V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani gurem terhadap rumahtangga pertanian paling tinggi di pulau Jawa (80.14 persen). Jumlah rumahtangga petani gurem di DIY sebesar unit, Kabupaten Bantul persen, Kulon Progo persen, Gunung Kidul persen, Sleman persen dan Kotamadya Yogyakarta terdapat 0.71 persen rumahtangga petani gurem. Jumlah petani gurem di DIY setiap kabupaten/kotamadya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Banyaknya Rumahtangga Pertanian dan Rumahtangga Petani Gurem Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2007 No. Kabupaten/ Kotamadya Rumahtangga Pertanian (unit) Rumahtangga Petani Gurem Persentase terhadap Total Rumahtangga Petani Gurem DIY Jumlah (unit) (%) (%) 1 Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman Yogyakarta J u m l a h Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Secara geografi masing-masing wilayah mempunyai ciri yang berbeda, ada yang terletak di wilayah dataran tinggi (pegunungan) yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman dan ada yang terletak di dataran rendah (pantai), yaitu Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul serta Kotamadya Yogyakarta. Dua kabupaten terpilih adalah Kabupaten Kulon Progo yang mewakili wilayah

2 100 pegunungan dan Kabupaten Bantul yang mewakili wilayah pantai. Kedua kabupaten tersebut dijadikan lokasi penelitian berdasarkan agroekologi, mengingat distribusi petani Provinsi DIY menyebar berdasarkan tipologi tersebut dan sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian dengan tanaman pokok adalah tanaman pangan Penduduk dan Lapangan Pekerjaan Pada tahun 2007 penduduk Provinsi DIY berjumlah jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0.99 persen jumlah penduduk meningkat menjadi jiwa pada tahun Apabila dilihat dari komposisi penduduk berdasar usia dan jenis kelamin, persen merupakan penduduk pada usia muda (0-14 tahun), usia kerja produktif (15-55 tahun) sebanyak persen dan usia tua (55 tahun keatas) sebanyak persen. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Provinsi DIY Tahun Kelompok Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Umur Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) (6.28) (6.25) (5.89) (5.96) (6.09) ( (5.95) (6.04) ( (5.69) (5.84) (5.87) (6.77) (6.53) (6.48) (6.25) (6.63) (6.39) (65.44) ( (63.25) (63.33) (64.34) (64.43) 55 Keatas (15.56) (15.66) (18.66) (18.77) (17.10) (17.20) Jumlah Sumber : Statistik DIY 2008, Badan Pusat Statistik, DIY. Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase

3 101 Jumlah pengangguran Provinsi DIY pada tahun 2007 di wilayah desa 26,637 jiwa dan wilayah kota sebesar jiwa. Hal ini mengalami perubahan dari tahun sebelumnya (2006), untuk wilayah desa sebesar 30,492 jiwa dan wilayah kota sebesar jiwa. Berarti terjadi pergeseran penduduk yang menganggur dari desa ke kota, banyak penduduk yang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Provinsi DIY mencapai jiwa dengan luas areal km 2 dan memiliki kepadatan penduduk sebesar jiwa/km 2. Kepadatan penduduk Kabupaten Bantul ( jiwa/km 2 ) lebih tinggi dibanding Kabupaten Kulon Progo ( jiwa/km 2 ). Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2007 No. Kabupaten/ Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Kotamadya (jiwa) (km 2 ) Penduduk (jiwa/km ) 1 Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman Yogyakarta Jumlah Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Kegiatan penduduk yang berumur 15 tahun keatas sebanyak persen masih sekolah dan persen bekerja, sedangkan lainnya mempunyai kegiatan sedang mencari pekerjaan, mengurus rumahtangga dan pekerjaan lainnya. Artinya ada persen merupakan penduduk angkatan kerja yang berumur produktif dan persen penduduk umur produktif tersebut sudah mendapatkan

4 102 penghasilan. Jumlah penduduk yang berumur 15 tahun keatas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Provinsi DIY Menurut Kegiatan Tahun 2007 No. Kegiatan Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Jumlah (jiwa) Persentase (%) Angkatan Kerja Bekerja Mencari Pekerjaan Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumahtangga Lainnya Jumlah Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Lapangan kerja yang tersedia adalah sektor pertanian dan luar sektor pertanian yaitu sektor industri, pertambangan, perdagangan, angkutan, komunikasi dan sektor lainnya. Sumber penghasilan rumahtangga pertanian berasal dari sektor pertanian dan sumber lainnya. Pada Tabel 5 dapat dilihat ada 8.61 persen rumahtangga masih bekerja sebagai buruh pertanian. Demikian juga di luar sektor pertanian, masih terdapat rumahtangga pertanian yang bekerja sebagai buruh di industri, pertambangan, perdagangan dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga petani juga bekerja sebagai buruh di sektor luar pertanian sebagai sumber penghasilan utama rumahtangga. Mata pencaharian rumahtangga petani di wilayah penelitian, selain sebagai petani yang mengelola lahan sawah, juga mempunyai pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian. Kegiatan sampingan anggota rumahtangga petani sampel Kabupaten Bantul adalah sebagai pedagang (8.03 persen), tukang bangunan (7.74 persen) dan masih ada jenis kegiatan lainnya. Anggota rumahtangga petani

5 103 sampel Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai tukang bangunan (7.96 persen) dan pedagang (6.73 persen). Sebanyak persen (Kabupaten Bantul) dan persen (Kabupaten Kulon Progo) adalah anggota rumahtangga yang berumur 10 tahun yang mempunyai pekerjaan produktif lain-lain seperti pembuat kerajinan, sebagai pembuat kue, bengkel yang jumlahnya kecil. Sebagian tidak bekerja dan sebagian lagi anggota rumahtangga yang masih sekolah. Secara rinci mata pencaharian rumahtangga pertanian berdasar sumber penghasilan utama ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Banyaknya Rumahtangga Pertanian Provinsi DIY Menurut Sumber Penghasilan Utama dan Status Pekerjaan Tahun 2003 No. Sumber Penghasilan Utama Jumlah Rumahtangga Pertanian Berdasar Status Pekerjaan (unit) Buruh Milik Sendiri Jumlah 1 2 Sektor Pertanian Luar Sektor Pertanian 1. Industri Pengolahan Hasil Pertanian (PHP) 2. Industri Bukan PHP 3. Pertambangan 4. Perdagangan 5. Angkutan, Penggudangan, Komunikasi 6. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dll ( ( (38.84) 687 (28.30) ( (46.48) (35.74) (91.39) (74.79) (61.16) (71.70) (90.69) ( (64.26) dari Penerimaan Lainnya (pensiun, sewa lahan, bunga, transfer, dll) Sumber : Statistik DIY 2003, Badan Pusat Statistik, DIY. Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase 0 (0)

6 Produksi Pertanian Wilayah Provinsi DIY persen merupakan lahan sawah, yang diusahakan dengan tanaman pangan dan sayuran. Komoditas tanaman pangan yang banyak ditanam adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, ketela pohon, ketela rambat dan masih ada beberapa komoditas pangan lain yang luasannya relatif kecil. Pada periode bulan September s/d Desember 2007 rata-rata dapat menghasilkan produktivitas tanaman pangan lebih besar dibanding periode sebelumnya. Produktivitas tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Produktivitas Tanaman Pangan Provinsi DIY Menurut Masa Tanam Tahun 2007 No. Jenis Tanaman Produktivitas Tanaman Pangan Berdasar Masa Tanam (kuintal/hektar) Januari-April Mei-Agustus September-Desember 1 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Ketela Pohon Ketela Rambat Sumber : Stastistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Sayuran yang ditanam oleh petani DIY adalah bawang merah, cabe merah, sawi, kacang panjang dan jenis sayuran lainnya. Bawang merah paling banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Bantul, mencapai produktivitas kuintal per hektar. Jenis sayuran lainnya adalah cabe merah dan yang paling tinggi produktivitasnya adalah Kabupaten Sleman (68.83 kuintal per hektar). Produktivitas sawi terbesar di Kabupaten Kulon Progo dan untuk produktivitas kacang panjang terbesar ada di Kabupaten Sleman. Wilayah Kotamadya

7 105 Yogyakarta tidak menghasilkan sayuran, rincian produktivitas sayuran per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produktivitas Sayuran Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2007 No. Jenis Sayuran Produktivitas Sayuran per Kabupaten (kuintal/hektar) Bantul Kulon Gunung Sleman DIY Progo Kidul 1 Bawang Merah Cabe Merah Sawi Kacang Panjang Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Buah-buahan di wilayah Provinsi DIY banyak dijumpai di lahan pekarangan milik petani, namun ada petani yang khusus memiliki lahan untuk usaha buah-buahan yang dikelola dengan menggunakan modal besar. Buah yang mempunyai produktivitas tertinggi adalah rambutan (triwulan, mangga (triwulan II) dan nangka (triwulan III dan IV), seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Produktivitas Buah-Buahan Provinsi DIY Menurut Musim Tanam Tahun 2007 No. Jenis Buah-Buahan Produktivitas Buah-Buahan per Triwulan (kg/pohon) I II III IV 1 Pisang Mangga Rambutan Nangka Jambu Air Jeruk Besar Nanas Belimbing Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY.

8 106 Komoditas perkebunan dan hutan banyak dijumpai di wilayah Provinsi DIY seperti kelapa (Bantul), kopi (Yogyakarta), jambu mete (Yogyakarta), kakao (Gunung Kidul), panili (Yogyakarta), cengkeh (Yogyakarta), teh (Bantul), tembakau (Kulon Progo), tebu (Bantul), jati dan masih ada tanaman lainnya. Produktivitas tanaman perkebunan paling tinggi adalah tebu (4.13 ton per hektar). Rata-rata produktivitas tanaman perkebunan di Provinsi DIY tahun 2007 per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produktivitas Tanaman Perkebunan Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2007 No Jenis Tanaman Perkebunan Produktivitas Tanaman Perkebunan per Kabupaten (ton/hektar) Tahun 2007 Bantul Kulon Gunung Sleman Yogya DIY Progo Kidul karta 1 Kelapa Cengkeh Kopi Jambu Mete 5 Kakao Panili Tembakau Tebu The Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY Pendidikan dan Kesehatan Fasilitas pendidikan bagi usia sekolah telah tersedia dari tingkat pra sekolah sampai sekolah lanjutan atas. Bagi para warga yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi tersedia di Kota Yogyakarta. Penduduk Provinsi DIY sudah banyak yang memperoleh pendidikan sampai perguruan tinggi. Dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY diperoleh data penduduk yang

9 107 berumur lebih dari 15 tahun yang telah menyelesaikan pendidikan setingkat SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan yang Ditamatkan Provinsi DIY Tahun 2007 No. Tingkat Pendidikan Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Berdasar Pendidikan yang Ditamatkan (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase 1 Tidak/Belum Sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/Universitas Jumlah Sumber : Statistik DIY 2007, Badan Pusat Statistik, DIY. Penduduk Provinsi DIY yang berumur 15 tahun keatas memiliki tingkat pendidikan SD (40.65 persen), kemudian disusul tingkat SLTA (24.90 persen), SLTP (20.13 persen) dan tingkat Akademi/Universitas (12.31 persen). Ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang mempunyai pendidikan formal rendah (SD). Dengan melihat komposisi tingkat pendidikan, sangat diperlukan upaya-upaya meningkatkan kualitas penduduk melalui pengembangan sumberdaya manusia. Upaya yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi setempat, dengan mencermati karakteristik, kemampuan dan kemauan penduduk, kondisi fisik dan fasilitas infrastruktur yang ada. Selain pendidikan formal yang diperoleh, masyarakat juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dengan mendapatkan tambahan keterampilan seperti mengikuti berbagai pelatihan baik di bidang Pertanian dan menghadiri penyuluhan yang diselenggarakan di wilayahnya. Menurut data yang ada di lokasi penelitian telah banyak penyuluhan yang diikuti rumahtangga petani

10 108 di bidang pertanian, seperti budidaya tanaman atau komoditas lainnya, pengolahan hasil, pemasaran hasil. Banyaknya rumahtangga pertanian yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian Provinsi DIY tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Banyaknya Rumahtangga Pertanian yang Pernah Mengikuti Penyuluhan Pertanian Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2003 No. Kabupaten/ Kotamadya 1 Bantul Kulon Progo Gunung Kidul 4 Sleman Yogyakarta 51 (0.05) JUMLAH Jumlah Rumahtangga Pertanian yang Mengikuti Penyuluhan Pertanian (unit) Pernah Tidak Pernah (21.24) (23.75) (16.85) (17.17) (39.86) (33.84) (22.00) ( Jumlah Rumahtangga Pertanian yang Pernah Mengikuti Penyuluhan (unit) Budidaya Pengolahan Pemasaran Lainnya Komoditas Hasil Hasil (0.73) : Statistik DIY 2003, Badan Pusat Statistik, DIY. Sumber Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Banyak fasilitas kesehatan sudah ada sampai ke pelosok desa, seperti puskesmas dan klinik. Begitu juga tenaga kesehatan dokter dan tenaga medis lainnya sudah di sebar ke seluruh wilayah. Tempat berobat yang dikunjungi petani adalah rumah sakit/puskesmas/poliklinik, praktek dokter, praktek petugas kesehatan dan praktek pengobatan tradisional. Masyarakat di masing-masing kabupaten telah memanfaatkan tempat berobat yang tersedia di wilayahnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian

11 109 besar masyarakat telah berobat di rumah sakit dan sekitar persen masyarakat yang sakit berobat secara mandiri kepada praktek dokter. Artinya bahwa masyarakat sudah mulai merubah pola berpikir tentang kesehatan, namun baru sebagian kecil saja yang berpikir tentang pengobatan preventif yaitu menjaga kondisi kesehatan agar tidak terserang penyakit. Tabel 12. Jumlah Rumahtangga Yang Berobat Berdasar Tempat Berobat Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2003 Kabupaten/ Kotamadya Jumlah Rumahtangga yang Berobat Berdasar Tempat Berobat (unit) Praktek Praktek Praktek Dokter Petugas Pengobatan Rumah Sakit/ Puskesmas/ Poliklinik Mengobati Sendiri Kesehatan Tradisional (19.80) (0.77) (7.60) (9.67) (0.55) (3.85) , (11.5 (1.44) (10.39) ) (0.9 (4.70) Bantul (47.93) (23.90) Kulon Progo (57.94) (27.99) Gunung Kidul (54.1 (22.54) Sleman (48.65) (28.65) Yogyakarta (79,2 (20.79) JUMLAH (51.8 (25.27) (14.67) Sumber : Statistik DIY 2003, Badan Pusat Statistik, DIY. Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase 2,461 ( (7.23) dan Pengeluaran Penghasilan rumahtangga petani berasal dari berbagai sumber, yaitu dari kegiatan usahatani, luar usahatani dan dari sumber lainnya. rumahtangga petani dari sektor pertanian diperoleh dari usaha padi, palawija, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, usaha peternakan, budidaya ikan, penangkapan ikan dan hasil dari hutan. usaha luar sektor pertanian adalah dari industri pengolahan hasil pertanian,

12 110 industri pengolahan bukan hasil pertanian, pertambanagn, perdagangan, angkutan dan komunikasi serta usaha lainnya. Rata-rata pendapatan per rumahtangga tertinggi adalah masyarakat wilayah Kabupaten Sleman, kemudian disusul Kotamadya Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo dan terendah adalah Kabupaten Gunung Kidul. Sebagian kecil rumahtangga menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Seperti di Kabupaten Bantul ada persen rumahtangga pertanian menyatakan masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhannya, Kabupaten Kulon Progo 4.89 persen, Gunung Kidul persen, Sleman persen dan Kotamadya Yogyakarta sebesar 5.53 persen (Statistik DIY 2009). Dilihat dari pendapatan rumahtangga petani Provinsi DIY dan sumbernya, maka persen rumahtangga petani memperoleh pendapatan dari usahatani keluarga dan 2.13 persen berasal dari penghasilan sebagai buruh tani. Penghasilan dari luar usahatani keluarga mencapai persen, sedangkan sebagai buruh luar usahatani sebesar persen, selebihnya persen berasal dari sumber lainnya. Rumahtangga petani Bantul paling tinggi memperoleh pendapatan dari usaha sebagai buruh luar pertanian (35.11 persen), sedangkan rumahtangga petani Kulon Progo berasal dari usahatani (27.07 persen). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kontribusi pendapatan luar usahatani rumahtangga petani Kabupaten Bantul (wilayah pantai) lebih tinggi dibanding pendapatan usahatani. Sedangkan kontribusi pendapatan luar usahatani rumahtangga petani Kabupaten Kulon Progo (wilayah pegunungan) lebih kecil dibanding pendapatan usahatani. Hal ini dikarenakan wilayah pantai yang topografinya relatif datar, lebih banyak tersedia

13 111 peluang ekonomi di luar sektor pertanian. Apabila dilihat dari sisi curahan waktu kerja, hasil penelitian menunjukkan di wilayah pantai rumahtangga petani lebih banyak mencurahkan waktunya di luar usahatani, sedangkan rumahtangga petani wilayah pegunungan lebih banyak mencurahkan waktunya untuk kegiatan di usahatani. Adapun rata-rata pendapatan per rumahtangga pertanian menurut kabupaten dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Rumahtangga Pertanian dan Sumber Provinsi DIY Menurut Kabupaten Tahun 2003 No. Kabupaten/ Kotamadya 1 Bantul Kulon Progo 3 Gunung Kidul 4 Sleman Yogyakarta 769 (4.68) Jumlah (19.59) Rata-Rata Rumahtangga Berdasar Sumber (x rupiah/tahun) Usaha Pertanian Usaha Luar Pertanian Lain Buruh Pertanian Buruh Luar Pertanian Jumlah (16.26) (22.86) (23.13) (2.64) ( (27.07) (19.73) (27.30) (2.96) (22.94) (23.77) (23.27) (23.9 (2.83) ( (17.33) (36.36) (14.00) (1.24) (31.07) (18.7 (41.36) (0) (28.0 (20.37) (2.13) : Statistik DIY 2003, Badan Pusat Statistik, DIY. Sumber Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase (35.25) (29.89) rumahtangga yang diperoleh digunakan untuk keperluan rumahtangga sebagai pengeluaran seperti untuk keperluan konsumsi pangan, bukan pangan dan untuk investasi usahatani, investasi sumberdaya manusia (pendidikan, pelatihan, kesehatan). Sisa pendapatan yang ada merupakan tabungan rumahtangga petani. Dari hasil penelitian diperoleh data, bahwa pada tahun 2003 rata-rata pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar Rp per kapita setiap bulannya (51.30 persen) dan untuk konsumsi bukan pangan

14 112 sebesar Rp (48.70 persen). Pada tahun 2007 terjadi pergeseran alokasi konsumsi, yaitu sebesar Rp (48.97 persen) untuk konsumsi pangan dan sebesar Rp (51.03 persen) untuk konsumsi bukan pangan (Statistik DIY 2003). Sementara pada tahun 2007 persentase penduduk yang berpendidikan SLTA (39.22 persen) meningkat dari tahun 2003 (32.62 persen). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan penduduk, pendapatan rumahtangga lebih banyak dialokasikan pada pengeluaran untuk konsumsi bukan pangan Keragaan Ekonomi Rumahtangga Petani Desa Bantul : Klasifikasi Kota Wilayah Pantai Bantul merupakan salah satu desa di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, yang mempunyai klasifikasi kota. Penggunaan lahan paling tinggi adalah sawah dengan komoditas padi dan kedelai, namun ada beberapa petani yang menanam bawang merah, cabe merah dan jagung. Dari 66 rumahtangga petani sampel persen mengelola sawah yang dapat digarap dan ditanami padi sebanyak dua kali dalam satu tahun. Mata pencaharian utama rumahtangga petani adalah dari sektor pertanian (100 persen dengan rata-rata luas lahan 0.26 Ha) dan persen rumahtangga petani sampel juga bekerja pada sektor luar pertanian. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga desa Bantul persen adalah Sekolah Dasar. Anggota rumahtangga petani di desa Bantul saat ini adalah anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang masih tinggal dalam satu rumah dan masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Anggota keluarga yang sudah tidak tinggal satu rumah, tidak menjadi responden. Jumlah anak sekolah adalah anggota keluarga yang saat ini masih sekolah dan menjadi tanggungan kepala keluarga.

15 113 Jumlah anggota keluarga di desa Bantul berkisar antara 1 sampai dengan 5 orang. Ada rumahtangga yang sudah tidak/belum memiliki anak yang sekolah dan juga ada yang tidak/belum memiliki anak yang dewasa ( 10 tahun). Pekerjaan sampingan yang dilakukan anggota rumahtangga petani selain usaha pokok di lahan sawahnya adalah berdagang. Kemudian disusul kegiatan sebagai tukang bangunan. Pekerjaan ini dilakukan ketika kegiatan di usahataninya tidak memerlukan pengelolaan setiap hari, sehingga waktunya bisa digunakan untuk bekerja sebagai buruh di luar daerah rempat tinggalnya. Bagi anggota keluarga yang perempuan mempunyai pekerjaan sampingan yang menghasilkan adalah sebagai penjahit ataupun sebagai buruh pada industri rumahtangga penghasil kue, krupuk. Tabungan rumahtangga petani desa Bantul berupa ternak, kendaraan dan tanah dan sejumlah dana. Dengan memiliki tabungan petani akan mempunyai kebanggaan dan sekaligus merasa tenang karena ada jaminan bahwa dengan adanya tabungan, kebutuhan rumahtangga yang mendadak untuk masa yang akan datang dapat terpenuhi. Rata-rata jumlah tabungan kepala keluarga yang berpendidikan SD/tidak tamat SD sebesar Rp , ; SLTP Rp. 10, dan SLTA Rp ,375 Alokasi sumberdaya produksi rumahtangga petani, dapat dilihat mata pencaharian petani di sektor pertanian. Petani mempunyai lahan yang ditanami tanaman pokok padi, yang kemudian disusul dengan tanaman palawija yaitu kedelai dan tanaman lainnya. Rata-rata kebutuhan biaya usahatani padi persen digunakan untuk biaya input (benih, pupuk dan obat), sedangkan tanaman lainnya membutuhkan biaya input sebesar persen dari total biaya usahatani.

16 Tabel 14. Rata-Rata Penerimaan dan Biaya Desa Bantul Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Penerimaan Padi 5.355,681 (65.67) Komoditas Lainnya 2,798,750 (34.33) Biaya Input Padi 495, Biaya Input Komoditas Lainnya 716, Biaya Biaya Tenaga Kerja 1,069, Mekanisasi Investasi 212, , Biaya Lainnya 400, (rupiah/ tahun) 5,181,724 2 SLTP 5,307,821 (79.07) 3 SLTA 8,705,531 Keatas (74.1 1,404,643 (20.93) 3,038,125 (25.88) 417, , , ,123, , ,046, , , , , , ,195, ,022,632 7,052,883 Rata-Rata 6,456,344 (72.78) 2,413,839 ( , ,368 1,031, , , , ,752,413 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap total penerimaan per strata Persentase terhadap total biaya usahatani per strata

17 115 Biaya tertinggi yang harus dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja luar keluarga (33.08 persen). Penerimaan usahatani milik keluarga petani desa Bantul berasal dari hasil padi dan tanaman lainnya seperti kedelai, bawang merah, cabe merah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, buah-buahan, kelapa dan ternak. Ratarata penerimaan petani komoditas padi persen, angka ini lebih tinggi dibanding penerimaan dari komoditas lainnya (27.22 persen). Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani milik keluarga di desa Bantul dapat dilihat pada Tabel 14. rumahtangga petani diperoleh dari usahatani, luar usahatani dan dari sumber lainnya, misal pemberian/kiriman dari saudara/anak yang sudah bekerja atau yang sudah tidak tinggal satu rumah, bantuan dari pemerintah desa dan lainnya. Rata-rata pendapatan rumahtangga petani tertinggi berasal dari luar usahatani (63.66 persen), karena persen rumahtangga petani sampel bekerja pada sektor luar pertanian, seperti dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-Rata Rumahtangga Petani Desa Bantul Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga Petani Berdasar Sumber Luar 1,031,667 (5.76) Luar 1 SD (Tamat 5,181,724 10,609,278 dan Tidak (28.96) (59.29) Tamat) 2 SLTP 5,022, ,143 13,569,286 (25.48) (3.13) (68.86) 3 SLTA 7,052,883 2,640,625 17,593,750 Keatas (35.2 (13.19) (87.88) Rata-Rata 5,752,413 1,429,812 13,924,104 (26.29) (6.53) (63.66) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase. Lainnya 1,069,745 (5.99) 495,714 (2.53) 732,500 ( ,987 (3.5 Jumlah 17,892,413 19,704, ,758 21,872,315

18 116 petani yang berpendidikan SLTA lebih tinggi dibanding petani yang berpendidikan SD. Anggota rumahtangga petani Bantul lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya pada usahatani (55.96 jam/minggu) dibanding luar usahatani (50.10 jam/minggu), namun dilihat dari pendapatannya lebih banyak yang diperoleh dari luar usahatani. Melihat kondisi desa Bantul (dengan kriteria kota) yang dekat dengan pusat kota Provinsi akan lebih banyak peluang pekerjaan yang diperoleh oleh anggota rumahtangga. Pengeluaran dibedakan untuk pengeluaran konsumsi dan investasi sumberdaya manusia. Alokasi pengeluaran konsumsi ini untuk memenuhi konsumsi rumahtangga petani, yaitu seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Biaya hidup anggota keluarga yang sudah menikah dan tidak tinggal dalam satu rumah tidak diperhitungkan dalam pengeluaran rumahtangga petani. Pengeluaran konsumsi terdiri dari pangan dan bukan pangan yaitu biaya sosial, pakaian, tempat tinggal, pajak dan lainnya, pengeluaran rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Pangan, Bukan Pangan dan Investasi Sumberdaya Manusia Rumahtangga Petani Desa Bantul Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No Tingkat Pendidikan Kepala Konsumsi Pangan Pengeluaran Rumahtangga Petani Konsumsi Bukan Pangan 2,350,153 (18.38) 2,257,143 (14.96) 2,590,250 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) 7,503,194 (58.70) 2 SLTP 8,284,250 (54.93) 3 SLTA Keatas 8,727,500 (56.64) (16.8 Rata-Rata 8,171,648 2,399,182 (56.65) (16.63) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Investasi Sumberdaya Manusia 2,928,079 (22.9 4,537,929 (30.1 4,090,125 (26.55) 3,852,044 (26.7 Jumlah 12,781,426 15,079,322 15,407,875 14,422,874

19 117 Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani paling tinggi digunakan untuk konsumsi pangan. Pada Tabel 16 dapat dilihat semakin tinggi pendidikan petani, alokasi pengeluaran konsumsi pangan cenderung menurun, alokasi pengeluaran untuk investasi sumberdaya manusia juga meningkat. Semakin tinggi pendidikan petani terlihat ada kecenderungan pendapatan rumahtangga juga meningkat, seperti yang terlihat pada Tabel 15, sedangkan konsumsi pangan cenderung menurun dari persen menjadi persen. Hal ini sesuai dengan teori Engel yang salah satu butir penemuannya adalah jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil Desa Tirtohargo : Klasifikasi Desa Wilayah Pantai Tirtohargo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, yang mempunyai klasifikasi desa. Penggunaan lahan paling tinggi adalah sawah dengan komoditas padi, bawang merah dan cabe merah, namun ada beberapa petani yang menanam kedelai. Dari 270 rumahtangga petani sampel, persen mengelola sawah yang dapat digarap dan ditanami padi sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Mata pencaharian utama rumahtangga petani adalah dari sektor pertanian (100 persen dengan rata-rata luas lahan 0.15 Ha) dan 60 persen dari rumahtangga petani sampel juga bekerja pada sektor luar pertanian, antara lain sebagai pedagang, tukang bangunan, penjahit, bekerja pada industri makanan dan pekerjaan lainnya dengan jumlah yang kecil. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga desa Tirtohargo persen adalah Sekolah Dasar. Jumlah anggota keluarga di desa Tirtohargo berkisar antara 1 sampai dengan 6 orang.

20 Tabel 17. Rata-Rata Penerimaan dan Biaya Desa Tirtohargo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala Penerimaan Padi 1 SD (Tamat 4,547,790 dan Tidak (57.5 Tamat) 2 SLTP 4,453,016 (41.87) 3 SLTA 4,541,145 Keatas (28.49) Komoditas Lainnya 3,359,005 (42.99) 6,181,460 (58.13) 11,393,133 (71.5 Biaya Input Padi 481, , , Biaya Input Komoditas Lainnya 768, ,299, ,125, Biaya Biaya Tenaga Kerja 1,071, ,269, ,287, Mekanisasi 151, , , Investasi 43, , , Biaya Lainnya 153, , , (rupiah/ tahun) 5,237,194 6,981,385 10,159,368 Rata-Rata 4,513,984 6,977, ,107 1,397,773 1,542, ,646 (39.27) (60.73) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap total penerimaan per strata Persentase terhadap total biaya usahatani per strata 220, , ,459,316

21 119 Petani menanam tanaman pokok padi di lahannya, kemudian disusul tanaman berikutnya yaitu bawang merah, cabe merah dan lainnya. Rata-rata kebutuhan biaya usahatani padi persen digunakan untuk biaya input, sedangkan tanaman lainnya membutuhkan persen dari total biaya usahatani. Alokasi rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar persen, pengeluaran lainnya dialokasikan untuk biaya peralatan, biaya investasi usahatani dan biaya lainnya. Rata-rata penerimaan dari komoditas padi sebesar persen dan persen dari komoditas lainnya, seperti terlihat pada Tabel 17. Rata-rata pendapatan rumahtangga petani tertinggi diperoleh dari usahatani persen, sedangkan luar usahatani sebesar persen dan dari sumber lainnya seperti pemberian/kiriman dari saudara/anak sebesar 3.52 persen. Rata-rata pendapatan rumahtangga desa Tirtohargo dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-Rata Rumahtangga Petani Desa Tirtohargo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Rumahtangga Petani Berdasar Sumber 5,237,194 (33.3 Luar 1,410,000 (8.97) Luar 8,269,935 ( SLTP 6,981,385 (47.70) 1,907,302 (13.03) 4,716,984 (32.23) 3 SLTA 10,159, ,566 5,892,831 Keatas (56.9 (5.55) (33.0 Rata-Rata 7,459,316 1,436,289 6,293,250 (46.4 (8.93) (39.17) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Lainnya 797,508 (5.09) 1,028,452 (7.04) 805,237 (4.53) 877,066 (5.48) Jumlah 15,714,637 14,634,123 17,849,002 16,065,921

22 120 Anggota rumahtangga petani desa Tirtohargo dengan lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya pada usahatani (65.67 jam/minggu) dibanding pada luar usahatani (44.03 jam/minggu) memperoleh pendapatan dari usahatani yang lebih besar dibanding luar usahatani. Rata-rata pengeluaran tertinggi digunakan untuk konsumsi pangan (59.66 persen). Semakin tinggi pendidikan petani, alokasi konsumsi pangan cenderung menurun dan alokasi konsumsi bukan pangan cenderung meningkat. Semakin tinggi pendidikan petani terlihat ada kecenderungan pendapatan rumahtangga juga meningkat, seperti yang terlihat pada Tabel 18, sedangkan konsumsi pangan cenderung menurun dari persen menjadi persen. Hal ini sesuai dengan teori Engel yang mengatakan bahwa semakin meningkat pendapatan, maka alokasi yang digunakan untuk pengeluaran konsumsi pangan semakin kecil. Pengeluaran rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Pangan, Bukan Pangan dan Investasi Sumberdaya Manusia Rumahtangga Petani Desa Tirtohargo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Konsumsi Pangan (KOP) 5,472,568 (66.85) b 2 SLTP 6,504,365 (57.93) a 3 SLTA Keatas 6,564,961 (56.27) a Rata-Rata 6,180,631 (59.66) Pengeluaran Rumahtangga Petani Konsumsi Investasi Bukan Pangan Sumberdaya (KONP) Manusia 1,269,306 (15.50) c 2,551,349 (22.7 a 2,126,518 (18.2 b 1,982,391 (19.13) 1,444,406 (17.65) 2,170,405 (19.35) 2,974,116 (25.5 2,196,309 (21.2 Jumlah 8,186,280 11,226,119 11,665,595 10,359,332 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; KOP berbeda antara SD (b) dan SLTP (a), SD (b) dan SLTA (a) ; KONP berbeda antara SD (c), SLTP (a) dan SLTA (b)

23 121 Dilihat dari strata pendidikan, semakin tinggi pendidikan petani, maka alokasi untuk investasi sumberdaya manusia juga cenderung meningkat. Alokasi pengeluaran konsumsi pangan tertinggi terjadi pada kelompok petani yang berpendidikan SD dan untuk konsumsi bukan pangan terjadi pada kelompok petani berpendidikan SLTP Desa Giripeni : Klasifikasi Kota Wilayah Pegunungan Giripeni merupakan salah satu desa di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo yang mempunyai klasifikasi kota. Penggunaan lahan paling tinggi adalah sawah dengan komoditas padi, bawang merah dan cabe merah, namun ada beberapa petani yang menanam kacang tanah. Dari 60 rumahtangga petani sampel persen mengelola sawah yang dapat digarap dan ditanami padi sebanyak dua kali dalam satu tahun. Mata pencaharian utama rumahtangga petani adalah dari sektor pertanian (100 persen dengan rata-rata luas lahan 0.11 Ha) dan 65 persen dari rumahtangga petani sampel juga bekerja pada sektor luar pertanian, antara lain sebagai pedagang, tukang bangunan dan pekerjaan lainnya dengan jumlah yang kecil. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh pendapatan tambahan yang besarnya kadang-kadang lebih tinggi dibanding kegiatan pokok usahatani. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga desa Giripeni 55 persen adalah Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan yang rendah ini merupakan kendala bagi rumahtangga petani untuk dapat menerima informasi dan teknologi baru yang ada. Rata-rata jjumlah anggota keluarga di desa Giripeni berkisar antara 1 sampai dengan 6 orang. Jumlah ini adalah mereka yang masih tinggal dalam satu rumah dan kebutuhan sehari-harinya masih menjadi tanggungan kepala keluarga.

24 122 Beberapa rumahtangga petani desa Giripeni juga memiliki tabungan berupa ternak, kendaraan, tanah dan sejumlah dana. Rata-rata jumlah tabungan kepala kelurga yang berpendidikan SD/tidak tamat SD sebesar Rp. 9,359, ; SLTP Rp. 11,725,000 dan SLTA Rp. 12,013, Angka ini menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memiliki tabungan lebih besar. Pendidikan merupakan modal bagi petani untuk dapat melakukan kegiatan yang lebih baik yang berdampak pada tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani. Penerimaan usahatani milik keluarga petani desa Giripeni berasal dari hasil padi dan tanaman lainnya. Rata-rata penerimaan petani dari komoditas padi sebesar persen dan dari komoditas lainnya sebesar persen. Hasil produksi usahatani rumahtangga petani desa Giripeni yang merupakan klasifikasi kota, lebih banyak diperoleh dari tanaman bukan padi. Dilihat dari strata pendidikan, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga semakin tinggi penerimaan padi dan penerimaan tanaman selain padi cenderung menurun. Dilihat dari biaya semakin tinggi pendidikan kepala keluarga, biaya usahatani padi cenderung meningkat dan biaya input selain padi cenderung menurun. Biaya usahatani seperti tenaga kerja, mekanisasi dan investasi usahatani cenderung meningkat dengan meningkatnya tingkat pendidikan kepala keluarga. Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani keluarga desa Giripeni menurut tingkat pendidikan kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 20.

25 Tabel 20. Rata-Rata Penerimaan dan Biaya Desa Giripeni Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Penerimaan Padi 2,226,909 (21.56) Komoditas Lainnya 8,097,521 (78.44) Biaya Input Padi 206, Biaya Input Komoditas Lainnya 3,585, Biaya Biaya Tenaga Kerja 201, Mekanisasi 188, Investasi 93, Biaya Lainnya 334, (rupiah/ tahun) 5,714,344 2 SLTP 3,450,333 (23.93) 3 SLTA 2,524,133 Keatas (23.46) 10,965,750 (76.04) 8,233,000 (76.54) 309, , ,060, ,881, , , , , , , , , ,151,456 6,607,542 Rata-Rata 2,733,792 9,098, ,165 3,175, , ,065 (23.10) (76.90) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap total penerimaan per strata Persentase terhadap total biaya usahatani per strata 153, , ,491,114

26 124 Rata-rata pendapatan rumahtangga petani persen berasal dari sektor pertanian dan persen berasal dari luar usahatani. Rata-rata pendapatan petani yang berpendidikan SLTA sebesar Rp lebih tinggi dibanding pendapatan petani yang berpendidikan SD yaitu Rp , seperti ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-Rata Rumahtangga Petani Desa Giripeni Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Rumahtangga Petani Berdasar Sumber 5,714,344 (49.35) 2 SLTP 10,151,456 (34.65) 3 SLTA Keatas 6,607,542 (46.56) Luar 1,064,697 (9.19) 658,333 (2.24) 991,333 (6.98) Luar (PENUT) 4,123,333 (35.6 b 11,825,833 (40.37) a 6,218,667 (43.8 ab Lainnya 675,864 (5.85) 6,654,479 (22.74) 372,711 (2.64) Jumlah (PERT) Rata-Rata 7,491,114 ( ,788 (4.9 7,389,278 (40.26) 2,567,685 (14.0 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; PENUT berbeda antara SD (b) dan SLTP (a); PERT berbeda antara SD (b) dan SLTP (a), SLTP (a) dan SLTA (b) 11,578,238 b 29,290,102 a 14,190,253 b 18,352,865 Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani paling tinggi digunakan untuk konsumsi pangan (50.94 persen). Semakin tinggi pendidikan petani, alokasi konsumsi pangan dan bukan pangan cenderung menurun. Semakin tinggi pendidikan petani terlihat ada kecenderungan pendapatan rumahtangga meningkat, seperti terlihat pada Tabel 21. Sedangkan konsumsi pangan dan bukan pangan cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan teori Engel yang mengatakan

27 125 bahwa jika pendapatan meningkat, maka alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin meningkat. Dana yang dimiliki dialokasikan untuk investasi sumberdaya manusia, seperti ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Pangan, Bukan Pangan dan Investasi Sumberdaya Manusia Rumahtangga Petani Desa Giripeni Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) Konsumsi Pangan (KOP) 4,963,944 (50.30) b 2 SLTP 7,909,333 (51.95) a 3 SLTA Keatas 5,445,267 (50.09) b Rata-Rata 6,106,198 (50.94) Pengeluaran Rumahtangga Petani Konsumsi Investasi Bukan Sumberdaya Pangan Manusia (KONP) 2,664,773 (27.00) b 2,806,063 (18.43) a 2,533,244 (23.30) b 2,668,027 (22.25) 2,522,121 (22.70) 2,705,750 (29.6 2,343,467 (26.6 2,523,779 (26.8 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; KOP berbeda antara SD (b) dan SLTP (a), SLTP (a) dan SLTA (b) ; KONP berbeda antara SD (b) dan SLTP (a) dan SLTP (a) dan SLTA (b) Jumlah 9,867,142 15,221,979 10,868,839 11,985, Desa Kebunrejo : Klasifikasi Desa Wilayah Pegunungan Kebunrejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo yang mempunyai klasifikasi desa. Penggunaan lahan tertinggi adalah sawah dengan komoditas padi, bawang merah dan cabe merah, namun ada beberapa petani yang menanam jagung, kacang tanah dan kacang hijau. Dari 184 rumahtangga petani sampel persen mengelola sawah yang dapat digarap dan ditanami padi sebanyak dua kali dalam satu tahun. Mata pencaharian utama

28 126 rumahtangga petani adalah dari sektor pertanian (100 persen dengan rata-rata luas lahan 0.14 Ha) dan ada persen dari rumahtangga petani sampel yang bekerja pada sektor luar pertanian. Kegiatan sampingan yang dilakukan oleh anggota rumahtangga petani desa Kebunrejo adalah berdagang, sebagai tukang bangunan, bekerja sebagai buruh bengkel. Sedangkan anggota rumahtangga yang perempuan mempunyai kegiatan sebagai penjahit, menjadi buruh pada industri rumahtangga pembuat kue dan industri kerajinan. Kegiatan tersebut dapat memberikan kontribusi pendapatan luar usahatani pada pendapatan total rumahtangga petani. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga desa Kebunrejo persen adalah SD. Jumlah anggota keluarga di desa Bantul berkisar antara 1 sampai dengan 5 orang. Rumahtangga petani desa Kebunrejo juga memiliki tabungan, rata-rata jumlah tabungan kepala keluarga yang berpendidikan SD/tidak tamat SD sebesar Rp. 8,011,969.70; SLTP Rp. 13,934, dan SLTA Rp. 10,076, Tabungan ini berasal dari pendapatan setelah dikurangi untuk pengeluaran konsumsi. Penerimaan usahatani milik keluarga petani desa Kebunrejo berasal dari hasil padi dan tanaman lainnya. Rata-rata penerimaan petani dari komoditas padi sebesar persen dan dari komoditas lainnya sebesar persen. Dilihat dari strata pendidikan, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga semakin tinggi penerimaan tanaman selain padi. Alokasi biaya input terjadi sebaliknya, semakin tinggi pendidikan biaya usahatani padi cenderung meningkat dan biaya input selain padi cenderung menurun. Biaya usahatani seperti tenaga kerja, mekanisasi dan investasi usahatani cenderung meningkat dengan meningkatnya tingkat pendidikan kepala keluarga, seperti terlihat pada Tabel 23.

29 127 Tabel 23. Rata-Rata Penerimaan dan Biaya Desa Kebunrejo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala Penerimaan Padi Komoditas Lainnya Biaya Input Padi Biaya Input Komoditas Lainnya 916, Biaya Biaya Tenaga Kerja Mekanisasi 1 SD (Tamat 5,078,192 2,463, , , ,631 dan Tidak (67.33) (32.67) Tamat) 2 SLTP 4,703,563 2,610, , (64.30) (35.70) SLTA Keatas 4,899,245 2,782, , , , ,774 (63.77) (36.23) Rata-Rata 4,893,667 2,619, , , , ,900 (65.13) (34.87) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap total penerimaan per strata Persentase terhadap total biaya usahatani per strata Investasi 80, , , Biaya Lainnya 176, , , (rupiah/ tahun) 5,091,802 4,728,164 5,548,887 5,122,951

30 128 Rata-rata pendapatan rumahtangga tertinggi berasal dari usahatani sebesar persen, sedangkan dari luar usahatani persen. petani yang berpendidikan SLTA lebih tinggi dibanding petani yang berpendidikan SD, seperti ditampilkan pada Tabel 24. Tabel 24. Rata-Rata Rumahtangga Petani Desa Kebunrejo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) 5,091,802 (43.88) 2 SLTP 4,728,164 (35.60) 3 SLTA Keatas 5,548,887 (41.97) Rumahtangga Berdasar Sumber Luar 1,244,747 (10.7 1,399,875 (10.54) 756,604 (5.7 Luar (PENUT) 3,423,434 (29.50) b 6,075,937 (45.75) a 6,117,358 (46.27) a 5,205,577 Lainnya 1,842,103 (15.90) 1,074,188 ( ,509 (6.04) Rata- Rata 5,124,773 (40.35) 1,133,742 (8.9 (40.98) 1,236,600 (9.75) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; PENUT berbeda antara SD (b) dan SLTP (a), SD (b) dan SLTA (a) Jumlah 11,602,087 13,279,102 13,220,887 12,700,692 Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani tertinggi digunakan untuk konsumsi pangan (55.86 persen). Semakin tinggi pendidikan petani, alokasi pengeluaran konsumsi pangan cenderung menurun dan alokasi pengeluaran konsumsi bukan pangan semakin meningkat. Semakin tinggi pendidikan petani terlihat ada kecenderungan pendapatan rumahtangga juga meningkat, seperti terlihat pada Tabel 24. Sedangkan konsumsi pangan cenderung menurun dari persen menjadi persen. Hasil penelitian tentang pendapatan dan

31 129 pengeluaran di desa Kebunrejo sesuai dengan teori Engel yaitu dengan meningkatnya pendapatan maka konsumsi pangan cenderung semakin kecil. Alokasi untuk investasi sumberdaya manusia juga meningkat. Pengeluaran rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Pangan, Bukan Pangan dan Investasi Sumberdaya Manusia Rumahtangga Petani Desa Kebunrejo Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala Konsumsi Pangan (KOP) 5,506,738 (61.37) 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) 2 SLTP 5,655,019 ( SLTA Keatas 5,715,566 (55.65) Pengeluaran Rumahtangga Petani Konsumsi Bukan Pangan (KONP) 1,539,657 (`17.25) B 2,713,725 (24.6 a 2,372,047 (23.09) a Investasi Sumberdaya Manusia 1,874,042 (21.0 2,650,469 (24.07) 2,181,840 (21.26) Jumlah 8,920,437 11,019,213 10,269,453 Rata-Rata 5,625,774 (55.86) 2,208,476 (21.93) 2,235,450 (22.2 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; KONP berbeda antara SD (b) dan SLTP (a), SD (b) dan SLTA (a) 10,069, Rekapitulasi Keragaan Ekonomi Rumahtangga Petani Pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani merupakan investasi yang dilakukan petani, yang diukur dengan pendekatan pengeluaran rumahtangga untuk keperluan kegiatan pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Kegiatan ini akan mempengaruhi kegiatan lain dalam rumahtangga petani seperti alokasi sumberdaya produksi, alokasi pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan rumahtangga petani. Rata-rata biaya usahatani di wilayah

32 130 pantai (Bantul dan Tirtohargo) cenderung meningkat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, sedangkan wilayah pegunungan (Giripeni dan Kebunrejo) terjadi sebaliknya. Rata-rata investasi sumberdaya manusia, biaya usahatani, pengeluaran konsumsi dan pendapatan rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 26, 27 dan 28. Tabel 26 menunjukkan bahwa di tiga desa (Bantul, Tirtohargo dan Kebunrejo) semakin tinggi pendidikan petani, maka ada kecenderungan semakin meningkat alokasi pengeluaran investasi sumberdaya manusia. Petani dengan bertambahnya pengetahuan, maka akan semakin memahami dan menyadari bahwa pengembangan sumberdaya itu penting dan akan memberikan manfaat di kemudian hari. Berbeda dengan rumahtangga petani di desa Giripeni, yang terjadi semakin tinggi pendidikan petani alokasi untuk investasi sumberdaya manusia cenderung menurun. lebih banyak dialokasikan untuk keperluan konsumsi bukan pangan, seperti terlihat pada Tabel 27. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani wilayah pantai (desa Bantul dan Tirtohargo), biaya usahatani cenderung meningkat. Dalam hal ini nampak sebagian biaya tersebut dialokasikan untuk biaya investasi usahatani. Untuk wilayah pegunungan (desa Giripeni dan Kebunrejo) semakin tinggi pendidikan petani, ada kecenderungan semakin menurun biaya usahatani, walau yang terjadi alokasi biaya investasi usahatani di kedua desa tersebut meningkat. Demikian juga dengan semakin meningkatnya pendidikan petani, ada kecenderungan meningkatnya pendapatan rumahtangga dan menurunnya alokasi pengeluaran konsumsi pangan. Hal ini sesuai dengan teori Engel bahwa dengan meningkatnya pendapatan maka proporsi untuk konsumsi pangan semakin mengecil.

33 131 Tabel 26. Rata-Rata Investasi Sumberdaya Manusia dan Biaya Provinsi DIY Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Kepala 1 SD (Tamat dan Tidak Tamat) 2 SLTP 4,537,929 (30.09) 3 SLTA 4,090,125 Keatas (26.55) Investasi Sumberdaya Manusia dan Biaya Rumahtangga Petani per Kabupaten Bantul Tirtohargo Giripeni Kebunrejo INVSDM Biaya INVSDM Biaya INVSDM Biaya INVSDM Biaya 2,928,079 2,972,707 1, ,669,601 2,664,773 4,610,086 1,874,042 2,450,247 (22.9 (23.25) (17.64) (32.6 (27.0 (46.7 (21.0 (27.47) 1,689,832 (11.20) 4,690,773 (30.44) 2,170,405 (19.33) 2,974,116 (25.49) 3,653,091 (32.54) 5,774,910 (49.50) 2,806,063 (18.43) 2,533,244 (23.3 4,264,627 (28.0 4,149,591 (38.28) 2,650,469 (24.05) 2,181,840 (21.25) 2,586,136 (23.47) 2,133,037 (20.77) Rata-Rata 3,852,044 (26.7 3,117,771 (21.6 2,196,309 (21.20) 4,032,534 (38.93) Keterangan : INVSDM = Investasi sumberdaya manusia Angka dalam kurung adalah persentase terhadap total pengeluaran 2,668,027 (22.26) 4,341,435 (36.25) 2,235,450 (22.20) 2,389,807 (23.73)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat buah naga menurut Cahyono (2009) adalah sebagai penyeimbang kadar gula darah, menurunkan dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program pemberdayaan petani. Secara purposive dipilih satu provinsi di Jawa yaitu Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 No. 63/10/35/Th.X, 1 Oktober 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan September 2012 Naik 0,38 persen. Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Rumahtangga Petani Untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009

BPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.08/02/33/Th.IV, 01 Februari 2010 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009 Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Bulan Desember 2009 berada pada posisi 100,03 Nilai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR .36 POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 DARI USAHA

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No.40/07/34/Th.XVI,1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 32/06/51/Th. VI, 1 Juni 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MEI 2012, NTP BALI MENGALAMI KENAIKAN SEBESAR 0,41 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik melalui wawancara, curah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Wilayah dan Topografi Kabupaten Demak berada di bagian utara Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota Pengembangan usatani dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan, peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Pituruh 4.1.1 Letak Geografis Secara administratif Kecamatan Pituruh terbagi menjadi 49 desa. Batasbatas wilayah kecamatan adalah sebagai

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian tahun 1996-2000 merupakan kelanjutan dari seri publikasi sebelumnya, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. Mulai

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci