Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih"

Transkripsi

1 Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data Data jumlah kedatangan penumpang diperoleh langsung dari pihak manajemen. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih lengkap berada pada lampiran) : Tabel 4.1 Tabel jumlah penumpang Transjakarta tahun 2010 Manajemen Transjakarta Koridor Total Per Tahun Rata-Rata Per Hari Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Koridor Total Bus Transjakarta beroperasi mulai dari jam hingga Sistem kerja bus Transjakarta dibagi menjadi 2 shift kerja. Yaitu shift 1 jam dan shift 2 jam

2 dimana bus dalam 1 koridor akan dibagi menjadi dua dimana bus bus tersebut akan memulai start dari 2 titik halte paling ujung. Dimana pengunjung dari masing masing start memberikan perbandingan sebanyak 60 : 40 untuk pagi hari dan 40 : 60 untuk malam hari. Sedangkan untuk siang hari kedua arah tersebut cenderung merata (50 : 50). Selain itu didapatkan data penelitian manajemen untuk kedatangan per jam untuk 3 koridor fokus studi yang diambil pada tanggal 13 Desember 2010 hingga 17 Desember 2010(data lengkap pada lampiran), menyatakan bahwa terdapat 3 buah periode besar dimana terdapat perubahan grafik kedatangan penumpang, ketiga periode tersebut adalah: Tabel 4.2 Rata rata penumpang tiap jamnya bulan Desember 2010 Manajemen Transjakarta Jam Koridor 1 Koridor 2 Koridor 3 Rata2 Pk Pk Pk Pk Pk Pk Pk Pk Pk Pk

3 53 Pk Pk Pk Pk Pk Pk Pk Periode pergi kerja ( ) yang memberikan kontribusi sekitar 33,5% dari jumlah harian 2. Periode siang dan pergantian shiftpegawai ( ) yang memberikan kontribusi sekitar 26.5% dari jumlah harian 3. Periode pulang kerja ( ) yang memberikan kontribusi 40% dari jumlah harian Data di atas menunjukan bahwa kedatangan penumpang tidak tetap setiap saat. Sedangkan untuk jumlah penumpang yang melakukan transit pada halte transit seperti Halte Grogol, Halte Harmoni, Halte Senen, dan Halte Dukuh Atas tidak didapat dari manajemen karena sulitnya melakukan pengambilan data tersebut. Berikut ini adalah data perencanaan Manajemen Transjakarta untuk setiap koridor:

4 54 Tabel 4.3Tabel alokasi bus, panjang koridor, dan waktu tempuh normal Manajemen Transjakarta Koridor Jumlah Panjang Koridor Waktu Tempuh Normal Koridor ,9 KM 45 menit Koridor KM 45 menit Koridor KM 50 menit Pembagian bus untuk setip harinya bervariasi untuk setiap jam. Untuk pagi hari, pukul dan malam hari, pukul bus yang beroperasi lebih sedikit dikarenakan jumlah penumpang tidak terlalu banyak. Khusus koridor 1, pembagian bus lebih kompleks lagi dikarenakan bus dialokasikan untuk jalur trayek khusus Ragunan Harmoni, Harmoni Ancol, PGC Ancol, Harmoni PGC. Untuk pengisian bahan bakar, untuk Koridor 1 Bus Transjakarta menggunakan bahan bakar solar dan pengisian dapat dilakukan menggunakan mobil pengisian bahan bakar di beberapa halte, dan stasiun pengisian bahan bakar khusus Bus Transjakarta sehingga waktu pengisian menjadi fleksibel. Sedangkan Kooridor 2 dan Kooridor 3 yang menggunakan bahan bakar gas, stasiun pengisian bahan bakar berada di Pemuda dan memakan waktu sekitar 2 6 jam untuk melakukan pengisian bahan bakar karena banyaknya bus dari koridor lain yang juga mengisi bahan bakar di Stasiun Pemuda. Namun sekali pengisian, rata rata setiap bus mampu melakukan 4 kali perjalanan. 4.2 Analisis Data Sebelum memasukan data ke dalam analisis Teori Antrian, dilakukan analisis untuk menguji apakan data yang telah diperoleh dari manajemen adalah sebaran poisson.

5 55 Untuk melakukan pengujian distribusi poisson, maka penulis memasukan data kedatangan per jam setiap hari ke dalam SPSS. Gambar 4.1 Uji Distribusi Poisson pada data kedatangan penumpang Analisis sistem berjalan di sini dibuat menggunakan Teori Antrian, melalui data yang didapat, dimana untuk koridor 1 saja dengan default kedatangan bus selama 2 menit dan terdapat rata rata 76,799 orang penumpang setiap harinyadan kapasitas maksimal busway sebanyak 85 orang (Bus koridor 1 tidak memiliki bus gandeng) dan waktu kerja selama 17 jam (pukul hingga 22.00) maka dengan Teori Antrian, perhitunggan manual untuk pola kedatangan bus dapat dihitung seperti berikut: 1. Jumlah kedatangan: Periode 1 = 33,5% x = orang λ 11 = orang x 60% / 6 jam = 2573 orang per jam λ 12 = orang x 40% / 6 jam = 1715 orang per jam Periode 2 = 26.5% x = orang

6 56 λ 21 = orang x 50% / 5 jam = 2035 orang per jam λ 22 = orang x 50% / 5 jam = 2035 orang per jam Periode 1 = 37,5% x = orang λ 31 = orang x 65% / 6 jam =2048 orang per jam λ 32 = orang x 35% / 6 jam = 3072 orang per jam 2. Untuk perhitungan manual. kapasitas pelayanan yang diambil dari 3 buah rentang waktu kedatangan sebagai perbandingan. Dengan masing masing: μ = 85 x 20 = 1700 (dengan asumsi kedatangan 3 menit sekali ) μ = 85 x 30 = 2550 (dengan asumsi kedatangan 2 menit sekali - default ) μ = 85 x 40 = 3400 (dengan asumsi kedatangan 1,5 menit sekali ) Untuk perhitungan komputer, maka rentang waktu diberikan 10 buah antara (5,5 menit hingga 1,5 menit dengan jarak 0,5 menit). 3. Kemungkinan kosongnya sistem (P0) untuk setiap rentang waktu kedatangan dapat dihitung dengan: Periode 1: P0 = 1 P0 = 1 P0 = 1 = 1 = (Bulking) = 1 = (Bulking untuk default) = 1 = P0 = 1 P0 = 1 P0 = 1 = 1 = 1 = = 1 = = (Bulking)

7 57 Begitu pula untuk periode 2 dan periode 3: P0 = -0,1971 P0 = -0,2047 P0 = 0,2020 P0 = 0,1969 P0 = 0,4015 P0 = 0,3976 P0 = -0,1971 P0 = -0,8071 P0 = 0,2020 P0 = -0,2047 P0 = 0,4015 P0 = 0,0965 Dari hasil perhitungan P0, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kedatangan bus selama 3 menit sekali dan 2 menit sekali pada periode 1start 1 tidak memiliki kemungkinan halte kosong. Hal ini dapat dilihat dari nilai P0 yang bernilai negatif. Sedangkan untuk kedatangan 1,5 menit sekali memiliki kemungkinan halte kosong (dengan catatan bus selalu dalam kondisi penuh)dan dianjurkan pola kedatangan lebih cepat lagi. Sedangkan untuk start 2 kedatangan 3 menit sekali masuk ke dalam kriteria (kriteria 0 < P0 < 0,3) namun pada perhitungan program dianjurkan untuk menggunakan kedatangan 2,5 menit.sedangkan untuk periode ke 2, untuk masing masing start, bisa menggunakan pola kedatangan 2 menit sekali. Dan untuk periode ke 3, start pertama dianjurkan untuk menggunakan pola kedatangan 2 menit sekali dan start pertama dianjurkan menggunakan pola kedatangan 1,5 menit sekali. Dengan menggunakan perhitungan kedatangan diatas, maka perhitungan LQ (banyaknya orang dalam antrian), dan WQ (rata-rata waktu tunggu dalam antrian) adalah sebagai berikut:

8 58 Periode pertama: LQ = 3 orang WQ = 3,24 detik LQ, = 5 orang WQ, = 9,36detik Begitu pula untuk periode 2 dan periode 3: LQ = 4 orang WQ = 5,4 detik LQ = 4 orang WQ = 5,4 detik LQ = 4 orang WQ = 5,76 detik LQ = 9 orang WQ = 10,08 detik

9 59 Gambar 4.2 Hasil perhitungan program untuk koridor 1 Begitu pula dengan koridor koridor yang termasuk dalam ruang lingkup penulis (Pulo Gadung Harmoni dan Kalideres Pasar Baru, dua-duanya memiliki

10 60 default waktu kedatangan antar bus sebesar 1,5 menit) dengan tidak memiliki bus gandeng, dan perhitungan program sebagai berikut: Gambar 4.3 Hasil perhitungan program untuk koridor 2

11 61 Dengan perhitungan program diatas, didapatkan untuk periode pertama, start 1 optimum dengan kedatangan 4 menit, start 2 dengan kedatangan 5,5 menit sekali. Sedangkan untuk periode ke 2 optimum dengan kedatangan 5 menit, dan periode 3menggunakan pola kedatangan 5 dan 3,5 menit. Sedangkan untuk Kalideres Pasar Baru, dengan perhitungan program didapatkan: Gambar 4.4 Hasil perhitungan program untuk koridor 3

12 62 Dengan perhitungan program di atas, maka untuk periode 1, pola kedatangan menggunakan 5 menit dan 3,5 menit sekali. Untuk periode 2, akan maksimal di pola kedatangan 4,5 menit sekali, dan periode 3 akan menggunakan pola kedatangan 4 dan 3,5 menit sekali. Perhitungan di atas mengacu kepada keadaan apabila bus selalu terisi penuh (85 penumpang per bus). Ada baiknya bila perhitungan dapat menggunakan perhitungan dari faktor penumpangyang melakukan transit. Hasil rentang waktu kedatangan antar bus selanjutnya akan menjadi inputan untuk diolah menjadi penjadwalan oleh Algoritma Genetik. 4.3 Optimalisasi Penjadwalan Setelah melalui proses analisis, maka penjadwalan akan di generate menggunakan program yang telah dibuat berdasarkan metode Algoritma Genetik.Program tersebut akan menjalankan langkah seperti yang tertulis pada bab 3 dan akan berhenti apabila semua constraint telah terpenuhi dan fitness = 1. Berikut adalah perhitungan fitness 50 iterasi pertama pada program (nilai fitness dibulatkan 5 angka dibelakang nol): Proc: 0 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 1 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 2 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 3 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => )

13 63 Proc: 4 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 5 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 6 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 7 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 8 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 9 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 10 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 11 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 12 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 13 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 14 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 15 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => )

14 64 Proc: 16 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 17 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 18 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 19 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 20 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 21 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 22 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 23 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 24 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 25 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 26 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 27 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => )

15 65 Proc: 28 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 29 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Proc: 30 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 31 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 32 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 33 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 34 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 35 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 36 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 37 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 38 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 39 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => )

16 66 Current Fitness: Proc: 40 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 41 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 42 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 43 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 44 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 45 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 46 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 47 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 48 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 49 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness: Proc: 50 cromosome ( [0] => [1] => [2] => [3] => ) Current Fitness:

17 67 Disini dapat dilihat selama iterasi tersebut, nilai fitness untuk start 1 yang semula bernilai akan semakin naik menjadi mendekati 1. Dan setelah beberapa kali proses iterasi, apabila semua constraint terpenuhi, maka nilai fitness menjadi 1 dan proses perhitungan algoritma genetik akan selesai maka penjadwalan sudah dalam kondisi optimal. Gambar 4.5 Perhitungan fitness 50 iterasipada program

18 68 Berikut hasil outputyang di-generatedari program untuk Koridor 2 selama 1 hari: Tabel 4.4 Tabel hasil optimalisasi penjadwalan pada koridor 2 No. Time1 Pulo Gadung Time2 Harmoni 1 5:00:00 TA031 5:00:00 TA :04:00 TA021 5:05:30 TA :08:00 TA014 5:11:00 TA :12:00 TA023 5:16:30 TA :16:00 TA010 5:22:00 TA :20:00 TA012 5:27:30 TA :24:00 TA030 5:33:00 TA :28:00 TA024 5:38:30 TA :32:00 TA027 5:44:00 TA :36:00 TA029 5:49:30 TA :40:00 TA034 5:55:00 TA :44:00 TA016 6:00:30 TA :48:00 TA028 6:06:00 TA :52:00 TA003 6:11:30 TA :56:00 TA020 6:17:00 TA :00:00 TA036 6:22:30 TA :04:00 TA025 6:28:00 TA :08:00 TA002 6:33:30 TA Tabel 6:12: Tabel hasil TA032 optimalisasi penjadwalan 6:39:00 pada koridor TA :16:00 TA006 6:44:30 TA039

19 :20:00 TA026 6:50:00 TA :24:00 TA004 6:55:30 TA :28:00 TA005 7:01:00 TA :32:00 TA019 7:06:30 TA :36:00 TA001 7:12:00 TA :40:00 TA017 7:17:30 TA :44:00 TA018 7:23:00 TA :48:00 TA009 7:28:30 TA :52:00 TA013 7:34:00 TA :56:00 TA011 7:39:30 TA :00:00 TA007 7:45:00 TA :04:00 TA008 7:50:30 TA :08:00 TA033 7:56:00 TA :12:00 TA015 8:01:30 TA :16:00 TA000 8:07:00 TA :20:00 TA022 8:12:30 TA :24:00 TA035 8:18:00 TA :28:00 TA056 8:23:30 TA :32:00 TA065 8:29:00 TA :36:00 TA050 8:34:30 TA :40:00 TA053 8:40:00 TA Tabel 7:44: Tabel hasil TA061 optimalisasi penjadwalan 8:45:30 pada koridor TA :48:00 TA044 8:51:00 TA012

20 :52:00 TA052 8:56:30 TA :56:00 TA042 9:02:00 TA :00:00 TA063 9:07:30 TA :04:00 TA038 9:13:00 TA :08:00 TA045 9:18:30 TA :12:00 TA059 9:24:00 TA :16:00 TA064 9:29:30 TA :20:00 TA058 9:35:00 TA :24:00 TA040 9:40:30 TA :28:00 TA062 9:46:00 TA :32:00 TA046 9:51:30 TA :36:00 TA073 9:57:00 TA :40:00 TA055 10:02:30 TA :44:00 TA039 10:08:00 TA :48:00 TA069 10:13:30 TA :52:00 TA054 10:19:00 TA :56:00 TA051 10:24:30 TA :00:00 TA049 10:30:00 TA :04:00 TA037 10:35:30 TA :08:00 TA048 10:41:00 TA :12:00 TA070 10:46:30 TA Tabel 9:16: Tabel hasil TA041 optimalisasi penjadwalan 10:52:00 pada koridor TA :20:00 TA057 10:57:30 TA013

21 :24:00 TA068 11:05:00 TA :28:00 TA072 11:10:00 TA :32:00 TA047 11:15:00 TA :36:00 TA060 11:20:00 TA :40:00 TA066 11:25:00 TA :44:00 TA067 11:30:00 TA :48:00 TA043 11:35:00 TA :52:00 TA071 11:40:00 TA :56:00 TA031 11:45:00 TA :00:00 TA021 11:50:00 TA :04:00 TA014 11:55:00 TA :08:00 TA023 12:00:00 TA :12:00 TA010 12:05:00 TA :16:00 TA012 12:10:00 TA :20:00 TA030 12:15:00 TA :24:00 TA024 12:20:00 TA :28:00 TA027 12:25:00 TA :32:00 TA029 12:30:00 TA :36:00 TA034 12:35:00 TA :40:00 TA016 12:40:00 TA :44:00 TA028 12:45:00 TA Tabel 10:48: Tabel hasil TA003 optimalisasi penjadwalan 12:50:00 pada koridor TA :52:00 TA020 12:55:00 TA040

22 :56:00 TA036 13:00:00 TA :00:00 TA025 13:05:00 TA :05:00 TA002 13:10:00 TA :10:00 TA032 13:15:00 TA :15:00 TA006 13:20:00 TA :20:00 TA026 13:25:00 TA :25:00 TA004 13:30:00 TA :30:00 TA005 13:35:00 TA :35:00 TA019 13:40:00 TA :40:00 TA001 13:45:00 TA :45:00 TA017 13:50:00 TA :50:00 TA018 13:55:00 TA :55:00 TA009 14:00:00 TA :00:00 TA013 14:05:00 TA :05:00 TA011 14:10:00 TA :10:00 TA007 14:15:00 TA :15:00 TA008 14:20:00 TA :20:00 TA033 14:25:00 TA :25:00 TA015 14:30:00 TA :30:00 TA000 14:35:00 TA :35:00 TA022 14:40:00 TA Tabel 12:40: Tabel hasil optimalisasi TA035 penjadwalan 14:45:00 pada koridor TA :45:00 TA056 14:50:00 TA031

23 :50:00 TA065 14:55:00 TA :55:00 TA050 15:00:00 TA :00:00 TA053 15:05:00 TA :05:00 TA061 15:10:00 TA :10:00 TA044 15:15:00 TA :15:00 TA052 15:20:00 TA :20:00 TA042 15:25:00 TA :25:00 TA063 15:30:00 TA :30:00 TA038 15:35:00 TA :35:00 TA045 15:40:00 TA :40:00 TA059 15:45:00 TA :45:00 TA064 15:50:00 TA :50:00 TA058 15:55:00 TA :55:00 TA040 16:00:00 TA :00:00 TA062 16:03:30 TA :05:00 TA046 16:07:00 TA :10:00 TA073 16:10:30 TA :15:00 TA055 16:14:00 TA :20:00 TA039 16:17:30 TA :25:00 TA069 16:21:00 TA :30:00 TA054 16:24:30 TA Tabel 14:35: Tabel hasil optimalisasi TA051 penjadwalan 16:28:00 pada koridor TA :40:00 TA049 16:31:30 TA019

24 :45:00 TA037 16:35:00 TA :50:00 TA048 16:38:30 TA :55:00 TA070 16:42:00 TA :00:00 TA041 16:45:30 TA :05:00 TA057 16:49:00 TA :10:00 TA068 16:52:30 TA :15:00 TA072 16:56:00 TA :20:00 TA047 16:59:30 TA :25:00 TA060 17:03:00 TA :30:00 TA066 17:06:30 TA :35:00 TA067 17:10:00 TA :40:00 TA043 17:13:30 TA :45:00 TA071 17:17:00 TA :50:00 TA031 17:20:30 TA :55:00 TA021 17:24:00 TA :00:00 TA014 17:27:30 TA :05:00 TA023 17:31:00 TA :10:00 TA010 17:34:30 TA :15:00 TA012 17:38:00 TA :20:00 TA030 17:41:30 TA :25:00 TA024 17:45:00 TA Tabel 16:30: Tabel hasil optimalisasi TA027 penjadwalan 17:48:30 pada koridor TA :35:00 TA029 17:52:00 TA038

25 :40:00 TA034 17:55:30 TA :45:00 TA016 17:59:00 TA :50:00 TA028 18:02:30 TA :55:00 TA003 18:06:00 TA :00:00 TA020 18:09:30 TA :05:00 TA036 18:13:00 TA :10:00 TA025 18:16:30 TA :15:00 TA002 18:20:00 TA :20:00 TA032 18:23:30 TA :25:00 TA006 18:27:00 TA :30:00 TA026 18:30:30 TA :35:00 TA004 18:34:00 TA :40:00 TA005 18:37:30 TA :45:00 TA019 18:41:00 TA :50:00 TA001 18:44:30 TA :55:00 TA017 18:48:00 TA :00:00 TA018 18:51:30 TA :05:00 TA009 18:55:00 TA :10:00 TA013 18:58:30 TA :15:00 TA011 19:02:00 TA :20:00 TA007 19:05:30 TA Tabel 18:25: Tabel hasil optimalisasi TA008 penjadwalan 19:09:00 pada koridor TA :30:00 TA033 19:12:30 TA060

26 :35:00 TA015 19:16:00 TA :40:00 TA000 19:19:30 TA :45:00 TA022 19:23:00 TA :50:00 TA035 19:26:30 TA :55:00 TA056 19:30:00 TA :00:00 TA065 19:33:30 TA :05:00 TA050 19:37:00 TA :10:00 TA053 19:40:30 TA :15:00 TA061 19:44:00 TA :20:00 TA044 19:47:30 TA :25:00 TA052 19:51:00 TA :30:00 TA042 19:54:30 TA :35:00 TA063 19:58:00 TA :40:00 TA038 20:01:30 TA :45:00 TA045 20:05:00 TA :50:00 TA059 20:08:30 TA :55:00 TA064 20:12:00 TA :00:00 TA058 20:15:30 TA :05:00 TA040 20:19:00 TA :10:00 TA062 20:22:30 TA :15:00 TA046 20:26:00 TA025 Tabel :20:00 Tabel hasil optimalisasi TA073 penjadwalan 20:29:30 pada koridor TA :25:00 TA055 20:33:00 TA032

27 :30:00 TA039 20:36:30 TA :35:00 TA069 20:40:00 TA :40:00 TA054 20:43:30 TA :45:00 TA051 20:47:00 TA :50:00 TA049 20:50:30 TA :55:00 TA037 20:54:00 TA :00:00 TA048 20:57:30 TA :05:00 TA070 21:01:00 TA :10:00 TA041 21:04:30 TA :15:00 TA057 21:08:00 TA :20:00 TA068 21:11:30 TA :25:00 TA072 21:15:00 TA :30:00 TA047 21:18:30 TA :35:00 TA060 21:22:00 TA :40:00 TA066 21:25:30 TA :45:00 TA067 21:29:00 TA :50:00 TA043 21:32:30 TA :55:00 TA071 21:36:00 TA :00:00 TA031 21:39:30 TA056 Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut adalah 46,3 menit. Untuk menunjukan bertapa banyak langkah yang ditempuh oleh Algoritma Genetik untuk menyelesaikan permasalahan penjadwalan.

28 78 Hasil output untuk koridor lain tidak ditampilkan mengingat banyaknya penjadwalan yang dihasilkan. Gambar 4.6Output penjadwalan untuk koridor Evaluasi Hasil Untuk menguji hasil optimalisasi dari Teori Antrian, maka penulis membandingkan hasil perhitungan program dengan kenyataan di lapangan dikarenakan kapasitas penulis melakukan studidi Transjakarta masih sebatas memberikan usulan. Maka, dari data yang didapat di lapangan, menyebutan:

29 79 Tabel 4.5 Tabel operasional kedatangan Bus Transjakarta Manajemen Transjakarta Periode (jam) Koridor 1 Koridor 2 Koridor 3 05:00 05:30 3,75 menit 4-5 menit 3-8 menit 05:30 06:00 1,73 menit 2,25 menit 1,67 menit 06:00 06:30 1,30 menit 2,25 menit 1,67 menit 06:30 07:00 1,36 menit 2,25 menit 1,67 menit 07:00 08:00 1,22 menit 2,25 menit 1,67 menit 08:00 09:00 1,22-1,30 menit 2,25 menit 1,67 menit 09:00 10:00 1,34-1,55 menit 2,25 menit 1,85 menit 10:00 11:00 1,55 menit 2,25 menit 1,85 menit 11:00 12:00 1,55-1,38 menit 2,25 menit 1,85 menit 12:00 13:00 1,38 menit 2,25 menit 1,85 menit 13:00 14:00 1,38 menit 2,25 menit 1,85 menit 14:00 15:00 1,38-1,41 menit 2,25 menit 1,85 menit 15:00 16:00 1,41 menit 2,25 menit 1,85 menit 16:00 17:00 1,30 menit 2,25 menit 1,85 menit 17:00 18:00 1,30 menit 2,25 menit 1,85 menit 18:00 19:00 1,30-1,50 menit 2,25 menit 1,85 menit 19:00 20:00 1,50 menit 2,25 menit 1,85 menit 20:00 21:00 1,34-2,25 menit 2,25 menit 2,27 menit 21:00 22:00 2,25-3 menit 2,50 menit 2,78 menit

30 80 Bila dibandingkan dengan pola kedatangan dari perhitungan program, untuk Koridor 1 yang mempunyai hasil penjadwalan sebagai berikut: start 1: 1,5 menit start 2: 2,5 menit start 1: 2 menit start 2: 2 menit start 1: 2 menit start 2 : 1,5 menit Maka penjadwalan yang dihasilkan oleh komputer memiliki rentang kedatangan yang labih besar dibandingkan dengan sistem yang berjalan. Hal yang sama juga berlaku untuk koridor 2 dengan hasil penjadwalan sebagai berikut: start 1: 4 menit start 2: 5,5 menit start 1: 5 menit start 2: 5 menit start 1: 5 menit start 2 : 3,5 menit Yang memiliki perbedaan cukup mencolok dibandingkan sistem yang berjalan dengan rata rata mempunyai 2,25 menit. Dan koridor ke 3 dengan hasil penjadwalan sebagai berikut: start 1: 3,5 menit start 2: 5 menit start 1: 4,5 menit start 2: 4,5 menit start 1: 4 menit start 2 : 3 menit Berbeda dengan sistem yang mempunyai rata rata kedatangan di bawah 2 menit. Dari ketiga hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa ketiganya mempunyai pola kedatangan di atas sistem yang berjalan. Hal ini disebabkan belum masuknya perhitungan faktor penumpang yang melakukan transit pada halte transit seperti halte Harmoni untuk koridor 1, halte Senen dan Harmoni untuk koridor 2, halte Grogol dan Harmoni untuk koridor 3. Sehingga perhitungan dari teori antrian tersebut masih belum menggambarkan hasil pada lapangan.

31 81 Untuk menguji hasil penjadwalan dari AlgoritmaGenetik, penulis memilih 10 bus dari hasil penjadwalan di atas untuk dijadikan sample evaluasi.10 bus tersebut dipilih secara random dan disajikan dengan rentang waktu sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel hasil pengujian penjadwalan pada koridor 2 TA018 start 1 6:44:00 11:50:00 18:00:00 start 2 10:46:30 16:42:00 21:01:00 TA047 start 1 9:32:00 15:20:00 21:30:00 start 2 7:50:30 14:20:00 19:09:00 TA005 start 1 6:28:00 11:30:00 17:40:00 start 2 10:24:30 16:28:00 20:47:00 TA032 start 1 6:12:00 11:10:00 17:20:00 start 2 10:02:30 16:14:00 20:33:00 TA029 start 1 5:36:00 10:32:00 16:35:00 start 2 9:13:00 15:35:00 20:01:30 TA011 start 1 6:56:00 12:05:00 18:15:00 start 2 11:05:00 16:52:30 21:11:30 TA025 start 1 6:04:00 11:00:00 17:10:00 start 2 9:51:30 16:07:00 20:26:00 TA033 start 1 7:08:00 12:20:00 18:30:00 start 2 11:20:00 17:03:00 21:22:00 TA006 start 1 6:16:00 11:15:00 17:25:00 start 2 10:08:00 16:17:30 20:36:30 TA040 start 1 8:24:00 13:55:00 20:05:00

32 82 start 2 6:17:00 12:55:00 18:09:30 Dari constraint yang disebutkan pada bab 3, maka untuk setiap sample bus akan dicocokan ke dalam constraint: 1. Tidak ada bus yang berada dalam dua jalur dengan arah yang berbeda, dilihat dari apakah ada waktu antara start 1 dan 2 yang berjarak dibawah waktu tempuh (45 menit). 2. Tidak ada bus yang berada dalam kondisi rusak atau dalam perbaikan, karena secara default untuk perhitungan dianggap semua bus dalam kondisi baik. 3. Tidak ada bus yang tidak mempunyai waktu untuk melakukan pengisian bahan bakar. Untuk melakukan pengisian ulang, setiap bus mendapat waktu sebesar 3 jam untuk melakukan pengisian bahan bakar. 4. Tidak ada bus melakukan operasi berturutan hingga 4 (pergi - pulang) kali, di atas terlihat bahwa setiap bus maksimal akan mendapat operasi berurutan hingga 3 kali saja. 5. Tidak ada bus yang melakukan pengisian bakar melebihi 2 kali. Karena rata rata kapasitas pengisian bus cukup untuk 4 kali operasi berturutan sehingga masing masing bus cukup melakukan pengisian ulang sebanyak 1 kali. Evaluasi dari bus yang lain juga menunjukan hasil yang serupa. Maka dari hasil pengujian tersebut disebutkan bahwa penjadwalan yang dihasilkan melalui Algoritma Genetik telah optimal untuk inputan dari Teori Antrian karena seluruh constraintyang ditentukan telah terpenuhi dan terbukti metode yang digunakan dapat menghasilkan solusi yang optimal untuk penjadwalan bus.

33 83 Secara metode, hasil perhitungan dapat dikatakan sudah benar. Namun, karena hasil dari penjadwalan tersebut sangat bergantung dari hasil dari Teori Antrian, maka dapat dikatakan hasil penjadwalan ini belum layak untuk diimplementasikan selama data yang dibutuhkan Teori Antrian belum mewakili kenyataan di lapangan.namun, untuk memperoleh pola kedatangan dan penjadwalan yang optimal, dapat disimpulkan proses perhitungan menggunakan Teori Antrian dan Algoritma Genetik dapat dipergunakan manajemen karena dapat mengoptimalkan penjadwalan pada data normal.

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Permasalahan Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 yang diresmikan secarang langsung oleh Gubernur DKI Jakarta (dokumentasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah antrian,yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota Kegiatan pelayanan di terminal bustransjakarta tujuan Blok M Kota di mulai sejak pukul

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Kios Informasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak Untuk mengimplementasikannya, aplikasi kios informasi ini memerlukan perangkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisis Masalah Terdapat dua kriteria permasalahan umum pada busway, yaitu faktor kriteria kenyamanan penumpang dan keekonomisan bus. Kriteria kenyamanan penumpang

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS Umi Marfuah 1), Anita Syarifah 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: umi.marfuah1@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Yosef Ardhito Winatmoko / 13509052 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 22 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA Bab ini mendiskusikan implementasi simulasi kejadian diskrit untuk memodelkan Bus Rapid Transit (BRT). Pemodelan dibatasi pada dua kasus BRT. Yang pertama

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS Seminar Nasional Matematika V nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 13 Desember 2008 PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS 1 Winarni, dan 2 Subiono 1,2 Jurusan Matematika FMPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi yang selalu berkembang menuntut perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian M/M/1/K Pada model antrian, kedatangan pelanggan dalam sistem antrian dan kepergian pelanggan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu BAB IV DATA DAN ANALISA 4. Presentasi Data 4.I. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu armada bus, peranan demand menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

Bab III Metode Perancangan Sistem

Bab III Metode Perancangan Sistem 23 Bab III Metode Perancangan Sistem Perancangan sistem yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah dengan menggunakan metode prototyping. Proses pada model prototyping yang digambarkan pada Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 48 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini seperti yang digambarkan dalam gambar 3.1, gambar 3.2 dan gambar 3.3. Gambar 3.1 Flowchart Diagram Penelitian (1) 49

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia terhadap perkembangan kota dapat kita lihat bahwa manusia selalu berhasrat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain guna mendapatkan

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Pendahuluan Analisis antrian pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1913) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal jurnal dan

Lebih terperinci

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT.

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT. MERCYANO FEBRIANDA 3109100005 Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT. 1. Kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk Pembangunan MRT Jakarta 2. Rencana rute MRT Jakarta belum mencakup seluruh daerah

Lebih terperinci

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM Model Antrian Teori antrian pertama kali diciptakan oleh A.K. Erlang seorang ahli matematik Denmark pada tahun 1909. Sejak itu penggunaan model antrian mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian di berbagai bidang. Di bidang ekonomi, Integrated. menambahkan bahwa kemacetan menimbulkan kerugian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerugian di berbagai bidang. Di bidang ekonomi, Integrated. menambahkan bahwa kemacetan menimbulkan kerugian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemacetan lalu-lintas adalah masalah besar yang banyak dihadapi oleh kota-kota besar di dunia termasuk Jakarta. Kemacetan menimbulkan kerugian di berbagai bidang.

Lebih terperinci

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah:

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah: LAMPIRAN Koridor Gambar L.1 Koridor 1 Bus Transjakarta koridor 1 beroperasi dengan rute Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Jalan yang dilalui oleh koridor 1 adalah Jalan Sisingamangaraja, Jend.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem antrian adalah masalah yang biasa terjadi dalam sistem kejadian diskrit, sistem komputer, sistem komunikasi, dan sistem transportasi. Sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway 3.1.1 Sejarah Perusahaan Badan Layanan Umum TransJakarta Busway merupakan perusahaan transportasi dengan bus sebagai kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada zaman sekarang, transportasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di kota besar seperti DKI Jakarta. Bagi

Lebih terperinci

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta)

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Andreas Halim - 13516003 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12

EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12 EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12 Rizal Satyadi 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Kinerja Sistem Antrian Pada supermarket saga swalayan Padang Pariaman Sumatera Barat terdapat 7 kasir yang bertugas melayani para konsumen

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan

Lebih terperinci

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Jeremia Kavin Raja Parluhutan / 13514060 Program Studi Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 44 51 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG ZUL AHMAD ERSYAD, DODI DEVIANTO

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh BAB IV DATA DAN ANALISIS Indikator indikator pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh waktu waktu sibuk pada jaringan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S51

MIKROKONTROLER AT89S51 PALANG PINTU OTOMATIS BUS TRANSJAKARTA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Nama : Ika Retnaningsih NPM : 23110406 Jurusan : Sistem Komputer Pembimbing : Yasman Rianto, SSi, MT UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB III PENERAPAN TEORI DAN PEMBAHASAN BAB III PENERAPAN TEORI DAN PEMBAHASAN 3.1 Studi Kasus Theater 21 DM berlokasi di jalan Daan Mogot, tepatnya didalam Mall Daan Mogot lantai 3. Pada theater ini terdapat 3 loket penjualan ticket yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bus Rapid Transit (BRT)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bus Rapid Transit (BRT) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bus Rapid Transit (BRT) Bus Rapid Transit atau lebih sering disingkat menjadi BRT adalah sebuah sistem transportasi berbasis bus yang beroperasi dalam suatu koridor dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Saat ini sudah beroperasi 12 koridor

Saat ini sudah beroperasi 12 koridor 15 KORIDOR BUSWAY 9 5 10 Saat ini sudah beroperasi 12 koridor 3 No Tahun Jumlah Koridor 8 Jumlah km 1 Jumlah 6 Bus 2 4 Jumlah Penumpang 7 1. 2007 7 97,3 389 61,4 juta 2. 2008 8 123,3 429 74,6 juta 3. 2010

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG WARUNG BUNCIT JAKARTA SELATAN

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG WARUNG BUNCIT JAKARTA SELATAN ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG WARUNG BUNCIT JAKARTA SELATAN Nama : Deden Kurniawan NPM : 11210746 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Ade Rachmawati SE, MM Latar Belakang Di zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Husein Sastranegara International Airport adalah satu-satunya airport yang ada di kota Bandung. Salah satu fasilitas yang tersedia di airport tersebut adalah lahan parkir kendaraan roda empat untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Yang dimaksud pelayanan pada area anti karat adalah banyaknya output pallet yang dapat dihasilkan per hari pada area tersebut. Peningkatan pelayanan dapat dilihat dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUSWAY KORIDOR ANCOL KAMPUNG MELAYU. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1)

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUSWAY KORIDOR ANCOL KAMPUNG MELAYU. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1) TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA JALUR BUSWAY KORIDOR ANCOL KAMPUNG MELAYU Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1) DISUSUN OLEH : NAMA : YUDHA DESEMBARA NIM : 41105110073 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Plaza Toyota Green Garden yang berlokasi di Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) 2013 ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) Disusun oleh: Dian Fitriana Arthati (09.5934), Dede Firmansyah (09.5918), Eka Fauziah Rahmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada suatu waktu tertentu untuk melakukan suatu kegiata. Antrian merupakan salah satu pengalaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Penjualan Senayan City PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berlokasi di Senayan City, Jakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA 69,47% MASALAH UTAMA DI DKI JAKARTA ADALAH Mengapa hal tersebut terjadi..? Rata rata pertambahan jumlah kendaraan di DKI sebesar 8

Lebih terperinci

I. Busway: Halte RS.Sumber Waras Terminal Kalideres

I. Busway: Halte RS.Sumber Waras Terminal Kalideres LAMPIRAN 1: TASK ANALYSIS I. Busway: Halte RS.Sumber Waras Terminal Kalideres Rute: RS. Sumber Waras Kalideres. Angkutan Umum: Busway Transjakarta. Ongkos Perjalanan: 3500 Rupiah ATAU 5000 Rupiah. 1. Berjalanlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penjadwalan (timetabling) yang baik akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penjadwalan (timetabling) yang baik akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan merupakan masalah klasik yang masih menarik sampai saat ini. Penjadwalan (timetabling) yang baik akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Sample dari Populasi dan Pengolahan Dalam mencapai tujuan utama dari perancangan materi ini, yakni meningkatkan efisiensi Shuttle Bus Binus Square, beberapa variabel

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash & SPA pada saat ini perusahaan PITSTOP Autowash & SPA memiliki 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL PERUSAHAAN 4.1.1 TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD Transjakarta Busway semula merupakan lemabaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung Kepuasan Operator bus dan kepuasan bersama adalah sebagai berikut :. START

Lebih terperinci

Model Antrian 02/28/2014. Ratih Wulandari, ST.,MT 1. Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Model Antrian 02/28/2014. Ratih Wulandari, ST.,MT 1. Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Model Antrian M E T O D E S T O K A S T I K Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Siapaun yang pergi berbelanja atau ke bioskop telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 1.904,569 Km 2. Dengan wilayah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja ABSTRAK Proses antrian merupakan suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris antrian jika belum dapat dilayani, dilayani dan akhirnya

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Judul Materi Pertemuan 2

Pertemuan 2 Judul Materi Pertemuan 2 Pertemuan 2 Judul Materi Pertemuan 2 ANTRIAN (MULTI CHANNEL SINGLE PHASE) Objektif: 1. Mahasiswa dapat merumuskan masalah. 2. Mahasiswa dapat menghitung lama antrian. 3. Mahasiswa dapat mencari persentase

Lebih terperinci

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini berlibur ke suatu tempat menjadi pilihan untuk mengisi waktuwaktu liburan yang ada, apalagi dengan banyaknya keindahan-keindahan alam dan tempat

Lebih terperinci

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit Pokok Bahasan Pendahuluan Sistem, Model dan Simulasi Keuntungan dan Kerugian Simulasi Jenis-jenis Simulasi Simulasi Komputer Bahasa Simulasi Tahapan Pemodelan Simulasi 19 20 PENGANTAR PEMODELAN & SIMULASI

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto 1, Subiono 2, Subchan 3 Jurusan Matematika Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU PRESENTASI TUGAS AKHIR KS091336 PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU Oleh : Maya Sagita W. 5208

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

BAB IV Hasil Dan Pembahasan BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1 Proses yang sedang berjalan Proses pemenuhan order pelanggan dan distribusi diawali dengan datangnya order dari pelanggan. PT. TAC memiliki 3 jenis pelanggan, pertama adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu kota yang sudah berganti nama selama 6 kali dimulai dari Sunda Kelapa (1527), Jayakarta

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal sebagai kota budaya dan kota pariwisata. Oleh karena itu, prosentase pendatang baru selalu meningkat setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

DepartemenTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke 13. PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Frekuensi, Headway, dan Jumlah Armada)

DepartemenTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke 13. PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Frekuensi, Headway, dan Jumlah Armada) DepartemenTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 13 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Frekuensi, Headway, dan Jumlah Armada) Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Dr.Eng.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) PADA HALTE OPERASIONAL BRT SEMARANG.

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) PADA HALTE OPERASIONAL BRT SEMARANG. ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 593-601 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) PADA HALTE

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase DKI Jakarta 662, Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota per km DKI Jakarta ,38

Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase DKI Jakarta 662, Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota per km DKI Jakarta ,38 Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39 Jakarta Pusat 48,13 7,27 Jakarta Barat 129,54 19,56 Jakarta Utara 146,66 22,14 DKI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bus Way Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan bus pada jalur khusus. Bagaimana TransJakarta Beroperasi Para penumpang harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil PITSTOP Autowash & SPA PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal 14 Juli 2010 dengan notaris R.Suryawan Budi Prasetiyanto, SH, MKn. /

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Sistem pelayanan multiple (multiple-server system) atau biasa disebut multiserver single queue merupakan baris antrian tunggal yang dilayani

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1

TEORI ANTRIAN. Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1 TEORI ANTRIAN Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1 Riset Operasional Riset operasional merupakan cabang interdisiplin dari matematika terapan dan sains formal yang menggunakan model-model seperti model

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START BAB III 3.1. Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu pemahaman akan judul yang ada dan perancangan langkah langkah yang akan dilakukan dalam analisa ini. Berikut adalah diagram alir kerangka pikir analisa.

Lebih terperinci

SISTEM APLIKASI PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN MULTI MODA TRANSPORTASI UMUM MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA

SISTEM APLIKASI PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN MULTI MODA TRANSPORTASI UMUM MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA SISTEM APLIKASI PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN MULTI MODA TRANSPORTASI UMUM MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Angkutan Umum Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik, maka

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK Selvy Welianto (1) R. Gunawan Santosa (2) Antonius Rachmat C. (3) selvywelianto@yahoo.com gunawan@ukdw.ac.id anton@ukdw.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci