BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa penelitian
|
|
- Surya Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa penelitian yang dijadikan referensi di dalam kajian pustaka. Penelitian pertama yang digunakan sebagai rujukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Riska Wahyudya pada tahun 2012 dengan judul Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ayu Riska Wahyudya berfokus pada pengaruh K-pop sebagai aset soft power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia demi membangun citra Global Korea agar semakin memperkuat hubungan bilateral Korea Selatan- Indonesia pada periode tahun Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Riska Wahyudya (2012) membahas beberapa aspek seperti strategi, pelaksanaan, dampak dan prospek pelaksanaan soft diplomacy demi memunculkan citra positif di Indonesia. Penelitian ini membantu peneliti untuk memahami pengaplikasian soft power oleh suatu negara dalam usahanya untuk meningkatkan citranya di dunia internasional. Perbedaannya adalah tulisan dari Ayu Riska Wahyudya membahas mengenai pengaplikasian Soft Power Korea Selatan di Indonesia melalui K-Pop sedangkan peneliti akan membahas mengenai pengaplikasian soft power Jepang pada tingkat global melalui event WCS. 9
2 10 Penelitian kedua yang akan peneliti gunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Bajora Rahman pada tahun 2012 dengan judul Diplomasi Hip-Hop Sebagai Diplomasi Budaya Amerika Serikat. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan musik hip-hop sebagai sarana diplomasi budaya Amerika Serikat. Musik hip-hop dipilih sebagai media diplomasi budaya Amerika Serikat karena lirik musik hip-hop mengandung kritikkritik sosial sekaligus pesan-pesan moral yang kuat. Selain itu, musik hip-hop juga dikenal di seluruh dunia. Amerika Serikat pun kemudian menganggap musik hip-hop dapat dijadikan sebagai alat diplomasi budaya yang memiliki pengaruh yang kuat bagi Amerika Serikat. Hal ini diwujudkan dengan program Rhythm Road : American Music Abroad yang didukung oleh Jazz at Lincoln Center dan U.S. Department of State s Bureau of Educational and Cultural Affairs yang sering mengirimkan musisi hip-hop ke berbagai negara demi menyebarkan nilainilai dan meningkatkan citra Amerika Serikat di seluruh dunia sekaligus sebagai bagian dari program pertukaran budaya. Meskipun memiliki kesamaan dalam membahas diplomasi budaya dalam tingkat global namun terdapat perbedaan dari segi konteks tulisan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menekankan pada upaya diplomasi budaya, yakni melalui event WCS pada tingkat global sebagai alat untuk memperkuat citra positif Jepang di dunia internasional. Jika dibandingkan dnegan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penelitian Bajora Rahman (2012) lebih memfokuskan kepada musik hiphop sebagai sarana diplomasi budaya Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan oleh Bajora Rahman juga membahas berbagai program diplomasi budaya yang
3 11 berkaitan dengan penggunaan musik hip-hop sebagai sarana diplomasi budaya Amerika Serikat. Penelitian ketiga yang akan digunakan oleh peneliti sebagai rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Clarissa Gabriella pada tahun 2013 yang berjudul Peran Diplomasi Kebudayaan Indonesia Dalam Pencapaian Kepentingan Nasionalnya. Penelitian ini digunakan karena memiliki kesamaan dengan peneliti dalam hal pembahasan mengenai penggunaan salah satu aset soft power yakni budaya dalam diplomasi suatu negara. Penelitian Clarissa Gabriella membahas tentang latar belakang penggunaan diplomasi budaya dan strategi yang digunakan oleh Indonesia untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Clarissa Gabriella membantu peneliti dalam hal memberikan perspektif bahwa budaya dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mencapai kepentingan nasional dan menjadi sarana untuk menjalin hubungan baik dengan negara lain. Clarissa Gabriella (2013) menekankan di dalam penelitiannya bahwa identitas yang baik dan citra yang positif yang didapatkan dari negara lain dapat menunjang upaya suatu negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya tidak terkecuali bagi Indonesia. Hal ini membuat Indonesia memerlukan citra yang positif dan identitas yang baik demi memenuhi kepentingan nasionalnya. Indonesia menggunakan beragam budaya yang dimilikinya sebagai sarana untuk berdiplomasi dengan negara lain. Indonesia telah melakukan beberapa upaya diplomasi budaya seperti workshop mengenai Angklung dan Arumba pada tahun
4 di Fiji dan penyelenggaraan Batik and Cuisine: A Heritage of Indonesia di New Zealand pada tahun Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa perbedaan dengan Clarissa Gabriella (2013) yakni peneliti lebih memfokuskan secara spesifik kepada salah satu upaya diplomasi budaya yang dilakukan oleh Jepang melalui event WCS. Jika dibandingkan, penelitian yang dilakukan oleh Clarissa Gabriella lebih menjelaskan upaya diplomasi budaya yang dilakukan oleh Indonesia secara umum. Tidak hanya itu, media diplomasi budaya yang digunakan oleh Clarissa Gabriella dengan peneliti memiliki perbedaan pada konteks budaya. Hal ini terlihat dari penggunaan budaya populer Jepang oleh peneliti sedangkan Clarissa Gabriella mengunakan kebudayaan tradisional dan obyek wisata kebudayaan Indonesia sebagai sarana diplomasi. Penelitian keempat yang akan digunakan sebagai referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Stella Edwina Mangowal pada tahun 2010 dengan judul Soft Power Jepang: Studi Kasus JENESYS (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths). Penelitian ini dijadikan salah satu referensi karena memiliki kesamaan dalam hal membahas diplomasi budaya yang dilakukan oleh Jepang. Penelitian ini menekanakan pada upaya penggunaan Soft Power Jepang melalui program JENESYS. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dalam hal penggunaan konsep soft power currencies. Meskipun memiliki persamaan dalam hal membahas diplomasi budaya yang dilakukan oleh Jepang dan penggunaan konsep soft power currencies, penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dari segi konteks.
5 13 Konteks yang dimaksud disini yaitu lebih fokusnya peneliti pada event WCS sebagai upaya diplomasi budaya Jepang pada tingkat global demi memperkuat citra positif Jepang di dunia internasional. Adapun penelitian dari Stella Edwina Mangowal (2010) lebih memfokuskan pada dampak dari program JENESYS sebagai upaya Jepang membangun citra positif di Indonesia dan mengkhususkan pada program tipe pertama. Program tipe pertama pada JENESYS yaitu diundangnya para pelajar dari negara-negara anggota East Asian Summit (Association of South East Asian Nations (ASEAN), Australia, Tiongkok, India, Selandia Baru dan Korea Selatan) oleh Pemerintah Jepang. Pada segi pembedahan konsep soft power currencies, peneliti juga memiliki perbedaan dengan penelitian Stella Edwina Mangowal. Penelitian yang dilakukan oleh Stella Edwina Mangowal lebih menitikberatkan pada pembangunan citra Jepang sebagai negara yang mencintai lingkungan dan alamnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku warganya, seperti tidak membuang sampah sembarangan. Peran Jepang sebagai tuan rumah bagi Protokol Kyoto dan juga usaha Jepang untuk mengurangi emisi gas sebelum tahun 2050 juga memiliki keterkaitan dengan hal tersebut. Peneliti sendiri lebih menekankan pada penguatan citra positif Jepang sebagai negara yang menghargai kebebasan berekspresi yang ditunjukkan oleh cosplay. Penelitian kelima atau terakhir yang akan digunakan oleh peneliti sebagai referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Yolana Wulansuci pada tahun 2010 dengan judul Budaya Populer Manga dan Anime Sebagai Soft Power Jepang. Penelitian ini dijadikan peneliti sebagai referensi karena memiliki kesamaan dalam hal membahas penggunaan budaya populer (anime, manga dan
6 14 game) sebagai sumber soft power Jepang. Penelitian dari Yolana Wulansuci memfokuskan pada Doraemon sebagai contoh dari budaya populer sebagai sumber soft power Jepang. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolana Wulansuci (2010). Hal ini terlihat dari peneliti yang memfokuskan pada event WCS sebagai alat untuk memperkuat citra positif Jepang di dunia internasional. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Yolana Wulansuci (2010) lebih memfokuskan pada anime dan manga Doraemon dengan menjelaskan secara rinci nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Jepang yang ingin disampaikan kepada bangsa lain seperti kebebasan berekspresi, persahabatan dan mencintai lingkungan hidup. 2.2 Kerangka Konseptual Peneliti akan menggunakan beberapa konsep yang sesuai dengan penelitian ini, diantaranya: Budaya Populer (Pop Culture) Budaya populer atau pop culture terdiri dari dua kata yakni budaya dan populer. Budaya sendiri memiliki beragam definisi, antara lain : a. Matsumoto (1996: 16 dalam Oatey, 2012: 2) memaknai budaya sebagai seperangkat sikap, nilai-nilai dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kemudian disampaikan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi lain meskipun kemudian setiap individu berbeda.
7 15 b. Budaya menurut Hofstede (1994: 5 dalam Oatey, 2012: 2) merupakan suatu pemrograman kolektif pikiran yang membedakan anggota suatu kelompok dari kelompok lainnya. c. Williams (1983: 90 dalam Storey, 2009: 1-2) mendefinisikan budaya menjadi tiga definisi yang luas yakni (1) budaya dapat diartikan sebagai suatu proses umum pembangunan intelektual, estetika dan spiritual ; (2) budaya dipahami sebagai suatu cara atau pandangan hidup dari seseorang ataupun sekelompok orang; dan (3) budaya dapat diartikan sebagai karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan definisi budaya oleh Williams sebab definisi budaya dari Hofstede dan Matsumoto memiliki persamaan dengan definisi budaya dari Williams khususnya pada bagian kedua. Storey (2009: 2) mengatakan bahwa makna kedua dan ketiga dari definisi budaya menurut Wiliams sering diasosiasikan dengan konteks dari budaya populer. Makna kedua dari definisi budaya menurut Williams yakni budaya sebagai suatu pandangan hidup seseorang, akan mengarah pada kegiatan-kegiatan seperti perayaan natal, liburan di tepi pantai dan youth subcultures 8 seperti cosplay sebagai contoh dari budaya berdasarkan konteks ini. Hal ini kemudian digolongkan sebagai tindakan yang hidup di dalam masyarakat (lived cultures/practices). Berbagai produk budaya seperti manga, anime, opera sabun, 8 Suatu sub-kultur yang melibatkan para pemuda yang mana para pemuda yang terlibat di dalamnya memperoleh identitas di luar dari institusi-institusi sosial seperti keluarga, sekolah, dan pekerjaan. Anggota-anggota yang terlibat dalam sub-kultur ini menunjukkan keanggotaannya melalui simbol-simbol yang menonjol seperti gaya rambut, cara berpakaian, dan lain-lain (UC San Diego, n.d).
8 16 musik populer merupakan perwujudan makna ketiga dari definisi budaya menurut Williams yakni budaya sebagai karya dan praktik-praktik intelektual. Hal ini kemudian digolongkan sebagai teks. Santoso (2007: 4) memaknai teks sebagai kata-kata maupun tindakan-tindakan yang memiliki makna. Beragam makna yang terbentuk melalui berbagai citra, bunyi maupun obyek seperti pakaian maupun aktivitas seperti tarian dapat dikategorikan dalam teks budaya. Mengenai definisi pop atau populer, Williams (1983: 237 dalam Storey, 2009: 5) memberikan empat makna yakni (1) banyak disukai orang; (2) karya yang memiliki kualitas rendah (inferior); (3) karya yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari banyak orang; (4) budaya yang memang dibuat untuk dirinya sendiri. Sehingga, Storey (2009: 5-9) mengatakan bahwa budaya populer memiliki beberapa makna, antara lain: a. Budaya populer merupakan budaya yang disukai oleh banyak orang. Hal ini tampak dari tingkat penjualan buku, CD, DVD, tingkat kehadiran dalam konser-konser musik, dan festival-festival. b. Budaya populer dapat dimaknai sebagai budaya yang tersisa atau budaya yang inferior setelah menentukan budaya yang termasuk dalam kategori high culture. Budaya populer dalam hal ini merupakan produk-produk seperti teks-teks, karya-karya atau tindakan-tindakan yang tidak tergolong dalam high culture. Budaya yang tergolong dalam high culture memiliki sifat eksklusif dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu saja, misalnya saja musik klasik. Sehingga, budaya populer dapat dikatakan sebagai budaya yang inferior.
9 17 c. Budaya populer sering diartikan sebagai mass culture atau budaya massal. Definisi ini sendiri merujuk pada definisi sebelumnya yakni Budaya populer merupakan budaya yang disukai oleh banyak orang. Budaya populer berdasarkan definisi ini menegaskan bahwa budaya populer merupakan budaya yang dihasilkan untuk dikonsumsi secara massal. Konsep budaya populer memiliki relevansi dengan penelitian ini karena cosplay merupakan salah satu praktek atau tindakan yang dapat digolongkan ke dalam budaya populer. Cosplay merupakan praktek dari budaya populer yang dinikmati dan disukai oleh banyak orang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang datang dan berpartisipasi pada berbagai event-event kebudayaan Jepang khususnya budaya populer Jepang yang menampilkan cosplay seperti misalnya saja pada WCS yang jika dihitung jumlah penonton dan peserta pada setiap acara eliminasi, sudah mencapai angka orang (Indonesia Cosplay Grand Prix, 2014) Diplomasi Budaya (Cultural Diplomacy) Diplomasi budaya memiliki definisi yang beragam menurut para ahli, antara lain: a. Milton Cummings (2003 dalam Kim H. J., 2011: 5) memaknai diplomasi budaya sebagai pertukaran ide, informasi, kesenian dan berbagai aspek dari kebudayaan antar negara dan rakyatnya untuk menumbuhkan suatu kesepahaman bersama. Definisi ini memberikan suatu pemahaman bahwa diplomasi budaya merupakan berbagai aktivitas budaya yang dilakukan
10 18 oleh setiap negara dalam merepresentasikan budayanya untuk mempengaruhi atau menginspirasi masyarakat internasional yang memiliki keberagaman pandangan politik. b. Myung-sub Kim (2003 dalam Kim H. J., 2011: 5) mengatakan bahwa diplomasi budaya merupakan suatu strategi kepentingan nasional dalam kebijakan luar negeri yang dipilih berdasarkan pada kepentingan budaya. Adapun ia menekankan bahwa karena berbagai aktor terlibat dalam diplomasi budaya seperti lembaga pemerintah, lembaga-lembaga nonpemerintah, dan individu, cakupan diplomasi budaya pun menjadi sangat luas. c. Diplomasi budaya merupakan aktivitas diplomasi yang melibatkan agenagen budaya yang terpilih seperti kelompok-kelompok yang bergerak dalam bidang seni dan budaya dan produk-produk nasional untuk menarik minat orang-orang di negara lain demi mendukung kebijakan luar negeri sebuah negara (Emilia, 2013: 138). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi diplomasi budaya dari Milton Cummings (2003 dalam Kim, H.J., 2011), Myung-Sub Kim (2003 dalam Kim, H.J., 2011) dan Emilia (2013). Pada ketiga definisi tersebut diplomasi budaya diartikan sebagai sebuah aktivitas pertukaran ide, kesenian dan informasi yang merepresentasikan budaya dari sebuah negara yang diharapkan mampu memberikan pengaruh bagi masyarakat negara lain. Selain itu, diplomasi budaya juga melibatkan para agen budaya seperti seniman ataupun produk-produk budaya yang telah termaterialisasi. Terlibatnya berbagai aktor juga merupakan hal yang
11 19 tidak dapat dipisahkan dalam diplomasi budaya sebab di dalam diplomasi budaya bukan hanya aktor negara yang terlibat melainkan juga aktor-aktor lainnya yang dalam hal ini adalah individu-individu yang mengikuti kegiatan ini. Ross (2002 dalam Appel, Irony, Schmerz & Ziv, 2008: 9) menyatakan bahwa diplomasi budaya merupakan pokok dari mobilisasi soft power dengan mengandalkan kekuatan budaya. Adapun pernyataan dari Bruce Gregory (2008, dalam Hayden, 2012: 2) di bawah ini menyatakan bahwa diplomasi budaya merupakan bagian dari diplomasi publik : Public diplomacy operates through actions, relationship, images, and words in three time frames: 24/7 news streams, medium range campaigns on high value policies, and long term engagement. It tools range from electronic media to cultural diplomacy to the last three feet of personal communications. (Gregory, 2008 dalam Hayden, 2012: 2). Pernyataan ini bermakna : Diplomasi publik dilakukan melalui berbagai aktivitas, hubungan, citra dan kata-kata dalam tiga kelompok waktu, yaitu: siaran berita yang berlangsung selama 24 jam setiap hari, kampanye jangka menengah mengenai kebijakan-kebijakan penting, dan hubungan yang terjalin dalam jangka waktu yang panjang. Media diplomasi publik ini sangat beragam mulai dari media elektronik, diplomasi budaya, maupun komunikasi personal. Berbagai kegiatan diplomasi budaya memang bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat, tetapi kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak ditujukan kepada kaum muda. Semakin meningkatnya interaksi budaya dari suatu negara dengan kaum muda di negara lain akan menimbulkan dampak positif pada negara tersebut. Hal ini dikarenakan dengan interaksi budaya yang intensif maka kaum muda di negara asing akan memiliki pandangan yang positif mengenai negara tersebut dan suatu saat jika salah satu dari kaum muda tersebut menjadi pemimpin
12 20 di negaranya maka ia akan mendukung kebijakan dari negara tersebut (Appel, Irony, Schmerz & Ziv, 2008: 11). Inilah yang benar-benar dilakukan oleh Jepang, khususnya dalam event WCS dengan melibatkan kaum muda di berbagai negara untuk menunjukkan kreativitasnya dalam hal cosplay. Diharapkan kepada para pemuda yang mengikuti kegiatan ini dapat memahami Jepang lebih baik dan memiliki pandangan positif tentang Jepang. Diplomasi budaya ini merupakan upaya Jepang yang dilakukan sebagai jalan menuju penguatan soft power (Hayden, 2012: 78). Sehingga, konsep diplomasi budaya ini memiliki relevansi dengan penelitian ini Soft Power Currencies Konsep soft power currencies merupakan suatu konsep yang digagas oleh Alexander Vuving di dalam tulisannya yang berjudul How Soft Power Works (2009) untuk menyempurnakan konsep soft power dari Joseph Nye. Hal ini disebabkan konsep soft power dari Joseph Nye hanya menyebutkan sumbersumber soft power tanpa menyebutkan cara agar soft power tersebut sampai kepada penerima (recipient) (Vuving, 2009 dalam Mangowal, 2010: 16). Vuving (2009: 8-12) mengatakan bahwa terdapat tiga elemen power currencies yang dapat memunculkan rasa ketertarikan yakni: a) Beauty Resonansi yang menarik aktor-aktor menjadi lebih dekat satu sama lain melalui kesamaan dalam hal ide, nilai, maksud ataupun visi merupakan makna dari elemen beauty dalam soft power currencies. Hal ini memberikan rasa
13 21 keamanan dan kenyamanan, identitas dan komunitas, dan ketiadaan rasa saling curiga serta respek kepada para aktor. Aktor yang memiliki nilai atau maksud yang berbeda akan dianggap sebagai hal yang jelek atau musuh. Jadi, suatu aktor dianggap memiliki elemen beauty jika memiliki nilai atau maksud yang sama dan hal ini kemudian akan mengarah kepada terbentuknya rasa kepercayaan, kerjasama dan persahabatan. Terdapat suatu mekanisme untuk menerjemahkan elemen beauty menjadi soft power. Tahap pertama yaitu dengan membuat suatu negara menjadi personifikasi dari visi, nilai, maksud atau ide yang dimilikinya. Hal ini dilakukan oleh suatu negara dengan cara memiliki kepercayaan diri dan keteguhan yang kuat sehingga dapat memberikan inspirasi kepada pihak lainnya. Jika aktor lainnya telah menganggap bahwa negara tersebut merupakan personifikasi yang tepat dari visi, nilai, maksud atau ide yang dimilikinya maka negara-negara lain akan mengikutinya dan kemudian rasa kekaguman akan muncul dan menjadikan negara tersebut sebagai panutan. Hal inilah yang menjadi potensi dari elemen beauty karena negara-negara lainnya percaya bahwa negara yang dianggap sebagai personifikasi dari visi, nilai, maksud atau ide yang dimiliki bersama akan menjadi sumber inspirasi bagi negara-negara yang memperjuangkan visi, nilai, maksud atau ide serupa. Dengan kata lain, hasil dari elemen beauty adalah adanya kesepahaman dan kerjasama dalam mengatasi suatu permasalahan atau memperjuangkan visi, nilai, maksud atau ide yang sama.
14 22 b) Benignity Sikap yang baik dan ramah, membantu pihak lain, memiliki sifat yang dermawan, memberikan perhatian kepada pihak lain, tidak bersikap egois, menghargai nilai dan hak yang dimiliki oleh pihak lain dan bersikap tidak agresif terhadap pihak lain merupakan berbagai bentuk dari benignity. Benignity mewakili beragam perilaku mulai dari tidak menyakiti pihak lain hingga secara aktif mendukung pihak lain. Kebaikan merupakan inti dari elemen benignity karena orang baik tidak mungkin menyakiti pihak lain dan kemungkinan besar akan memperhatikan kepentingan dari pihak lain. Benignity menghasilkan soft power dalam bentuk rasa terima kasih dan simpati. Benignity menenangkan pihak-pihak lain dengan menunjukkan maksud ingin membantu atau tidak memiliki maksud yang bersifat agresif. Hal ini akan mengarah pada kerjasama. Sifat paradoks merupakan inti dari cara kerja penerjemahan elemen benignity menjadi soft power karena jika suatu pihak terlalu mengedepankan egonya maka pihak tersebut akan dianggap sebagai pihak yang agresif dan mendapat penolakan dari pihak lainnya. Hal yang sebaliknya terjadi jika suatu pihak tidak mengedepankan egonya dan bersikap baik akan berdampak pada munculnya persepsi positif dari pihak lain dan bersedia berteman dengan pihak tersebut. c) Brilliance Kekuatan militer yang mengagumkan, kebudayaan yang kaya, masyarakat yang tentram dan damai, dan perekonomian yang makmur serta memiliki teknologi yang canggih merupakan beberapa wujud dari elemen brilliance di
15 23 hubungan internasional. Pada intinya, elemen brilliance merupakan properti dari negara yang sukses. Kesuksesan dapat menjadi daya tarik karena negara yang sukses mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan sangat baik. Kapabilitas yang lebih menjadi inti dari elemen brilliance. Elemen brilliance menghasilkan rasa kekaguman yang mengarah pada imitasi atau peniruan dan rasa hormat. Elemen brilliance dapat diterjemahkan menjadi soft power dengan berbagai cara seperti membentuk mitos tak terkalahkan dan imitasi atau peniruan keberhasilan dari suatu negara dalam hal nilai-nilai, visi, ataupun kebijakannya. Dalam konteks imitasi kesuksesan, semakin banyak negara yang meniru kesuksesan suatu negara maka negara tersebut akan semakin berpengaruh. Konsep soft power currencies memiliki relevansi dalam penelitian ini karena event WCS merepresentasikan ketiga elemen dari soft power currencies khususnya elemen brilliance sebab berbagai produk budaya populer Jepang (manga, anime dan game) mampu menarik perhatian dan rasa kagum anak-anak muda dari berbagai negara kepada Jepang. Hal ini kemudian mengarah pada peniruan atau mengidentikkan diri dengan karakter dari manga, anime ataupun game yang disukainya (cosplay). Elemen brilliance inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh Kementerian Luar Negeri Jepang, Ministry of Economy, Trade and Industry Japan (Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang) dan Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism Japan (Kementerian Pertanahan, Infarstruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang) untuk mendukung event ini.
16 24 Selain dari elemen brilliance, terdapat juga elemen beauty dalam event WCS ini. Elemen beauty yang ingin ditunjukkan oleh Jepang dalam event ini adalah nilai-nilai kebebasan. Pengaplikasian dari nilai kebebasan ini tampak dari kebebasan berekspresi dalam cosplay. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat internasional dalam hal menghargai kebebasan dari setiap individu. Jepang menganggap bahwa nilai-nilai dari kebebasan berekspresi sangat penting bagi setiap individu baik dalam tingkat nasional maupun internasional dalam hal saling berinteraksi dan juga Jepang menganggap bahwa dengan menghargai kebebasan berekspresi masing-masing individu, Jepang dapat menjalin hubungan baik dengan negara lain. Berdasarkan pada elemen benignity, WCS menimbulkan rasa simpati khususnya WCS pada tahun 2011 para perwakilan dari beberapa negara peserta berkunjung ke Wilayah Tohoku 9 untuk memberikan dukungan bagi warga setempat pasca bencana tsunami 10 yang melanda pada tahun tersebut (Ministry of Foreign Affairs Japan, 2011). Selain itu, dibentuknya Omotenashi Student Committee juga merupakan elemen benignity yang ingin ditunjukkan Jepang dari event ini. Hal ini dikarenakan para relawan ini dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pelayanan dengan ramah yang sesuai dengan filosofi omotenashi 11 (World Cosplay Summit Omotenahi Student Committee, 2014 ). 9 Wilayah yang terletak di bagian timur laut dari Pulau Honshu. Wilayah ini terdiri dari enam Prefektur yaitu Fukushima, Yamagata, Miyagi, Akita, Iwate dan Aomori (Japan Guide, 2014). 10 Gelombang laut yang sangat besar dan tinggi yang pada umumnya disebabkan olehgempa bumi di bawah laut (Cambridge University Press, 2015b) 11 Budaya Jepang dalam beramah tamah, berperilaku, memberikan pelayanan yang terbaik sehingga dapat memberikan pengalaman yang tak terlupakan (Kanebo, 2015)
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,
Lebih terperinciPENGGUNAAN BUDAYA POPULER DALAM DIPLOMASI BUDAYA JEPANG MELALUI WORLD COSPLAY SUMMIT
PENGGUNAAN BUDAYA POPULER DALAM DIPLOMASI BUDAYA JEPANG MELALUI WORLD COSPLAY SUMMIT I Made Wisnu Seputera Wardana, Idin Fasisaka, Putu Ratih Kumala Dewi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Soft power..., Stella Edwina Mangowal, FISIP UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah membuat dunia menjadi tanpa batas. Perekonomian nasional pada awalnya merupakan hal yang dapat dipenuhi sendiri, dan negaranegara terisolasi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Istilah Pop Culture atau Budaya Populer sudah bukan merupakan kata-kata yang asing lagi di telinga kita. Secara umum, istilah tersebut dapat dimaknai sebagai suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang 1.1.1. Latarbelakang Pengadaan Proyek Perkembangan negara Jepang yang sangat maju dalam waktu yang singkat merupakan titik pandang tersendiri baik bagi dunia Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang
Lebih terperinci2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi turut mempengaruhi setiap negara untuk berkompetisi dengan negara lainnya dalam hal meningkatkan dan mempertahankan citra positif yang terbentuk atau
Lebih terperinci2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri musik di Indonesia saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula dari berkembangnya berbagai genre atau aliran musik, hingga lahirnya banyak musisi, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011
Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA LOMBA CIPTA SENI PELAJAR TINGKAT NASIONAL,
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010
Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PEKAN RAYA JAKARTA KE-43 DI ARENA PRJ-KEMAYORAN, JAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciInternalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak
Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciI.1. LATAR BELAKANG I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Telah diketahui bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang luar biasa dikarenakan variasi dari budaya yang ada di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang. Sering kali orang-orang bersedia melakukan apapun untuk meluangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berpergian atau Traveling merupakan hal yang menjadi idaman dan impian bagi semua orang. Sering kali orang-orang bersedia melakukan apapun untuk meluangkan waktunya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai potensi yang tinggi di bidang hiburan. Ada beragam tempat yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat lokal maupun internasional, misalnya ada
Lebih terperinciBAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11
24 BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 3.1 Mahasiswa dan Media Televisi Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beragam suku dan kebudayaan. Indonesia ditempati oleh 33 provinsi dengan budaya tradisional yang dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terdiri dari bangsa yang multikultural disatukan oleh satu bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi
Lebih terperinciContact Person: Ruhut Marhata S ( ) Afnaan Alanza ( )
I. PENDAHULUAN Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari unsur-unsur ke-khas-an yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,
Lebih terperinciBAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS
BAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS Seluruh dunia sejak tahun 1970an sedang mengalami sebuah tren baru di bidang musik, tren tersebut dikenal dengan musik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti
Lebih terperinciOLAHRAGA REKREASI
OLAHRAGA REKREASI mansur@uny.ac.id Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan wisata dan industri pariwisata. 2. Menggambarkan hubungan antara olahraga dan pariwisata. 3. Membedakan antara ketiga jenis olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Pop Culture atau budaya populer mulai mendapatkan tempat tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), budaya populer diartikan
Lebih terperinciTugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan sebuah negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pesat di berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya, dan iptek. Kemampuan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga sekarang, musik menjadi sesuatu yang universal, sesuatu yang dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Sepanjang sejarah peradaban manusia,
Lebih terperinci2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan
No. 1405, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD, Kebudayaan Indonesia. Luar Negeri. Rumah Budaya/Pusat. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciDIPLOMASI PUBLIK JEPANG TERHADAP INDONESIA MELALUI BUDAYA POP JEPANG (PUBLIC DIPLOMACY OF JAPAN TO INDONESIA THROUGH JAPANESE POP CULTURE )
DIPLOMASI PUBLIK JEPANG TERHADAP INDONESIA MELALUI BUDAYA POP JEPANG (PUBLIC DIPLOMACY OF JAPAN TO INDONESIA THROUGH JAPANESE POP CULTURE ) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciJOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata
JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini budaya Korea Selatan sedang menjadi topik pembicaraan tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara. Khususnya karena booming musik K-POP nya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERANCANGAN Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang ada membuat banyak perusahaan asing hadir di Indonesia. Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang seperti telekomunikasi, transportasi,
Lebih terperinciRAFIKA MIRZA NST
Musik R&B ( Rhytem&Blues ) (Kajian Tentang Gaya Hidup Pemain Musik R&B di Kota Medan) OLEH : RAFIKA MIRZA NST. 040905010 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena interdependensi antar negara telah terlihat dalam interaksi hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama regional
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013
Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT TERBATAS TERKAIT SURAT
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah diuraikan, serta didasarkan pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City Branding Kota Pare Kediri, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah
Lebih terperinciMANAGING EDUCATIONAL TOURISM. ICT MANAGAMENT IMPROVEMENT
MANAGING EDUCATIONAL TOURISM munir@upi.edu ICT MANAGAMENT IMPROVEMENT 1 2 PENGERTIAN EDU-TOURISM Edu-Tourism atau Pariwisata Pendidikan dimaksudkan sebagai suatu program di mana peserta kegiatan wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan pada zaman ini, kompetensi bahasa Inggris merupakan salah satu aspek penting, baik dalam kehidupan personal maupun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisata Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diaspora India adalah sekelompok orang yang bermigrasi dari wilayah teritori negara India menuju luar batas negara India. Migrasi yang dilakukan juga berlaku
Lebih terperinciDIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG
DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai
Lebih terperinciRESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang
RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Budaya Jepang modern belakangan ini sangat identik dengan keceriaan manga / komik khas Jepang, anime / kartun Jepang, keberanian gadis Harajuku dalam berekspresi, dan
Lebih terperinciFakultas Sastra Program Studi S-1 SASTRA JEPANG
Fakultas Sastra Program Studi S-1 SASTRA JEPANG Tak Hanya Tentang Bahasa, Tapi Juga Budaya Jepang 144 8 Semester Gelar Akademik Sarjana Sastra SKS Program Studi S-1 Sastra Jepang berfokus pada kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka terjadi pula perubahan yang sangat signifikan diberbagai bidang dan masyarakat memerlukan saluran informasi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaannya, kemudian hanya sekadar mendengarkannya saja atau meminta ke. stasiun radio untuk memutarkan lagu tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lagu merupakan aspek yang sudah tidak asing dalam kehidupan manusia, terutama karena lagu berperan sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan. Ketika manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciArtikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.
Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.zip CONTOH PERJANJIAN INTERNASIONAL ANTAR NEGARA hubungan antara Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %
BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.
BAB VII KESIMPULAN Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. Tari kontemporer kini memperlihatkan proses kreatif dan inovasi yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata
Lebih terperinciVisit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008
Visit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008 Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia     Sebagaimana telah diketahui bersama, program nasional Visit Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinci