BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian
|
|
- Suhendra Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada satupun negara di jagat raya yang kebal dari kemiskinan. Meskipun bukan hanya dijumpai di Indonesia, India, Sri Langka, Argentina, melainkan ditemukan pula di Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia maupun Hongaria (Suharto, 2013). Masalah kemiskinan merupakan isu krusial di Indonesia sejak dahulu hingga detik ini. Melihat jumlah dan kecenderungannya, kemiskinan di negeri ini tampaknya bukan lagi merupakan kejadian sementara waktu (stansient event). Secara konseptual kemiskinan disebabkan oleh empat faktor yaitu faktor individu, faktor sosial, faktor kultur dan faktor struktural. Faktor individu berkaitan dengan aspek patologis, kondisi fisik dan psikologi seseorang termasuk faktor sosial berkaitan dengan kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Faktor ini lebih dikenal dengan konsep kemiskinan kultural atau budaya kemiskinan. Faktor struktur disebabkan oleh sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin (Suharto, 2013). Kemiskinan membawa dampak negatif pada timbulnya masalah-masalah sosial dan menjadi penghambat keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah, sehingga kemiskinan merupakan
2 2 indikator utama keterbelakangan dan ketertinggalan dalam suatu wilayah atau negara. Kemiskinan ini juga dapat memberikan dampak pada rendahnya pendidikan sehingga membuat masyarakat menjadi tidak berdaya. Ketidakberdayaan ini telah menggugah perhatian masyarakat dunia, sehingga isu kemiskinan menjadi salah satu isu sentral yang menjadi perhatian besar dalam Millenium Development Goals (MDGs). Millenium Development Goals (MDGs)yang diselenggarakan pada tahun 2000 oleh PBB salah satunya terdapat pada sasaran 1 yang berisikan penurunan kemiskinan sebesar separuh dari tahun 1990 pada tahun 2015 (Adioetomo, 2011). Berdasarkan hasil perhitungan BPS, tingkat kemiskinan di sepanjang tahun meningkat. Pada gambar 1.1 menunjukkan diagram persentase perkembangan tingkat kemiskinan di Sumatera Selatan Tahun Gambar 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Selatan Pada Tahun
3 3 Menurut data perkembangan tingkat kemiskinan di Sumatera Selatan tahun jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 464,9 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari ribu pada tahun 1996 menjadi ribu pada tahun Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,04 persen menjadi 23,87 persen pada periode yang sama. Pada periode jumlah penduduk miskin juga cenderung menurun dari 1.481,9 ribu pada tahun 1999 menjadi ribu pada tahun Secara relatif terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,87 persen pada tahun 1999 menjadi 21,01 persen pada tahun Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin, yaitu dari ribu orang 21,01 persen pada bulan Juli 2005 menjadi 1.446,9 ribu 20,99 persen pada bulan Juli Pada Maret tahun 2007 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis dari 1.446,9 ribu pada Juli tahun 2006 menjadi 1.331,8 ribu pada Maret Penurunan ini berlanjut pada Maret 2008, yaitu turun menjadi 1.249,61 ribu orang 17,73 persen. Pada Maret tahun 2009 juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yaitu menjadi 1.167,87 ribu orang 16,28 persen. Jumlah penduduk miskin di tahun 2010 kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 1.125,73 ribu orang (BPS 2010). Pada gambar 1.2 diagram persentase penduduk miskin di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Selatan pada tahun 2010.
4 Pagar Alam Oku timur OkuSelatan Ogan Komering Ulu Banyuasin Prabumulih Ogan Ilir Muara Enim Pat Lawang Sumatera Selatan Palembang Lubuk Linggau Ogan Kombering Ilir Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Sumber BPS Tahun 2010 Gambar 1.2. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 Pada gambar diagram 1.2 menurut kabupaten/kota, masih terdapat ketimpangan yang cenderung cukup besar antar kabupaten/kota di Sumatera Selatan di mana pada tahun 2010 persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 20,06 persen sedangkan terendah sebesar 9,81 persen. Persentase penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 20,06 persen, Musi Rawas sebesar 19,38 persen, Lahat sebesar 19,03 persen, Empat Lawang sebesar 14,74 dan Muara Enim sebesar 14,71 persen. Sedangkan yang paling terendah terdapat di Kota Pagaralam sebesar 9,81 persen dan Kabupaten OKU Timur sebesar 9,81 persen. Kota Palembang sebagai ibukota provinsi masih memiliki persentase penduduk miskin yang tinggi sebanyak 15 persen bahkan melebihi angka Provinsi Sumatera Selatan itu sendiri (BPS:2010).
5 5 Pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa.tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yanga bermartabat dalam rangka agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, namun biaya pendidikan yang mahal justru sangat menghambat perkembangan pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk rendah, dengan kata lain banyaknya penduduk miskin di Indonesia menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan yang mereka terima. Pada tabel 1.1 ini disajikan jumlah anak usia sekolah yang putus sekolah dari tingkat pendidikan SD sampai SMA yang ada di Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut: Tabel 1.1Jumlah Anak Putus Sekolah di Sumatera Selatan Tahun Tingkat Pendidikan Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 L P L P L P L P SD SMP SMA Total Sumber: Dinas Pendidikan Tahun 2011 Pada tabel 1.1 jumlah anak usia anak putus sekolah paling banyak terdapat pada tahun 2011 pada tingkat pendidikan SMA dengan total jumlah anak laki-laki sebanyak orang dan jumlah anak perempuan sebanyak orang.
6 6 Jumlah anak putus sekolah yang paling sedikit terdapat pada tahun 2011 dengan tingkat pendidikan SD dengan total jumlah anak laki-laki sebanyak orang dan jumlah anak perempuan sebanyak orang. Dari tahun ke tahun sepanjang tahun 2008 sampai 2011 jumlah anak putus sekolah tidak seimbang. Pada tahun jumlah anak putus sekolah semakin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah anak putus sekolah menurun dan pada tahun 2011 jumlah anak putus sekolah kembali meningkat (Diknas, 2011). Pendidikan adalah salah satu sumber pembangunan suatu bangsa. Bangsa yang besar terwujud atas mutu pendidikan yang berkualitas, tetapi pada kenyataannya pendidikan yang berkualitas sangat sulit diresakan oleh masyarakat, khususnya anak-anak yang tingal di desa sehingga tidak heran jika tingkat pendidikann dari tahun ke tahun semakin rendah. Berbagai permasalahan yang menjadi penghambat dan faktor rendahnya pendidikan yaitu jumlah pendapatan yang rendah, jumlah anggota keluarga dan aset yang rendah. Selain itu jenis pekerjaan orang tua yang hampir sebagian besar orang tua sebagai petani dan buruh yang taraf hidup dan tingkat kesejahteraan hidupnya yang masih rendah membuat orang tua beranggapan pendidikan yang tinggi bagi anak tidak begitu penting. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masa yang akan datang karena dengan pendidikan yang lebih baik dapat diharapkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga mampu dalam mengembangkan taraf hidupnya. Pendidikan yang tinggi akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masyarakat dipandang sebagai modal dasar dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan pendidikan. Dengan adanya dorongan dan dukungan dari
7 7 masyakarat maka kebijakan dan kualitas pendidikan dapat ditingkatkan, namun selama ini peranan masyarakat terutama orang tua siswa dalam penyelanggaraan pendidikan masih sangat minim. Selama ini partisipasi masyarakat dan orang tua hanya sebatas dana pendidikan, sementara dukungan lain seperti pemikiran, moral dan jasa jarang diperhatikan, oleh karena itu untuk memperbaikinya perlu di lakukan upaya perbaikan seperti melakukan orientasi pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat khususnya orang tua. Berbagai alasan menjadi penyebab rendahnya pendidikan anak yaitu jumlah pendapatan orang tua yang rendah, jumlah tanggungan keluarga yang banyak serta minimnya aset yang dimiliki. Selain itu juga ditemukan berbagai penyebab lain yaitu kultur budaya masyarakat yang masih menganut budaya dan pemikiran lama membuat kualitas pendidikan anak semakin rendah. Masyakarat atau orang tua yang berprofesi sebagai petani dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua yang mereka miliki sehingga membuat mereka beranggapan dan berpikir pendidikan yang tinggi itu tidaklah penting. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yaitu dengan memberikan bantuan berupa dana BOS, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, BKS (bantuan khusus siswa), merubah pola pikir masyarakat dan kultur budaya masyarakat khususnya orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan anak itu tidak penting dengan mengadakan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak serta membantu anak dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah.
8 8 Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Alasan peneliti meneliti daerah ini karena jumlah penduduknya yang banyak, dengan jumlah total jiwa sedangkan tingkat pendidikan anak usia sekolah masih rendah dengan jumlah 102 orang putus sekolah serta jumlah kemiskinan 517 KK. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kemiskinan Kepala Kelurga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumetra Selatan. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian umum dan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka dikemukakan pertanyaan penelitian secara khusus dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pendapatan kepala keluarga terhadap tingkat pendidikan anak 2. Bagaimana pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap tingkat pendidikan anak 3. Bagaimana pengaruh aset orang tua terhadap pendidikan anak 4. Apa faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pendidikan anak di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan.
9 9 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian umum pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kemiskinan kepala kelurga terhadap rendahnya pendidikan, di Kecamatan Gelumbang. Namun secara khusus tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tentang: 1. Mengkaji pengaruh pendapatan terhadap tingkat pendidikan anak 2. Mengkaji pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap tingkat pendidikan anak 3. Mengkaji pengaruh aset terhadap pendidikan anak 4. Mengkaji faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pendidikan anak di Desa Segayam Kecamatan Kelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. 1.4 Manfaat peneitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, bahan bacaan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam menjelaskan pengaruh kemiskinan terhadap rendahnya pendidikan.
10 10 Manfaat praktis Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan dengan cara memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat. 1.5 Keaslian Penelitian Muslim (2002) telah melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan dan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bima. Faktor pendapatan, beban tanggungan keluarga, jarak antara rumah dan sekolah serta kultur budaya di masyarakat Bima. Muchsin Alexandra (2004) telah melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di kabupaten tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan disebabkan oleh pendapatan,jumlah anggota rumah tangga, dan motivasi. Pada Hasil penelitian tersebut faktor motivasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di Lombok Tengah Edy Yusuf (2011) telah melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan dan pendapatan keluarga nelayan kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tahun Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa faktor pendapatan keluarga nelayan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pendapatan nelayan
11 11 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah anggota keluarga, pendidikaan, pengalaman dan umur nelayan. Nasikum (2002) telah melakukan penelitian tentang penanggulangan kemiskinan kebijakan dalam perspektif gerakan sosial. Dari penelitian ini diperoleh berbagai cara penanggulangan yang dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan dilakukan dengan orientasi anti kemiskinan dengan perspektif dan pendekatan gerakan sosial dengan berbagai cara seperti eksistensi dan pelestarian yang didukung oleh jaringan gerakan sosial yang rapi dan berskala mulai dari skala kecil, regional dan internasional. Kedua, organisasi pendukung gerakan pemberdayaan lapisan masyarakat penduduk miskin dan para pemimpin organisasi yang bersifat terbuka melalui pertemuan formal, pertukaran pemakain lokakarya dan seminar. Martinus (2007) telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pendidikan dasar masyarakat di Desa Minyambou, Distrik Minyambou, Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa potret kemiskinan di Kecamatan Maliana Kabupaten Bobonaro Timur Leste masih tinggi, sehingga masih banyak rumah tangga tergolong katagori miskin sebesar 28,4 persen persen, hampir miskin 64,7 persen dan tidak miskian 6,9 persen. Kemiskinan disebabkan oleh akses rumah terhadap fungsi-fungsi ekonomi, budaya atau mental rumah tangga terkait perilaku tidak produktif yang keduanya disebuat sebagai kemiskinan struktural dan kultural. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan pembenahan infrastruktur umum, terutama jalan yang berrhubunagan dengan desa-desa,
12 12 melakukan penghematan dan penyederhanaan pengeluaran berbagai upacara adat besar yang sangat memberatkan perekonomian keluarga. Sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang pengaruh kemiskinan terhadap rendahnya pendidikan di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan, menyatahkan bahwa penelitian ini asli sehingga dilaksanakan penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Peneliti tertarik meneliti daerah ini karena melihat tingkat pendidikan di daerah ini masih rendah. Untuk membedakan hasil penelitian peneliti dengan penelitian yang lain maka disajikan tabel perbandingan keaslian penelitian pada tabel 1.2 sebagai berikut:
13 13 Tabel 1.2 Beberapa penelitian terdahulu yang sudah dilaksanakan dalam penelitian No Peneliti Judul Tujuan Hasil Penelitian 1. Muslim Faktor-faktor yang Untuk mengetahui (2002) mempengaruhi faktor-faktor apa saja rendahnya yang mempengaruhi pendidikan dan rendahnya pendidikan indeks pembagunan di Kabupaten Bima manusia di Kabupaten Bima di Kabupaten Bima 2. Nasikum Penanggulangan Mengetahui bagaimana (2002) kemiskinan dan cara pengulangan dan kebijakan dalam kebijakan dalam perapektif gerakan perpspektif gerakan sosial sosial untuk menganggulangi kemiskinan 3. Muchsin Alexandra (2004) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di Lombok Tengah Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di Lombok Tengah Rendahnya Tingkat pendidikan di Lombok Tengah di pengaruhi oleh jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, sosial kultur budaya dan motivasi Penanggulangan atau cara yang dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan di lakukan dengan orientasi anti kemiskinan dengan perspektif dan pendekatan gerakan sosial dengan berbagai cara seperti eksistensi dan pelestarian yang di dukung oleh jaringan gerakan sosial yang rapih dan berskala mulai dari skala kecil, regional dan internasional. Kedua, organisasi pendukung gerakan pemberdayaan lapisan msyarakat penduduk miskin dan para pemimpin organisasi yang bersifat terbuka melalui pertemuan formal, pertukaran pemakain lokakarya dan seminar. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan disebabkan oleh pendapatan,jumlah anggota rumah tangga, dan motivasi. Pada Hasil penelitian tersebut faktor motivasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi rendahnya pendidikan di Lombok Tengah
14 14 Lanjutan Tabel 1.2 No Peneliti Judul Tujuan Hasil Penelitian 4. Martinus Faktor-faktor yang 1. Untuk 1. Potret kemiskinan di (2007) mempengaruhi mengondentifikasi Kecamatan Maliana partisipasi profil kemiskinan Kabupaten Bobonaro msyarakat terhadap masyarakat Di Timur Leste masih tinggi, pendidikan dasar Kecamatan Maliana sehingga masih banyak masyarakat di Desa Kabupaten rumah tangga tergolong Minyambou, Distrik Bobonaro Timur katagori miskin sebesar Minyambou Leste 28,4 persenpersen, hampir Kabupaten 2. Mengetahui faktor miskin 64,7 persen dan Monogwari, Provinsi Papua penyebab Kemiskinan Di tidak miskian 6,9 persen. 2. kemiskian di sebabkan oleh Barat. Kecamatan Maliana akses rumah terhadap Kabupaten Bonoaro fungsi-fungsi ekonomi, Timur Leste. budaya atau mental rumah 3. Mencari altrenatif tangga terkait perilaku kebijakan dapat tidak produktif yang dilakukan untuk keduanya di sebuat sebagai menganggulangan kemiskinan struktural dan Kemiskinan Di kultural. Kematan Maliana 3. Upaya penanggulangan Kabupaten kemiskinan di lakukan Bobonaro Timur dengan pembenahan Leste. infrastruktur umum, terutama jalan yang berrhubunagan dengan desa-desa, melakukan penghematan dan penyederhanaan pengeluaran berbagai upacar adat besar yang sangat memberatkan 5. Edy Yusuf (2011) Analisis kemiskinan dan pendapatan keluarga nelayan kasus di KecamatanWedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tahun Untuk mengetahui apakah pendapatan nelayan berpengaruh pada tingkat kemiskinan di Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah perekonomian keluarga Faktor pendapatan keluarga nelayan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pendapatan nelayan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumalah anggota keluarga, pendidikaan, pengalaman dan umur nelayan.
15 15 Lanjutan Tabel 1.2 No Peneliti Judul Tujuan Hasil Penelitian 6. Sasi Karani (2015) Pengaruh kemiskinan terhadap pendidikan anak di desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan 1. Mengkaji bagaimana pengaruh pendapatan terhadap tingkat pendidikan anak 2. Mengkaji bagaimana pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap tingkat pendidikan anak 3. Mengkaji bagaimana pengaruh asset terhadap tingkat pendidikan anak 4. Mengkaji faktor yang paling dominan mempengaruhi rendahnya pendidikan anak Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh sebagai berikut: 1. Jumlah anggota kelurga berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan anak KK rumah tangga miskin di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Mauara Enim. 2. Jumlah anggota anggota keluarga berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan anak KK rumah tangga miskin Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Mauara Enim. 3. Aset berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan anak KK rumah tangga miskin Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Mauara Enim. 4. Pendapatan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi rendahnya pendidikan anak. Sumber : Muslim, 2002; Nasikum, 2002; Muchsin, 2004; Martinus, 2007; Edy, 2011 tingkat
PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:
PERKEMBANGAN IPM Angka IPM Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi karena nilai percepatan capaian (reduksi shortfall) setiap tahunnya kecil maka pada tahun 2011 peringkat
Lebih terperinciSumatera Selatan. Jembatan Ampera
Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29/05/16/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sumatera Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/8/16/Th. XVII, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 14,8 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,87 RIBU
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 39/07/16/Th.XVII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sumatera Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2015 terus
Lebih terperinciTipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.15/02/16/Th. XVII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam
Lebih terperinciBAB V PERBANDINGAN REGIONAL
BAB V PERBANDINGAN REGIONAL 47 Analisis perbandingan PDRB Kabupaten Empat Lawang dengan kabupaten/ kota lain yang ada di wilayah Sumatera Selatan ini difokuskan dengan menggunakan teknik analisis Tipologi
Lebih terperinciINFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI
SUPLEMEN II INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI Angka inflasi pada tahun 2007 secara persisten menunjukkan tren peningkatan. Tren peningkatan inflasi
Lebih terperinciBUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN
BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciPERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN
PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
Lebih terperinciINFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI
SUPLEMEN 2 INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI Angka inflasi pada tahun 2007 secara persisten menunjukkan tren peningkatan. Tren peningkatan inflasi
Lebih terperinciBUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN Daftar Isi A. Fiskal... B. Program Prioritas Tahun 2017 dan 2018... C. Proyek Strategis Nasional Sumatera Selaan... D. Capaian Kinerja Tahun 2016,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan
Lebih terperinciPOLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN
POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Misnaniarti, SKM, MKM UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Halaman: 1
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 213 (ST213) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 1 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, reformasi di bidang keuangan dimulai dengan berlakukanya Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperincipendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciCAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016
CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW PPM SD. MEI
Lebih terperinciSDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21
2 SDM Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S2 10 2 S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21 Jumlah 170 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan No Jabatan Jumlah 1 Struktural 10 2 Jabatan Fungsional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.
KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya
LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Profil Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan
Lebih terperinciBAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi harus dapat menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki. Potensi tersebut dapat dikatakan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh
Lebih terperinciLAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008
LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan Keenam (Semester I) tahun 2008 yaitu bulan Juni 2008 laporan rekapitulasi pelayanan
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2010 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009 Katalog BPS: 4103.16 Nomor Publikasi: 16522.10.02
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi semua anak. Sebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi semua anak. Sebab dengan adanya pendidikan, seorang anak akan mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE 2009-2011 Gomgom Arthur Simamora / 26209168 Pembimbing: Dr.
Lebih terperinciTIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi sumatera selatan sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu
Lebih terperinciDesentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya untuk dapat memenuhi
Lebih terperinciKEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK
KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Fasilitasi Integrasi Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota. 2. Pengembangan
Lebih terperinciASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA Asrama Mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang ada di Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya. Sama halnya dengan Rusunawa, Asrama Mahasiswa diperuntukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan merupakan sumber dari pembiayaan yang dilakukan baik oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan adalah penghasilan berupa upah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia
Lebih terperinciLAPORAN SURVEI MEMPREDIKSI KANDIDAT PILKADA SUMATERA SELATAN 2018
LAPORAN SURVEI MEMPREDIKSI KANDIDAT PILKADA SUMATERA SELATAN 2018 Jakarta, 13 September 2017 BACKGROUND Pemilihan Kepala Daerah Prov. Sumatera Selatan akan digelar pada tahun 2018 mendatang. Meski masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.
Lebih terperinciII. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu orientasi pembangunan berubah dan berkembang pada setiap urutan waktu yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua (PDII), pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya
Lebih terperinciDAFTAR SAMPEL PENELITIAN
Lampiran i DAFTAR SAMPEL PENELITIAN No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel Penelitian 1 2 Sampel 1 Kab. Banyuasin Sampel 1 2 Kab. Empat Lawang Sampel 2 3 Kab. Lahat Sampel 3 4 Kab. Muara Enim - 5 Kab. Musi
Lebih terperinciLAPORAN PERJALANAN DINAS RESES PERSORANGAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG
LAPORAN PERJALANAN DINAS RESES PERSORANGAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014 2015 PERIODE 8 s/d 16 Mei 2015 HANNA GAYATRI SH NO ANGGOTA A 466 Dapil
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Katalog BPS : 5106002.16 Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 sebanyak 957.704 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Provinsi Sumatera Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam melaksanakan pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena pendidikan adalah upaya manusia untuk memperluas dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :
PENGARUH MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sumatera Selatan No. 30/05/16/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama anak anak. Pendidikan merupakan faktor penting untuk menambah wawasan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya Imperialisme ekonomi yang dilancarkan Negara-negara Barat, Negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang disebut
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciPartisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. Abstract
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret ISSN: 979 845X Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU Oleh: Endang Lastinawati Abstract This study aims to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Pendididikan sangat penting dalam kehidupan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi suatu bangsa kedepan ditengah persaingan global ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang menyadari peran SDM tersebut akan senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sentralistik sebagaimana yang tersirat dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemerintahan di Indonesia tidak mengenal adanya sistem sentralistik sebagaimana yang tersirat dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Asas penyelenggaran pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengentasan kemiskinan menjadi sebuah tujuan internasional sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) di New York. KTT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi merupakan aspek indikasi dari pembangunan ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang digerakkan oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus belum dapat terselesaikan, terutama sejak
Lebih terperinciDr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013
Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan cukup sentral dan penting dalam pembentukan struktural sosial kemasyarakatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya
Lebih terperinciTANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH. Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.
TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.Kes Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan V I S I - MISI DINAS
Lebih terperinciPERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW KKP SD. DES 2015 HASIL PENCAPAIAN PROGRAM KKBPK CAKUPAN LAPORAN 3 4 REALISASI ANGGARAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ditengah maraknya persaingan global, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karenanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinci