V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PRAKTIK KERJA LANGSUNG Struktur organisasi yang dimiliki oleh Hero Gatsu menggambarkan secara umum spesifikasi tugas dan tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Karyawan yang termasuk ke dalam struktur organisasi perusahaan adalah karyawan tetap atau telah terdaftar secara sah sebagai bagian dari perusahaan. Sebelum menjadi karyawan tetap, karyawan akan menjalani masa praktik kerja selama beberapa bulan untuk melatih kemampuan dan pengalaman bekerja secara langsung. Seluruh kegiatan dalam praktik kerja langsung dapat digolongkan menjadi tiga aspek pokok kegiatan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Pengembangan Karyawan (Product-Store- Market Knowledge) Kegiatan Operasional Pelayanan Konsumen Praktik Kerja Langsung Gambar 7. Tiga Aspek Pokok Kegiatan Selama Praktik Kerja Langsung 1. Bekerja sebagai Staf Divisi Produce Seluruh karyawan Hero Gatsu memulai pekerjaan pada pukul WIB. Seluruh karyawan diwajibkan untuk datang tepat waktu sebagai cermin profesionalisme kerja. Namun, masih saja ada karyawan yang datang terlambat atau tidak segera memulai bekerja padahal jam sudah menunjukkan waktu kerja. Peringatan terkait kedisiplinan kerja telah dilakukan berulangulang pada saat apel atau briefing karyawan. Apel diadakan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat pada pukul WIB. Pemimpin apel adalah manajer yang sedang bertugas pada saat itu atau Manager on Duty (MOD). Sebelum penyampaian materi, seluruh karyawan membacakan filsafat Hero Supermarket yang dipandu oleh seorang karyawan. Materi yang disampaikan mencakup kebijakan yang akan dijalankan terkait kegiatan penjualan, hasil seminar dan pelatihan karyawan tentang product knowledge, informasi-infornasi penting yang bersumber dari kantor pusat Hero Supermarket, serta evaluasi singkat seputar laba perusahaan, tingkat penjualan produk, pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan, dan kepuasan pelanggan. Apel ditutup 34

2 dengan yel-yel karyawan yang berisi motivasi dalam bekerja dan penghargaan berupa uang bonus karena telah meningkatkan laba perusahaan. Pelaksanaan praktik kerja langsung dilakukan di Divisi Produce yang khusus menangani produk pangan segar berupa sayur-sayuran dan buah-buahan di Hero Gatsu. Secara umum, kegiatan operasional pada divisi ini meliputi penerimaan produk dari para pemasok atau distributor, pengaturan stok di gudang penyimpanan dan atau rotasi stok di showcase, persiapan pemajangan, persiapan produk prepackaged dan olah minimal, serta pengendalian mutu. Penulis telah bekerja hampir di seluruh bagian spesifikasi kerja, namun yang menjadi tugas utama sebagai seorang staf Divisi Produce adalah pengendalian mutu produk buah-buahan, khususnya buah anggur dan buah stroberi. Proses penerimaan memiliki peran besar dalam menjamin mutu dan keamanan pangan karena secara langsung menjadi pintu pertama masuknya produk ke dalam gerai. Produk hortikultura segar sebagian besar didistribusikan menggunakan mobil bak tertutup dan memiliki fasilitas pendingin. Waktu pengiriman tidak memiliki jadwal tetap karena tidak terkendala pengaruh suhu dan kelembapan lingkungan luar. Beberapa produk sayuran segar, seperti selada, kangkung, dan bayam hanya didistribusikan menggunakan mobil bak terbuka dan ditutup dengan terpal. Waktu pengiriman dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul WIB. Kondisi pengiriman ini jauh dari praktik higiene dan tidak memperhatikan kesesuaian suhu dengan karakteristik produk yang mudah rusak. Penerimaan produk dari para pemasok atau distributor dilakukan oleh Divisi Receiving and Storage dan dibantu oleh Divisi Produce. Produk yang telah lolos pemeriksaan berkas administrasi, jumlah atau berat produk, kesesuaian dengan pesanan dan mutu produk, serta sortasi awal akan segera diangkut menuju gudang penyimpanan. Lama penerimaan tidak boleh lebih dari 15 menit. Pengangkutan produk hortikultura segar haruslah berhati-hati karena mudah mengalami kerusakan fisik akibat benturan atau gesekan. Karena itu, karyawan meletakkan produk di dalam kontainer atau karton (kardus) yang dilapisi stirofoam. Kemudian produk dibawa ke gudang penyimpanan menggunakan troli besar. Sebelum memasuki gudang penyimpanan, karyawan Divisi Produce akan mencatat tanggal penerimaan produk yang dikemas dalam karton tepat di sisi luar karton. Bagi produk yang dikemas tanpa karton, pencatatan tanggal penerimaan kurang terencana dengan baik. Karyawan cenderung mengandalkan ingatan saja. Pengendalian stok penerimaan dan aliran produk diawasi secara ketat oleh supervisor Divisi Produce dan Fresh Section Manager melalui sistem FIFO (first in first out) dan FIRO (first ripe first out). Pengendalian stok berkaitan dengan kapasitas penyimpanan dan volume pemajangan. Kapasitas penyimpanan yang besar memungkinkan jumlah stok produk lebih banyak dan produk lebih bervariasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi lama penyimpanan antara lain jumlah stok pada showcase, tingkat penjualan, umur produk, dan karakteristik produk terhadap laju kerusakan dingin. Menurut Keller (2000), sistem FIFO didesain untuk seluruh gudang produk pangan. Sistem ini bertujuan untuk mencegah pembusukan dan potensi risiko produk kadaluarsa sebelum terjual ke konsumen. Penerapan sistem FIFO dan FIRO ternyata tidak sepenuhnya berjalan lancar. Penataan produk di gudang penyimpanan masih kurang baik. Hal ini terlihat dari beberapa kasus produk buah-buahan segar terlalu lama disimpan di dalam gudang akibat kelalaian karyawan. Akhirnya, produk tersebut tidak dapat dijual karena mengalami chilling injury dan sebagian telah ditumbuhi kapang. Oleh sebab itu, sebaiknya sistem penggudangan dapat diperbaiki sedikit demi sedikit melalui pembuatan daftar penerimaan produk di dekat gudang penyimpanan. Sekurang kurangnya daftar tersebut meliputi nama produk, satuan jumlah, nama pemasok atau distributor, dan tanggal penerimaan. Hal ini memudahkan dalam mekanisme 35

