HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Alat Tipe Tampah, Engkol Semi Mekanis, dan Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat pengupas dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi DIY pada kedelai sejumlah 5 kg sebanyak dua kali pengulangan. Hasil pengujian dilakukan terhadap alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis dan tipe mekanis. Pengujian untuk alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kapasitas lapang alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah Jumlah kedelai (kg) Waktu pengupasan (s) Kapasitas lapang (kg/jam) Rata-rata 20 Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat bekerja dengan kapasitas lapang 20 kg/jam atau 0.05 jam/kg. Data kapasitas lapang digunakan untuk menentukan biaya operasional alat yaitu biaya operator dan biaya perbaikan dan pemeliharaan. Penambahan alat dilakukan ketika jumlah kedelai yang diolah dalam sehari melebihi kapasitas maksimal alat pengupas tipe tampah dalam sehari (7 jam), yaitu 140 kg. Setiap kelipatan 140 kg/hari hari atau 42 ton dalam satu tahun maka harus dilakukan penambahan sebanyak satu alat. Pengujian kedua adalah pengujian kapasitas lapang alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis dengan jumlah kedelai dan jumlah pengulangan yang sama dengan pengujian alat pengupas kulit ari kedelai tipe engkol semi mekanis. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dari Tabel 9. Tabel 9. Kapasitas lapang alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis Jumlah kedelai (kg) Waktu pengupasan (s) Kapasitas lapang (kg/jam) Rata Rata Kapasitas lapang alat rata-rata alat pengupas kulit ari kedelai tipe engkol semi mekanis adalah kg/jam. Data ini digunakan untuk menentukan biaya tidak tetap alat, yaitu biaya operator dan biaya perbaikan dan pemeliharaan. Berdasarkan asumsi jumlah jam kerja yaitu 7 jam/hari, maka didapatkan jumlah kedelai maksimal yang mampu diolah oleh alat tanpa berhenti ini adalah 1, kg/hari atau ton, artinya jika kapasitas kedelai yang diolah dalam sehari melebihi jumlah tersebut maka harus dilakukan penambahan alat setiap kelipatan 1, kg/hari atau ton dalam satu tahun sebanyak satu alat. Pengujian berikutnya adalah pengujian kapasitas lapang alat pengupas kulit ari kedelai tipe mekanis. Hasil pengujian dapat dilihat dalam Tabel 10.

2 Tabel 10. Kapasitas lapang alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis Jumlah kedelai (kg) Waktu pengupasan (s) Kapasitas lapang (kg/jam) Rata Rata Dari hasil pengujian terlihat bahwa alat pengupas kulit ari biji kedelai memiliki kapasitas lapang paling tinggi diantara ketiga alat pengupas kulit ari biji kedelai yang diuji pada penelitian ini, yaitu kg/jam. Data tersebut digunakan untuk menghitung biaya tidak tetap alat, yaitu biaya operator, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya listrik, dan untuk menentukan jumlah alat yang diperlukan. Jumlah kedelai maksimal yang dapat diolah dalam sehari (7 jam) adalah 3, kg atau 1,161 ton dalam satu tahun, sehingga jika jumlah kedelai yang diolah dalam sehari melebihi jumlah tersebut makan pengguna alat harus melakukan penambahan alat, setiap kelipatan 3, kg/hari atau 1,161 ton sebanyak satu alat. Penentuan biaya tidak tetap untuk alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis harus melihat biaya listrik yang dikonsumsi untuk menggerakkan alat tersebut, penentuan biaya listrik memerlukan data kuat arus listrik yang keluar dari motor listrik. Pengujian menggunakan multimeter bertempat di BPTTG, provinsi DIY. Data hasil pengujian kuat arus motor listrik terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil pengujian arus keluaran motor listrik Pengulangan Arus Keluar (A) Rata Rata Hasil pengujian menunjukkan arus keluaran motor listrik rata-rata saat alat bekerja adalah A. Berdasarkan data tersebut dapat menentukan daya motor listrik yang digunakan. 23

3 4.2 Biaya Alat Pengupas Kulit Ari Biji kedelai Tipe Tampah Struktur biaya alat pengupas tampah meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya tidak tetap.biaya investasi berupa harga komersial alat. Biaya tetap meliputi penyusutan dan penyimpanan. Biaya tidak tetap meliputi gaji operator dan biaya R&M. Ilustrasi biaya tetap per tahun dan biaya tidak tetap per jam alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Biaya alat pengupas tipe tampah Biaya tetap (Rp/tahun) Biaya tidak tetap (Rp/jam) Investasi Penyusutan Penyimpanan R&M Operator (20,000) (20,520) (40) (83) (5,606) Keterangan : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Harga komersial alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampahadalah Rp 20,000 maka nilai ini adalah biaya investasi. Biaya penyusutan dan bunga modal Rp 20,520 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.2 dimana nilai capital recovery factor adalah Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga untuk usaha adalah 14 % (Bank Indonesia 2012) dan umur ekonomis alat 1 tahun. Biaya penyimpanan Rp 40 dihitung menggunakan Persamaan 3.3. Total biaya tetap per tahun dan investasi adalah Rp 40,560 Biaya tidak tetap alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah bergantung pada waktu pengoperasian alat, waktu pengoperasian alat diperoleh dari Persamaan 3.6. Biaya tidak tetap alat pengupas tipe tampah per jam adalah jumlah dari biaya pemeliharaan dan perbaikan (R&M) sebesar Rp 83 per jam yang diperoleh melalui Persamaan 3.4 dan biaya operator untuk satu orang operator yaitu Rp 5,606 per jam (BPS 2012). Biaya tidak tetap per jam adalah Rp 5, Biaya Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai Tipe Engkol Semi Mekanis Struktur biaya alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol ENGKOL23-BPTTG semi mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya investasi berupa harga komersial alat. Biaya tetap meliputi penyusutan dan penyimpanan. Biaya tidak tetap meliputi gaji operator dan biaya R&M. Ilustrasi biaya tetap per tahun dan biaya tidak tetap per jam alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat dilihat pada Tabel 13. Investasi Tabel 13. Biaya alat pengupas tipe engkol semi mekanis Biaya tetap (Rp/tahun) Biaya tidak tetap (Rp/jam) Penyusutan Penyimpanan R&M Operator (3,150,000) (611,266) (6,300) (13,125) (11,210) Keterangan : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Harga komersial alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis ENGKOL23- BPTTG adalah Rp 3,150,000 maka nilai ini adalah biaya investasi. Biaya penyusutan Rp 493,290 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.2 dimana nilai capital recovery factor adalah Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga untuk usaha adalah 14 % (Bank Indonesia 2012) dan jangka umur ekonomis alat adalah 8 tahun. Biaya penyimpanan Rp 6,300 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3. Total biaya tetap per tahun dan investasi adalah Rp 3,767,

4 Biaya tidak tetap alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe semi mekanis bergantung pada waktu pengoperasian alat, waktu pengoperasian alat diperoleh dari Persamaan 3.6. Biaya tidak tetap alat pengupas tipe semi mekanis per jam adalah jumlah dari biaya pemeliharaan dan perbaikan (R&M) sebesar Rp 13,125 per jam yang diperoleh melalui Persamaan 3.4 dan biaya operator untuk dua orang operator yaitu Rp 11,210 per jam (BPS 2012). Biaya tidak tetap total per jam adalah Rp 24, Biaya Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai Tipe Mekanis Struktur biaya alat pengupas kulit ari biji kedelai OTOROL23-BPTTG mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan motor listrik atau dinamo. Biaya tetap meliputi penyusutan dan penyimpanan. Biaya tidak tetap meliputi gaji operator dan R&M. Ilustrasi biaya tetap per tahun dan biaya tidak tetap per jam alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya alat pengupas mekanis Biaya tetap (Rp/tahun) Biaya tidak tetap (Rp/jam) Investasi Penyusutan Penyimpanan R&M Operator (3,250,000) (508,950) (6,500) (13,542 ) (11,210) Keterangan : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis digerakkan oleh sebuah motor listrik dimana memiliki waktu kerja yang sama dengan alat tersebut, karena baik motor listrik maupun alat pengupas tipe mekanis masing-masing tidak dapat bekerja sendiri dalam mengupas. Biaya tetap motor listrik meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya tidak tetap meliputi R&M dan biaya listrik untuk tenaga penggerak. Ilustrasi biaya tetap per tahun dan biaya tidak tetap per jam alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dapat pada Tabel 15. Investasi Biaya tetap (Rp/tahun) Tabel 15. Biaya motor listrik Biaya tidak tetap (Rp/jam) Penyusutan Penyimpanan R&M Listrik (750,000) (378,540) (1,500) (81) (132) Keterangan : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Harga komersial alat alat pengupas kulit ari biji kedelai OTOROL23-BPTTG mekanis dan motor listrik adalah Rp 3,250,000 dan Rp 750,000 maka biaya investasi adalah sebesar Rp 4,000,000. Biaya penyusutan dan bunga modal alat Rp 630,630 sedangkan biaya penyusutan dan bunga modal motor listrik Rp 409,928 sehingga didapat biaya penyusutan dan bunga modal total Rp 1,040,558 dengan menggunakan Persamaan 3.2 dimana nilai capital recovery factor adalah untuk alat dan untuk motor listrik. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 8 % (Bank Indonesia 2012) dan umur ekonomis adalah 2 tahun untuk motor listrik dan 8 tahun untuk alat. Biaya penyimpanan alat adalah Rp 6,500 dan biaya penyimpanan motor listrik sebesar Rp 1,500 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3. Total biaya tetap dan investasi adalah Rp 5,048,558. Biaya tidak tetap alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe semi mekanis bergantung pada waktu pengoperasian alat, waktu pengoperasian alat diperoleh dari Persamaan 3.6. Biaya tidak tetap alat pengupas tipe mekanis per jam adalah jumlah dari biaya pemeliharaan dan perbaikan (R&M) alat sebesar Rp 13,542 per jam yang diperoleh melalui Persamaan 3.4, biaya operator untuk dua orang 25

5 operator yaitu Rp 11,210 per jam (BPS 2012), biaya R&M motor listrik sebesar Rp 81, dan biaya listrik sebesar Rp 132 yang diperoleh dari persamaan 3.8. Total biaya tidak tetap per jam adalah Rp 24, Analisis Biaya Pokok Analisis biaya pokok seluruh alat pengupas kulit ari biji kedelai dilakukan dengan menggunakan data pada struktur biaya yang dihitung menggunakan software Microsoft Excel Biaya pokok alat pengupas tampah dihitung menggunakan Persamaan 3.10, sedangkan alat pengupas tipe mekanis dihitung menggunakan Persamaan Data yang diperlukan terdiri atas biaya tetap, biaya tidak tetap per jam, dan kapasitas kerja dari alat pengupas tampah, semi mekanis, dan mekanis. Ilustrasi perhitungan biaya pokok pada jumlah kedelai yang diolah 30 ton dalam setahun terdapat pada Lampiran 3. Jumlah kedelai yang digunakan sebagai masukan data adalah jumlah kedelai yang diolah pada proses pembuatan tahu di UD Barokah. Hasil perhitungan analisis biaya pokok ketiga alat tersebut disimulasikan pada jumlah kedelai yang bervariasi yaitu pada jumlah kedelai sebesar 10 kg/hari sampai dengan 4 ton/hari dalam satu tahun atau 3 ton sampai dengan 1,200 ton dalam dalam jangka waktu analisis satu tahun. Hasil perhitungan menggunakan software Microsoft Excel 2007 terdapat pada lampiran 4. Hasil biaya pokok dapat dilihat pada Gambar Biaya Pokok (Rp/kg) Jumlah Produksi (kg/hari) Tampah Semi mekanis Mekanis Gambar 9. Biaya pokok alat pengupas tipe tampah, engkol semi mekanis, dan mekanis Grafik pada Gambar 9 menunjukkan beberapa kondisi, hal yang paling mencolok adalah grafik bergerak dari skala maksimum menuju titik terendahnya. Penurunan biaya pokok tersebut tidak linier dan ditentukan oleh besar kecilnya kenaikan jumlah kedelai yang diolah. Fenomena grafik biaya pokok tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah kedelai yang diolah maka semakin kecil biaya per satuan massanya, hal ini dikarenakan biaya tetap per jam dari ketiga alat tersebut akan terus mengecil pada setiap kenaikan jumlah kedelai yang diolah. 26

6 Terdapat beberapa titik temu antara garis tampah, engkol semi mekanis dan mekanis.hal tersebut menunjukkan ada suatu kondisi yang menjelaskan salah satu alat menjadi lebih murah dibandingkan dengan alat lainnya setelah dan sebelum titik potong tersebut, titik temu tersebut adalah titik impas (break even point). Biaya pokok alat pengupas tipe tampah menjadi lebih besar dibandingkan dengan alat pengupas tipe engkol semi mekanis pada jumlah kedelai di atas ton dalam satu tahun. Biaya pokok alat pengupas tipe tampah lebih besar dibandingkan dengan alat pengupas mekanis pada jumlah kedelai di atas 20,926 ton dalam satu tahun. Biaya pokok alat pengupas tipe engkol semi mekanis lebih besar dibandingkan dengan alat pengupas mekanis pada jumlah kedelai di atas 13,525 ton dalam satu tahun. 4.6 Analisis Titik Impas (Break Even Point) Analisis titik impas digunakan untuk menentukan pemilihan alternatif alat yang dipakai dari dua alat yang sejenis. Dari perhitungan biaya pokok akan didapatkan grafik dari masing-masing alat yang akan dianalisis. Hasil analisis biaya pokok antara alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG pada jumlah kedelai 10 4,000 kg/hari atau 3-1,200 ton dalam satu tahun dapat dilihat pada Gambar 10. Biaya Pokok (Rp/kg) Jumlah Kedelai (ton/tahun) Tampah Mekanis Gambar 10. Titik impas alat pengupas tipe tampah dan mekanis Sumbu horizontal pada Gambar 10 merupakan jumlah unit produk yang diolah dalam satu tahun. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik impas terdapat pada perpotongan grafik biaya pokok tipe tampah dan mekanis, yaitu diantara 20.7 ton dan 21 ton. Dengan menggunakan Persamaan 3.13, titik impas antara alat pengupas tampah dan mekanis terdapat pada tingkat pengolahan kedelai sebanyak ton. Pada titik impas ini kedua alat akan memberikan tingkat biaya pokok yang sama pada sumbu vertikal yaitu sebesar Rp 286 per kilogram. Di daerah sebelah kiri titik impas biaya pokok untuk alat pengupas tipe tampah lebih rendah dari tipe mekanis, hal ini menunjukkan bahwa berarti alat pengupas tipe tampah lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai di bawah ton. Pada daerah di sebelah kanan titik impas, biaya pokok alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis lebih rendah sehingga lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai di atas ton dalam satu tahun. 27

7 Hasil analisis biaya pokok antara alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dan tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG pada jumlah kedelai 10 4,000 kg/hari atau 3-1,200 ton dalam satu tahun dapat dilihat pada Gambar 11. Biaya Pokok (RP/kg) Jumlah kedelai (ton/tahun) Tampah Semi mekanis Gambar 11. Titik impas alat pengupas tipe tampah dan engkol semi mekanis Sumbu horizontal pada Gambar 11 merupakan jumlah unit produk yang diolah dalam satu tahun. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik impas terdapat pada perpotongan grafik biaya pokok tipe tampah dan semi mekanis, yaitu diantara 25.5 ton dan 25.8 ton. Dengan menggunakan Persamaan 3.13, titik impas antara alat pengupas tampah dan semi mekanis terdapat pada tingkat pengolahan kedelai sebanyak ton. Pada titik impas ini kedua alat akan memberikan tingkat biaya pokok yang sama pada sumbu vertikal yaitu sebesar Rp 286 per kilogram. Di daerah sebelah kiri titik impas, biaya pokok untuk alat pengupas tipe tampah lebih rendah dari tipe engkol semi mekanis, hal ini menunjukkan bahwa alat pengupas tipe tampah lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai di bawah ton. Pada daerah di sebelah kanan titik impas, biaya pokok alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis lebih rendah sehingga lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai sebanyak di atas ton dalam satu tahun. Hasil analisis biaya pokok antara alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis OTOROL23-BPTTG dan tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG pada jumlah kedelai 10 4,000 kg/hari atau 3-1,200 ton dalam satu tahun dapat dilihat pada Gambar

8 Biaya Pokok (Rp/kg) Jumlah Kedelai (ton/tahun) Semi mekanis Mekanis Gambar 12. Titik impas alat pengupas tipe mekanis dan engkol semi mekanis Sumbu horizontal pada Gambar 12 merupakan jumlah unit produk yang diolah dalam satu tahun. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik impas terdapat pada perpotongan grafik biaya pokok tipe mekanis dan semi mekanis, yaitu diantara 13.5 ton dan 13.8 ton. Dengan menggunakan Persamaan 3.13, titik impas antara alat pengupas tampah dan semi mekanis terdapat pada tingkat pengolahan kedelai sebanyak ton. Pada titik impas ini kedua alat akan memberikan tingkat biaya pokok yang sama pada sumbu vertikal yaitu sebesar Rp 419 per kilogram. Di daerah sebelah kiri titik impas, biaya pokok untuk alat pengupas tipe semi mekanis lebih rendah dari tipe mekanis, hal ini menunjukkan bahwa alat pengupas tipe semi mekanis lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai di bawah ton. Pada daerah di sebelah kanan titik impas, biaya pokok alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis lebih rendah sehingga lebih layak digunakan pada tingkat pengolahan kedelai sebanyak di atas ton dalam satu tahun. Titik impas (break even point) pada UD Barokah saat menggunakan alat pengupas tampah yang dihitung menggunakan Persamaan 3.12 adalah 1.5 ton pengolahan kedelai dalam satu tahun, hal ini menunjukkan bahwa alat pengupas tampah menguntungkan bagi UD Barokah untuk tingkat pengolahan kedelai di atas 1.5 ton dalam satu tahun. Titik impas UD Barokah saat menggunakan alat pengupas tipe semi mekanis dihitung menggunakan Persamaan 3.12 adalah ton pengolahan kedelai dalam satu tahun, artinya alat pengupas kedelai tipe semi mekanis hanya menguntungkan bagi UD Barokah untuk tingkat pengolahan kedelai di atas ton dalam satu tahun. Titik impas UD Barokah untuk penggunaan alat pengupas tipe mekanis dihitung menggunakan Persamaan 3.12 adalah ton pengolahan kedelai dalam satu tahun, artinya alat pengupas mekanis hanya akan menguntungkan bagi UD Barokah untuk tingkat pengolahan kedelai di atas ton dalam satu tahun. Semua alat yang akan dipilih dari ketiga alat tersebut akan menguntungkan UD Barokah karena titik impas dari ketiga alat tersebut masing-masing dibawah jumlah kedelai minimal yang diolah oleh UD. Barokah, yaitu sebesar 3 ton dalam satu tahun. Tingkat pengolahan kedelai minimal yang dilakukan UD Barokah adalah 10 kg/hari atau 3 ton dalam satu tahun, sehingga ketiga alat pengupas yang diuji akan memberikan keuntungan bagi UD Barokah karena titik impas UD Barokah dengan menggunakan ketiga alat tersebut berada dibawah jumlah minimal kedelai yang diolah UD Barokah. Perbandingan biaya pokok antara ketiga alat, yaitu alat pengupas tipe tampah, mekanis dan semi mekanis menunjukkan bahwa alat pengupas tampah memiliki biaya pokok paling rendah pada 29

9 tingkat pengolahan kedelai di bawah ton dalam satu tahun sedangkan untuk tingkat pengolahan kedelai di atas ton dalam satu tahun alat pengupas tipe mekanis memiliki biaya pokok paling rendah, sehingga dapat disimpulkan hanya dua alat yang memiliki biaya pokok paling rendah pada semua tingkat jumlah kedelai yang diolah oleh UD Barokah, yaitu alat pengupas tipe tampah dan tipe mekanis. 30

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu 1. Pemanenan Kedelai* 2. Perontokan Biji Kedelai** 3. Pencucian Kedelai 4. Pengupasan Kulit Ari Kedelai 5. Kedelai Setelah Dicuci 6. Penggilingan Kedelai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m 2 atau 0.016 ha

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang 50 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan.

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan. 43 Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian Mulai iii Menimbang Biji Kedelai Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan Digunakan Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Kondisi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 40 Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang akan dirangkai Merangkai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan 45 Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan Merangkai alat Pengelasan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar 39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat. 42 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dirancang bentuk alat Digambar dan ditentukan ukuran alat Dipilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah ditentukan

Lebih terperinci

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai 47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan 41 Lampiran 1. flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk Alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Persiapan bahan dan alat Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran panjang 150 contoh buah mete gelondong. Tabel 23. Data ukuran panjang buah mete

Lampiran 1. Pengukuran panjang 150 contoh buah mete gelondong. Tabel 23. Data ukuran panjang buah mete LAMPIRAN liv Lampiran 1. Pengukuran panjang 150 contoh buah mete gelondong Data hasil pengukuran panjang 150 contoh buah mete gelondong adalah sebagai berikut: Tabel 23. Data ukuran panjang buah mete No

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

Mulai. Merancang Ulang / Modifikasi bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang Ulang / Modifikasi bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1.Flowchart penelitian Mulai Merancang Ulang / Modifikasi bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan yang akan digunakan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 ADALAH SUATU TITIK DIMANA TERJADI KESETIMBANGAN ANTARA BIAYA DAN MANFAAT. ADALAH SUATU TITIK DIMANA TERJADI KESETIMBANGAN ANTARA DUA ALTERNATIF YANG BERBEDA.

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 39 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi, harga pokok,

III. METODOLOGI. 3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi, harga pokok, III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada Perlebahan Madu Odeng, di Desa Bantar Jaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2008.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat

Lebih terperinci

SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( )

SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( ) SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME Angga Fajar S (240110060041) Latar Belakang Kacang Kedelai Edamame Proses Pengupasan Kulit Manual

Lebih terperinci

2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut

2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut Lampiran 1. Data Pemarutan Singkong Tabel 1. Data penelitian Ulangan Berat Bahan Waktu Bahan Terparut Bahan Tidak Terparut (Kg) (menit) (Kg) (Kg) I 10 16,46 8,6 0,7 II 10 16,02 9,2 0,4 III 10 16,52 9,1

Lebih terperinci

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tempe. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe meliputi biaya pembelian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA ALAT PENGUPAS KULIT ARI BIJI KEDELAI TIPE TAMPAH, ENGKOL SEMI MEKANIS, DAN MEKANIS SKRIPSI YUDHA PUJANGKARA F

ANALISIS BIAYA ALAT PENGUPAS KULIT ARI BIJI KEDELAI TIPE TAMPAH, ENGKOL SEMI MEKANIS, DAN MEKANIS SKRIPSI YUDHA PUJANGKARA F ANALISIS BIAYA ALAT PENGUPAS KULIT ARI BIJI KEDELAI TIPE TAMPAH, ENGKOL SEMI MEKANIS, DAN MEKANIS SKRIPSI YUDHA PUJANGKARA F14063129 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 COST

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Ulangan I II III

Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Ulangan I II III Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan P1T1 6.96 6.71 7.23 21 6.96 P1T2 7.01 6.96 7.06 21 7.01 P1T3 7.46 7.71 7.34 23 7.50 P2T1 7.64 7.77 6.96 22

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pemerintahan yang baru dipilih menghadapi beban berat memulihkan kembali perekonomian Indonesia, khususnya di bidang industri manufaktur. Kondisi ini akibat dari neglect dan salah manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator 48 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Menyiapkan alat dan bahan Mengambil data anthropometri 10 orang operator Mengambil data dimensi alat Menguji kapasitas efektif alat Menganalisis hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Primaco Panca Indonesia yang bergerak dalam bidang industry dan sebagai penyuplai bagi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai Menurut Margono et al. (1993) kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS RANCANG BANGUN AAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS (Design and construction of mechanical onion slicing machine) Anthoni umbantobing 1*, Saipul Bahri Daulay 1, dan Sulastri Panggabean 1 1 Program Studi Keteknikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1. Pengantar Kebutuhan pangan semakin hari semakin banyak seiring dengan perkembangan penduduk, sementara itu ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit dengan makin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

Ulangan I II III. Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakua K

Ulangan I II III. Daftar analisa sidik ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakua K Lampiran 1. Data pengamatan kapasitas olah (kg/jam) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan N1K1 37.27 33.80 36.36 107 35.81 N2K1 47.43 48.58 41.96 138 45.99 N3K1 80.54 83.92 87.59 252 84.01 N1K2 8.57

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan operasi sering digunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa barang

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edamame merupakan tanaman sejenis kedelai yang berasal dari Jepang, tanaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda dengan varietas kedelai biasa yaitu mempunyai ukuran

Lebih terperinci

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI Yudi Ardian NRP : 0321035 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

Mulai. Pembersihan kulit durian. Pencacahan kulit durian. Penimbangan kulit durian. Pemasakan kulit durian. Penambahan NaOH 5 %

Mulai. Pembersihan kulit durian. Pencacahan kulit durian. Penimbangan kulit durian. Pemasakan kulit durian. Penambahan NaOH 5 % 38 Lampiran 1.Flowchart Prosedur Penelitian Mulai Sampah kertas 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dari massa seluruh bahan baku Pembersihan kulit durian Pencacahan kulit durian Penimbangan kulit durian Perendaman

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA KONSEP BIAYA Biaya adalah sesuatu akibat yang diukur dalam nilai uang yang mungkin timbul dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013 RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS (Design of Mechanical Coffee Pulper Equipment) Johannes Mikael Simanullang 1, Achwil

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB) FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode 38 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (3) : 353-359, Juni 05 ISSN : 338-30 ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Break

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba 2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB 5 PROYEKSI KEUANGAN

BAB 5 PROYEKSI KEUANGAN BAB 5 PROYEKSI KEUANGAN 5.1 Asumsi Dasar dan Informasi Proyeksi keuangan merupakan perencanaan keuangan perusahaan untuk masa mendatang. Dalam perhitungan proyeksi keuangannya SpeedZ Racing menggunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT BUBUR KERTAS

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT BUBUR KERTAS RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT BUBUR KERTAS (Design And Construction of Pulp Maker) Jerry Simanjuntak 1,2), Saipul Bahri Daulay 1), Achwil Putra Munir 1) 1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan Tabel 2. Data penelitian Ulangan Berat Kompos yang dicetak (gr) Waktu pencetakan (detik) Berat kompos yang rusak (gr) Hasil cetakan yang

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR ABSTRAK Kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, telepon dan terutama BBM berdampak dalam industri. Ini menyebabkan naiknya biaya bahan baku serta biaya lainnya bagi sektor industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan suber lainnya secara efektif

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, 18 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sebagai responden yang melakukan usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN & KEEKONOMIAN MINERAL

BAB 6 MANAJEMEN & KEEKONOMIAN MINERAL BAB 6 MANAJEMEN & KEEKONOMIAN MINERAL 1.1 PENGENALAN Perhitungan keekonomisan suatu daerah yang dianggap prospek tidak hanya dilihat dari besarnya kandungan mineral dan besarnya cadangannya saja namun

Lebih terperinci

ANALISA MANFAAT BIAYA RENCANA INVESTIGASI PADA PROYEK PELABUHAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN. Oleh : MUMTAHANAH SYAM

ANALISA MANFAAT BIAYA RENCANA INVESTIGASI PADA PROYEK PELABUHAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN. Oleh : MUMTAHANAH SYAM ANALISA MANFAAT BIAYA RENCANA INVESTIGASI PADA PROYEK PELABUHAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN Oleh : MUMTAHANAH SYAM 3106.100.714 1.1 Latar Belakang Pelabuhan pendaratan ikan Bulu Kabupaten Tuban

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Margahayu Jaya Indah Plastik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kantong klip plastik. Sama seperti perusahaan komersil lainnya, tujuan utama perusahaan didirikan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PROGRAM LINEAR

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PROGRAM LINEAR LEMBAR AKTIVITAS SISWA PROGRAM LINEAR c) Subtitusikan titik (0,0) kedalam pertidaksamaan. Nama Siswa : Jika hasil benar, maka penyelesaiaannya adalah daerah Kelas : yang memuat titik tersebut. Jika hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yaitu berusaha untuk mencapai pendapatan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bahan, mesin/peralatan, dan lingkungan kerja. Komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bahan, mesin/peralatan, dan lingkungan kerja. Komponen-komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Suatu sistem kerja pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama yaitu manusia, bahan, mesin/peralatan, dan lingkungan kerja. Komponen-komponen sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

MODIFIKASI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS MODIFIKASI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS (Modification of Mechanical Coffee Pulper Equipment) William Putra Marbun 1,2, Achwil Putra Munir 1, Lukman Adlin Harahap 1 1Program Studi Keteknikan Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Madu Odeng

Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Madu Odeng Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Odeng Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp,000,-/unit) Umur Teknis (tahun) Nilai Sisa Total Investasi Penyusutan Bunga Modal Pemeliharaan

Lebih terperinci