinci

Rahmat Kurniawan Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Rahmat Kurniawan Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK SOCIETA III - : 75 8, Desember 04 ISSN 30-480 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI SAWIT ANGGOTA KUD MUKTI JAYA DI KECAMATAN SUNGAI LILIN MUSI BANYUASIN Rahmat Kurniawan Dosen

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan Maret tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, reformasi di bidang keuangan dimulai dengan berlakukanya Undang-undang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH (Kasus: Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang) Ir. Yusak Maryunianta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 009 ISSN: 141-145 HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI THE CORRELATION

Lebih terperinci

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW PPM SD. MEI

Lebih terperinci

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah 30 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Henny Rosmawati Abstract This research is aimed to: 1) know the banana s marketing eficiency

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.149 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TANGGAL : 1 Pebruari 2012 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan merupakan sumber dari pembiayaan yang dilakukan baik oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan adalah penghasilan berupa upah atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan. 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kebupaten/kota provinsi Sumatera Selatan tahun 2011-2013 yang seluruh data APBD telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA Asrama Mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang ada di Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya. Sama halnya dengan Rusunawa, Asrama Mahasiswa diperuntukan

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/8/16/Th. XVII, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 14,8 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,87 RIBU

Lebih terperinci