3 pengendalian stok, memperlancar aliran produk, pengecekan mutu, dan mudah terbaca oleh seluruh karyawan. Gudang penyimpanan dan showcase produk hortikultura segar dilengkapi dengan mesin pendingin dan kipas. Kipas berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara dan penjaga kelembapan lingkungan penyimpanan. Air merupakan komponen utama bahan pangan yang erat kaitannya dengan mutu fisik, kesegaran, dan penampakan. Salah satu pengendalian kandungan air produk adalah dengan pengendalian suhu. Secara khusus, faktor kelembapan menjadi lebih penting untuk penyimpanan dan pemajangan produk pada suhu dingin dan suhu beku. Kelembapan yang terlalu rendah, akan menyebabkan kehilangan air pada produk pangan. Kehilangan air karena pengendalian kelembapan yang kurang baik di tingkat ritel sangat berpengaruh pada mutu. Selain faktor mutu (khususnya mutu penampakan, tekstur, dan flavor), yang sangat penting bagi industri ritel adalah berat akhir produk. Secara keseluruhan, daya jual produk hortikultura segar akan mulai terpengaruh jika kehilangan air karena telah mengakibatkan penurunan berat sekitar 1-2%. Kehilangan berat sekitar 5-10% (tergantung jenis produknya) dari berat awal, maka produk tidak layak lagi dijual ke konsumen (Hariyadi 2008). Umumnya, bahan pangan nabati memerlukan kelembapan relatif antara 85-90%. Produk sayuran berdaun dan umbi-umbian diperlukan kelembapan relatif antara 90-95% (Desrosier 1988). Hal yang harus diperhatikan oleh karyawan dalam mengendalikan kelembapan adalah dengan pengendalian aliran udara di sekitar gudang penyimpanan maupun showcase. Kecepatan udara yang disarankan pada kondisi ruang yang terbuka adalah 0.2 m/detik. Kecepatan lebih tinggi akan menyebabkan terjadinya penguapan dan kehilangan air yang terlalu banyak. Pergerakan udara bisa disebabkan karena adanya mesin pengipas (fan), pergerakan konsumen, atau pun proses buka-tutup pintu (Hariyadi 2008). Volume pemajangan ditentukan oleh tingkat keringkihan dan kondisi pemajangan (suhu, sinar, dan kelembaban), turn over (tingkat penjualan), kesukaan pelanggan, adanya promosi khusus seperti diskon harga, dan ukuran ruang pajang. Volume pemajangan untuk produk yang sangat ringkih biasanya lebih kecil, frekuensi pengisian pemajangan, dan pemeriksaan terhadap kerusakan lebih sering. Sedangkan, produk dengan turn over lebih rendah, volume pemajangannya lebih kecil dan biasanya produk ini mempunyai nilai keuntungan lebih tinggi. Adanya promosi harga murah atau diskon harga dapat meningkatkan taraf kesukaan pelanggan dalam berbelanja suatu produk, sehingga volume pemajangan pun ditingkatkan atas produk tersebut. Teknik pemajangan pada showcase diatur berdasarkan kriteria tertentu, seperti kelompok produk, umur produk, ukuran, warna, dan kemasan. Pemajangan juga menganut sistem FIFO dan FIRO karena selama produk belum terjual, proses ini termasuk ke dalam tahap penyimpanan. Produk yang keringkihannya tinggi disimpan lebih awal, sedangkan produk baru atau belum masak ditempatkan di belakang produk yang sudah lama dan sedang mengalami pemasakan. Namun, sistem FIFO dan FIRO menjadi tidak efektif bila terjadi rotasi produk curah pada showcase. Produk tersusun secara acak sehingga konsumen tidak jelas mengetahui perbedaan antara produk lama dan produk baru. Faktor ukuran dan warna produk khususnya produk hortikultura, menjadi pertimbangan dalam pemajangan karena memiliki nilai estetika dan efek daya tarik visual yang menarik bagi pelanggan. Penataan sayuran non daun tanpa kemasan dan buah-buahan juga bersifat color contrast sehingga memudahkan konsumen dalam membedakan antara produk yang memiliki warna dan ukuran serupa. Kegiatan yang dilakukan saat persiapan pemajangan produk antara lain penyortiran, trimming, pengemasan, penimbangan, dan pelabelan. Mutu produk yang lolos penyortiran telah 36

4 sesuai dengan standar perusahaan. Produk sayuran yang mengalami kerusakan pada bagian tertentu dapat dilakukan trimming, yaitu dengan memisahkan bagian yang busuk dari bagian yang baik. Produk buah-buahan dapat diolah minimal apabila terjadi kondisi demikian. Olah minimal merupakan cara tepat untuk mengurangi risiko kerugian akibat kerusakan sebagian, yaitu dengan membuang bagian-bagian yang busuk atau rusak dan mengolahnya menjadi buah potong siap konsumsi. Produk yang dikemas ulang oleh Hero Gatsu berdasarkan ukuran tertentu dikenal dengan istilah produk prepackaged. Produk ini meliputi produk utuh dan olah minimal. Jenis pengemas yang digunakan adalah plastik film elastis (PE) dan tray foam yang bersifat food grade. Pelanggan dapat membeli produk sesuai takaran kebutuhan masing-masing sehingga sangat cocok ditujukan bagi pelanggan yang memiliki mobilitas tinggi dan mengutamakan kepraktisan dalam berbelanja. Ketentuan mengenai proses persiapan produk prepackaged terdapat dalam SOP Hero Supermarket tentang Prepack Fresh Product. Penimbangan dan pelabelan dilakukan sekaligus karena timbangan dilengkapi mesin pencetak label otomatis yang berisi keterangan kode produk, nilai PLU, berat (kg), harga (per kg), tanggal pengemasan, dan tanggal pengkonsumsian produk yang baik terkait jenis produk yang ditimbang. Informasi terkait tanggal pengemasan maupun tanggal pengkonsumsian berguna bagi pelaksanaan sistem FIFO dan FIRO, serta melindungi konsumen dari produk-produk yang tidak layak konsumsi. Pengendalian mutu merupakan kegiatan yang diterapkan di semua proses penanganan produk, mulai dari penerimaan sampai penjualan. Pelaksanaannya tidak dibatasi pada jam-jam tertentu. Banyak cara yang dilakukan sebagai bentuk pengendalian mutu antara lain sortasi, grading, pengendalian suhu, penerapan sistem FIFO dan FIRO, serta pengecekan mutu secara rutin. Sortasi dan grading dilakukan setiap hari melalui pengamatan secara fisik. Kegiatan pengendalian suhu sudah dilakukan selama proses pendistribusian produk. Ketentuan praktik ini tercantum dalam SOP Hero Supermarket tentang Fresh Receiving. Produk hortikultura yang telah diterima dari pemasok akan mengalami dua perlakuan, yaitu diletakkan langsung di showcase dan disimpan di dalam chiller. Cold showcase diatur agar suhu berada pada rentang C, sedangkan gudang penyimpanan hanya pada suhu 0 0 C. Namun, ada beberapa jenis produk yang tidak boleh disimpan di dalam cold showcase dan chiller karena akan mengalami kerusakan dingin atau chilling injury. Sayuran yang akan mengalami kerusakan dingin cepat, yaitu kentang, ubi, dan bawang-bawangan, sedangkan untuk buah-buahan, yaitu jenis lokal, seperti manggis, semangka, melon, pepaya, rambutan, belimbing, dan alpukat. Terdapat perbedaan dalam proses pengecekan mutu antara produk utuh dan olah minimal. Produk utuh dicek berdasarkan pengamatan visual dan tekstur apakah produk masih sesuai dengan standar kelayakan jual dan konsumsi. Produk olah minimal dicek berdasarkan tanggal pengkonsumsian yang baik atau best before yang tertera pada label kemasan. Cara ini paling efektif dan efisien untuk memutuskan apakah perlu atau tidak untuk melakukan pengemasan ulang. Titik kritis mutu produk semakin tinggi pada jenis produk produk prepackaged. Pelanggan tidak memiliki kesempatan memilih mutu produk satu persatu sesuai keinginan karena semua telah dilakukan oleh karyawan. Kelemahan yang sering ditemui, yaitu apabila ada bagian produk yang telah mengalami tanda-tanda kebusukan, maka bagian yang rusak tersebut dapat memicu kerusakan di bagian lainnya. Umumnya, kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan mikrobiologi seperti pertumbuhan kapang, khamir, dan bakteri. Kerusakan dapat menyebar cepat ke seluruh produk yang ada di dalam kemasan. Oleh karena itu, produk harus benar-benar 37

5 terjamin mutunya dan tidak ada tanda-tanda kerusakan sedikitpun, baik fisik maupun mikrobiologi. Bentuk kegiatan lainnya berupa pelayanan konsumen. Persepsi pelanggan cukup tinggi terhadap kemampuan karyawan terutama dalam hal penguasaan pengetahuan produk (product knowledge). Tidak jarang pelanggan meminta bantuan saat memilih produk yang akan dibeli. Untuk itu, karyawan diperbolehkan untuk mencicipi semua jenis produk yang ada agar dapat mengetahui karakteristik dan sifat sensori masing-masing produk. Pada saat bekerja, para karyawan dituntut untuk dapat menarik pelanggan berbelanja atau menambah jumlah barang belanjaannya dengan melakukan sejumlah cara, seperti menerapkan tiga S (Senyum, Salam, dan Sapa), menampilkan mutu dan tata letak produk sebaik mungkin sesuai nilai-nilai estetika, menawarkan promosi produk atau paket promosi berhadiah, serta menginformasikan manfaat dan kegunaan produk. Pada kesempatan tertentu, Divisi Produce diikutsertakan dalam kegiatan bazar yang diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu di pelataran Hero Gatsu. Walaupun berada di luar jadwal kerja, penulis menyempatkan diri untuk berpartisipasi aktif dalam memasarkan produk kepada para pelanggan yang datang. Seluruh kegiatan yang dijalani selama berada di Divisi Produce dapat dibedakan menurut tiga aspek pokok kegiatan praktik kerja langsung (Tabel 7). Pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keahlian dasar (softskill) tertentu tidak memperoleh izin dilakukan atau perlu mendapat arahan tertentu dari supervisor maupun karyawan lain. Kegiatan yang tidak dilakukan antara lain sortasi saat proses penerimaan, kegiatan yang bersifat administratif terkait aktivitas pemesanan, pembelian, penjualan produk, dan rotasi stok produk dari dalam gudang penyimpanan ke showcase. Tabel 7. Klasifikasi Pekerjaan sebagai Staf Divisi Produce Kegiatan Operasional Pengembangan Karyawan Pelayanan Konsumen Pengendalian mutu produk pada showcase Persiapan pemajangan produk (penyortiran produk, trimming, pengemasan, penimbangan, dan pelabelan) Pengaturan stok dan rotasi stok produk Persiapan produk prepackaged Memasarkan produk kepada para pelanggan yang datang Product knowledge: mengenali karakteristik dan sifat sensori semua jenis produk, mengikuti berbagai seminar dan pelatihan Store knowledge: informasi yang bersumber dari kantor pusat Hero Supermarket Market knowledge: pengetahuan seputar laba perusahaan, tingkat penjualan produk, evaluasi pelanggaran oleh karyawan, dan kepuasan pelanggan Membantu pelanggan dalam pemilihan produk Menerapkan tiga S (Senyum, Salam, Sapa) Menawarkan promosi produk atau paket promosi berhadiah Menginformasikan manfaat dan kegunaan produk Selama beroperasi, intensitas kedatangan pelanggan yang tertinggi terjadi antara pukul WIB. Hal ini disebabkan pada selang waktu tersebut bertepatan dengan jam istirahat perkantoran. Pelanggan yang datang merupakan pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan internal adalah karyawan kantor pusat Hero Supermarket, sedangkan pelanggan eksternal adalah 38

6 pelanggan lain yang bukan berasal dari Hero Supermarket. Pelanggan yang berbelanja didominasi oleh pelanggan internal karena lokasi Hero Gatsu yang berdekatan dengan Kantor Pusat Hero Supermarket. Walaupun tidak setiap saat tergolong sebagai jam padat pelanggan, namun masingmasing karyawan di tiap divisi harus tetap berjaga untuk melayani kebutuhan para pelanggan. Suasana kekeluargaan yang erat di antara karyawan Hero Gatsu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif. Seluruh karyawan yang saling membaur satu sama lain mampu meningkatkan rasa solidaritas dan kerjasama yang tinggi. Dinamika kehidupan karyawan juga dipengaruhi oleh intensitas tugas kerja yang berubah-ubah. Karyawan kerap kali mengeluh apabila tugas kerja dirasakan cukup banyak. Namun, pada saat tugas kerja menjadi lebih sedikit, karyawan juga cenderung malas bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengobrol dan bercanda antar sesama karyawan. Pengawasan oleh para manajer gerai tidak selalu efektif mengatasi hal tersebut, sehingga perlu pengawasan langsung dari para atasan kantor pusat Hero Supermarket. 2. Bekerja Lainnya Karyawan yang sedang menjalani praktik kerja langsung diberi kesempatan untuk melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya. Pekerjaan tersebut bersifat umum dan dapat dilakukan oleh seluruh karyawan Hero Gatsu sekalipun tidak sesuai dengan divisi tempat ia bekerja. Seluruh pekerjaan lain yang telah dijalani juga dapat dibedakan menurut tiga aspek pokok kegiatan praktik kerja langsung seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi Pekerjaan Lainnya Kegiatan Operasional Pengembangan Karyawan Pelayanan Konsumen Peng-inputan data tertentu ke komputer Mendisplay produk-produk grocery Mengatur penataan produk dan tata letak label harga (price card) pada showcase. Rotasi kerja dan sharing antar karyawan pada saat apel berlangsung Membantu pelanggan dalam pemilihan produk Melayani dan memberi informasi tentang jenisjenis produk beserta tata letaknya dalam showcase. Bersama-sama dengan karyawan tetap, penulis pernah mengadakan kunjungan ke salah satu perusahaan ritel yang sedang berkembang di Jakarta. Tujuan kunjungan ini adalah untuk membandingkan harga produk yang dijual di Hero Gatsu dengan sesama peritel modern lain. Bagi karyawan, kegiatan ini dikenal dengan istilah price check. Sebelum mengadakan kunjungan, karyawan disyaratkan untuk tidak menggunakan tanda pengenal (ID Card) dan baju seragam karyawan. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya kecurigaan dan perselisihan antar perusahaan. Biasanya karyawan dibekali dengan daftar produk yang akan dibandingkan beserta harga yang sedang berlaku di Hero Gatsu. Daftar produk dapat berganti-ganti sesuai informasi yang diberikan oleh bagian Pemasaran Hero Supermarket. Kegiatan price check sudah umum dilakukan pada perusahaan yang akan mengadakan persaingan bisnis. Seluruh gerai yang tergabung dalam PT. Hero Supermarket Tbk. memiliki suatu kegiatan terbesar yang diadakan setiap 6 bulan sekali. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah 39

7 stock opname. Stock opname dilakukan sebagai mekanisme kontrol terhadap arus masuk dan keluar produk. Dalam prosesnya, akan dilakukan perhitungan stok produk secara fisik, baik yang berada pada showcase (stock on hand) maupun di gudang penyimpanan. Kemudian, karyawan mencocokkan hasil perhitungan stok produk di lapangan dengan yang tercatat dalam sistem tertentu. Untuk memudahkan pemrosesan data, sistem yang digunakan berupa perangkat lunak, yaitu System Applications and Products in Data Processing (SAP). Pekerjaan ini cukup rumit dan berat, sehingga memerlukan ketelitian tinggi selama proses perhitungan dan bantuan tenaga karyawan dari gerai lain untuk mempercepat seluruh agenda pekerjaan. Pada umumnya, kegiatan stock opname telah dipersiapkan kurang lebih dua minggu sebelum jadwal yang telah ditentukan. Pada pelaksanaannya, suatu gerai hanya membutuhkan waktu pengerjaan selama satu hari yang berkisar antara sekitar 5-6 jam. Waktu pelaksanaan dimulai pada pukul WIB dan berakhir maksimal pada pukul WIB. Gerai yang sedang mengadakan stock opname tidak dapat melakukan aktivitas penjualan sehingga akan ditutup sementara bagi para pelanggan dan dibuka kembali setelah proses stock opname selesai. Selama proses praktik kerja langsung, pengambilan data untuk keperluan tugas akhir tetap dilakukan di sela-sela waktu kerja atas izin pembimbing lapang, manajer, atau supervisor. Data yang diperoleh selama kegiatan magang dapat berasal dari kegiatan observasi, wawancara, dan data sekunder. Seluruh tahapan pengambilan data di Hero Gatsu seperti yang terlihat pada Gambar 8. Teknik pengambilan data (observasi, wawancara, data sekunder) Keadaan Umum Perusahaan (profil perusahaan, Standar Operating Procedures atau SOP, dan sebagainya) Seluruh aktivitas gerai (kegiatan operasional, kondisi karyawan, lingkungan kerja, aktivitas penjualan, perilaku pelanggan atau konsumen) Pengambilan dokumentasi Gambar 8. Skema Tahapan Pengambilan Data di Hero Gatsu Kegiatan observasi dimulai sejak penerimaan barang atau produk dari para pemasok ke Hero Gatsu melalui Divisi Receiving and Storage. Barang yang telah memenuhi persyaratan dapat segera diangkut menuju gudang penyimpanan. Sebelum memasuki gudang penyimpanan, produk didata sesuai prosedur yang berlaku di Hero Gatsu. Setelah penyimpanan, produk akan 40

8 mengalami proses persiapan sebelum akhirnya dipajang dalam showcase. Observasi selama kegiatan operasional mencakup prosedur penerimaan dan penanganan produk, upaya pengendalian suhu, dan tindakan sanitasi. Selain itu, dilakukan pula observasi terhadap kondisi karyawan, lingkungan kerja, aktivitas penjualan, dan perilaku konsumen (pelanggan). Untuk mempermudah proses verifikasi, pengambilan dokumentasi dilakukan sekaligus dengan kegiatan observasi. Selain itu, wawancara dan pengambilan data sekunder diperlukan untuk menambah informasi dan memperjelas hasil observasi. Data seputar perusahaan dan prosedur-prosedur di Hero Gatsu diperoleh melalui Divisi Human Resources dan Divisi Administration atas persetujuan manajer dan pembimbing lapang. Lokasi pengambilan data dan dokumentasi selain di gerai Hero Gatsu, juga di bagian Human Resources and Development (HRD) dan bagian Hubungan Eksternal yang bertempat di Kantor Pusat Hero Supermarket. B. EVALUASI PENERAPAN GRP 1. Penerapan Aspek-aspek GRP a. Penguasaan Pengetahuan oleh Karyawan Pengetahuan seputar produk pangan segar dan cara penanganannya diperoleh karyawan dari berbagai seminar dan pelatihan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh manajemen Hero Supermarket dan sesekali bekerjasama dengan pemasok atau produsen produk pangan segar, serta pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perikanan dan Kelautan. Sedangkan, informasi mengenai peluang pasar, perkembangan usaha ritel, ketentuan persyaratan produk dan aktivitas penjualan di industri ritel, serta regulasi terkait perdagangan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia). Waktu pelaksanaan seminar dan pelatihan tidak terbatas oleh waktu tertentu atau bersifat fleksibel. Seminar dan pelatihan juga menjadi wadah bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian teknis terkait proses persiapan dan penyajian produk pangan segar untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Untuk menilai keberhasilan penguasaan materi pelatihan, karyawan wajib menjalani serangkaian tes di akhir kegiatan pelatihan. Hasil tes akan disampaikan kepada manajer gerai di tempat karyawan bekerja dan menjadi pertimbangan dalam menilai kinerja karyawan sehari-hari. Karyawan yang telah lulus uji akan memperoleh sertifikat dari pihak penyelenggara pelatihan yang kebanyakan adalah pihak manajemen Hero Supermarket. Namun, hal ini dianggap belum memenuhi persyaratan menurut ABC Retail Food Inspection Guide. Sertifikat yang ada kurang dapat menjamin profesionalisme karyawan untuk menerapkan GRP karena status sertifikasi tidak memberlakukan mekanisme audit dan perbaharuan dalam jangka waktu tertentu. Untuk menilai kekonsistenan karyawan dalam menerapkan GRP, manajemen Hero Gatsu menerapkan sistem audit internal. b. Kesehatan Karyawan dan Praktik Higiene Manajemen Hero Gatsu sangat memperhatikan kondisi kesehatan para karyawan untuk menjaga kemungkinan tersebarnya bibit penyakit ke karyawan lain, peralatan, atau makanan. Selama bekerja, karyawan tidak memperoleh pengecekan kesehatan secara berkala dari pihak manajemen secara langsung. Karyawan yang diketahui mengidap suatu penyakit, baik menular maupun tidak, serta yang menderita luka terutama pada bagian yang mudah terpapar udara diizinkan untuk tidak bekerja. Kesehatan karyawan merupakan tanggung jawab semua pihak. Selain kesehatan karyawan, praktik higiene berperan penting pada mutu 41

9 keseluruhan produk pangan segar secara mikrobiologi. Praktik higiene meliputi upaya karyawan menjaga kondisi higiene selama bekerja dan ketaatan para karyawan untuk menggunakan seragam beserta atribut pelengkap sesuai kebutuhannya masing-masing (Gambar 9). Penggunaan atribut seperti masker, sarung tangan, topi atau hair net, apron (celemek), dan sepatu plastik perlu dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang antara tubuh karyawan dengan peralatan dan produk. Hero Gatsu tidak menyediakan masker bagi para karyawan. Kebiasaan karyawan yang berpotensi mengkontaminasi peralatan dan produk pangan antara lain makan, minum, dan merokok di sekitar area penanganan produk. Aktivitas makan dan minum di area rawan kontaminasi masih sering dilakukan oleh karyawan. Walaupun termasuk bentuk pelanggaran minor atau tidak menyebabkan bahaya kesehatan secara signifikan, namun apabila kebiasaan ini terus dilakukan dapat menimbulkan persepsi negatif bagi para pelanggan yang datang berbelanja. Selain itu, kebiasaan karyawan mengganti pakaian di dalam toilet atau tidak melepas apron dan sepatu kerja saat ke toilet semakin memperparah kemungkinan kontaminasi silang ke produk. Hal ini terjadi karena Hero Gatsu belum menyediakan fasilitas khusus untuk tempat mengganti pakaian kerja karyawan. Gambar 9. Pakaian Kerja Karyawan Dari semua sumber kontaminasi, karyawan merupakan sumber kontaminasi terbesar. Karyawan yang tidak mengikuti praktik-praktik higiene dapat mengkontaminasi produk yang mereka sentuh. Mikroba yang berasal dari karyawan dapat berupa mikroba pembusuk dan mikroba patogen yang terbawa pada saat bekerja dan dari lingkungan sekitar. Tangan, rambut, hidung, dan mulut merupakan gudang mikroba yang dapat ditransfer ke produk selama pengemasan, persiapan, dan penyajian melalui kontak langsung, serta aktivitas seperti bernapas, batuk, dan bersin. Suhu tubuh manusia yang hangat merupakan salah satu faktor penyebab mikroba berkembang biak dengan cepat dan diperparah dengan kurangnya penerapan praktik-praktik higiene. Jika setiap orang yang menangani makanan dapat menjalankan praktik higiene dengan baik, maka kontaminasi makanan juga dapat diminimalkan (Marriott dan Gravani 2006). Penerapan praktik higiene yang ada selama ini sedikit menggambarkan pengetahuan karyawan mengenai higiene makanan dan keterkaitannya dengan keamanan pangan. Sebagai contoh, karyawan yang menangani produk perikanan segar kurang mempedulikan praktik 42

10 higiene dibandingkan karyawan pada produk daging. Padahal kedua jenis produk tersebut tergolong PHF sehingga sangat mudah mengalami kerusakan fisik maupun mikrobiologi. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan karyawan kurang memadai mengenai karakteristik produk pangan segar. c. Pencegahan Kontaminasi oleh Tangan Fasilitas cuci tangan berupa wastafel yang dimiliki Hero Gatsu sudah cukup memadai. Wastafel disediakan di setiap area persiapan produk pangan segar. Masing-masing wastafel dilengkapi oleh sabun antiseptik dan pasokan air bersih yang mengalir lancar. Sarana pengering tangan belum tersedia dengan baik. Hal ini memungkinkan karyawan menggunakan pakaian yang dikenakannya untuk mengeringkan tangan. Fasilitas cuci tangan yang baik diperlukan untuk mendukung kondisi yang saniter saat proses penanganan produk dan higiene karyawan. Sarung tangan yang digunakan karyawan Hero Gatsu bersifat sekali pakai (singleuse) sehingga penggunaannya hanya terbatas pada waktu tertentu saja, seperti saat akan melayani konsumen. Divisi yang telah menerapkan penggunaan sarung tangan yang baik adalah divisi yang menangani produk daging (Meat-Delicatesen), sedangkan divisi produk perikanan (Fish) dan hortikultura segar (Produce) masih kurang konsisten dalam penggunaan sarung tangan ini. Penggunaan sarung tangan oleh Divisi Fish yaitu pada saat penataan es di atas room showcase, sedangkan Divisi Produce yaitu pada saat mempersiapkan produk buah durian prepackaged. Praktik yang baik sebenarnya sudah ditunjukkan oleh beberapa karyawan di semua divisi, namun karena tidak diterapkan oleh seluruh karyawan, maka parameter ini dinilai sebagai pelanggaran mayor. Salah satu cara pencegahan kontaminasi silang, yaitu dengan menjaga kebersihan tangan sebelum memulai pekerjaan. Tangan yang kotor merupakan agen pembawa mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit asal pangan (Marriott dan Gravani 2006). Menurut California Retail Food Code (2011), sabun pencuci tangan harus mengandung mg/l senyawa klorin atau mg/l amonia kuartener. d. Hubungan antara Waktu dan Suhu Kegiatan pengendalian suhu sudah dilakukan pada saat produk pangan segar didistribusikan ke Hero Gatsu. Penggunaan fasilitas pendingin tergantung dari kemampuan pemasok atau distributor. Dari hasil pengamatan, tidak ada perbedaan suhu antara produk hortikultura dan hewani segar selama proses distribusi. Suhu yang digunakan berkisar antara (-5)-0 0 C. Pertimbangannya adalah para pemasok atau distributor mengirim produk hewani segar sudah dalam kondisi beku dan disimpan dalam kontainer yang berisi es untuk mencegah penurunan suhu secara drastis. Selama proses penerimaan, karyawan diharuskan memantau suhu produk dengan termometer. Namun, praktik ini belum berjalan dengan baik karena pemantauan suhu hanya tertuju pada kendaraan pengangkut produk. Lama proses penerimaan juga tidak boleh melebihi 15 menit agar suhu produk tidak semakin meningkat. Walaupun proses penerimaan diatur secepat mungkin, kegiatan pencatatan waktu tidak dilakukan oleh karyawan sehingga tidak dapat dipastikan apakah proses telah melebihi waktu 15 menit atau tidak. Pengendalian suhu produk pangan merupakan praktik kritis dalam menjaga keamanan pangan. Semua produk pangan berpotensi ditumbuhi mikroorganisme pada kisaran suhu tertentu, terutama yang termasuk ke dalam danger zone, yaitu C (Keller 2000). 43

11 e. Perlindungan terhadap Kontaminasi Pengendalian mutu dilakukan setiap harinya di lokasi penempatan produk. Obyek pengecekan tertuju pada kondisi produk (meliputi tanggal kadaluarsa dan sifat organoleptik, seperti visual dan aroma), bahan penunjang, dan peralatan atau perlengkapan yang kontak langsung dengan produk. Kerusakan produk akibat reaksi kimia dan pertumbuhan mikroorganisme dapat memicu kerusakan di bagian lainnya. Karena itu, produk rusak tidak boleh diletakkan bersamaan dengan produk bermutu baik. Produk rusak hasil penyortiran pada saat persiapan dan pemajangan, dicatat sebagai produk broken stock. Semua proses telah terekam dan terpantau dengan baik oleh supervisor di masing-masing divisi. Es sebagai media pendingin produk pangan segar, seperti produk perikanan berasal dari sumber air bersih dan bersifat sekali pakai. Selain itu, kemasan pangan yang kontak langsung dengan produk siap konsumsi (ready to eat) harus bersih dan bersifat food grade. Sebelum digunakan, kemasan sebaiknya masih terbungkus rapi agar tidak terpapar oleh kontaminasi lingkungan luar. Peralatan atau perlengkapan yang kontak dengan produk dibersihkan dan disanitasi secara rutin sebelum digunakan. Peralatan yang dimiliki oleh Hero Gatsu bersifat otomatis dan semi otomatis. Peralatan yang bersifat otomatis adalah ice maker machine dan yang bersifat semi otomatis antara lain meat slicer, meat grinder, meat-bone saw, dan mesin vacuum packaging. Umumnya, peralatan atau perlengkapan terbuat dari stainless steel dan bahan plastik yang kuat. Jadwal pembersihan dan sanitasi alat terutama pisau untuk memotong buah dan trimming sayuran belum terlaksana dengan baik. Kesadaran karyawan terutama Divisi Produce masih dirasa kurang terkait pentingnya sanitasi peralatan atau perlengkapan yang kontak langsung dengan produk. f. Produk Pangan dari Sumber yang Telah Disetujui Produk pangan segar terdiri dari produk utuh dan yang telah dikemas menjadi produk olah minimal atau produk prepackaged. Produk yang dijual harus memenuhi standar mutu atau spesifikasi yang berfungsi sebagai parameter kelayakan jual. Standar mutu bertujuan untuk menjaga keseragaman mutu, memenuhi permintaan konsumen, melancarkan aktivitas penjualan, dan meningkatkan status keamanan dan kesehatan produk pangan (Muhandri dan Kadarisman 2008). Seluruh karyawan menjadikan mutu produk sebagai prioritas utama. Kegiatan pembelian produk dapat dilakukan oleh manajemen Hero Supermarket melalui Divisi Merchandising dan pihak Hero Gatsu. Terdapat tiga tipe produk berdasarkan cara pembeliannya, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C (Tabel 9). Semua aktivitas pembelian produk memiliki catatan atau recording yang baik. Recording membantu dalam pengambilan keputusan terkait pemesanan jenis dan jumlah produk selanjutnya. Seluruh audit pemasok atau distributor produk pangan segar dilakukan saat produk berada di HSDC, yaitu gudang terbesar milik Hero Supermarket. Audit ini dibawah pengawasan pusat Divisi Merchandising Hero Supermarket yang sekaligus menetapkan standar mutu. Standar mutu dititikberatkan pada penampakan fisik produk, praktik budidaya yang baik oleh para produsen, dan praktik penanganan produk pangan yang baik oleh para pemasok atau distributor. Produk hortikultura segar mendapat pengawasan ketat terkait penggunaan pestisida atau insektisida selama proses pembudidayaan. Produk daging telah dilengkapi dengan sertifikat halal dari LPPOM MUI dan pernyataan yang menunjukkan hewan dalam kondisi sehat dan bebas dari penyakit berbahaya. Manajemen Hero 44

12 Supermarket juga mengadakan kunjungan ke beberapa pemasok atau distributor untuk melihat langsung prosedur penanganan produk selama produksi primer. Terkadang masih dijumpai produk yang tidak memenuhi standar mutu yang dikirim oleh pemasok atau distributor. Keputusan penolakan atas penerimaan produk menjadi hak sepenuhnya manajemen Hero Supermarket karena kasus ini dapat mengakibatkan kerugian secara finansial dan hilangnya kepercayaan konsumen terhadap mutu terbaik yang ditawarkan oleh Hero Supermarket. Tabel 9. Tipe Produk Pangan Segar berdasarkan Cara Pembelian Tipe Pembelian A Produk dipesan langsung oleh Divisi Merchandising Hero Supermarket. Kemudian data pesanan akan dikirim kepada pemasok atau distributor (HSDC). Setelah prosedur pembelian terpenuhi, produk pesanan langsung dikirim ke Hero Gatsu dan dilakukan pendataan sebagai bukti penerimaan produk. B Produk dipesan oleh pihak Hero Gatsu kepada Hero Supermarket. Kemudian data pesanan akan dikirim kepada pemasok atau distributor (HSDC). Setelah prosedur pembelian terpenuhi, produk pesanan langsung dikirim ke Hero Gatsu dan dilakukan pendataan sebagai bukti penerimaan produk. C Produk dipesan oleh pihak Hero Gatsu langsung kepada pemasok atau distributor (HSDC). Setelah prosedur pembelian terpenuhi, produk pesanan langsung dikirim ke Hero Gatsu dan dilakukan pendataan sebagai bukti penerimaan produk. g. Kesesuaian dengan Prosedur yang Telah Disetujui Hero Gatsu belum mengajukan rencana HACCP (HACCP plan) dan ISO 9001, sehingga persyaratan standar keamanan pangan terbatas pada SOP internal. Seluruh prosedur baku kegiatan operasional gerai tertuang dalam SOP Hero Supermarket. Macam-macam SOP terkait penanganan produk pangan segar antara lain: Fresh Receiving: prosedur penerimaan produk dari pemasok atau distributor. Fresh Ordering berisi prosedur pemesanan produk ke pemasok atau distributor. Hygiene dan Sanitation of Fresh Product: prosedur panduan praktik higiene dan sanitasi karyawan maupun peralatan selama berkerja. Broken Stock Control: prosedur pengendalian produk rusak. Prepacked Fresh Product: prosedur pembuatan produk pangan segar menjadi produk prepackaged. h. Pemberitahuan Konsumen Pemberitahuan konsumen wajib diberikan terkait produk yang bersifat Potentially Hazardous Food (PHF). Produk PHF mencakup produk pangan segar, produk setengah matang, dan produk siap saji. Hero Gatsu menjual produk siap saji yang tergolong PHF, yaitu batagor dan burger. Keduanya menggunakan produk pangan segar sebagai bahan baku 45

13 utama. Informasi umumnya disampaikan langsung oleh karyawan mengenai tingkat kematangan produk setelah proses pemasakan. Pemasakan produk siap saji harus benar-benar matang atau disesuaikan dengan permintaan konsumen. Sebagian besar produk pangan segar yang dibeli Hero Supermarket bersifat curah. Label produk hanya tertera pada kemasan karton yang disediakan oleh produsen, pemasok, atau distributor. Karena itu, label didesain sendiri oleh Hero Supermarket untuk mempermudah dalam pengecekan kesegaran produk dan sistem pembayaran. Label tidak mudah luntur atau hilang. Hal terpenting adalah melalui label konsumen dapat mengetahui umur produk dan batas pengkonsumsian yang baik. i. Ketersediaan Air Sarana penyediaan air bersih berupa kran-kran yang terhubung oleh saluran air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Propinsi DKI Jakarta. Pengaliran air bersifat kontinu supaya tidak menimbulkan kondisi kekurangan air. Apabila terjadi hambatan dalam penyaluran air, maka seluruh kran mati dan tidak ada sumber air pengganti untuk keperluan konsumsi karyawan, kegiatan operasional, dan pencucian peralatan proses. Air bersih digunakan untuk berbagai keperluan karyawan dan proses penanganan produk pangan. Fasilitas penyediaan air bersih tidak dilengkapi air panas dan air hangat. Air panas dibutuhkan untuk proses sanitasi peralatan pangan, sedangkan air hangat untuk keperluan cuci tangan. Ketidaktersediaan air panas ini menjadi faktor signifikan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran mayor. Air bersih tidak dapat dikonsumsi langsung atau tidak bersifat potable sehingga perlu proses pemanasan lanjut. Standar air minum yang aman tercantum dalam SNI Syarat air bersih yang dijadikan media pendingin produk perikanan (es) tercantum dalam SNI j. Pembuangan Limbah Program pengelolaan buangan atau sampah merupakan hal terpenting dalam upaya pemeliharaan kebersihan lingkungan gerai. Produk pangan segar yang termasuk kategori broken stock (mencakup produk cacat, tidak layak jual, tidak layak konsumsi atau kadaluarsa, serta sisa hasil trimming dan proses persiapan) akan ditimbang dan dihancurkan terlebih dahulu secara manual sebelum dibuang ke tempat sampah. Proses pembuangan sampah wajib melaporkan berita acara pemusnahan barang rusak atau broken stock dan disaksikan oleh supervisor Divisi Receiving and Storage, petugas keamanan atau security, dan manajer gerai. Produk broken stock merupakan sampah yang bersifat organik, sehingga mengalami pembusukan dengan cepat. Karena itulah, pengelolaan sampah dilakukan setiap dua kali sehari agar tidak menimbulkan bau yang kurang sedap dan menjadi sumber pencemaran bagi produk dan lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan merupakan limbah rumah tangga, sehingga tidak diperlukan penanganan khusus dan dapat langsung dialirkan ke saluran pembuangan umum (selokan). k. Pencegahan dan Pengendalian Hama Hama yang umum ditemui di dalam gerai adalah serangga (lalat, kecoa, ordo Lepidoptera atau sejenis kutu, dan ordo coleoptera atau sejenis kupu-kupu) dan hewan pengerat (tikus). Upaya pencegahan hadirnya lalat dan serangga yaitu dengan pemasangan insect killer lamp di sekitar area persiapan produk, terutama produk daging dan perikanan. Penyemprotan insektisida sesekali dilakukan sebagai bentuk pengendalian hama di sekitar 46

14 lokasi produk hortikultura segar. Pencegahan hama tikus dilakukan dengan menutup semua lubang-lubang yang menjadi tempat keluar masuknya tikus dari luar area gerai. Hama tikus dan serangga cukup sulit dikendalikan akibat upaya pencegahan yang kurang maksimal dari segi kondisi bangunan. Penyebab utamanya adalah desain dan konstruksi bangunan yang masih bisa dilalui hama tikus dan jumlah insect killer lamp yang sangat terbatas. l. Tindakan Supervisi Karyawan termasuk supervisor disebut Person in Charge (PIC). PIC dituntut untuk menguasai pengetahuan produk, cara penanganan, dan cara penggunaan peralatan proses yang baik dan benar. Masing-masing divisi produk pangan segar di Hero Gatsu harus dijaga minimal oleh satu orang PIC. Pelanggaran yang kerap dilakukan PIC Divisi Meat- Delicatesen dan Divisi Fish adalah tidak selalu berada pada lokasi tugasnya pada saat jam kerja. Akibatnya, proses penanganan produk dan peralatan proses tidak terkendali dengan baik dan konsumen kesulitan untuk mendapatkan pelayanan saat berbelanja. Namun hal ini masih dapat ditangani oleh karyawan lain yang bertugas di divisi lain. m. Kebersihan Personal Kebersihan personal menjadi perhatian penting manajemen Hero Gatsu karena mencerminkan mutu pelayanan yang prima. Praktik yang dilakukan seluruh karyawan sebelum bekerja antara lain mandi, membersihkan rambut, dan memotong kuku yang mulai panjang atau kotor. Karyawan pria mencukur kumis dan jenggot agar terlihat lebih rapi. Pakaian dan perlengkapan kerja wajib terjaga kebersihannya dari noda sisa makanan, tanah, dan kotoran lain yang melekat. Selain mengurangi risiko kontaminasi silang, semua praktik tersebut dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan lain dan pelanggan tentunya. n. Persyaratan Umum Keamanan Pangan Produk pangan segar beku yang telah disimpan dalam freezer cukup menyulitkan proses persiapan. Teksturnya yang padat dan keras tidak diperbolehkan langsung dijual kepada konsumen. Untuk itu, perlu perlakuan thawing untuk mengembalikan tekstur awal produk. Proses thawing berada pada suhu refrigerasi dan waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari dua jam. Pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang terhadap buah-buahan, sayuran, makanan olahan, es krim, ikan, dan unggas dianggap sangat merugikan (Desrosier 1988). Menurut FDA (2005), produk yang berpotensi bahaya tidak boleh didiamkan selama lebih dari empat jam pada suhu danger zone. Keragaman produk pangan segar menuntut karyawan melakukan upaya perlindungan menurut karakteristik masing-masing jenis produk. Berbagai upaya dilakukan untuk menghindari risiko bahaya keamanan pangan. Karyawan melakukan pemisahan produk berdasarkan jenisnya agar tidak terjadi kontaminasi silang. Penempatan produk dilakukan minimal 6 inchi dari permukaan lantai. Produk perikanan segar tidak boleh direndam dalam potongan es terlalu lama untuk mencegah kerusakan dingin. Berbeda halnya dengan produk hortikultura dan daging segar. Perendaman di dalam potongan es dapat menyebabkan terserapnya air ke dalam produk, sehingga praktik penggunaan es tidak diperbolehkan. Hero Gatsu menawarkan produk olah minimal dari buah-buahan segar. Beberapa produk, seperti mangga, apel, melon, dan papaya dicuci terlebih dahulu sebelum proses pengupasan. Pencucian menggunakan air bersih bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan bahan kimia yang melekat pada kulit buah. Bagi produk yang mudah mengalami reaksi 47

15 pencoklatan enzimatis, dilakukan perendaman dengan larutan garam sekitar 20 menit. Menurut FDA (2009), air yang kontak langsung dengan produk pangan siap konsumsi harus bersifat potable. Namun kenyataannya, air yang digunakan dalam proses persiapan hanya sebatas air bersih dan tidak bersifat potable. Setelah pencucian atau perendaman, produk diletakkan dalam wadah stirofoam bersih dan dikemas dengan plastik polietilen elastis (produk prepackaged). Selain produk, penggunaan dan penyimpanan bahan-bahan toksik dan berbahaya menjadi perhatian serius seluruh karyawan. Masing-masing bahan dikemas dalam wadah tertutup dan diberi label dengan jelas. Bahan toksik dipisahkan dari seluruh area penanganan produk pangan segar dan disimpan dalam lemari-lemari tertutup. Praktik ini sudah cukup efektif untuk menghindari kemungkinan bahan-bahan berbahaya masuk ke dalam produk pangan secara tidak sengaja. Bahan yang digunakan karyawan terdiri dari cairan sanitasi, desinfektan, dan bahan insektisida (Tabel 10). Tabel 10. Jenis Bahan Toksik yang Digunakan oleh Hero Gatsu No. Nama Produk Fungsi 1. Break Up Pembersih bekas lemak dan nabati permukaan benda keras 2. New Stream Larutan khusus pencuci peralatan dapur 3. J-80 Sanitiser Larutan sanitasi untuk menghilangkan mikroorganisme dari permukaan yang berhubungan dengan pemrosesan makanan 4. Befresh non parfume Sabun cair pencuci tangan 5. Glance glass cleaner Larutan siap pakai pembersih untuk kaca 6. Go Getter Cairan untuk pembersih toilet 7. Brite plus lemon Pembersih lantai dengan aroma lemon, mengandung desinfektan 8. Bold Cairan untuk membasmi lalat o. Penyimpanan pangan, Pemajangan, atau Pelayanan 1) Penyimpanan Gudang penyimpanan bahan baku yang dimiliki oleh Hero Gatsu sudah cukup memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam proses penyimpanan produk pangan segar. Penyimpanan produk hortikultura segar yaitu di gudang dingin atau chiller yang terisolasi dengan konstruksi lantai, dinding, dan atap terbuat dari alumunium. Chiller berukuran 3x3 m 2 dan bersuhu 0 0 C. Gudang beku atau freezer yang masing-masing berukuran 2x3 m 2 digunakan untuk menyimpan produk perikanan bersuhu C, sedangkan produk daging bersuhu C. Gudang berperan penting dalam menjaga mutu dan kesegaran produk pangan segar selama proses penyimpanan. Masing-masing produk memiliki karakterisitik fisik dan kimia berdasarkan komponen penyusunnya. Produk hortikultura segar umumnya cocok disimpan pada suhu dingin antara C (Hariyadi 2008). Produk hewani segar yang meliputi produk daging dan produk perikanan memiliki sifat intrinsik, seperti aktivitas air, ph, suhu, dan kandungan nutrisi yang berpotensi lebih besar menjadi substrat mikroba dibandingkan dengan produk hortikultura segar. Untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pembusuk dan patogen, suhu penyimpanan diatur pada suhu 48

16 beku, yaitu (-20)-(-25) 0 C. Ketidaksesuaian suhu penyimpanan menyebabkan terjadinya chilling injury maupun freezing injury yang merusak mutu dan daya jual produk. Penataan produk perikanan dan hortikultura segar di dalam gudang penyimpanan sudah cukup rapi dan diatur sesuai jenis produknya. Karyawan memberikan jarak antar produk, sehingga penetrasi udara dingin tidak terhalang. Namun, praktik ini belum terlaksana dengan baik di gudang penyimpanan produk daging. Produk tidak terpisah dengan baik dan terkesan overload akibat terlalu banyaknya produk yang disimpan melebihi kapasitas gudang. Kondisi ini tidak menghalangi karyawan Divisi Meat-Delicatesen untuk tetap menerapkan sistem FIFO. Kegiatan sanitasi dan pembersihan gudang penyimpanan secara rutin bertujuan untuk mengurangi risiko kontaminasi oleh material-material debu dan spora mikroba yang berasal dari udara dan bagian-bagian, seperti dinding, lantai, dan kipas. Hero Gatsu sudah menjalankan kegiatan sanitasi dan pembersihan gudang penyimpanan hanya saja rentang dan konsistensi waktu pelaksanaan terhambat oleh keberadaan stok produk yang cukup padat di dalam gudang. 2) Pemajangan Hero Gatsu memiliki tiga jenis showcase, yaitu cold showcase, frozen showcase, dan room showcase. Cold showcase tersusun atas rak-rak bertingkat yang dilengkapi dengan refrigerator bersuhu antara C (Gambar 10). Sebagian besar produk hortikultura diletakkan pada cold showcase untuk mengurangi kerusakan dan kelayuan akibat peningkatan metabolisme. Karena kapasitas cold showcase terbatas, beberapa produk buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, dan buah-buahan tropis diletakkan pada room showcase yang bersuhu antara C (Gambar 11). Seluruh showcase dilengkapi dengan informasi tiap jenis produk atau Point of Purchase (POP). POP dibuat secara benar, jelas, dan menarik. Informasi yang disajikan berupa nama produk dan harga dalam satuan berat tertentu. Gambar 10. Cold Showcase Produk Hortikultura Gambar 11. Room Showcase Produk Hortikultura 49

17 Room showcase produk perikanan dilengkapi potongan es kasar sebagai media pendingin produk (Gambar 12). Produk daging dipajang pada frozen showcase yang bersuhu -4 0 C (Gambar 13). Sebagian besar showcase didesain terbuka bagi pelanggan untuk melakukan kontak fisik terhadap produk pangan segar. Kontaminasi silang antara pelanggan dengan produk sulit dihindari. Sebagai upaya pencegahan semakin besarnya risiko kontaminasi, Hero Gatsu menyediakan alat penjepit yang digunakan untuk mengambil produk perikanan dan daging. Pelanggan tidak mudah mengakses produk daging non prepackaged secara langsung karena frozen showcase dilengkapi kaca penutup. Karyawan sangat berhati-hati selama melayani konsumen. Showcase yang berpenutup tidak boleh dibuka terlalu sering. Pengambilan produk disesuaikan dengan pesanan pelanggan. Kondisi demikian terbukti efektif untuk mencegah kontaminasi silang dari lingkungan luar dan menjaga kekonsistenan suhu produk. Showcase produk halal dan non halal terletak terpisah dengan sekat kaca. Informasi pada showcase produk non halal harus dibuat sejelas dan semenarik mungkin. Praktik ini bertujuan untuk melindungi pelanggan muslim dari kesalahan pembelian produk non halal. Gambar 12. Room Showcase Produk Perikanan Gambar 13. Frozen Showcase Produk Daging Kebersihan showcase dipantau setiap hari oleh masing-masing divisi di Departemen Fresh, seperti Divisi Produce, Divisi Fish, dan Divisi Meat-Delicatesen. Secara rutin, alas showcase dibersihkan dari sisa-sisa potongan produk dan lampu penerang diperiksa dari kemungkinan adanya noda bintik lalat. Saluran showcase dibersihkan menggunakan air panas dan bahan sterilisasi yang sesuai. 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

A. MEMPELAJARI KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. MEMPELAJARI KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. METODOLOGI A. MEMPELAJARI KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

Suatu uhaha preventif pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang

Suatu uhaha preventif pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang Suatu uhaha preventif pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. suatu usaha preventif pencegahan penyakit

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN 93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sebuah proses produksi dari

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP 90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini?

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? 105 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? Ya Tidak Pertanyaan 2 (P2) Apakah anda/ pelanggan

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 1. Evaluasi a. Lokasi UKM Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi UKM Al-Fadh terletak ditengah perkampungan yang berdekatan dengan area persawahan

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN Mengapa higiene pekerja itu penting: 1. Pekerja yang sakit tidak seharusnya kontak dengan pangan dan alat yang digunakan selama pengolahan, penyiapan dan penyajian

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jl.Arjuna Utara 9, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 0 Indonesia Telp. (02) 674223 Fax. (02) 674248 Saya yang bertanda tangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dan sayuran lunak, berair dengan tingkat respirasi yang tinggi. Susu Mudah rusak (satu sampai beberapa minggu)

LANDASAN TEORI. dan sayuran lunak, berair dengan tingkat respirasi yang tinggi. Susu Mudah rusak (satu sampai beberapa minggu) II. LANDASAN TEORI A. PRODUK PANGAN SEGAR Konsumsi produk pangan segar telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Definisi produk pangan segar menurut PP No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan,

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X 7 Lampiran. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X. Kapan Anda datang untuk makan di Restoran ini? Jawaban:. Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawaban:. Selama makan di restoran ini,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING Penerimaan bahan makanan kering adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN - 18 - BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN A. PENYELENGGARAAN 1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan/atau pengusaha/pemilik/penanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii xiv xx BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga HANDOUT 8 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 12 dan 13 Pokok Bahasan : Penyimpanan Bahan Jumlah SKS : 3 sks 1.

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK

BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK - 11 - BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK Pengelolaan makanan pada jasaboga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan.

Lebih terperinci

7 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan

7 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan 90 7 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan Kemungkinan Terjadi (Probability) Tinggi : sering terjadi Sedang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur.

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur. LAMPIRAN 74 59 Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur. 74 75 Lampiran 2 Tabel observasi kegiatan proses pembuatan tuna loin beku (data verivikasi) Nama tahapan

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci