BAB 1 PENDAHULUAN. oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan merupakan sumber dari pembiayaan yang dilakukan baik oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982) pendapatan adalah penghasilan berupa upah atau gaji, deviden, keuntungan dan merupakan suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu tertentu umpanya seminggu, sebulan, setahun dan jangka waktu yang lebih panjang. Guritno (1992) menambahkan, pendapatan adalah segala macam uang yang diterima secara tetap oleh perorangan, keluarga atau organisasi misalnya upah, gaji, laba dan lain-lain. Pendapatan itu sendiri digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh keluarga, antara lain untuk pakaian, makan, rumah atau tempat tinggal dan sebagian kecil untuk pendidikan. Khususnya untuk pendidikan, besarnya pendapatan sangat menentukan kemampuan keluarga untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan yang pokok bagi sebagian orang saja terutama bagi mereka yang berpenghasilan tinggi. Namun demikian, untuk sebagian orang lain walaupun pendidikan menjadi kebutuhan pokok saja tetap tidak bisa memenuhi, hal ini dikarenakan keterbatasan pendapatan. Suyatstie dan Prijono (2002) mengatakan bahwa

2 pola konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sebesar 70,6%. Hal ini dikarenakan rumah tangga miskin masih menganggap bahwa kebutuhan makanan sebagai kebutuhan utama dibandingkan dengan kebutuhan sekunder lainya. Kondisi ini sebagian besar berada dalam lingkup pedesaan, lain halnya dengan pola konsumsi keluarga mampu atau kaya mereka lebih mengutamakan pendidikan. Hal ini dikarenakan kebutuhan pokoknya yaitu sandang, pangan dan papan sudah terpenuhi. Samuelson (1980) mengatakan bahwa keluarga yang miskin tentu saja harus membelanjakan pendapatannya untuk barang kebutuhan hidup yang terpenting yaitu pangan, perumahan dan sejumlah kecil sandang. Bila pendapatan naik, maka pembelian terhadap barang-barang bertambah dan peningkatan kebutuhan pendidikan meningkat, hal ini berarti bahwa besar kecilnya pendapatan sangat menentukan motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi. Rumah tangga baik ditingkat keluarga maupun pemerintahan pasti membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biaya tersebut diperoleh dari pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga pasti berbeda-beda. Pendapatan dapat dipergunakan untuk pengeluaran konsumsi maupun tabungan. Pengeluaran untuk konsumsi tersalur ke pengeluaran pangan, sandang, perumahan, bahan bakar, pengangkutan, hiburan dan perawatan kesehatan, sedangkan bagian yang tidak dikonsumsi masuk kedalam tabungan. Makin tinggi pendapatan perseorangan akan makin sedikit anggota masyarakat yang memilikinya, yang terbanyak menempati ruangan

3 pendapatan yang rendah. Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962). Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui bantuan pendidikan seperti beasiswa dan pemberian bantuan kesehatan dan pendidikan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Muchtar, 1986).Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962). Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman yang semakin meningkat terutama dalam bidang pendidikan, pendidikan merupakan hal yang bersifat mutlak bagi setiap manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, keluarga maupun kehidupan berbangsa dan

4 bernegarakarena dunia pendidikan membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, berkualitas dan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan menduduki peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dari sisi sosial, spiritual, intelektual, maupun kemampuan profesional karena manusia merupakan kekuatan utama pembangunan dengan demikian mutu pendidikan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan pembangunan. Peneliti melakukan penelitian di Kota Palembang. Kota Palembangsebagai ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan. Kota Palembang dikenal sebagai kota air karena banyaknya sungai yang terdapat di Kota Palembang sehingga membuat masyarakat menciptakan suatu budaya sungai sehingga terciptakan rumah rakit yaitu rumah yang berada di atas sungai musi. Rumah rakit mempunyai sifat komersial dan terletak disepanjang sungai yang merupakan urat transportasi pada saat itu. Di sepanjang DAS Musi merupakan Pemukiman yang sangat strategis dan mendukung akan kebutuhan hidup masyarakatnya. Sebelum tahun 1990-an pemukiman penduduk terkonsentrasi di Seberang Ilir dan Seberang Ulu baik rumah panggung maupun rumah rakit. Namun setelah tahun 1990-an dilakukan penataan sehingga konsentrasi pemukiman di daerah aliran sungai dipindahkan ke Seberang Ulu. Sebagai proses adaptasi terhadap lingkungan sungai, masyarakat membangun rumah panggung (istilah lain dipakai rumah kolong) dan rumah rakit.konsep rumah rakit merupakan istilah yang umum digunakan dalam kosa kata bahasa

5 Indonesia untuk menyebut rumah/tempat tinggal yang terapung di atas air (Ma rifah, 2010). Rumah Rakit berbentuk persegi panjang, tetapi selisih panjang dan lebar rumah tidak terlalu besar, sehingga hampir seperti bujur sangkar. Atap rumah terdiri atas dua bidang saja, yang disebut atap kajang. Pada umumnya rumah rakit terbagi menjadi dua bagian saja dengan dua buah pintu. Sebuah pintu menghadap ke tepi sungai. Pintu yang lain menghadap ke tengah sungai. Adapun daun jendela terdapat di kanan kiri rumah. Kadang-kadang daun jendela tersebut searah dengan pintunya. Antara Rumah Rakit dan daratan dihubungkan dengan jembatan, sedangkan untuk berhubungan dengan tetangga menggunakan perahu (Purwati, 2008). Bila dibandingkan dengan rumah limas dan rumah cara gudang, rumah rakit lebih sederhana, baik bentuk maupun bahan pembuatnya. Rumah rakit terbagi atas dua bagian utama. Satu bagian merupakan tempat tidur, sedangkan bagian yang lain digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Ruangan dapur biasanya terdapat dibagian luar, tetapi ada juga dapur yang dibangun secara khusus. Dapur ini dilengkapi dengan perlengkapan memasak seperti pada rumah limas dan rumah cara gudang (Purwati, 2008). Istilah ini juga dipakai oleh masyarakat di pinggiran Sungai Musi di Kota Palembang namun dalam pengertian yang lebih luas. Bagi masyarakat Palembang konsep rumah rakit dipakai untuk menyebut segala bangunan yang terapung di atas Sungai Musi baik yang digunakan hanya sebagai tempat tinggal maupun yang dipakai juga sebagai tempat usaha

6 seperti bengkel perahu motor, berdagang, atau usaha jasa lainnya.namun konsep yang digunakan akan berbeda bila menyebut rumah makan/ restoran atau puskesmas yang berada di atas Sungai Musi. Walau secara substansi (struktur bangunan) pada dasarnya sama, namun sebutan yang dipakai adalah terapung, seperti restoran terapung, puskesmas terapung, dan SPBU terapung. Peneliti melakukan penelitian di Kota Palembang, di Kecamatan Seberang Ulu 1. Seberang Ulu I adalah sebuah Kecamatan di Kota Palembang yang memiliki 10 kelurahan. Pada Januari 2014 Jumlah penduduk Seberang Ulu 1 berjumlah Kecamatan Seberang Ulu 1 memiliki 10 Desa/Kelurahan yaitu: 15 Ulu, 1 Ulu, Tuan Kentang, 2 Ulu, 3-4 Ulu, 5 Ulu, 7 Ulu, 8 Ulu, Silaberanti, 9-10 Ulu. Dari data penduduk Seberang Ulu 1 Pada Januari 2014 Kecamatan Seberang Ulu 1 berdasarkan pendidikan tidak sekolah mencapai , lulusan SD sederajat , untuk lulusan SLTP sederajat dan SLTA sederajat , Akademi/Diploma 6.261, Sarjana 5.703, Pascasarjana 140 dari penduduk. Dari data yang diperoleh penduduk (kepala keluarga) menurut penghasilan pendapatan per bulan terdapat penduduk yang memiliki pendapatan < Rp Sumber daya manusia melalui pendidikan haruslah disadari oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun keluarga. Investasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekonomi di masa yang akan datang melalui pengorbanan yang dilakukan pada saat sekarang.

7 Perludisadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat penghasilan keluarga, biaya pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri. Pendidikan masyarakat yang rendah menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang rendah yang akan sangat merugikan individu maupun negara. Latar belakang antara pendidikan anak yang satu dengan pendidikan yang lain berbeda-beda, karena mereka berasal dari golongan atau tingkat sosial ekonomi keluarga yang berbeda. Sosial ekonomi keluarga meliputi: pendidikan formal orang tua, pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga. Perbedaan tingkat sosial ekonomi inilah yang menjadi penghambat bagi seorang anak untuk mengenyam pendidikan, terutama bagi keluarga yang kondisi ekonominya kurang mencukupi, disebabkan oleh kurangnya atau rendahnya tingkat pendapatan keluarga yang relatif rendah sehingga sangat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama pendidikan anak. Putus sekolah saat ini menjadi fenomena yang banyak terjadi di sekitar kita. Hal ini terkait erat dengan faktor sosial ekonomi keluarga, antara lain yaitu tingkat pendidikan formal yang diselesaikan oleh orang tua anak. Orang tua dengan pendidikan tinggi biasanya mempunyai kesadaran pendidikan yang tinggi pula terhadap anaknya, dan begitu pula orang tua dengan pendidikan formal rendah beranggapan bahwa pendidikan itu tidak begitu penting. Faktor lain dari itu adalah jumlah tanggungan keluarga dan jumlah penghasilan keluarga.

8 Tabel 1.1 Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ogan Komering Ulu 97,68 98,07 98,43 98,43 98,47 2. Ogan Komering Ilir 94,65 94,75 95,24 96,56 96,61 3. Muara Enim 98,80 98,80 98,81 98,82 98,85 4. Lahat 97,20 97,55 97,59 97,78 97,83 5. Musi Rawas 96,50 96,50 96,51 96,52 96,55 6. Musi Banyuasin 95,90 96,29 96,54 97,01 97,70 7. Banyuasin 95,93 96,08 96,24 96,46 96,50 8. OKU Selatan 97,49 97,49 97,80 97,90 97,93 9. OKU Timur 94,63 94,63 94,67 97,73 94, Ogan Ilir 97,24 97,32 97,47 97,62 97, Empat Lawang 96,75 97,02 97,28 97,78 97, Palembang 98,63 98,63 98,69 98,71 98, Prabumulih 97,90 98,29 98,66 98,66 98, Pagar Alam 97,82 98,21 98,24 98,50 98, Lubuk Linggau 98,03 98,03 98,33 98,40 98,50 Sumatera Selatan 96,66 97,05 97,21 97,36 97,44 Sumber :Badan PusatStatistik (2013) Menurut (Sharp, 1990 dalam Kasim, 2006) Sumber daya yang rendah, dimana penyebab utamanya adalah rendahnya pendidikan mereka. Rendahnya pendidikan menyebabkan produktivitas mereka juga rendah. Dengan produktivitas rendah, maka penghasilan yang mereka dapatkan rendah pula. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pula pada rendahnya tabungan dan investasi, sehingga jangankan untuk mengubah keadaan hidupnya kearah yang lebih baik, bahkan untuk sekedar survive saja mereka sangat susah.

9 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tentang: Pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap tingkat pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. 1.2Perumusan Masalah Penelitian. Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa suatu Negara atau wilayah itu akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya kurang mendapat perhatian. Dalam rangka meningkatkan pendidikan, pemerintah telah berupaya dengan banyak program diadakan. Namun hal itu program-program tersebut tidak mungkin dapat dilakukan seluruhnya untuk penduduk. Penduduk yang berpendapatan rendah seringkali tidak terpenuhinya pendidikan anak. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap tingkat pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan? 1.3Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

10 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah. 1. Secara Teoritis Penelitian inidiharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah bahan bacaan yang terkait dengan pendapatan rumah tangga dan pendidikan anak. 2. Secara Praktis Bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam strategi meningkatkan pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan anak di Kota Palembang khususnya penghuni rumah rakit Kecamatan Seberang Ulu Keaslian Penelitian Sri Rahmawati (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penghasilan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak pada masyarakat nelayan di Desa Penjajap Kecamatan Pemangkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penghasilan orang tua terhadap pendidikan anak pada masyarakat nelayan di desa Penjajap Kecamatan Pemangkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian yaitu studi hubungan. Hasil penelitian terdapat pengaruh antara penghasilan orang tua terhadap pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa Penjajap Kecamatan Pemangkat. Hasil dari perhitungan koefisien determinan (R 2 ) diperoleh besar pengaruhnya yaitu 0,587 atau 58,7%.

11 Sulaiman (2015) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga dan Tingkat Pendapatan Ekonomi Keluarga TKI terhadap Kelangsungan Pendidikan Anak di desa Penedagandor Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat atau menemukan seberapa besar pengaruh jumlah anggota keluarga dan pendapatan ekonomi keluarga TKI terhadap kelangsungan pendidikan anak para TKI. Metode penelitian yang digunakan penelitian asosiatif kausal, yang dilaksanakan di Desa Penedagandor Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur, dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang dari populasi 418 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan ekonomi keluarga TKI berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan anak. Kamila Latif (1990) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Pendidikan terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga. Tujuan penelitian untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, luas pengusahaan tanah, dan jumlah jenis pekerjaan terhadap tingkat pendapatan rumah tangga perkapita di desa-kota dan desa pedalaman. Analisis yang di pakai regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan, sedangkan di desa pedalaman tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pendapatan, yang mempengaruhi tingkat pendapatan di desa Pedalaman adalah luas pengusahaan tanah, khususnya kebun karet, semakin luas kebun semakin tinggi pendapatan. Idrawati (2008) melakukan penelitian berjudul Dampak pendidikan orang Tua, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar

12 siswa pada SMA Negeri 9 Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak tingkat pendidikan orang tua, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua berpengaruh secara signifikan dan positif, sedangkan anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap prestasi belajar siswa di SMA Negeri 9 Padang. Agus Arifin(2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Partisipasi Anak Pada Jenjang Pendidikan Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunung pati Kota Semarang, (2) untuk mengetahui partisipasi anak pada pendidikan tinggi di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang, (3) untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik proporsional sampling. sampel penelitian ini yaitu orang tua yang mempunyai anak tamatan sma atau usia perguruan tinggi. Metode pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan angket. teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif persentase, uji normalitas,uji t, dan uji f. Hasil penelitian yaitu: (1) hasil persentase kondisi sosial ekonomi orang tua menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 76,58% sehingga dapat diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi

13 orang tua termasuk dalam kategori sedang. (2) hasil persentase tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 40,80% sehingga dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi termasuk dalam kategori rendah. (3) hasil regresi linear menunjukkan bahwa pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang yaitu sebesar 0,197, sehingga di katakan rendah. dapat di simpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh rendah terhadap tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu: Peneliti melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap tingkat pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sensus dimana semua populasi dijadikan sampel, untuk sampling dan analisis kuantitatif untuk analisis datanya.sementara itu, analisis data menggunakan analisis kuantitatif dengan jenis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih lebih bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan-perhitungan sederhana yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan

14 karakteristik data yang digunakan sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis, baik hipotesis nol maupun hipotesis kerja.

15 Tabel 1.2 Tabel Penelitian Terdahulu No 1. Nama Peneliti Sri Rahmawati, dkk (2012) Judul Pengaruh Penghasilan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan pengaruh penghasilan orang tua terhadap pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa Penjajap Kecamatan Pemangkat. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian yaitu studi hubungan. Hasil Penelitian Terdapat pengaruh antara penghasilan orang tua terhadap pendidikan anak masyarakat Nelayan di Desa Penjajap Kecamatan Pemangkat. Hasil dari perhitungan koefisien determinan (R 2 ) diperoleh besar pengaruhnya yaitu 0,587 atau 58,7%. 2. Sulaiman (2015) Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga dan Tingkat Pendapatan Ekonomi Keluarga TKI terhadap Kelangsungan Pendidikan Anak di Desa Penedagandor Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat atau menemukan seberapa besar pengaruh jumlah anggota keluarga dan pendapatan ekonomi keluarga TKI terhadap kelangsungan pendidikan anak para TKI. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal, yang dilaksanakan di Desa Penedagandor Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur, dengan jumlah sampel 50 orang dari 418 orang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan ekonomi keluarga TKI berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan anak.

16 Lanjutan Tabel 1.2 No 3. Nama Peneliti Kamila Latif (1990) Judul Pengaruh Pendidikan terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, luas pengusahaan tanah, dan jumlah jenis pekerjaan terhadap tingkat pendapatan rumah tangga perkapita di desa-koat dan desa pedalaman. Metode Penelitian Analisis yang di pakai regresi linear berganda. Hasil Penelitian Hasil penelitian tingkat pendidikan memilik pengaruh terhadap tingkat pendapatan. Sedangkan di desa pedalaman sebaliknya tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pendapatan, yang mempengaruhi pendapatan didesa pedalaman yaitu luas pengusaha tanah, khususnya dikebun karet. 4. Idrawati (2008) Dampak Pendidikan Orang Tua, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada SMA Negeri 9 Padang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dampak tingkat pendidikan orang tua, jumlah anggota keluarga dan pendapatan Orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua berpengaruh secara signifikan dan positif, sedangkan anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua berpengaruh secar signifikan dan negatif terhadap prestasi belajar siswa di SMA Negeri 9 Padang.

17 Lanjutan Tabel 1.2 No Nama Peneliti 5. Agus Arifin, dkk (2013) Judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Partisipasi Anak Pada Jenjang Pendidikan Tinggi Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga di kelurahan patemon kecamatan gunungpati kota semarang, (2) untuk mengetahui partisipasi anak pada pendidikan tinggi di kelurahan patemon kecamatan gunungpati kota semarang, (3) untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di kelurahan patemon kecamatan gunungpati kota semarang. Metode Penelitian Metode pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan angket. teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif persentase, uji normalitas,uji t, dan uji f. Hasil Penelitian Hasil penelitian yaitu: (1) hasil persentase kondisi sosial ekonomi orang tua menunjukkan nilai ratarata (mean) adalah 76,58% sehingga dapat diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua termasuk dalam kategori sedang. (2) hasil persentase tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 40,80% sehingga dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi termasuk dalam kategori rendah. (3) hasil regresi linear menunjukkan bahwa pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di kelurahan patemon kecamatan gunungpati Kota Semarang yaitu sebesar 0,197, sehingga di katakan rendah. dapat di simpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh rendah terhadap tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

18 Lanjutan Tabel 1.2 No Nama Peneliti 6. Mona Novriana (2016) Judul pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap tingkat pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pendidikan anak penghuni rumah rakit di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sensus dimana semua populasi dijadikan sampel, untuk sampling dan analisis kuantitatif untuk analisis datanya.sementara itu, analisis data menggunakan analisis kuantitatif dengan jenis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dikatagorikan rendah, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anak yang hanya lulus SD tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Pekerjaan kepala rumah tangga di rumah rakit Kecamatan Seberang Ulu 1 yang hanya sebagai pembuat perahu kayu (speed boot), buruh pengakat ikan, pedagang minyak eceran dan tukang ojek membuat penghuni di rumah rakit Kecamatan Seberang Ulu 1 memiliki penghasilan yang sangat rendah yaitu Rp perbulan atau di bawah standar UMR Sumatera Selatan sebesar Rp Sumber:Sri(2012), Sulaiman(2015), Kamila(1990), Idrawati (2008), Agus(2013).

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu: PERKEMBANGAN IPM Angka IPM Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi karena nilai percepatan capaian (reduksi shortfall) setiap tahunnya kecil maka pada tahun 2011 peringkat

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL BAB V PERBANDINGAN REGIONAL 47 Analisis perbandingan PDRB Kabupaten Empat Lawang dengan kabupaten/ kota lain yang ada di wilayah Sumatera Selatan ini difokuskan dengan menggunakan teknik analisis Tipologi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29/05/16/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sumatera Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 39/07/16/Th.XVII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sumatera Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2015 terus

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.15/02/16/Th. XVII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, reformasi di bidang keuangan dimulai dengan berlakukanya Undang-undang

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/8/16/Th. XVII, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 14,8 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,87 RIBU

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sumatera Selatan No. 30/05/16/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE 2009-2011 Gomgom Arthur Simamora / 26209168 Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Katalog BPS : 5106002.16 Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 sebanyak 957.704 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat terlihat cukup besar. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1.

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN Mbina Pinem 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial ekonomi terhadap

Lebih terperinci

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN Daftar Isi A. Fiskal... B. Program Prioritas Tahun 2017 dan 2018... C. Proyek Strategis Nasional Sumatera Selaan... D. Capaian Kinerja Tahun 2016,

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA Asrama Mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang ada di Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya. Sama halnya dengan Rusunawa, Asrama Mahasiswa diperuntukan

Lebih terperinci

BAB III KOTA PALEMBANG

BAB III KOTA PALEMBANG BAB III KOTA PALEMBANG 3.1. Secara Fisik 3.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus sebagai kota terbesar serta pusat kegiatan sosial ekonomi

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

SDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21

SDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21 2 SDM Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S2 10 2 S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21 Jumlah 170 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan No Jabatan Jumlah 1 Struktural 10 2 Jabatan Fungsional

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 213 (ST213) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 1 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

Rahmat Kurniawan Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Rahmat Kurniawan Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK SOCIETA III - : 75 8, Desember 04 ISSN 30-480 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI SAWIT ANGGOTA KUD MUKTI JAYA DI KECAMATAN SUNGAI LILIN MUSI BANYUASIN Rahmat Kurniawan Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA SUPLEMEN I SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA Perekonomian Sumatera Selatan (Sumsel) berbasis pada sektor-sektor primer. Sektor primer inilah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI SUPLEMEN II INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI Angka inflasi pada tahun 2007 secara persisten menunjukkan tren peningkatan. Tren peningkatan inflasi

Lebih terperinci

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan masalah yang sulit dicapai, namun jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek

Lebih terperinci

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI SUPLEMEN 2 INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI Angka inflasi pada tahun 2007 secara persisten menunjukkan tren peningkatan. Tren peningkatan inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS. III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat

BAB III STUDI KASUS. III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat BAB III STUDI KASUS III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat SUNGAI LEMATANG Gambar III. 1. : Peta Wilayah Kabupaten Lahat Wilayah Kabupaten Lahat terletak pada koordinat 3.25 0 4.5 0 LS dan 102.37

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang selama ini dilakukan telah membawa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada sikap peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan. 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kebupaten/kota provinsi Sumatera Selatan tahun 2011-2013 yang seluruh data APBD telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2010 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009 Katalog BPS: 4103.16 Nomor Publikasi: 16522.10.02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan Keenam (Semester I) tahun 2008 yaitu bulan Juni 2008 laporan rekapitulasi pelayanan

Lebih terperinci

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW PPM SD. MEI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

DAFTAR SAMPEL PENELITIAN

DAFTAR SAMPEL PENELITIAN Lampiran i DAFTAR SAMPEL PENELITIAN No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel Penelitian 1 2 Sampel 1 Kab. Banyuasin Sampel 1 2 Kab. Empat Lawang Sampel 2 3 Kab. Lahat Sampel 3 4 Kab. Muara Enim - 5 Kab. Musi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu A. Sejarah Singkat Kabupaten Ogan Komering Ulu Penulusuran sejarah oleh tim diantara nya dilakukan oleh instansi yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak BAB II y TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak melainkan pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu keluarga. Keluarga-keluarga

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Misnaniarti, SKM, MKM UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Halaman: 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sehingga tercapainya kehidupan yang makmur dan berkeadilan. Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka 39.000 Kab. Tanah Datar Batu Sangkar 39.000 Kab. Tanah Datar Kota. Bukit Tinggi Bukit Tinggi 39.000

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang menduduki posisi cukup penting sebagai devisa non-migas dan menunjang pembangunan ekonomi Indonesia, sehingga memiliki

Lebih terperinci

-1- BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN AGROPOLITAN

-1- BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN AGROPOLITAN -1- BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN AGROPOLITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI MUSI RAWAS, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu bencana yang cukup sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi.

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Provinsi Sumatera Selatan Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu wilayah bagian dari Pulau Sumatera yang mempunyai luas wilayah ± 8.701.742

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Profil Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di Negara manapun (Sumodiningrat, 2009). Di Indonesia kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci