BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 1 BAB PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA.1. Pengumpulan Data Data-data yang diambil berasal dari PT. Astra Honda Motor pada seksi Machining Cylinder Comp 3 pada Plant 3 di Cikarang, MM20. Data-data dikumpulkan berupa data laporan bulanan produksi seksi, data laporan harian produksi seksi, data reject (pada Oracle System dan rekap harian seksi), data pengukuran rutin part Cylinder Comp (ketebalan, ketinggian, flatness dan roughness). Data-data itu dikumpulkan dalam tiap-tiap bulan dari tahun 200 sampai 200. Informasi Sebelum melangkah lebih jauh dalam menganalisa, ada baiknya kita mengetahui profil seksi Machining (MC) Cylinder Comp 3. Salah satu komponen engine yang berfungsi sebagai ruang bakar dinamakan Cylinder Comp. MC. Cylinder Comp 3 memproduksi beberapa Type engine yakni KTMK (Supra X 12), KTLM (Supra Fit), KTMN (Supra X 12 PGM FI), KVBF (Honda Click / Scutter Bebek) dan Piston KTMK/N (Supra X 12 Series). MC. Cylinder Comp 3 memiliki 3 buah line yakni line 1 dan line 2 yang dapat berubah ganti model / Type bila diperlukan produksi untuk beberapa Type dalam satu

2 2 shift tertentu. Sedangkan line piston hanya memproduksi piston Type KTMK/N (Supra X 12 Series) yang tidak bisa ganti model. Untuk Type yang lainnya, masingmasing piston diperoleh dari beberapa subcont / supplier. Kapasitas produksi MC. Cylinder Comp 3 dari masing masing line sebanyak 2000 unit. Tentunya didapatnya kapasitas produksi tersebut dari cycle time (CT) line. Cycle time (CT) line MC. Cylinder Comp yakni 2 detik untuk Type KTMK (Supra X 12), KTLM (Supra Fit) dan KVBF (Honda Click). Sedangkan untuk Type KTMN (Supra X 12 PGM FI) memiliki cycle time (CT) line detik dan line piston 3 detik. Kapasitas produksi tersebut terdistribusi dalam 3 (tiga) shift yang masing masing shift memiliki target yang berbeda dengan jumlah waktu kerja yang berbeda pula. Waktu kerja shift 1 mulai pk dengan waktu yang disediakan (time available) untuk memproduksi sebesar 200 detik. Waktu kerja shift 2 mulai pk dengan waktu yang disediakan (time available) untuk memproduksi sebesar 2000 detik. Waktu kerja shift 3 mulai pk dengan waktu yang disediakan (time available) untuk memproduksi sebesar 2000 detik. Berikut ini lay out MC. Cylinder Comp 3:

3 3 KTMK LINE Vertical Lathe Tapping Center Leak Tester Fine Boring Honing Washing Final Inspection Rubber Assy Vertical Lathe KTLM LINE Tapping Center Leak Tester Fine Boring Honing Washing Final Inspection Rubber Assy Gambar..1. Line Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit). M02 Rough Out M03 Grooving M0 Oil Hole Drill M Coating System Coating Baking Washing Final Check M01 Locating Seat M03 Grooving M0 Pin Hole Boring M0 Oil Hole Drill M0 Finish Oval M0 Scrap Removal M0 Marking M0 Washing M11 Auto Ring Assy Gambar..2. Line Piston KTMK/N (Supra X 12 Series). Masalah yang diangkat dalam pengatasan penyelesaian masalah (problem solving) yakni Reject Face Kasar Cylinder Comp. Reject Face Kasar yakni hasil proses machining yang memiliki area permukaan face milling yang tidak sesuai

4 dengan standar kekasaran (roughness). Secara visual reject sangat kentara sekali, karena Reject Face Kasar tersebut membuat suatu ulir lingkaran saat proses turning dan bila diraba dengan tangan sangat terasa sekali kekasarannya. Dampak masalah yang akan terjadi bila terjadi kelolosan proses saat di-assy menjadi engine yakni mengalami kebocoran oli pada area face milling. Bila kebocoran tidak segera diketahui dengan cepat maka oli yang ada pada engine akan habis dan akan merusak komponen-komponen engine karena tidak ada proses pelumasan. Salah satu contoh Reject Face Kasar Cylinder Comp bisa dilihat dibawah ini: Face Kasar Cylinder Comp Gambar..3. Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12).1.1. Data laporan bulanan produksi seksi Data laporan bulanan produksi seksi yang diambil berasal dari Departemen Produksi 3.3 pada Seksi Machining Cylinder Comp 3 (MC. Cyl Comp 3). Data tersebut merupakan laporan masalah-masalah produksi selama satu bulan yang berkaitan dengan Quality, Cost, Delivery, Safety, Moral dan Man Hour Over Time (Q

5 C D S M MHOT) atau biasa dikenal laporan AHMPM (Astra Honda Motor Policy Management). Point-point QCDSM tersebut meliputi Data Reject, Repair, Claim Next Process dan Claim Market adalah yang terkait dengan Quality (Q). Pada Cost (C) meliputi Data Spoilage dan Material Commumable, yang terkait dengan Delivery (D) yakni Achivement Rate, Product Operation Ratio (POR), Man Hour per Unit (MH/unit), Lost Time, Down Time. Safety (S) meliputi Accident In Plant dan Accident Out Plant, Moral (M) yang terkait dengan Kehadiran, Idea Proposal (IP), SBP (Software Best Performance) & NHC (New Honda Circle). Man Hour Over Time merupakan jumlah banyaknya orang yang masuk pada hari lembur terhadap output produksi yang dihasilkan. Data-data tersebut merupakan rekap dari laporan harian produksi seksi dan laporan reject harian seksi yang dikumpulkan tiap harinya yang format-nya saling link (berhubungan). Reject harian akan di-entry ke dalam Oracle System dan akan diexport ke Micro Soft Excel untuk direkap ke laporan harian produksi. Laporan harian produksi juga memuat absensi karyawan, pencapaian produksi, lost time yang telah terjadi Data laporan harian produksi seksi Data laporan harian produksi seksi yang diambil berasal dari Departemen Produksi 3.3 pada Seksi MC. Cyl Comp 3. Data tersebut merupakan laporan masalahmasalah produksi selama satu hari. Laporan tersebut memuat informasi pencapaian produksi, lost time yang terjadi, jumlah reject dan jumlah kehadiran pada hari

6 tersebut. Data tersebut telah saling link (berhubungan) dengan data rekap reject yang ada pada oracle system Data reject (pada Oracle system dan rekap harian seksi) Data reject produksi di PT. Astra Honda Motor dapat diperoleh dari oracle system yang dapat di-access setiap harinya. Tiap kejadian reject saat produksi per harinya akan di-entry reject tersebut melalui oracle untuk membuat rejection card system. Pada rejection memuat informasi tentang jenis reject, kategori reject, jumlah reject, type part, nama mesin & line penyebab reject, seksi yang terbeban reject, seksi yang membebankan reject. Bila data tersebut telah di-entry maka akan dapat dilihat secara keseluruhan semua data tersebut kapan pun kita butuhkan. Preview reject dapat di-export ke format MS Excel sehingga dapat dengan memudah men-sortir reject yang diinginkan..1.. Data pengukuran rutin part Cylinder Comp (ketebalan, ketinggian, flatness dan roughness) Data pengukuran rutin part Cylinder Comp ada jenis yakni ketebalan part, ketinggian part, flatness dan roughness. Ketebalan part diukur antara face milling move (face contact Cylinder Head) dengan face milling fix (face contact Crank Case). Ketinggian part diukur dari face milling mode dengan tepi sleeve. Sleeve adalah bagian dari part Cylinder Comp terbuat dari ferro (besi) berbentuk silinder terletak di

7 tengah-tengah yang merupakan area ruang bakar dari piston yang disebut pula area kompresi engine. Sedangkan area di luar sleeve yang mengelilinginya terbuat alumunium sehingga terbentuklah Cylinder Comp. Pengukuran ketebalan dan ketinggian part dilakukan pada meja rata yang terbuat dari batu granit dengan menggunakan dial sebagai alat ukurnya. Flatness merupakan kerataan face miling move dan fix sedangkan roughness adalah tingkat kekasaran face milling move dan fix. Flatness dapat diukur pada meja rata dengan menggunakan dial sedangkan roughness diukur pada ruang khusus pada pada seksi QA (Quality Assurance) yakni bagian CMM. Karena alat ukur tesebut membutuhkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Semua pengukuran tersebut dilakukan setelah dilakukan proses machining pada mesin produksi yang pertama yang dinamakan proses turning. Jadi yang diukur merupakan bagian telah terkena proses turning terhadap titik / area yang dibutuhkan. Pengukuran ketebalan dan ketinggian part serta flatness dilakukan tiap pergantian tool pada mesin turning. Sedangkan untuk pengukuran roughness dilakukan per shift karena pengukuran tersebut cukup lama dan loading bagian CMM cukup tinggi yang mana pengukuran part bukan hanya part Cylinder Comp saja tetapi part engine yang lainnya misalnya Crank Shaft, Cylinder Head, Crank Case Right / Left, Piston, Cover Right / Left Crank Case, Hub Front / Rear, Plate Oil Separate (POS), Cam Holder, Mission Case.

8 .1.. Data pengukuran konsentrasi coolant Pada proses machining yang berpengaruh terhadap hasil proses yakni material yang akan diproses, cutting condition, konsentrasi coolant dan jig & fixture. Untuk point material, hal perlu diperhatikan yakni tingkat kekerasan dari material / part dan tidak terlalu dibahas disini karena terkait oleh seksi sebelumnya yakni Die Casting. Coolant adalah larutan pendingin dari proses machining untuk mengurangi ausnya tool akibat bergesekan terhadap material sehingga life time tool sesuai yang diharapkan. Pada dasarnya coolant ada dua jenis, yakni water base dan oil base. Untuk water base, coolant diberikan beberapa liter saja dan dicampur dengan sedangkan oil base, semua coolant tidak dicampur apa apa jadi murni coolant semuanya. Pada Seksi Machining Cylinder Comp pada proses pertama yakni turning pada Mesin Vertical Lathe menggunakan coolant water base yang bernama Eontrim. Eontrim tersebut diberikan sebanyak liter dan sisanya air sebanyak 1 liter. Data pengukuran konsentrasi coolant dilakukan tiap harinya setiap melakukan produksi yang dilakukan oleh teknisi dari seksi produksi dalam hal ini seksi Machining Cylinder Comp sendiri. Data tersebut memuat tentang konsentrasi coolant berupa kadar PH-nya per mesin pada semua line produksi. Bila PH tersebut diluar standar yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang (dalam hal ini bagian Proses Engineering) maka seorang teknisi akan menambahkan coolant atau menambahkan air (bila menggunakan coolant jenis water base). Kondisi dari PH itu sendiri, bila diluar standar yang telah ditentukan dan diproses machining maka hasil

9 proses tersebut dapat menyimpang dari standarnya sehingga part dapat menjadi reject dan tidak dapat di-repair..1.. Data pergantian tool Data pergantian tool merupakan pendataan jumlah pemakaian tool turning terhadap jumlah proses turning per piece-nya. Tiap ganti tool akan dilakukan pengukuran seperti yang telah disebutkan di atas. Tool turning tersebut ada empat buah mata sehingga bila ganti tool cukup membalik saja. Bentuk tool tersebut segi empat yang terbuat dari bahan diamond untuk tool turning fix dan carbide untuk tool turning move. Dari masing-masing tool tersebut memiliki standard using-nya yang mana dapat dibandingkan dengan kondisi aktual-nya. Sehingga akan dapat ditarik kesimpulan pada akhirnya, apakah standard using tool akan sama dengan aktual atau tidak..2. Pengolahan Data Data data yang diperoleh kemudian dihitung nilai dari Rejection Rate pada point Quality (Q) di laporan bulanan (AHMPM bulanan) seksi Machining Cylinder Comp. Laporan tersebut saling linked terhadap laporan harian seksi dan laporan reject harian seksi. Setelah diperoleh hasil perhitungannya maka dibandingkan dengan targetnya, bila hasilnya di atas target maka tidak mencapai target tersebut, bila hasilnya di bawah target maka target telah tercapai. Setelah diperoleh hasil

10 0 perhitungannya maka tahap selanjutnya adalah membuat grafik rejection rate sehingga akan dapat terlihat dengan jelas grafik pencapaian reject Perhitungan Rejection Rate Reject adalah bagian proses produksi / proses menghasilkan barang / jasa yang mengalami cacat akibat perlakuan di luar standar yang ada. Dari jumlah reject dari masing masing Type reject yang ada tiap harinya maka akan didapatkan nilai dari Rejection Rate. Rejection Rate adalah nilai rata rata reject dalam satu bulan terhadap produksi aktual yang dilakukan oleh seksi. Produksi aktual seksi adalah angka/nilai yang dicapai oleh seksi dalam memproduksi part dengan melalui proses produksi sehingga menghasilkan output dari produksi tersebut. Selama proses produksi berlangsung diharapkan part yang diproses menghasilkan barang bagus / finish good semuanya. Hal tersebut tidak akan pernah mungkin karena part yang diproduksi cukup banyak dan variasi sehingga memungkinkan terjadinya cacat/reject yang tidak diharapkan. Pada proses produksi machining terdapat dua buah jenis reject yakni reject Machining (MC) dan reject Die Casting (DC). Pengatasan yang dilakukan oleh seksi hanya terbatas pada lingkup seksi sendiri karena merupakan performance seksi itu sendiri dalam menurunkan reject yang ada. Mengenai perhitungannya, baik reject MC atau reject DC memiliki perhitungan / rumus yang sama. Rejection Rate Type KTMK (Supra X 12) mulai tidak tercapai targetnya pada bulan Juni 200. Berikut ini perhitungan dari Rejection Rate:

11 1 Bulan Juni 200; Total quantity reject = pcs, Produksi Aktual mencapai 00 pcs Re Totalreject ject = 0 0 Pr oduksiaktual % 0 = 0% 00 = 0.2 % Nilai tersebut telah melampaui dari target reject Seksi Machining Cylinder Comp yakni 0.0 %. Bulan Juli 200; Total quantity reject = 12 pcs, Produksi Aktual mencapai 3 pcs Re Totalreject ject = 0 0 Pr oduksiaktual % 0 = 12 0% 3 = 0.2 % Nilai tersebut telah melampaui dari target reject seksi Machining Cylinder Comp yakni 0.0 %. Data Rejection Rate untuk bulan berikutnya dengan cara yang sama hasilnya dapat diperoleh pada lampiran 1 (hal L-?).

12 2 Sedangkan untuk Type KTLM (Supra Fit) Rejection Rate tidak tercapai targetnya muncul pada bulan Oktober 200. Berikut ini perhitungan dari Rejection Rate: Bulan Oktober 200; Total quantity reject = 1 pcs, Produksi Aktual mencapai 3 pcs Re Totalreject = 0 0 Pr oduksiaktual % ject 0 = 1 0% 3 = 0. % Nilai tersebut telah melampaui dari target reject Seksi Machining Cylinder Comp yakni 0.0 %. Bulan Nopember 200; Total quantity reject = pcs, Produksi Aktual mencapai 20 pcs Re Totalreject ject = 0 0 Pr oduksiaktual % 0 = 0% 20 = 0.1 % Nilai tersebut telah melampaui dari target reject Seksi Machining Cylinder Comp yakni 0.0 %.

13 3 Data Rejection Rate untuk bulan berikutnya dengan cara yang sama hasilnya dapat diperoleh pada lampiran 1 (hal L-?) Perhitungan persentase tiap type reject Persentase tiap type reject merupakan nilai dari masing masing reject dalam satu bulan terhadap produksi aktual yang dilakukan oleh seksi. Seperti yang telah diutarakan tadi bahwa produksi aktual seksi adalah angka / nilai yang dicapai oleh seksi dalam memproduksi part dengan melalui proses produksi sehingga menghasilkan output dari produksi tersebut. Selama proses produksi berlangsung diharapkan part yang diproses menghasilkan barang bagus / finish good semuanya. Hal tersebut tidak akan pernah mungkin karena part yang diproduksi cukup banyak dan variasi sehingga memungkinkan terjadinya cacat / reject yang tidak diharapkan. Nilai dari persentase reject dapat ditelusuri pada laporan harian seksi yang saling linked ke laporan harian reject. Sehingga nantinya secara total akan terlihat pada laporan bulan seksi seperti yang telah disebutkan di atas. Sesuai dengan data Rejection Rate di atas bahwa Rejection Rate yang telah melampaui targetnya terjadi pada bulan Juni 200. Penyumbang reject terbesar pada jenis Reject Face Kasar Type KTMK (Supra X 12). Mengenai perhitungannya, sama dengan perhitungan Rejection Rate. Agar lebih jelas dapat dilihat perhitungan berikut ini;

14 Bulan Juni 200; Quantity Reject Face Kasar = 2 pcs, Produksi Aktual mencapai 00 pcs. Maka persentase Reject Face Kasar ; JumlahTiap Re ject Re ject = 0 0 Pr oduksiaktual % 0 2 % Re jectfaceka sar = 0% 00 = 0.0 % Bulan Juli 200; Quantity Reject Face Kasar = 32 pcs, Produksi Aktual mencapai 3 pcs. Maka persentase Reject Face Kasar ; 32 % Re jectfaceka sar = 0% 3 = 0.0 % Sedangkan untuk Type KTLM (Supra Fit) Reject Face Kasar mulai muncul pada bulan Oktober 200. Mengenai perhitungannya, sama dengan perhitungan di atas. Agar lebih jelas dapat dilihat perhitungan berikut ini; Bulan Oktober 200; Quantity Reject Face Kasar = pcs, Produksi Aktual mencapai 3 pcs. Maka persentase Reject Face Kasar ;

15 JumlahTiapRe ject Pr oduksiaktual 0 0 % Re ject = 0 % Re jectfaceka sar = 0% 3 = 0.1 % Bulan Nopember 200; Pada bulan ini penyumbang reject terbesar adalah Quantity Reject Reamer Geser sebanyak 20 pcs. Sedangkan untuk Quantity Reject Face Kasar tidak ada / nol (0) karena telah dilakukan improvement / perbaikan. Quantity Reject Reamer Geser = 20 pcs, Produksi Aktual mencapai 20 pcs. Maka persentase Reject Reamer Geser sebesar: 20 % Re ject ReamerGeser = 0% 20 = 0.0 %.3. Analisa Data Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa reject adalah bagian proses produksi / proses menghasilkan barang / jasa yang mengalami cacat akibat perlakuan di luar standar yang ada. Dari jumlah reject dari masing masing Type reject yang ada tiap harinya maka akan didapatkan nilai dari Rejection Rate. Rejection Rate adalah nilai rata rata reject dalam satu bulan terhadap produksi aktual yang dilakukan oleh seksi. Produksi aktual seksi adalah angka/nilai yang dicapai oleh seksi

16 dalam memproduksi part dengan melalui proses produksi sehingga menghasilkan output dari produksi tersebut. Selama proses produksi berlangsung diharapkan part yang diproses menghasilkan barang bagus / finish good semuanya. Hal tersebut tidak akan pernah mungkin karena part yang diproduksi cukup banyak dan variasi sehingga memungkinkan terjadinya cacat/reject yang tidak diharapkan Analisa Reject Pada nilai Rejection Rate, tentunya nilai tersebut merupakan akumulasi dari segala macam jenis reject yang ada di seksi. Sehingga nilai tersebut akan semakin membesar tiap harinya bila dalam proses produksi terjadi reject. Dari nilai Rejection Rate dapat diambil grafik sehingga akan terlihat jelas naik turunnya Rejection Rate. Berikut ini adalah grafik dari Reject Rate Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) bulan Juni Juli 200: REJECTION RATE MACHINING CYLINDER COMP TYPE KTMK Bulan Target 200 Juni '0 Juli '0 Rejection Rate Remark X X Tabel..1 Tabel Rejection Rate Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12)

17 Grafik Reject Cylinder Comp KTMK Persentase Reject (%) Target 200 Juni '0 Juli '0 Bulan Grafik..1. Grafik Rejection Rate Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12). Dari Grafik tersebut maka dapat terlihat bahwa Rejection Rate Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) naik (di atas target). Namun bila hanya ditampilkan grafik tersebut tentunya kita akan bertanya-tanya; sebenarnya jenis reject apakah penyumbang terbesar sehingga Rejection Rate Cylinder Comp naik. Dari pertanyaan tersebut maka kita memerlukan data reject harian seksi agar dapat mengetahui rangking terbesar dari jenis reject tersebut. Untuk itu dibutuhkan data reject harian Cylinder Comp pada bulan Juni dan Juli 200 sekaligus grafiknya;

18 DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTMK Bulan No Jenis Reject Juni '0 Juli '0 Quantity (pcs) Persen (%) Rank Quantity (pcs) Persen (%) Rank 1 Tinggi 1. minus Face Kasar Lubang Reamer Blong Ø Fine Boring Blong Ø Fine Boring Oval Ø Fine Boring Berulir Ø Honing Kasar Ø Honing Blong Ø Honing Gores Face Gores Dril Ø. Patah Lubang Reamer Geser Ø Honing Oval Black Surface Total 12 Produksi Aktual 00 3 Tabel..2. Tabel Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) bulan Juni Juli 200. Dari data di atas dapat dengan jelas bahwa Reject Face Kasar menempati rangking teratas dari reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12). Selanjutnya kita membutuhkan data pareto (lima) besar yang mana data reject di atas perlu diolah lagi sehingga mendapatkan data reject gabungan dua bulan. Agar lebih jelasnya akan disajikan di bawah ini;

19 DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTMK No Jenis Reject Quantity (pcs) Total Acc Juni '0 Juli '0 (pcs) (pcs) % % Acc 1 Face Kasar Face Gores Tinggi 1. minus Ø Honing Blong Ø Honing Kasar Total 11 Tabel..3. Tabel Pareto Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12). 200 Pareto Besar Reject Cyl Comp KTMK 0 Jumlah Reject (pcs) Persen Kumulatif Reject (%) 0 Face Kasar Face Gores Tinggi 1, minus Jenis Reject Ø Honing Blong Ø Honing Kasar 0 Grafik..2. Grafik Pareto besar Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12). Di samping Type KTMK (Supra X 12 ) yang mengalami Reject Face Kasar, pada Type KTLM (Supra Fit) juga mengalami Reject Face Kasar. Penyimpangan tersebut terjadi pada bulan September - Oktober 200, yang tertera pada Rejection Rate Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) bulan September - Oktober 200;

20 0 REJECTION RATE MACHINING CYLINDER COMP Bulan Target 200 Sep '0 Okt '0 Rejection Rate KTMK Remark X Rejection Rate KTLM Remark X X Rejection Rate Cyl Comp Remark X X Tabel.. Tabel Rejection Rate Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) Grafik Reject Cylinder Comp KTLM Persentase Reject (%) Target 200 Sep '0 Okt '0 Bulan Grafik..3. Grafik Rejection Rate Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit).

21 1 Berikut ini data Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) bulan September Oktober 200; DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTLM Bulan No Jenis Reject September '0 Oktober '0 Quantity (pcs) Persen (%) Rank Quantity (pcs) Persen (%) Rank 1 Tinggi 2. minus Face Gores Face Kasar 0. 2 Setting Kasar Reamer Geser Lubang PGR Geser 0.02 Setting Berulir Ø Fine Boring Berulir 0.01 Ø Honing Blong Setting Dowl Ø Fine Boring Oval Ø Honing Oval Total 23 1 Produksi Aktual 3 Tabel... Tabel Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) bulan September Oktober 200. Dari data di atas dapat dengan jelas bahwa Reject Face Kasar menempati rangking kedua dari Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) yang memiliki sumbangan terbesar dalam claim next process untuk seksi MC. Cylinder Comp 3. Selanjutnya kita membutuhkan data pareto (lima) besar yang mana data reject di atas perlu diolah lagi sehingga mendapatkan data reject gabungan dua bulan. Agar lebih jelasnya akan disajikan di bawah ini;

22 2 DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTLM No Jenis Reject Quantity (pcs) Total Acc Sep '0 Okt '0 (pcs) (pcs) % % Acc 1 Reamer Geser Face Kasar Setting Kasar Setting Dowl PGR Geser Total Tabel... Tabel Pareto Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit). 12 Pareto Besar Reject Cyl Comp KTLM 0 Jumlah Reject (pcs) Persen Kumulatif Reject (%) 0 Reamer Geser Face Gores Face Kasar Setting Kasar Jenis Reject Setting Dowl PGR Geser 0 Grafik... Grafik Pareto besar Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) Analisa X R Control Chart Di PT. Astra Honda Motor (AHM), pada bagian produksi yakni machining dan assembling engine yang memproduksi engine menggunakan peta kontrol yakni X-R Control Chart. X-R Control Chart tersebut dibuat oleh seksi yang bersangkutan

23 3 dengan spesifikasi per type (model sepeda motor) per shift sesuai dengan critical point dari part/komponen yang diproduksi oleh seksi tersebut. Peta kontrol tersebut berfungsi sebagai pengontrol kualitas produksi pada masing-masing seksi. Bila ada kelainan karakteristik dan sifat dari produk yang dihasilkan yang berkaitan langsung dengan kualitas akan mudah terlihat. Kelainan karakteristik dan sifat tersebut bisa berasal dari mesin, tool, material handling, delivery, alat ukur, inspection dan lainlain. Pada peta X-R Control Chart akan dapat diketahui secara langsung bila ada kelainan dengan melihat nilai/data ukur yang telah di-entry. Peta X-R Control Chart memiliki batas atas (Upper Center Line/UCL), batas tengah (Center Line/CL) dan batas bawah (Lower Center Line). Jadi, bila nilai/data ukur dari suatu part telah melampaui batas UCL atau LCL maka dapat dipastikan bahwa data ukur tersebut ada sedikit masalah yang perlu dianalisa lebih lanjut. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa masalah tersebut bisa berasal dari mesin, tool, material handling, delivery, alat ukur, pengecekan atau yang lainnya yang masih perlu dipelajari terlebih dahulu. Bila telah melakukan pengukuran part/komponen lalu dari mana mendapatkan UCL dan LCL-nya? Pada setiap part/komponen pasti memiliki dimensi standar yang diperbolehkan sesuai drawing-nya yang merupakan standar kualitas part/kompenen. Dimensi part/kompenen tentunya ada ukuran teknisnya yakni memiliki toleransi atas dan bawah. Toleransi atas part/komponen dijadikan nilai dari UCL dan toleransi bawah part/komponen dijadikan nilai dari LCL sedangkan nilai dari CL diperoleh dari jarak antara LCL dengan UCL dibagi dua saja.

24 Bila masalahnya, nilai/data ukurnya hanya terletak di atas UCL atau di bawah LCL maka sangat mutlak bahwa part/komponen tersebut ada masalah. Apakah ketentuan dari peta X-R Control Chart hanya itu saja? Lalu bagaimana bila ada seseorang ada yang melakukan kecurangan memasukkan data terletak pada UCL dan LCL? Berarti part/komponen yang diproduksi tersebut menjadi OK? Ternyata ketentuan dari peta X-R Control Chart tidak terbatas hanya itu saja. Ketentuan tersebut diantaranya yakni; terdapat (tujuh) titik berturut yang naik/turun, terdapat (tujuh) titik berturut-turut yang selalu berada di atas/bawah center line (CL), terdapat siklus yang selalu berulang. Bila menenukan kondisi yang telah disebutkan di atas maka dapat dijadikan kasus yang perlu mendapat perhatian dari seksi yang memiliki masalah tersebut. Namun bila suatu kondisi nilai/data ukur diperoleh selalu berada pada di atas/bawah center line (CL) yang memang diharuskan demikian dikarenakan sangat berpengaruh pada station kerja berikutnya misalnya berkaitan dengan cylce time line maka pada peta X-R Control Chart tersebut diberikan komentar tentang proses kerja pada seksi tersebut. Mungkin kejadian tersebut hanya sedikit sekali karena pada setiap proses/ perlakuan part/komponen tidak bergantung dari proses sebelumnya karena dari masing-masing mesin memiliki cycle time mesin tertentu. Setelah mengetahui ketentuan-ketentuan dari peta X-R Control Chart seperti yang telah dijelaskan di atas maka akan dilanjutkan dengan analisa peta X-R Control Chart terhadap part Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) pada kasus Reject Face Kasar.

25 Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) Pada Seksi Machining Cylinder Comp 3 (MC. Cyl Comp 3) di PT. Astra Honda Motor (PT. AHM). Seperti yang telah disebutkan di atas bawah di PT. AHM menjalankan peta kontrol berupa X-R Control Chart dilakukan per type (model sepeda motor) per shift-nya sesuai dengan critical point dari part/ komponen yang akan diproduksi. Pada part/kompenen Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) memiliki critical point yakni roughness face move dan fix, flatness face move dan fix, posisi koordinat lubang dowl, perpendicular (ketegaklurusan) proses fine boring, roughness proses honing dan kebulatan proses honing. Untuk kasus Reject Face Kasar yang berkaitan dengan critical point-nya yakni roughness dan flatness face move dan fix. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa face move Cylinder Comp adalah bagian dari Cylinder Comp yang telah terproses pada turning yang nantinya akan di-assy dengan Cylinder Head. Bagian tersebut juga dinamakan face contact Cylinder Head. Sedangkan face fix Cylinder Comp adalah bagian dari Cylinder Comp yang telah terproses pada turning yang nantinya akan di-assy dengan Crank Case. Bagian tersebut juga dinamakan face contact Crank Case. Agar lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini;

26 Face Move Cylinder Comp Face Fix Cylinder Comp Gambar... Face Move Cylinder Comp (Face Contact Cylinder Head) Type KTMK (Supra X 12). Face Move Cylinder Comp Face Fix Cylinder Comp Gambar... Face Fix Cylinder Comp (Face Contact Crank Case) Type KTMK (Supra X 12).

27 Pada area Face Move dan Fix Cylinder Comp yang merupakan critical point-nya pengukuran roughness (kekasaran) dan flatness (kerataan). Pengukuran pada point roughness, diambil pada permukaan face yang menunjukkan nilai/ angka paling kasar (titik tertingginya) pada mesin alat ukur. Sedangkan pungukuran pada point flatness, diambil pada permukaan face terendah dan tertingginya dengan mengambil nilai ratarata antara kedua puncak tersebut (terendah dengan tertinggi) pada mesin alat ukur. Berikut nilai peta X-R Control Chart Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) pada bulan Juni Juli 200; X-R Control Chart Bulan Juni 200, shift 1; X x UCL CL Data LCL CL Spe c 1 12 R R CL UCL

28 X-R Control Chart Shift 2; X x UCL CL Data LCL CL Spec 1 12 R R CL UCL X-R Control Chart Shift 3; 11 X x UCL CL Data LCL CL Spec

29 R R CL UCL Grafik... Peta X-R Control Chart Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) per shift Bulan Juni 200. X-R Control Chart Bulan Juli 200, shift 1; X x UCL CL Data LCL CL Spec 1 12 R R CL UCL

30 0 X-R Control Chart Shift 2; X x UCL CL Data LCL CL Spec 1 12 R R CL UCL X-R Control Chart Shift 3; X x UCL CL Data LCL CL Spec

31 1 R R CL UCL Gambar... Peta X-R Control Chart Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) per shift Bulan Juli 200. Seperti yang terlihat pada grafik peta X-R Control Chart bulan Juni Juli 200 bahwa per shiftnya, data ukur part Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) telah melampaui batas atasnya (UCL) yang merupakan telah di luar kontrol kualitas part. Telah disebutkan di atas bahwa critical point dari Cylinder Comp di antaranya roughness dan flatness face move dan fix. Toleransi dari roughness tersebut yakni maksimal mikron, jadi batas bawahnya (UCL) = 0 sedangkan batas atasnya (UCL) =. Sehingga dapat dipastikan bahwa peta kendali di atas telah di luar kontrol yakni di atas UCL dan tentunya nilai dari roughness Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) di atas. Bila data ukur roughness telah di atas maka face move Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) dinyatakan cacat atau dinamakan Reject Face Kasar. Data pengambilan X-R Control Chart tersebut dilakukan sampling sebanyak pcs per shiftnya tiap kali produksi. Nilai yang terpetakan pada X-R Control Chart tersebut merupakan nilai rata-rata dari pengukuran sebanyak pcs tersebut. X-R

32 2 Control Chart tersebut yang memiliki data out control dengan perhitungan sebagai berikut: Bulan Juni 200: Banyaknya data out control shift 1 = 1 pcs Banyaknya data out control shift 2 = 1 pcs Banyaknya data out control shift 3 = 1 pcs Total data out control dalam satu hari = = pcs Banyaknya sampling =pcs dan produksi aktual = 00 pcs, maka persentase reject: Total data out control x Banyaknya sampling % Reject = x 0 % Produksi Aktual x = x 0 % 00 = 0, % Bulan Juli 200: Banyaknya data out control shift 1 = 13 pcs Banyaknya data out control shift 2 = 13 pcs Banyaknya data out control shift 3 = 13 pcs Total data out control dalam satu hari = = 3 pcs Banyaknya sampling =pcs dan produksi aktual = 3 pcs, maka persentase reject: Total data out control x Banyaknya sampling % Reject = x 0 % Produksi Aktual 3 x = x 0 % 3 = 0, %

33 3 Dari data bulan Juni dan Juli 200 per shiftnya bahwa nilai dari persentase reject telah melewati dari batas target yakni 0,% pada bulan Juni 200 dan 0,% pada bulan Juli 200 dimana targetnya 0,0%. Peta X-R Control Chart tersebut merupakan peta quality critical point Cylinder Comp pada proses turning yakni kekasaran (roughness). Bila data pada X-R Control Chart telah out control maka kekasaran (roughness)-nya telah diluar standar sehingga Cylinder Comp dinyatakan Reject Face Kasar. Toleransi face move Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) lebih kecil (lebih) halus dibandingkan dengan toleransi face fix Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) dikarenakan saat di-assy untuk face move (face contact Cylinder Head) akan bertemu dengan Cylinder Head yang sebelumnya diberi gasket yang bahannya terbuat dari plat. Bahan yang terbuat dari plat, tidak akan mudah menyatu dengan permukaan face move Cylinder Comp sehingga dibutuhkan kekasaran yang sangat halus agar tidak bocor yakni maksimal mikron. Sedangkan untuk face fix (face contact Crank Case) akan bertemu dengan Crank Case yang sebelumnya diberi gasket yang bahannya terbuat dari karton. Bahan yang terbuat dari karton, mudah menyatu dengan permukaan face fix Cylinder Comp sehingga tidak dibutuhkan kekasaran yang sangat halus agar tidak bocor yakni maksimal 12 mikron Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) Selain Type KTMK (Supra X 12), pada Seksi Machining Cylinder Comp 3 (MC. Cyl Comp 3) di PT. Astra Honda Motor (PT. AHM) juga memproduksi

34 Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit). Seperti halnya Cylinder Comp KTMK (Supra X 12), pada Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) juga menjalankan peta kontrol berupa X-R Control Chart per shift-nya sesuai dengan critical point dari part/komponen yang akan diproduksi. Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) juga memiliki critical point yang sama dengan Type KTMK (Supra X 12) yakni roughness face move dan fix, flatness face move dan fix, posisi koordinat lubang dowl, perpendicular (ketegaklurusan) proses fine boring, roughness proses honing dan kebulatan proses honing. Untuk kasus Reject proses Face Kasar yang berkaitan dengan critical point-nya yakni roughness dan flatness face move dan fix. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa face move Cylinder Comp adalah bagian dari Cylinder Comp yang telah terproses pada turning yang nantinya akan di-assy dengan Cylinder Head. Bagian tersebut juga dinamakan face contact Cylinder Head. Sedangkan face fix Cylinder Comp adalah bagian dari Cylinder Comp yang telah terproses pada turning yang nantinya akan di-assy dengan Crank Case. Bagian tersebut juga dinamakan face contact Crank Case. Agar lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini;

35 Face Move Cylinder Comp Face Fix Cylinder Comp Gambar... Face Move Cylinder Comp (Face Contact Cylinder Head) Type KTLM (Supra Fit). Face Move Cylinder Comp Face Fix Cylinder Comp Gambar... Face Fix Cylinder Comp (Face Contact Crank Case) Type KTLM (Supra Fit).

36 Pada area Face Move dan Fix Cylinder Comp yang merupakan critical pointnya pengukuran roughness (kekasaran) dan flatness (kerataan). Pengukuran pada point roughness, diambil pada permukaan face yang menunjukkan nilai/ angka paling kasar (titik tertingginya) pada mesin alat ukur. Sedangkan pungukuran pada point flatness, diambil pada permukaan face terendah dan tertingginya dengan mengambil nilai rata-rata antara kedua puncak tersebut (terendah dengan tertinggi) pada mesin alat ukur. Berikut nilai peta X-R Control Chart Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) pada bulan Oktober 200; X-R Control Chart Bulan Oktober 200, Shift 1; X x UCL CL Data LCL CL Spec R R CL UCL

37 X-R Control Chart, Shift 2; X x UCL CL Data LCL CL Spec R R CL UCL X-R Control Chart, Shift 3; X x UCL CL Data LCL CL Spec

38 R R CL UCL Grafik... Peta X-R Control Chart Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) per shift Bulan Oktober 200. Seperti yang terlihat pada grafik peta X-R Control Chart bulan Oktober 200 bahwa per shiftnya, data ukur part Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) telah melampaui batas atasnya (UCL) yang merupakan telah di luar kontrol kualitas part. Telah disebutkan di atas bahwa critical point dari Cylinder Comp di antaranya roughness dan flatness face move dan fix. Toleransi dari roughness tersebut yakni maksimal mikron, jadi batas bawahnya (UCL) = 0 sedangkan batas atasnya (UCL) =. Sehingga dapat dipastikan bahwa peta kendali yakni di atas UCL dan tentunya nilai dari roughness Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) di atas. Bila data ukur roughness telah di atas maka face move Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) dinyatakan cacat atau dinamakan Reject Face Kasar. Data pengambilan X-R Control Chart tersebut dilakukan sampling sebanyak pcs per shiftnya tiap kali produksi. Nilai yang terpetakan pada X-R Control Chart tersebut merupakan nilai rata-rata dari pengukuran sebanyak pcs tersebut. X-R

39 Control Chart tersebut yang memiliki data out control dengan perhitungan sebagai berikut: Bulan Oktober 200: Banyaknya data out control shift 1 = 1 pcs Banyaknya data out control shift 2 = 1 pcs Banyaknya data out control shift 3 = 13 pcs Total data out control dalam satu hari = = 1 pcs Banyaknya sampling= pcs dan produksi aktual = 3 pcs, maka persentase reject: Total data out control x Banyaknya sampling % Reject = x 0 % Produksi Aktual 1 x = x 0 % 3 = 0, % Dari data bulan Oktober 200 per shiftnya bahwa nilai dari persentase reject telah melewati dari batas target yakni 0,% pada bulan Oktober 200 dimana targetnya 0,0%. Peta X-R Control Chart tersebut merupakan peta quality critical point Cylinder Comp pada proses turning yakni kekasaran (roughness). Bila data pada X-R Control Chart telah out control maka kekasaran (roughness)-nya telah diluar standar sehingga Cylinder Comp dinyatakan Reject Face Kasar. Toleransi face move Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) lebih kecil (lebih halus) dibandingkan dengan toleransi face fix Cylinder Comp KTLM (Supra Fit) dikarenakan saat di-assy untuk face move (face contact Cylinder Head) akan bertemu dengan Cylinder Head yang sebelumnya diberi gasket yang bahannya terbuat dari

40 1 plat. Bahan yang terbuat dari plat, tidak akan mudah menyatu dengan permukaan face move Cylinder Comp sehingga dibutuhkan kekasaran yang sangat halus agar tidak bocor yakni maksimal mikron. Sedangkan untuk face fix (face contact Crank Case) akan bertemu dengan Crank Case yang sebelumnya diberi gasket yang bahannya terbuat dari karton. Bahan yang terbuat dari karton, mudah menyatu dengan permukaan face fix Cylinder Comp sehingga tidak dibutuhkan kekasaran yang sangat halus agar tidak bocor yakni maksimal 12 mikron Analisa Konsentrasi Coolant Pengecekan konsentrasi coolant dilakukan setiap hari yang dilakukan oleh seorang teknisi dari seksi Machining Cylinder Comp. Konsentrasi tersebut diukur oleh sebuah alah yakni Refraktormeter. Refraktometer akan menunjukkan kadar konsentrasi dalam nilai PH. Standard PH untuk machining berkisar dari dan 12 standar tersebut diperoleh dari Proses Engineering. Bila PH tersebut di bawah nilai maka seorang teknisi akan menambah coolant ke dalam mesin guna menaikkan PH sedangkan bila nilai PH di atas maka seorang teknisi akan menambahkan air ke dalam mesin guna menurunkan PH. Dari data pengukuran konsentrasi coolant yang dilakukan setiap harinya terlihat jelas bahwa konsentrasi coolant pada mesin turning (Vertical Lathe) ada yang keluar dari standard yang ada pada tanggal yang terjadi Reject Face Kasar Cylinder Comp. Berikut ini adalah data konsentrasi coolant pada mesin turning (Vertical Lathe) bulan

41 111 Juni Juli 200 untuk Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan bulan September Oktober 200 untuk Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit);

42 DI BUAT DI KETAHUI DI SETUJUI BULAN : JUNI 200 TEKNISI FOREMAN KA - SIE CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A OFF OFF BULAN : JULI 200 CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A OFF 11 OFF OFF OFF 11 OFF Tabel... Kontrol Konsentrasi Coolant MC. Cylinder Comp 3 bulan Juni - Juli 200 Line 1 (KTMK)

43 DI BUAT DI KETAHUI DI SETUJUI BULAN : AGUSTUS 200 TEKNISI FOREMAN KA - SIE CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A OFF OFF OFF OFF 11 OFF BULAN : SEPTEMBER 200 CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A OFF 13 OFF OFF OFF Tabel... Kontrol Konsentrasi Coolant MC. Cylinder Comp 3 bulan Agustus - September 200 Line 1 (KTMK)

44 DI BUAT DI KETAHUI DI SETUJUI BULAN : OKTOBER 200 TEKNISI FOREMAN KA - SIE CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A CUT CONSEN TANGGAL NO NAMA MESIN OIL TRASI TONG TAI M 01 A TONG TAI M 01 B FANUC A M 02 A FANUC B M 02 B FANUC C M 02 C FANUC D M 02 D FINE BORING M 0 A Tabel... Kontrol Konsentrasi Coolant MC. Cylinder Comp 3 bulan Oktober 200 Line 1 (KTMK) dan Line 2 (KTLM)

45 11 Dari data tersebut bahwa mulai bulan Juli Oktober 200 pada mesin vertical turning telah keluar dari standar yang telah ditentukan. Maka dari itu langkah yang dilakukan dengan mengembalikan PH tersebut ke standarnya sesuai pada masingmasing mesin dengan menaikkan atau menurunkan PH tersebut. Caranya seperti yang telah disebutkan di atas bahwa bila ingin menaikkan konsentrasi PH coolant dengan menambahkan coolant pada mesin dan bila ingin menurunkan konsentrasi coolant PH dengan menambahkan air pada mesin..3.. Analisa Pergantian Tool Pada proses machining yang inti prosesnya yakni turning, milling, drilling, boring, tapping, honing dan grinding tentunya membutuhkan alat pemotong yang dinamakan cutting tool. Tool tersebut berfungsi sebagai cutter (pemotong) dalam proses machining. Macam cutter itu sendiri ada yang berupa insert, blade stone, drill, tap, reamer, milling dan grinda sedangkan jika dari jenis material cutter itu sendiri insert terbagi atas diamond dan carbide. Kedua jenis bahan tool tersebut memiliki material yang sama yakni karbon hanya saja dalam proses pembuatan / perlakuan tool tersebut berbeda sehingga memiliki standard using (pemakaian) yang berbeda. Insert yang terbuat dari diamond memiliki standard using yang lebih lama dibanding yang terbuat dari carbide. Standard using itu sendiri merupakan standard pemakaian tool terhadap banyaknya proses machining yang telah dikerjakan. Jadi, perhitungan standard using dibagi dengan berapa kali tool itu dapat bertahan dengan hasil yang optimal tiap kali proses.

46 11 Life time tool yang terbuat dari diamond memiliki standard using tool 200 penggunaan/proses sedangkan untuk lifetime tool yang terbuat dari carbide memiliki standar using 0 penggunaan/proses. Arti dari 200 penggunaan/proses yakni tool tersebut memiliki kemampuan sampai 200 kali proses machining maka tool tersebut harus diganti. Pada tool turning tersebut ada buah mata sehingga cukup memutar saja bagian tool tersebut. Sedangkan untuk komposisi produksi Machining Cylinder Comp terdiri atas 3 shift yang memiliki komposisi produksinya pada shift 1 = 0 pcs, shift 2 = 03 dan shift 3 = dengan cycle time = 2 detik. Sehingga secara kapasitas total produksi Machining Cylinder Comp = 21. Kapasitas tersebut baru untuk Type KTLM (Supra Fit) sedangkan untuk Type KTMK (Supra X 12) memiliki kapasitas yang sama yakni = 21 dengan komposisi yang sama pada kapasitas per shiftnya. Jadi bila dihitung secara matematis tool turning akan ganti tool sebanyak 2 kali per harinya (13 kali tiap minggunya dan kali tiap bulannya) untuk satu Type (KTLM) sedangkan Type KTMK juga sama. Agar lebih jelas dapat dilihat perhitungan sebagai berikut: Untuk tool Type diamond untuk tool dapat digunakan sebanyak kali sehingga lifetime ganti tool; Life time = 200 penggunaan/proses x = 00 penggunaan/proses Produksi sehari = = 21 pcs Kapasitas Pr oduksi LamanyaToolperHari = LifeTime

47 11 Lamanya Tool per hari = = 2,3 Jadi, ganti tool terjadi di shift 1 pada proses ke 01 dan di shift 3 pada proses 1. Bila produksi tersebut berlangsung continue (terus menerus maka ganti tool tersebut juga akan dapat terjadi di shift 2. Sedangkan untuk perhitungan per minggunya dan bulannya adalah sebagai berikut; 1 minggu = hari kerja dan 1 bulan = 22 hari kerja LamanyaToolperMinggu = Kapasitas Pr oduksi LifeTime 21 = 00 = 13,1 LamanyaToolperBulan = Kapasitas Pr oduksi LifeTime = 00 =,02 Perhitungan di atas berlaku untuk kedua Type (KTMK dan KTLM) karena untuk kedua Type tersebut memiliki cycle time line yang sama yakni 2 detik. Berikut ini data ganti tool untuk Type KTMK dan KTLM;

48 11 DATA GANTI TOOL TURNING MC.CYLINDER COMP 3 Bulan : Juni 200 Type : KTMK Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tabel... Tabel Data Ganti Tool Turning Type KTMK (Supra X 12) bulan Juni 200.

49 11 DATA GANTI TOOL TURNING MC.CYLINDER COMP 3 Bulan : Juli 200 Type : KTMK Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tabel..11. Tabel Data Ganti Tool Turning Type KTMK (Supra X 12) bulan Juli 200.

50 120 DATA GANTI TOOL TURNING MC.CYLINDER COMP 3 Bulan : Oktober 200 Type : KTLM Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tgl Sh Count Prod er ift Akt Mesin Tabel..12. Tabel Data Ganti Tool Turning Type KTLM (Supra Fit) bulan Oktober 200.

51 121 Dari data tersebut bahwa saat ganti tool yang tidak konsisten Type KTMK (Supra X 12) terjadi pada tanggal Juni 200. Sedangkan untuk Type KTLM (Supra Fit) terjadi pada tanggal 2, 3,, 12, 1 Oktober 200. Bila tool yang seharusnya ganti tool tidak dilakukan ganti tool maka hasil proses machining di mesin vertical turning akan tidak optimal. Face milling hasil proses turning akan terlihat kasar secara visual. Bila diukur dengan alat ukur akan di luar standard. Hal tersebut dikarenakan tool yang seharusnya ganti tool telah tumpul sehingga tool tidak akan optimal bekerjanya karena feeding tool telah sempit. Di samping itu pula, tool yang telah tumpul akan menyisakan scrap pada mata tool sehingga bila scrap tersebut terbawa pada mata tool maka hasil proses machining turning akan cacat atau disebut Reject Face Kasar..3.. Analisa Sudut Buang Feeding Tool Mesin Vertical Lathe (proses turning) menggunakan tool diamond dengan sudut buang tool yang kecil yakni 30 derajat. Sudut tersebut telah dirancang oleh maker mesin tersebut sehingga saat mesin itu di-install belum ada kendala yang signifikan. Seiring meningkatnya kapasitas produksi tentunya butuh sinergi terhadap sistem produksi sehingga reject menanjak kian banyak. Sehingga lama kelamaan masalah tersebut menjadi pelik.

52 122 Untuk itu diperlukan analisa lebih dalam, apakah dengan tool diamond dengan sudut buang tool yang kecil yakni 30 derajat. Berikut ini adalah hitungan secara matematis bila menggunakan α = 30 derajat; SudutBuang TepiArea Pr osesmachiningsudut = SisiMiring = SumbuY SisiMiringR = sin α = sin 30 0 = 0, Bila dilihat dari hasil di atas, dapat terlihat jelas bahwa dengan sudut buang tool yang kecil menghasilkan nilai alfa yang kecil. Dari alfa yang kecil tersebut dapat mengindikasikan bahwa hasil proses machining yang telah termakan (feeding) oleh insert yang dinamakan scrap akan sulit terbuang dengan mudah karena terganjal kecilnya sudut buang tool. Scrap yang terganjal akan menempel pada tool dan bila terbawa saat feeding tool akan menimbulkan luka pada part yang menimbulkan Reject Face Kasar. Sehingga kita harus memperbesar sudut buang tool tersebut. Tentunya secara logika sudut buang tool terbesar harus dicapai dengan nilai alfanya satu (1). Berikut ini perhitungan bila kita memperbesar sudut buang tool; TepiAreaPr osesmachiningsudut SudutBuang = SisiMiring

53 123 Sudut Buang = SumbuY SisiMiringR = sin α Bila nilai sudut buang = 1 maka nilai α dapat diperoleh; 1 = sin α α = arc sin 1 = 0 0 Dari perhitungan di atas, nilai alfanya berharga maksimal yakni satu (1) dengan sudut buang tool terbesar yakni 0 derajat maka dapat dipastikan bahwa scrap dari hasil feeding tool saat proses machining akan mudah terbuang dan tool akan selalu bersih dari sisa scrap yang menempel saat feeding. Sehingga Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan Type KTLM (Supra Fit) dapat ditekan..3.. Analisa sebab akibat terjadinya Reject Face Kasar Dilihat dari hasil analisa di atas maka dapat kita ambil sebab akibat terjadinya Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) yang nanti akan menjadi tulang utama dalam diagram fish bone. Analisa dari diagram fishbone tersebut dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yakni Man, Machine, Methode, Material dan Environment (M1E). Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab terjadi Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit);

54 12 1. Methode Penggunaan pemakaian tool turning yang tidak sesuai dengan life time-nya. 2. Material Konsentrasi coolant yang tidak sesuai dengan standar. 3. Machine Sudut buang tool terlalu kecil sehingga scrap sisa hasil proses turning melukai face milling. Dari sebab akibat di atas maka kita dapat membuat diagram fish bone untuk dapat mencari akar penyebab masalah dengan menggunakan metode Five-Why (-W), di mana akar akar penyebab masalah tersebut terletak pada tulang tulang kecil yakni dengan menanyakan sebanyak kali mengapa untuk memperoleh akar penyebab. Namun tidak harus sebanyak kali menanyakan mengapa bila telah menemukan akar penyebabnya. Berikut ini adalah diagram..1. Diagram Fish Bone.

55 12 Alat ukurnya hanya ada satu untuk seluruh machining (lima seksi) karena Plant 3 Cikarang dalam proses pembangunan Loading pengukuran coolant tiap - tiap machining cukup tinggi Konsentrasi coolant yang tidak sesuai dengan standar MATERIAL Counter life time tool pada mesin tidak direset oleh operator METHODE Operator salah hitung life time tool sehingga lupa untuk mengganti tool turning (insert) Penggunaan pemakaian tool turning (insert) yang tidak sesuai dengan life time-nya Dimensi tool turning (insert) yang disesuaikan spesifikasinya tidak optimal pada proses turning cylinder comp Tool turning (insert) memiliki sudut buang yang kecil karena dimensinya Sudut buang tool terlalu kecil sehingga scrap sisa hasil proses turning melukai face milling cylinder comp MACHINE Diagram..12. Diagram Fishbone. Berikut ini adalah penjelasan sebab akibat dari digram fish bone: 1. Penggunaan pemakaian tool turning yang tidak sesuai dengan life time-nya. Pada setiap tool machining tentunya memiliki life time penggunaan yang telah disesuaikan dengan standar proses machining. Bila pemakaian tersebut tidak sesuai dengan standar yang diberikan maka akan berakibat pada hasil proses machining. Hasil proses tersebut akan berdampak terhadap cacat suatu proses machining sehingga parat yang terproses menjadi reject. Hal tersebut menjadi

56 12 kerugian bagi seksi yang terbeban reject proses tersebut. Kategori reject tersebut termasuk reject machining yang dinamakan Reject Face Kasar. Reject tersebut disebabkan karena ketidak konsistenan dalam mengganti tool turning yang sesuai dengan life time-nya. Ketika tool yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti, proses turning akan menyisakan scrap dari sisa pemakanan (feeding) part sebelumnya. Scrap yang menempel pada tool tersebut akan membuat luka pada face milling proses turning Cylinder Comp, di samping tool turning yang telah tumpul. Sehingga hasil proses turning pada face milling Cylinder Comp menjadi kasar. Atau tidak sesuai dengan standar roughness face milling Cylinder Comp. Secara visual, Reject Face Kasar Cylinder Comp tersebut terlihat dengan jelas karena pada face milling terlihat alur pemakanan (feeding) turning yang kasar yang akhirnya dinamakan Reject Face Kasar Cylinder Comp. 2. Konsentrasi coolant yang tidak stabil / tidak sesuai standar Selain tool, yang menyebabkan hasil proses machining salah satunya yakni coolant. Coolant merupakan cairan pendingin pada proses machining untuk mengurangi keausan tool saat bergesekan (feeding) dengan part. Bila proses machining tidak diberikan coolant maka tool machining dalam hal ini tool turning akan cepat tumpul bahkan bisa patah akibat susut saat feeding dengan part. Untuk menjaga keausan tool tersebut maka diberikan coolant yang konsentrasinya telah disesuaikan dengan standar sesuai dengan masing-masing proses machining. Pada proses machining turning, konsentrasi coolant memiliki. Konsentrasi

57 12 coolant tersebut diharapkan dalam batas kontrol machining agar memudahkan dalam memantau proses produksi berlangsung. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya yakni pada bulan Juli dan Oktober 200 telah tejadi penyimpangan konsentrasi coolant sehingga mengakibatkan Reject Face Kasar Cylinder Comp. Bila konsentraasi di bawah maka ketika proses turning berlangsung, tool turning akan melakukan feeding part dan proses tersebut menjadi sangat berat untuk tool turning karena kadar konsentrasi di atas standar atau coolant tersebut terlampau pekat. Selain itu, konsentrasi yang di bawah memiliki kadar keasaman yang sangat tinggi sehingga akan mengganggu dalam proses turning berlangsung karena tool terbuat dari logam campuran sedangkan part terbuat dari alumunium dan ferro. Kadar asam tersebut akan mengikis sedikit demi sedikit tiap proses turning berlangsung sehingga proses turning tidak akan memperoleh hasil yang maksimal (OK). Yang ada hanyalah Reject Face Kasar bila konsentrasi dibiarkan terus menerus. Sedangkan saat konsentrasi di atas maka ketika proses turning berlangsung, tool turning akan melakukan feeding part sedangkan tool turning tersebut mengalami keausan karena kadar konsentrasi di bawah standar atau coolant terlalu encer. Sehingga untuk mengurangi Reject Face Kasar Cylinder Comp diperlukan kontrol dalam konsentrasi coolant dalam Mesin Turning. Bila kadar konsentrasi di bawah maka pada Mesin Turning ditambahkan air secukupnya untuk menaikkan konsentrasi tersebut. Karena coolant di Mesin Turning merupakan Coolant Water Base maka dalam proses pencampurannya cukup dengan air saja dengan komposisi tertentu yang telah

58 12 ditentukan. Bila kadar konsentrasi di atas maka pada Mesin Turning ditambahkan coolant sehingga konsentrasi coolant menjadi standar dalam range yang diijinkan yakni. 3. Sudut buang tool terlalu kecil sehingga scrap sisa hasil proses turning melukai face milling Setelah tool dan coolant yang sangat berpengaruh dalam proses machining, ada satu lagi yang menjadi faktor utama dalam menghasilkan proses machining yang baik yakni cutting condition. Cutting condition machining sangat beraneka ragam diantaranya kecepatan feeding tool (feed rate tool), jenis mata tool dan posisi tool dan holder saat feeding part. Pada proses turning Cylinder Comp, sudut buang tool sangat kecil. Sudut buang yang kecil tersebut menyulitkan scrap untuk jatuh saat tool turning melakukkan feeding part. Akibatnya scrap hasil proses feeding part menempel pada sudut tool turning tersebut. Dan saat dilakukan proses turning lagi maka scrap akan mempengaruhi hasil proses machining karena scrap yang menempel pada tool turning berusaha untuk terbuang/keluar dari tool tersebut sehingga scrap terbawa oleh tool turning dan melukai face milling Cylinder Comp yang berdampak pada Reject Face Kasar Cylinder Comp. Sehingga untuk mengatasi reject tersebut maka haruslah dilakukan perubahan pada sudut buang tool turning sehingga saat proses turning, scrap akan langsung jatuh saat tool turning melakukan feeding part. Dengan mengubah sudut buang tool tersebut tentukan akan mengubah holder dan mata tool turning. Sebab untuk

59 12 memodifikasi tool yang telah jadi cukup sulit melakukannya sehingga haruslah mengubah spesifikasi tool yang lama dengan yang baru berikut holder tool-nya. Pada tool sebelumnya yang memiliki sudut buang yang kecil menggunakan tool diamond yang akan diganti dengan tool yang memiliki sudut buang yang besar yakni tool carbide. Selain melakukan improvement proses machining, pergantian jenis tool tersebut juga tercakup penghematan biaya produksi karena harga tool carbide sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan tool diamond tanpa mengurangi hasil kualitas proses machining. Bila dihitung secara matematis, harga tool diamond bisa kali dari harga tool carbide. Setelah kita mendapatkan akar-akar penyebab melalui diagram fishbone melalui hubungan sebab-akibat maka kita menyederhanakan dalam bentuk faktor-faktor penyebab dominan terhadap timbulnya masalah Reject Face Kasar Cylinder Comp. Berikut ini penyajian faktor-faktor penyebab dominan dalam bentuk matriks;

60 130 Faktor-faktor dominan yang menyebabkan Reject Face Kasar Cylinder Comp adalah sbb: Faktor Penyebab Analisa Akibat PIC Methode Penggunaan pemakaian Operator salah hitung Hasil proses turning Mudi (Prod) tool turning (insert) life time tool sehingga kasar secara visual yang tidak sesuai lupa untuk mengganti (tidak sesuai dengan dengan life time-nya tool turning (insert) standar) Material Konsentrasi coolant Loading pengukuran Hasil proses turning Sriyanto (Prod) yang tidak sesuai coolant tiap - tiap kasar secara visual dengan standar machining cukup tinggi (tidak sesuai dengan standar) Machine Sudut buang tool terlalu Tool turning (insert) Hasil proses turning Benny (Eng) kecil sehingga scrap sisa memiliki sudut buang kasar secara visual hasil proses turning yang kecil karena (tidak sesuai dengan melukai face milling dimensinya standar) Cylinder Comp Tabel..13. Matriks Faktor faktor Penyebab Dominan.3.. Membuat Rencana Perbaikan Setelah mengetahui akar penyebab masalah Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit), selanjutnya kita merencanakan perbaikan untuk pengatasan reject tersebut. Semua akar penyebab yang telah disebutkan di atas dapat dituangkan dalam bentuk matriks untuk perencanaan perbaikan adalah sebagai berikut;

61 131 RENCANA PERBAIKAN No Faktor Penyebab What Perbaikan Why How When Where Who How Much Mengapa Siapa Perbaikannya Bagaimana Cara Kapan Dimana Penanggungj Berapa Demikian Perbaikannya Waktunya Tempatnya awabnya Biayanya 1 Methode Penggunaan Counter life Operator salah Counter life Juli '0 MC.Cylinder Mudi (Prod) pemakaian tool time tool pada hitung life time time tool pada Comp 3 turning (insert) mesin selalu di- tool sehingga mesin selalu diyg tidak sesuai reset oleh lupa untuk reset dgn lifetime-nya operator mengganti tool turning (insert) 2 Material Konsentrasi Tiap-tiap seksi Loading Order alat ukur Nov '0 MC.Cylinder Sriyanto Alat ukur coolant yg tidak hrs mempunyai pengukuran konsentrasi Comp 3 (Prod) konsentrasi sesuai dengan alat ukur coolant tiap- coolant tiap-tiap coolant = standar konsentrasi tiap machining seksi Rp. 2 jt coolant cukup tinggi 3 Machine Sudut buang Ganti spesifikasi Tool turning Tool turning Nov '0 MC.Cylinder Benny (Eng) Holder tool tool terlalu kecil tool turning yg (insert) memiliki (insert) diganti Comp 3 = Rp. 1 jt, sehingga scrap memiliki sudut sudut buang yg spesifikasinya tool turning= sisa hasil proses buang tool yg kecil karena Rp. rb/buah turning melukai besar dimensinya face milling Cylinder Comp Tabel..1. Matriks Rencana Perbaikan.3.. Melaksanakan Perbaikan Setelah membuat matriks untuk perencanaan perbaikan dalam pengatasan masalah Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit), selanjutnya kita melaksanakan perbaikan sesuai dengan rencana yang telah dibuat seperti yang telah disebutkan di atas. Pelaksanaan perbaikan dalam pengatasan reject dapat dituangkan dalam bentuk matriks untuk pelaksanaan perbaikan adalah sebagai berikut;

62 132 PELAKSANAAN PERBAIKAN No Faktor Penyebab Perbaikan Waktu Tempat Petugas Biaya Apa Perbaikannya dan Siapa Kapan Dimana Apa Penyebabnya Bagaimana Cara Perbaikannya Penanggungj Berapa Waktunya Tempatnya (What + How) awabnya Biayanya 1 Methode Penggunaan Counter life time tool pada Juli '0 MC.Cylinder Mudi (Prod) pemakaian tool mesin selalu di-reset oleh Comp 3 turning (insert) operator yg tidak sesuai dgn lifetime-nya 2 Material Konsentrasi Tiap-tiap seksi harus Nov '0 MC.Cylinder Sriyanto Refractometer coolant yg tidak mempunyai alat ukur Comp 3 (Prod) = Rp. 2,2 jt sesuai dengan konsentrasi coolant dengan standar meng-order 3 Machine Sudut buang Ganti spesifikasi tool turning Nov '0 MC.Cylinder Benny (Eng) Holder tool tool terlalu kecil yg memiliki sudut buang tool Comp 3 = Rp. 00 rb, sehingga scrap yg besar tool turning = sisa hasil proses Rp. 00/buah turning melukai face milling Cylinder Comp Tabel..1. Matriks Pelaksanaan Perbaikan.3.. Evaluasi Hasil Perbaikan Dalam melaksanakan perbaikan diperlukan kajian ulang terhadap hasil perbaikan tersebut yang dinamakan evaluasi hasil perbaikan. Evaluasi tersebut dapat dilihat muncul atau tidakkah dalam dua bulan terakhir Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) pada bulan November dan Desember 200. Maka diperlukan data Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) pada bulan tersebut untuk melihat berhasil tidakkah perbaikan yang telah dilakukan. Berikut ini data Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) pada bulan Juni - Desember 200 dan Grafiknya;

63 133 DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTMK Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan No Jenis Reject Bulan Grand Juni '0 Juli '0 Agt '0 Sep '0 Okt '0 Subtotal Nov '0 Des '0 Subtotal Total Jml (pcs) Jml (pcs) Jml (pcs) Jml (pcs) Jml (pcs) (pcs) Jml (pcs) Jml (pcs) (pcs) (pcs) 1 Tebal 1. minus Tinggi, minus Face Kasar Face Gores Reamer Blong Reamer Geser Ø Fine Boring Blong Ø Fine Boring Oval Ø Fine Boring Berulir Ø Fine Boring Kasar Ø Honing Kasar Ø Honing Blong Ø Honing Gores Ø Honing Oval Drill Ø. Patah Black Surface Gompal Tap M patah Total 12 1 Produksi Aktual Tabel..1. Data Reject Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) bulan Juni- Desember 200. Jumlah (pcs) Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp KTMK bulan Jun - Des'0 Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Juni '0 Juli '0 Agt '0 Sep '0 Okt '0 Nov '0 Des '0 Bulan Grafik... Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) bulan Juni Desember 200.

64 13 Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp KTMK Jumlah (pcs) Face Kasar Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Grafik... Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) sebelum dan sesudah perbaikan. No DATA REJECT MACHINING CYLINDER COMP KTLM Jenis Reject Sebelum Perbaikan Bulan Sesudah Perbaikan Grand Sep '0 Okt '0 Subtotal Nov '0 Des '0 Subtotal Total Jml (pcs) Jml (pcs) (pcs) Jml (pcs) Jml (pcs) (pcs) (pcs) 1 Tinggi 2, minus Face Gores Face Kasar Setting Kasar Reamer Geser Lubang PGR Geser Setting Berulir Setting Dowl Ø Fine Boring Berulir Ø Honing Blong Ø Fine Boring Oval Ø Honing Oval Ø Honing Gores Drill Ø, Patah Drill Ø,3 Patah Total Produksi Aktual Tabel..1. Data Reject Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) bulan September- Desember 200.

65 13 Jumlah (pcs) Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp KTLM bulan Sep - Des'0 Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan Sep '0 Okt '0 Nov '0 Des '0 Bulan Grafik... Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) bulan September Desember 200. Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp KTLM Jumlah (pcs) Face Kasar Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan Grafik..11. Grafik Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) sebelum dan sesudah perbaikan.

66 13 Dari grafik di atas sangat jelas sekali bahwa telah terjadi penurunan Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) yang cukup signifikan setelah perbaikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa perbaikan yang telah dilakukan terhadap pengatasan Reject Face Kasar Cylinder Comp telah berhasil. Untuk itu, kita perlu mengevaluasi secara QCDSM (Quality Cost Delivery Safety, Moral) dengan membandingkan sebelum dan sesudah perbaikan adalah sebagai berikut; Dampak setelah melakukan perbaikan terhadap "QCDSM" Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan Reject Face Kasar type KTMK bulan Reject Face Kasar type KTMK bulan Jun - Okt '0 = 113 buah Nov - Des '0 = 3 buah Q Reject Face Kasar type KTLM bulan Reject Face Kasar type KTLM bulan Sep - Okt '0 = buah Nov - Des'0 = 0 buah C Total Reject Face Kasar sebanyak buah Harga manufaktur 1 buah = Rp.2000 Lost cost = x Rp.2000 = Rp Lost cost/month = Rp / = Rp Harga tool turning (insert diamond) = Rp.3000/pcs Total Reject Face Kasar sebanyak 3 buah Lost cost = 3 x Rp.2000 = Rp Lost cost/month = Rp.2.000/2 = Rp Biaya Investasi = Rp Rp = Rp BEP: (Rp / Rp.1.000)bulan = 3, bulan Harga tool turning (insert carbide) = Rp.00/pcs Delivery terganggu karena ada reject face kasar D cylinder comp S Tetap Operator perlu menghitung lifetime tool yg tertera M pada mesin untuk mengganti tool turning (insert) Delivery ke Assy Engine menjadi lancar Tetap Operator cukup melihat counter lifetime tool pada mesin karena counter tela di-reset Tabel..1. Matriks Evaluasi Perbaikan terhadap QCDSM

67 13 Dari tabel di atas kita bisa melihat penurunan yang sangat signifikan terhadap point Quality (Q), Cost (C) dan Moral (M). Pada point Quality (Q), untuk Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) mengalami penurunan sebagai berikut; Jumlah Reject bulan Juni Oktober 200 = 113 pcs, dengan rata-rata reject per bulan = 113 / = 22, pcs / bulan. Jumlah Reject bulan November Desember 200 = 3 pcs, dengan rata-rata reject per bulan = 3 / 2 = 1, pcs / bulan, sehingga mengalami; Penurunan = 22, 1, = 21,1 pcs, sedangkan persentasenya; Persentase penurunan = (21,1 / 22,) x 0 % = 3,3 %. Sedangkan untuk Cylinder Comp Type KTLM (Supra Fit) mengalami penurunan sebagai berikut; Jumlah Reject bulan September Oktober 200 = pcs dengan rata-rata reject per bulan = / 2 = 2, pcs / bulan. Jumlah Reject bulan November Desember 200 = 0, sehingga mengalami; Penurunan = 2, 0 = 2, pcs, sedangkan persentasenya; Persentase penurunan = (2, / 2,) x 0 % = 0 %. Pada point Cost (C), biaya proses manufaktur untuk pembuatan Cylinder Comp sebesar Rp untuk kedua Type Cylinder Comp KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit) dan dapat dihitung penurunannya adalah sebagai berikut; Total Reject KTMK & KTLM bulan Juni Oktober 200 = = pcs. Biaya proses manufaktur per bulan = (Rp x pcs) / = Rp Total Reject KTMK & KTLM bulan November - Desember 200 = = 3 pcs.

68 13 Biaya proses manufaktur per bulan = (Rp x 3 pcs) / 2 = Rp , sehingga mengalami; Penurunan biaya proses manufaktur = Rp Rp = Rp Persentase penurunan = (Rp / Rp ) x 0 % =. %. Sedangkan untuk penghematan pemakaian tool insert turning adalah sebagai berikut; Sebelum perbaikan, mesin turning menggunakan tool insert diamond dengan berharga = Rp / pcs. Setelah perbaikan mesin turning menggunakan tool insert carbide dengan berharga = Rp. 00 / pcs. Sehingga dapat dihitung penghematan pemakaian tool insert turning sebagai berikut; Penghematan = Rp Rp. 00 = Rp Persentase penghematan = (Rp / Rp. 3000) x 0 % = 3,33 %. Tentunya dalam melakukan perbaikan di atas memerlukan dana yang termasuk biaya investasi. Biaya-biaya investasi tersebut yakni; Pembelian alat ukur Refraktormeter = Rp Holder tool insert carbide turning = Rp Total biaya investasi = Rp Rp = Rp Setelah mengetahui biaya investasi selanjutnya kita dapat mengetahui kapan biaya investasi tersebut kembali (titik impas) atau biasa disebut break event point (BEP). Pada perbaikan yang telah dilakukan di atas, memiliki BEP adalah sebagai berikut; BEP = Biaya Investasi / Biaya Tetap yang telah dikeluarkan = (Rp / Rp ) / bulan = 3, bulan.

69 13 Sedangkan untuk point Moral (M), evaluasinya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka namun telah terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebelum melakukan perbaikan, tiap kali ganti tool insert turning, operator selalu menghitung lifetime tool dengan membanding counter proses part pada mesin. Sedangkan setelah melakukan perbaikan, tiap ganti tool insert turning, operator tidak perlu menghitung counter proses part pada mesin yang dibandingkan dengan lifetime tool karena counter proses part pada mesin selalu di-reset tiap akhir shift..3.. Membuat Standarisasi Perbaikan Setelah melakukan perbaikan diuji coba dan tidak menimbulkan efek samping maka perlu membuat standarisasi dalam bentuk SOP (Standard Operation Procedure) baru dan standar spesifikasi baru. Agar standar tersebut terpelihara dengan baik maka semua dibukukan dalam Dokumentasi Standar Baru yang bersifat; mudah dipelajari dan dimengerti, mudah dipantau, terbuka dan mudah untuk ditingkatkan lagi, mengandung tolok ukur untuk deteksi bila terjadi deviasi /penyimpangan dan waktu mulai diberlakukan. Di bawah ini standarisasi dari hasil perbaikan pengatasan Reject Face Kasar Cylinder Comp Type KTMK (Supra X 12) dan KTLM (Supra Fit);

70 10 "Spesifikasi tool turning bagian atas diganti dengan spesifikasi tool yang memiliki sudut buang tool yang besar" Sudut buang tool bagian atas 0 0 Sudut buang tool bagian bawah 0 0 Sudut buang tool bagian atas Sudut buang tool bagian bawah 0 0 Gambar..1. Standarisasi Tool Turning Cylinder Comp.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 MENGATASI REJECT FACE KASAR CYLINDER COMP TYPE KTMK DAN KTLM PT. ASTRA HONDA MOTOR Suprapto NIM : 0800786691

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pembuatan Produk Cylinder Comp. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5 (Astrea Supra dan Honda Win) dari awal kedatangan part sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Nama PROSES PEMESINAN CRANKCASE TIPE CB 150R DI PT. ASTRA HONDA MOTOR : Ega Febi Kusmawan NPM : 22411331 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM :

PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : PROSES MACHINING CYLINDER BLOCK NON FERO SUZUKI APV DI PT.SUZUKI INDOMOBIL MOTOR NAMA : Defirst Ijwa Anugrah NPM : 21410759 LATAR BELAKANG Cylinder block merupakan komponen utama dari sebuah engine yang

Lebih terperinci

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT.

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7 Nama : Ismail nur Dwianto NPM : 23411729 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. Latar Belakang Front Axle merupakan unit poros penggerak roda

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Crank case L dan R terpasang pada Jig & Fixture

Gambar 4.2 Crank case L dan R terpasang pada Jig & Fixture BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Survey Lapangan 4.1.1. Proses Machining Crank Case Crank Case merupakan bagian utama penyusun mesin yang berfungsi sebagai rumah pelindung atau tempat menempelnya komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools BAB V ANALISA HASIL 5.1 Tahap Analisa Setelah mengetahui dan menemukan banyaknya kerusakan yang ditemukan pada proses produksi, maka anggota team perbaikan yang terdiri dari Industrial Enggineering, Quality

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN CACAT BLACK SURFACE PADA PROSES MACHINING CYLINDER

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Crankshaft merupakan salah satu unit komponen dari mesin motor bakar yang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Crankshaft merupakan salah satu unit komponen dari mesin motor bakar yang 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Teknis Crankshaft Proses pengumpulan data teknis line 3 produksi crankshaft sunter meliputi part crankshaft dan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang begerak di bidang manufaktur pembuatan sepeda motor di Indonesia dengan kepemilikan saham

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Aspek Pasar 4.1.1 Potensi Pasar Aspek pasar adalah salah satu faktor dominan dalam penentuan suatu proyek atau investasi yang akan dilakukan. PT. Astra Honda Motor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja)

Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja) Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja) PT. TJOKRO BERSAUDARA PROFILE PERUSAHAAN PT.TJOKRO BERSAUDARA Nama Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penggantian Komponen Dies dan Mesin Dengan adanya beberapa perubahan desain menjadi dies monoblok, maka besarnya biaya biaya komponen dibagi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006 / 2007 ANALISA KUALITAS, STUDI KASUS CLAIM PLATE OIL SEPARATOR BOCOR type CUB 100cc di PT. ASTRA HONDA MOTOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL

PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE 12110-14301 DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL Nama : Ryan Antono NPM : 26411508 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. Latar Belakang Piston merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri baik industri produk maupun jasa, kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Model FAST adalah metode sederhana yang dapat menunjukkan fungsi dan hubungan antar fungsi-fungsi tersebut. Model FAST yang dibuat pada penelitian ini menjelaskan bahwa hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metode Pemecahan Masalah Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Data - Analisis DFM ( Design for Manufacture ) - Analisis

Lebih terperinci

: Ageng Lestari NPM :

: Ageng Lestari NPM : Nama : Ageng Lestari NPM : 30413317 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Proses Produksi Volume Produksi Risiko Kerusakan Pemeliharaan PERUMUSAN MASALAH PT. Mitsubishi Krama Yudha Motor and Manufacturing Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Kata kualitas memiliki definisi yang sangat beraneka ragam. Para pakar kualitas memberikan definisi masing-masing, antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 16949: 2002 UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF100

PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 16949: 2002 UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF100 PENGENDALIAN KUALITAS PT AHM DENGAN MENGGUNAKAN ISO/TS 1699: UNTUK MENCEGAH KOMPONEN VALVE INLET BENGKOK PADA MOTOR SUPRA KHUSUSNYA MESIN NF1 (Studi Kasus Valve Inlet Bengkok di PT Astra Honda Motor) Naniek

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR Anggara Hayun A 1 ABSTRACT Time process to make molding is highly influenced by machining process. So to increase

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Current Condition (Sebelum Improvement) Sebelum melakukan pengumpulan data, penulis melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. PENGUMPULAN DATA 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. ABC merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PART PLASTIK GS0 BK DI PT ASTRA HONDA MOTOR

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PART PLASTIK GS0 BK DI PT ASTRA HONDA MOTOR MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PART PLASTIK GS0 BK DI PT ASTRA HONDA MOTOR Nama : Eko Prastia NPM : 32412436 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ainul Haq Parinduri ST., MMSI Latar Belakang Aktifitas

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR

PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR NAMA : RD.M.GINANJAR MW NPM : 25412844 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING: DODDI YUNIARDI, ST., MT. Latar Belakang Masalah Kepala silinder

Lebih terperinci

PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA

PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA NAMA : RISAL HERMAN NPM : 26412450 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : Dr. Ir. Tri Mulyanto,

Lebih terperinci

Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement

Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement BAB V HASIL ANALISA 5.1 Improvement Dalam improvement yang akan dilakukan penulis ini berdasarkan dari permasalahan yang ada dan tindakan yang nantinya diperbaiki sesuai dengan akar permasalahan yang akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya di peroleh hasil bahwa data yang telah di kumpulkan layak untuk di olah dalam proses pengolahan data, dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 81 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Pengendalian Kualitas 4.1.1 Define Pengendalian kualitas produk merupakan suatu hal yang sangat penting dalam lingkup manufaktur. Hal tersebut disebabkan, kualitas

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN NEW LINE 1 WELDING FRAME BODY COMP PT ASTRA HONDA MOTOR, PABRIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal 3.1 Diagram Alir (Flow Chart) BAB III METODE PENELITIAN Mulai Observasi & Studi Literatur Identifikasi Sistem Mekanisme Katup Pengujian Dynotest awal Proses Modifikasi Camshaft Pengujian Dynotest Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Engine Honda Beat PGM-FI Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder head (mekanisme katup) : Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Gemala Kempa Daya berdiri pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Parts sebagai bisnis utamanya. Menjawab tantangan pasar PT. GKD melengkapi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan dalam Bab V, bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kinerja mesin high pressure die casting

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA

PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA PROSES SURFACE FINISHING DAN MACHINING LEVER LEFT STRING HANDLE DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA NAMA NPM JURUSAN PEMBIMBING MT. : ABDUL ROHIM : 20412025 : TEKNIK MESIN : IRWANSYAH, ST., LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Roda Prima Lancar dahulu bernama PT. Roda Pelita Cycle Industri yang didirikan pada pertengahan bulan Oktober 1982. Perusahaan ini adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum Perusahaan Pada bab ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian, baik yang berkaitan dengan data kuantitatif maupun data yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Penyelesaian Masalah Model penyelesaian masalah Analisis Kelayakan Proyek Pelepasan Bushing pada proses Die Casting adalah sebagai berikut:. Gambar 3.1 Model Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. BMC dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA. Alternatif Mesin yang akan Digunakan

PENGOLAHAN DATA. Alternatif Mesin yang akan Digunakan PENGOLAHAN DATA Alternatif Mesin yang akan Digunakan Millstar VT-550 CNC bed mill Motor 5 HP; 3 Ph 230/460V; Pre-wired 230V Number Of Spindle Speeds Variable Range Of Spindle Speeds (RPM) 80 ~ 5800 rpm

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kualitas adalah suatu faktor penting yang sangat mempengaruhi eksistensi pelaku bisnis di era globalisasi. Pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari dua sudut pandang,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa hasil data Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data maka akan dianalisa untuk menentukan prioritas perbaikan item dari problem sehingga akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi Asean pada 2015, pabrikan komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi lebih kompetitif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar perusahaan meningkat pesat, era globalisasi semakin menambah ketatnya persaingan. Meningkatnya

Lebih terperinci

Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X

Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X I Wayan Sukania, Willy Thamrin Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta Email: iwayansukania@tarumanagara.ac.id Abstrak PT X merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST

MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST NAMA : DURNIYANTI NPM : 32413648 JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini data - data yang dibutuhkan sebagai berikut : 4.1.1 Data Kapasitas Produksi Part Crank Case L Tipe KVL PT. AHM memproduksi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA Eduardus Dimas A.S, ST 1, Otto Trisatria B,Eng M.E.M 2, Rizky Anggara Krishna 3 Teknik Produksi dan Proses Manufaktur,

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci