BAB IV PEMBAHASAN. Pada masa pajak Desember 2009 perusahaan menyewa ruko di Duta Merlin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Pada masa pajak Desember 2009 perusahaan menyewa ruko di Duta Merlin"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi PPh Pasal 4 Ayat (2) Tahun 2009 Pada masa pajak Desember 2009 perusahaan menyewa ruko di Duta Merlin sehingga atas sewa tersebut dikenakan PPh Final dengan tarif 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai sewa. Pelunasan PPh Final dilakukan oleh perusahaan melalui pemotongan pajak sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) KEP-227/PJ./2002. Kewajiban perusahaan sebagai penyewa antara lain: a. Memotong Pajak Penghasilan yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana lebih dahulu terjadi; b. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa; c. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa; Perusahaan menyewa ruko di Komplek Duta Merlin milik Tn. Tardi Wiardi Hardiawan dengan tagihan sebesar Rp ,00. Jumlah tersebut merupakan nilai bersih yang harus dibayar perusahaan kepada Tn. Wardi. Perusahaan berkewajiban memotong PPh Final atas transaksi tersebut sehingga melakukan gross up untuk menghindari koreksi fiskal terhadap PPh Final yang harus dibayar perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut: 59

2 Dengan demikian, PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong untuk masa pajak bulan Desember 2009 dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.1 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Desember 2009 Tanggal Bukti 1 Desember 2009 PPh yang Keterangan DPP Tarif Tardi Wiardi PPh Pasal 4 Ayat (2) Sewa Hardiawan Ruko Duta Merlin 138,888,889 10% 13,888,889 Total 138,888,889 13,888,889 IV.1.1 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) Tahun 2009 Perusahaan menyetorkan PPh yang dipotong pada tanggal 6 Januari dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) ke KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga pada tanggal 13 Januari. Batas waktu penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah tanggal 10 dan 20 bulan berikutnya sehingga perusahaan tidak dikenai sanksi administrasi. IV.2 Evaluasi PPh Pasal 23 Tahun 2009 Dalam buku besar perusahaan, terdapat pembayaran atas jasa keamanan dan kebersihan kantor Duta Merlin kepada PT Securindo Packatama Indonesia untuk 3 bulan pada tanggal 15 Desember 2009 dengan total Rp ,00 yang tidak dipotong PPh Pasal 23-nya, sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat (2) huruf u dan z PMK No. 244/PMK.03/2008, jasa keamanan dan kebersihan termasuk dalam jasa lain yang dikenakan PPh PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dari jumlah bruto, sehingga atas pembayaran tersebut seharusnya perusahaan memotong PPh Pasal 23 sebesar Rp21.900,00 (Rp ,00 x 2%) yang tidak dipotong oleh perusahaan. 60

3 IV.3 Evaluasi Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2009 Dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009, terdapat beban administrasi bank sejumlah Rp ,52. Perincian beban tersebut dalam buku besar ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.2 Perincian Beban Administrasi Bank Tahun 2009 Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo 22 Desember 2009 Buku cek 100, , Desember 2009 Buku giro 100, , Desember 2009 Pajak jasa giro bulan Desember , , Desember 2009 Biaya administrasi bank bulan Desember , , Desember 2009 Jasa giro bulan Desember , ,375 Dari data tersebut, pendapatan jasa giro langsung dikurangkan dengan beban administrasi bank sehingga akun yang dicatat perusahaan ketika menerima pendapatan jasa giro dalam laporan laba rugi adalah: 31 Des 2009 Beban Administrasi Bank 202,375 Bank 202,375 Seharusnya pendapatan jasa giro memiliki akun sendiri jurnal yang disusun adalah: 31 Des 2009 Bank 34,531 Pendapatan Jasa Giro 34,531 Beban Administrasi Bank 236,906 Bank 236,906 Adanya kesalahan pencatatan menyebabkan jumlah beban administrasi bank yang seharusnya sebesar Rp ,00 hanya dicatat sebesar Rp ,00. Kesalahan ini memang tidak berpengaruh pada jumlah rugi sebelum pajak pada laporan keuangan 61

4 komersial, tetapi akan berpengaruh saat perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal, yaitu jumlah beban usaha menjadi lebih besar dari sebelumnya sehingga rugi fiskal yang dapat dikompensasi perusahaan juga akan semakin besar. Padahal, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika pendapatan jasa giro dimasukkan ke dalam akun pendapatan dibandingkan langsung sebagai pengurang beban. Perbandingan rekonsiliasi fiskal pada saat sebelum dan sesudah evaluasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Penjelasan koreksi adalah sebagai berikut: 1. Biaya Promosi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/, besarnya biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah: a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya; b. biaya pameran produk; c. biaya pengenalan produk baru; dan/atau d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk. Agar biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, perusahaan wajib membuat daftar normatif yang paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya PPh yang dipotong dan dilaporkan sebagai lampiran saat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan. Karena perusahaan tidak membuat daftar norminatif, maka biaya promosi sebesar Rp ,00 tidak dapat dibiayakan dan akan dikoreksi positif. 62

5 2. Pajak atas Jasa Giro Pajak atas jasa giro merupakan pajak penghasilan final sehingga harus dikoreksi positif. Dengan demikian, aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat dikompensasi adalah Rp ,00 (28% x Rp ,00). IV.4 Evaluasi SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009 Sejak tahun 2009, perusahaan sudah menggunakan aplikasi e-spt dalam menyampaikan SPT Tahunan. Jenis formulir yang digunakan adalah Formulir SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009 berstatus nihil karena perusahaan belum beroperasi. Tabel berikut ini menunjukkan tanggal setor dan lapor SPT Tahunan PPh Badan Tahun Tabel IV.3 Tanggal Setor dan Lapor SPT Tahunan PPh Badan 2009 Tanggal Setor Tanggal Lapor Tidak ada kurang bayar 30 April Batas waktu pembayaran adalah sebelum SPT PPh disampaikan dan batas waktu penyampaian adalah 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak sehingga perusahaan tidak terkena sanksi administrasi. Perusahaan menerima surat permintaan kelengkapan SPT Tahunan PPh Badan (formulir 1771) dari KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga tanggal 2 Juli. SPT Tahunan yang telah disampaikan pada tanggal 30 April ternyata masih harus dilengkapi dengan formulir 1771-III dan 1771-VI karena ukuran cetakan tidak sesuai 63

6 dan perusahaan diminta segera melengkapinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat tersebut. Apabila perusahaan tidak menyampaikan kelengkapan SPT dalam waktu tersebut maka dianggap tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang telah disampaikan. Kemudian, kelengkapan SPT disampaikan perusahaan pada tanggal 27 Juli. IV.5 Evaluasi PPN Tahun 2009 Pada masa pajak Desember 2009, perusahaan belum melakukan penyerahan BKP/JKP sehingga tidak ada pajak keluaran yang harus dipungut sendiri. Perusahaan melakukan pembelian BKP/JKP kepada penjual PKP diterbitkan faktur pajak standar (dipungut PPN) seperti ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel IV.4 Pajak Masukan Tahun 2009 Tanggal Faktur Fajak 09 Desember Desember 2009 Pemungut PPN Nama BKP/JKP DPP PPN PT Industrial Multi Fan PT Madya Kreasi Perdana Mini Centrifugal 130FLJ- 1/85W/1P/2200/3,6CMM 6,400, ,000 DP sebesar 30% untuk pekerjaan pengadaan dryer box, washing 57,272, ,727, booth, dan meja sebanyak 12 unit Total 63,672,727 6,367,272 Dengan demikian, SPT Masa PPN yang disampaikan perusahaan berstatus lebih bayar sebesar Rp ,00 yang akan dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. 64

7 IV.5.1 Penyetoran dan Pelaporan PPN Tahun 2009 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, penyetoran paling lama tanggal 15 setelah berakhirnya masa pajak dan pelaporan dilakukan paling lama tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak. Tabel berikut ini menunjukkan tanggal setor dan lapor SPT Masa PPN perusahaan pada tahun Tabel IV.5 Tanggal Setor dan Lapor SPT Masa PPN Tahun 2009 Tanggal Setor Tanggal Lapor Tidak ada kurang bayar 13 Januari SPT Masa PPN masa pajak Desember 2009 disampaikan perusahaan pada tanggal 13 Januari sehingga tidak terkena sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp ,00. IV.6 Evaluasi PPh Pasal 4 Ayat (2) Tahun Dalam KEP-227/PJ.2002 tentang tata cara pemotongan dan pembayaran, seta pelaporan pajak penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan, yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan dan service charge baik yang pejanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan. Berikut ini adalah PPh Final yang dipotong oleh perusahaan selama tahun. 65

8 1. Masa Pajak Januari Pada masa pajak Mandiri, perusahaan memotong PPh Final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan dan penghasilan dari usaha jasa konstruksi. a. Sewa Tanah dan Bangunan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan yang dipotong oleh perusahaan pada masa Januari ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.6 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Januari Tanggal Bukti 25 Januari 18 Januari PT Jakarta Intertrade PT Bangun Mustika Intipersada Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Mangga Dua dan Deposit Sewa (2 Tahun) (BangunMustika IntiPersada, PT) Sewa Lokasi di ITC Cipulir Plaza di Lt.Dasar PPh yang 11,680,000 10% 1,168,000 1,000,000 10% 100,000 Total 12,680,000 1,268,000 b. Jasa Konstruksi PT Kuat Andal Nan Gemilang sebagai penyedia jasa memiliki klasifikasi usaha sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (1) huruf c PP No. 51 Tahun 2008 dengan tarif 3% dari penghasilan bruto. Tabel berikut ini menunjukkan PPh Final atas jasa konstruksi yang dipotong oleh perusahaan bulan Januari. Tabel IV.7 PPh Final atas Jasa Konstruksi Januari Tanggal Bukti 18 Januari PT Kuat Andal Nan Gemilang Keterangan DPP Tarif Pekerjaan Interior Pencucian Helm PPh yang 106,776,000 3% 3,203,280 Total 106,776,000 3,203,280 66

9 Perusahaan telah membayar PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP secara tunai pada tanggal 9 Februari dan melaporkan SPT tanggal 17 Feruari. Bukti pemotongan sejumlah 2 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 2. Masa Pajak Februari Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 8 Maret dan melaporkan SPT tanggal 15 Maret, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.8 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Februari Tanggal Bukti 1 Februari 3 Februari 5 Februari PT Menara Prambanan PT Bangun Mustika Intipersada PT Bumi Serpong Damai Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Poins Square Periode Februari Sewa Lokasi Outlet di ITC Cipulir Mas Bulan Maret Sewa Outlet Untuk Pencucian Helm Periode 01/03/10-28/02/11 PPh yang 1,136,364 10% 113,636 1,000,000 10% 100,000 11,680,000 10% 1,168,000 Total 13,816,364 1,381,636 Bukti pemotongan sejumlah 3 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Dalam buku besar perusahaan, penulis menemukan bahwa perusahaan membayar imbalan atas sewa outlet La Piazza kepada PT Summarecon Agung, Tbk tanggal 28 Februari sebesar Rp ,00 tetapi belum dilakukan pemotongan PPh Final sehingga jumlah PPh Final yang telah disetorkan perusahaan sebagai pemotong pajak masih kurang sebesar Rp ,00. Jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, jumlah ini 67

10 akan ditagihkan kepada perusahaan (diterbitkan SKPKB) dan dikenakan sanksi bunga 2% per bulan. 3. Masa Pajak Maret Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank DKI pada tanggal 7 April dan melaporkan SPT tanggal 21 April, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tanggal Bukti 1 Maret 1 Maret 1 Maret 3 Maret Tabel IV.9 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Maret PT Matra Olahcipta PT Menara Prambanan PT Bangun Mustika Intipersada PT Summarecon Agung, Tbk 20 Maret PT Duta Pertiwi 11 Maret PT Perwita Margasakti Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet ITC Permata Hijau Periode 01/03/10 s.d. 28/02/11 (1 Tahun) dan Instalasi Listrik dan Air Sewa Outlet Poins Square Periode Maret Sewa, Pemakaian Listrik dan Air Outlet ITC Cipulir Mas Sewa Outlet La Piazza Periode Tanggal 01/03/ s.d. 31/03/ Sewa dan Pengadaan Listrik dan Air Outlet ITC Cempaka Mas Periode 25/03/ s.d. 25/03/ Sewa Outlet dan Pengadaan Listrik-Air di ITC Kuningan PPh yang 11,680,000 10% 1,168,000 1,136,364 10% 113,636 1,000,000 10% 100,000 2,000,000 10% 200,000 13,870,000 10% 1,387,000 3,724,000 10% 372,400 Total 33,410,364 3,341,036 Bukti pemotongan sejumlah 6 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 68

11 4. Masa Pajak April Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 10 Mei dan melaporkan SPT tanggal 14 Mei, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.10 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan April Tanggal 1 April 1 April 1 April 7 April PT Bangun Mustika Intipersada PT Summarecon Agung, Tbk PT Menara Prambanan PT Mega Pasanggrahan Indah Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet ITC Cipulir Mas Periode April (Ke-3) Sewa Outlet La Piazza Periode Tgl.01 s.d. 30 April Sewa Outlet di Poins Square Periode Bulan April Pembayaran Sewa dan Deposit Sewa untuk Outlet Mal Cinere PPh yang 1,000,000 10% 100,000 2,000,000 10% 200,000 1,136,364 10% 113,636 1,400,000 10% 140,000 Total 5,536, ,636 Bukti pemotongan sejumlah 4 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 69

12 5. Masa Pajak Mei Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 10 Juni dan melaporkan SPT tanggal 15 Juni, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.11 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Mei Tanggal 1 Mei 28 Mei PT Bangun Mustika Intipersada PT Graha Baru Raya Keterangan DPP Tarif Pembayaran: Sewa Outlet, Pemakaian Listrik, dan Air Outlet ITC Cipulir Mas Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode 28/05/10 s/d 31/05/10 PPh yang 1,000,000 10% 100, ,604 10% 23,460 Total 1,234, ,460 Bukti pemotongan sejumlah 2 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Dalam buku besar perusahaan, penulis menemukan bahwa perusahaan membayar imbalan atas sewa outlet Mal Cinere kepada PT Mega Pasanggrahan Indah tanggal 31 Mei sebesar Rp ,00 tetapi belum dilakukan pemotongan PPh Final sehingga jumlah PPh Final yang telah disetorkan perusahaan masih kurang sebesar Rp ,00. Jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, jumlah ini akan ditagihkan kepada perusahaan (diterbitkan SKPKB) dan dikenakan sanksi bunga 2% per bulan. 70

13 6. Masa Pajak Juni Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank BNI pada tanggal 9 Juli dan melaporkan SPT tanggal 15 Juli, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.12 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Juni Tanggal Bukti 1 Juni 1 Juni 1 Juni 1 Juni 29 Juni 12 Juni 1 Juni PT Graha Baru Raya PT Menara Prambanan PT Summarecon Agung, Tbk PT Jaya Real Property, Tbk PT Graha Baru Raya PT Mega Pasanggrahan PT Bangun Mustika Intipersada Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode 01/06/10 s.d. 30/06/10 Pembayaran Sewa Outlet Poins Square Periode Bulan Juni Pembayaran Sewa Outlet La Piazza periode Bulan Juni DP 50% Sewa Outlet Bintaro Plaza Periode: 14/06/10 s.d. 13/06/11 Biaya Sewa Lahan Outlet Gajah Mada Plaza Bulan Juli Sewa Outlet Mal Cinere Periode: 15/05 s.d. 14/06/10 Sewa Outlet ITC Cipulir Mas, Listrik dan Air Periode Mei PPh yang 1,818,181 10% 181,818 2,272,727 10% 227,272 4,000,000 10% 400,000 9,000,000 10% 900,000 1,818,181 10% 181,818 1,400,000 10% 140,000 1,000,000 10% 100,000 Total 21,309,089 2,130,908 Bukti pemotongan sejumlah 7 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Dalam buku besar perusahaan, penulis menemukan bahwa perusahaan membayar imbalan atas sewa outlet Poins Square kepada PT Menara Prambanan tanggal 31 Juni sebesar Rp ,00 tetapi belum dilakukan pemotongan PPh Final sehingga jumlah PPh Final yang telah disetorkan perusahaan masih kurang sebesar Rp ,00. 71

14 Jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, jumlah ini akan ditagihkan kepada perusahaan (diterbitkan SKPKB) dan dikenakan sanksi bunga 2% per bulan. 7. Masa Pajak Juli Perusahaan telah menyetorkan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 10 Agustus dan melaporkan SPT tanggal 18 Agustus, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.13 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Juli Tanggal Bukti 21 Juli 1 Juli 1 Juli 1 Juli 1 Juli 14 Juli 1 Juli 31 Juli PT Jaya Real Property, Tbk PT Bangun Mustika Inipersada PT Prima Graha Citra PT Menara Prambanan PT Perwita Margasakti PT Mega Pasanggrahan Indah PT Summarecon Agung, Tbk PT Menara Prambanan Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Bintaro Plaza (Dp 50% ke-2 (1 dari 3) Sewa Outlet ITC Cipulir Mas Bulan Juli dan Listrik/Air Bulan Juni Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan dari Tanggal 26/06/10 s.d. 30/06/10 Sewa Outlet Poins Square Periode Bulan Juli Sewa Outlet ITC Kuningan Periode 01/07/10 s.d. 31/07/10 Sewa Outlet Mal Cinere Periode: 15/06/10 s.d. 14/07/10 Sewa Outlet La Piazza Periode Juli Sewa Outlet Poins Square Periode Agustus PPh yang 3,000,000 10% 300,000 1,000,000 10% 100, ,000 10% 19,400 1,136,363 10% 113,636 1,178,000 10% 117,800 1,400,000 10% 140,000 2,000,000 10% 200,000 1,136,363 10% 113,636 Total 11,044,726 1,104,472 Bukti pemotongan sejumlah 8 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 72

15 Dalam buku besar perusahaan, penulis menemukan bahwa perusahaan membayar imbalan atas sewa outlet ITC Cipulir Mas kepada PT Bangun Mustika Intipersada tanggal 31 Juli sebesar Rp ,00 tetapi belum dilakukan pemotongan PPh Final sehingga jumlah PPh Final yang telah disetorkan perusahaan masih kurang sebesar Rp ,00. Jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, jumlah ini akan ditagihkan kepada perusahaan (diterbitkan SKPKB) dan dikenakan sanksi bunga 2% per bulan. 8. Masa Pajak Agustus Pada masa pajak Agustus, perusahaan memotong PPh Final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan dan penghasilan dari usaha jasa konstruksi. a. Sewa Tanah dan Bangunan PPh Final atas sewa tanah dan bangunan yang dipotong perusahaan pada bulan Agustus ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.14 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Agustus Tanggal Bukti 31 Agustus 1 Agustus 1Agustus 1 Agustus 1 Agustus 1 Agustus 14 Agustus PT Bangun Mustika Intipersada PT Prima Graha Citra PT Jaya real Property, Tbk PT Perwita Margasakti PT Graha Baru Raya PT Summarecon Agung, Tbk PT Mega Pasanggrahan Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet ITC Cipulir Mas Periode Agustus dan Listrik/Air Periode Juli Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Bulan JuPPli Sewa Outlet Bintaro Plaza ke-2 dari 3 DP 50% ke-2 Sewa Outlet ITC Kuningan Periode Agustus Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode Agustus Sewa Outlet La Piazza Periode Agustus Sewa Outlet Mal Cinere Periode 15/07/10 s.d. PPh yang 1,000,000 10% 100,000 1,731,600 10% 173,160 3,000,000 10% 300,000 1,178,000 10% 117,800 1,818,181 10% 181,818 2,000,000 10% 200,000 1,400,000 10% 140,000 73

16 1 Agustus Indah 14/08/10 PT Bangun Mustika Intipersada Sewa Outlet ITC Cipulir Mas Periode September dan Listrik/Air Periode Agustus 1,000,000 10% 100,000 Total 13,127,781 1,312,778 b. Jasa Konstruksi Sedangkan untuk jasa konstruksi, PPh Final yang dipotong perusahaan pada bulan Agustus ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel IV.15 PPh Final atas Jasa Konstruksi Agustus Tanggal Bukti 1 Agustus 1 Agustus PPh yang Keterangan DPP Tarif PT Kuat Andal Booth Untuk Outlet ITC Nan Gemilang Bumi Serpong Damai 21,000,433 3% 630,012 PT Kuat Andal Booth untuk Outlet ITC Nan Gemilang Cipulir Mas 15,080,633 3% 452,419 Total 36,081,066 1,082,431 Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 8 September dan melaporkan SPT tanggal 16 September. Bukti pemotongan sejumlah 11 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Dalam buku besar perusahaan, penulis menemukan bahwa perusahaan membayar imbalan atas sewa outlet ITC Kuningan kepada PT Perwita Margasakti tanggal 31 Agustus sebesar Rp ,00 tetapi belum dilakukan pemotongan PPh Final sehingga jumlah PPh Final yang telah disetorkan perusahaan masih kurang sebesar Rp ,00. Jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, jumlah ini akan ditagihkan kepada perusahaan (diterbitkan SKPKB) dan dikenakan sanksi bunga 2% per bulan. 74

17 9. Masa Pajak September Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 8 Oktober dan melaporkan SPT tanggal 15 Oktober, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.16 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan September Tanggal Bukti 2 September 1 September 1 September 1 September 1 September 7 September 1 September PT Jaya Real Property, Tbk PT Prima Graha Citra PT Perwita Margasakti PT Summarecon Agung, Tbk PT Menara Prambanan PT Graha Baru Raya PT MBH Property Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Bintaro Plaza DP 50% ke-2 (3 dari 3) Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Periode Agustus Sewa Outlet ITC Kuningan Periode September Sewa Outlet La Piazza Periode September Sewa Outlet Poins Square Periode September Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode September Sewa Outlet Mega Bekasi Hypermall Periode 3 Bulan I PPh yang 3,000,000 10% 300,000 2,029,500 10% 202,950 1,140,000 10% 114,000 2,000,000 10% 200,000 1,136,360 10% 113,636 1,818,181 10% 181,818 10,000,000 10% 1,000,000 Total 21,124,041 2,112,404 Bukti pemotongan sejumlah 7 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 75

18 10. Masa Pajak Oktober Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 8 November dan melaporkan SPT tanggal 10 November, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.17 PPh Final atas Sewa Tanah da Bangunan Oktober Tanggal Bukti 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober 1 Oktober PT Mega Pesanggrahan Indah PT Mega Pasanggrahan Indah PT Bangun Mustika Intipersada PT Prima Graha Citra PT Perwita Margasakti PT Menara Prambanan PT Summarecon Agung PT Graha Baru Raya PT Mega Pasanggrahan Indah Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Cinere Mall Periode 15 s.d. 31 Agustus Sewa Outlet Mal Cinere Periode September Sewa Outlet ITC Cipulir Mas Periode Oktober, Listrik / Air Periode September Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Periode September Sewa Outlet ITC Kuningan Periode Oktober Sewa Outlet Poins Square Periode Oktober Sewa Outlet La Piazza Periode Oktober Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode Oktober Sewa Outlet Mal Cinere Periode 01 s.d. 14 Oktober PPh yang 767,740 10% 76,774 1,400,000 10% 140,000 1,000,000 10% 100,000 1,429,500 10% 142,950 1,178,000 10% 117,800 1,136,360 10% 113,636 2,000,000 10% 200,000 1,818,180 10% 181, ,260 10% 63,226 Total 11,362,040 1,136,204 Bukti pemotongan sejumlah 9 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Ada salah ketik pada bukti pemotongan nomor /PPH4/X. Nama PT Sumamrecon Agung diketik PT Graha Baru Raya. 76

19 11. Masa Pajak November Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank Mandiri pada tanggal 9 Desember dan melaporkan SPT tanggal 15 Desember, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.18 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan November Tanggal Bukti 1 November 1 November 1 November 1 November 1 November 1 November 1 November 1 November 30 November PT Mega Pasanggrahan Indah PT Prima Graha Citra PT Bangun Mustika Intipersada PT Perwita Margasakti PT Graha Baru Raya PT Menara Prambanan PT Summarecon Agung, Tbk PT Mega Pasanggrahan Indah PT Prima Graha Citra Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet Mal Cinere Periode 15 s.d. 31 Oktober Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Bulan Oktober Listrik dan Air Periode Oktober dan Sewa Periode November (Outlet ITC Cipulir Mas) Sewa Outlet ITC Kuningan Periode November Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode November Sewa Outlet Poins Square Periode November Sewa Outlet La Piazza Periode November Sewa Outlet Mal Cinere Periode November Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Periode November PPh yang 700,000 10% 70,000 1,873,500 10% 187,350 1,000,000 10% 100,000 1,140,000 10% 114,000 1,818,180 10% 181,818 1,136,360 10% 113,636 2,000,000 10% 200,000 1,400,000 10% 140,000 1,606,500 10% 160,650 Total 12,674,540 1,267,454 Bukti pemotongan sejumlah 9 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 77

20 12. Masa Pajak Desember Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank BNI pada tanggal 10 Januari dan melaporkan SPT tanggal 14 Januari, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.19 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Desember Tanggal 1 Desember 1 Deseember 1 Desember 1 Desember 1 Desember 1 Desember 1 Desember 31 Desember PT Summarecon Agung, Tbk PT Graha Baru Raya PT Perwita Margasakti PT Bangun Mustika Intipersada PT MBH Property PT Menara Prambanan PT Mega Pasanggrahan Indah PT Prima Graha Citra Keterangan DPP Tarif Sewa Outlet La Piazza Periode Desember Sewa Outlet Gajah Mada Plazza Periode Desember Sewa Outlet ITC Kuningan Periode Desember Listrik dan Air Periode November dan Sewa Periode Desember (Outlet Cipulir Mas) Sewa Outlet Mega Bekasi Hypermall dari Bulan Desember s.d. Februari Sewa Outlet Poins Square Bulan Desember Sewa Outlet Mal Cinere Periode Desember Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Bulan November PPh yang 2,000,000 10% 200,000 1,818,180 10% 181,818 1,178,000 10% 117,800 1,000,000 10% 100,000 10,000,000 10% 1,000,000 1,136,360 10% 113,636 1,400,000 10% 140,000 1,636,500 10% 163,650 Total 20,169,040 2,016,904 Bukti pemotongan sejumlah 8 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 78

21 IV.6.1 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) Tahun Batas waktu penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh pemotong PPh adalah tanggal 10 dan tanggal 20 bulan berikutnya. Berikut ini adalah tabel tanggal setor dan lapor PPh Pasal 4 ayat (2) selama tahun. Tabel IV.20 Tanggal Setor dan Lapor SPT Masa PPh Final Tahun Masa Pajak PPh Pasal 4 ayat (2) Tanggal Tanggal Sewa Tanah Jasa Total Setor Lapor dan Bangunan Konstruksi Januari Feb Feb 10 Februari Mar Mar 10 Maret Apr Apr 10 April Mei Mei 10 Mei Jun Jun 10 Juni Jul Jul 10 Juli Agt Agt 10 Agustus Sep Sep 10 September Okt Okt 10 Oktober Nov Nov 10 November Des Des 10 Desember Jan Jan 11 Dari data tersebut diketahui bahwa perusahaan terlambat melaporkan SPT Masa Maret sehingga atas keterlambatan itu dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp ,00. IV.7 Evaluasi PPh Pasal 22 Tahun Perusahaan melakukan impor barang berupa komponen mesin pada tanggal 10 Maret dengan nilai impor Rp ,00. Atas impor barang tersebut, perusahaan dipungut PPh Pasal 22 oleh Direktorat Bea dan Cukai. Pembayaran menggunakan SSCP (Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak) dengan jumlah sebagai berikut: 7.5% x Rp ,00 = Rp ,00 79

22 Tarif yang dikenakan adalah 7.5% dari nilai impor karena perusahaan tidak mempunyai Angka Pengenal Impor (API). IV.8 Evaluasi PPh Pasal 23 Tahun Berikut ini adalah tabel PPh Pasal 23 yang telah dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh perusahaan selama tahun. Tabel IV.21 PPh Pasal 23 Tahun Tanggal 25 Januari 25 Januari 9 Februari 10 Februari 8 Maret 11 Maret 1 Maret 8 April 7 Mei 8 Juni 6 Juli 3 Agustus 7 September 4 Oktober 2 November 2 Desember PPh yang Keterangan DPP Tarif PT Jakarta Sinar Jasa Instalasi Outlet ITC Intertrade Mangga Dua 1,000,000 2% 20,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Januari 600,000 2% 12,000 PT Bangun Jasa Instalasi ITC Cipulir Mustika Mas Intipersada 500,000 2% 10,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Februari 600,000 2% 12,000 PT Matra Olah Jasa Instalasi Outlet ITC Cipta Permata Hijau 5,566,000 2% 111,320 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Maret 600,000 2% 12,000 PT Bumi Serpong Jasa Instalasi Outlet Bumi Damai Serpong Damai 510,000 2% 10,200 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan April 600,000 2% 12,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Mei 600,000 2% 12,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Juli 600,000 2% 12,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Juni 600,000 2% 12,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Juli 690,000 2% 13,800 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Agustus 690,000 2% 13,800 Sewa Mesin Fotokopi PT Perdana Pemakaian Bulan Jatiputra September 650,000 2% 13,000 PT Perdana Sewa Mesin Fotokopi Jatiputra Pemakaian Bulan Oktober 660,000 2% 13,200 Sewa Mesin Fotokopi PT Perdana Pemakaian Bulan Jatiputra November 720,000 2% 14,400 Total 15,186, ,720 80

23 Dalam buku besar perusahaan, pada beban operasional dan perawatan gedung kantor, terdapat penghasilan yang berasal dari penyerahan jasa lain yang tidak dipotong PPh Pasal 23-nya oleh perusahaan dengan perincian pada tabel berikut ini. Tabel IV.22 PPh Pasal 23 atas Jasa Lain yang Tidak Tahun Tanggal Jenis Jasa Lain DPP Tarif PPh Pasal Feb Keamanan dan Kebersihan 677,819 2% 13, Mar Sedot Toilet 250,000 4% 10, Apr 31 Mei Keamanan dan Kebersihan Bulan Maret dan April Keamanan dan Kebersihan Bulan Mei 663,636 2% 13, ,818 2% 6, Jun Service AC 10 Unit 350,000 4% 14, Jun Keamanan dan kebersihan Kantor Duta Merlin oleh PT Securindo Packatama Indonesia 331,818 2% 6, Jul Keamanan dan Kebersihan 331,818 2% 6, Agt 30 Sep 27 Okt Keamanan dan Kebersihan Bulan Juli Keamanan Lingkungan - Lebaran, Pemindahan Line Telepon Kantor Keamanan dan Kebersihan PT Jakarta Sinar Intrade 331,818 2% 6, ,000 2% 6, ,818 2% 6,636 Untuk jasa sedot toilet dan service AC tarif pemotongannya dinaikkan 100% (menjadi 4%) karena wajib pajak penerima penghasilan tidak memiliki NPWP (dikerjakan oleh tukang). IV.8.1 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 Tahun PPh Pasal 23 yang dipotong oleh pemotong PPh harus disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tanggal setor dan lapor PPh Pasal 23 yang dipotong oleh perusahaan selama tahun. 81

24 Tabel IV.23 Tanggal Setor dan Lapor SPT Masa PPh Pasal 23 Tahun Masa Pajak PPh yang dipotong Tanggal Setor Tanggal Lapor Januari 32,000 9 Februari 17 Februari Februari 22,000 8 Maret 15 Maret Maret 123,320 9 April 21 April April 12, Mei 14 Mei Mei 12, Juni 15 Juni Juni 12, Juli 15 Juli Juli 12, Agustus 18 Agustus Agustus 13,800 8 September 16 September September 13,800 8 Oktober 15 Oktober Oktober 13,000 8 November 10 November November 13,200 9 Desember 15 Desember Desember 14, Januari 14 Januari Berdasarkan data tersebut, diketahui: 1. Perusahaan terlambat menyampaikan SPT Masa Maret sehingga dikenakan sanksi denda Rp , Perusahaan terlambat menyetorkan PPh yang dipotong untuk masa pajak Mei sehingga atas keterlambatan itu dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan sejumlah Rp 240,00 (1 x 2% x Rp ,00). IV.9 Evaluasi Rekonsiliasi Fiskal Tahun Pada Tahun, perusahaan melakukan leasing kendaraan berupa 2 unit Toyota Avanza Type E, 1 unit Daihatsu Gran Max. Leasing tersebut dengan hak opsi atau digolongkan sebagai finance lease dengan perincian sebagai berikut. 1. Leasing 2 Unit Toyota Avanza Type E Jenis Aktiva Tetap : Toyota Avanza Jumlah Aktiva : 2 (Dua) unit Harga Perolehan : 254,200,000 Nilai Jaminan : 228,780,000 82

25 Hutang Bunga : 41,184,000 % Bunga : 11.78% (Bunga Per Tahun) Angsuran per bulan : 7,499,000 Skedul pembayaran leasing mobil berupa 2 unit Toyota Avanza Type E ditunjukkan pada Tabel IV.24 berikut ini. Tabel IV.24 Skedul Pembayaran Leasing 2 Unit Toyota Avanza Type E Tanggal Pembayaran Leasing Pokok Pinjaman Bunga Pinjaman Sisa 228,780, Jan-10 7,499, ,281, Feb-10 7,499,000 5,330,592 2,168, ,950, Mar-10 7,499,000 5,382,829 2,116, ,567, Apr-10 7,499,000 5,435,577 2,063, ,132, Mei-10 7,499,000 5,488,842 2,010, ,643, Jun-10 7,499,000 5,542,629 1,956, ,100, Jul-10 7,499,000 5,596,943 1,902, ,503, Agt-10 7,499,000 5,651,789 1,847, ,851, Sep-10 7,499,000 5,707,173 1,791, ,144, Okt-10 7,499,000 5,763,100 1,735, ,381, Nov-10 7,499,000 5,819,574 1,679, ,561, Des-10 7,499,000 5,876,602 1,622, ,685, Jan-11 7,499,000 5,934,189 1,564, ,751, Feb-11 7,499,000 5,992,340 1,506, ,758, Mar-11 7,499,000 6,051,061 1,447, ,707, Apr-11 7,499,000 6,110,358 1,388, ,597, Mei-11 7,499,000 6,170,235 1,328, ,427, Jun-11 7,499,000 6,230,699 1,268, ,196, Jul-11 7,499,000 6,291,756 1,207, ,904, Agt-11 7,499,000 6,353,411 1,145, ,551, Sep-11 7,499,000 6,415,670 1,083, ,135, Okt-11 7,499,000 6,478,540 1,020, ,657, Nov-11 7,499,000 6,542, , ,115, Des-11 7,499,000 6,606, , ,508, Jan-12 7,499,000 6,670, , ,838, Feb-12 7,499,000 6,736, , ,101, Mar-12 7,499,000 6,802, , ,299, Apr-12 7,499,000 6,868, , ,430,669 83

26 06-Mei-12 7,499,000 6,936, , ,494, Jun-12 7,499,000 7,004, , ,490, Jul-12 7,499,000 7,072, , ,417, Agt-12 7,499,000 7,142, , ,275, Sep-12 7,499,000 7,212, , ,063, Okt-12 7,499,000 7,282, , ,780, Nov-12 7,499,000 7,354, , ,426, Des-12 7,499,000 7,426,228 72, Leasing 1 unit Daihatsu Gran Max Jenis Aktiva Tetap : Daihatsu Grandmax New Minibus 1.3 D Tahun 2009 Jumlah Aktiva : 1 (Satu) unit Harga Perolehan : 103,200,000 Nilai Jaminan : 98,730,000 Hutang Bunga : 17,802,000 % Bunga : 11.78% (Bunga Per Tahun) Angsuran per bulan : 3,237,000 Skedul pembayaran leasing mobil berupa 1 unit Daihatsu Gran Max ditunjukkan pada Tabel IV.24 berikut ini. Tabel IV.24 Skedul Pembayaran Leasing 1 Unit Daihatsu Gran Max Tanggal Pembayaran Leasing Pokok Pinjaman Bunga Pinjaman Sisa 98,730, Feb-10 3,237, ,493, Mar-10 3,237,000 2,299, , ,193, Apr-10 3,237,000 2,322, , ,870, Mei-10 3,237,000 2,345, , ,525, Jun-10 3,237,000 2,368, , ,157, Jul-10 3,237,000 2,391, , ,766, Agt-10 3,237,000 2,414, , ,351, Sep-10 3,237,000 2,438, , ,912, Okt-10 3,237,000 2,462, , ,450, Nov-10 3,237,000 2,486, , ,963, Des-10 3,237,000 2,511, , ,452, Jan-11 3,237,000 2,535, , ,916, Feb-11 3,237,000 2,560, , ,356,212 84

27 04-Mar-11 3,237,000 2,585, , ,770, Apr-11 3,237,000 2,611, , ,159, Mei-11 3,237,000 2,636, , ,522, Jun-11 3,237,000 2,662, , ,859, Jul-11 3,237,000 2,688, , ,171, Agt-11 3,237,000 2,715, , ,456, Sep-11 3,237,000 2,741, , ,714, Okt-11 3,237,000 2,768, , ,945, Nov-11 3,237,000 2,795, , ,149, Des-11 3,237,000 2,823, , ,326, Jan-12 3,237,000 2,851, , ,475, Feb-12 3,237,000 2,879, , ,596, Mar-12 3,237,000 2,907, , ,689, Apr-12 3,237,000 2,935, , ,753, Mei-12 3,237,000 2,964, , ,788, Jun-12 3,237,000 2,993, , ,795, Jul-12 3,237,000 3,023, , ,771, Agt-12 3,237,000 3,052, , ,719, Sep-12 3,237,000 3,082, , ,636, Okt-12 3,237,000 3,112, , ,523, Nov-12 3,237,000 3,143, , ,379, Des-12 3,237,000 3,174, , ,205, Jan-13 3,237,000 3,205, , Selain itu, perusahaan melakukan kredit kendaraan bermotor berupa 2 unit Honda Revo sebanyak 10 kali angsuran dengan rincian sebagai berikut: 3. Kredit Kendaraan Bermotor 2 Unit Honda Revo Jenis Aktiva Tetap : Honda Revo Jumlah Aktiva : 2 (Dua) unit Harga Perolehan : 22,816,400 Nilai Jaminan : 22,316,400 Hutang Bunga : 3,183,600 % Bunga : % (Bunga Per Tahun) Angsuran per bulan : 2,550,000 Skedul pembayaran kredit kendaraan bermotor berupa 2 unit Honda Revo ditunjukkan pada Tabel IV.25 berikut ini. 85

28 Tabel IV.25 Skedul Pembayaran Kredit Motor Tanggal Pembayaran Kredit Motor Pokok Pinjaman Bunga Pinjaman Sisa 22,316, Sep-10 2,550,000 1,991, , ,324, Okt-10 2,550,000 2,041, , ,282, Nov-10 2,550,000 2,092, , ,190, Des-10 2,550,000 2,145, , ,045, Jan-11 2,550,000 2,198, , ,846, Feb-11 2,550,000 2,253, , ,592, Mar-11 2,550,000 2,310, , ,282, Apr-11 2,550,000 2,367, , ,914, Mei-11 2,550,000 2,427, , ,487, Jun-11 2,550,000 2,487, , Kredit kendraaan bermotor melalui lembaga pembiayaan (Adira ) sehingga tidak dipotong PPh Pasal 23. Perbandingan rekonsiliasi fiskal tahun pada saat sebelum dan sesudah dievaluasi dapat di lihat pada Lampiran 2. Penjelasan koreksi adalah sebagai berikut: 1. Beban Telekomunikasi Tunjangan karyawan berupa pengisian pulsa handphone dapat dibebankan sebagai biaya rutin sebesar 50% berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-09/PJ.42/2002 sehingga biaya telekomunikasi harus dikoreksi positif Rp ,00 (Rp ,00 x 50%). 2. Beban Promosi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/, biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika perusahaan membuat daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, 86

29 tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, normor bukti pemotongan dan besarnya PPh yang dipotong. 3. Beban Penyusutan Dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun, penyusutan kendaraan berupa 2 unit Toyota Avanza Type E dan 1 unit Daihatsu Gran Max yang masih dalam masa leasing disusutkan perusahaan. Padahal, berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf a Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, lesee yang melakukan transaksi finance lease tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sampai saat lessee membeli barang tersebut. Dengan demikian, penyusutan kendaraan yang masih dalam status leasing (2 Unit Toyota Avanza dan 1 Unit Daihatsu Gran Max) harus dikurangkan dari penyusutan yang dilaporkan dalam SPT PPh Tahunan Badan. Berikut ini adalah tabel penghitungan penyusutan kendaraan yang ikut disusutkan perusahaan meskipun masih dalam masa leasing, metode yang digunakan untuk penyusutan komersial maupun fiskal adalah garis lurus. Tabel IV.26 Penyusutan Fiskal Kendaraan Dalam Masa Leasing Tahun Jenis Aktiva Toyota Avanza Type E Toyota Avanza Type E Daihatsu GrandMax Tanggal Perolehan Harga Perolehan Umur ekonomis Penyusutan Komersial Fiskal Komersial Fiskal 05 Jan 127,100, ,887,500 15,887, Jan 127,100, ,887,500 15,887, Jan 103,200, ,825,000 12,900,000 Total 43,600,000 44,675,000 87

30 Dengan demikian, Jumlah penyusutan setelah koreksi adalah sebagai berikut: Jumlah penyusutan fiskal dalam SPT PPh Tahunan 141,786,462 Koreksi positif (2 Unit Toyota Avanza & 1 Unit Daihatsu Gran Max) (44,675,000) Penyusutan setelah koreksi 97,111, Beban Amortisasi Terdapat perbedaan masa manfaat amortisasi komersial dengan fiskal sehingga beban amortisasi dikoreksi positif Rp , Pendapatan Bunga Bank Pendapatan bunga bank dikenakan PPh final sehingga harus dikoreksi negatif sebesar Rp , Rugi Pengalihan Aktiva Tetap Terdapat perbedaan jumlah rugi pengalihan aktiva tetap yang terdapat dalam laporan laba rugi dengan buku besar. 7. Biaya Pokok Pinjaman Perlakuan perpajakan bagi lessor atas transaksi finance lease mengharuskan pembebanan angsuran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang kepada lessor (angsuran pokok maupun bunga). Hal ini berbeda dengan perlakuan akuntansi komersial yang diperlakukan sebagai pembayaran hutang, sedangkan bunganya sebagai biaya atau dengan kata lain setiap pembayaran angsuran akan mengurangi hutang pokok dan pembebanan bunga leasing sehingga perlu memasukkan angsuran pokok sewa guna usaha sebagai biaya. Berikut ini adalah tabel perincian besarnya pokok pinjaman sewa guna usaha di tahun. 88

31 Tabel IV.27 Biaya Pokok Pinjaman Leasing Mobil Tahun Tanggal Lessor Keterangan 05 Feb 28 Feb 05 Mar 28 Mar 05 Apr 28 Apr 05 Mei 28 Mei 05 Jun 28 Jun 05 Jul 28 Jul 05 Agt 28 Agt 05 Sep 28 Sep 05 Okt Angsuran ke-2 (2 unit Avanza Type E) bulan Februari Angsuran ke-2 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Februari Angsuran ke-3 (2 unit Avanza Type E) bulan Maret Angsuran ke-3 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Maret Angsuran ke-4 (2 unit Avanza Type E) bulan April Angsuran ke-4 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan April Angsuran ke-5 (2 unit Avanza Type E) bulan Mei Angsuran ke-5 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Mei Grand Max Angsuran ke-6 (2 unit Avanza Type E) bulan Juni Angsuran ke-6 (1 unit Daihatsu Grand Max) bulan Juni Angsuran ke-7 (2 unit Avanza Type E) Juli Angsuran ke-7 (1 unit Daihatsu Gran Max) Bulan Juli Angsuran ke-8 (2 unit Avanza Type E) bulan Agustus Angsuran ke-8 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Agustus Angsuran ke-9 (2 unit Avanza Type E) bulan September Angsuran ke-9 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan September Angsuran ke-10 (2 unit Avanza Type E) Bunga Pinjaman Pokok Pinjaman Pembayaran Leasing 2,168,408 5,330,592 7,499, ,230 2,299,770 3,237,000 2,116,171 5,382,829 7,499, ,658 2,322,342 3,237,000 2,063,423 5,435,577 7,499, ,865 2,345,135 3,237,000 2,010,158 5,488,842 7,499, ,849 2,368,151 3,237,000 1,956,371 5,542,629 7,499, ,606 2,391,394 3,237,000 1,902,057 5,596,943 7,499, ,135 2,414,865 3,237,000 1,847,211 5,651,789 7,499, ,434 2,438,566 3,237,000 1,791,827 5,707,173 7,499, ,501 2,462,499 3,237,000 1,735,900 5,763,100 7,499,000 89

32 28 Okt 05 Nov 28 Nov 05 Des 28 Des bulan Oktober Angsuran ke-10 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Oktober Angsuran ke-11 (2 unit Avanza Type E) bulan November Angsuran ke-11 (1 unit Daihatsu Grand Max) bulan November Angsuran ke-12 (2 unit Avanza Type E) bulan Desember Angsuran ke-12 (1 unit Daihatsu Gran Max) bulan Desember 750,332 2,486,668 3,237,000 1,679,426 5,819,574 7,499, ,926 2,511,074 3,237,000 1,622,398 5,876,602 7,499, ,281 2,535,719 3,237,000 Total 29,924,167 88,171, ,096,000 Dengan demikian, angsuran pokok sebesar Rp ,00 harus dibebankan sebagai biaya. 8. Biaya Sumbangan Sumbangan yang dapat dibebankan adalah sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia, dan sumbangan dalam fasilitas pendidikan sedangkan sumbangan yang dibebankan oleh perusahaan tidak termasuk dari salah satu sumbangan tersebut sehingga harus dikoreksi positif sebesar Rp ,00 Dengan demikian, aset pajak tangguhan tahun adalah Rp ,00 (25% x Rp ,00). 90

33 IV.10 Evaluasi SPT Tahunan PPh Badan Tahun Perusahaan telah menyampaikan SPT Tahunan Badan tahun pada tanggal 29 April, namun perusahaan diminta untuk melengkapi SPT-nya karena tidak melampirkan transkrip kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan. Lalu, pada tanggal 26 Mei, perusahaan menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan yang sudah lengkap ke KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga. SPT Tahunan PPh Badan 2009 yang disampaikan lebih bayar dengan kredit pajak sebagai berikut: Kredit Pajak PPh Pasal 22 (326,323) PPh Pasal 25 - Kurang (Lebih) Bayar Fiskal (326,323) Atas PPh yang lebih dibayar perusahaan memohon restitusi. Setelah dilakukan penelitian, kemudian diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Penghasilan Pembayaran Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa kepada perusahaan diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran PPh tahun pajak sebesar Rp ,00. Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak. 91

34 IV.11 Evaluasi PPN Tahun Berikut ini adalah tabel penghitungan PPN kurang bayar/lebih bayar pada tahun. Tabel IV.28 Penghitungan PPN Terutang Tahun Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan DPP PPN DPP PPN Kurang Bayar / (Lebih Bayar) Januari 2,822, ,265 66,256,340 6,625,634 (6,343,369) Februari 14,006,000 1,400, ,879,410 16,387,941 (14,987,341) Maret 39,340,526 3,934, ,603,450 29,860,345 (25,926,292) April 58,226,759 5,822, ,918,050 43,691,805 (37,869,129) Mei 75,032,048 7,503, ,072,670 39,907,267 (32,404,062) Juni 91,814,122 9,181, ,134,450 35,213,445 (26,032,033) Juli 115,671,103 11,567, ,809,500 26,880,950 (15,313,840) Agustus 124,027,141 12,402, ,512,460 34,851,246 (22,448,532) September 109,086,292 10,908, ,182,190 25,318,219 (14,409,590) Oktober 139,623,540 13,962, ,974,140 17,697,414 (3,735,050) November 124,382,638 12,438,264 84,066,030 8,406,603 4,031,661 Desember 138,599,504 13,859, ,640,830 12,464,083 1,395,867 Total 1,032,632, ,263,242 2,967,049, ,704,952 (193,441,710) Selama tahun, terdapat beberapa pembetulan SPT Masa PPN yang disampaikan oleh perusahaan atas kemauan sendiri sehingga utang pajak perusahaan menjadi: 92

35 Tabel IV.29 PPN Seharusnya Terutang Karena Pembetulan Tahun Masa Pajak Kurang Bayar / (Lebih Bayar) Kurang Bayar / Lebih Bayar pada SPT Pembetulan Kurang Bayar / Lebih Bayar karena Pembetulan Januari (6,343,369) (6,343,369) Februari (14,987,341) (14,987,341) Maret (25,926,292) (25,926,292) April (37,869,129) (37,869,129) Mei (32,404,062) (32,404,062) Juni (26,032,033) (26,032,033) Juli (15,313,840) (15,313,840) Agustus (22,448,532) (22,448,532) September (14,409,590) (14,409,590) Oktober (3,735,050) 973,801 (4,708,851) November 4,031,661 9,263,982 (5,232,321) Desember 1,395,867 7,464,108 (6,068,241) Total (193,441,710) 17,701,891 (211,143,601) IV.11.1 Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPN Tahun Berikut ini adalah ekualisasi penghasilan dengan PPN perusahaan tahun. Peredaran usaha menurut SPT PPh Badan 1,034,933,314 Jumlah keseluruhan peredaran usaha menurut SPT Masa PPN 1,032,632,325 Selisih 2,300,989 Pada tahun, perusahaan menjual voucher corporate yang merupakan salah satu promo perusahaan. Saat voucher tersebut terjual, perusahaan menganggapnya sebagai pendapatan diterima di muka dan tidak menerbitkan faktur pajak. Perusahaan baru menganggapnya sebagai pendapatan dan menerbitkan faktur pajak jika ada realisasi pemakaian voucher oleh pembeli di outlet perusahaan yang tersebar di Jabodetabek. Hal tersebut mengakibatkan omzet penjualan yang tercantum dalam SPT PPh Badan lebih besar dari omzet penjualan SPT PPN. Seharusnya, perusahaan menerbitkan Faktur Pajak 93

36 saat terjadi penjualan voucher tersebut sesuai dengan Pasal 13 ayat (1a) huruf b Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009: faktur pajak harus dibuat pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. IV.11.2 Penyetoran dan Pelaporan PPN Tahun Mulai 1 April, saat penyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa PPN yang semula paling lambat tanggal 15 (lima belas) dan tanggal 20 (dua puluh) setelah Masa Pajak berakhir sebagaimana diatur dalam Undang-Undang KUP, diperlonggar menjadi paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tanggal setor dan lapor SPT Masa PPN perusahaan selama tahun. Tabel IV.30 Tanggal Setor dan Lapor SPT Masa PPN Taun Masa Pajak Tanggal Setor Tanggal Lapor Januari Tidak ada kurang bayar 17 Februari Februari Tidak ada kurang bayar 18 Maret Maret Tidak ada kurang bayar 21 April April Tidak ada kurang bayar 31 Mei Mei Tidak ada kurang bayar 30 Juni Juni Tidak ada kurang bayar 2 Agustus Juli Tidak ada kurang bayar 31 agustus Agustus Tidak ada kurang bayar 30 Setember September Tidak ada kurang bayar 27 Oktober Oktober Tidak ada kurang bayar 24 November November 30 Desember 31 Desember Desember 27 Januari 28 Januari 94

37 Berdasarkan data tersebut, perusahaan terlambat menyampaikan SPT Masa PPN bulan Maret sehingga dikenakan denda administrasi sebesar Rp ,00. IV.12 Evaluasi PPh Pasal 4 ayat (2) Tahun Berikut ini adalah PPh Final yang dipotong oleh perusahaan selama tahun. 1. Masa Pajak Januari Perusahaan telah menyetorkan PPh Final sejumlah Rp ,00 menggunakan SSP ke Bank BNI pada tanggal 11 Februari dan melaporkan SPT tanggal 9 Februari, yang perinciannya ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel IV.31 PPh Final atas Sewa Tanah dan Bangunan Januari Tanggal Bukti 9 Januari 9 Januari 4 Januari 4 Januari 4 Januari 4 Januari 9 Januari PT Graha Baru Raya PT Perwita Margasakti PT Bangun Mustika Intipersada PT Menara Prambanan PT Summarecon Agung, Tbk PT Mega Pasanggrahan Indah PT Prima Graha Citra Keterangan DPP Tarif Amount Sewa Outlet Gajah Mada Plaza Periode Januari Sewa Outlet ITC Kuningan Periode Januari s.d. Maret Listrik dan Air Periode Desember dan Sewa Periode Januari (Outlet ITC Cipulir Mas) Sewa Outlet Poins Square Periode 12 (Bulan Januari ) Sewa Outlet La Piazza Periode Januari Sewa Outlet Mal Cinere Periode Januari Sewa Outlet Pusat Grosir Cililitan Periode Januari 1,818,180 10% 181,818 3,600,000 10% 360,000 1,000,000 10% 100,000 1,136,360 10% 113,636 2,000,000 10% 200,000 1,400,000 10% 140,000 1,668,000 10% 166,800 Total 12,622,540 1,262,254 Bukti pemotongan sejumlah 7 lembar dilampirkan bersama SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). 95

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Capital Lease Aktiva sewa guna usaha dicatat sebagai aktiva tetap sebesar nilai tunai pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha yang

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI PT GLOBAL MASTER HELMET

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI PT GLOBAL MASTER HELMET EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI PT GLOBAL MASTER HELMET SKRIPSI Oleh Hilda 1201004664 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2012 EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI PT GLOBAL MASTER HELMET

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi terhadap laporan laba/ rugi perusahaan, dan melakukan rekonsiliasi perhitungan laba/ rugi, maka dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi atas pelaksanaan perencanaan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE BAB IV EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE IV.1. Evaluasi Jenis-jenis Biaya yang Terdapat dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Sebagai akhir dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai berikut : a. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK 2011 Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Tuan Wahyudi (PKP) seorang pengusaha garmen yang memiliki 5 kios di Jakarta, Bandung,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Ads by Style%20Ball X i Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 243/PMK.03/2014, 24 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pelaporan Pajak Tahun Sebelum Pembetulan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pelaporan Pajak Tahun Sebelum Pembetulan pembetulan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaporan Pajak Tahun 2011-2014 Sebelum Pembetulan Bapak Agung merupakan klien KKP Indojasa Pratama sejak Tahun 2007 memiliki usaha dibidang perdagangan alat-alat listrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Studi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

NPWP dan Pengukuhan PKP

NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat

1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat BAYAR 1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat final 2. Pembayaran pada akhir tahun pajak (PPh Pasal

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Lembar ke-2 : Untuk Penjual BKP/Pemberi JKP sebagai bukti Pajak Keluaran FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Pengusaha Kena Pajak Nama : PT. Jive Entertainment Alamat : Jl. Patra Kuningan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS)

EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS) EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS) Rizkya Harum Handayani, Liberti Pandiangan Bina Nusantara University, Jl.

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 SURAT KETERANGAN FISKAL surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi keterangan mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci