BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap audit kecurangan terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap audit kecurangan terhadap"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap audit kecurangan terhadap biaya angkut tenaga kerja bongkar muat tahun 2011 pada PT. Buana Centra Swakarsa. Tahap-tahap audit kecurangan terdiri dari identifikasi fraud, deteksi fraud, menemukan bukti fraud, investigasi fraud, dan temuan audit. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut : IV.1. Identifikasi Fraud Tahap awal dalam audit kecurangan adalah identifikasi fraud. Tahap ini dimaksudkan memberikan pemahaman atas informasi secara umum mengenai : 1. Apa yang menjadi masalah atau kasus fraud yang terjadi di perusahaan? 2. Siapa yang diduga sebagai pelaku fraud potensial? 3. Dimana fraud dianggap terjadi? 4. Bagaimana fraud terjadi? Informasi tentang kasus yang diduga mengandung unsur fraud dapat bersumber dari pengaduan karyawan, manajemen serta hasil audit keuangan, audit operasional atau jenis audit lainnya yang temuannya perlu dikembangkan/pendalaman lebih lanjut karena diduga mengandung unsur-unsur melawan hukum dan merugikan keuangan perusahaan. 39

2 Pelaku melakukan kecurangan disebabkan tiga kondisi. Pertama, incentives/pressure dimana manajemen atau karyawan yang lain mempunyai insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Kedua, Opportunities dimana keadaan memberikan kesempatan atau peluang bagi manajemen atau karyawan untuk melakukan kecurangan. Ketiga, attitudes/rationalization dimana sikap, karakter atau sekumpulan nilai etis yang ada memperbolehkan manajemen atau karyawan untuk melakukan tindakan tidak jujur atau mereka dalam suatu lingkungan yang memberikan tekanan tinggi sehingga menyebabkan mereka merasionalisasi melakukan tindakan curang. Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai dugaan kecurangan yang terjadi di PT. Buana Centra Swakarsa maka dilaksanakannya tanya jawab dengan bagian administrasi di perusahaan tersebut. Tanya jawab sebagai berikut : T :Apakah tanggung jawab anda di perusahaan ini? J :Tanggung jawab saya adalah sebagai staf administrasi PT. Buana Centra Swakarsa T :Desas desus apa yang terjadi di perusahaan ini? J :Begini, pada saat saya merekapitulasi data-data bahwa adanya kejanggalan dari salah satu gudang, biaya tenaga kerja bongkar muatnya melonjak tinggi dibandingkan dengan gudang-gudang lain, setelah dipelajari dan dikonfirmasikan ke gudang-gudang lain jumlah tenaga kerja bongkar muatnya hampir sama, kemudian pembayaran upahnya hampir sama dan shift out sama tetapi biaya tenaga kerja bongkar muatnya cukup besar, disinilah awal kecurigaannya. 40

3 T :Bagaimana tanggapan anda mengenai desas desus tersebut? J :Tanggapan saya adalah hal ini harus dilaporkan kepada GM Operasional kemudian dilaporkan ke Direktur Keuangan kemudian Direktur Keuangan memerintahkan untuk dilakukannya investigasi. T :Apakah yang menjadi masalah dalam kasus tersebut? J :Adanya indikasi kecurangan pada pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat dan perusahaan mengalami kerugian. T :Siapakah yang diduga sebagai pelaku fraud potensial? J :Yang diduga untuk sementara ini adalah kepala gudang itu sendiri. T :Dimana fraud dianggap terjadi? J :Di gudang Kranji, Bekasi. T :Bagaimana fraud dapat terjadi? J :Menurut saya fraud dapat terjadi karena lemahnya pengawasan dan pengecekkan secara fisik jarang dilakukan. T :Kira-kira sejak kapan kecurangan terjadi? J :Kecurangan terjadi diperkirakan pertengahan tahun 2011 Informasi yang dihasilkan dari tanya jawab yang dilakukan dengan staf administrasi, maka kasus tersebut cukup alasan untuk dilakukan audit kecurangan. Dengan audit kecurangan akan mendapatkan bukti-bukti audit yang lebih relevan dan andal, tetapi 41

4 sebelumnya akan dilaksanakan deteksi fraud yang akan dijelaskan pada tahap berikutnya. IV.2. Deteksi fraud Tahap kedua dalam adit kecurangan adalah deteksi fraud. Deteksi fraud yaitu yang diarahkan untuk mengidentifikasikan terjadinya fraud degan cepat, tepat dan dengan biaya yang rasional. Dalam mendekteksi fraud perlu disusunnya perencanaan audit, sebagai berikut : Gambar 4.1 Perencanaan Audit. 42

5 Adapun program kerja audit yang akan dilaksanakan dalam kasus ini, sebagai berikut: Gambar 4.2 Program Kerja Audit Dari perencanaan audit seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka pendeteksian kecurangan dalam kasus ini untuk mengetahui : 1. Bahwa tindakan fraud telah benar-benar terjadi sesuai dengan desas desus yang ada. 2. Bahwa perusahaan menjadi korban atau sebagai pelaku fraud. 3. Adanya kelemahan tertentu dalam pengendalian internal serta moral pelaku yang menjadi penyebab terjadinya fraud. 4. Adanya kondisi lingkungan di perusahaan yang menyebabkan terjadinya fraud. 5. Bahwa kunci dalam pelaksanaan suatu fraud audit adalah untuk dapat melihat adanya suatu kesalahan dan ketidakberesan. 43

6 Deteksi fraud dapat dilakukan dengan teknik critical point auditing dimana pendeteksian fraud melalui audit atas catatan akuntansi yang mengarah pada gejala/kemungkinan terjadinya fraud yang mengarah kepada auditor untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam atau rinci. Oleh karena itu perlu dibuatnya prosedur audit serta teknik untuk menemukan bukti audit yang akan dibahas pada tahap berikutnya. IV.3. Menemukan Bukti Kecurangan Tahap ketiga dalam audit kecurangan adalah menemukan bukti kecurangan yang biasa disebut bukti audit. Bukti audit (audit evidence) dimana seluruh informasi yang digunakan dalam melaksanakan audit untuk mencapai simpulan yang menjadi dasar pendapat audit dan mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan serta informasi lainnya. Bukti yang kompeten itu harus relevan dan keandalan. Apabila bukti berkaitan dengan asersi maka bukti tersebut relevan. Sedangkan keandalan atau validitas mengacu pada apakah jenis bukti tertentu dapat diandalkan untuk memberi tanda penyajian yang benar atas suatu asersi. Dalam menemukan bukti audit ada yang disebut prosedur audit. Prosedur audit adalah urutan langkah yang dilakukan dalam audit untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan sesuai sasaran yang ingin dicapai dengan menggunakan teknik audit tertentu atau langkah-langkah terinci yang dilakukan seiring dengan pengumpulan bukti pada saat melakukan audit untuk menentukan apakah asersi tersebut telah dipenuhi. 44

7 Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Meninjau pengendalian internal untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. 2. Mengidentifikasi potensi fraud berdasarkan kelemahan yang ada pada pengendalian internal dari pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. 3. Mengidentifikasi transaksi-transaksi yang menimbulkan tanya, meninjau prosedur-prosedur dan menentukan siapa yang berwenang atas otorisasi transaksi pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. 4. Memperoleh semua dokumen perusahaan yang berhubungan dengan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat dan mendapatkan informasi tambahan. 5. Mereview arus dokumen dan menguji catatan keuangan yang berkaitan dengan transaksi pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat serta menetapkan besarnya kerugian. 6. Menetapkan siapa pelaku yang melakukan kecurangan dan menentukan modus yang dilakukan oleh si pelaku serta meninjau motivasi, peluang, dan rasionalisasi pelaku dalam melakukan kecurangan. Hasil (output) dari masing-masing prosedur audit yang telah disebutkan diatas, akan dijelaskan pada tahap audit kecurangan yang selanjutnya yaitu investigasi fraud. Setelah menyusun prosedur audit, selanjutnya adalah menentukan teknik audit. Teknik audit merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan audit untuk mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan. Didalam kasus ini teknik audit yang akan digunakan adalah 45

8 wawancara, observasi dan dokumentasi. Penjelasan mengenai tiga teknik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada informan untuk memperoleh informasi yang diharapkan. Pertanyaan yang diajukan baik mengenai keuangan maupun non keuangan. Wawancara dilakukan kepada bagian yang berkaitan dengan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat pada PT. Buana Centra Swakarsa yaitu bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian SDM ( Sumber Daya Manusia). Berikut ini ringkasan hasil yang di dapat dari hasil wawancara yaitu : a. Wawancara Kepada Bagian Gudang Informan yang diwawancarai adalah checker gudang, informasi yang didapat sebagai berikut : 1. Yang bertanggung jawab di gudang ada kepala gudang, dua checker lainnya serta tenaga kerja bongkar muat. 2. Kepala gudang tugasnya memastikan bahwa kegiatan operasional sudah sesuai dengan prosedur yang ada, menerima rekapan sack semen dari checker, mencatat pembiayaan yang harus dikeluarkan, mengirimnya kepada bagian pembiayaan, menerima uang yang dikirimkan oleh pihak finance, dan memberi ke checker untuk dibayarkannya kepada tenaga kerja bongkar muat serta memberikan laporan kepada Manager Warehouse Region 1. Checker tugasnya mengatur jalannya operasional gudang, mengkoordinasikan pekerja 46

9 tenaga kerja bongkar muat, mencatat masuk, dan keluarnya sack semen lalu merekapnya dan melakukan pembayaran kepada tenaga kerja bongkar muat. Tenaga kerja bongkar muat tugasnya hanya mengangkut semen yaitu memasukan semen dan mengeluarkan semen dari gudang. 3. Dalam pembagian tugas, satu orang bisa merangkap berbagai tugas, jadi terkadang terjadinya kekeliruan. 4. Formulir yang digunakan yaitu pertanggungjawaban uang muka project, laporan keluar, kuitansi dan nota karbon. 5. Prosedur dan pengendalian di gudang yaitu ada mekanisme kerja, proses semen masuk ke gudang dan proses semen keluar dari gudang. Mekanisme kerja : 1. Hari kerja : Senin-Sabtu dan libur sesuai dengan hari libur nasional. 2. Jam kerja : ( 8 jam/hari ) dan lebih dari jam kerja dihitung lembur tergantung situasi. Proses semen masuk ke gudang : 1. Setelah truck pengirim semen datang, driver menyerahkan SPP ( Surat Perintah Pemindahan) semen dari pabrik Narogong ke gudang Kranji. Kepala gudang mengecek muatan di truck dan checker merekap jumlah muatan. 2. Truck diparkir menunggu dibongkar, kemudian petugas gudang memeriksa kondisi semen, jika ada kerusakan maka driver 47

10 tersebut dipanggil untuk memastikan bahawa semen tersebut ada kerusakan sebelum dibongkar. 3. Jika semua sudah siap, kemudian sack semen diangkut ke dalam gudang oleh tenaga kerja bongkar muat, disusun sesuai dengan urutan masuk. 4. Semen yang rusak atau pecah disimpan di dalam gudang, dibuat rekapitulasi, dilaporkan ke Holcim, setelah di claim oleh Holcim baru semen pecah dapat dijual, hasil penjualan dikembalikan ke BCS. 5. Driver mengambil lembaran SPP di checker untuk dilaporkan ke Narogong bahwa kiriman semen telah sampai dan diterima di gudang tujuan. 6. Jika gudang dalam keadaan penuh, maka semen langsung diangkut ke mobil distributor. Proses semen keluar dari gudang : 1. Semen dapat keluar dari gudang apabila sudah ada sales order (SO). 2. SO diterima dari Holcim melalui sistem komputer. 3. SO dapat dibuka biasanya siang hari, jika SO masih terblock maka kepala gudang tidak boleh melayani pengambilan semen dari distributor. 4. Jika SO telah dapat dibuka maka checker memanggil driver dari distributor yang telah siap untuk muat. Driver tersebut mengisi 48

11 SPP yang telah dicetak oleh checker mengenai jenis kendaraan yang digunakan, jumlah tonase dan tujuan pengiriman. 5. Proses pemuatan dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat. Setelah proses muat selesai, driver lapor kepada checker, checker memeriksa truck dan muatannya. Driver diberikan SPP yang telah tercetak yang ditandatangani driver dan checker serta sudah di stempel BCS. Catatan SPP rangkap 5 yaitu warna putih untuk pembeli/ distributor, warna biru untuk BCS ( penagihan) handling, warna hijau untuk penerima (toko/proyek), warna kuning untuk distributor dan warna merah untuk arsip di gudang. 6. Setelah kembali driver menyerahkan SPP yang telah ditandangani/ stempel penerima/ toko/ proyek. Upah tenaga kerja bongkar muat : 1. Dari truck pengirimin semen ke gudang yaitu Rp 140/sack 2. Dari gudang ke truck distributor yaitu Rp 140/sack 3. Dari truck ke truck distributor yaitu Rp 140/sack b. Wawancara Kepada Bagian Akuntansi Informan yang diwawancarai adalah bagian pembiayaan. Informasi yang didapat sebagai berikut : 1. Tugas bagian pembiayaan disini adalah memonitor dan mencatat uang muka proyek, menangani masalah cost accountingnya, melihat performance masing-masing proyek untuk mengetahu apakah secara pendapatan dan biaya hasilnya menguntungkan atau tidak.. 49

12 2. Pencatatan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat kalau di gudang yang bertanggung jawab adalah kasir, sedangkan di bagian akuntansi yaitu bagian pembiayaan. 3. Proses pencatatan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat hingga ke laporan keuangan yaitu kasir di bagian gudang mengirimkan berupa rekapan yaitu formulir pertanggungjawan uang muka project ke bagian pembiayaan melalui , lalu di posting ke laporan pembiayaan operasional. 4. Secara praktik yang benar data biaya proyek harus secara detail yang diterima, untuk dihitung kembali apakah data rekapan yang diterima sesuai dengan biaya proyek yang secara detail. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah bagian pembiayaan hanya menerima rekapannya saja, sehingga data tidak bisa diverifikasi. c. Wawancara Kepada Bagian SDM Informan yang diwawancarai adalah manajer SDM. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan yaitu : 1. Manager SDM bertanggung jawab pada GM HRD, pada pembinaan personil di bidang kemampuan, disiplin dan kesejahteraan. 2. Tinjauan gaji dan evaluasi karyawan didasarkan pada kriteria yang wajar dan objektif. Hal tersebut ada di daftar penilaian setiap tahun, jadi mereka dinilai kehadirannya, disiplinnya dan kinerjanya, kalau memang dalam triwulan itu nilainya memang tidak bagus maka mengurangi dari pada kredibilitas dia. 50

13 3. Promosi jabatan ada berdasarkan prestasi dan penilaian periodik dalam rangka untuk meningkatkan karir karyawan dan promosi dikelola dengan adil, jujur dan terbuka. 4. Adanya hubungan manajemen dengan tenaga kerja, karena tanpa sejarah bagaimana melakukan evaluasi. 5. Profitabilitas perusahaan dahulu maju dengan pesat tetapi sekarang sedikit menurun karena mungkin seiring globalisasi ini jadi persaingan banyak kemudian kenaikan-kenaikan upah tenaga kerja kemudian penghasilan terkadang berimbang dengan dana yang dikeluarkan dengan penghasilan yang didapat. 2. Observasi Observasi terdiri atas melihat pada proses atau prosedur yang dilakukan oleh karyawan berkaitan dengan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat di PT. Buana Centra Swakarsa secara langsung. Dengan memantau kinerja di gudang dan pencatatan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berkaitan dengan pencatatan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat, berupa catatan, dokumen-dokumen maupun formulir yang berkaitan pembiayaan tersebut tahun 2011 pada PT. Buana Centra Swakarsa. Setelah menentukan teknik-teknik audit seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka harus dilakukannya investigasi fraud untuk mendapatkan hasil dari ketiga teknik tersebut. Investigasi akan dijelaskan dalam tahap audit kecurangan berikutnya. 51

14 IV.4. Investigasi Fraud Tahap ke empat dalam melaksanakan audit kecurangan adalah investigasi fraud. Investigasi fraud atau yang biasanya disebut dengan pelaksanaan audit ini sebelum dilaksanakan harus melakukan pembicaraan pendahuluan dengan auditan mengenai tujuan audit. Dalam kasus ini tujuan audit adalah untuk : 1. Mengetahui cara dan bentuk kecurangan terhadap biaya angkut tenaga kerja bongkar muat pada PT. Buana Centra Swakarsa. 2. Menilai pengendalian internal atas pembiayaan jasa angkut tenaga kerja bongkar muat. 3. Mengetahui cara mengatasi masalah kecurangan pada pencatatan laporan biaya angkut tenaga kerja bongkar muat. Selanjutnya yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan audit sesuai dengan urutan prosedur audit yang telah dijelaskan pada tahap audit kecurangan sebelumnya. Pelaksanaan-pelaksaaan yang dilakukan yaitu : a. Pelaksanaan Pertama Pelaksanaan pertama ini dilakukan dengan meninjau pengendalian internal untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. Pengendalian internal berdasarkan COSO terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor umum yang menetapkan yang mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian, integritas mengenai etika, serta cara manajemen memberikan wewenang, 52

15 tanggung jawab mengatur, dan mengembangkan karyawannya. Selain itu perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi. Pada PT. Buana Centra Swakarsa lingkungan pengendalian yang ada adalah sebagai berikut : a. Untuk keputusan yang bersifat strategis karyawan gudang tidak berpastisipasi hanya sebagai pelaksana dan memutuskan tingkat gudang saja. b. Adanya perlakuan yang wajar dan adil terhadap karyawan. c. Adanya reward yang diberikan kepada karyawan yang berprestasi setiap tahunnya. d. Lingkungan perkerjaan bagus tetapi banyak debu. e. Adanya kepercayaan antar pribadi agar pekerjaan dapat berjalan dengan baik. f. Adanya pelatihan-pelatihan terhadap karyawan terutama kepala gudang, checker dan bagian pembiayaan. g. Adanya pengetahuan secara hukum agar mengetahui mana yang boleh dilakuan dan mana yang tidak boleh dilakukan. h. Kebijakan mengenai hukum akan disesuaikan sesuai pelanggaran yang terjadi. i. Mengenai gaji cukup wajar karena disesuaikan sesuai dengan standar UMP atau UMR. j. Adanya musyawarah yang dilakukan apabila terjadinya perbedaan pendapat. k. Mengenai SDM perusahaan mematuhi apa yang ada di dalam Undang- Undang Ketenagakerjaan. 53

16 2. Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko yaitu identifikasi dan menganalisis risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran. Di dalam proses pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat, risiko yang dapat terjadi adalah pemanipulasian data atau pencurian aset. 3. Aktivitas Pengendalian ( Control Activities) Aktivitas Pengendalian mengenai kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi risiko. Mengenai pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat untuk menghadapi risiko yang ada maka dilakukannya pembagian tugas, sebagai berikut : a. Kepala gudang tugasnya memastikan bahwa kegiatan operasional sudah sesuai dengan prosedur yang ada, menerima rekapan sack semen dari checker, mencatat pembiayaan yang harus dikeluarkan, mengirimnya kepada bagian pembiayaan, menerima uang yang dikirimkan oleh pihak finance dan memberi ke checker untuk dibayarkannya kepada tenaga kerja bongkar muat serta memberikan laporan kepada Manager Warehouse Region 1. b. Checker tugasnya mengatur jalannya operasional gudang, mengkoordinasikan pekerja tenaga kerja bongkar muat, mencatat masuk, dan keluarnya sack semen lalu merekapnya dan melakukan pembayaran kepada tenaga kerja bongkar muat. Tenaga kerja bongkar muat tugasnya hanya mengangkut semen yaitu memasukkan semen dan mengeluarkan semen dari gudang. 54

17 c. Bagian Pembiayaan memonitor dan mencatat uang muka proyek yang dikirimkan oleh kasir di gudang. Setelah meninjau pengendalian terhadap pembagian tugas terdapat perbedaan mengenai pengiriman laporan pencatatan biaya angkut bongkar muat kepada bagian pembiayaan. Jadi seharusnya yang mengirimkan data tersebut adalah bagian kasir, namun pada praktiknya kapala gudang yang melakukan hal itu. Jadi disini kepala gudang merangkap menjadi kasir. 4. Informasi dan Komunikasi ( Information and communication) Informasi mengenai record yang dibuat untuk menilai, mencatat, memproses dan melaporkan kejadian pada entitas. Komunikasi mencakup penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab perindividu. Dalam pembiayaan angkut tenaga kerja, informasi yang lakukan oleh bagian gudang dengan pembiayaan cukup baik karena rekapan data dikirim setiap hari melalui . Namun mengenai komunikasi kurang baik, hal ini disebabkan karena pihak dari bagian pembiayaan ingin laporan yang detail dari gudang mengenai data pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat, tetapi pihak gudang khususnya kepala gudang hanya mengirimkan rekapannya saja. 5. Pengawasan ( Monitoring ) Pengawasan dilakukan untuk memeriksa bahwa dalam organisasi sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Buana Centra Swakarsa yaitu : a. Pengawasan dilaksanakan sebulan sekali 55

18 b. Ada evaluasi setiap triwulan c. Adanya pengawasan mengenai kehadiran, disiplin, dan kinerja karyawan b. Pelaksanaan Kedua Pelaksanaan kedua dilakukan dengan mengidentifikasi potensi fraud berdasarkan kelemahan yang ada pada pengendalian internal dari pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat yaitu: 1. Kepala gudang merangkap jadi kasir, sehingga pencatatan biaya angkut tenaga kerja bongkar muat serta yang mengirimkan data laporan pembiayaan tersebut ke bagian pembiayaan adalah kepala gudang. 2. Data laporan mengenai pembiayaan yang dikirimkan ke bagian pembiayaan hanya rekapannya saja yaitu berupa formulir pertanggungjawaban uang muka project, namun tidak secara detail. 3. Pengawasan dilakukan sebulan sekali Dilihat dari kelemahan-kelamahan yang ada maka fraud yang dapat terjadi adalah adanya pemanipulasian pada saat membuat data laporan pembiayaan angkut tenaga kerja, sebab yang mencatat dan melaporkan dilakukan oleh satu orang. c. Pelaksanaan Ketiga Pelaksanaan ketiga dilakukan dengan mengidentifikasi transaksi-transaksi yang menimbulkan tanya, meninjau prosedur-prosedur dan menentukan siapa yang berwenang atas otorisasi transaksi pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan tersebut adalah 56

19 memasukan sack semen ke gudang dan mengeluarkan sack semen dari gudang, hal ini dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat atau yang biasa disebut tenaga kerja borongan. Adapun prosedur-prosedur mengenai biaya angkut tenaga kerja bongkar muat, yaitu : 1. Dari truck Holcim ke gudang itu biaya angkut tenaga kerja bongkar muatnya adalah sebesar Rp 140/ sack semen. 2. Dari gudang ke truck distributor itu biaya angkut tenaga kerja bongkar muatnya adalah sebesar Rp 140/sack semen. 3. Dari truck Holcim ke truck distributor itu biaya angkut tenaga kerja bongkar muatnya adalah sebesar Rp 140/ sack semen. Jadi apabila dari truck Holcim ke gudang lalu ke truck distributor maka biaya untuk pengangkutan yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat adalah Rp 280 tetapi kalau tidak masuk gudang hanya Rp 140. Semen tidak masuk ke gudang dikarenakan terkadang pada saat semen datang, gudang masih dalam kondisi penuh sehingga semen tidak dapat disimpan di gudang, sebab itulah semen diangkut dari truck Holcim langsung ke truck distributor. Yang dipertanyakan disini adalah apakah pada saat semen tidak melalui proses penyimpanan di gudang melainkan langsung ke truck distributor, pencatatan pembiayaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur atau ketentuan yang ada. Mengenai hal tersebut yang berwenang dalam mencatat dan merekap adalah bagian gudang itu sendiri yaitu checker dan kepala gudang. Jadi checker mencatat jumlah sack semen yang diangkut serta mengitung pembiayaannya dan 57

20 membuatnya menjadi 2 rangkap, yang satu disimpan oleh checker itu sendiri dan yang satunya lagi diberikan kepada kepala gudang, namun rekapan data yang dibuat oleh checker tidak pernah ditandatangani oleh kepala gudang. Lalu dari kepala gudang rekapan tersebut dicatat di formulir pertanggungjawaban uang muka project lalu dikirimkan ke bagian pembiayaan melalu tanpa adanya pengawasan dari siapapun. Untuk mengetahui apakah dengan tidak adanya pengawasan dan tidak menandatangani rekapan data yang diberikan oleh checker tersebut terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh kepala gudang, maka dalam melakukan investigasi ini audit harus memperoleh semua dokumen yang berkaitan dengan hal pembiayaan pengangkutan. Memperoleh semua dokumen ini akan dibahas pada pelaksanaan berikutnya. d. Pelaksanaan Keempat Pelaksanaan keempat dilakukan dengan memperoleh semua dokumen perusahaan yang berhubungan dengan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat dan mendapatkan informasi tambahan. Setelah ditelusuri dokumendokumen yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu formulir pertanggungjawaban uang muka project, formulir laporan kas keluar, kuitansi pembayaran dan laporan detailnya. Catatan laporan detail inilah yang dibuat oleh checker yang berbentuk nota karbon sebanyak dua rangkap, yang telah dijelaskan pada pelaksanaan ketiga. Selain itu dokumen yang diperoleh adalah laporan pembiayaan yang dicatat oleh bagian pembiayaan serta laporan keuangan. 58

21 Menurut informasi desas desus yang diperoleh bahwa adanya indikasi kecurangan pada pembiayaan ini adalah sekitar pertengahan tahun 2011, karena dari itulah audit memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat untuk bulan Juni dan Juli tahun Pada pelaksanaan audit ini, adanya informasi tambahan dari checker bahwa Manager Warehouse Region 1 juga merasakan adanya penyelewengan atau pelanggaran penggunaan pada pertengahan tahun e. Pelaksanaan Kelima Pelaksanaan kelima dilakukan dengan mereview arus dokumen (arus atau alur dokumen dapat dilihat pada gambar 3.2) dan menguji catatan keuangan yang berkaitan dengan transaksi pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat serta menetapkan besarnya kerugian. Review dilakukan untuk bulan Juni tahun 2011 terlebih dahulu yaitu dengan membandingkan catatan nota karbon yang ada di checker dengan yang dipegang oleh kepala gudang. Ternyata setelah direview adanya perbedaan antara nota karbon yang dipegang oleh checker dengan yang dipegang oleh kepala gudang, sedangkan yang dipegang oleh kepala gudang itulah yang dicatat pada formulir pertanggungjawaban uang muka project yang dikirimkan ke bagian pembiayaan. Lalu dilakukannya pengujian catatan dengan menghitung kembali dari dokumen-dokumen tersebut. Setelah diuji ternyata pada bulan Juni adanya selisih antara laporan biaya tenaga kerja bongkar muat yang dibuat oleh checker dengan laporan biaya tenaga kerja bongkar muat yang dibuat oleh kepala gudang, selisih tersebut sebesar Rp Jumlah tersebut cukup besar selisihnya, dalam sehari saja selisih dapat sebesar Rp , berikut perbandingannya pada 2 Juni 2011 yaitu : 59

22 Tabel 4.1 Selisih Biaya Angkut TKBM Laporan Biaya TKBM Kepala Gudang Rp Laporan Biaya TKBM Checker Rp Selisih Rp Berikutnya review dan pengujian dilakukan pada bulan Juli Langkah-langkah dalam review dan pengujian sama dengan pada bulan Juni Setelah direview dan di uji ternyata bulan Juli juga mengalami hal yang sama dengan Juni, yaitu terdapatnya selisih antara laporan biaya kepala gudang dengan yang ada di checker. Selisih pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar Rp Jumlah tersebut cukup besar selisihnya, dalam sehari saja selisih dapat sebesar Rp , berikut perbandingannya pada 4 Juli 2011 yaitu : Tabel 4.2 Selisih Biaya Angkut TKBM Laporan Biaya TKBM Kepala Gudang Rp Laporan Biaya TKBM Checker Rp Selisih Rp Setelah diamati bahwa semakin lama selisih mengenai pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat semakin tinggi dan laporan biaya yang dicatat oleh kepala gudang selalu lebih besar dengan yang dicatat oleh checker. Dengan adanya selisih yang semakin meningkat, audit juga memeriksa bulan Januari hingga Mei, serta Agustus hingga Desember. Setelah direview maka pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Agustus terdapat adanya selisih antara laporan biaya kepala gudang dengan yang ada di checker. Namun pada bulan September hingga Desember tidak terdapatnya selisih. Maka kesimpulan sementara bahwa indikasi adanya kecurangan berhenti pada bulan September. 60

23 Setelah mengetahui hal tersebut, audit juga memeriksa pencatatan di bagian pembiayaan ternyata benar laporan yang dikirimkan ke bagian pembiayaan jumlahnya sama dengan laporan yang di catat oleh kepala gudang bukan yang dicatat oleh checker. Jumlah selisih antara laporan biaya kepala gudang dengan yang ada di checker pada bulan Januari-Agustus tahun 2011 adalah sebesar Rp Untuk keterangan lebih detailnya akan dicantumkan pada lampiran. Jumlah yang ada setelah dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2011 adalah sama. Sehingga telah dipastikan bahwa perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp f. Pelaksanaan Keenam Pelaksanaan keenam ini dilakukan dengan menetapkan siapa pelaku yang melakukan kecurangan dan menentukan modus yang dilakukan oleh si pelaku serta meninjau motivasi, peluang dan rasionalisasi pelaku dalam melakukan kecurangan. Setelah adanya hasil dari pelaksanaan pertama hingga kelima, maka telah dipastikan bahwa pelaku dari indikasi kecurangan ini adalah kepala gudang Kranji itu sendiri. Dalam kasus ini, pelaku memanipulasi data mengenai pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat. Jadi yang seharusnya biaya yang dicatat adalah sebesar Rp 140 namun yang dicatat oleh kepala gudang adalah Rp 280, padahal tidak semuanya proses pengangkutan semen dari truck Holcim ke gudang lalu ke truck distributor sebab ada kalanya gudang penuh dan bahkan terkadang kepala gudang tanpa memeriksa gudang terlebih dahulu langsung memberikan perintah mengenai semen yang datang langsung diangkut ke truck 61

24 distributor, namun catatan laporan yang dibuat oleh kepala gudang bahwa semen melalui proses penyimpanan di gudang terlebih dahulu. Setelah itu kepala gudang melaporkan jumlah pembiayaan tenaga kerja bongkar muat sesuai dengan yang dia catat lalu mengirimkannya kepada bagian pembiayaan, setelah diterima dan dicatat oleh bagian pembiayaan maka bagian pembiayaan mengirimkan jumlah tersebut kepada bagian finance, setelah itu bagian finance mengirimkan sejumlah uang kepada kepala gudang sesuai dengan jumlah biaya yang diterima dari bagian pembiayaan. Setelah uang dikirim dari finance, kepala gudang menerimanya lalu memberikan uang tersebut kepada checker untuk dibayarkan kepada tenaga kerja bongkar muat sesuai dengan yang checker catat, namun sisanya kepala gudang simpan untuk keuntungan pribadi. Sebab itulah perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar akibat dari tindakan si pelaku. Pelaku kecurangan ini mulai bekerja di gudang Kranji pada bulan April Motivasi si pelaku adalah karena gaya hidup yang mewah dan karena kebutuhan ekonomi. Peluang yang ada disebabkan kurangnya pengendalian dalam pencatatan digudang sehingga pelaku dapat dengan mudahnya memanipulasi data. Rasionalisasi atau pembenaran yang ada mungkin dia berfikir kalau sebelum-sebelumnya manipulasi data yang dibuat tidak terungkap dan mengenai kerugian yang di alami oleh perusahaan tidak ditindaklanjuti sehingga dia berfikir mungkin ini hal yang sudah biasa di perusahaan, maka dari itu dia melakukannya terus-menerus hingga bulan bulan Agustus tahun

25 IV.5 Temuan Audit Temuan audit kecurangan pada penelitian ini yaitu : Adanya Ketidaksesuaian Total Biaya Angkut Tenaga Kerja Bongkar Muat Yang Dicatat Oleh Checker Dengan Yang Dicatat Oleh Kepala Gudang Penjelasannya sebagai berikut : a. Kondisi Kondisi disini yaitu dimana total pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat yang dicatat oleh kepala gudang, lalu dikirimkan ke bagian pembiayaan. Dari bagian pembiayaan jumlah biaya tersebut dikirimkan ke bagian finance, setelah itu bagian finance memberikan jumlah uang sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja bongkar muat kepada kepala gudang. Setelah dilakukan audit maka temuan yang didapat mengenai total dari pencatatan laporan pembiayaan yang ada dari bulan Januari hingga Agustus 2011 adalah sebesar Rp b. Kriteria Kriteria disini yaitu dimana total pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat yang dicatat oleh checker, kemudian checker memberikannya kepada kepala gudang untuk dicatat dan dikirimkan ke bagian pembiayaan. Setelah dilakukan audit maka temuan yang didapat mengenai total dari pencatatan laporan pembiayaan yang ada dari bulan Januari hingga Agustus 2011 sebesar Rp c. Penyebabnya adalah : 1. Biaya pengangkutan yang dibesar-besarkan, yang seharusnya Rp 140 tetapi dicatat sebesar Rp

26 2. Tidak adanya pemeriksaan kembali apakah yang dikatakan kepala gudang bahwa gudang dalam kondisi penuh itu benar atau tidak. 3. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas di gudang sehingga kepala gudang merangkap menjadi kasir. 4. Tidak adanya pengawasan yang dilakukan pada saat pencatatan pembiayaan yang akan dikirimkan kepada bagian pembiayaan. 5. Pada saat uang diterima oleh kepala gudang lalu diberikan kepada checker untuk dibayarkan ke tenaga kerja bongkar muat juga tidak adanya pengawasan. 6. Nota karbon yang diberikan oleh checker juga tidak ditandatangani. 7. Lemahnya pengendalian internal di gudang Kranji. 8. Tidak adanya verifikasi data pembiayaan. 9. Kurangnya komunikasi antara bagian pembiayaan dan gudang 10. Tidak adanya sistem yang bekerja secara otomatis dalam menangani pengiriman laporan pembiayaan ini khususnya dalam data laporan detailnya, sehingga pengiriman hanya berupa rekapannya saja dan melalui . d. Akibatnya adalah : 1. Biaya angkut tenaga kerja bongkar muat melonjak tinggi dari yang semestinya. 2. Perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp pada periode Januari hingga Agustus Kinerja perusahaan tidak berjalan baik. 4. Terhambatnya dalam mencapai sasaran perusahaan. 64

27 5. Indikasi kecurangan dapat dilakukan dengan tidak mengirimnya data laporan detail kepada bagian pembiayaan. e. Rekomedasi yang dapat disampaikan adalah : 1. Pengendalian terhadap pembiayaan lebih diperketat, misalnya dengan adanya pengawasan pada saat laporan biaya dicatat dan dikirim ke bagian gudang. Pengawasan tersebut cukup dilakukan oleh checker. 2. Adanya verifikasi data pembiayaan, misalnya dengan memeriksa kembali data laporan rekapan pembiayaan yang dikirimkan oleh kepala gudang dengan laporan detail yang ada di checker. 3. Adanya pemeriksaan kembali apakah yang dikatakan kepala gudang bahwa gudang dalam kondisi penuh itu benar atau tidak, misalnya salah satu checker memeriksa gudang untuk memastikan pernyataan dari kepala gudang. 4. Adanya pembagian tugas yang jelas khususnya mengenai pencatatan laporan biaya angkut tenaga kerja di gudang, misalnya adanya kasir di gudang serta pada checker yaitu ada yang bagian mencatat semen datang, semen di gudang, dan semen keluar agar pembagian tugas dapat berjalan dengan baik. 5. Pada saat kepala gudang menerima sejumlah uang yang dikirimkan dari bagian finance, mencatat laporan kas keluar dan kuitansi serta memberikan uang kepada checker yang untuk dibayarkan ke tenaga kerja bongkar muat harus adanya pengawasan juga, untuk membandingkan apakah jumlah uang yang diterima oleh kepala gudang dengan apa yang 65

28 dia catat di laporan kas keluar dengan kuitansi serta yang diberikan kepada checker sama atau tidak. 6. Nota karbon yang ada di checker dan di kepala gudang seharusnya ditandatangani untuk sebagai bukti. 7. Adanya pemantauan mengenai pembiayaan sebanyak seminggu sekali dan evaluasi dilakukan setiap sebulan sekali, misalnya adanya pengecekkan proses pembiayaan ke gudang Kranji atau bahkan ke gudang-gudang lainnya untuk mencegah terjadinya kecurangan serta mengevaluasi kinerja dari kepala gudang dan checker di gudang. 8. Adanya komunikasi yang baik antara gudang dan bagian pembiayaan, misalnya bagian pembiayaan memberitahukan kepada bagian gudang kalau data yang dibutuhkan bukan hanya rekapan saja tetapi data detailnya juga. 9. Adanya sistem secara otomatis yang menghubungkan pihak gudang dan pembiayaan, sehingga pada saat bagian gudang melakukan entry data pembiayaan angkut tenaga kerja bongkar muat hal tersebut langsung secara otomatis terkirimkan ke bagian pembiayaan, sehingga laporan detail dan rekapan pembiayaan dapat diterima oleh bagian pembiayaan. Namun pengadaan sistem tersebut untuk biaya yang harus dikeluarkan harus disesuaikan dengan kekampuan kas perusahaan, jangan sampai dengan adanya sistem otomatis tersebut perusahaan mengeluarkan jumlah uang yang cukup besar untuk membelinya, sehingga yang terjadi perusahaan akan rugi. 66

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemborongan (paket). Dalam kegiatan pengangkutan terhadap jasa tenaga kerja bongkar

BAB I PENDAHULUAN. pemborongan (paket). Dalam kegiatan pengangkutan terhadap jasa tenaga kerja bongkar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tenaga kerja bongkar muat adalah salah satu bentuk pekerjaan melalui pemborongan (paket). Dalam kegiatan pengangkutan terhadap jasa tenaga kerja bongkar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika

Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika L1 Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika No Pertanyaan. Ya 1 Apakah perusahaan memiliki petunjuk pelaksanaan mengenai: a. tata tertib dikomuni- b. disiplin kasikan yang

Lebih terperinci

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pernyataan SS S N TS STS I. Kualifikasi Pemeriksaan Internal Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Keberhasilan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN 1

PENGENDALIAN INTERN 1 PENGENDALIAN INTERN 1 Pengertian Pengendalian Intern Standar pekerjaan lapangan yang kedua (PSA No. 01 (SA 150)) menyebutkan Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Rencana Penerimaan Piutang Dagang Mingguan. Daftar Piutang yang dihapuskan dan Internal Office Memo

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Rencana Penerimaan Piutang Dagang Mingguan. Daftar Piutang yang dihapuskan dan Internal Office Memo LAMPIRAN-LAMPIRAN L1 Metode Pengumpulan Data L2 Proses Tinjauan Pelanggan L3 Form Penawaran Harga L4 Purchase Order L5 Surat Jalan L6 Invoice L7 Faktur Pajak L8 Voucher Penerimaan L9 Rencana Penerimaan

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas LAMPIRAN I KUESIONER Responden yang terhormat, Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha) mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Pulasari (2010) meneliti tentang evaluasi system pengendalian internal penjualan jasa perawatan lift pada PT.Industri Lift Indonesia Nusantara kantor cabang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Untuk mewujudkan suatu evaluasi yang baik maka perlu dilakukan perencanaan terlebih

BAB IV PEMBAHASAN. Untuk mewujudkan suatu evaluasi yang baik maka perlu dilakukan perencanaan terlebih BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Evaluasi Untuk mewujudkan suatu evaluasi yang baik maka perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu. Tujuan dilakukan perencanaan evaluasi yaitu untuk memperoleh bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Peran Internal Auditor dalam Perusahaan Dewasa ini upaya yang dilakukan oleh perusahaan adalah tercapainya tujuan perusahaan guna menunjang aktivitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

Flowchart Prosedur Penjualan Kredit, Piutang dagang, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan Pemasaran yang Berjalan di Perusahaan

Flowchart Prosedur Penjualan Kredit, Piutang dagang, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan Pemasaran yang Berjalan di Perusahaan L1 Flowchart Prosedur Penjualan Kredit, Piutang dagang, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan Pemasaran yang Berjalan di Perusahaan Untuk public training Bagian Penjualan dan Pemasaran Mulai 1 Mempromosikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengauditan internal atas pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya persaingan bisnis di Surabaya pada saat ini menandakan bahwa perkembangan dunia bisnis di kota Surabaya semakin pesat. Dapat dipastikan hampir semua bisnis,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN PEMERIKSAAN INTERN DALAM MENGEFEKTIFKAN KEANDALAN ATAS PENGENDALIAN INTERN PENAGIHAN PIUTANG DAFTAR PERTANYAAN TERTUTUP

KUESIONER PENELITIAN PERANAN PEMERIKSAAN INTERN DALAM MENGEFEKTIFKAN KEANDALAN ATAS PENGENDALIAN INTERN PENAGIHAN PIUTANG DAFTAR PERTANYAAN TERTUTUP 85 KUESIONER PENELITIAN PERANAN PEMERIKSAAN INTERN DALAM MENGEFEKTIFKAN KEANDALAN ATAS PENGENDALIAN INTERN PENAGIHAN PIUTANG DAFTAR PERTANYAAN TERTUTUP Dimohon jika tidak keberatan untuk mengisi data diri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Sistem Akuntansi Niswonger, Warren, Fess (1999) yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait mendefinisikan, Sistem Akuntansi (Accounting System) adalah metode dan prosedur

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

No. Pernyataan. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak

No. Pernyataan. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak LAMPIRAN Lampiran. Kuesioner No. Pernyataan Lingkungan Pengendalian. Perusahaan telah menerapkan integritas dan nilai etis dalam kegiatannya.. Perusahaan telah menempatkan karyawan sesuai dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis dan pemahaman atas internal control PT Lahanwicaksana Prima dilakukan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis dan pemahaman atas internal control PT Lahanwicaksana Prima dilakukan BAB IV PEMBAHASAN Analisis dan pemahaman atas internal control PT Lahanwicaksana Prima dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode naratif dan kuisioner. Metode kuisioner di susun dalam bentuk daftar

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN Evaluasi atas sistem akuntansi dimulai pada saat perusahaan mengalami kekurangan bahan baku untuk produksi saat produksi berlangsung. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada

Lebih terperinci

KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN

KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pertanyaan SS S R TS STS 1. Kualifikasi Audit Internal Kepegawaian dan Penggajian a. Independensi Auditor

Lebih terperinci

. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur dalam Sistem Penjualan Kredit. 1. Prosedur Penjualan Kredit dan Piutang Dagang

. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur dalam Sistem Penjualan Kredit. 1. Prosedur Penjualan Kredit dan Piutang Dagang 43. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur dalam Sistem Penjualan Kredit. 1. Prosedur Penjualan Kredit dan Piutang Dagang Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit pada PT.Triteguh

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan audit kecurangan diperlukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya agar dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya kecurangan, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai. Tentunya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern bagian penggajian dan pengupahan dalam menunjang efektivitas pembayaran gaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan sistem

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan sistem BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan sistem informasi akuntansi persediaan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya?

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya? LAMPIRAN A DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER TENTANG PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENGGAJIAN PADA KSP. NASARI NO. Pertanyaan ADANYA STRUKTUR

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Lampiran 20 KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Kepada Yth, Bapak/ibu respoden Di tempat Bandung, 17 Desember 2007 Dengan hormat, Melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, kita di tuntut untuk dapat memberikan yang terbaik agar dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan BAB IV PEMBAHASAN IV. Tahap-Tahap Audit Kecurangan IV.1. Perencanaan Audit Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI ( )

PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI ( ) PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI (100462201282) FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI Universitas Maritim Raja Ali Haji 2014 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang efektivitas pembayaran gaji dan upah, maka dapat diambil simpulan

Lebih terperinci

88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA)

88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) 88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) Daftar pertanyaan untuk wawancara ini berisi pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan siklus penggajian dan pembelian di SMA

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Pendapatan atau revenue memiliki aktivitas yang meliputi empat tahap di antaranya adalah sales order entry, shipping, billing,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA IV.1 Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit operasional di PT Bangunreksa Millenium Jaya akan dimulai dari tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit. Salah satunya menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA INTERNAL AUDIT Materi 1 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 1 FAKTOR PENTING PERKEMBANGAN INTERNAL AUDIT PERDEBATAN MENGENAI PERAN INTERNAL AUDIT 1. Jenis Usaha 2. Luas Kegiatan Usaha 3. Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL

PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengendalian internal yang meliputi struktur organisasi beserta semua mekanisme

Lebih terperinci

Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini

Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini Deskripsi Kerja Usulan Struktur Organisasi Saat Ini a. Direktur: (1) Membuat keputusan strategis perusahaan pada seluruh aktivitas operasional; (2) Menentukan kebijakan manajemen atas kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. proses audit, persiapan dan perencanaan audit harus dibuat terlebih dahulu dengan

BAB 4 PEMBAHASAN. proses audit, persiapan dan perencanaan audit harus dibuat terlebih dahulu dengan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Survei Pendahuluan Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh auditor sebelum menjalankan proses audit, persiapan dan perencanaan audit harus dibuat terlebih dahulu dengan harapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

Dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul Pengaruh Kualitas Sistem Informasi

Dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul Pengaruh Kualitas Sistem Informasi KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Internal Berbasis COSO dan Dampaknya Pada Pencegahan Kecurangan Responden yang terhormat, Dalam rangka penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan PT. Sinar Buana adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak dalam bidang distribusi permesinan dan bahan kimia industri. PT. Sinar Buana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang pembelian bahan baku yang efisien dan efektif maka dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Akuntansi II.1.1. Sistem Dalam perusahaan suatu sistem dirancang untuk membantu kelancaran aktifitas kegiatan operasional perusahaan. menurut James A. Hall

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi,

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI PT. X

STRUKTUR ORGANISASI PT. X LAMPIRAN 120 Lampiran A 121 STRUKTUR ORGANISASI PT X Direktur Sekretaris Auditor Internal Sales Supervisor Logistik Supervisor Acconting & Finance Supervisor Staff Penjualan (Salesman) Staff Logistik Kasir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Sistem Nugroho Widjajanto (2001:2) mengartikan sistem sebagai sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Audit Operasional Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan merupakan

Lebih terperinci

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014 CHAPTER VI Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA Politeknik Negeri Bali 2014 SPAP Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, perusahaan memerlukan pemanfaatan secara optimal dari berbagai macam sumber dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, perusahaan memerlukan pemanfaatan secara optimal dari berbagai macam sumber dana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, perusahaan memerlukan pemanfaatan secara optimal dari berbagai macam sumber dana dan sumber daya yang ada guna mempertajam persaingan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PENDAPATAN JASA PADA PERUSAHAAN UMUM DAMRI

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PENDAPATAN JASA PADA PERUSAHAAN UMUM DAMRI ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PENDAPATAN JASA PADA PERUSAHAAN UMUM DAMRI Gilang Chrismarcelian Pracoyo Jl. U No. 9A RT 009 / RW 015 Kelurahan Palmerah, Kec. Palmerah Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Rateksi (2012), menganalisis sistem pengendalian internal fungsi penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI PADA PT. X VARIABEL INDEPENDEN

Lampiran 1 KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI PADA PT. X VARIABEL INDEPENDEN Lampiran 1 KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI PADA PT. X VARIABEL INDEPENDEN No Pertanyaan 1. Kualifikasi Audit Internal Persediaan Barang jadi a. Independensi Auditor Internal 1 2 3

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI CV. CISARUA

STRUKTUR ORGANISASI CV. CISARUA DIREKTUR Wakil Direktur Manager Produksi Manager Personalia Manager Pemasaran Manager Pembelian Manager Keuangan Koord. Quality Control PPIC & Logistik Manufacturing Accounting Maintenance Lokal Ekspor

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA

BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA 4.1 Perencanaan dan tujuan evaluasi pengendalian internal atas prosedur piutang usaha dan penerimaan kas Pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Hero Mandiri Indonesia didirikan sejak tahun 2004 dengan nama Hero Plasindo. Pada tahun 2005, perusahaan ini berganti nama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pada Instalasi Farmasi Klinik. Pertamedika Sinabung Jakarta Selatan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pada Instalasi Farmasi Klinik. Pertamedika Sinabung Jakarta Selatan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pada Instalasi Farmasi Klinik Pertamedika Sinabung Jakarta Selatan 1. Lingkungan Pengendalian 1.1. Falsafah dan Gaya Manajemen

Lebih terperinci

Proses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan

Proses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar Proses Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Penilaian Sebelum Penendatanganan Monitoring Atas Pembiayaan Persetujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SISTEM DAN PROSEDUR 1. Pengertian Sistem Adanya sistem dalam sebuah organisasi maupun kelompok dalam melakukan kegiatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab IV, dapat disimpulkan bahwa Internal Auditing cukup berperan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SistemInformasi Akuntansi Kas pada PT. Sentral Cargo Sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan pada PT. Sentral Cargo cukup sederhana. Sistem

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup Setiap perusahaan memerlukan pengendalian internal untuk mengendalikan seluruh fungsi di dalamnya.

Lebih terperinci