BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Sri Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain termasuk strategi militer, teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan masukan-masukan dari luar tersebut. Bahkan gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern Barat yang masuk setelah restorasi meiji. Namun terlepas dari semua hal di atas, Jepang tetap mempertahankan dan melestarikan kebudayaan aslinya. Kebudayaan Jepang dewasa ini sangat beragam. Karena itulah tidak mengherankan ketika terlihat kuil-kuil kuno tegak berdampingan dengan gedunggedung pencakar langit. Inilah kebudayaan Jepang saat ini sebagai gabungan yang mengagumkan antara kebudayaan lama dan kuno, antara Timur dan Barat. Seiring dengan kemajuan media informasi, informasi dengan mudah mengalir masuk dan halhal baru pun dengan cepat tersebar luas di Jepang. Namun kebudayaan tradisional seperti festival tradisional dan gaya hidup yang sudah berakar di setiap daerah masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah tersebut. Selama dua dekade terakhir, produk-produk budaya pop Jepang telah diekspor, diperdagangkan dan dikonsumsi besar-besaran secara global. Berbagai jenis dari produk-produk ini sangat mudah didapat di pasaran. Menurut Hidetoshi Kato, istilah budaya populer Jepang lebih tepat disebut sebagai taishuu bunka atau budaya massa. Selain itu budaya pop juga erat dengan istilah minshuu bunka (budaya rakyat) dan minzoku bunka (budaya bangsa). Namun kedua istilah terakhir menurut Kato kurang 1
2 tepat untuk menggambarkan budaya populer. 1 Teori ini juga diungkapkan oleh John Storey, yang mendefinisikan budaya pop sebagai budaya massa. 2 Dalam penulisan ini, Penulis akan mencoba membahas upaya-upaya pemerintah Jepang menggunakan salah satu kebudayaan populer, berupa manga dan anime, dalam memperkenalkan Jepang dengan citra yang berbeda ke negara-negara lain. Kebudayaan modern Jepang ini berkembang pesat hingga dikenal di seluruh dunia. Telah banyak diciptakan film kartun Jepang yang sukses dan disukai oleh masyarakat. Seiring dengan terkenalnya film-film tersebut, maka nama negara Jepang pun ikut melambung di seluruh negara yang menayangkan film-film itu. Bahkan dapat dikatakan bahwa industri perfilman Jepang tergolong maju, baik film anime (kartun) maupun drama. Dengan masuknya manga dan anime di dunia internasional, orang tidak alergi lagi dengan budaya Jepang dan terhapusnya anggapan masyarakat internasional bahwa Jepang adalah bangsa yang kejam dan rakus dalam hal ekonomi. Di Jepang sendiri saat ini manga masih merupakan hal yang sangat populer di dalam kebudayaannya, dan menurut warga Jepang, manga adalah hal yang paling khas dan membuat kebudayaan ini terkenal hingga ke berbagai belahan dunia. Karena itulah, Jepang menggunakan manga dan anime untuk memperluas pengaruh Jepang di dunia internasional tanpa harus menggunakan jalan-jalan kekerasaan yang saat ini merupakan suatu hal yang sangat bertentangan dengan konstitusi negara Jepang. Penggunaan salah satu unsur budaya sebagai alat dalam diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang ini dikenal sebagai diplomasi kebudayaan. Kecenderungan pelaksanaan diplomasi kebudayaan dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan diplomasi kebudayaan melibatkan berbagai kalangan aktor non-pemerintahan. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrumen selain tekanan politik, militer dan tekanan 1 Richard Gid Powers dan Hidetoshi Kato, Handbook of Japanese Popular Culture, Greenwood Press, Westport, 1989, p. xvii 2 John Storey, Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction (5th Edition), Pearson Longman, 2009, Hal. 8 2
3 ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui diplomasi kebudayaan, seperti apa yang di lakukan oleh Jepang melalui budaya populer manga dan anime. Kini, Jepang merupakan salah satu penyebar budaya pop yang terbesar. Pemuda Jepang gemar menciptakan trend baru dan gaya mereka memengaruhi mode dan trend seluruh dunia. Manga, anime, dan budaya populer Jepang lainnya mendapat sambutan hangat di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia dan kepopuleran ini kemudian berdampak pada peningkatan pariwisata di Jepang. Karena kepopuleran manga dan anime pemerintah Jepang memanfaatkannya untuk mempromosikan Jepang sebagai salah satu tujuan wisata. Dalam hal ini pemerintah Jepang menggunakan keduanya sebagai ikon pariwisata. Dengan mempertimbangkan tingkat kepopuleran manga dan anime yang cukup tinggi, diharapkan kedua ikon tersebut dapat menambah jumlah kunjungan wisatawan ke Jepang. Bisa dibilang manga dan anime kemudian menjadi salah satu faktor yang meningkatkan minat wisatawan asing untuk mengunjungi negara Jepang. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya pariwisata Jepang sejak peluncuran Visit Japan Campaign pada tahun 2003, yang menggunakan manga dan anime sebagai salah satu alat untuk mempromosikan Jepang sebagai tujuan wisata. Sedangkan objek-objek wisata yang berkaitan dengan manga dan anime juga tidak luput dari besarnya pengunjung yang datang. Sebagai contoh Museum Manga Internasional di Kyoto pada tahun 2010 berhasil menarik pengunjung 3 dan pusat anime di Akihabara mendapat kunjungan wisatawan setiap tahunnya. 4 Melihat perkembangan pariwisata yang semakin pesat melalui penyebaran budaya populer manga dan anime, badan kepariwisataan Jepang kemudian menggunakan manga dan anime sebagai diplomasi luar negeri Jepang. Japan National Tourism Organization (JNTO) merupakan organisasi pariwisata nasional Jepang yang telah banyak memberikan sponsor pada berbagai program yang menggunakan manga 3 diakses pada 31 Maret Koji Senda dikutip dalam Anne Cooper-Chen, Cartoon cultures: the globalization of Japanese popular media, Peter Lang, 2010, Hal. 31 3
4 dan anime untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Jepang, seperti museum, taman bermain dan panduan wisata yang berkaitan erat dengan manga dan anime. Bahkan karakter-karakter manga dan anime ini juga digunakan sebagai duta Jepang dalam sektor Pariwisata. Seperti Astro Boy pada November 2007 lalu ditunjuk sebagai duta keselamatan perjalanan dan Doraemon yang memiliki tugas untuk mempromosi manga sebagai diplomasi luar negeri jepang sekaligus sebagai duta budaya animasi Jepang dikancah internasional. Hello Kitty juga menjadi salah satu ciri khas budaya Jepang yang sangat laris di seluruhdunia. Padatanggal 19 Mei 2008, menteri MLIT (Minister of Land Infrastructure Transport and Tourism), Tetsuzo Fuyushiba menunjuk Hello Kitty untuk mempromosikan Jepang dan mengundang banyak turisterutama dari Cina dan Hong Kong. 5 Melalui program ini, Hello Kitty akan mempromosikan berbagai wilayah tujuan wisata di Jepang. Penunjukan tokoh manga sebagai duta ini, selain efektif dalam diplomasi sebuah bangsa, penggunaan karakter rekaan yang akrab dengan masyarakat juga sangat efektif untuk memperkenalkan budaya. Dengan tergesernya perusahaan-perusahaan Jepang oleh dominasi produksi cina dalam beberapa tahun ini, dan menyusutnya populasi yang membatasi anggaran permintaan domestik, pariwisata adalah salah satu sektor yang dapat menjadi tonggak perekonomian Jepang. Dunia pariwisata Jepang adalah bagian yang berusaha dikembangkan lebih jauh oleh pemerintah setempat sehingga menjadi sumber devisa negara yang luar biasa. Dapat kita lihat bahwa kebudayaan anime dan manga ini menjadi salah satu potensi andalan yang akan terus berkembang dan memberi dampak yang sangat besar, terutama terhadap perkembangan pariwisata di Jepang. Pemerintah Jepang berharap dengan menyebarkan pengaruh Jepang kepada masyarakat dunia, maka akan tercipta hubungan kerjasama internasional yang dapat meningkatkan sektor pariwisata Jepang. 5 NBCNews.com, Hello Kitty Named Japan Tourism Ambassador, ( diakses pada 25 maret
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didapat rumusan masalah yaitu bagaimana peran pemerintah Jepang dalam menggunakan manga dan anime sebagai branding-nation? Apa dampak perubahan image Jepang melalui pengaruh manga dan anime terhadap pariwisata Jepang? 1.3 Landasan Konseptual Skripsi ini akan menggunakan empat konsep untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas. Keempat konsep tersebut adalah budaya populer, soft power, diplomasi publik, dan pencitraan (branding). Berikut ini konsep-konsep tersebut akan diuraikan satu per satu. A. Konsep Budaya Populer Menurut Raymond Williams, budaya populer mempunyai empat makna, yaitu : bnyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Budaya populer merupakan penggabungan antara kata budaya dan kata populer yang banyak disukai orang dan bersifat dinamis dan periodik. Dengan kata lain, budaya populer ini tidaklah statis tapi akan mengalami perkembangan sesuai dengan selera masyarakat pada periode tertentu. Manga dan anime merupakan salah satu budaya populer Jepang. John Storey, dalam Cultural Theory and Popular Culture, membahas beberapa definisi tentang budaya populer. Dari beberapa definisi tersebut, menurut penulis teori budaya populer sebagai budaya massa merupakan teori yang tepat untuk menggambarkan budaya populer Jepang. Pada definisi ini, budaya populer dilihat sebagai budaya komersial. Dikatakan bahwa budaya populer sebagai budaya massa secara komersial tidak bisa diharapkan. Ia diproduksi massa untuk konsumsi massa, karenanya budaya hanyalah dianggap sekedar rumusan untuk memanipulasi massa. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Budaya populer (biasa disingkat sebagai budaya pop dalam bahasa Inggris popular culture atau disingkat pop 5
6 culture) adalah gaya, style, ide, perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama mainstream. Banyak dipengaruhi oleh media massa, dihidupkan terus-menerus oleh berbagai budaya bahasa setempat, dan kumpulan ide tersebut menembus dalam keseharian masyarakat. B. Konsep Soft power dan Public Diplomacy (Diplomasi Publik) Soft power memiliki peran dan posisi yang penting dalam kehidupan nyata, bahkan sering dianggap bahwa nilai power ini jauh lebih tinggi daripada aset ekonomi dan militer yang dimiliki suatu negara. Soft power sangat bergantung terhadap semua aktor dalam Hubungan Internasional. Ideologi suatu negara, kebudayaan, prestise, atau kesuksesan dapat menyebabkan negara itu menjadi pemimpin kepada negara lain yang bersedia mengikuti. Menurut H.J Morgenthau Power means man s control over the minds and actions of other man. Power adalah sebuah kekuatan untuk mempengaruhi orang lain sehingga pihak kedua bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan. 6 Sedangkan menurut Nye, Soft power is the ability to get what you want thourgh attraction rather thancoercion or payment. It arises from the attractiveness of a country s culture, political ideas, and policies. 7 Dengan kata lain soft power sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai tujuannya dengan lebih menggunakan daya tarik (attraction) dari pada paksaan (coercive) dan pembayaran (payment). Salah satu daya tarik tersebut adalah daya tarik dari budaya negara tersebut. Dalam makalah ini, konsep soft power akan digunakan untuk menganalisis manga dan anime sebagai kekuatan yang menjadi daya tarik bagi Jepang. Soft power Jepang ini muncul dan terbentuk dari budaya populer negara ini yang menjadi produk unggulan dan diekspor ke luar negeri dengan berbagai bentuk produk, misalnya film, CD/DVD, musik, dan sebagainya. Soft power bersumber dari nilai-nilai dan kebudayaan yang ada di negara itu sendiri dan, sebagai bentuk penyalurannya, soft power disampaikan melalui diplomasi 6 Joel H. Rosenthal, Righteous Realists: Political Realism, Responsible Power, and American Culture in the Nuclear Age, LSU Press, 1991, Hal Joseph S. Nye, Jr., 2008, Public diplomacy and Soft power, The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science 616: 94. 6
7 publik. Konsep diplomasi publik merupakan sebuah konsensus umum yang muncul dengan melibatkan kegiatan di bidang informasi, pendidikan dan budaya, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemerintah asing melalui pengaruh yang disebarkan di masyarakat. 8 Dalam konteks diplomasi publik, pengertian yang paling dekat adalah diplomasi kebudayaan. Posisi kebudayaan tidak dapat dipandang sebelah mata, karena ia juga memiliki pengaruh yang besar dalam sebuah diplomasi. Dr. Jessica Gienow-Hecht, editor dari manuskrip Searching for a Cultural Diplomacy, menyebutkan bahwa diplomasi kebudayaaan memiliki dimensi arti yang terkait dengan manipulasi politik dan subordinasi, serta sebagai the backseat interaksi diplomatik atau dengan kata lain beyond propaganda. Sehingga, diplomasi publik ini semakin memiliki pengaruh yang penting dalam politik internasional. Oleh karena itu, konsep diplomasi publik ini digunakan penulis dalam menjelaskan peran budaya seperti Manga dan anime sebagai era baru hubungan kerjasama Jepang dalam dunia internasional. Diplomasi adalah sistem hubungan berlanjut antara negara-negara, organisasiorganisasi internasional dan kelompok yang berusaha untuk mempengaruhi hubungan ini. Hubungan diplomatik adalah hal kompleks yang membentang di berbagai isu. Karena kompleksitas isu-isu internasional, dampak dari opini publik terhadap pemerintah, dan keterlibatan aktor non-negara diplomat perlu untuk memperluas jangkauan pelaku yang terlibat. Oleh karena itu, tujuan dari diplomasi publik adalah untuk melibatkan publik yang relevan dengan tujuan kebijakan luar negeri suatu negara. Diplomasi publik bentuk ini merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk memobilisasi sumber-sumber soft power tersebut yang lebih ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat umum suatu negara daripada pemerintah negaranya. Dalam konteks ini, diplomasi publik berfungsi untuk untuk membangun, mengembangkan, dan mempertahankan citra positif suatu negara dalam opini publik. Citra positif suatu negara akan menimbulkan keinginan masyarakat global untuk mengunjungi, mendukung kebijakan, berinvestasi dalam industri serta membeli barang dan jasa. Dengan kata lain, 8 Peter Van Ham, Power, Public Diplomacy, and the Pax Americana, The New Public Diplomacy, Palgrave Macmillan, 2005, Hal.57 7
8 diplomasi publik tak ubahnya sebagai kampanye public relations yang menjual image positif suatu negara, yang dapat menciptakan sebuah hubungan jangka panjang dan lingkungan yang sesuai dengan arah kebijakan dan kepentingan nasional sebuah pemerintah. C. Konsep Pencitraan Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun dinilai oleh pihak luar mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra. Penilaian atau tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut dapat menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan menguntungkan terhadap pencitraan suatu negara yang mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilai-nilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang terbentuk. 9 Adapun pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum. 10 Bentuk upaya pencitraan diri Jepang itupun diwujudkan melalui budaya populer manga dan anime yang menjadi suatu kegiatan penting dalam persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Jepang yang diimplementasikan dalam pelaksanaan diplomasi publik. Pembangunan citra positif dari pandangan masyarakat Internasional terhadap Jepang tentunya dapat membangun citra politik negara itu sendiri. Pembangunan citra juga dapat menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain untuk meningkatkan pariwasata Jepang melalui jumlah wisatawan yang ingin berkunjung ke Jepang. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan asing, maka tidak dapat dipungkiri 9 Dan Nimmo, Komunikasi Politik Khalayak dan Efek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Hal Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori & Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, Hal
9 bahwa negara lain akan melihat potensi besar untuk melakukan kerjasama dengan Jepang di bidang kepariwisataan. 1.4 Gagasan Utama Manga dan Anime menjadi semacam soft power yang digunakan pemerintah Jepang untuk membangun citra positif ke negara-negara lain, yang disalurkan melalui diplomasi publik dengan cara menggunakan kedua budaya pop ini menjadi duta pariwisata, kampanye pariwisata dan promosi di ruang publik. Budaya pop tersebut telah mengubah image Jepang menjadi negara yang telah membuka diri, aman dan bersahabat dan hal ini berpengaruh terhadap peningkatan pariwisata Jepang. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang menggunakan interpretasi logis dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada. Metode penelitian kualitatif menghasilkan data dengan cara terlebih dahulu mengolah data yang bersifat deskriptif. Data yang menjadikan acuan sekaligus menjadi kredibilitas dalam penelitian ini. Di dalam metode kualitatif, peneliti menggunakan teknik pengumpulan bahan berdasarkan data-data sekunder (data yang telah dikumpulkan dan mungkin telah dianalisis oleh orang lain) yaitu studi pustaka serta sumber-sumber menunjang lainnya seperti buku dan jurnal yang bersangkutan dengan budaya populer Jepang khususnya manga dan anime, kepariwisataan khususnya pariwisata Jepang, diplomasi kebudayaan dan kebijakan pariwisata Jepang. Selain itu juga peneliti menggunakan akses media massa maupun media internet yang telah tersedia apa adanya. Peneliti juga akan banyak mengunduh situs-situs internet yang bersangkutan dengan peran manga dan anime dalam pariwisata Jepang. 1.6 Jangkauan Penelitian Dalam penelitian penting adanya sebuah jangkauan dalam melihat masalah. Hal ini dilakukan untuk membatasi pembahasan sehingga dapat lebih fokus dalam prakteknya. Tinjauan penelitian ini adalah Peran manga dan anime sebagai branding- 9
10 nation untuk meningkatkan sektor pariwisata dan upaya pemerintah memanfaatkannya dalam meningkatkan kunjungan wisata dalam kurun waktu Sistematika Penulisan Skripsi dengan judul Manga Dan Anime Sebagai Branding-Nation Untuk Mendukung Sektor Pariwisata Jepang ini akan terbagi dalam lima bab, yaitu: BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang diajukan sebagai dasar penelitian yang kemudian memunculkan rumusan masalah, landasan konseptual yang terdiri dari konsep-konsep yang diambil kemudian direfleksikan dengan masalah yang diangkat untuk dijadikan analisa guna menjawab rumusan masalah, argumen awal sebagai praduga awal permasalahan, metode penelitian, jangkauan penelitian, serta sistematika penulisan. Bagian ini akan mengantarkan pada pembahasan selanjutnya BAB II adalah bahasan mengenai pengertian dan sejarah manga dan anime untuk meninjau bagaimana perkembangan manga dan anime sebagai budaya populer jepang. BAB III berisi bahasan mengenai manga dan anime sebagai alat untuk membangun citra yang berbeda ke negara-negara lain melalui upaya pencitraan diri yang dibentuk Jepang serta penggunaan manga dan anime sebagai soft power, yang disampaikan melalui diplomasi publik untuk meningkatkan sektor pariwisata Jepang. Bab ini juga akan membahas bagaimana citra buruk Jepang di masa lalu dan perubahan citra Jepang yang positif melalui manga dan anime. BAB IV adalah bahasan mengenai pariwisata Jepang dan perannya dalam ekonomi Jepang. Bab ini juga akan membahas bagaimana pengaruh perubahan citra Jepang melalui manga dan anime terhadap perkembangan sektor pariwisata. BAB V merupakan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini. 10
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuannya menggunakan unsur unsur pemaksaan atau ancaman. Pemaksaan atau
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang dewasa ini populer dengan diplomasi menggunakan hard power. Hard Power diplomacy adalah kemampuan suatu negara untuk mencapai tujuannya menggunakan unsur unsur
Lebih terperinciTugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan sebuah negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pesat di berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya, dan iptek. Kemampuan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politik luar negeri Korea Selatan dari masa ke masa banyak diwarnai dengan berbagai macam perubahan. Perubahan ini terjadi dari setiap pemerintahan yang berkuasa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan Latar Belakang Pada tahun 2012 pemerintah Selandia Baru meluncurkan sebuah semboyan turisme, 100% Middle-earth 1, 100% Pure New Zealand 2. Semboyan merujuk pada serangkain film Lord of
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem
BAB V KESIMPULAN Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem pemerintah demokrasi. Bentuk pemerintahan Korea Selatan terbagi menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, yudikatif dan legislative.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan budaya yang didorong dengan kemajuan pesat pada perkembangan zaman, seringkali menghadirkan perubahan-perubahan baru yang membuat dunia takjub.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinci2 Pemasaran dan brand suatu negara menjadi hal yang penting untuk dikelola oleh pemerintah karena memiliki kontribusi besar dalam ekonomi dan pembentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia telah memasuki era globalisasi. Globalisasi menuntut banyak perubahan diberbagai pola kehidupan. Globalisasi menuntut suatu negara melakukan kan inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, dengan kata lain terdapat banyak
Lebih terperinciKebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950 dan ekonominya sebagian besar tergantung pada bantuan ekonomi AS. Tetapi sekarang Korea
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas
BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi
Lebih terperinciSejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik
Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pariwisata dan turisme sangat pesat belakangan ini. Terlepas dari isu-isu keamanan yang terjadi di setiap negara, pariwisata tumbuh sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang harus dijaga dan dilestarikan. Sejarah dan pariwisata adalah dua hal yang harus kita pelihara dan
Lebih terperinciPolitik Global dalam Teori dan Praktik
Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi
1 BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Jepang telah menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi Jepang) dan Manga (Komik Jepang)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciHOTEL RESOR BERKONSEP BUTIK DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESOR BERKONSEP BUTIK DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diaspora India adalah sekelompok orang yang bermigrasi dari wilayah teritori negara India menuju luar batas negara India. Migrasi yang dilakukan juga berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini. Anime adalah animasi khas Jepang yang biasanya dicirikan melalui gambargambar berwarna-warni yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB III FILM HOLLYWOOD DI INDONESIA
BAB III FILM HOLLYWOOD DI INDONESIA Dalam dunia internasional, kebudayaan dapat menjadi salah satu sarana yang digunakan untuk mencapai kepentingan suatu negara. Kebudayaan digunakan sebagai alat diplomasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop dan serial drama Korea. Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Mujigae
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Mujigae Restoran Mujigae merupakan salah satu restoran Korea yang ada di Indonesia, dimana restoran ini didirikan oleh Alvin Arief pada tanggal 10 April 2013 di Ciwalk.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bakry, Umar Suryadi, Metode Penelitian Hubungan Internasional, ( Yogyakarta :
47 DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Bakry, Umar Suryadi, Metode Penelitian Hubungan Internasional, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2016 ) Djelantik, Sukawarsini, Diplomasi Antara Teori Dan Praktik, ( Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat sebagai media pendukung kebutuhan individu atau organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam peranan perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata pencaharian di sektor pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat berbagai macam-macam jenis kebudayaan, budaya Jawa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang didalamnya terdapat berbagai macam-macam jenis kebudayaan, budaya Jawa, Sunda, Sumatra, dan
Lebih terperinci8.1 Temuan Penelitian
BAB VIII PENUTUP Bab Penutup ini berisi tiga hal yaitu Temuan Penelitian, Simpulan, dan Saran. Tiap-tiap bagian diuraikan sebagai berikut. 8.1 Temuan Penelitian Penelitian tentang relasi kuasa dalam pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata semakin mengokohkan dirinya menjadi salah satu peraup devisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan dan investasi memang senantiasa menjadi dua sektor pendulang pendapatan negara, namun signifikasi pariwisata sangat perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciPERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep
PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep Penulis: Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciKomunikasi Politik
Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi
Lebih terperinciA. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata
A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata pemasaran sendiri lebih luas dari hanya sekedar promosi dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tidak lagi menjadi isu-isu utama yang dihadapi oleh negara-negara sekarang ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Isu-isu hubungan internasional sampai saat ini telah menjadi sebuah isu yang kompleks dengan segala permasalahannya dan dinamika yang terjadi selalu berubah di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupkan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota yang mempunyai peluang dan potensi besar untuk dikembangkan. Pengembangan potensi ini didasari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciPUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH: IGNASIUS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal dengan kota bisnis juga merupakan salah satu kota yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan dan investasi. Dalam perencanaan nation branding terkait
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nation branding adalah strategi mempresentasikan sebuah negara dengan sasaran menciptakan nilai-nilai reputasi lewat turisme, keadaan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitality Industry adalah industri terbesar di dunia. Seiring dengan era globalisasi ini, hospitality industry berkembang begitu pesatnya, terlihat dari semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data The Japan Foundation tahun 2006 lalu menyebutkan jumlah pelajar bahasa Jepang di Indonesia meningkat tiga kali lipat lebih dari data penelitian tahun 2003 lalu
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Legenda merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Di Indonesia terdapat berbagai macam legenda yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber
Lebih terperinci2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas yang sangat potensial. Pariwisata mempunyai pengaruh besar dalam membangun perekonomian yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. industri pariwisata mampu meningkatkan aktivitas bisnis yang bermanfaat ke
40 BAB IV KESIMPULAN Pariwisata merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan industri pariwisata mampu meningkatkan aktivitas bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data yang dihimpun dari Miniwatts Marketing Group (2014),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang dihimpun dari Miniwatts Marketing Group (2014), pada tahun 2012 diketahui pengguna internet di dunia mencapai 2.405.519.376 orang yang terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri makanan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tesis ini akan membicarakan mengenai peran pusat kebudayaan Prancis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tesis ini akan membicarakan mengenai peran pusat kebudayaan Prancis dalam perkembangan diplomasi publik Prancis dan proses nation branding Prancis di Indonesia. Pusat
Lebih terperinci