PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2013"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2013

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehairat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-nya Profil Kesehatan Tahun 2013 dapat diselesaikan dengan baik, sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan dan pencapaian dari hasil indikator Millenium Development Goalsa (MDG s). Profil Kesehatan Tahun 2013 ini menyajikan berbagai data dan informasi yang relatif komprehensif, yang meliputi situasi derajat kesehatan masyarakat, situasi upaya kesehatan, situasi sumber daya kesehatan, data umum dan lingkungan terkait lainnya sebagai suatu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di. Selain itu Profil Kesehatan ini juga merupakan suatu sarana yang diharapkan dapat mengidentifikasi ada atau tidaknya dan besar atau kecilnya besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, control dan manfaat dalam pembangunan di bidang kesehatan. Profil ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menggambarkan keadaan/kondisi kesehatan serta keberhasilan / kegagalan pembangunan di bidang kesehatan di melalui pencapaian Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Millenium Development Goals (MDG s). Selain itu juga dengan hadirnya Profil Kesehatan 2013 ini diharapkan kebutuhan data dan informasi dapat terpenuhi di semua lini, baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dapat terpenuhi dengan baik. Profil Kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan bidang kesehatan dan sebagai bahan untuk perencanaan program pembangunan kesehatan pada tahun-tahun yang akan datang sehingga program dan kegiatan bidang kesehatan di Kabupaten Bangka Selatan bisa berjalan lebih baik, efektif, bermanfaat dan mampu meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Melalui kesempatan ini kami juga ingin mengucapakan terima kasih dan apresiasi yang setinggitingginya kepada semua pihak, dalam hal ini pengelola data/laporan di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas serta lintas sektor yang telah berkontribusi dan terlibat dalam penyusunan Profil Kesehatan Bangka Selatan tahun Kami menyadari bahwa buku Profil Kesehatan ini masih jauh i

3 dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan Profil Kesehatan ini di masa yang akan datang, serta kami juga sangat mengaharapkan partisipasi dan kerja sama dari semua pihak yang terkait dalam membantu menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dalam upaya mewujudkan Profil Kesehatan yang lebih baik. Akhirnya, mudah-mudahan buku Profil Kesehatan ini dapat berguna dan membantu siapa saja yang membaca dan membutuhkan data-data hasil dari cakupan program pembangunan bidang kesehatan di tahun Toboali, April 2014 Kepala Dinas Kesehatan Akhmad Sobirin, SKM NIP ii

4 DAFTAR ISI Hal. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel i iii vi x BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Sistematika Penyajian 3 BAB II GAMBARAN UMUM 4 A. Keadaan Geografis 4 B. Keadaan Penduduk 5 C. Keadaan Ekonomi 6 D. Keadaan Pendidikan 8 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10 A. Angka Kematian (Mortalitas) Angka kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu 15 B. Angka Kesakitan (Mordibitas) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit 19 Acute Flacid Paralysisi (AFP) 2. Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Balita Yang Ditangani Cakupan Kasus Baru HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS) 22 Lainnya dan Kematian Akibat AIDS 4. Cakupan Kasus Diare Yang Ditangani Cakupan Kasus Baru TB Paru BTA (+) dan Prevalensi Per Penduduk 6. Cakupan Kasus TB Paru BTA (+) dan Angka Penemuan Kasus 26 TB Paru BTA (+) 7. Cakupan Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Cakupan Kasus Baru Kusta dan Angka Prevalensi Penyakit 30 Kusta 9. Cakupan Kasus Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan 30 Imunisasi (PD3I) 10. Cakupan Kasus Demam BerdaraH Dengue (DBD) 32 iii

5 11. Cakupan Angka Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue 34 (DBD) 12. Cakupan Angka Kesakitan Malaria 34 C. Status Gizi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Balita Dengan Gizi Kurang Balita Dengan Gizi Buruk 39 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 41 A. Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Ibu 41 a. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K-1) 42 b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K-4) 42 c. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 44 d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas 46 e. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Pelayanan Kesehatan Anak 49 a. Cakupan Kunjungan Neonatus 49 b. Cakupan Kunjungan Bayi 51 c. Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani 52 d. Cakupan Pelayanan Anak Balita 53 e. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Pelayanan Gizi 55 a. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi 55 b. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita 56 c. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas 56 d. Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe 58 e. Cakupan Bayi Yang Mendapatkan ASI Eksklusif 59 f. Cakupan Balita Ditimbang 61 g. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Pelayanan Keluarga Berencana 63 a. Cakupan Peserta KB Baru 63 b. Cakupan Peserta KB Aktif Pelayanan Imunisasi 65 a. Cakupan Desa/Kelurahan Yang Mencapai UCI 65 b. Cakupan Imunisasi Bayi 68 c. Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Yang Mendapat Imunisasi TT Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 Jam 69 iv

6 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana 73 Pelayanan Kesehatan 5. Cakupan Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Cakupan Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit 74 C. Perilaku Hidup Masyarakat Cakupan Rumah Tangga ber PHBS 75 D. Keadaan Lingkungan Cakupan Rumah Sehat Cakupan Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang 77 Digunakan 3. Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Cakupan Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan 78 (TPUM) Sehat 5. Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya 79 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN 80 A. Pelayanan Kesehatan Dasar Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan 80 Memiliki 4 Spesialis Dasar 3. Posyandu Menurut Strata Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Data Dasar Puskesmas 84 B. Tenaga kesehatan Jumlah dan Rasio Tenaga medis Jumah dan Rasio Tenaga Keperawatan Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Jumlah & Rasio Tenaga Keteknisan Medis dan Keterapian fisik 94 C. Pembiayaan Kesehatan Anggaran Kesehatan Dalam APBD Kabupaten/Kota 96 BAB VI KESIMPULAN 98 LAMPIRAN - LAMPIRAN v

7 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar III.1 Angka kematian bayi per kelahiran hidup di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar III.2 Jumlah kematian bayi dan angka kematian bayi per kelahiran hidup menurut Puskesmas di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Gambar III.3 Angka kematian balita per kelahiran hidup di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar III.4 Jumlah kematian balita dan angka kematian balita per kelahiran hidup menurut Puskesmas di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Gambar III.5 Angka kematian ibu per kelahiran hidup di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar III.6 Jumlah kematian ibu dan angka kematian ibu per kelahiran hidup menurut Puskesmas di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Gambar III.7 Kasus AFP dan AFP Rate per usia <15 tahun di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar III.8 Cakupan penemuan dan penanganan Pneumonia pada balita di tahun Gambar III.9 Jumlah kasus baru HIV, AIDS, IMS Lainnya dan kematian akibat AIDS di tahun Gambar III.10 Cakupan penemuan dan penanganan kasus Diare di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar III.11 Jumlah kasus baru TB Paru dan Prevalensi per penduduk di tahun Gambar III.12 Jumlah kasus TB Paru BTA (+) dan angka penemuan kasus (CDR) di tahun Gambar III.13 Jumlah kasus TB Paru BTA (+) dan angka penemuan kasus (CDR) menurut Puskesmas di tahun vi

8 Gambar III.14 Angka kesembuhan (cure rate) TB Paru BTA+ di Kabupaten 29 Bangka Selatan tahun Gambar III.15 Jumlah kasus DBD menurut Puskesmas di Kabupaten Bangka 33 Selatan tahun 2013 Gambar III.16 Angka kesakitan (incidence rate) DBD per penduduk di 33 tahun Gambar III.17 Angka kematian akibat DBD tahun Gambar III.18 Angka kesakitan malaria (API) per penduduk di Kabupaten 36 Bangka Selatan tahun Gambar III.19 Jumlah dan Persentase BBLR di tahun Gambar III.20 Jumlah kasus BBLR menurut Puskesmas di Kabupaten Bangka 38 Selatan tahun 2013 Gambar III.21 Jumlah dan persentase balita gizi buruk di Kabupaten Bangka 40 Selatan tahun Gambar IV.1 Cakupan kunjungan ibu hamil (K-4) 44 Gambar IV.2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di 45 tahun Gambar IV.3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut 46 Puskesmas di tahun 2013 Gambar IV.4 Cakupan pelayanan ibu nifas di tahun Gambar IV.5 Cakupan pelayanan ibu nifas menurut Puskesmas di Kabupaten 48 Bangka Selatan tahun 2013 Gambar IV.6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten 49 Bangka Selatan tahun Gambar IV.7 Cakupan kunjungan neonatus (KN-1 dan KN-3) di Kabupaten 50 Bangka Selatan tahun Gambar IV.8 Cakupan kunjungan bayi di tahun Gambar IV.9 Cakupan pelayanan anak balita di 54 tahun Gambar IV.10 Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas menurut Puskesmas di tahun vii

9 Gambar IV.11 Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.12 Cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.13 Cakupan balita ditimbang di tahun Gambar IV.14 Cakupan pemakaian kontrasepsi peserta KB Baru di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Gambar IV.15 Cakupan peserta KB Aktif di tahun Gambar IV.16 Cakupan desa/kelurahan yang mencapai UCI di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.17 Cakupan desa/kelurahan yang mencapai UCI menurut Puskesmas di tahun 2013 Gambar IV.18 Cakupan imunisasi bayi di tahun Gambar IV.19 Jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.20 Cakupan kepesertaan program JPK Pra Bayar di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Gambar IV.21 Cakupan rumah sehat di tahun Gambar IV.22 Cakupan akses air bersih menurut jenis sarana air bersih di tahun 2013 Gambar IV.23 Cakupan keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar di tahun Gambar IV.24 Cakupan institusi dibina kesehatan lingkungannya di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar V.1 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan di tahun 2013 Gambar V.2 Posyandu menurut strata di tahun 2013 Gambar V.3 Jumlah desa siaga dan desa siaga aktif di Kabupaten Bangka Selatan tahun viii

10 Gambar V.4 Jumlah PKM, PKM perawatan & non perawatan, pustu, poskesdes dan pusling di tahun 2013 Gambar V.5 Jumlah dokter umum, gigi dan spesialis di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar V.6 Jumlah tenaga perawat di tahun Gambar V.7 Jumlah tenaga perawat gigi di tahun Gambar V.8 Jumlah tenaga bidan di tahun Gambar V.9 Jumlah tenaga kefarmasian di tahun Gambar V.10 Jumlah tenaga gizi di tahun Gambar V.11 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar V.12 Jumlah tenaga sanitarian di tahun Gambar V.13 Jumlah tenaga keteknisan medis di tahun 2013 Gambar V.14 Jumlah tenaga keterapian fisik di tahun 2013 Gambar V.15 Alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita (ribuan rupiah) di tahun ix

11 DAFTAR TABEL Hal. Tabel II.1 Jumlah kelompok umur produktif di tahun Tabel II.2 Persentase penduduk usia 10 ke atas menurut pendidikan yang ditamatkan di tahun 2013 Tabel V.1 Pencapaian rasio tenaga medis di tahun 2013 Tabel V.2 Pencapaian rasio tenaga perawat dan bidan di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 Tabel V.3 Persentase anggaran belanja langsung dinas kesehatan terhadap APBD x

12 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (Lansia) dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1). Upaya kesehatan, 2). Pembiayaan kesehatan, 3). Sumber daya manusia kesehatan, 4). Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, 5). Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6). Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerja sama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari Pembangunan Nasional, bahkan kesehatan menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi, situasi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan serta perkembangan lingkungan fisik dan biologik. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Dalam upaya mewujudkan Bangka Selatan Sehat Yang Mandiri Tahun 2015 pembangunan bidang kesehatan di tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan 1

13 melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput dari sektor non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan. Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan, untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang valid, cepat, akurat, lengkap, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi begitu sangat penting dan semakin sangat dibutuhkan dalam manejemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri, untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan dikemas secara baik, lengkap, sederhana, informatif dan tepat waktu. Profil kesehatan ini merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolak ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil kesehatan adalah gambaran situasi kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan. Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2013 ini adalah dalam rangka untuk meyediakan data dan informasi terpilah untuk digunakan sebagai bahan perencanaan dalam mengambil keputusan/kebijakan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 yang mengacu pada visi Dinas Kesehatan serta pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas-puskesmas binaan dalam pencapaian visi Bangka Selatan Sehat Yang Mandiri Tahun

14 B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN BAB II : GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kesehatan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan jaringannya. BAB V : KESIMPULAN Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di pada umumnya dan di Dinas Kesehatan pada khususnya ditahun yang akan datang. LAMPIRAN Berisi resume atau angka pencapaian indikator-indikator bidang kesehatan dan 79 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. 3

15 BAB II GAMBARAN UMUM A. GEOGRAFIS merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 3.607,08 Km² atau Ha. Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada sampai Lintang Selatan dan sampai Bujur Timur. yang merupakan Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dengan wilayah ±3.607,08 Km² atau Ha. tepatnya pada tahun 2012 yang lalu menambah satu kecamatan baru yaitu kecamatan kepulauan pongok, sehingga sekarang di terdiri 8 kecamatan, 3 kelurahan dan 50 desa serta didukung ±217 dusun/lingkungan. Secara administratif wilayah berbatasan langsung dengan daratan wilayah Kabupaten/Kota lainnya yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah di sebelah Utara. Di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar. beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 4,0 hingga 466,2 mm tiap bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Suhu rata-rata daerah berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukan variasi antara 26,1 Celcius hingga 28,0 Celcius dengan kelembaban udara bervariasi antara 74% hingga 99%. 4

16 B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Berdasarkan hasil estimasi dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, di jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebanyak jiwa yang terdiri dari Laki-Laki sebanyak jiwa dan Perempuan sebanyak jiwa, dengan luas wilayah ±3.607,08 Km² dan dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 52 jiwa untuk setiap Km². Wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak ada di Kecamatan Toboali sebanyak jiwa dan wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Kepulauan Pongok yaitu sebanyak jiwa. 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi jumlah penduduk di pada tahun 2013 menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dengan jumlah total penduduk seluruhnya. Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2013 yang ada, untuk jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki di yaitu sebanyak jiwa (51,80%) dan untuk jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak (48,19%). 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pada tahun 2013 komposisi jumlah penduduk di menurut umur dan jenis kelamin menunjukan bahwa untuk jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mempunyai proporsi terbesar ada pada kelompok umur tahun dan yang terendah ada pada kelompok umur 65+. Perbandingan komposisi proporsi jumlah penduduk menurut kelompok umur produktif dari tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 5

17 Tabel II.1 Jumlah Kelompok Umur Produktif di Tahun Kel. Umur (Tahun) TAHUN C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting unntuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi berdasarkan harga pada setiap tahun. Pada tahun 2012, PDRB atas dasar harga berlaku di dengan migas sebesar juta rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukan peningkatan dimana pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas sebesar juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2000 baik dengan migas maupun tanpa migas pada tahun 2012 menunjukan peningkatan. 2. Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali 6

18 potensi yang ada agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi di pada tahun 2012 mengalami sedikit koreksi dibandingkan tahun Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dengan migas sebesar 4,84%. 3. Struktur Perekonomian Struktur perekonomian menunjukan besarnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi di suatu daerah. Besarnya pengaruh suatu sektor ekonomi, sesuai dengan arah kebijakan baik esktern maupun intern dalam meningkatkan nilai tambah bruto. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak sampai seberapa jauh kekuatan ekonomi suatu Negara atau daerah. Indikator perekonomian makro semacam ini sangat penting bagi pengambilan keputusan untuk mengarahkan sasaran kebijakan pembangunan di masa yang akan datang. Perekonomian di pada tahun 2012 masih ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor primer ini mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar 35,40% untuk pertanian dan 33,18% untuk pertambangan. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 2,13% dan untuk sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,3% dan 7,47%. Untuk sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa sebesar 21,52%. 4. PDRB Per Kapita Pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan dua sisi kebijakan yang harus dapat berjalan seiring, sebab tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan melambatnya pertumbuhan penduduk suatu daerah, akan mendorong terjadinya peningkatan dalam pendistribusian PDRB yang akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan per kapita daerah tersebut, tentunya dengan di dukung oleh berbagai kebijakan yang mampu mendistribusikan hasil pembangunan daerah. 7

19 PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Pada tahun 2012, PDRB per kapita penduduk berdasarkan harga berlaku di wilayah ini dengan migas sebesar Rp dan tanpa migas sebesar Rp D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan langsung dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan bidang kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah dalam menyerap dan menerima informasi, serta dapa ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Dibawah ini dapat di lihat untuk persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang di tamatkan di tahun Tabel II.2 Persentase Penduduk Usia 10 ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di tahun 2013 Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Bel um Tamat SD/MI SD/MI SMP/M Ts SMK/SMA /MA AK/Diplo ma Universitas 7,27% 17,77% 49,35% 12,10% 11,00% 1,21% 1,31% Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bangka Selatan Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk di tahun 2013 untuk penduduk usia 10 ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang paling tinggi yaitu pendidikan SD/MI dengan persentase sebesar (49,35%). Cakupan penduduk yang berpendidikan ke AK/Diploma dan Universitas hanya mencapai (1,21%) dan (1,31%), keadaan ini menunjukan tingkat kesadaran penduduk usia 10 atas di Kabupaten 8

20 Bangka Selatan masih sangat rendah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Demikian gambaran umum Tahun 2013 yang secara ringkas menyajikan tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan faktor kesehatan begitu sangat penting dalam menentukan dan meningkatkan perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM). 9

21 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan mordibitas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di digambarkan melalui Angka Mortalitas, Angka Morbiditas dan Status Gizi. Disamping itu faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya serta terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan dalam menlai derajat kesehatan masyarakat. Status derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka mortalitas, morbiditas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan masyarakat di digambarkan melalui indikator angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Motalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka kematian (Mortalitas) dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan / kegagalan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi dapat didefenisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama dan bisa juga merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. 10

22 Angka kematian bayi bisa menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program kesehatan ibu anak (KIA) dan keluarga berencana (KB) serta kondisi lingkungan, sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Apabila angka kematian bayi di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. Menurut laporan dari Seksi Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan angka kematian bayi di tahun 2013 yaitu sebanyak 29 kematian atau 7,77 per kelahiran hidup dan sedikit lebih tinggi jika dbandingkan dengan angka kematian bayi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 28 kematian atau 7,63 per kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target dari Millenium Development Goals (MDG s) untuk kematian bayi yang sebesar 23 per kelahiran hidup di tahun 2015, maka untuk angka kematian bayi di tahun 2013 telah mencapai dari target MDG s Gambar III.1 Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup Di Tahun AKB/1.000 KH Target MDG's Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 11

23 Dilihat dari gambar diatas ini dapat disimpulkan bahwa angka kematian bayi per kelahiran hidup di selama lima tahun terakhir mengalami penurunan yang sangat signifikan dan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 untuk angka kematian bayi per kelahiran hidup bahkan sudah mencapai dari target Millenium Development Goals (MDG s) Berbagai faktor yang dapat menyebabkan adanya penurunan terhadap angka kematian bayi di diantaranya yaitu peningkatan akses pelayanan kesehatan antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar sehubungan penyebab kematian bayi tersebut, meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya terutama pada kesehatan ibu hamil dan bayi, adanya kerja sama bidan dan dukun dalam menolong persalinan dan serta peningkatan pemerataan terhadap penempatan bidan di desa. Namun disamping itu masih banyak terdapat kekurangan dan masalah yang dihadapi dalam upaya menekan angka kematian bayi yang serendah-rendahnya antara lain masih terbatasnya sumber daya manusia / tenaga kesehatan berbasis spesialis obstetric, masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan serta masih adanya persalinan yang tolong langsung oleh bukan tenaga kesehatan (dukun). Gambar III.2 Jumlah Kematian Bayi dan Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Tahun 2013 Kematian Bayi AKB Per KH Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 12

24 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita merupakan jumlah kematian balita umur 0-5 tahun per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun dan merupakan salah satu indikator kesehatan yang ikut berperan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Angka keamtian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan pada balita, tingkat pelayanan kesehatan ibu anak (KIA)/Posyandu, tingkat keberhasilan program kesehatan ibu anak (KIA)/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. Angka kematian balita juga mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Dalam kesepakatan yang tertuang di Millenium Development Goals (MDG s) ditetapkanlah nilai normatif untuk angka kematian pada balita, yaitu sebagai berikut : Sangat tinggi dengan nilai > 140 per kelahiran hidup Tinggi dengan nilai per kelahiran hidup Sedang dengan nilai per kelahiran hidup Rendah dengan nilai < 20 per kelahiran hidup Angka kematian balita sesuai dengan laporan dari seksi kesehatan ibu anak dinas kesehatan di pada tahun 2013 adalah sebanyak 33 kematian atau 8,84 per kelahiran hidup, dimana dengan defenisi untuk angka kematian balita sama dengan angka kematian yang terjadi pada bayi dan anak balita. Angka ini bila dibandingkan dengan angka kematian balita tahun sebelumnya mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2012 angka kematian balita yaitu sebanyak 31 kematian atau 8,45 per kelahiran hidup. Capaian angka kematian balita pada tahun 2013 di sudah cukup menggembirakan bila dibandingkan dengan target dari Millenium Development Goals (MDG s) yang sebesar 32 per kelahiran hidup di tahun 2015, berarti dengan angka kematian balita yang hanya sebesar 8,84 per kelahiran hidup pada tahun 2013 maka dapat disimpulkan telah mencapai target MDG S Berikut ini merupakan gambaran perkembangan angka kematian balita dari tahun 2009 sampai dengan tahun

25 Gambar III.3 Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup Di Tahun AKABA Per KH Target MDG's Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Bila dilihat dari gambar diatas ini perkembangan angka kematian balita per kelahiaran hidup selama lima tahun terakhir di mengalami penurunan dan peningkatan. Dimana dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 angka kematian balita per kelahiran hidup mengalami penurunan, sedangkan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 angka kematian balita per kelahiran hidup mengalami peningkatan walaupun tidak begitu signifikan. Namun walaupun di tahun 2012 dan tahun 2013 angka kematian balita per kelahiran hidup terjadi peningkatan, tetapi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 capaian untuk angka kematian balita per kelahiran hidup di telah mencapai atau berada di bawah target Millenium Development Golas (MDG s) di tahun 2015 yaitu sebesar 32 per kelahiran hidup. 14

26 Gambar III.4 Jumlah Kematian Balita dan Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Tahun 2013 AKABA Per KH Kematian AKABA Bt. Betumpang Rias Tiram Tj. Labu Pongok Sp. Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 3. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu juga menjadi salah satu indikator yang sangat penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu bisa mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama masa kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, status gizi ibu, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan melahirkan. Tingginya angka kematian ibu menunjukan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Sensitivitas angka kematian ibu terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikan indikator keberhasilan pembangunan dalam sektor kesehatan. 15

27 Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambatnya mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, terlambatnya mencapai fasilitas kesehatan serta terlambatnya mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian ibu juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari ktiteria 4 Terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (usia >35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (usia <20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 anak) dan terlalu dekat/rapatnya jarak kelahiran (< 2 tahun). Sesuai laporan dari seksi kesehatan ibu anak dinas kesehatan pada tahun 2013 angka kematian ibu di ada sebanyak 4 kematian atau 107,12 per kelahiran hidup dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka kematian ibu pada tahun 2012 yang sebesar 109,02 per kelahiran hidup. Berikut ini gambaran perkembangan angka kematian ibu per kelahiran hidup di Kabupaten Bangka Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun Gambar III.5 Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup Di Tahun AKI Per KH Target MDG's Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 16

28 Dilihat dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa angka kematian ibu per kelahiran hidup selama lima tahun terakhir di ada yang mengalami penurunan dan peningkatan, dimana dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan, lalu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 terjadi peningkatan dan terakhir dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan kembali. Meskipun angka kematian ibu per kelahiran hidup sudah mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir namun angka tersebut masih belum mencapai dari target Millenium Development Goals (MGDs) tahun 2015 yang hanya sebesar 102 per kelahiran hidup, maka diperlukan upaya yang luar biasa untuk bisa mencapai target tersebut. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan masih adanya angka kematian ibu (AKI) diantaranya masih terbatasnya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, masih kekurangannya tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis obgyn obsteri, masih rendahnya kesadaran masyarakat terutama ibu hamil akan pentingnya pemeriksaaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilannya, masih adanya persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan (dukun), masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil dalam mengambil tindakan dan keputusan serta mengenal tanda bahaya dalam masa kehamilan dan pada saat persalinan dan masih terbatasnya aksesbilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas terutama pada kelompok rentan seperti penduduk miskin dan penduduk didaerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. Untuk mengatasi berbagai faktor tersebut telah dilakukan berbagai upaya seperti membangun kemitraan antar bidan dan dukun sehingga persalinan tidak lagi ditolong oleh dukun, meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas (K1, K4, PN, PW), mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan serta melakukan sistem rujukan dan pemberdayaa wanita dan keluarga. 17

29 Gambar III.6 Jumlah Kematian Ibu dan Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Tahun AKI Per KH Kematian Ibu Sumber : Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Kejadian kematian ibu di selama tahun 2013 terjadi pada masa ibu hamil sebanyak 1 kasus kematian, pada masa ibu bersalin sebanyak 1 kasus kematian dan pada masa ibu nifas sebanyak 2 kasus kematian. B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Morbiditas penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat yang diperoleh melalui studi mordibitas dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan serta sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh melalui sitem pencatatan dan pelaporan. Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Mordibitas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu polulasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 18

30 1. Cakupan Jumlah Kasus Acute Flacid Paralysis Non Polio dan Acute Flacid Paralysis Rate Non Polio Dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, Pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan Surveilans Acute Flacid Paralysis. Surveilans Acute Flacid Paralysis merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flacid (Layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita Acute Flacid Paralysis terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. c. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya viruspolio liar didalamnya. d. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti penegakan diagnosis kasus Acute Flacid Paralysis termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Penderita kelumpuhan Acute Flacid Paralysis (AFP) diperkirakan 2 diantara anak usia <15 tahun. Jumlah kasus Acute Flacid Paralysis Non Polio yang ditemukan di tahun 2013 ada sebanyak 5 kasus dengan Acute Flacid Paralysis Rate sebesar 9/ penduduk usia <15 tahun dan meningkat bila dibandingka dengan jumlah kasus yang ditemukan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 3 kasus. 19

31 Gambar III.7 Kasus AFP dan AFP Rate Per Usia <15 Tahun Di Tahun AFP (Non Polio) Rate Per Usia <15 Tahun Kasus AFP (Non Polio) Sumber : Seksi Sepimkesma Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 2. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Yang Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran bernafas. Infeksi dapat disebakan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat tejadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahkan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (Malnutrisi, Gangguan Imunologi). ISPA, khususnya Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada blita dan pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita di Indonesia. Dalam menentukan klasifikasi penyakit Pneumonia dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan. Untuk kelompok umur 2 bulan < 5 tahun klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat, Pneumonia, 20

32 dan Batuk bukan Pneumonia dan untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas Pneumonia berat dan batuk bukan Pneumonia. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada kelompok umur <2 bulan adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri local. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan nafas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan Pneumonia. Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar 61,15% dengan jumlah kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak kasus dari jumlah sasaran yang ada yaitu sebanyak kasus, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian penemuan dan penanganan pneumonia balita pada tahun 2012 yaitu sebesar 12,40% dan masih jauh dari target yang di tetapkan di Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 100%. Gambar III.8 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Pada Balita Di Tahun % Penemuan & Penanganan Pneumonia Balita Target SPM Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 21

33 Cakupan penemuan dan penanganan Pneumonia pada Balita yang masih rendah dari tahu ke tahun, mungkin dikarenakan ada beberapa hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia maupun penanganannya pada balita di Puskesmas, yaitu : 1. Tenaga terlatih tidak melaksanakan MTBS/Tatalaksana Standar ISPA di Puskesmas. 2. Pembiayaan (Logistik dan Operasional) yang terbatas. 3. Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan. 4. Pembinaan (Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang dan berkelanjutan masih sangat rendah. 3. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS) Lainnya Dan Kematian Akibat AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lainnya. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan voluntary, counselling. And testing (VCT), sero survey dan survei terpadu biologis dan perilaku (STBP). Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es yang berarti kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Di pada tahun 2013 jumlah kasus baru untuk HIV ada sebanyak 9 kasus, AIDS ada sebanyak 2 kasus dan IMS Lainnya ada sebanyak 9 kasus. 22

34 Gambar III.9 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, IMS Lainnya Dan Kematian Akibat AIDS Di Tahun HIV AIDS IMS Meninggal Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 4. Kasus Diare Yang Ditangani Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita. Adapun kebijakan pemberantasan penyakit diare dilaksanakan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB), meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait serta partisipasi aktif masyarakat secara luas antara lain sektor profesi dan lembaga masyarkat baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besarnya tiga kali atau lebih, atau baung air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam kurun waktu 24 jam. 23

35 Jumlah perkiraan untuk kasus kejadian penyakit diare yang terjadi sepanjang tahun 2013 di yaitu sebanyak kasus yang mencakup semua umur. Pada tahun 2013 untuk persentase cakupan kasus penemuan dan penanganan diare di sebesar 105,10% dengan jumlah kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak kasus dari jumlah perkiraan kasus yang ada sebanyak kasus. Gambar III.10 Cakupan Penemuan & Penanganan Kasus Diare Di Tahun % Diare Target SPM Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 5. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Prevalensi Per Penduduk WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan Negara penyumbang kasus TB terbesar ke -3 di dunia, yang setiap tahunnya diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak orang (44,9% dari penderita baru TB) dan orang diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini sangat 24

36 memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta kecenderungan peningkatan penderita TB Paru di Indonesia saat ini. Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDG s). Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu : 1). Komitmen politis; 2). Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3). Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4). Jaminan ketersedian OAT yang bermutu dan 5). Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Jumlah kasus baru TB Paru yang ditemukan di pada tahun 2013 ada sebanyak 128 kasus dari jumlah perkiraan kasus baru yang ada sebanyak 302 kasus. Jumlah penemuan kasus baru TB Paru pada tahun 2013 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus baru TB pada tahun 2012, dimana pada tahun 2012 jumlah kasus baru TB Paru yang ditemukan yaitu sebanyak 145 kasus dari jumlah perkiraan kasus baru yang ada sebanyak 276 kasus. 25

37 Gambar III.11 Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Prevalensi Per Penduduk Di Tahun Kasus Baru TB Paru Prevalensi Per Pddk Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 6. Jumlah Kasus TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA Postif Penemuan penderita kasus TB Paru BTA+ baru adalah persentase penderita baru tuberkulosis yang ditemukan dan diobati melaui direct observed short course (DOTS). Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Angka Penemuan Kasus / Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA+ yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA+ yang diperkirakan dalam wilayah tersebut. Jumlah kasus TB Paru BTA+ yang ditemukan di selama tahun 2013 ada sebanyak 128 kasus dari jumlah perkiraan kasus yang ada sebanyak 302 kasus dengan angka penemuan kasus (CDR) yaitu sebesar 42,42%. Pencapaian angka penemuan kasus (CDR) di tahun 2013 masih dibawah target yang telah ditetapkan dalam Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 26

38 100%. Pada tahun 2013 untuk angka penemuan kasus (CDR) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka penemuan kasus (CDR) tahun 2012 sebesar 52,53%. Gambar III.12 Jumlah Kasus TB Paru BTA+ dan Angka Penemuan Kasus (CDR) Di Tahun Kasus TB Paru BTA+ CDR Target SPM Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 27

39 Gambar III.13 Jumlah Kasus TB Paru BTA+ dan Angka Penemuan Kasus (CDR) Menurut Puskesmas di Tahun 2013 CDR Kasus TB Paru BTA+ Bt. Betumpang Rias Tiram Tj. Labu Pongok Sp. Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Untuk meningkatkan cakupan Angka Penemuan Kasus (CDR) TB Paru BTA+, pada tahun 2013 telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan Sumber Daya Manusia, baik tenaga medis, paramedis dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan serta monitoring evaluasi dan validasi data TB tingkat Kabupaten. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus mengidentifikasi permasalah yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan. 7. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA Positif Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru BTA+ digunakan angka keberhasilan pengobatan (SR/Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB Paru BTA+ yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB Paru BTA+ yang tercatat. Succes Rate dapat 28

40 membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Evaluasi pengobatan pada penderita TB Paru BTA+ dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan dibandingkan jumlah pasien BTA+ yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Pada tahun 2013 untuk Angka Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru BTA+ di Kabupaten Bangka Selatan adalah sebesar 86,21% dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebesar 87,88% serta masih berada dibawah target rencana strategis Kementerian Kesehatan sebesar 88%. Gambar III.14 Angka Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru BTA+ Di Tahun Cure Rate (%) Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 29

41 8. Kasus Baru Kusta dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan Negara penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tinginya stigma dikalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa; b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mata rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot; c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA+). Pada tahun 2013 di menurut laporan yang ada terdapat beberapa kasus baru kusta dengan tipe Multi Basiler (MB) sebayak 5 kasus dan tipe Pausi Basiler (PB) sebanyak 0 kasus, dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) / Angka Penemuan Kasus baru Kusta sebesar 2,65 per penduduk dan dengan Angka Prevalensi 0,3 per penduduk. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat digunakan proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. 9. Jumlah Kasus Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum/Non Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakitpenyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminisasi Tetanus Neonatorum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program 30

42 Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difetri, Tetanus Neonatorum dan Campak). Pada tahun 2013 di untuk jumlah kasus PD3I yang dilaporkan dengan ada terjadinya kejadian kasus adalah sebagai berikut : a. Campak Campak merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret prang yang telah terinfeksi. Pada tahun 2013 di menurut laporan yang ada tidak ada kasus campak yang terjadi. b. Polio dan AFP Non Polio Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang ada pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher dan skit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP non polio merupakan kondisi ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Dithen PP&PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/ anak usia < 15 tahun. Di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 berdasarkan laproan dari seksi Sepimkesma melalui pengelola surveilans Dinas Keseahatan terdapat 5 kasus AFP Non Polio dengan AFP Rate sebesar 9/ anak usia <15 tahun. c. Difteri, Tetanus (Non Neonatorum), Tetanus Neonatorum, Pertusis dan Hepatitis B. Berdasarkan laporan yang ada di selama tahun 2013 untuk penyakit Difteri, Tetanus (Non Neonatorum), Tetanus Neonatorum dan Pertusis tidak ada kasus yang terjadi/ditemukan, sedangkan untuk penyakit Hepatitis B berdasarkan laporan yang terdapat 19 kasus yang terjadi/ditemukan. 31

43 10. Jumlah Kasus DBD Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh penyakit Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Tingginya angka kesakitan DBD kemungkinan disebabkan oleh adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk aedes aegypty yang cukup potensial serta tingginya mobilitas penduduk, kurang efektifnya fogging fokus dengan fogging sebelum penularan, belum memasyarakatnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta masih rendahnya angka bebas jentik (ABJ) merupakan kondisi yang menyebabkan DBD masih merupakan masalah yang serius di. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan yang serius di, terbukti pada tahun 2013 berdasarkan laporan yang ada terdapat 50 kasus DBD yang terjadi. Berdasarkan dari jumlah kasus DBD yang ada pada tahun 2013 yaitu sebanyak 50 kasus, maka untuk angka kesakitan/incidence rate (IR) DBD/ penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar 26,5/ penduduk. Angka ini mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan angka kesakitan DBD tahun 2012 yaitu sebesar 75,9/ penduduk, dan dengan angka kesakitan DBD yang sebesar 26,5/ penduduk pada tahun 2013, maka berarti untuk tahun 2013 angka kesakitan DBD di telah mencapai dari target yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang sebesar 51/ penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi dilapangan serta upaya pengendalian. 32

44 Gambar III.15 Jumlah Kasus DBD Menurut Puskesmas di Tahun 2013 Kabupaten Batu Betumpang Rias Tiram Tanjung Labu Pongok Simpang Rimba Payung Airgegas Toboali Kasus DBD Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Gambar III.16 Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD Per Penduduk Di Tahun IR DBD/ Pddk Target Nasional Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 33

45 11. Angka Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka kematian / case fatality (CFR) DBD pada tahun 2013 di adalah sebesar 6% dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan CFR tahun 2012 yaitu sebesar 13,7% dan belum mencapai dari target nasional yaitu sebesar (<1%). Gambar III.17 Angka Kematian Akibat DBD Di Tahun CFR BDB (%) Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 12. Angka Kesakitan Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Meillenium Development Golas (MDG s). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup bersih dan sehat. 34

46 Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali setelah dilakukan upaya eliminasi (Re-emerging desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asis Tenggara, begitu juga di Indonesia ini masih menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan an kematian yang di akibatkan oleh penyakit malaria. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria untuk suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu : a. Endemis Tinggi bila API > 5 Per Penduduk. b. Endemis Sedang bila API berkisar 1 - < 5 Per Penduduk. c. Endemis Rendah bila API 0 1 Per Penduduk. d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence/API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah di pada tahun 2013 tercatat sebanyak 128 kasus dengan angka kesakitan malaria (API) 0,7 per penduduk dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka kesakitan malaria (API) pada tahun 2012 yang sebesar 2,1 per penduduk. Perkembangan angka kesakitan malaria (API) per penduduk sejak tahun 2009 di dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 35

47 Gambar III.18 Angka Kesakitan Malaria (API) Per Penduduk Di Tahun API per Pddk Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Pada tahun 2013 penderita malaria dengan pemeriksaan darah terbanyak tercatat/ditemukan di wilayah kerja puskesmas Payung sebanyak 68 penderita dan puskesmas dengan tanpa kasus ada diwilayah kerja puskesmas pongok. Hal ini kemungkinan besar sangat berkaitan dengan adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria, mobilitas penduduk yang cukup tinggi, perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau, krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga memberikan dampak pada daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga renta untuk terserang malaria, tidak efektifnya pengobatan karena terjadi Plasmodium Falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten serta menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya penanggulangan malaria secara terpadu. Adapun upaya yang terus dilakukan dalam penanggulangan penyakit malaria yaitu perlu adanya peran serta masyarakat dalam kepatuhan untuk minum obat anti malaria agar setiap 36

48 penderita dapat minum obat secara tuntas, pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu, pemasangan kasat kasa dirumah, pemakaian obat gosok penolak nyamuk dan pencegahan terjadinya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di tempattempat / bagian rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya genangan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di genangan air serta pencegahan terbentuknya sarang nyamuk. C. STATUS GIZI Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A dan gangguan akibat kekurangan yodium. Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperbanyak penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. 1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Penyabab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hiportemi dan belum sempurnanya pembentukan organorgan tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyabab utama kematian bayi. Pada tahun 2013 di, tercatat bahwa jumlah berat bayi lahir rendah (BBLR) ada sebanyak 127 orang dan meningkat bila dibandingkan dengan jumlah BBLR pada tahun 2012 sebanyak 112 orang. 37

49 Gambar III.19 Jumlah dan Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di Tahun Kasus BBLR % BBLR Sumber : Seksi Gizi & KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Gambar III.20 Jumlah Kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Menurut Puskesmas di Tahun 2013 Kasus BBLR Batu Betumpang Rias Tiram Tanjung Labu Pongok Simpang Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi Gizi & KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 38

50 2. Balita Dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDG s) adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (TB/BB). Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (z-score>+2 SD); gizi buruk (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score <-3 SD). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi penanganannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut refernce. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization National Center For Health Statistic (WHO NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi emapt, yaitu : 1) gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas; 2) gizi baik untuk well nourished; 3) gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition); 4) gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmikkwasiorkor. Pada tahun 2013 persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) di Kabupaten Bangka Selatan adalah sebesar 4,83% dan mengalami penurunan bilan dibandingka dengan tahun 2012 yang sebesar 9,37%. 3. Balita Dengan Gizi Buruk Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantau tumbuh kembag balita di posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penganggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Di jumlah kasus balita gizi buruk pada 39

51 tahun 2013 berdasarkan menurut berat badan dengan tinggi badan (BB/TB) ada sebanyak 10 kasus balita gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan buruk atau untuk memperoleh gambaran perubahan ingkat konsumsi gizi di tingkat rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan beberapa kegiatan seperti pemantauan konsumsi gizi (PKG), pelacakan kasus gizi dan pemantauan status gizi (PSG). Dibawah ini dapat dilihat perkembangan persentase balita gizi buruk di Kabupaten Bangka Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun Gambar III.21 Jumlah dan Persentase Balita Gizi Buruk Di Tahun Balita Gizi Buruk % Balita Gizi Buruk Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 40

52 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif daam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusian. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan perorangan. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. I. Pelayanan Kesehatan Ibu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan 41

53 kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dan sampai berusia 18 tahun. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Komitmen global dalam Millenium Development Goasl (MDG s) menetapkan terkait kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu hamil meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K-1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K-4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu kehamilan), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu) dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan (usia kehamilan minggu). Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada sang ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Cakupan kunjungan ibu hamil K- 1 di pada tahun 2013 sebesar 97,9% menurun bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yang sebesar 99,5%. b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu hamil selama masa kehamilannya. Dilaksanakan sesusi standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK). Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu) dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan 42

54 atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7T, yaitu : 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2. Pengukuran tekanan darah; 3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai sesuai status imunisasi; 5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); 7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di pada tahun 2013 adalah sebesar (92,18%) dan menurun bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 sebesar (94,3%) serta masih belum mencapai dari target yang ditetapkan dalam standar pelayanan minimal 2015 yaitu sebesar (95%). Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K-1 maupun K-4 ibu hamil akan dibekali dengan tablet besi (Fe), hal ini merupakan upaya penanggulangan anemi pada ibu hamil. Anemi adalah salah satu penyebab utama kematian ibu maternal yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu persalinan, oleh karena itu pemberian tablet besi merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil dan dalam pelayanan ANC ibu hamil juga diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya tetanus pada waktu persalinan dan oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil. Dibwah ini dapat dilihat capaian cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di dari tahun

55 Gambar IV.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K-4) Di Tahun Cak. K4 (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan c. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Upaya kesehatan pertolongan persalinan pada ibu bersalin diwujudkan dalam upaya mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai kala IV persalinan. Pencapain upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. 44

56 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di tahun 2013 sebesar (91,43%) menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 (93,6%), namun sudah mencapai dari target standar pelayanan minimal 2015 sebesar (90%). Dengan semakin meningkatnya angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menunjukan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu hamil, suami maupun keluarga. Di bawah ini dapat dilihat capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di dan capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas puskesmas yang ada di tahun Gambar IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Tahun Cak. Linakes (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 45

57 Gambar IV.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Tahun 2013 Cak. Linakes (%) Target SPM (%) 2015 Batu Betumpang Rias Tiram Tanjung Labu Pongok Simpang Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu hamil mulai 6 jam sampai 42 jam pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan ibu nifas selama 3 kali, dengan distribusi waktu yang dianjurkan yaitu 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke -4 sampai dengan hari ke -28 pasca persalinan, dan pada hari ke -29 sampai dengan hari ke -42 pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan antara lain meliputi : 1) pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu), 2) pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri), 3) pemeriksaan lokhia dan cairan per vagina lainnya, 4) pemeriksaan payudara dan pemberiaan anjuran ASI eksklusif, 5) pemberiaan komunikasi, informasi 46

58 dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana dan 6) pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu meternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sejak persalinan bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan pada ibu nifas di tahun 2013 adalah sebesar (91,03%) dan tidak terlalu jauh berbeda dengan capaian pada tahun sebelumnya yaitu sebesar (91,25%), namun telah mencapai dari target standar pelayanan minimal tahun 2015 sebesar (90%). Gambar IV.4 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Di Tahun Cak. Bufas (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 47

59 Gambar IV.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Puskesmas di Tahun 2013 Target SPM (%) 2015 Cak. Bufas (%) 90 Batu Betumpang Rias Tiram Tanjung Labu Pongok Simpang Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan e. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, inu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya : 1) Abortus; 2) Hiperemesis Gravidarum; 3) Perdarahan per Vaginam; 4) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia); 5) Kehamilan lewat waktu dan 6) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya : 1) Kelainan letak/presentasi janin; 2) Partus macet/distosia; 3) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia dan eklampsia); 4) Perdarahan pasca persalinan; 5) Infeksi berat/sepsis; 6) Kontraksi dini/persalinan premature; dan 7) kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya : 1) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia dan eklampsia); 2) Infeksi nifas; dan 3) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar 48

60 dan rujukan (Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU dan RSU PONEK). Jumlah perkiraan ibu hamil komplikasi kebidanan di pada tahun 2013 adalah sebanyak 831 ibu hamil (20% dari sasaran jumlah ibu hamil). Pada tahun 2013 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di kabupaten bangka selatan adalah sebesar (68,33%) dan masih berada dibawah target standar pelayanan minimal tahun 2015 yaitu sebesar (80%), namun diharapkan target tersebut dapat tercapai sebelum tahun Gambar IV.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Di Tahun Cak. Komplikasi Kebidanan Ditangani Target SPM Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan II. Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th tentang standar pelayanan minimal bidang 49

61 kesehatan, KN dibagi menjadi 3 yaitu : KN -1 adalah kunjungan pada 0-2 hari; KN -2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN -3 adalah kunjungan setetlah 7-28 hari. Di untuk cakupan kunjungan neoantaus 1 (KN-1) pada tahun 2013 adalah sebesar (96,80%) dan cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-Lengkap) adalah sebesar (95,84%). Untuk meningkatkan kunjungan neoantaus di Kabupaten/Kota, Pemerintah telah mengupayakan alokasi dana diantaranya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya baik dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu perlu dilakukan analisis apakah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Adapun cakupan kunjungan neonatus (KN-1 dan KN-3/Lengkap) di Kabupaten Bangka Selatan tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar IV.7 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN-1 dan KN-3) Di Tahun Cak. KN -3 (%) Cak. KN -1 (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 50

62 Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di pada tahun 2013 sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini kemungkinan besar disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat melalui penambahan dan penempatan bidan di desa, selain itu juga kemungkinan adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, diluar kunjungan neonatus setelah berumur 28 hari. Setiap bayi berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayana kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu (1). Satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, (2). Satu kali pada umur 3-6 bulan, (3). Satu kali pada umur 6-9 bulan dan (4). Satu kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, POLIO 1-4, dan CAMPAK), Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Cakupan kunjungan bayi di pada tahun 2013 adalah sebesar (97,54%) dan sudah melampui dari target SPM sebesar (90%) serta mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan kunjungan bayi pada tahun 2012 yaitu sebesar (95,4%). Cakupan kunjungan bayi di pada tahun 2013 yang masih dibawah 90% yaitu Puskesmas Pongok (63,73%), Puskesmas Tanjung Labu (84,52%) dan Puskesmas Batu Betumpang (85,00%). Adapun cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Bangka Selatan tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 51

63 Gambar IV.8 Cakupan Kunjungan Bayi Di Tahun Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan c. Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hiportemia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah <2.500 gram), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah sasaran bayi dan indikator ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. 52

64 Pada tahun 2012 di perkiraan jumlah neonatus dengan komplikasi yang dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar 567 bayi. Dari jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar 417 bayi (73,6%) dan hampir mendekati dari target yang telah ditetapkan dalam Indikator SPM yaitu sebesar (80%). Masih rendahnya neonatus risiko tinggi yang mendapatkan pelayanan kesehatan disebabkan sistem pencacatan dan pelaporan penanganan neonatus dengan komplikasi belum mengakomodir semua laporan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan swasta serta selain itu juga dapat disebabkan masih banyak tenaga kesehatan yang belum memahami defenisi operasional dari terminologi penanganan neonatus dengan komplikasi. d. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada anak usia bulan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anaka balita diantaranya adalah melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunkan instrumen SDIDTK, revitalisasi posyandu, pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA, perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang dan vitamin A. Balita adalah anak berumur dibawah 5 tahun atau umur bulan. Tidak hanya bayi yang harus mendapatkan perhatian kesehatannya tetapi balita juga perlu mendapatkan perhatian baik gizi maupun kesehatannnya, karena balita adalah generasi penerus bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat. Jumlah sasaran anak balita pada tahun 2013 adalah sebanyak , yang mendapat pelayanan kesehatan adalah sebanyak (72,89%) dan hampir mendekati dari target Indikator SPM yaitu sebesar (90%). Puskesmas dengan cakupan pelayanan anak balita yang tertinggi adalah Puskesmas Tiram yaitu sebesar (100,71%) sedangkan Puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Payung yaitu sebesar (20,92%). Adapun hasil dari capaian cakupan pelayanan anak balita di dari tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 53

65 Gambar IV.9 Cakupan Pelayanan Anak Balita Di Tahun Cak. Pel. Anak Balita (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan e. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin komplek, mulai dari yang terkait dengan Perilkau Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun sampai dengan masalah kesehatan lainnya yang sering dialami anak usia sekolah tingkat dasar seperti keries gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Dengan adanya penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas I diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah. Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas I Sekolah Dasar atau yang setingkat untuk memilih siswa yang mempunyai masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin. Kegiatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan dalam penjaringan kesehatan siswa yang terdiri dari pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku), pemeriksaan status gizi melalui antropometri, pmeriksaan ketajaman indera 54

66 (penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan, pengukuran kebugaran jasmanidan deteksi dini masalah mental emosional. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar (100%) dan sedangkan Jumlah siswa SD dan setingkat di pada tahun 2013 adalah sebanyak anak, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata UKS adalah sebesar (34,8%). III. Pelayanan Gizi a. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Kurang Vitamin A masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di Negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. Kurang vitamin A dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di pada tahun 2013 adalah sebesar (101,5%) dan terjadi peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan cakupan pemberian vitamin A pada bayi di tahun 2012 yaitu sebesar (32,7%). Dengan demikian sangat diperlukan upaya-upaya untuk mempertahankan cakupan tersebut agar tidak terjadi penurunan yang signifikan ditahun yang akan datang, antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan ibu nifas, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. 55

67 b. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Salah satu program penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A tinggi 2 kali pertahun pada Anak Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manisfestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Anak Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak balita berumur 1-4 tahun yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis SI yang diberikan pada anak berumur 1-4 tahun dan diberikan pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian vitamin A pada anak balita pada tahun 2013 adalah sebesar (83,89%) dan terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yaitu sebesar (54,66%). c. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau di rumah bersalin dengan pertolongan dukun beranak dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi ( SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Hasil cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar (91,43%) dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yaitu sebesar (68,43%). Untuk Puskesmas dengan cakupan pemberian vitamin A pda ibu nifas tertinggi adalah Puskesmas Simpang Rimba yaitu sebesar (93,87%) dan Puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Pongok yaitu sebesar (83,18%). Gambar dibawah berikut ini menunjukan hasil cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kabupaten maupun Puskesmas pada tahun

68 Gambar IV.10 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Menurut Puskesms di Tahun 2013 Has. Cakupan (%) Kabupaten Batu Betumpang Rias Tiram Tanjung Labu Pongok Simpang Rimba Payung Airgegas Toboali Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas diantaranya : 1. Advokasi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. 2. Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai wahan yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait. 3. Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. 4. Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. 5. Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau. 6. Lintas program/lintas sektor terkait (Promosi kesehatan, imunisasi, dll). 7. Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu dan anak yang belum mendapatkan kaspul vitamin A. 57

69 d. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang di lakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar (92,18%) dan mengalami penurunan yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yaitu sebesar (94,28%). Cakupan yang tertinggi ada di Puskesmas Simpang Rimba yaitu sebesar (96,49%) dan cakupan yang terendah ada di Puskesmas Pongok yaitu sebesar (75,89%). Berikut ini cakupan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.11 Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapat Fe Di Tahun Cak. Fe 1 (%) Cak. Fe 3 (%) Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 58

70 e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Air susu ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaikbagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/MENKES/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional maupun juga merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan muktahir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namu pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang kyang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes, dll. Cakupan persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di pada tahun 2013 adalah sebesar (58,40%) dan meningkat bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yaitu sebesar (20,6%). Adapun hasil cakupan persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 59

71 Gambar IV.12 Cakupan Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif Di Tahun Has. Cak (%) Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif diantaranya yaitu : 1. Masih rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusi yang benar. 2. Masih kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. 3. Faktor sosial budaya. 4. Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. 5. Meningkatnya penjualan/pemasaran susu formula. 6. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI. 7. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. 8. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialiasisi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI. 60

72 Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif diantarnya yaitu : 1). Sosialisasi dan kampanye ASI eksklusif, 2). KIE melalui media cetak dan leafet, 3). Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dan 4). Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI, serta itu juga tetap berpedoman pada 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, yaitu : 1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. f. Jumlah Balita Ditimbang Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilalaksankan di Posyandu. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di Posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang 61

73 diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Cakupan jumlah balita yang ditimbang di pada tahun 2013 adalah sebesar (76,5%) dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 yaitu sebesar (40,9%). Untuk Puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Batu Betumpang yaitu sebesar (101,7%) dan Puskesmas dengan cakupan yang terendah adalah Puskesmas Airgegas yaitu sebesar (48,4%). Gambar dibawah ini menggambarkan cakupan jumlah balita ditimbang di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.13 Cakupan Balita Ditimbang Di Tahun Cak. Balita Ditimbang (%) Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 62

74 Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. g. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Dari data laporan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabuapten Bangka Selatan jumlah kasus balita gizi buruk pada tahun 2013 adalah sebanyak 10 balita dan menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 15 balita. Tetapi persentase untuk Balita Gizi Buruk yang Mendapatkan Perawatan pada tahun 2013 adalah sebesar (100%), sehingga semua balita yang berstatus gizi buruk sudah mendapatkan perawatan secara optimal. IV. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta KB Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salaha satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah PUS di tahun 2013 adalah sebanyak dengan jumlah Peserta KB Baru pada tahun 2013 sebanyak (10,5%) menurun bila dibandingkan dengan jumlah Peserta KB Baru pada tahun 2012 sebanyak (24,9%). Peserta KB Baru tahun 2013 yang menggunakan kontrasepsi dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 63

75 Gambar IV.14 Cakupan Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Di Tahun 2013 Cak. Non MKJP Cak. MKJP LAINNYA OBAT VAGINA KONDOM PIL SUNTIK IMPLANT MOW MOP IUD Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi Non MKPJ yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar yaitu (59%), hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS. Cakupan peserta KB aktif di tahun 2013 adalah sebesar (80,9%), mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2012 yaitu sebesar (58,1%) dan sudah mencapai target Indikator SPM 64

76 (70%). Gambar dibawah ini menunjukan hasil capaian peserta KB aktif di Kabupaten Bangka Selatan tahun Gambar IV.15 Cakupan Peserta KB Aktif Di Tahun Has. Cak (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan V. Pelayanan Imunisasi a. Cak. Desa/Kelurahan yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Desa/Kelurahan UCI adalah Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah medapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar. Cakupan Desa/kelurahan yang mencapai UCI di pada tahun 2013 adalah sebesar (67,92%), mengalami penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 yaitu sebesar (83,0%). Ada 3 Puskesmas yang telah mencapai cakupan desa/kelurahan yang mencapai UCI sebesar (100%), Yaitu : Puskesmas Rias, Puskesmas Airgegas dan Puskesmas Pongok. Dengan demikian masih banyak Puskesmas yang 65

77 capaiannya masih berada di bawah (100%) dan belum mencapai UCI, yaitu : Puskesmas Toboali (33,33%), Puskesmas Payung (88,89%), Puskesmas Simpang Rimba (14,29%), Puskesmas Tanjung Labu (50%), Puskesmas Tiram dan Puskesmas Batu Betumpang (80%). Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap tidak tercapainya Desa/kelurahan UCI di beberapa Puskesmas, pada umumnya disebabkan karena penghitungan sasaran (denominator) yang melebihi dengan kondisi riil jumlah sasaran dilapangan dan serta adanya perpindahan penduduk yang bagitu tinggi. Gambar IV.16 Cakupan Desa / Kelurahan Yang Mencapai UCI Di Tahun Cak. UCI (%) Target SPM 100 Sumber : Seksi Sepimkesma Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 66

78 Gambar IV.17 Cakupan Desa/Kelurahan Yang Mencapai UCI Menurut Puskesmas di Tahun Cak. UCI (%) Target SPM (%) Sumber : Seksi Sepimkesma Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Ada beberapa hal yang mungkin dapat menyebakan belum tercapainya target imunisasi dasar lengkap, diantara lain sebagai berikut : 1. Karena adanya perbedaan jumlah bayi dibandingkan dengan sasaran yang ada, hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka estimasi jumlah penduduk, bukan dari hasil pendataan. 2. Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin (bulanan, triwulan) dikarenakan banyak petugas imunisasi yang merangkap dengan tugas lain. 3. Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah, pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang merangkap dengan tugas lain. 4. Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi dikarenakan keyakinan, adat, kepercayaan agama, dan lain-lain. 67

79 5. Karena adanya perpindahan penduduk yang begitu tinggi dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, sehingga banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. b. Cakupan Imunisasi Bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, POLIO, dan HB). Jumlah sasaran bayi pada tahun 2013 adalah sebanyak 3.778, dengan hasil cakupan masing-masing jenis imunisasi pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: BCG Bayi (99,55%), DPT1-HB1 sebanyak bayi (99,52%), DPT3-HB3 sebanyak (92,64%), Polio Bayi (96,77%) dan Campak Bayi (89,89%). Adapun hasil cakupan imunisasi bayi di tahun dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 68

80 Gambar IV.18 Cakupan Imunisasi Bayi Di Tahun Persentase BCG DPT1-HB DPT3-HB POLIO CAMPAK Sumber : Seksi Sepimkesma Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan c. Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) yang Mendapat Imunisasi TT Imunisasi TT adalah pemberian imunisasi TT pada WUS (Usia tahun) sebanyak lima dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Jumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2013 adalah sebanyak Bumil, dengan rincian hasil cakupan untuk WUS yang mendapat imunisasi TT di pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : TT1 sebanyak 431 Bumil (10,37%), TT2 sebanyak 976 (23,48%), TT3 sebanyak Bumil (28,51%), TT4 sebanyak 659 Bumil (15,86%), TT5 sebanyak 465 Bumil (11,19%) dan TT2+ sebanyak (79,04%). VI. Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 Jam Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam kurun waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada. Tingginya frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Diare, Malaria dan lainlain, disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi 69

81 sosial ekonomi masyarakat secara umum, kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat (kurangd dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan. Gambar IV.19 Jumlah Desa/Kelurahan Yang Terkena KLB Di Tahun Desa/Kel terkena KLB Sumber : Seksi Sepimkesma Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB di tahun mengalami fluktuasi yaitu dari 2 desa/kelurahan pada tahun 2009 menurun menjadi 1 desa/kelurahan pada tahun 2010, serta pada tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 10 desa/kelurahan pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 11 desa/kelurahan pada tahun 2012 dan menurun 1 desa/kelurahan pada tahun

82 B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekluargaan, berkesinambungan dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Pemerintah telah berupaya mengembangkan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan dan pelayanan kesehatan yang diterima secara komprehensif. Berdasarkan laporan Puskesmas, pada tahun 2013 jumlah penduduk yang terkover oleh berbagai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Pra Bayar sebesar jiwa atau seluruh penduduk Kabupaten Bangka Selatan, dengan perincian sebagai berikut. Gambar IV.20 Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Di Tahun 2013 JAMSOSTEK JKBS ASKESKIN ASKES ASKES ASKESKIN JKBS JAMSOSTEK % Sumber : Seksi Promkes dan Komunitas Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Terlihat bahwa persentase terbesar merupakan kontribusi dari Program JKBS (Jaminan Kesehatan Bangka Selatan) sebesar 88,9%, dimana pembiayaan kesehatan Program JKBS merupakan program jaminn pelayanan kesehatan yang memang ditanggung oleh Pemerintah guna memberikan pelayanan kesehatan yang gratis 71

83 dan optimal. Jaminan pelayanan kesehatan pra bayar lain yang ada adalah Askeskin (Jamkesmas) dengan cakupan kepesertaan sebesar 10%, diikuti oleh program Askes sebesar 3% dan Jamsostek sebesar 0% (dikarenakan data yang dibutuhkan tidak tersedia). Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra Bayar yaitu sebesar 80% penduduk terkover oleh berbagai JPK, maka pencapaian pada tahun 2013 ini sudah mencapai target. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan JPK Pra Bayar, antara lain adalah : Kebijakan yang selalu berubah-ubah, sehingga daerah sulit menyikapinya. Belum optimalnya fungsi masing-masing pelaku JPK Pra Bayar (Bapim, Bapel, PPK dan Peserta). Belum mantapnya komitmen para pengambil kebijkan dalam pengembangan JPK Pra Bayar. Sosialisasi dan advokasi yang belum optimal. Dukungan lintas program/lintas sektor yang belum optimal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan Universal Coverage kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada tahun 2014 yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2014 harus memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di Rumah Sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik dan pelayanan tindakan lainnya. Pada tahun 2013 masyarakat miskin (Jamkesmas) yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1 sebanyak 560 jiwa (2,9%), sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebanyak 289 jiwa (1,4%). 72

84 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit, selain mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan juga mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap. Pada tahun 2013 masyarakat miskin (Jamkesmas) yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di sarana pelayanan strata 1 sebanyak 26 jiwa (0,1%), sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebanyak 45 jiwa (0,5%). 4. Jumlah Kunj. Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebanyak jiwa (16,7%) dan meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak jiwa (32,5%). Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan rawat inap di sarana pelayana kesehatan di pada tahun 2012 adalah sebanyak jiwa (2,6%) dan mengalami penurunan jika dibandingkan denga tahun 2012 yaitu sebanyak (3,6%). 5. Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di Rumah Sakit / Gross Death Rate (GDR). Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian umum di Rumah Sakit untuk tiap-tiap penderita keluar. Rata-rata mutu pelayanan rumah sakit di Kabupaten Bangka Selatan masih dalam taraf yang baik, hal dapat dilihat dari Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS (GDR) pada tahun 2013 dengan rata-rata yaitu sebesar 12,4 sedangkan angka yang dapat dimaklumi maksimalnya adalah sebesar 45. b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat 48 Jam / Net Death Rate (NDR). Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat di Rumah Sakit untuk tiap-tiap penderita. Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 73

85 per penderita keluar. Rata-rata NDR di pada tahun 2013 adalah sebesar 0,31 dan masih berada di bawah angka/nilai yang dapat ditolerir. 6. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Dalam menentukan peningkatan saran rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk ayang ada. a. Pemakaian Tempat Tidur / Bed Occupancy Rate (BOR). Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Pada tahun 2013 di jumlah rumah sakit sebanyak 1 unit rumah sakit dan mempunyai tingkat pemanfaatan BOR sebesar 24,5%, dengan jumlah hari perawatan sebanyak dan dengan jumlah tempat tidur sebanyak 73. b. LOS (Length of Stay) dan TOI (Turn Over Interval). LOS (Length of Stay) adalah rata-rata lama rawatan (dalam satuan hari) sesoarng pasien. Rata-rata LOS di pada tahun 2013 adalah sebesar 2,2 dan tidak ada perubahan bila dibandingkan dengan jumlah rata-rata LOS pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,2. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan pada jumlah hari perawatan dan pada jumlah pasien keluar (hidup + mati) dibandingkan dengan tahun TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Semakin besar TOI maka efesiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari. Rata-rata TOI di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar 6,7 dari 1 Rumah Sakit yang ada dan meningkat bila dibandingkan dengan rata-rata TOI pada tahun 2012 yaitu sebesar 3,7. 74

86 C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga ber PHBS Rumah Tangga ber PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator yaitu : 1). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2). Bayi diberi ASI eksklusif, 3). Balita ditimbang setiap bulan, 4). Menggunakan air bersih, 5). Mencucui tangan dengan air bersih dan sabun, 6). Menggunakan jamban sehat, 7). Memberantas jentik dirumah sekali seminggu, 8). Makan sayur dan buah setiap hari, 9). Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10). Tidak merokok di dalam rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga yang dilaporkan oleh Puskesmas di pada tahun 2013 dari rumah tangga yang ada, yang di pantau adalah sebanyak rumah tangga dan yang ber PHBS adalah sebanyak 563 rumah tangga (29,79%) dari jumlah rumah tangga yang dipantau. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan dan berkelanjutan. D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi : 1). Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, 2). Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, 3). Pengendalian dampak risiko lingkungan, dan 4). Pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkugan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan serta masyarakat. Pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya, berbagai lintas sektor ikut serta berperan, seperti Bappeda, LH dan Dinas Kesehatan serta dan yang lainlainnya. 75

87 1. Persentase Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah yang sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarna air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Konstruksi rumah rumah dan lingkungan yang tidak baik dan tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai macam jenis penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan Lain-lain. Pada tahun 2013 dari sebanyak rumah yang diperiksa dan yang memenuhi syarat rumah sehat adalah sebanyak (77,0%) lebih banyak bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar (72,6%). Berikut dibawah ini disajikan cakupan persentase rumah sehat di dari tahun Gambar IV.21 Cakupan Rumah Sehat Di Tahun % Rumah Sehat Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 76

88 2. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditanda tangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sitem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Pada dasarnya Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bersih bagi kebutuhan pokok minimal sehari hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih sangat terbatas. Gambar dibawah ini menunjukan persentase akses air bersih keluarga menurut jenis sarana air berish yang digunakan di Tahun Gambar IV. 22 Cakupan Akses Air Bersih Menurut Jenis Sarana Air Bersih Di Tahun % 3% 0% 4% 26% 15% 52% Kemasan Ledeng SPT SGL Mata Air PAH Lainnya Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 77

89 3. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Di pada tahun 2013 jumlah keluarga yang telah memiliki jamban sehat sebanyak (74,34%), tempat sampah sehat sebanyak (100%) dan pengelolaan air limbah sebanyak (11,53%). Gambar IV. 23 Cakupan Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di Tahun Persentase Peng. Air Limbah Sehat Tempat Sampah Sehat Jamban Sehat Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 4. Persentase Tempat Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Tempat tempat umum dan pengelolaan makanan adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilatas. Pengawasan sanitasi tempat umumbertujuan untuk mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Resiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu yang bersamaan. Tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar TUPM lainnya. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2012 di adalah sebagai berikut yaitu : Cakupan 78

90 Hotel yang sehat sebesar (100%), cakupan restoran/rumah makan yang sehat sebesar (69,12%), cakupan pasar yang sehat sebesar (66,67%) dan cakupan TPUM lainnya yang sehat sebesar (63,16%). Tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) seluruhnya yang diperiksa sebanyak 308 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 228 buah dengan persentase sebesar (67,06%). 5. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Kondisi kesehatan lingkungan pada institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, instalasi pengolahan air minum, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lain dititik beratkan pada aspek hygiene sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan institusi tersebut. Gambar IV.24 Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Di Tahun % Sarana Lainnya Kantor Ibadah Pendidikan Sarpelkes Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Pada tahun 2013 di pencapaian cakupan untuk institusi yang dibina kesehatan lingkungannya yaitu adalah sebagai berikut : persentase cakupan sarana pelayanan kesehatan adalah sebesar (90,9%), persentase cakupan sarana pendidikan adalah sebesar (100%), persentasae cakupan sarana ibadah adalah sebesar (87%), persentase cakupan perkantoran adalah sebesar (100%) dan persentase cakupan sarana lain adalah sebesar (60,3%). 79

91 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS Khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Pustu, Puskesling, RB, BP/Klinik, Praktek Dokter Bersama, Praktek Dokter Perorangan dan Praktek Pengobatan Tradisional, Poskesdes, Posyandu, Apotek, Toko Obat, GFK, Industri Obat Tradisional dan Industri Kecil Obat Tradisional. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di tahun 2012 sebanyak 272 unit, yang terbagi dalam 2 kepemilikan yaitu Kabupaten/Kota 220 (80,88%) dan swasta sebanyak 52 (19,12%). Sarana Pelayanan Kesehatan yaitu terdiri dari Rumah Sakit Umum 1 unit, Puskesmas Perawatan sebanyak 6 unit, Puskesmas Non Perawatan sebanyak 3 unit, Puskesmas Keliling sebanyak 18 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 29 unit, Balai Pengobatan/Klinik sebanyak 1 unit, Praktik Dokter Perorangan sebanyak 38 unit, Poskesdes sebanyak 48 unit, Posyandu sebanyak 114 unit, Apotek sebanyak 9 unit, Toko Obat sebanyak 4 unit, dan GFK sebanyak 1 unit. Sarana kesehatan dengan persentase tertinggi adalah Posyandu yaitu sebesar 41,91%, sedangkan menurut kepemilikannya, sarana kesehatan dengan persentase tertinggi adalah Kabupaten/Kota sebesar 80,88%. 2. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dapat di askes masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat di akses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, untuk menegakkan diagnosis dokter di rumah sakit. Maksud sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan Labkes adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai dengan standar, sedangkan yang dimaksud dengan memiliki 4 spesialis dasar yaitu adalah sarana pelayanan kesehatan 80

92 yang telah memiliki 4 dokter spesialis, yaitu meliputi spesialis kandungan dan kebidanan, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam dan spesialis anak. Gambar V.1 Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Di Tahun 2013 Puskesmas RSK RSJ RSU RSU RSJ RSK Puskesmas LabKes % Sumber : Seksi Bina Pelayanan Medik Dasar dan Rujukan Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Sarana Kesehatan dengan kemampuan LabKes yang dapat di akses masyarakat di pada tahun 2013 adalah sebesar 100%, dengan perincian untuk RSU sebesar 100%, RSJ sebesar 0% dikarenakan tidak adanya RSJ di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013, RSK sebesar 0% dikarenakan tidak adanya RSK di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2013, dan Puskesmas sebesar 100%. Rumah Sakit Umum pada tahun 2013 sudah memiliki 3 dokter spesialias dasar yang terdiri dari 1 dokter spesialis penyakit dalam, 1 dokter spesialis dokter bedah dan 1 dokter spesialis kandungan dari 4 dokter spesialis dasar yang diwajibkan/diharuskan, karena hal ini berkaitan dengan disyaratkannya penyelenggaraan empat pelayanan kesehatan spesialis dasar pada perizinan pendirian sebuah rumah sakit. 3. Posyandu Menurut Strata Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan 81

93 dasar, utamanya lima program prioritas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berenana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare, dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Untuk memantau perkembangan posyandu, posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata yaitu sebagai berikut : Posyadu Pratama : Poyandu yang kegiatan pelayananya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas. Posyandu Madya : Posyandu dengan kegiatan teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu Purnama : Posyandu denga frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya yaitu KIA, KB, GIZI, Imunisasi dan Penanggulangan Diare lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan. Posyandu Mandiri : Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50% KK. Dimana yang termasuk ke dalam Posyandu Aktif adalah Posyandu dengan status Stratanya sudah Purnama dan Mandiri. Posyandu Aktif adalah Posyandu yang telah melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bebrtugas 5 orang atau lebih, cakupan utama (KIA, KB, GIZI, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) lebuh dari 50% dan sudah satu atau lebih program tambahan, serta cakupan dana sehat <50%. Gambaran perkembangan strata posyandu di Tahun 2013 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 82

94 Gambar V.2 Posyandu Menurut Strata Di Tahun 2013 Jumlah Posyandu Total Posyandu Aktif Mandiri Purnama Madya Pratama Pratama Madya Purnama Mandiri Posyandu Aktif Total Jumlah Posyandu Sumber : Seksi Promkes dan Komunitas Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah posyandu dengan status strata madya adalah jumlah posyandu yang terbanyak dan posyandu dengan status strata mandiri adalah jumlah posyandu yang paling sedikit. Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari semua sektor/pihak terkait, termasuk didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi posyandu yang sudah terbentuk di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan di Desa/Kelurahan. 4. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada, termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) merupakan upaya kesehatan yang berasal dari, oleh dan untuk masyarakat. UKBM dibentuk atas kemauan masyarakat itu sendiri yang difasilitasi dan dibina oelh tenaga kesehatan. Bentuk UKBM diantaranya adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas, dan Desa Siaga. Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu Poskesdes atau sarana kesehatan di Desa tersebut. Tenaga Poskesdes minimal adalah 1 (satu) orang bidan yang dibantu 2 (dua) orang kader dan 83

95 merupakan koordinator dari UKBM yang ada. Sampai dengan akhir Tahun 2012 jumlah Poskesdes yang ada di adalah sebanyak 48 unit Poskesdes. Desa Siaga merupakan salah satu pendukung untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan desa penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Dengan konsep membangun suatu sistem di desa yang bertanggungjawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 (dua) orang kader. Sampai dengan akhir Tahun 2013 jumlah desa/kelurahan di adalah sebanyak 53 desa/kelurahan dengan rincian sebanyak 46 desa siaga dan sebanyak 46 desa siaga aktif. Jumlah desa/kelurahan, desa siaga dan desa siaga aktif dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar V.3 Jumlah Desa Siaga Dan Desa Siaga Aktif Di Tahun 2013 Desa Siaga Aktif 46 Desa Siaga 46 Jlh. Desa/Kel 53 Sumber : Seksi Promkes dan Komunitas Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 5. Data Dasar Pusekesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yang pengelolaannya ada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh 84

96 masyarakat. Puskesmas sendiri merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004). Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di pada tahun 2013 sebanyak 9 Puskesmas, dengan rincian 3 Puskesmas Non Perawatan dan 6 Puskesmas Perawatan, dibantu dengan 29 Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 48 Poskesdes yang tersebar di seluruh. Sedangkan untuk jumlah Puskesmas Keliling di sampai akhir tahun 2013 adalah sebanyak 18 buah. Gambar V.4 Jumlah PKM, PKM Perawatan & Non Perawatan, Pustu, Poskesdes & Pusling Di Tahun 2013 Pusling Poskesdes Pustu PKM. Non Perawatan PKM. Perawatan Puskesmas PKM. PKM. Non Puskesmas Pustu Poskesdes Pusling Perawatan Perawatan Jumlah Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 85

97 B. TENAGA KESEHATAN Dalam pembangunan bidang kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Jenis tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisan medis. Tenaga kesehatan di Tahun 2012 berjumlah sebanyak 596 orang, yang terdiri dari tenaga medis (dokter, dokter gigi dan dokter spesialis), tenaga perawat (perawat dan perawat gigi), tenaga bidang, tenaga farmasi (apoteker, sarjana farmasi, diploma farmasi, asisten apoteker/smf/saa), tenaga ahli gizi (DIV/S1 gizi, DIII gizi, DI gizi), tenaga sanitarian (sarjana sanitasi, DIII sanitasi, DI sanitasi), tenaga ahli kesehatan masyarakat (S1/S2 kesehatan masyarakat, DIII kesehatan masyarakat), tenaga keteknisan medis dan tenaga keterapian fisik. Jumlah tenaga kesehatan tersebut bertambah bila bila dibandingka dengan tahun 2012 dan menurun bila dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 610 orang. Penurunan jumlah tenaga kesehatan tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang mungkin semakin rendah. Kebutuhan tenaga kesehatan belum dapat terpenuhi, khsusunya di tingkat Kabupaten dikarenakan beban terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan serta penempatan tugas tenaga kesehatan tersebut. 86

98 1. Jumlah Dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis) di Sarana Kesehatan Jumlah tenaga medis di Tahun 2013 yang bekerja di sarana kesehatan adalah sebanyak 27 orang, yang terdiri dari dokter umum sebanyak 21 orang, dokter gigi sebanyak 3 orang dan dokter spesialis 3 orang. Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang berjumlah 33 orang. Untuk rasio dokter umum di tahun 2013 per penduduk adalah sebesar 11,12 dan menurun bila dibandingkan dengan rasio pada tahun Sedangakn untuk rasio dokter gigi di pada tahun 2013 per penduduk adalah sebesar 1,59 dan terjadi penurunan bila dibandingkan dengan rasio pada tahun 2012 yaitu sebesar 3,47. Sedangkan untuk rasio dokter spesialis di pada tahun 2013 per penduduk adalah sebesar 1,59. Rasio dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis di pada tahun 2013 ini rata-rata belum memenuhi target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dalam pencapaian Indonesia Sehat (IS) 2010, yaitu untuk rasio dokter umum per penduduk adalah sebesar (40), rasio untuk dokter gigi per penduduk adalah sebesar (11) dan rasio untuk dokter spesialis per penduduk adalah sebesar (6). Tabel V. 1 Pencapaian Rasio Tenaga Medis Di Tahun 2013 Target SDK IS 2010 No. Indikator IS 2010 Jlh Pddk Target Capaian Rasio Dokter per pddk ,12 2. Rasio Dokter Gigi per pddk ,59 3. Rasio Dokter Spesialis per pddk ,59 Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 87

99 Gambar V.5 Jumlah Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis Di Tahun dr. Umum dr. Gigi dr. Spesiaslis Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 2. Jumlah Dan Rasio Tenaga Keperawatan Di Sarana Kesehatan a. Perawat. Tenaga perawat di pada tahun 2013 adalah sebanyak 266 orang, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat pada tahun 2012 yaitu sebanyak 256 orang. Rasio untuk tenaga perawat pada tahun 2013 per penduduk adalah sebesar (140,81) dan menurun bila dibandingkan dengan rasio pada tahun 2012 yaitu sebesar (148,38). 88

100 Gambar V.6 Jumlah Tenaga Perawat Di Tahun Jlh. Perawat Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan b. Perawat Gigi. Jumlah tenaga perawat gigi di pada tahun 2013 adalah sebanyak 26 orang dan hampir tidak terjadi perubahan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 25 orang, sehingga rasio untuk tenaga perawat gigi per penduduk di pada tahun 2013 adalah sebesar (13,76). 89

101 Gambar V. 7 Jumlah Tenaga Perawat Gigi Di Tahun Jlh. Prwt Gigi Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan c. Tenaga Bidan. Jumlah tenaga bidan di pada tahun 2013 adalah sebanyak 91 orang dan tidak terjadi penurunan dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2012 yaitu sebanyak 112 orang, sehingga rasio untuk tenaga bidan per penduduk di pada tahun 2013 adalah sebesar (48,17). Gambar V.8 Jumlah Tenaga Bidan Di Tahun Jlh. Bidan Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 90

102 Tabel V.2 Pencapaian Rasio Tenaga Perawat dan Bidan Di Tahun 2013 Target SDK IS 2010 No. Indikator IS 2010 Jlh Pddk Target Capaian Rasio Perawat per pddk ,5 140,81 2. Rasio Bidan per pddk ,17 Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 3. Jumlah Dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di pada tahun 2013 adalah sebanyak 35 orang, yang terdiri dari Apoteker sebanyak 9 orang, S1 Farmasi 0, D-III Farmasi sebanyak 19 orang dan Lulusan AMF/SAA sebanyak 7 orang, sehingga rasio untuk Apoteker di per penduduk pada tahun 2013 adalah sebesar (4,76) dan angka ini masih berada dibawah dari target Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar (10) per penduduk. Gambar V.9 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Tahun Apoteker S1 Farmasi DIII Farmasi SMF/SAA Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 91

103 4. Jumlah Dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan Tenaga gizi terdiri dari D-IV/S-1 Gizi, D-III Gizi dan D-1 Gizi. Jumlah tenaga gizi di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2013 adalah sebanyak 17 orang, yang terdiri dari D-IV/S-1 Gizi sebanyak 2 orang, D-III Gizi sebanyak 15 orang dan D-I Gizi sebanyak 0. Rasio tenaga gizi per penduduk di pada tahun 2013 adalah sebesar (9,00) dan masih berada di bawah dari rasio yang ada pada Indikator IS 2010 yaitu sebesar (22) per penduduk. Gambar V.10 Jumlah Tenaga Gizi Di Tahun Jlh. Gizi Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 5. Jumlah Dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan a. Kesehatan Masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di pada tahun 2013 adalah sebanyak 71 orang, yang terdiri dari Sarjana Kesehatan Masyarakat (S-2 Kesmas) sebanyak 0 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat (S-1 Kesmas) sebanyak 53 orang dan D-III Kesehatan Masyarakat sebanyak 18 orang. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 35 orang, sehingga berdampak pada rasio ahli kesehatan masyarakat per penduduk pada tahun 2013 yaitu sebesar (37,58) dan masih berada di bawah tagert nasional dalam Indikator IS 2010 yaitu sebesar (40) per penduduk. 92

104 Gambar V.11 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Di Tahun Jlh. Kesmas Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan b. Tenaga Sanitarian. Jumlah tenaga sanitarian di tahun 2013 adalah sebanyak 22 orang yang terdiri dari D-III Sanitarian berjumlah sebanyak 20 orang, D-IV Sanitarian 1 orang dan SPPH berjumlah sebanyak 1 orang. Rasio tenaga sanitarian per penduduk pada tahun 2013 adalah sebesar (11,65) dan masih berada di bawah dari target nasional pada Indikator IS 2010 yaitu sebesar (40) per penduduk. Gambar V.12 Jumlah Tenaga Sanitarian Di Tahun Jlh. Sanitarian Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 93

105 6. Jumlah & Rasio Tenaga Keteknisan Medis & Keterapian Fisik di Sarana Kesehatan a. Tenaga Keteknisan Medis. Jumlah keteknisan medis di pada tahun 2013 adalah sebanyak 37 orang, yang terdiri dari Radiografer sebanyak 6 orang, Tekhnisi Gigi sebanyak 1 orang, Analis Kesehatan sebanyak 22 orang, Refraksionis Optisien sebanyak 1 orang, dan Rekam Medis sebanyak 6 orang. Rasio tenaga keteknisan medis per penduduk di tahun 2013 adalah sebesar (15,59). Gambar V.13 Jumlah Tenaga Keteknisan Medis Di Tahun Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan 94

106 b. Tenaga Keterapian Fisik. Jumlah tenaga keterapian fisik yang ada di pada tahun 2013 adalah sebanyak 4 orang (fisioterapi). Rasio untuk tenaga keterapian fisik per penduduk di pada tahun 2013 adalah sebesar (2,12). Gambar V. 14 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Tahun Fisioterapi T. Okupasi T. Wicara Akupunturis Sumber : Subbag. Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Bangka Selatan Berdasarkan penjabaran Sumber Daya Manuasi Kesehatn diatas, jumlah tenaga kesehatan di masih belum tercukupi dan masih membutuhkan banyak tenaga kesehatan dengan pendistribusian yang merata sesuai dengan kebutuhan dengan mengacu pada rasio jumlah penduduk. Mobilitas tenaga atau distribusi tenaga kesehatan yang tersebar di wilayah pelayanan kesehatan diupayakan dengan peningkatan sarana-sarana kesehatan yang ada, seperti peningkatan akreditasi rumah sakit, peningkatan puskesmas menjadi puskesmas mampu poned dan menjadi puskesmas rawat inap dan peningkatan insentif oleh Kementerian Kesehatan bagi tenaga medis yang melaksankan masa bakti di daerah terpencil maupun santan terpencil. 95

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Page i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehairat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-nya Profil

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2013 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan sekalian

Lebih terperinci

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN REVISI CAPAIAN INDIKATOR 2011-2016 TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN NO 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2013 PEMBILANG PENYEBUT 2014 PEMBILANG PENYEBUT % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 11 12 13

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 TIM PENYUSUN Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Ketua TOTOK RUSWANTO, S.KM (Kepala UPT Pusat Informasi dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci