OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA"

Transkripsi

1 OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA Novita Wulan Sari 1, Yuliana Setyowati 2, S.Kom, M.Kom, Ira Prasetyaningrum 2, S. Si, M.T 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111, Indonesia Telp: Fax: twoel@student.eepis-its.edu ABSTRAK Optimasi adalah pencarian nilai-nilai variabel yang dianggap optimal, efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang diinginkan. Masalah optimasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Secara khusus untuk bidang ekspedisi, penerapan optimasi adalah dengan cara memaksimumkan pengisian kontainer. Dengan optimasi tersebut diharapkan menghasilkan suatu solusi konfigurasi pengepakan yang mempertimbangkan kestabilan silinder, menjaga agar tidak ada konfigurasi silinder yang melayang dan tumpang tindih. Pentingnya penelitian mengenai pengepakan silinder didasari atas pertimbangan bahwa kesalahan dalam penempatan silinder akan menyebabkan adanya ruang yang terbuang dalam kontainer. Berbagai pendekatan dan algoritma ditawarkan untuk mendapatkan solusi yang optimal. Salah satu contohnya adalah algoritma genetika yang diharapkan bisa menjadi metode alternatif untuk solusi yang optimal Kata kunci silinder, packing, optimasi, algoritma genetika I. Pendahuluan Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat, perkembangan industri distribusi semakin meningkat. Dengan peningkatan ini diharapkan industri distribusi semakin meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan jasa pengiriman barang. Untuk menghemat biaya pengiriman barang mereka berusaha mengoptimalkan armada pengiriman dengan memaksimalkan daya angkut. Oleh karena itu, suatu industri diharapkan dapat mengoptimalkan pengepakan barang dalam alat transportasi pengangkutan barang sehingga barang yang diangkut dapat maksimal dan dapat meminimalkan jumlah kendaraan alat pengangkut. Barang yang akan dikirim tersebut dapat berbentuk silinder dan alat transportasi yang digunakan adalah kontainer. Ada tiga permasalahan penting yang dihadapi pada pengepakan silinder secara lengkap yaitu : Bagaimana mengoptimalkan pengepakan untuk kasus silinder berongga, dimana bisa dimungkinkan terjadi persarangan satu silinder ke dalam silinder lain. Bagaimana mengoptimalkan pengepakan silinder pejal ke dalam satu kontainer/kotak, optimal disini meliputi jenis apa saja yang harus dimasukkan dan bagaimana pula penataannya. Bagaimana mengalokasikan silinder ke dalam berbagai kontainer/kotak dengan berbagai ukuran untuk meminimasi jumlah kontainer yang akan dikirimkan. Agar pengepakan silinder dengan berbagai ukuran dalam kontainer optimal, maka perlu dilakukan optimasi. Perumusan Masalah Untuk mengetahui optimal atau tidaknya pengisian barang tersebut, dilakukan dengan melihat dari banyaknya volume barang yang dapat masuk atau juga dapat diketahui dari banyaknya sisa ruang kosong di kontainer. Jadi semakin banyak volume barang yang dapat masuk atau semakin sedikit sisa ruang kosong di kontainer maka semakin optimal pengisian tersebut. Bentuk barang masih dibatasi hanya untuk barang-barang silinder yang pejal. Batasan Masalah Dalam membahas masalah penataan silinder, dalam tulisan ini diasumsikan bahwa : Silinder ditata dalam kontainer dengan posisi tidur. Silinder yang dilakukan optimasi dalam kontainer adalah silinder pejal Silinder memiliki ukuran diameter dan panjang beraneka ragam dimana panjang silinder minimal adalah sama dengan diameter. Silinder dianggap memiliki ketahanan yang kuat sehingga memungkinkan ada silinder yang lebih berat di atas silinder lain II. Teori Penunjang. Algoritma Genetika Algoritma genetika yang dikembangkan oleh Goldberg adalah algoritma komputasi yang diinspirasi teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi aturan yang kuat adalah yang menang. Darwin juga menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dapat dipertahankan melalui proses reproduksi, crossover, dan mutasi. Konsep dalam teori evolusi Darwin tersebut kemudian diadopsi menjadi algoritma komputasi untuk mencari solusi 1

2 suatu permasalahan dengan cara yang lebih alamiah. Sebuah solusi yang dibangkitkan dalam algoritma genetika disebut sebagai chromosome, sedangkan kumpulan chromosome-chromosome tersebut disebut sebagai populasi. Sebuah chromosome dibentuk dari komponen-komponen penyusun yang disebut sebagai gen dan nilainya dapat berupa bilangan numerik, biner, simbol ataupun karakter tergantung dari permasalahan yang ingin diselesaikan. Chromosome-chromosome tersebut akan berevolusi secara berkelanjutan yang disebut dengan generasi. Dalam tiap generasi chromosomechromosome tersebut dievaluasi tingkat keberhasilan nilai solusinya terhadap masalah yang ingin diselesaikan (fungsi_objektif) menggunakan ukuran yang disebut dengan fitness. Untuk memilih chromosome yang tetap dipertahankan untuk generasi selanjutnya dilakukan proses yang disebut dengan seleksi. Proses seleksi chromosome menggunakan konsep aturan evolusi Darwin yang telah disebutkan sebelumnya yaitu chromosome yang mempunyai nilai fitness tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk terpilih lagi pada generasi selanjutnya Chromosome-chromosome baru yang disebut dengan offspring, dibentuk dengan cara melakukan perkawinan antar chromosome-chromosome dalam satu generasi yang disebut sebagai proses crossover. Jumlah chromosome dalam populasi yang mengalami crossover ditetukan oleh paramater yang disebut dengan crossover_rate. Mekanisme perubahan susunan unsur penyusun mahkluk hidup akibat adanya faktor alam yang disebut dengan mutasi direpresentasikan sebagai proses berubahnya satu atau lebih nilai gen dalam chromosome dengan suatu nilai acak. Jumlah gen dalam populasi yang mengalami mutasi ditentukan oleh parameter yang dinamakan mutation_rate. Setelah beberapa generasi akan dihasilkan chromosome-chromosome yang nilai gen-gennya konvergen ke suatu nilai tertentu yang merupakan solusi terbaik yang dihasilkan oleh algoritma genetika terhadap permasalahan yang ingin diselesaikan. evolusi di alam, suatu algoritma genetika yang sederhana umumnya terdiri dari tiga operator yaitu: operator reproduksi, operator crossover (persilangan) dan operator mutasi. Struktur umum dari suatu algoritma genetika dapat didefinisikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membangkitkan populasi awal, Populasi awal ini dibangkitkan secara random sehingga didapatkan solusi awal. Populasi itu sendiri terdiri dari Sejumlah kromosom yang merepresentasikan solusi yang diinginkan. 2. Membentuk generasi baru, Dalam membentuk digunakan tiga operator yang telah disebut di atas yaitu operator reproduksi/seleksi, crossover dan mutasi. Proses ini dilakukan berulangulang sehingga didapatkan jumlah kromosom yang cukup untuk membentuk generasi baru dimana generasi baru ini merupakan representasi dari solusi baru. 3. Evaluasi solusi, Proses ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom dan mengevaluasinya sampai terpenuhi kriteria berhenti. Bila kriteria berhenti belum terpenuhi maka akan dibentuk lagi generasi baru dengan mengulangi langkah 2. Beberapa kriteria berhenti yang sering digunakan antara lain: Berhenti pada generasi tertentu. Berhenti setelah dalam beberapa generasi berturut-turut didapatkan nilai fitness tertinggi tidak berubah. Berhenti bila dalam n generasi berikut tidak didapatkan nilai fitness yang lebih tinggi. III Perancangan Sistem 3.1 Spesifikasi Input Output Input o Ukuran kontainer (panjang, lebar, tinggi) o Ukuran silinder (panjang, diameter) o Jumlah silinder Output Output dari sistem ini adalah mengoptimalkan jumlah silinder yang dimasukkan dalam kontainer. Agar bisa meminimalkan ruang kosong yang tersisa maka semakin optimal pengisian tersebut. 3.2 DFD DFD level 0 : Gambar 2.1 Flowchart GA Gambar 3.1 DFD level 0 Algoritma genetika sangat tepat digunakan untuk penyelesaian masalah optimasi yang kompleks dan sukar diselesaikan dengan menggunakan metode yang konvensional. Sebagaimana halnya proses 2

3 DFD level 1 : 3.3 Rancangan System Gambar 3.2 DFD level 1 Gambar 3.7 Pengepakan silinder dalam kontainer 3.5 Formula Matematis Fungsi memaksimalkan : Z =min(kapberatkontainer - totalberatsilinder) Fungsi-fungsi kendala : (a) D i X i (A - D i ) (b) P i Y i i (C - D i ) (c) D i Z i i (B - T i ) (d) (X i X j ) 2 + (Y i Y j ) 2 + (Z i Z j ) 2 (D i ) 2 + (T i ) 2 (e) X i, 0, Y i 0, Z i 0 Keterangan : Kendala (a), (b) dan (c) menjamin jika silinder telah dimasukkan ke dalam kotak, maka tidak ada bagian dari silinder yang keluar dari kotak. Kendala (d) menjamin tidak ada satu silinder yang berpotongan dengan silinder lain dalam lingkup silinder yang sama, hubungan antar silinder dalam lingkup silinder yang sama minimal adalah bersinggungan atau sejajar. Kendala (e) bersifat sebagai penentu koordinat sumbu x, y dan z untuk silinder ke-i. 3.6 Metode Solusi (a) Pencarian koordinat i. Silinder pertama diletakkan di sudut kiri bawah dengan koordinat titik tengah bisa dilihat dari jari-jari nya. ii. Apabila diameter dari lingkaran pertama dan kedua sama, maka koordinat titik tengah silinder kedua adalah D i + r i+1 Gambar 3.6 Diagram Alur System 3.4 Data dan Variabel Set indeks I menunjukkan kumpulan dari silinder sebagai kandidat yang akan ditempatkan ke dalam kotak. Ri adalah jari-jari dari silinder ke-i, D i adalah diameter silinder ke-i dan Pi adalah panjang silinder ke-i. Walaupun ada beberapa silinder yang berdiameter sama, nilai sebuah i tetap hanya untuk 1 silinder. A, B dan C masing-masing menunjukkan dimensi horizontal, dimensi vertikal dan dimensi diagonal dari kontainer. Xi, Yi dan Zi menunjukkan koordinat dari tiap silinder. Rincian variabel : l = jumlah silinder D i = diameter silinder ke-i P i = panjang silinder ke-i A = dimensi horizontal kontainer B = dimensi vertikal kontainer C = dimensi diagonal kontainer X i, Y i dan Z i = koordinat dari tiap silinder iii. Gambar 3.4 Dua diameter sama Apabila diameter lingkaran kedua lebih besar atau lebih kecil daripada lingkaran pertama maka menggunakan rumus sbb : Gambar 3.5 Besar lalu kecil 3

4 mempresentasikan jenis-jenis silinder yang telah diinputkan. Setiap kromosom harus memenuhi batasan-batasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Representasi kromosom dapat digambarkan sbb : Misalkan ada 3 jenis silinder yang diinputkan : iv. Gambar 3.6 Kecil lalu besar Apabila sisi bawah telah terisi sampai penuh, maka penataan dialihkan ke sisi atas dengan bertumpu pada 2 silinder di bawahnya. Menggunakan rumus sbb : Gambar 3.7 Tiga Silinder Gambar 3.8 Solusi Tiga Silinder Gambar 3.5 Representasi Kromosom Nomor yang tertulis pada representasi kromosom diatas adalah nama silinder. Setiap silinder memiliki atribut diameter, panjang dan berat. ii. Proses Inisialisasi Proses inisialisasi adalah proses pembentukan populasi awal yang diperoleh dengan cara rekombinasi kromosom sebanyak ukuran populasi yang ditentukan. Dalam permasalahan ini, proses rekombinasi kromosom ini harus tetap memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut ini contoh proses inisialisasi : Input : Jenis silinder Ukuran silinder (diameter, panjang, berat) Ukuran kontainer (panjang, lebar, tinggi, kapasitas berat) Contoh proses inisialisasi populasi : Diasumsikan ada 3 jenis silinder yang diinputkan, dengan ukuran diameter dan panjang dalam desimeter dan berat dalam kilogram sbb : S1 S2 S3 Diameter Panjang Berat Tabel 3.1 Contoh ukuran untuk 3 silinder Gambar 3.9 Rumus Paul Bourke v. Jika sisi atas sudah terpenuhi, maka beralih ke sisi belakang silinder pertama dengan proses penataan seperti di atas. Dan nilai z disesuaikan dengan sisa panjang kontainer yang telah terpakai. vi. Jika ruangan dalam satu kontainer telah terpakai keseluruhan, tetapi masih ada silinder yang belum masuk, maka akan dilakukan lagi penataan di kontainer baru dengan cara penaataan sama seperti di atas. Dan dimulai dari sudut kiri bawah. (b) Algoritma Genetika i. Representasi Kromosom Dalam menyelesaikan optimasi pengepakan silinder dalam kontainer menggunakan algoritma genetika langkah yang pertama adalah membuat representasi kromosom. Dalam permasalahan ini kromosom dipresentasikan dalam bentuk list, yang Panjang kontainer = 150 dm; Lebar kontainer = 120 dm; Tinggi kontainer = 80 dm; Kapasitas berat kontainer = 1000 kg; iii. Proses Evaluasi Setelah mendapatkan suatu populasi awal dari algoritma inisialisasi populasi di atas, selanjutnya tiap-tiap kromosom akan dievaluasi. Fungsi evaluasi yang dihitung adalah fungsi untuk meminimalkan kapasitas berat dari kontainer sehingga dapat diketahui jumlah maksimal silinder yang bisa masuk dalam kontainer. Fungsi tersebut didefinisikan sbb : Z = min (kapberatkontainertotalberatsilinder) Dengan : l = jenis silinder (di, pi, bi) = parameter diameter, panjang dan berat silinder 4

5 iv. (p, l, t, kapb) = parameter untuk panjang, lebar, tinggi dan kapasitas berat kontainer Operator Tukar Silang Dalam tahap ini, populasi akan dikenakan operator tukar silang untuk mendapatkan kromosom baru (offspring). Proses ini melibatkan dua kromosom yang dijadikan sebagai parent untuk memproduksi kromosom baru. Metode tukar silang yang digunakan adalah OX (order crossover). Langkah-langkah dari proses tukar silang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Setelah dihasilkan kromosomkromosom baru dari proses tukar silang akan dilakukan seleksi kromosom yang nantinya dimasukkan dalam populasi baru. v. Operator Mutasi Selain dikenakan operator tukar silang, kromosom juga dikenakan operator mutasi. Proses mutasi yang dilakukan pada kromosom adalah menukar urutan salah satu gen sehingga didapatkan posisi yang berbeda. Setelah dihasilkan kromosom-kromosom yang baru dari proses reproduksi akan dilakukan seleksi kromosom yang nantinya dimasukkan dalam populasi baru. Kromosom yang yang telah dikenakan tukar silang ataupun mutasi harus memenuhi batasan-batasan yang telah ditetapkan. vi. Seleksi Proses seleksi di antara kromosom dilakukan sesuai dengan nilai fitness tiap kromosom. Pada proses seleksi ini kromosom dengan nilai fitness yang lebih kecil dari nilai fitness kromosom pada proses sebelumnya akan dipilih sebagai kromosom-kromosom dead dan digantikan oleh kromosom-kromosom baru (offspring). Jadi populasi baru nantinya akan terdiri dari parent dan kromosom baru. Dari proses seleksi maka akan didapatkan populasi yang baru. Populasi baru ini akan mengalami proses yang sama dengan populasi tadi, yaitu operasi tukar silang, evaluasi, seleksi dan mutasi kemudian diseleksi lagi untuk mendapatkan populasi baru sampai generasi yang diinginkan. IV Pengujian dan Analisa Data Eksperimen Untuk kepentingan validasi algoritma, digunakan salah satu kontainer dengan pilihan ukuran sbb : Tabel 4.1 Ukuran kontainer Kontainer Panjang Lebar Tinggi Kapasitas berat(kg) (dm) (dm) (dm) 20 feet feet feet Tabel 4.2 Ukuran 1 macam silinder silinder S Tabel 4.3 Ukuran 5 macam silinder silinder S S S S S Tabel 4.2 Ukuran 10 macam silinder silinder S S S S S S S S S S Hasil Eksperimen Pada percobaan pertama ini, menggunakan 1 macam silinder dengan ukuran sbb : Tabel 4.5 Ukuran 1 macam silinder S Dan menggunakan kontainer 20 feet dengan ukuran : Panjang = 60 dm, tinggi = 25 dm, lebar = 24 dm dan kapasitas berat = kg. Parameter GA yang diinputkan adalah jumlah populasi = 50, Probablilitas crossover = 60%, Probabilitas Mutasi = 1 % dan Maksimal generasi = 100 yang telah di set default dalam program. Menggunakan metode CrossOver OX, Insertion Mutation dan Roulette Wheel Selection yang semuanya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut ini adalah hasil koordinat yang dihasilkan dari komputasi diatas : Tabel 4.6 Tabel koordinat 1 silinder dan kontainer 20 feet Jumlah Kontainer 3 Sisa Ruang Waktu Proses 8.61 Detik No Panjang Diameter NoKontainer Koordinat titik tengah x y z

6 Penjelasan dari tabel diatas adalah bahwa tiaptiap silinder yang telah ditentukan jumlahnya, akan menempati koordinat-koordinat yang tertera diatas. Dimana koordinat-koordinat itu tidak akan melebihi batas koordinat yang telah ditentukan. Dari koordinat-koordinat yang telah didapatkan diatas, maka akan ditampilkan berikut ini adalah visualisasi dari koordinat diatas yang bisa juga digunakan sebagai analisa, apakah penataan silinder bisa optimal atau tidak. Gambar D untuk1 silinder dan kontainer 20 feet Pada penataan di atas, dianggap telah memenuhi syarat, yaitu Tidak melebihi ruang dalam kontainer. Silinder dianggap stabil penataannya jika minimal menyentuh 2 titik, baik antara silinder atau dengan kontainer. Antar silinder tidak terjadi perpotongan. Gambar D untuk1 silinder dan kontainer 20 feet Begitu juga dengan penataan berikut ini. Silinder tidak melewati batas ruang kontainer dan tidak ada saling perpotongan antar silinder, maka dianggap penataan berikut, telah memenuhi syarat. Pada percobaan kedua ini, menggunakan 5 macam silinder degan ukuran sbb: Tabel 4.7 Ukuran 5 macam silinder S S S S S Dimana total silinder yang digunakan adalah sebanyak 40 buah. Dan menggunakan kontainer 45 feet dengan ukuran : Panjang = 137 dm, tinggi = 28 dm, lebar = 24 dm dan kapasitas berat = kg. Parameter GA yang diinputkan adalah jumlah populasi = 50, Probablilitas crossover = 60%, Probabilitas Mutasi = 1 % dan Maksimal generasi = 100 yang telah di set default dalam program. Menggunakan metode CrossOver OX, Insertion Mutation dan Roulette Wheel Selection yang semuanya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut ini adalah hasil koordinat yang dihasilkan dari komputasi diatas : Tabel 4.8 Tabel koordinat 5 silinder dan kontainer 45 feet Jumlah Kontainer 1 Sisa Ruang Waktu Proses Detik No Panjang Diameter NoKontainer Koordinat titik tengah x y z

7 Penjelasan dari tabel diatas adalah bahwa tiaptiap silinder yang telah ditentukan jumlahnya, akan menempati koordinat-koordinat yang tertera diatas. Dimana koordinat-koordinat itu tidak akan melebihi batas koordinat yang telah ditentukan. Dari koordinat-koordinat yang telah didapatkan diatas, maka akan ditampilkan berikut ini adalah visualisasi dari koordinat diatas yang bisa juga digunakan sebagai analisa, apakah penataan silinder bisa optimal atau tidak. Gambar D untuk5 silinder dan kontainer 45 feet Begitu juga dengan penataan berikut ini. Silinder tidak melewati batas ruang kontainer dan tidak ada saling perpotongan antar silinder, maka dianggap penataan berikut, telah memenuhi syarat. Pada percobaan ketiga ini, menggunakan 10 macam silinder dengan ukuran sbb : Gambar D untuk5 silinder dan kontainer 45 feet Pada penataan di atas, dianggap telah memenuhi syarat, yaitu Tidak melebihi ruang dalam kontainer. Silinder dianggap stabil penataannya jika minimal menyentuh 2 titik, baik antara silinder atau dengan kontainer. Antar silinder tidak terjadi perpotongan. Tabel 4.9 Ukuran 10 macam silinder S S S S S S S S S S Dimana total silinder yang digunakan adalah sebanyak 81 buah. Dan menggunakan kontainer 40 feet dengan ukuran : Panjang = 137 dm, tinggi = 28 dm, lebar = 24 dm dan kapasitas berat = kg. Parameter GA yang diinputkan adalah jumlah populasi = 10, Probablilitas crossover = 10%, Probabilitas Mutasi = 1 % dan Maksimal generasi = 100 yang telah di set default dalam program. Menggunakan metode CrossOver OX, Insertion Mutation dan Roulette Wheel Selection yang semuanya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 7

8 Berikut ini adalah hasil koordinat yang dihasilkan dari komputasi diatas : Tabel 4.10 Tabel koordinat 10 silinder dan kontainer 40 feet Jumlah Kontainer 1 Sisa Ruang Pada penataan di atas, dianggap telah memenuhi syarat, yaitu Tidak melebihi ruang dalam kontainer. Silinder dianggap stabil penataannya jika minimal menyentuh 2 titik, baik antara silinder atau dengan kontainer. Antar silinder tidak terjadi perpotongan. Waktu Proses 0.64 Detik N o Panja ng Diameter NoKontain er Koordinat titik tengah x y z Penjelasan dari tabel diatas adalah bahwa tiaptiap silinder yang telah ditentukan jumlahnya, akan menempati koordinat-koordinat yang tertera diatas. Dimana koordinat-koordinat itu tidak akan melebihi batas koordinat yang telah ditentukan. Dari koordinat-koordinat yang telah didapatkan diatas, maka akan ditampilkan berikut ini adalah visualisasi dari koordinat diatas yang bisa juga digunakan sebagai analisa, apakah penataan silinder bisa optimal atau tidak. Sengaja menggunakan probabilitas yang lebih kecil, karena pada saat menggunakan probabilitas yang lebih besar, maka akan dihasilkan ruang solusi yang memiliki hasil yang kadang tidak terkira dan tidak memenuhi syarat stabilnya penataan silinder dalam kontainer. Itupun, kita baru akan memperoleh hasil yang benar, setelah beberapa kali percobaan running program. Hal ini dikarenakan sifat silinder yang memiliki permukaan lingkaran, sehingga terkadang memiliki kemungkinan solusi yang terlalu banyak, sehingga solusi-solusi yang diberikan, kurang bisa mengoptimalkan. Oleh karena itu, dibuat lebih kecil probabilitasnya dengan maksimal generari tetap 100. Gambar D untuk10 silinder dan kontainer 40 feet Gambar D untuk 10 silinder dan kontainer 40 feet Begitu juga dengan penataan berikut ini. Silinder tidak melewati batas ruang kontainer dan tidak ada saling perpotongan antar silinder, maka dianggap penataan berikut, telah memenuhi syarat. Pada percobaan kali ini, kita akan melakukan perbandingan antar percobaan-percobaan yang telah dilakukan untuk mencari pengaruh dari input parameter GA terhadap waktu komputasi, sisa ruang dalam kontainer dan jumlah kontainer yang dibutuhkan. Menggunakan 10 macam silinder dan kontainer 40 feet. Tabel 4.11 Tabel perbandingan Pop ProbCross ProbMut Sisa Waktu MaxGen JumKont (%) (%) ruang(dm3) (detik) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa : Parameter GA berpengaruh sedikit pada sisa ruang karena, perubahan yang terjadi tiap iterasi tidak memiliki selisih yang terlalu tinggi, lagipula hal ini juga mendapat pengaruh dari metode penataan yang didapat dari nilai acak, sehingga nilainya bisa berubah-ubah. Parameter GA berpengaruh pada waktu komputasi. Semakin besar nilai populasi dan probabilitas crossover, maka akan semakin lama pula waktu komputasinya. 8

9 V. Kesimpulan Kesimpulan Dari beberapa uraian sebelumnya dan uji coba perangkat lunak tentang pendekatan algoritma genetika untuk menyelesaikan masalah optimasi pengepakan silinder dalam kontainer, maka dapat disimpulkan : 1. Algoritma genetika dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan permasalahan pengepakan silinder dalam kontainer. 2. Parameter-parameter yang digunakan seperti jumlah populasi memang berpengaruh pada solusi optimal yang diperoleh, akan tetapi dalam hal ini perubahannya tersebut tidak dapat disimpulkan menuju ke solusi yang lebih baik atau malah lebih buruk. 3. Semakin banyak jenis silinder yang dimasukkan maka akan semakin lama pula proses komputasinya 4. Silinder memiliki permukaan yang tidak stabil, sehingga muncul kemungkinan-kemungkinan baru yang kadang tidak masuk dalam ruang solusi, sehingga dalam suatu komputasi, terkadang memerlukan beberapa kali running program agar mendapatkan hasil yang optimal. 5. Silinder juga memiliki kelebihan dari pada penataan kotak, yakni, apabila di antara silinder masih ada celah kosong, maka untuk ukuran silinder yang lebih kecil dapat di sisipkan ke dalam celah itu, sehingga bisa memperkecil sisa ruang dalam kontainer. Saran Permasalahan optimasi pengepakan silinder dalam kontainer pada tugas akhir ini diselesaikan dengan mengunakan algoritma genetika, akan tetapi karena belum menghasilkan hasil terbaik maka masih bisa dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode-metode lain sehingga dapat dibandingkan metode mana yang lebih baik untuk pengepakan silinder dalam kontainer III. Daftar Pustaka [1] Desiani, Anita dan Arhami, Muhammad. (2006). Konsep Kecerdasan Buatan. Penerbit Andi, Yogyakarta [2] [3] Singgih, Moses L. dan Untung, Sundoro Pengepakan Pipa Beragam Diameter ke Dalam Satu Kontainer Dengan Menggunakan Solusi Heuristik Algoritma Genetika, Jurnal Teknik Industri, Vol. 2. [4] George, John A, et al., Packing Different Sized Circles Into a Rectangular Container. European Journal of Operational Research 84 9

PENGEPAKAN PALLET DALAM KONTAINER DENGAN FORKLIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

PENGEPAKAN PALLET DALAM KONTAINER DENGAN FORKLIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PENGEPAKAN PALLET DALAM KONTAINER DENGAN FORKLIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Ira Prasetyaningrum Jurusan Teknik Informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Email : ira@eepis-its.edu

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

SOLUSI KOMBINASI CONTAINER LOADING PROBLEM DAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

SOLUSI KOMBINASI CONTAINER LOADING PROBLEM DAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK SOLUSI KOMBINASI CONTAINER LOADING PROBLEM DAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI Eddy Triswanto Setyoadi, ST., M.Kom. ABSTRAK Melakukan optimasi dalam pola penyusunan barang di dalam ruang tiga

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW. Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat, perkembangan industri distribusi juga semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii DAFTAR ISI Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Faiz Rafdh Ch SISTEM INFORMASI ZAKAT BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA RUMAH ZAKATINDONESIA 1-7 Abdul Jamil Syamsul Bachtiar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika 1 Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika Annisti Nurul Fajriyah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K 2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan)

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Stasiun Kereta Api Bandar Khalipah Medan) Nurhamidah Lubis 1, Garuda Ginting 2 Mahasiswa Teknik Informatika

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

PENGEPAKAN PIPA BERAGAM DIAMETER KE DALAM SATU KONTAINER DENGAN MENGGUNAKAN SOLUSI HEURISTIK ALGORITMA GENETIKA

PENGEPAKAN PIPA BERAGAM DIAMETER KE DALAM SATU KONTAINER DENGAN MENGGUNAKAN SOLUSI HEURISTIK ALGORITMA GENETIKA JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2000: 94-105 PENGEPAKAN PIPA BERAGAM DIAMETER KE DALAM SATU KONTAINER DENGAN MENGGUNAKAN SOLUSI HEURISTIK ALGORITMA GENETIKA Moses L. Singgih Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Ferman Hakiki 1, Indra Adji Sulistijono 2 1 Jurusan Teknik Elektornika, Politeknik Elekronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibicarakan beberapa model penyelesaian problema Knapsack dengan memakai beberapa metode yang telah ada yang akan digunakan pada bab pembahasan. 2. Problema Knapsack

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYUSUNAN BOX KOMPONEN PROGRAM SPIRIT DI DALAM CONTAINER UNTUK MEMINIMASI SPACE KOSONG MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENYUSUNAN BOX KOMPONEN PROGRAM SPIRIT DI DALAM CONTAINER UNTUK MEMINIMASI SPACE KOSONG MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2890 OPTIMASI PENYUSUNAN BOX KOMPONEN PROGRAM SPIRIT DI DALAM CONTAINER UNTUK MEMINIMASI SPACE KOSONG MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS Kartika Gunadi, Irwan Kristanto Julistiono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI PENJADWALAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI SURABAYA SECARA ADAPTIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI PENJADWALAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI SURABAYA SECARA ADAPTIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI PENJADWALAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI SURABAYA SECARA ADAPTIF MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Febrianto Nur Anwari, Arna Fariza, S.Kom, M.Kom, Entin Martiana S.Kom, M.Kom,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana :

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Graph Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana : V(G) adalah sebuah himpunan terhingga yang tidak kosong ( non empty finite set) yang elemennya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK PENGENALAN ALGORITMA GENETIK Aries Syamsuddin ariesmipa@psyon.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial

Lebih terperinci

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB 1)Adam Ridiantho M, 2 Djoko Purwanto 1,2) Program Studi Teknik Elektro, Program Pasca Sarjana, ITS Ruang B205,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA PADA KNAPSACK PROBLEM UNTUK OPTIMASI PEMILIHAN BUAH KEMASAN KOTAK Komang Setemen Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA,, Universitas Negeri Malang E-mail: love_nisza@yahoo.co.id ABSTRAK: Matching berguna untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

OLEH : YUDHISTIRA BAWA YUSHA DOSEN KONSULTASI Bambang Piscesa, ST, MT Ir. Aman Subakti, M.Sc

OLEH : YUDHISTIRA BAWA YUSHA DOSEN KONSULTASI Bambang Piscesa, ST, MT Ir. Aman Subakti, M.Sc OPTIMASI PERENCANAAN CAMPURAN BETONYANG MEMILIKI KEKEDAPAN TERTENTU TERHADAP PENETRASI ION CHLORIDA DENGAN BAHAN ADIKTIF TAMBAHAN FLY ASH DAN SILICA FUME BERDASARKAN VIRTUAL RAPID CHLORIDE PERM EABILITY

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

OPTIMASI TRAJEKTORI PERGERAKAN ROBOT GRIPPER MENGGUNAKAN GENETIC PROGRAMMING

OPTIMASI TRAJEKTORI PERGERAKAN ROBOT GRIPPER MENGGUNAKAN GENETIC PROGRAMMING OPTIMASI TRAJEKTORI PERGERAKAN ROBOT GRIPPER MENGGUNAKAN GENETIC PROGRAMMING Choirul Yanuar #1, Bambang Sumantri #, Ardik Wijayanto #3 # Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Simulasi Teknik Simulasi merupakan cara meniru suatu sistem nyata yang kompleks dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan definisi

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN (Binary Genetic Algorithm Concept to Optimize Course Timetabling) Iwan Aang Soenandi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

CODING VOL.2 NO. 1 (2014), Hal ISSN: X

CODING VOL.2 NO. 1 (2014), Hal ISSN: X APLIKASI JADWAL PERKULIAHAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC.NET (Studi Kasus: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Sella Erary [1],Beni Irawan [2], Ilhamsyah [3] [1][2][3]

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci