TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Anisa Fathir Rahman

3 ABSTRAK ANISA FATHIR RAHMAN, C Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI. Di Sulawesi Selatan, kapal perikanan umumnya dibuat di pusat industri galangan kapal rakyat yang berlokasi di Kabupaten Bulukumba. Para pengrajin kapal di daerah ini terkenal hingga ke mancanegara sebagai ahli pembuat kapal. Kapal perikanan tersebut dibuat secara tradisional. Keahlian dan teknik pembuatannya hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turuntemurun semata tanpa didasari oleh perhitungan arsitektur perkapalan ataupun dilengkapi oleh gambar rancangan detail seperti yang berlaku di negara-negara maju. Pembuatan kapal yang tidak dilengkapi dengan gambar rancangan detail terkadang menyebabkan terjadinya perbedaan konstruksi dengan perencanaan. Hal seperti ini biasanya terjadi pada bagian konstruksi yang sulit dan memerlukan efisiensi penggunaan material yang tinggi seperti gading-gading. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal di suatu galangan. Penelitian ini dimaksudkan agar kemungkinan terjadinya perbedaan ukuran konstruksi gading-gading yang terpasang dengan gading-gading yang direncanakan lebih kecil. Tingkat keakuratan yang tinggi akan berpengaruh pada efisiensi penggunaan material dan lama waktu pengerjaan khususnya pada bagian gadinggading. Penelitian ini berlokasi di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode survei. Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif numerik untuk mengetahui tingkat keakuratan pembangunan gading-gading di galangan kapal tersebut. Koreksi kesalahan konstruksi gading-gading di galangan ini terdiri dari dua cara yaitu menambah dan mengurangi ukuran jika tidak sesuai dengan yang direncanakan. Adapun tingkat keakuratan dimensi gading-gading cenderung tidak akurat (mengacu pada grafik galat relatif dimensi gading-gading yang dominan berada di zona B). Kata kunci : kapal perikanan, tingkat keakuratan, gading-gading kapal.

4 TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan : Anisa Fathir Rahman : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Yopi Novita, S. Pi, M. Si. Vita Rumanti K, S. Pi, M.T. NIP: NIP: Diketahui: Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc. NIP: Tanggal Lulus: 27 Agustus 2009

6 KATA PENGANTAR Skripsi berjudul Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menjelaskan tentang pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di desa Tanah Beru, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan khususnya untuk pembangunan gading-gading kapal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober Secara rinci skripsi ini menjelaskan mengenai tingkat keakuratan konstruksi gading-gading kapal dan cara koreksi yang digunakan pada pemasangan gading-gading yang dilakukan oleh pengrajin kapal di desa Tanah Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Yopi Novita, S. Pi, M. Si. dan Vita Rumanti K, S. Pi, MT. selaku dosen pembimbing atas segala saran, arahan, bimbingan, perhatian, doa dan semangat selama membimbing penulis hingga skripsi ini selesai; 2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Dr. Eko Sri Wiyono S.Pi, M. Si. selaku dosen penguji tamu; 3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M. Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M. Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 4. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi penelitian ini; 5. Saudara dan teman-teman seperjuangan PSP 42 atas kebersamaannya; dan 6. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Agustus 2009 Anisa Fathir Rahman

7 UCAPAN TERIMA KASIH Banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril maupun materiil yang sangat berguna bagi penulis. Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1) Orang tua tercinta Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si atas segala doa, motivasi dan dukungannya; 2) Adik-adik tersayang Bemba, Tika, dan Ucok yang tiada hentinya berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis; 3) Bagus Guntur Wibowo yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan semangat baru kepada penulis; 4) Teman-teman ABY: Ima Kusumanti, Achmad Fauzan, dan Muh. Anggi Natapraja atas perjuangan dan kebersamaannya dalam bimbingan; 5) Teman-teman seperjuangan PSP 42 (Gina, Intan, Fati, Reny, Didin, Bepe, Eko, Bram, Noer, Haryo, Leo, Nano, Yuli, Ema, Winy, Budi, Pakde, Arif. Anja, Dhenis, Hendri, Ziah, Ummi, Septa, Irna, Puput, Yiyi, Mira, Kim, Dika, Hanno, Vera, Imam, Asep, Dian, Kily, Ferty, Adi, Oce, Dilla, Hafid, Zasuli, Feri, Sahat, Meida, Hendro, Rio, Novel, Mery, Mirza, Fifi, dan Nia). 6) Mba Ika yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis; 7) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44; dan 8) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Anisa Fathir Rahman

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 9 Agustus Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Takalar. Pada tahun 2005 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan hingga sekarang. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun dan Sekretaris 1 Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan tahun 2008 dan 2009, asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun , dan asisten mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan tahun Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Konstruksi Kapal Kayu Gading-gading Kapal METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Alat Jenis Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Data KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat Keadaan SDM Produktivitas Galangan Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal Jenis dan Asal Kayu Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konstruksi Gading-gading Proses Pembuatan Gading-gading Pembuatan gading-gading bentuk V bottom Pembuatan gading-gading bentuk round bottom Pembuatan gading-gading bentuk U bottom Tingkat Keakuratan dan Teknik Pengkoreksian dalam Pembuatan Gading-gading Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading.. 41 xi viii

10 5.3.3 Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gadinggading Jarak antar gading-gading bersisian Jarak antar gading-gading berhadapan KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung Produktivitas galangan dari Tahun Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung Dimensi utama obyek penelitian Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per bentuk gading-gading Persentase selisih lebar penampang gading-gading Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk gading-gading Persentase selisih tebal penampang gading-gading Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian per bentuk gading-gading Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading per bentuk gading-gading Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan. 50 x

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bentuk kasko kapal tipe V bottom Bentuk kasko kapal tipe round bottom Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom Bentuk kasko kapal tipe U bottom Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu Konstruksi gading-gading a) haluan; b) midship; c) buritan. 9 Dimensi tebal penampang gading-gading Dimensi lebar penampang gading-gading Jarak antar gading-gading bersisian Jarak antar gading-gading berhadapan Peta lokasi Kabupaten Bulukumba Peta lokasi penelitian Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping) Bentuk gading-gading U bottom: a) U bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (U1) b) U bottom dari tiga batang kayu yang disambung (U2) Bentuk gading-gading round bottom: a) Round bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (R1). 31 b) Round bottom dari tiga batang kayu yang disambung (R2) Bentuk gading-gading V bottom: a) V bottom dari tiga batang kayu (V1) b) V bottom dari dua batang kayu (V2) c) V bottom dari satu batang kayu (V3) Bentuk gading-gading bagian atas dan bawah Penyambungan gading-gading bentuk U Penyambungan gading-gading bentuk R Penyambungan gading-gading bentuk V1 36 xi

13 24 Penyambungan gading-gading bentuk V Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan.. 52 xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia Kuisioner penelitian 60 3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di UD. Semangat Untung Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan yang diteliti Pengertian dari dimensi-dimensi kapal Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses pembuatan gading-gading Foto-foto konstruksi gading-gading Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih lebar penampang gading-gading xiii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkap ikan yang penting dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1975), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Nomura dan Yamazaki (1975) juga menyatakan bahwa kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang paling penting dan memiliki investasi modal yang paling besar dalam usaha perikanan. Kapal perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar dibuat di galangan kapal tradisional. Pada umumnya galangan kapal tradisional membangun kapal perikanan dari bahan kayu. Hal ini dilakukan karena bahan kayu dianggap sebagai material pembuatan kapal yang paling ekonomis dan pengerjaannya dapat menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pembangunan kapal kayu tidak memerlukan teknologi mutakhir sehingga dianggap mudah dalam pengerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kapal perikanan yang ada digalangan tradisional diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman generasi sebelumnya. Pembangunan kapal tidak dilengkapi perencanaan berupa gambar rancangan detail maupun perhitungan naval architec. Prosedur yang dilakukan pun masih belum menerapkan standar yang ditetapkan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Galangan tradisional masih lemah dalam hal pemodalan, manajemen, dan penguasaan teknologi. Walaupun dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, keberadaan dan kemampuan kapal perikanan dari galangan tradisional tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari kemampuan kapal-kapal ini berlayar dan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kapal perikanan yang membantu operasi penangkapan ikan. Gading-gading merupakan salah satu bagian konstruksi yang penting. Menurut Soegiono (2006) dalam Ayuningsari (2007), gading-gading merupakan salah satu anggota kerangka kapal melintang yang dipasang pada sisi kapal mulai dari bilge sampai geladak atau dari geladak sampai geladak diatasnya. Secara

16 2 keseluruhan bentuk kapal ditentukan oleh kerangka kapalnya. Kerangka yang dimaksud adalah gading-gading yang juga merupakan tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuknya tidak berubah. Selain itu, gading-gading merupakan bagian yang paling sulit konstruksinya dan memerlukan efisiensi material yang tinggi. Perbedaan ukuran baik kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang dibangun dari yang direncanakan memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuatan konstruksi kapal maupun efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan, salah satunya adalah kayu. Kajian keakuratan dalam penelitian ini dilakukan pada empat komponen ukuran yaitu lebar penampang gading-gading, tebal penampang gading-gading, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan. Kabupaten Bulukumba dipilih sebagai daerah penelitian karena Bulukumba merupakan pusat galangan tradisional di Sulawesi Selatan. Di Indonesia, para pengrajin kapal di Bulukumba sudah terkenal kemahiran dan kepandaiannya sebagai tukang perahu alam yang cekatan atau ahli perahu. Hal ini diketahui dari banyaknya pengrajin kapal di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Kabupaten Bulukumba. Kemahiran para pengrajin kapal yang ada di Bulukumba tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara antara lain: Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Pentingnya konstruksi gading-gading yang benar dalam pembangunan kapal membuat penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading yang dibuat oleh galangan kapal yang ada di Bulukumba dan mengetahui teknik yang digunakan oleh pembuat kapal untuk menutupi ketidaksesuaian ukuran tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1) Memperoleh tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan; dan

17 3 2) Memperoleh teknik pengkoreksian kontruksi gading-gading yang dilakukan pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menghindari kesalahan-kesalahan konstruksi dan ketidakefisienan dalam membangun gading-gading kapal di galangan tersebut untuk kedepannya. Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai pembangunan kapal yang dilakukan di industri galangan kapal rakyat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal merupakan suatu bangunan apung yang digunakan sebagai sarana melakukan kegiatan di perairan, baik sebagai alat transportasi maupun unit dalam usaha penangkapan ikan. Fyson (1985), memberikan pengertian kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan, menyimpan ikan, dan lain sebagainya yang didesain dengan ukuran, rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin, serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Sementara itu, menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Sebagian besar modal diinvestasikan untuk kapal, sehingga perencanaan dalam pembangunan kapal perikanan sangat penting dalam memulai suatu usaha perikanan. Di Indonesia, sebagian besar kapal-kapal penangkap ikan dibangun dengan cara yang masih tradisional. Para pembangun kapal hanya mengandalkan pengetahuan dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun. Materialnya pun dari bahan yang cukup mudah yaitu dari bahan kayu. Kapal-kapal kayu tersebut dibangun tanpa menggunakan gambar rencana, perhitungan hidrostastik, stabilitas, trim, dan sebagainya. Selain itu, pembangunan kapal juga tidak dilengkapi dengan gambar-gambar desain seperti general arrangement, lines plan, deck profile, dan profile construction (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembangunannya. Oleh karena itu bentuk desain maupun konstruksinya berbeda-beda agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan pembangunannya.

19 5 Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan memiliki karakteristik dan keistimewaan yang membedakan dengan kapal lainnya, yaitu: 1) Kecepatan kapal Kapal perikanan memiliki kecepatan yang bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan penangkapan, biasanya memiliki kecepatan yang tinggi untuk mengejar kelompok ikan serta dapat membawa hasil tangkapan yang segar dalam waktu relatif singkat; 2) Olah gerak kapal Kapal perikanan memiliki olah gerak yang baik pada saat dioperasikan, seperti kemampuan steerability yang baik, radius putaran kecil dan daya dorong mesin (propulsive engine) yang dapat dengan mudah bergerak maju ataupun mundur; 3) Kelaiklautan (Seaworthiness) Laik laut digunakan dalam operasi penangkapan ikan dan cukup tahan untuk melawan angin, gelombang, stabilitas yang tinggi, serta daya apung yang cukup untuk menjamin keamanan dalam pelayaran; 4) Lingkup area pelayaran Kapal perikanan memiliki lingkup area pelayaran yang luas karena ditentukan oleh pergerakan kelompok ikan, daerah musim ikan dan migrasi ikan; 5) Konstruksi badan kapal kuat Konstruksi kapal perikanan harus kuat karena dalam operasi penangkapan ikan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah. Selain itu, konstruksi kapal juga harus mampu menahan getaran mesin; 6) Mesin penggerak Daya dorong mesin yang dibutuhkan oleh kapal perikanan cukup besar, sedangkan volume mesin dan getaran mesin yang ditimbulkan harus sekecil mungkin; 7) Fasilitas penyimpanan dan pengelolaan ikan Kapal perikanan dilengkapi dengan fasilitas untuk menyimpan hasil tangkapan seperti palkah berpendingin, terutama jika membutuhkan waktu penangkapan yang cukup lama. Selain itu, terkadang dilengkapi juga dengan cool room, freezing room, dan processing machine; dan

20 6 8) Fishing equipment Kapal perikanan memiliki fishing equipment yang berbeda tergantung jenis alat tangkap yang dioperasikan, ada yang memiliki mesin-mesin bantu seperti: winch, power block, line hauler, dan sebagainya. Menurut Iskandar dan Pujiati (1995), kapal dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap yang dioperasikan, yaitu: 1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap statik (static gear) seperti gillnet, longline, lift net, dan pole and line; 2) Kapal yang mengopersikan alat tangkap dengan ditarik (towed gear) seperti: trawl, dan pancing tonda; 3) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan dilingkarkan (encircling gear). Seperti purse seine, payang, dan dogol; dan 4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda (multi purpose). Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan beberapa syarat yang harus dipenuhi sebuah kapal perikanan untuk dibangun, yaitu: 1) Memiliki kekuatan struktur badan kapal; 2) Menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan; 3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan 4) Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap. 2.2 Konstruksi Kapal Sebelum membangun kapal, lebih dahulu dibuat gambar rencana konstruksi, kemudian dilakukan pemilihan material yang berkualitas baik. Setelah itu, dilakukan pemilihan balok-balok konstruksi yang tepat ukurannya. Jika tiga hal ini terpenuhi barulah proses pembuatan kapal dimulai. Menurut Pasaribu (1985) dalam Sinaga (1998), syarat-syarat konstruksi badan kapal adalah sebagai berikut): 1) Laik laut dan laik tangkap dalam segala kondisi yang sesuai dengan daerah pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan;

21 7 2) Ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi ketentuan pihak berwenang yang berlaku untuk jenis, tipe, ukuran dan kekuatan kapal; 3) Konstruksi kapal perikanan sebaiknya memakai sistem konstruksi melintang; 4) Konstruksi melintang kapal menggunakan sistem gading tunggal; dan 5) Konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal perikanan, peralatan perikanan, basis perikanan, dan daerah penangkapan. Bentuk kasko kapal (badan kapal) sangat berpengaruh terhadap stabilitas kapal ketika berlayar. Rouf (2004) menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal perikanan pada bagian haluan berbentuk V bottom (Gambar 1), sedangkan pada bagian tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan, yaitu: 1) Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah lingkaran (Gambar 2); 2) Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada bagian bawahnya (Gambar 3); 3) U bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf U (Gambar 4); 4) Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai huruf U, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada bagian bawahnya (Gambar 5); dan 5) Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada bagian lunas membentuk suatu sudut seperti dagu (Gambar 6). Gambar 1 Bentuk kasko kapal tipe V bottom.

22 8 Gambar 2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom. Gambar 3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom. Gambar 4 Bentuk kasko kapal tipe U bottom. Gambar 5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom. Gambar 6 Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom.

23 9 2.3 Kayu Pemilihan material kapal merupakan salah satu tahapan penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kapal karena sangat menentukan umur teknis sebuah kapal dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan material yang tepat akan dapat memberikan suatu kekuatan struktur badan kapal sehingga dalam pengoperasiannya dapat berjalan sesuai dengan harapan. Material kapal yang umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb). Kayu yang digunakan biasanya memiliki umur teknis antara tahun. Kayu banyak digunakan sebagai material kapal karena merupakan material yang cukup mudah diperoleh, persediaannya banyak, cukup mudah untuk dikerjakan, serta harganya relatif murah dibanding material lainnya seperti bahan baja, besi, dan FRP. Selain itu, pembangunan kapal dengan kayu juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi (Pasaribu, 1985 dalam Purba, 2004). Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk industri perkapalan di Indonesia beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kayu lainnya beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 1 Balau (Shorea spp) Giam (Cotylelobium spp) Gofasa (Vitax cofassus Reinw) Jati (Tectona grandis L.f) KA I-II, KK I-II, BJ , sangat keras, mudah retak pada permukaan, umumnya tidak sukar digergaji KA I, KK I, BJ , keras, mudah retak, sukar digergaji KA II-III, KK II-III, BJ 0.74 ( ), keras, agak sukar digergaji KA II, KK II, BJ 0.67 ( ), agak keras, mudah dikerjakan Kemudi, dayung, tiang layar, lunas, gading Lunas, gading, dayung, badan kapal Gading, lunas Semua bagian kapal Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan (Palembang), Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya Seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, (Sumbawa), Maluku, Lampung

24 10 Tabel 1 Lanjutan No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 5 6 Kempas (Koompasia malaccensis Maing) Kulim (Scorodocarpus boornensis Becc) 7 Merbau (Instia spp) 8 Ulin (Eusidiroxylon zwagari T.et) KA III-IV, KK I-III, J 0.95 ( ), sangat keras, sukar dikerjakan KA I-II, KK I, BJ 0.94 ( ), keras, agak mudah dikerjakan KA I-II, KK I-III, BJ , agak keras sampai keras, agak mudah dikerjakan KA I, KK I, BJ 1.04 ( ), sangat keras, Bagian-bagian keras utama kapal setelah diawetkan Lunas agak sukar dikerjakan Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis (Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007) Lunas, gading dek Dek, lunas, gading Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, seluruh Kalimantan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jami, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya Jambi, Sumatera selatan, seluruh Kalimantan Biro Klasifikasi Indonesia (1989) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu. Kapal memiliki bagian yang terus-menerus terendam air, kadang-kadang terendam kadang-kadang tidak dan terus-menerus terkena panas matahari dengan sekali-kali terkena hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan kayu yang kuat, liat, tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan terhadap gangguan organisme laut. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk. Mandang dan Pandit (1997) dalam Kalyana (2008) meneliti dan mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal, yaitu: 1) Kayu balau (Shorea roxb) Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal;

25 11 2) Kayu giam (Colylelobium pierre) Jenis kayu ini memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan merata. Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis ratarata antara 0,83-1,15. Kayu ini digunakan sebagai lunas; 3) Kayu gofasa (Vitex cofassus) Ciri utama jenis kayu ini berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, dan balok-balok rangka; 4) Kayu jati (Tectona grandis) Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah. Teksturnya agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal; 5) Kayu kereta (Swintonia griffith) Ciri utama jenis kayu ini berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras. Berat jenis antara 0,67-0,79. Terutama digunakan untuk lunas dan badan kapal. 6) Kayu kempas (Koompassia malaccensis) Kayu ini memiliki ciri berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis kekuningan. Bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas; dan 7) Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat

26 12 jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi berat dan bahan konstruksi di bawah laut seperti lunas. Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh: 1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan; 2) Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4) Biaya pembelian bahan material. Pasaribu (1987) menyatakan beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal penangkap ikan berbahan kayu adalah: 1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan; 2) Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan 3) Pengelolaan dan perawatan kapal. Pemilihan jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal juga dipengaruhi oleh keadaan setempat (jenis material yang tersedia dan kemudahan didapatkan di daerah tersebut) serta kebiasaan para pembuat kapal setempat. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan menyangkut ketentuan konstruksi kapal yang sesuai dengan keadaan setempat (Chindhambaram, 1960 dalam Askabul, 1984). Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Badan ini berwewenang untuk menetapkan ukuran berbagai kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Oleh karena itu, ukuran berbagai bagian konstruksi kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan tersebut. 2.4 Gading-gading Kapal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), gading-gading adalah rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat

27 13 melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah. Gadinggading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu dengan lainnya dan juga memperkuat kulit luar pada arah melintang. Bersama papan kulit, gadinggading menahan tekanan air dan muatan di palka. Pada umumnya, galangan kapal di Indonesia membangun kapal dengan pemasangan papan kulit luar terlebih dahulu. Pemasangan gading-gading dilaksanakan setelah papan kulit terluar dipasang. Hal ini mengakibatkan ketidaksimetrisan kapal karena gading-gadinglah yang dibuat mengikuti papan kulit kapal. Konstruksi gading-gading lengkung dibuat dari kayu yang arah seratnya sejalan dengan bentuk gading-gading. Apabila kayu tersebut tidak cukup panjang, maka gading-gading dapat disambung. Gading-gading dapat berupa gading tunggal atau gading ganda. Gading tunggal adalah gading-gading yang terdiri dari satu bagian dan gading-gading ganda adalah gading-gading yang terdiri dari dua bagian yang menempel. Gading-gading ganda terdiri atas gading-gading kiri dan kanan yang disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang (floor). Wrang disambung dengan gading-gading dan lunas kapal menggunakan baut. Selain itu wrang juga dihubungkan dengan lunas menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi mesin harus diperkuat dengan menambah tinggi dan tebal wrang (Soekarsono, 1994 dalam Ayuningsari, 2007). Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Konstruksi gading-gading bagian haluan, midship dan buritan dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu (Sumber: Soekarsono 1994).

28 Gambar 8 Konstruksi gading-gading; a) haluan; b) midship; dan c) buritan (Sumber: Yatnaningsih 1998). 14

29 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Consuelo (1988) yang dikutip oleh Umar (2005), metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Oleh karena itu, tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah bukan menguji hipotesis. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, metode survei yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kondisi objek penelitian dengan kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I adalah tahap persiapan dan survei yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni Tahap II adalah tahap pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2008 dan tahap III adalah tahap pelengkapan data yang dilaksanakan pada bulan Oktober Penelitian dilaksanakan di pusat industri galangan kapal UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat ukur, kuisioner (Lampiran 2), kamera digital, dan alat tulis. Obyek kajian dalam penelitian ini adalah kapal ikan yang dibangun di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung yang berlokasi di Desa Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

30 Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung selama proses penelitian, yaitu: 1) Data jumlah gading-gading yang digunakan dalam pembangunan kapal; 2) Data tahapan pembangunan gading-gading yang dilakukan di galangan tersebut; 3) Data ukuran dimensi tebal penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 9); t Ket : t = tebal gading-gading Gambar 9 Dimensi tebal penampang gading-gading (Gambar non skala). 4) Data ukuran dimensi lebar penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 10); l Ket : l = lebar gading-gading Gambar 10 Dimensi lebar penampang gading-gading (Gambar non skala).

31 17 5) Data letak pemasangan antar gading-gading; a. Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar 11). x Ket: x = jarak antar gading-gading bersisian Gambar 11 Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar non skala). b. Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar 12). y Ket: y = jarak antar gading-gading berhadapan Gambar 12 Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar non skala). 6) Data gambar hasil pengamatan bentuk gading-gading dan cara penyambungannya; dan 7) Teknik untuk meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi gading-gading. Pada penelitian ini, ukuran keempat dimensi gading-gading yang direncanakan ditentukan oleh pihak galangan atau pembuat kapal berdasarkan kebiasaan yang dilakukan dalam membangun kapal. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung selama penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

32 18 atau keterangan-keterangan mengenai hal yang berhubungan dengan konstruksi gading-gading berdasarkan literatur. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara, yang pertama pengumpulan data dengan mengukur langsung dimensi gading-gading kapal. Dimensi gading-gading yang di ukur adalah lebar, tinggi, jarak antar gadinggading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan. Metode yang kedua adalah melalui wawancara dengan responden yaitu para pembuat kapal. Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur. 3.5 Metode Pengolahan Data Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dalam bentuk gambar, diagram alir, dan tabel (tabulasi) berdasarkan jenis data yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan dianalisis. 3.6 Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif numerik. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai teknik-teknik yang dilakukan oleh para pembangun kapal dalam meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi. Sedangkan analisis komparatif numerik digunakan untuk menghitung tingkat keakuratan gadinggading dengan membandingkan ukuran konstruksi gading-gading berdasarkan hasil nyata di lapangan dan perencanaan pada pembangunan kapal. Rumus yang digunakan adalah: Dimensi gading-gading terpasang Tingkat keakuratan = x 100% (1) Dimensi gading-gading rencana

33 19 Selanjutnya nilai tingkat keakuratan yang diperoleh akan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan tingkat keakuratan sebagai berikut: a) Tingkat keakuratan = 100%, menunjukkan bahwa konstruksi gading-gading terpasang sama dengan yang direncanakan (akurat). b) Tingkat keakuratan > 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading terpasang memiliki kelebihan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat). c) Tingkat keakuratan < 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading terpasang memiliki kekurangan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat). Setelah memperoleh tingkat keakuratan dimensi gading-gading, dilakukan analisis galat. Analisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang menggunakan metode numerik. Galat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (Munir, 2003). Galat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan dan ukuran dimensi gading-gading yang terpasang. Analisis galat yang digunakan adalah analisis galat relatif, dimana galat tersebut dinormalkan terhadap ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan. Galat relatif dalam bentuk persentase diperoleh dari rumus berikut: Gading-gading rencana Gading-gading terpasang Persentase selisih = x 100% Gading-gading rencana.(2) Persentase selisih yang diperoleh dibagi ke dalam zona-zona berikut (Zona A dan B ) dengan masing-masing selang kelas sebagai berikut: a) Zona A = 0% x 1% (zona akurat);dan b) Zona B = x > 1% (zona tidak akurat); Penentuan batas akurat sebesar 1% didasarkan pada kebiasaan di galangan Semangat Untung. Biasanya koreksi dilakukan terhadap nilai keakuratan > 1% dari dimensi yang direncanakan.

34 4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat Untung Galangan kapal UD. Semangat Untung terletak di Desa Tanah Beru, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Kapal yang diproduksi bermacam-macam, seperti kapal perikanan dan kapal penumpang. Sewaktu penelitian ini dilakukan terdapat tiga buah kapal yang diproduksi, dua diantaranya adalah kapal perikanan dengan alat tangkap gillnet dan purse seine. Secara geografis, Kabupaten Bulukumba adalah wilayah di bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan yang berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak diantara LS dan BT, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan, dan Kabupaten Bantaeng di sebelah barat (Gambar 13). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Peta lokasi Kabupaten Bulukumba Gambar 13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba.

35 21 Kabupaten Bulukumba terkenal dengan industri galangan kapal rakyatnya yang berpusat di Kecamatan Bontobahari. Kecamatan Bontobahari adalah lokasi dimana penelitian ini dilakukan (Gambar 14). Industri galangan kapal rakyat inilah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bontobahari dan membedakannya dengan kecamatan lainnya. Banyaknya galangan kapal di Bontobahari, menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat kapal dan nelayan. Mereka umumnya memiliki kemahiran dalam membuat kapal-kapal tradisional, seperti kapal perikanan dari kayu. Namun tidak sedikit juga yang membuat kapal perikanan dari bahan yang modern. Para pengrajin kapal di Bulukumba terkenal sebagai ahli perahu, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pengrajin yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Bulukumba. Bahkan terkenal hingga ke mancanegara terbukti dengan banyaknya kapal-kapal milik asing yang dipesan dari galangan kapal di Bulukumba. Lokasi Penelitian Gambar 14 Peta lokasi penelitian. Galangan kapal UD. Semangat Untung mampu memproduksi 3 6 kapal baru per tahun dengan waktu pembangunan kapal yang berbeda-beda. Galangan ini termasuk galangan yang produktif karena selalu memproduksi kapal meskipun tidak ada pemesanan. Menurut pemilik galangan, harga penjualan kapal tanpa pemesanan terlebih dahulu dan tanpa dilengkapi dengan gambar rencana detail memiliki harga yang relatif lebih rendah dari pada kapal yang dipesan terlebih dahulu.

36 22 Berdasarkan tingkat teknologinya, pembangunan kapal di galangan UD. Semangat Untung masih relatif rendah. Pembangunan kapal hanya berdasarkan pengalaman turun temurun dan kebiasaan para pengrajin. Pada umumnya galangan kapal membuat kapal tanpa disertai dengan gambar rancangan detail. Pembuatan kapal hanya dilengkapi dengan gambar sketsa kapal yang akan dibangun. Akan tetapi, galangan tersebut juga dapat menerima pesanan pembuatan kapal yang telah dilengkapi dengan gambar detail seperti general arrangement dan profile construction yang berasal dari pihak pemesan. Biasanya pemesan kapal yang dilengkapi dengan gambar detail dan perhitungan arsitek perkapalan berasal dari dinas-dinas pemerintahan atau pihak asing. Peralatan yang digunakan untuk membuat kapal juga masih sederhana dan didominasi oleh peralatan non elektronik. Hal ini dikarenakan galangan kapal masih tradisional dan penggunaan peralatan tersebut sudah merupakan kebiasaan turun temurun. Jarang sekali ditemukan alat-alat modern berupa alat-alat elektronik yang mampu memberikan kemudahan bagi para pengrajin kapal dalam proses pengerjaan kapal. Meskipun demikian, kapal yang diproduksi di daerah ini sudah terbukti kemampuan dan kekuatannya. Beberapa peralatan yang digunakan di galangan kapal yang ada di Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 3. Tabel 2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba No. Peralatan yang digunakan Jenis peralatan galangan kapal (elektronik/non elektronik) 1. Kapak Non elektronik 2. Gergaji Non elektronik 3. Pahat Non elektronik 4. Catok Non elektronik 5. Pasak Non elektronik 6. Palu Non elektronik 7. Mal besi Non elektronik 8. Golok Non elektronik 9. Alat ukur Non elektronik 10. Obeng Non elektronik 11. Singkolo Non elektronik 12. Bacci Non elektronik 13. Bor listrik Elektronik 14. Ketam listrik Elektronik

37 Keadaan SDM Jumlah tenaga kerja yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung sebanyak 8 orang, dengan tenaga kerja tetap sebanyak 5 orang dan sisanya 3 orang adalah tenaga kerja tidak tetap. Di galangan kapal ini tidak ada pembagian kerja secara khusus dan jumlah tenaga kerja yang ada juga masih terbatas. Keadaan sumberdaya manusia yang terdapat di UD. Semangat Untung jumlahnya masih terbatas dan pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Keadaan sumberdaya manusia di UD. Semangat Untung dapat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung No Jabatan Pemilik galangan Bagian analisis usaha Pekerja/Pembuat kapal Pendidikan terakhir Jumlah (orang) Status Pengalaman bekerja (tahun) SD 1 orang Pekerja tetap 40 tahun Sarjana S-1 1 orang Pekerja tetap 10 tahun SD 1 orang Pekerja tetap 25 tahun 2 orang Pekerja tidak tetap 14 tahun SMP 1 orang Pekerja tetap 20 tahun SMA 1 orang 1 orang Pekerja tidak tetap Pekerja tetap 12 tahun 15 tahun Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sumberdaya manusia yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung rata-rata memiliki pendidikan yang masih rendah. Sumberdaya manusia di galangan tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan kecuali seorang sarjana ekonomi yang memiliki tugas sebagai analisis usaha. Tetapi pengalaman sumberdaya manusia yang ada tidak diragukan lagi karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun lamanya bekerja sebagai pembuat kapal. 4.3 Produktivitas Galangan Data produksi kapal tiga tahun terakhir di UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 4.

38 24 Tabel 4 Produktivitas galangan dari Tahun No. Ukuran kapal Tahun < 50 GT GT GT 1-1 Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kapal di galangan UD. Semangat Untung rata-rata adalah 6 unit setiap tahun. Sebenarnya galangan kapal ini mendapat pesanan kapal lebih dari 6 unit setiap tahun. Tetapi, karena galangan memiliki sumberdaya manusia dan tingkat teknologi terbatas, maka kapal yang diproduksi hanya sampai 6 unit per tahun. 4.4 Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal Waktu pengerjaan satu unit kapal ditentukan oleh ukuran kapal dan jumlah pekerja yang mengerjakan. Jumlah pekerja dan waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal No. Ukuran kapal Jumlah pekerja Waktu pengerjaan (GT) (orang) (bulan) 1. < 50 GT 1 2 orang 1 bulan GT 3 4 orang bulan GT 4 5 orang 3 5 bulan Lama pengerjaan per unit kapal berbeda-beda tergantung ukuran kapal dan jumlah pekerja yang membuat kapal tersebut. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ukuran kapal yang besar membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama. Begitu pula sebaliknya ukuran kapal yang kecil membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit saja dan waktu pengerjaannya juga lebih cepat. Pemesanan kapal tidak saja berasal dari lokal atau luar Pulau Sulawesi, akan tetapi juga terdapat pemesanan yang berasal dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Prancis, dan Kanada. Sedangkan untuk

39 25 pemesanan dari luar Pulau Sulawesi diantaranya berasal dari Jawa, Kalimantan, Irian, dan Sumatera. Sistem pemberian upah di galangan kapal ini terdiri dari beberapa cara, yaitu sistem upah harian, borongan, dan berdasarkan ukuran meter yang dikerjakan. Dalam sistem upah harian, pekerja tetap mendapatkan upah Rp ,00/hari sedangkan pekerja tidak tetap Rp ,00/hari. Dalam sistem upah borongan biasanya pekerja dibayar juta per kapal sampai selesai tergantung dari ukuran kapalnya untuk 4-5 orang pekerja. Sedangkan untuk sistem ukuran meter yang dikerjakan, pekerja dibayar Rp / batang gading-gading dan Rp 7000/3-5 meter bagian kapal lainnya. Sistem pemberian upah di galangan tersebut diberikan berdasarkan ukuran kapal dan waktu pengerjaan yang ditetapkan oleh pihak pemesan. Waktu kerja di galangan kapal UD. Semangat Untung adalah setiap hari dimulai pada pukul WITA. 4.5 Jenis dan Asal Kayu Jenis kayu yang digunakan di galangan kapal UD. Semangat Untung berbeda-beda tergantung untuk bagian konstruksi sebelah mana kayu tersebut akan digunakan. Kayu tersebut didatangkan dari berbagai daerah. Jenis, asal kayu, dan peruntukan dari masing-masing jenis kayu yang digunakan di UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung No. Jenis kayu Asal kayu Kayu besi atau merbau (Intsia bijuga O) Kayu jati (Tectona grandis j. f) Sulawesi Selatan (Bulukumba), Sulawesi Tenggara (Kendari), Maluku dan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan (Bulukumba dan Selayar), Sulawesi Tenggara (Kendari), Maluku, dan Jayapura Bagian konstruksi Lunas, linggi haluan dan buritan Gading-gading, linggi haluan dan buritan

40 26 Tabel 6 Lanjutan No. Jenis kayu Asal kayu Kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus) Kayu meranti (Shorea spp.) Kayu kulim (Scorodocarpus borneonsis Becc.) Sulawesi, Maluku, dan Jayapura Sulawesi Selatan (Bulukumba), Sulawesi Tenggara (Kendari) Kalimantan, Sulawesi Tenggara (Kendari) Bagian konstruksi Gading-gading, linggi haluan, dan lambung atau badan kapal. Lambung atau badan kapal Lunas Hampir semua jenis kayu tersebut terdapat di Kabupaten Bulukumba, tetapi karena kebutuhan kayu yang besar maka ketersediaan kayu lokal tidak mencukupi. Oleh karena itu, perlu didatangkan kayu tambahan dari luar daerah Bulukumba seperti dari Sulawesi Tenggara (Kendari), bahkan ada yang didatangkan dari Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Jayapura. Kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading adalah jenis kayu jati (Tectona grandis j. f) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Penggunaan kayu tersebut tergantung dari bentuk gading-gading yang akan dibuat. Bentuk gading-gading di galangan UD. Semangat Untung ada tiga, yaitu bentuk V bottom, round bottom, dan U bottom. Kayu biti atau gofasa biasanya sudah berbentuk V sehingga biasa digunakan untuk bagian gading-gading bentuk V bottom yang terletak di dekat linggi haluan. Hal ini dilakukan agar konstruksi gading-gading lebih kuat bila dibuat dari satu batang kayu. Beberapa gading-gading berbentuk V bottom ada yang dibuat dari kayu jati. Namun, konstruksi seperti ini tidak sekuat konstruksi gading-gading yang menggunakan kayu utuh, sehingga konstruksi itu dipakai untuk bagian V bottom yang tidak terlalu dekat dengan linggi haluan. Selanjutnya, gading-gading bentuk round bottom dan U bottom menggunakan kayu jati (Lampiran 4). Kayu jati memiliki ciri-ciri berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Kayu jati memiliki kekerasan agak keras, berat jenis ratarata 0,70 dalam kisaran 0,58-0,82, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II dan

41 27 Kelas Kuat II, serta mudah dikerjakan. Sedangkan kayu biti atau gofasa memiliki ciri-ciri keras dan agak sukar digergaji, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II-III dan Kelas Kuat II-III serta memiliki berat jenis 0.74 dalam kisaran Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (1989), kayu untuk bagian gading-gading harus mempunyai berat jenis minimal 0,7 dan dengan mutu minimum KK III dan KA III. Maka kayu jati dan kayu biti yang digunakan untuk bagian gading-gading di Galangan Kapal UD. Semangat Untung dinilai sudah tepat karena sudah memenuhi ketentuan BKI tersebut. 4.6 Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung Proses pembangunan kapal perikanan di galangan kapal U.D Semangat Untung diawali dengan penentuan dimensi dan sketsa kapal yang akan dibuat oleh pemilik galangan. Dimensi dan sketsa kapal tersebut dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari pihak pemesan dan pemilik galangan itu sendiri. Jika dari pihak pemesan disertai dengan gambar general arrangement, lines plan, deck profile, dan profile construction, maka pemilik galangan membuat kapal berdasarkan gambar detail tersebut. Tetapi jika tidak disertai dengan gambar detail, maka pemilik galangan yang akan menentukan dimensi dan sketsanya. Setelah itu dilakukan pemilihan material atau balok-balok kayu berkualitas sesuai dengan bagian-bagian kapal yang akan dibangun. Hal ini dilakukan karena masing-masing bagian kapal dibangun dari jenis kayu yang berbeda. Penggunaan kayu untuk konstruksi kapal di suatu tempat bergantung pada kebiasaan pengrajin kapal di tempat tersebut. Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka proses pembangunan kapal segera dilakukan. Pembangunan kapal dimulai dengan peletakan lunas dan pemasangan linggi. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kulit kapal hingga setengah tinggi terlebih dahulu lalu pemasangan kerangka utama atau gadinggading. Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan pemasangan kulit kapal keseluruhan hingga ke sheer. Tahap akhir dari proses pembangunan kapal adalah pengecatan. Secara berurutan tahapan pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Gambar 15. Pada umumnya tahapan

42 28 pembangunan kapal di Bulukumba sama dengan pembangunan kapal daerah lain di Indonesia. Mulai Peletakan lunas; Pemasangan linggi haluan; Pemasangan linggi buritan; Pemasangan kulit kapal setengah tinggi kapal; Pemasangan gading-gading; Pemasangan galar (geladak); Pembuatan pondasi mesin; Pemasangan kulit kapal seluruhnya hingga ke sheer; Pemasangan golak (sheer); Pemasangan lantai dek; Pemasangan tiang layar; Pembuatan palka Pemakalan Pengecatan dan pemberian anti fouling Selesai Gambar 15 Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung.

43 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konstruksi Gading-gading Gading-gading adalah kerangka utama dalam pembangunan sebuah kapal. Pembangunan konstruksi gading-gading sebuah kapal harus dipastikan kuat dan kokoh agar dalam pengoperasiannya kapal tersebut mampu bertahan dalam berbagai kondisi di laut. Kapal yang diteliti adalah jenis kapal perikanan dengan alat tangkap jaring. Oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan kapal jaring. Dimensi utama kapal dapat diihat pada Tabel 7. Pengertian dari dimensi utama kapal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 7 Dimensi utama obyek penelitian No. Dimensi Ukuran 1. LOA (Length Over All) 12 meter 2. LPP (Length Per Pendicular) 7,7 meter 3. LWL (Length Water Line) 9,9 meter 4. B (Breadth) 1,825 meter 5. D (Depth) 0,74 meter 6. d (Draught) 0,44 meter 7. Mesin TS Shanghai (inboard) 8. Kekuatan mesin 16 PK 9. Kapasitas 2,3 GT Kapal yang menjadi obyek penelitian memiliki 29 gading-gading. Pada umumnya gading-gading kapal yang dibangun di galangan kapal UD. Semangat Untung terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, yaitu bentuk U bottom, round bottom, dan V bottom. Ketiga bentuk gading-gading tersebut dibuat untuk posisi gading-gading yang berbeda, untuk gading-gading posisi 1 10 menggunakan bentuk U bottom, gading-gading posisi menggunakan bentuk round bottom, dan gading-gading posisi menggunakan bentuk V bottom (Gambar 16). Setiap gading-gading, konstruksinya dapat dibuat dari satu hingga tiga batang kayu dengan teknik pemotongan searah serat agar lebih kuat dan lebih efisien penggunaannya.

44 30 Gading-gading 1 10;11 22;23 29 Gambar 16 Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping). Setiap gading-gading terdiri dari bentuk yang berbeda-beda. Bentuk gadinggading U bottom terdiri atas: bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 17 a dan b). Bentuk gading-gading round bottom terdiri atas: bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 18 a dan b). Sedangkan bentuk gadinggading V bottom terdiri atas: bentuk V dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 19a), bentuk V dari dua bagian konstruksi yang disambung dengan tipe sambungan seperti Gambar 19b, dan bentuk V dari satu bagian konstruksi (Gambar 19c).

45 31 a) b) Gambar 17 Bentuk gading-gading U bottom (Gambar non skala): a) U bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (U1). b) U bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2). a) b) Gambar 18 Bentuk gading-gading round bottom (Gambar non skala): a) Round bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (R1). b) Round bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2).

46 32 a) b) c) Gambar 19 Bentuk gading-gading V bottom (Gambar non skala): a) V bottom dari tiga bagian konstruksi yu (V1). b) V bottom dari dua bagian konstruksi (V2). c) V bottom dari satu bagian konstruksi (V3). Bentuk gading-gading dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2 dan R2) memiliki sambungan dibagian tertentu sehingga gading-gading tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah. Contoh bentuk bagian gading-gading atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 20. Ket : a = bagian gading-gading atas b = bagian gading-gading bawah a b Gambar 20 bentuk gading-gading bagian atas dan bawah (Gambar non skala).

47 Proses Pembuatan Gading-gading Pembuatan gading-gading di galangan kapal UD. Semangat Untung umumnya menggunakan kayu jati (Tectona grandis L) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Hal ini dikarenakan ketersediaan kedua jenis kayu ini lebih banyak dibanding jenis kayu lainnya. Selain itu, hal ini juga merupakan kebiasaan turun temurun di galangan tersebut. Menurut standar yang disyaratkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), kayu jati dan kayu biti sudah sesuai apabila digunakan untuk membuat gading-gading. Hal ini disebabkan karena kedua jenis kayu tersebut termasuk dalam kelas awet II-III dan kelas kuat II-III. Sampai saat ini, kayu jati menjadi kayu yang paling utama digunakan untuk pembangunan kapal khususnya bagian gading-gading atau rangka utama kapal. Pembuatan gading-gading diawali dengan pemilihan batang kayu yang sudah lengkung. Kelengkungan kayu diperlukan agar mempermudah dalam proses pembentukan gading-gading. Batang kayu tersebut kemudian diukur sesuai kebutuhan. Pengukuran dilakukan sebelum kayu dipotong untuk mengefisienkan penggunaan material, pengukuran kelengkungan dibuat dengan mencetak gambar lengkung dari mal besi ke batang kayu. Penentuan ukuran dilakukan berdasarkan kebiasaan turun-temurun pembuat kapal sesuai dengan ukuran besar kecilnya kapal. Kayu-kayu tersebut diukur dan dipotong menjadi bentuk gading-gading yang akan dibuat. Batang kayu yang membentuk bagian konstruksi gading-gading disambung dengan menggunakan pasak kayu. Setelah gading-gading terbentuk dilakukan pemasangan pada kulit kapal Pembuatan gading-gading bentuk U bottom Gading-gading bentuk U bottom dipasang pada posisi Gading-gading ini terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (U1) dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2). Pembuatan gading-gading bentuk U1 lebih mudah dilakukan karena gadinggading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah. Gading-gading dibuat dengan mencetak mal besi ke batang kayu lengkung (Lampiran 6), ukurannya dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian batang kayu tersebut dipotong.

48 34 Pembuatan gading-gading bentuk U2 lebih sulit dilakukan karena memiliki sambungan. Gading-gading ini dibuat dengan cara mencetak mal besi ke batang kayu lengkung sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian dipotong untuk konstruksi bagian bawah gading-gading. Setelah itu, konstruksi bagian atas gading-gading dibuat disesuaikan dengan konstruksi gading-gading bagian bawah (Gambar 21). Cara penyambungan gading-gading ini juga menggunakan pasak kayu. Jika sambungan tidak rapat maka dilakukan koreksi dengan memotong kelebihan ukuran gading-gading tersebut kemudian dipasang lagi hingga benarbenar sesuai ukurannya. Gambar 21 Penyambungan gading-gading bentuk U Pembuatan gading-gading bentuk round bottom Gading-gading bentuk round bottom dipasang pada posisi Gadinggading ini terdiri atas bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (R1) dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2). Kedua gading-gading ini dibuat dengan cara yang berbeda. Gading-gading bentuk R1 konstruksinya lebih mudah karena gading-gading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah sehingga tidak perlu sambungan. Proses pembuatan gading-gading bentuk ini sama seperti pembuatan gading-gading bentuk U1.

49 35 Gading-gading bentuk R2 dibuat dengan mengukur batang kayu yang sudah lengkung kemudian dipotong untuk konstruksi gading-gading bagian dasar atau bagian bawah, kemudian batang kayu yang lain diukur dan dipotong untuk konstruksi gading-gading bagian atas. Setelah itu, ketiga bagian konstruksi gading-gading ini disambung dan dirapatkan dengan pasak kayu. Jika ada bagian sambungan yang tidak rapat maka dirapatkan dengan cara sama seperti gadinggading bentuk U2. Pembuatan gading-gading bentuk R2 dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Penyambungan gading-gading bentuk R Pembuatan gading-gading bentuk V bottom Bentuk V bottom dipasang pada posisi 23-29, yaitu V1, V2 dan V3. Bentuk V1 posisi pada dibuat dari kayu biti dengan tiga bagian konstruksi. Batang kayu biti diukur sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian hasil pengukurannya dipotong dan dibentuk menjadi gading-gading bentuk V1. Gading-gading bentuk V1 konstruksinya lebih sulit karena ada tiga bagian konstruksi yang dibuat, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah (Gambar 23). Bentuk V2 konstruksinya dibuat satu per satu bagian kiri dan kanan, kemudian masing-masing bagian tersebut disambung lalu di pasang pada kulit kapal (Gambar 24). Bentuk ini tidak begitu sulit karena konstruksinya dibuat secara terpisah kemudian disambungkan.

50 36 Jika ada sambungan dari dua bagian gading-gading yang ukurannya tidak sama persis, biasanya dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan koreksi. Koreksi hanya dilakukan pada pemasangan gading-gading bentuk V bottom ke kulit kapal. Bentuk V3 dibuat dari satu bagian konstruksi, yaitu dari satu batang kayu biti yang bentuknya sudah lengkung menyerupai huruf V. Batang kayu tersebut langsung diukur sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian hasil pengukuran dipotong dan dihaluskan dengan ketam listrik. Panjang gading-gading bentuk V3 ini cenderung dibuat lebih pendek dari kulit atau badan kapal. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada pembuatan gading-gading tersebut sehingga tidak perlu dilakukan koreksi. Gambar 23 Penyambungan gading-gading bentuk V1. Gambar 24 Penyambungan gading-gading bentuk V Tingkat Keakuratan Pembuatan Gading-gading Objek penelitian yang dikaji pada penelitian ini memiliki ketidaksesuaian konstruksi gading-gading yang direncanakan dan yang terpasang. Hal ini disebabkan karena pengukuran konstruksi gading-gading dilakukan secara perkiraan saja oleh pembuat kapal. Pembuat kapal membuat konstruksi gading-

51 37 gading tanpa menggunakan pola ukuran, tetapi hanya didasarkan pada pengalaman dan kebiasaan dalam membangun kapal sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pemotongan konstruksi gading-gading. Adanya perbedaan ukuran tersebut menyebabkan konstruksi gading-gading dianggap tidak akurat. Ketidakakuratan tersebut antara lain terdapat kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang terpasang dari yang direncanakan. Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat keakuratan dan galat relatif masing-masing dimensi gadinggading yang diperoleh dijelaskan pada sub-subbab di bawah ini Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading Berdasarkan data yang ada dilakukan perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih terhadap lebar penampang gading-gading (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9). Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa lebar penampang gading-gading memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda berdasarkan bentuk gading-gading. Tingkat keakuratan dimensi lebar gading-gading dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Lebar penampang Rencana (cm) Terpasang (cm) Tingkat keakuratan (%) 1 U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round

52 38 Tabel 8 Lanjutan Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Lebar penampang Rencana (cm) Terpasang (cm) Tingkat keakuratan (%) 18 Round Round Round Round Round V V V V V V V Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading. Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran. Untuk mengetahui besarnya persentase keakuratan gading-gading dilakukan pengelompokan berdasarkan bentuk. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan lebar gading-gading baik ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading - gading Bentuk gading - gading U Bottom Round Bottom V Bottom Range tingkat keakuratan Tingkat keakuratan > 100% Tingkat keakuratan < 100% Tingkat keakuratan 100% Total 85.71% % 3.45% 13.79% 17.24% 34.48% 78.57% % 17.24% 20.68% 3.45% 41.37% 78.57% % 20.68% 3.45% % Total 41.37% 37.92% 20.69% 100% Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dimensi lebar dari 29 gadinggading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 41.37%, tingkat keakuratan <100% sebayak 37.92%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 20.69%. Tingkat

53 39 keakuratan >100% didominasi oleh gading-gading bentuk V bottom, yaitu sebanyak 20.68% dan tingkat keakuratan <100% didominasi oleh bentuk round bottom, yaitu sebanyak 20.68%. Hal ini berarti kelebihan lebar penampang gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk V bottom dan kekurangan lebar penampang gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk round bottom. Selanjutnya dilakukan analisis galat relatif dari persentase selisih gading-gading. Persentase selisih lebar penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Persentase selisih lebar penampang gading-gading Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Rencana (cm) Terpasang (cm) Lebar penampang Selisih (cm) Persentase selisih (%) 1 U A 2 U B 3 U A 4 U B 5 U A 6 U A 7 U B 8 U B 9 U B 10 U A 11 Round B 12 Round B 13 Round B 14 Round B 15 Round B 16 Round B 17 Round B 18 Round A 19 Round B 20 Round B 21 Round B 22 Round B 23 V B 24 V B 25 V B 26 V B Zona selisih

54 40 Tabel 10 Lanjutan Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Rencana (cm) Terpasang (cm) Lebar penampang Selisih (cm) Persentase selisih (%) 27 V B 28 V B 29 V B Zona selisih Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai selisih dan persentase selisih dimensi lebar penampang masing-masing bentuk gading-gading. Nilai min (-) pada tabel di atas menunjukkan bahwa lebar penampang gading-gading terpasang memiliki kekurangan ukuran konstruksi dan nilai plus (+) menunjukkan bahwa lebar penampang gading-gading terpasang memiliki kelebihan konstruksi dari gading-gading yang direncanakan. Persentase selisih lebar penampang gadinggading bentuk U bottom adalah 0.00% %, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% 21.43%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah % %. Lebar penampang gading-gading cenderung tidak akurat karena persentase selisihnya dominan beradadi zona B (Gambar 25). Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran lebar penampang gading-gading rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran lebar penampang gading-gading tersebut. Gambar 25 Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading.

55 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading Berdasarkan hasil perhitungan, dimensi tebal gading-gading memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda. Tingkat keakuratan dimensi tebal penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Tebal penampang Rencana Terpasang Tingkat keakuratan (cm) (cm) (%) 1 U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V

56 42 Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading. Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan tebal gading-gading baik ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading - gading Bentuk gading - gading U Bottom Round Bottom V Bottom Range tingkat keakuratan Tingkat keakuratan > 100% Tingkat keakuratan < 100% Tingkat keakuratan 100% Total 90.00% % 3.45% 10.34% 20.68% 34.47% 90.00% % 6.89% 10.34% 24.13% 41.17% 94.44% % 6.89% 3.45% 13.79% 23.94% Total 17.23% 24.13% 58.60% 100% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tebal penampang dari 29 gading-gading yang memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 17.23%, tingkat keakuratan <100% sebanyak 24.13%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 58.60%. Pada pengukuran tebal penampang gading-gading didominasi tingkat keakuratan 100%, yaitu sebanyak 24.13% oleh gading-gading bentuk round bottom. Sedangkan tingkat keakuratan <100% paling banyak pada bentuk U bottom, yaitu sebanyak 10.34%. Hal ini berarti, pada tebal penampang gadinggading ketepatan ukuran paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round bottom. Kesimpulan ini diperkuat lagi oleh hasil perhitungan persentase selisih dan grafik galat relatif tebal penampang gading-gading yang dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 26.

57 43 Tabel 13 Persentase selisih tebal penampang gading-gading Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Rencana (cm) Terpasang (cm) Tebal penampang Selisih (cm) Persentase selisih (%) Zona selisih 1 U A 2 U B 3 U B 4 U A 5 U A 6 U A 7 U A 8 U B 9 U A 10 U B 11 Round B 12 Round B 13 Round B 14 Round A 15 Round A 16 Round B 17 Round A 18 Round B 19 Round A 20 Round A 21 Round A 22 Round A 23 V A 24 V A 25 V B 26 V A 27 V B 28 V B 29 V A Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase selisih tebal penampang gading-gading bentuk U bottom adalah 0.00% %, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% 10.00%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah 0.00% 11.11%. Persentase selisih tebal penampang gading-gading dominan berada di zona A (akurat) karena persentase selisih tebal penampang ketiga bentuk

58 44 gading-gading dominan 1%. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran tebal penampang gading-gading rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran tebal penampang gading-gading tersebut. Gambar 26 Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading. Berdasarkan grafik galat relatif di atas dapat diketahui bahwa persentase selisih tebal penampang gading-gading dominan berada tepat di 0% (didominasi oleh bentuk round bottom). Hal ini berarti, tebal penampang gading-gading konstruksinya cenderung akurat Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gading-gading Pengukuran tingkat keakuratan dan galat relatif dimensi jarak antar gadinggading dilakukan terhadap dua hal, yaitu jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan Jarak antar gading-gading bersisian Hasil penelitian yang dilakukan pada jarak antar gading-gading bersisian menunjukkan bahwa jarak antar gading-gading bersisian memiliki tingkat

59 45 kekurasian yang berbeda-beda pada setiap bentuk gading-gading. Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian Posisi gadinggading Bentuk gadinggading 1 U Rencana (cm) Jarak antar gading-gading bersisisan Terpasang (cm) 2 U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V Tingkat keakuratan (%)

60 46 Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gadinggading bersisian. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gadinggading bersisian pada setiap bentuk gading-gading baik ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian per bentuk gading-gading Posisi gading - gading Bentuk gadinggading U Bottom Round Bottom V Bottom Range tingkat keakuratan Tingkat keakuratan > 100% Tingkat keakuratan < 100% Tingkat keakuratan 100% Total 93.33% % 6.89% 13.79% 13.79% 34.47% 94.00% % 6.89% 31.03% 3.45% 41.37% % % 17.24% % % Total 31.02% 44.82% 24.13% 100% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak antar gading-gading bersisian dari 29 gading-gading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 31.02%, tingkat keakuratan <100% sebanyak 44.82%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 24.13%. Tingkat keakuratan <100% didominasi oleh gadinggading bentuk round bottom dan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada gading-gading bentuk V bottom. Hal ini berarti, antar gading-gading bersisian kelebihan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk V bottom dan kekurangan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round bottom. Persentase selisih dan grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 27.

61 47 Tabel 16 Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian gadinggading Posisi gading - gading Bentuk gadinggading Rencana (cm) Jarak antar gading-gading bersisian Terpasang (cm) Selisih (cm) 1 U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V Persentase selisih (%) Zona selisih A A A B B B 3.33 B 0.00 A 6.67 B 0.00 A 3.33 B 3.33 B 3.33 B 1.67 B 1.67 B 5.00 B 5.00 B B 6.00 B 2.00 B 8.00 B 8.00 B B 4.00 B 5.00 B 27 V A 28 V A 29 V

62 48 Dari tabel di atas dapat diketahui persentase selisih jarak antar gadinggading bersisian bentuk U bottom adalah 0.00% 6.67%, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% %, dan gading-gading bentuk V bottom adalah 0.00% 12.00%. Hal ini berarti, jarak antar gading-gading bersisian tidak akurat karena persentase selisih dominan berada di zona B (x > 1%). Kondisi ini diperjelas pada grafik galat yang disajikan pada Gambar 27. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran jarak antar gading-gading bersisian rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran jarak antar gading-gading bersisian tersebut. Gambar 27 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian Jarak antar gading-gading berhadapan Hasil penelitian menunjukkan jarak antar gading-gading berhadapan memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda berdasarkan bentuk gadinggading. Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan dapat dilihat pada Tabel 17.

63 49 Tabel 17 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan gading-gading Posisi gadinggading Bentuk gadinggading Jarak antar gading-gading berhadapan Terpasang Tingkat keakuratan Rencana (cm) (cm) (%) 1 U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan

64 50 jarak antar gading-gading berhadapan pada setiap bentuk gading-gading baik ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading - gading Bentuk gading - gading U Bottom Round Bottom V Bottom Range tingkat Keakuratan Tingkat keakuratan > 100% Tingkat keakuratan < 100% Tingkat keakuratan 100% Total 96.30% % 6.89% 10.34% 17.24% 34.47% 98.00% % 6.89% 13.79% 20.68% 41.36% 96.00% % 13.79% 6.89% 3.45% 24.13% Total 27.57% 31.02% 41.37% 100% Secara keseluruhan jarak antar gading-gading berhadapan dari 29 buah gading-gading terdapat tingkat keakuratan >100% sebanyak 27.57% dan tingkat keakuratan <100% sebanyak 31.02%, serta tingkat keakuratan 100% sebanyak 41.37%. Pada konstruksi jarak antar gading-gading berhadapan didominasi oleh tingkat keakuratan tepat 100% pada bentuk gading-gading round bottom, yaitu sebanyak 20.68%. Sedangkan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada bentuk V bottom, yaitu sebanyak 13.79%. Hal ini berarti, jarak antar gadinggading berhadapan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan paling banyak terdapat pada bentuk V bottom. Sementara itu, kesesuaian jarak antar gadinggading berhadapan dengan yang direncanakan paling banyak terdapat pada bentuk round bottom. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan gadinggading Posisi Bentuk Jarak antar gading-gading berhadapan gadinggadingading (cm) (cm) (cm) selisih (%) selisih gading- Rencana Terpasang Selisih Persentase Zona 1 U A 2 U A 3 U B 4 U A

65 51 Tabel 19 Lanjutan Posisi Bentuk Jarak antar gading-gading berhadapan gadinggadingading (cm) (cm) (cm) selisih (%) selisih gading- Rencana Terpasang Selisih Persentase Zona 5 U A 6 U B 7 U A 8 U B 9 U A 10 U A 11 Round A 12 Round A 13 Round A 14 Round A 15 Round B 16 Round A 17 Round B 18 Round A 19 Round A 20 Round B 21 Round B 22 Round B 23 V B 24 V B 25 V B 26 V A 27 V B 28 V B 29 V B Berdasarkan tabel di atas, persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan bentuk U bottom adalah 0.00% %, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% 2.07%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah 0.00% %. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan dominan berada di zona A, yang berarti cenderung akurat. Kondisi ini lebih diperjelas pada grafik galat relatif pada Gambar 28. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran jarak antar gading-gading berhadapan rencana dan yang terpasang,

66 52 pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran jarak antar gading-gading berhadapan tersebut. Gambar 28 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan. Berdasarkan tingkat keakuratan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa keempat dimensi gading-gading cenderung tidak akurat. Hal ini dibuktikan dengan persentasi selisih keempat dimensi tersebut dominan berada di zona B. Dimensi gading-gading yang paling akurat adalah dimensi tebal penampang gading-gading. Dari 29 gading-gading, terdapat 56,80% gading-gading yang ketebalannya akurat 100%. Selain itu, berdasarkan analisis galat relatif persentase selisih pada dimensi tebal penampang dominan berada di zona A.

67 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Ukuran dimensi lebar penampang, tebal penampang, jarak antar gadinggading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan cenderung tidak akurat. Ketidakakuratan antara ukuran yang direncanakan dengan yang terpasang sebesar 79.31% untuk lebar penampang, 41.37% untuk tebal penampang, 72,41% untuk jarak antar gading-gading bersisian, dan 48.27% untuk jarak antar gading-gading berhadapan. 2) Meskipun terdapat perbedaan antara ukuran yang direncanakan dengan ukuran yang terpasang pada keempat dimensi gading-gading, tidak pernah dilakukan pengkoreksian oleh pembuat kapal. 6.2 Saran Sebaiknya industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung didukung dengan kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat mempermudah galangan tersebut untuk memperoleh bantuan dan dukungan dari pemerintah baik dari segi permodalan maupun teknologi.

68 DAFTAR PUSTAKA Askabul Konstruksi Kapal Ikan Serba Guna di Galangan Kapal Kayu CV. Tarsis Bagansiapiapi, Riau [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal Ayuningsari, D Tekno Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [BKI] Biro Klasifikasi Indonesia Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. 112 hal. Chindhambaram, K Topographical Factors in Fishing Boat Design. Fishing Boat of The World II. London: Fishing News Books. Ltd. Fyson, J Design of Small Fishing Vessels. Farnham, Surrey, England: Fishing News Books Ltd. Hal Iskandar, BH Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 153 hal. Iskandar, BH. dan Pujiati, S Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah Indonesia [Laporan Penelitian]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal Kalyana, LA Tekno Ekonomi Kapal Gillnet di Kalibaru dan Muara Angke Jakarta Utara [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal Mandang, IY dan pandit, IKN Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kelautan. 62 hal. Munir, R Metode Numerik. Bandung: Penerbit Informatika Bandung. Nomura, M and Yamazaki, T Fishing Techniques I. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Hal Pasaribu, BP Keadaan Umum Kapal Ikan di Indonesia. Prosiding Seminar Kapal Ikan di Indonesia dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Institut Pertanian Bogor. 106 hal. Pasaribu, BP Material Kayu Utuh dan Kayu Sambungan untuk Konstruksi Kapal Penangkap Ikan. Buletin PSP Volume I No.2. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal

69 55 Purba, RFB Kajian Tekno-ekonomi Kapal Gillnet Material Kayu di Karangantu, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal Rouf, ARA Bentuk Kasko Kapal dan Pengaruhnya Terhadap Tahanan Kasko Kapal Ikan [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 3-9. Sinaga, T Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Purse Seine di Bancar, Jawa Timur [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 5-9. Soegiono Kamus Teknik Perkapalan Edisi Keempat. Surabaya: Airlangga University Press. Soekarsono, N.A Pengantar Bangunan Kapal dan Ilmu Kemaritiman. Jakarta: Pamator Pressindo. Hal Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Baru. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Pustaka hal. Umar, H Metode Penelitian: untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yatnaningsih Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Dogol di Bancar, Kab. Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 34.

70 LAMPIRAN 56

71 57 Lampiran 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran Balam seminai (Palaquium ridleyi K) Bangkirai (Shorea laevifolia Endert) Bayur (Pterospermun spp) Bedaru (Cantleya carniculata Howard) Belangeran (Shorea balangeran Burck) Benuang (Octomeles sumatrana Mig) Bintangur (Calophyllum spp) Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers) Cengal (Hopea sangal Korth) Dungun (Heritiera littoralis Dryand) 12 Durian (Durio spp) 13 Gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl) KA II, KK I, BJ 1.04 ( ), keras, sukar digergaji KA I-III, KK I-II, BJ 0.91 ( ), sangat keras, sukar digergaji KA IV-V, KK III-IV, BJ , lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan KA I, KK I, BJ 1.04 ( ), keras, mudah retak KA II-(I-III), KK II-(I), BJ 0.86 ( ), keras, mudah retak KA V, KK IV-V, BJ 0.33 ( ), lunak dan rapuh, mudah dikerjakan KA II-IV, KK II-III, BJ , agak keras sampai keras, Calophyllum inophyllum sukar dikerjakan, tetapi jenis yang lain umumnya mudah KA II-III, KK II-III, BJ 0.69 ( ), agak keras, mudah dikerjakan KA II-III, KK II-III, BJ 0.84 ( ), agak keras, mudah dikerjakan KA I-II, KK I, BJ 0.98 ( ), keras, sukar dikerjakan KA IV-V, KK II-III, BJ , lunak atau agak lunak, mudah dikerjakan KA IV, KK III-IV, BJ 0.47 ( ), lunak, mudah dikerjakan Dek Bagianbagian keras (utama) kapal Kano Bagianbagian keras (utama) kapal Lunas Perahu, kano Gading, tiang layar, dayung Gading, badan kapal Perahu Bagianbagian keras (utama) kapal Konstruksi ringan setelah diawetkan Konstruksi ringan Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Seluruh Kalimantan Seluruh Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan Sumatera Selatan (Bangka dan Belitung), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tenggara Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Palembang, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur Jambi, Sumatera Selatan (Palembang), Lampung, Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur Seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Hampir di seluruh Indonesia terutama di daerah pantai yang berawa Seluruh Indonesia Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur

72 58 Lampiran 1 Lanjutan No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 14 Gia (Homalium foetidum Renth) 16 Gisok (Shorea guiso Bl) 19 Kapur (Dryobalanops spp) 21 Keruing (Dipterocarpus spp) 22 Kuku (Pericopsis mooniana Thw) 24 Lara (Metrosideros spp) 25 Mahoni (Swietenia spp) 26 Matoa (Pametia spp) Melur (Dacrydium spp, Podocarpus spp, Phyllocaldus spp) Mentibu (Dactylocladus stenestachys Oliv) 29 Merawan (Hopen spp) 31 Mersawa (Anisoptera spp) KA I-II, KK I-II, BJ 0.91 ( ), keras, sukar dikerjakan KA II-III, KK I-II, BJ 0.83 ( ), keras, mudah dikerjakan KA II-IV, KK I-III, BJ , keras, sukar dikerjakan KA III-IV, KK I-III, BJ , keras sampai sangat keras, sifat pengerjaan tegantung pada kadar silika dan damar yang dikandung KA II, KKI II, BJ 0.87, sangat keras, agak sukar dikerjakan KA I, KK I, BJ , sangat keras, sukar dikerjakan KA III, KK II-III, BJ , agak keras, mudah dikerjakan KA III-IV, KK I-III, BJ , agak keras sampai keras, mudah dikerjakan KA IV, KK II-IV, BJ , agak lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan KA IV-V, KK III, BJ 0.53 ( ), lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan KA II-III, KK II-III, BJ , agak keras, mudah dikerjakan KA IV, KK II-III, BJ , agak keras, sukar dikerjakan Bagianbagian (utama) kapal Kerangka kapal, tiang layar Semua bagian kapal Dek, badan kapal Dek Tiang kemudi jangkar Bagunan tambahan, dek, lapisan kedap air, badan kapal Dek, badan kapal Dek, dayung Dek, dayung Semua bagian kapal Dayung, badan kapal Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya Sumatera Utara, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, seluruh Kalimantan Seluruh Sumatera, Jawa dan Kalimantan Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya Seluruh Sulawesi, Maluku, Irian Jaya Seluruh Jawa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Timur Seluruh Sumatera kecuali Lampung, seluruh Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya Seluruh Kalimantan Seluruh Sumatera, Jawa Barat, seluruh Kalimantan, Maluku, Irian Jaya Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, Jawa Barat, seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya

73 59 Lampiran 1 Lanjutan No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 32 Nyateh (Ganua spp, Palaquium spp, Payane spp) 33 Palapi (Heritiera spp) Petanang (Dryobalanors oblongitolia Oyer) Puspa (Schima wallichii Korth) Rengas (Gluta spp, Mellanorrhoea spp) 37 Resak (Vatica spp) Tembesu (Fargraea spp) Tempinis (Sloetia elongate Kds) KA II-IV, KK II-III, BJ , lunak sampai agak keras, umumnya mudah dikerjakan KA II-IV, KK I-IV, BJ , agak keras, agak sukar dikerjakan KA III, KK II, BJ 0.75 ( ), agak keras sampai keras, sukar dikerjakan KA III, KK II, J 0.67 ( ), agak keras, mudah dikerjakan KA II, KK II, BJ , agak keras sampai sangat keras, agak mudah dikerjakan KA II-III, KK I-III, BJ , keras sampai sangat keras, agak sukar dikerjakan KA I-III, KK I-III, BJ , agak keras sampai keras, mudah dikerjakan KA I, KK I, BJ 1.10 ( ), sangat keras, sukar dikerjakan Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis (Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007) Dayung kano, dek kapal Badan kapal Dek, gading, badan kapal Dek, gading Lunas Lunas, gading Semua bagian kapal Lunas, gading Seluruh Indonesia Seluruh Sumatera kecuali Jambi, Jawa Barat, seluruh Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Irian Jaya Riau, Jambi, Sumatera Selatan (Palembang) Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, seluruh Jawa, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, Jawa, Kalimantan Seluruh Sumatera kecuali Lampung, seluruh Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, Irian Jaya Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, Irian Jaya Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi

74 60 Lampiran 2 Kuesioner penelitian KUESIONER TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Nama Responden: Tanggal :.. Pekerjaan: Pewawancara :.... Lokasi :

75 61 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 Nama Responden :. 1.2 Jenis Kelamin : Pria/ Wanita 1.3 Umur :. tahun 1.4 Pendidikan Terakhir : SD/ SLTP/ SLTA/ SM/ S1 ; Tamat/ Tidak 1.5 Asal Daerah :. 1.6 Status Nelayan : 1). Pemilik Galangan 2). Pembuat Kapal 1.7 Status Pekerjaan : Penuh/ Sambilan Utama/ Sambilan Tambahan 2. GALANGAN KAPAL 2.1 Keadaan Umum Lokasi 1). Letak: 2). Kelurahan: 3). Kecamatan: 4). Kota: 5). Kondisi: 2.2 Identitas Galangan 1). Nama usaha/ Nama galangan: 2). Tahun berdiri: 3). Jenis usaha: 4). Kondisi galangan: 5). Kepemilikan lahan: 6). Ukuran kapal yang dibuat: 7). Jenis kapal yang dibuat berdasarkan mesin: 8). Jenis kapal berdasarkan bahan atau material: 9). Bentuk/ Status Usaha : 1). Perseorangan 2). Badan Hukum Usaha (CV, PT, BUMN) 3). Koperasi 4). Yayasan

76 Tenaga kerja 1). Jumlah tenaga kerja: Tenaga kerja tetap: Tenaga kerja tidak tetap: 2). Pendidikan terakhir tenaga kerja: Tenaga kerja tetap: Tenaga kerja tidak tetap: 3). Apakah ada pembagian kerja secara khusus kepada setiap tenaga kerja : (Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan: 4). Apakah ada keahlian lain atau pekerjaan lain selain pembuat kapal : (Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan: 5). Bagaimana prosedur pemberian upah kepada tenaga kerja (perhari/ perminggu): Tenaga kerja tetap: Tenaga kerja tidak tetap: 6). Berapa upah yang diterima tenaga kerja: Tenaga kerja tetap: Tenaga kerja tidak tetap: 7). Kesejahteraan tenaga kerja: Tenaga kerja tetap: Tenaga kerja tidak tetap:

77 Teknologi 1). Berdasarkan apa ukuran dimensi utama kapal ditetapkan: Perhitungan pengrajin kapal/ kepala tukang: Permintaan pemesanan: Lainnya, sebutkan: 2). Dimensi utama kapal: GT : LOA : LPP : LWL : B : D : d : Jenis mesin (inboard/ outboard): Kekuatan mesin: 3). Apakah pembangunan kapal dilengkapi dengan gambar perencanaan (Ya/Tidak): Rancangan umum (Ya/Tidak) Lines plan (Ya/Tidak) Detail konstruksi (Ya/Tidak) Perhitungan kapal (Ya/Tidak) Data fisik (gambar dan dokumentasi) perencanaan pembangunan kapal (Blue print lines plan) 4). Jika dilengkapi perencanaan, siapa yang membuat: 5). Jika tidak dilengkapi, pembuatan kapal berdasarkan apa:

78 64 6). Bagaimana tahapan pembangunan kapal tersebut: 7). Ukuran konstruksi kapal ditetapkan berdasarkan apa: Peraturan Kebiasaan/pengalaman Lainnya, sebutkan: 8). Berapa jumlah gading-gading kapal: 9). Bagaimana cara pembuatan setiap gading-gading: Dari satu kayu Dari dua kayu Lainnya: 10). Bagaimana teknik pemotongan setiap gading-gading: Searah serat Memotong arah serat Tidak ada aturan 11). Bagaimana cara membuat lengkungan gading-gading: Gambar lengkung gading-gading dicetak ke batang kayu kemudian di potong Batang kayu langsung dipotong sesuai ukuran yang diinginkan Lainnya: 12). Alat-alat apa saja yang digunakan dalam pembangunan kapal secara keseluruhan:

79 65 13). Alat-alat apa yang digunakan untuk membuat gading-gading: 14). Cara penyambungan bagian gading-gading, apakah menggunakan: Lem : Baut : Paku : Pasak : Lainnya, sebutkan: (Jawaban dapat lebih dari satu) 15). Metode yang digunakan untuk membengkokkan/ melengkungkan kayu pada pembuatan gading-gading kapal: Pemanasan: Penjepitan dengan klep besi atau clamp: Lainnya, sebutkan: 16). Apakah pernah terjadi kesalahan ketika pemotongan gading-gading dilakukan : (Ya/Tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya: Potongan terlalu lengkung Potongan terlalu pendek Lainnya: 17). Jika terjadi kesalahan seperti pada no. 12, tindakan apa yang dilakukan: Mengganti dengan kayu yang baru Menambah potongan dengan potongan kayu lainnya Lainnya:

80 66 18). Cara membuat kelengkungan gading-gading baik menggunakan busur, klep, pemanasan, atau alat bantu lainnya: 19). Berapa panjang lunas kapal: 20). Cara penyambungan gading-gading ke lunas yang dilakukan, apakah menggunakan: Lem : Baut : Paku : Pasak : Lainnya, sebutkan: (Jawa dapat lebih dari satu) 21). Apakah terdapat perbedaan ukuran antara konstruksi gading-gading yang direncanakan dengan yang telah dibuat (Ya/Tidak): Jika Ya, sebutkan bagian yang mana saja : Lebar gading-gading Tinggi gading-gading 22). Perbedaan apa yang terjadi antara konstruksi jadi dengan yang konstruksi direncanakan (lebih besar/kecil), berapa cm perbedaannya: Lebar: Tinggi: Lainnya: 23). Jika terjadi ketidaksesuaian ukuran gading-gading, apa yang dilakukan: Pemakalan

81 67 Penambalan atau penyusupan Lainnya, sebutkan: 24). Jika terjadi kelebihan ukuran pada gading-gading terhadap gading-gading lainnya, tindakan apa yang dilakukan: 25). Jika terjadi kekurangan atau ukuran gading-gading lebih kecil dari yang sebenarnya, tindakan apa yang dilakukan: 26). Apakah pernah terjadi kesalahan pada saat pemasangan gading-gading pada lunas: (Ya/tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya: 27). Apa tindakan yang dilakukan ketika terjadi kesalahan seperti pada no. 26: Membongkar gading-gading kemudian memasang kembali Gading-gading dipaksa miring sesuai yang dikehendaki Gading-gading bawah tetap, hanya gading-gaing atas yang dibongkar lalu dipasang kembali Lainnya: 28). Bagaimana pengaruh perbedaan ukuran konstruksi gading-gading berdasarkan gambar rencana dengan bentuk jadinya terhadap kekuatan konstruksi kapal:

82 68 29). Data konstruksi gading-gading: No Dst. Posisi gadinggading Dimensi utama Lebar Tebal Jarak antar gading-gading Rencana Terpasang Rencana Terpasang Jarak antar gadinggading bersisian Jarak antar gading-gading berhadapan Rencana Terpasang Rencana Terpasang 68

83 69 Lampiran 3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di UD. Semangat Untung a) Kapak b) Gergaji kayu c) Gergaji besi d) Pahat e) Palu Besi f) Palu Kayu

84 70 Lampiran 3 Lanjutan g) P h) Golok i) Alat ukur i) G j) Singkolo k) Bacci l) Kapak duduk

85 71 75 Lampiran 4 Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan yang diteliti a) Kayu untuk gading-gading bentuk V b) Kayu untuk gading-gading bentuk V, round dan U

86 76 72 Lampiran 5 Pengertian dari dimensi-dimensi kapal 1) LOA (length over all). LOA adalah panjang kapal yang diukur dari ujung haluan sampai ujung buritan. 2) LWL (length water line) LWL adalah panjang garis air yang diukur antara titik perpotongan Lwl pada badan kapal bagian haluan dan buritan 3) LPP (length between perpendicular) LPP adalah panjang kapal yang diukur dari fore perpendicular (FP) sampai after perpendicular (AP). FP adalah garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan badan kapal pada bagian haluan. AP adalah garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl pada bagian buritan kapal 4) B (breadth) Breadth adalah lebar maksimum kapal yang diukur antara sisi lambung kapal pada bagian terlebar. 5) D (depth) Depth adalah dalam kapal yang diukur secara vertikal dari dasar (base line) sampai deck freeboard pada penampang melintang tengah kapal. 6) d (draugth) Draugth adalah dalam benam kapal (sarat) yang diukur dari base line sampai load water line.

87 76 73 Lampiran 6 Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses pembuatan gading-gading

88 74 Lampiran 7 Foto-foto konstruksi gading-gading Gading-gading a) Konstuksi gading-gading bagian haluan kapal Gading-gading b) Konstruksi gading-gading bagian tengah kapal

89 75 Lampiran 7 Lanjutan Gading-gading c) Konstruksi gading-gading bagian buritan kapal

90 Lampiran 8 Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung 76

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal 219-228 TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG, DESA TANAH BERU,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG, DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN IMA KUSUMANTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU By Tos arianto 1) Syaifuddin 2) and Ronald M hutauruk 3) 1) Student

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG 1 STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG MEIDA SAPTUNAWATI SKRIPSI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009 KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL IKAN DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA UTARA DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA Dimension Appropriatness of Some Construction Parts of Woodden Fishing

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Lukman Bochary & Farid Larengi Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2.2 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2.2 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal adalah suatu bentuk konstruksi yang dapat terapung (floating) di air dan mempunyai sifat muat berupa penumpang atau barang, yang sifat geraknya dapat menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337 3539 (2301 9271 Print) 1 Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) Oleh : Abdur Rachman 4108.100.111 Dosen Pembimbing : M. Nurul Misbah,

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas

Lebih terperinci

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 21 1.1. Latar Belakang Perairan Aceh berhubungan langsung dengan Samudra Hindia berada di sebelah barat Sumatra dan mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Luas perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Ikan Tradisional Menurut Nomura dan Yamazaki (1975) dalam Prasetyo (2008), kapal ikan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan, mencakup aktivitas penangkapan

Lebih terperinci

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & Andi Haris

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN PROGRAM APLIKASI DESAIN KAPAL TRADISIONAL PADA GALANGAN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG

KAJIAN PENGGUNAAN PROGRAM APLIKASI DESAIN KAPAL TRADISIONAL PADA GALANGAN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG KAJIAN PENGGUNAAN PROGRAM APLIKASI DESAIN KAPAL TRADISIONAL PADA GALANGAN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG Andi Trimulyono 1), Wilma Amiruddin 1), Eko Didik Purwanto 2), Bandi sasmito 3) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA III - 555 STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA Yopi Novita 1* dan Budhi Hascaryo Iskandar 1 * yopi1516@gmail.com / 0812 8182 6194 1 Departemen PSP FPIK IPB ABSTRAK Kapal merupakan bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance Oleh: Yopi Novita 1 *, Budhi H. Iskandar 1 Diterima: 14 Februari

Lebih terperinci

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON I-, &/P'~P/ 4 9$9/~2~,,q Sr STUD1 TEMTANG DESAlM DAN KO Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON WINDA LUDFIAH C 23.0519 FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 9 9 1 SI'UIII TGN.I'ANC I>L;SAIN DAN KONS'I'RUKSI

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C54104067 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6.1 Keragaan Kapal Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda bergantung dari tujuan usaha penangkapan. Setiap jenis alat penangkapan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kapal Kayu 5.1.1 Gambaran Umum Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan yang terdapat di perairan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 19-28, Juni 2017 RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG RATIO OF THE MAIN DIMENSIONS

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU DAVID OCTAVIANUS SIAHAAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU I -i 6 Sf UDl TENTANG OESAlN BAN KONSTRUKSI 0 KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU KARYA ILMIAH Oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR C 22.0435 FAKULTAS PERIICANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990 STUD1 TENTANG DESAIN DAN

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996 PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996 Untung Budiarto, Sarjito Jokosisworo Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C54101029 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN 2540 9484 Halaman : 125 136 Desain Kapal Purse Seine Modifikasi di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan (Design

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Febry Firghani Oemry - 4108100079 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo,

Lebih terperinci

ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH ANALISlS KEBUTUllAN SOLAR UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Ragil Utomo C54102006 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI KAPAL PERIKANAN BERBAHAN DASAR KAYU DAN FIBERGLASS KHAERUL ANWAR

ANALISIS PRODUKSI KAPAL PERIKANAN BERBAHAN DASAR KAYU DAN FIBERGLASS KHAERUL ANWAR ANALISIS PRODUKSI KAPAL PERIKANAN BERBAHAN DASAR KAYU DAN FIBERGLASS KHAERUL ANWAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT DAMPAK PEMBENAMAN DALAM LUMPUR TERHADAP KETEGUHAN LENTUR STATIS BEBERAPA JENIS KAYU UNTUK LUNAS KAPAL DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT JOKO TRI PRASETYO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ G FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN B060R 1 9 9 1 STUD1 TENTANG DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU LAMINAS1

Lebih terperinci

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ G FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN B060R 1 9 9 1 STUD1 TENTANG DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU LAMINAS1

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal BENTUK LINGGI HALUAN KAPAL PENANGKAP IKAN (KURANG DARI 30 GT)

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal BENTUK LINGGI HALUAN KAPAL PENANGKAP IKAN (KURANG DARI 30 GT) ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 2, Juni 2017 Hal 127-137 BENTUK LINGGI HALUAN KAPAL PENANGKAP IKAN (KURANG DARI 30 GT) The Shape of Bow Linggi for Fishing Vessel (Less Than 30 GT) Oleh: Tri Nanda

Lebih terperinci

PENGKAJIAN HASIL TANGKAPAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU RIBKA PUJI RASPATI SKRIPSI

PENGKAJIAN HASIL TANGKAPAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU RIBKA PUJI RASPATI SKRIPSI PENGKAJIAN HASIL TANGKAPAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU RIBKA PUJI RASPATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 30 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO Rizwan 1, Ichsan Setiawan, Sayyid Afdhal El Rahimi 1, Irma Dewiyanti 1, Nanda Rizki Purnama 1,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) PENGERTIAN DASAR BERGANDA Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatas, Bagian bawah - Oleh kulit kapal bagian bawah ( bottom shell planting ) Bagian

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN)

PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN) PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN) 1) Rusmilyansari, 2) Iriansyah, 3) Siti Aminah 1,2,3)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung 54 R. Pasaribu et al. / Maspari Journal 02 (2011) 54-62 Maspari Journal 02 (2011) 54-62 http://masparijournal.blogspot.com Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN Izza Mahdiana Apriliani, Lantun Paradhita Dewanti dan Irfan Zidni Program Studi Perikanan, FPIK Unpad Korespondensi:

Lebih terperinci

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA NOOKE NOFRIYAN C44070055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (218), 2337-352 (231-928X Print) G 94 Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci