Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013"

Transkripsi

1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun evalap@parekraf.go.id JAKARTA, MARET Rorensi Kemenparekraf, 2014

3 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

4 Kata Pengantar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 dapat diselesaikan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama Tahun Anggaran 2013, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain dan merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi. Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain,ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional. Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2013 sebanyak 8,80 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,42% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2012 sebanyak LAK KEMENPAREKRAF 2013 i

5 8,04 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2013 sebesar US$ 1.142,24 atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,74% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2013 sebesar US$ ,14 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta. Pada tahun 2013 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 248 juta perjalanan atau naik sebesar 1,10% dibandingkan tahun 2012 yaitu 245,29 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2013 sebesar 171,70 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 711 ribu rupiah. Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek. Sektor ekonomi kreatif tumbuh 5,76% atau di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74%. Tahun 2013 kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional mencapai Rp 641,8 triliun atau sebesar 7% PDB nasional. Laju pertumbuhan masing-masing sektor industri kreatif menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi kreatif dan pertumbuhan nasional, antara lain: sektor layanan komputer dan piranti lunak yang mencapai 8,24%, arsitektur sebesar 8,04%, periklanan sebesar 8,01%, seni pertunjukan sebesar 6,89%, kerajinan sebesar 6,38% dan film, video, dan fotografi sebesar 6,27%. Jumlah produksi film pada tahun 2013 sebanyak 106 film atau lebih 6% dari target yang telah ditetapkan sebanyak 100 film. Tingginya capaian target sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sepanjang tahun 2013 semakin menguatkan bahwa prospek pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin besar pada tahun Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, Maret 2014 Menteri Pariwisata Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu LAK KEMENPAREKRAF 2013 ii

6 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DAFTAR ISI

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iii iv vi IKHTISAR EKSEKUTIF 1 BAB I PENDAHULUAN. 10 A. LATAR BELAKANG.. 10 B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR.. 12 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 14 A. RENCANA STRATEGIS B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA.. 20 C. ANGGARAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. 26 A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA BAB IV PENUTUP. 160 LAMPIRAN LAK KEMENPAREKRAF 2013 iii

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 RPJMN Tahun 2013 Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif... 8 Tabel III. 1 Perbandingan Pendapatan PDB Tabel III. 2 Dampak Ekonomi Makro Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS) * Tabel III. 3 Tren Kenaikan Usaha Pariwisata Bidang Akomodasi Tabel III. 4 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun Tabel III. 5 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun Tabel III. 6 Investasi di Bidang Kepariwisataan Tabel III. 7 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Tabel III. 8 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tabel III. 9 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tabel III. 10 Target Wisatawan Mancanegara Tahun Tabel III. 11 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tabel III. 12 Perkembangan Wisatawan Nusantara Tabel III. 13 Wilayah Sasaran Penerima PNPM Mandiri Pariwisata Tahun Tabel III. 14 Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Tabel III. 15 Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Industri LAK KEMENPAREKRAF 2013 iv

9 Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel III. 16 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun Tabel III. 17 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun Tabel III. 18 Jumlah Usaha Ekonomi Kreatif Tabel III. 19 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Kemenbudpar/Kemenparekraf Tabel III. 20 RPJMN TAHUN 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 157 LAK KEMENPAREKRAF 2013 v

10 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik III. 1 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional Grafik III. 2 Peningkatan Devisa Pariwisata Grafik III. 3 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun Grafik III. 4 Perkembangan Wisatawan Nusantara Grafik III. 5 Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun Grafik III. 6 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun LAK KEMENPAREKRAF 2013 vi

11 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif IKHTISAR EKSEKUTIF

12 khtisar Eksekutif IKHTISAR EKSEKUTIF Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis , maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 ini merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja yang kedua yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun dari tahun 2012 sampai dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2013 dan Penetapan Kinerja 2013 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2013 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2013 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2013 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 2013 No. Sasaran Indikator Target 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 4,2 3,88 92,38 LAK KEMENPAREKRAF

13 2013 No. Sasaran Indikator Target 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 8,35 10,18 121,92 7,09 8,89 125,39 13,54 34,12 252,00 4,64 2, ,35 10,05 97,1 178,62 176,32 98, ,24 99,33 714, ,51 LAK KEMENPAREKRAF

14 2013 No. Sasaran Indikator Target 5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 8,6 8,8 100, ,20 4,08 n/a n/a Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 ) 63,5 50,81 % (Jan-Nov) 119,98 (Jan-Nov) LAK KEMENPAREKRAF

15 2013 No. Sasaran Indikator Target 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) , ,45 111, ,09 116,82 7,38 7,05 95,53 8,35 10,72 128,32 3,58 10,21 285,19 7,31 9,68 132, ,86 10,07 18,06 179,34 LAK KEMENPAREKRAF

16 2013 No. Sasaran Indikator Target 13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) ,6 15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) , , ,22 LAK KEMENPAREKRAF

17 2013 No. Sasaran Indikator Target 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) , Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih proses pemeriksa an BPK Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) B B ,53 106,47 Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 20 (dua puluh) Sasaran Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dengan anggaran biaya Rp ,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun 2013 telah memenuhi 20 (dua puluh) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013, serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini. Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2013 kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013, yaitu sebagai berikut: LAK KEMENPAREKRAF

18 1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan. 3. Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Perencanaan kinerja tahun 2013 merupakan perencanaan tahunan yang kedua dari rentang waktu periode Renstra , yang nantinya dalam laporan akuntabilitas kinerja tahun 2013 akan diinformasikan persentase pencapaian Tujuan organisasi tersebut. A. RPJMN Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2013 merupakan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN , dan memasuki tahun 2013 merupakan evaluasi empat tahun pelaksanaan RPJMN LAK KEMENPAREKRAF

19 Tabel 1 CAPAIAN RPJMN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2013 No Sasaran Indikator Target 1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya Meningkatnya jumlah desa wisata Jumlah desa wisata Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata 4. Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasistas pengelolaan destinasi pariwisata 5. Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun 6. Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif Jumlah profil investasi pariwisata 1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organization/DMO) (buah) 2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik) 1. Jumlah wisatawan mancanegara (juta orang) 2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara 1. Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival (event) 2. Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri (kota) ,6 8,8 100, , , Penyelenggaraan ,38 LAK KEMENPAREKRAF

20 2013 No Sasaran Indikator Target promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional (event) 7. Meningkatnya kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawsan Asia Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif (orang) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (orang) , , ,6 LAK KEMENPAREKRAF

21 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAB I PENDAHULUAN

22 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun , dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus, yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi, insentif, pameran dan event. Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkeadilan. Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1) pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif; (3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4) LAK KEMENPAREKRAF

23 peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang terkait dengan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi kreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepat pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah. Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di tahun 2013 sebesar Rp. 347,35 triliun, 3,88% dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa. Di tahun 2013 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 641,82 triliun, 7,05% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2013, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,18 juta orang, 8,89% dari tenaga kerja nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,87juta tenaga kerja, 10,72% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada kedua sektor. Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2013 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 10,05 miliar, meningkat dari US$ 9,12 miliar di tahun Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2013 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 8,04 juta di tahun 2012 dan menjadi 8,80 juta di tahun 2013, tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per LAK KEMENPAREKRAF

24 kunjungan dari US$ 1.133,81 di tahun 2012, menjadi US$ 1.142,24 di tahun Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi kreatif menyumbang ekspor yang jauh lebih tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi net trade, mencapai 5,72% dari total nasional, atau senilai Rp 118,97 triliun di tahun 2013 (Sumber BPS). B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki tugas sebagai berikut: 1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; 2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1 yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri. C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dalam Pembangunan Lintas Sektor Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa. Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral, pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur kepariwisataan. LAK KEMENPAREKRAF

25 Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kemenlu, Kemendag, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda). LAK KEMENPAREKRAF

26 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

27 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun di dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu: 1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah; 2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat; 3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata; 4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata; 5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif; 6. Penguatan industri kreatif; 7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif; 8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif; 9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif; 10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 11. Penguatan Reformasi Birokrasi. Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2013 merupakan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun sebagai berikut: Visi Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif. Misi 1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah; 2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah; 3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas; 4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel. LAK KEMENPAREKRAF

28 Tujuan 1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia; 2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia; 3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif; 4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif; 5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif; 6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf; 8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf. Sasaran 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional; 2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional; 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata; 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; 5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus; 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia; 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien; 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif; 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif; 11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif; 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia; 13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat; 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata; 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif; 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi; 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; 23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf. Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan LAK KEMENPAREKRAF

29 lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: No. Sasaran Indikator Program 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata LAK KEMENPAREKRAF

30 No. Sasaran Indikator Program 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata LAK KEMENPAREKRAF

31 No. Sasaran Indikator Program 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) Program Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya LAK KEMENPAREKRAF

32 No. Sasaran Indikator Program 14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan 19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IptekI Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf LAK KEMENPAREKRAF

33 No. Sasaran Indikator Program 20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf B. Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2013 merupakan tahun keempat dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2013 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan). Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2013 ditetapkan maka disusunlah Penetapan Kinerja 2013 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2013, antara lain: 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya. 3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam perencanaan kinerja. Sasaran strategis tahun 2013, indikator kinerja dan target kinerja disajikan pada tabel berikut: LAK KEMENPAREKRAF

34 No. Sasaran Indikator Target Program 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 4,2 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 8,35 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 7,09 13,54 4,64 10,35 178, ,5 LAK KEMENPAREKRAF

35 No. Sasaran Indikator Target Program 5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisnus (Juta perjalanan) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 8,6 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 250 4,08 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata ,5 Program Pemasaran Pariwisata 14 LAK KEMENPAREKRAF

36 No. Sasaran Indikator Target Program 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) 530 Program Pemasaran Pariwisata ,38 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan 8,35 Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek 3,58 7, Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan 10,07 Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek 10 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya LAK KEMENPAREKRAF

37 No. Sasaran Indikator Target Program 14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek LAK KEMENPAREKRAF

38 No. Sasaran Indikator Target Program 18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf 19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B 20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 70 C. Anggaran 2013 Proses alokasi anggaran Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut : NO. URAIAN PAGU (Rp.) DASAR 1. Pagu Indikatif ,- Surat Menteri Keuangan Nomor S-769/MK.02/2012 tanggal 23 Oktober Penghematan , ,- 3. Reward ,- 4. Realokasi ,- Surat Menteri Keuangan Nomor S-407/MK.02/2013 tanggal 18 Juni Pagu Anggaran Revisi ,- Dan alokasi anggaran sebesar Rp ,- tersebut terbagi dalam 4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai : Rp ,- 2. Belanja Barang : Rp ,- 3. Belanja Modal : Rp ,- 4. Belanja Bansos : Rp ,- LAK KEMENPAREKRAF

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN KEMENTERIAN PARIWISATA Lantai 19, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat No. 17

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. No.559, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP

Lebih terperinci

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS ( IKU ) KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012 Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.55/HK.001/M.PEK/2012

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi

Lebih terperinci

UNIT ORGANISASI PELAKSANA 1 Meningkatny a kontribusi kepariwisata an terhadap

UNIT ORGANISASI PELAKSANA 1 Meningkatny a kontribusi kepariwisata an terhadap 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA MOR PM.55/HK.PEK/2012 TENTANG DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKOMI KREATIF 1. Nama Unit Organisasi : 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

2 disusun, dan disampaikan secara tertulis, periodik, dan melembaga. Instansi pemerintah mempertanggung-jawabkan dan menjelaskan keberhasil-an dan keg

2 disusun, dan disampaikan secara tertulis, periodik, dan melembaga. Instansi pemerintah mempertanggung-jawabkan dan menjelaskan keberhasil-an dan keg LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.07/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 LAINNYA MATRIKS BUKU I RKP PROGRAM AKSI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Tema Prioritas - Penanggungjawab Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Bekerjasama dengan Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan hidayahnya Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Lumajang Tahun 2014 dapat diselesaikan. Tersusunnya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 I. UMUM RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah direktorat jenderal pemasaran pariwisata kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif KATA PENGANTAR Dalam rangka transparansi atas pencapaian

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci