BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. Tari kontemporer kini memperlihatkan proses kreatif dan inovasi yang semakin mendalam. Sebuah pijakan besar bagi perkembangannya kini. Tari kontemporer dalam keberadaannya kini telah merepresentasikan intra dan trans kultural dalam pembentukan idiom geraknya. Tidak hanya merujuk pada sebuah kebudayaan, setiap penari mempunyai kesempatan dalam mengembangkan dirinya dengan intepretasi dan pemahaman atas kebudayaan sendiri, atau kebudayaan lain. Proses ini tidak semata-mata dilakukan tanpa sebuah riset yang jeli, koreografer kini dituntut untuk semakin kritis dan peka terhadap segala bentuk gejala, fenomena dan peristiwa budaya. Pencarian idiom budaya yang trans kultural berkembang sejak era 1990 hingga kini, tari kontemporer Indonesia mengandalkan idiom budaya asal penari. Habitus dari penari berkelindan dengan baik dalam mengintepretasikan fenomena menjadi sebuah gerak. Habitus para penari yang menjadi pengalaman ketubuhan 288

2 2 89 memproduksi modal-modal kepenarian bagi penari. Modal kepenarian menjadi semakin melekat dengan semakin intensnya peristiwa seni, seperti latihan, workshop, dan peristiwa seni lainnya. Tidak hanya itu, habitus sangat ditentukan oleh keluarga institusi, lingkungan, dan Perguruan tari, yang memberikan pengalaman ketubuhan dan memberikan keragaman pada memori penari. Eksistensi para penari pun dipertandingkan di dalam festival dan kegiatan seni lainnya. Secara tersirat, dapat diketahui bahwa penggunaan idiom tari tradisi sebagai idiom tari kontemporer tidak serta merta terjadi. diperlukan proses habitus yang kuat dalam pembentukan idiom gerak yang berasal dari suatu kebudayaan tertentu. Tari kontemporer Indonesia membentuk sebuah struktur keterjalinan yang membentuk tari tradisi menjadi sebuah media dalam menciptakan gerak. Bertolak dari hal tersebut, koreografer masa kini telah menjadikan riset sebagai dasar penciptaan karya mereka. Praktek Participation Action Research (PAR) dilakukan untuk lebih menghayati proses pembaruan dan sebuah tradisi. Kronologisnya, para pelaku PAR mengunjungi kebudayaan baru, dengan berbaur dengan komunitas setempat, menghayati dan menjadi partisipan aktif dalam pola hidup sehari-hari masyarakat setempat. Cara ini ditempuh oleh

3 2 90 para penari dalam melakukan riset dan mempertegas dirinya bagi pemahaman yang lebih dalam atas kebudayaan yang akan digunakan. Sistem mempelajari kebudayaan lain berkembang ketika kebudayaan Barat tidak memiliki basis idiom tradisi yang beragam, alhasil tari kontemporer Indonesia tidak akan pernah mengalami krisis atas ide dan gagasan dari idiom gerak yang dibawa penari. Sistem PAR turut membantu seorang penari dalam mendapatkan pengalaman kebudayaan yang mendalam. Kedalaman ini yang menjadi proses pencarian dan pembentukan memori pengalaman si penari. Dari hal tersebut, seniman tari kontemporer Indonesia telah melewati batas tegas dari seorang penari yang biasanya hanya menari, seorang penari kontemporer dituntut untuk menjadi penari, penata tari, koreografer, sekaligus peneliti. Seniman tari menempatkan riset sebagai media dari inspirasi kreatif yang akan memperkaya keberagaman dan keberlangsungan tradisi yag ada. Tradisi Indonesia yang sudah berumur ribuan tahun akan selalu terpelihara mengingat sikap dari para seniman, tari khususnya, yang selalu berpegang pada prinsip: Re- Visiting: selalu mengunjungi kembali situs-situs kebudayaan, melakukan riset,

4 2 91 mengajak untuk memelihara kebudayaan asli Indonesia, Re- Questioning: menanyakan kembali asal mula kebudayaan Indonesia, dengan mengetahui dan memahami sejarah kebudayaan, maka proses pemeliharaan akan lebih mudah dan kondusif untuk dilakukan. Re-Interpreting: menerjemahkan kembali dengan elemenelemen kebaruan, tanpa menghilangkan sama sekali tradisi aslinya, juga adalah bentuk pemeliharaan kebudayaan yang dikondisikan dengan perkembangan zaman. Namun dengan tetap menempelkan unsur-unsur asli, orang akan tetap mengenali asal seni kebaruan tersebut. Seniman tari Indonesia bila mereka mau mendatangi dan melakukan PAR di kebudayaan yang tidak dikenalnya, dapat menjadi inspirasi baru. Penari atau koreografer Jawa yang mampu pergi kebagian timur Indonesia tentu akan mendapatkan pengalaman baru yang mampu mendobrak kreativitas. Bentuk baru dalam gerak, musik, dan didukung oleh keadaan alam, memungkinkan koreografer mencipta sebuah karya yang sama sekali berbeda dari yang sebelumnya. Bila tradisi di sebuah daerah itu hampir punah, maka aksi yang dilakukan koreografer dalam mencipta sebuah kreasi baru akan menggali dan mengingatkan kembali bagaimana bentuk asli sebuah tarian. Secara

5 2 92 alamiah hal ini akan membantu masyarakat mengulang gerakan, memperbaiki yang terlupa dan salah, lalu memeliharanya. Dengan keberadaanya kini, metodologi yang dijalankan oleh seniman tari kontemporer Indonesia dalam menggali tradisi melalui sistem Practicipation Action Research (PAR) sudah sangat baik. PAR adalah kondisi ketika seniman tari secara langsung berpartisipasi aktif dalam memelihara tradisi, dengan tahapan-tahapan yang dimulai dari mengajak penduduk untuk mengingat kembali tradisi seni tari primitif, lalu mempelajarinya, mengajarkannya kembali kepada orang lain, lalu memberikan pendekatan kontemporer. Secara tidak langsung seni tari yang mungkin saja terlupakan akan muncul kembali dan terpelihara. Hal ini yang membedakan penari Indonesia dengan penaripenari dari Eropa maupun Amerika. Penari Indonesia yang menggunakan PAR semakin percaya diri dalam membentuk idiom tari yang lebih menarik. Tari kontemporer semakin berkembang dengan kebudayaan beragam yang dimiliki Indonesia. Kekayaan ini nampaknya digunakan secara maksimal oleh para penari kontemporer Indonesia. Dari yang awalnya hanya menyulam gerak antar budaya, hingga melakukan riset yang mendalam atas budaya etnis tertentu yang dilibatkan dalam karya. Hal ini merupakan

6 2 93 progress substansi dari tari kontemporer yang cukup berhasil. Perubahan diimbangi dengan kemajuan dalam pola pikir pembentukan karya. Masifnya perkembangan tari kontemporer disikapi dengan bijak oleh para penata tari, dimana dengan menjamurnya festival tetap memperhatikan kualitas dalam karya. Hal ini semata-mata tidak hanya upaya dari seorang koreografer dalam melakukan karya, keterjalinan antar semua lini seperti, penari, penonton, kritikus dan pengelola atau pembuat acara sangat dibutuhkan. Ketika setiap unsur saling berkerja sama, maka harmonisasi dan lingkungan yang kondusif atas seni akan terjalin. Hal ini secara tersirat dapat membuat para seniman turut memberikan karya yang serius. Seperti yang sudah diungkap di dalam disertasi ini, euforia kontemporer telah merasuk pada jiwa para penari di seluruh Indonesia, penonton pun semakin terbiasa dengan banyaknya festival tari kontemporer, dan pemerintah melakukan usaha yang besar dalam preservasi dan membentuk iklim kreatif, inovatif, kritis dan aktual terhadap gejala, fenomena, serta peristiwa yang terjadi di sekitar. Keyakinan demikian nampaknya belum memberikan gambaran yang kian jelas tentang masa depan tari kontemporer Indonesia. Nampaknya belumlah terang benderang seakan tidak ada rintangan

7 2 94 yang menghadang. Dua dari empat elemen yang sangat penting dalam tari kontemporer Indonesia telah terjalin dengan baik, yaitu: seniman pelaku dan even pendukung dari tari kontemporer tersebut. Dua yang lain adalah penonton yang dibina dengan baik dan kritikus yang mumpuni, belumlah tersedia. Seperti disampaikan oleh Sal Murgiyanto sebagai berikut. Selama lebih dari 20 tahun Indonesian Dance Festival berupaya menyediakan kesempatan dan mengusahakan dukungan itu melalui pentas, lok-karya, dan resindensi. Tetapi jika dibandingkan dari segi jumlah penduduk Taiwan yang hanya 24 juta dan penduduk Indonesia yang hampir 250 juta, apa yang sudah kita lakukan melalui IDF selama ini ibarat sebuah oase di tengah padang pasir yang maha luas. Kita memerlukan orang-orang yang bukan hanya peduli dan bersimpati terhadap tari, tetapi yang sedia mengambil tindakan nyata dan melakukan upaya bersam untuk menyediakan kesempatan dan memberi dukungan bagi perkembangan tari di Indonesia. 1 Cita-cita dan harapan Sal tidaklah berlebihan jika kita menyadari betapa perlunya republik tari yang terdiri dari; penari, penata tari, administrator tari, penyelenggara pertunjukan dan festival tari, guru dan pelatih tari, peneliti, ahli sejarah, antropolog dan sosiolog tari adalah anggota yang berkepentingan terhadap hidup, mati dan tumbuh suburnya dunia tari. 2 1 Sal Murgiyanto, Bergerak dengan Bijak, makalah seminar Indonesian Dance Festival 2012, Jakarta 22 Mei Sal Murgiyanto, Menulis Kritik Seni dalam Krisis Kritik, Seperempat Abad Pasca Gendhon Humardani. Surakata (ISI Press Surakarta, 2008), 103.

8 2 95 Sal sangat menyadari betapa kurang dan lemahnya kritikus tari di Indonesia. Banyak karya tari yang menggembirakan berkembang di Indonesia, akan tetapi semakin langkanya kritikus atau pengamat tari yang berkompeten di ranah ini. Banyak tubuh dan teknik yang terlatih, akan tetapi lemahnya wacana diskors dan konsep dari pelaku tari kontemporer ini. Ditambah dengan masyarakat penonton yang tidak diberikan kesempatan untuk dilatih menyaksikan pertunjukan tari kontemporer. Alhasil, tontonan karya tari kontemporer masih dipandang sebagai tarian yang aneh atau asal asing. Dua tantangan ini hendaknya menjadi pemikiran para pengeliat tari kontemporer di Indonesia untuk meningkatkan kualitas kreativitas kekaryaannya. Tari Kontemporer bukan merupakan sajian karya tari yang hanya mengedepankan keindahannya saja. Tari kontemporer di Indonesia dengan perkembangan gagasan dan perubahan bentuk serta kreativitasnya, sejak era Sardono W. Kusumo menurun pada generasi setelahnya tahun 1980-an hingga kini, memiliki keyakinan untuk meneruskan tradisi dan menggantikan keindahan dengan kebenaran, kenyataan dan kritik terhadap kemanusian. 3 Januari Berdasarkan wawancara bersama Sal Murgiyanto di Yogyakarta tanggal 21

9 2 96 Tari kontemporer Indonesia bukanlah kesenian populer yang hanya menjadi kelangenan. Tari kontemporer Indonesia akan terus berkembang, dan secara kreatif selalu mempertanyakan keadaan dan kebenaran untuk melihat sebuah kenyataan. Sebuah tarian yang mengajak orang berfikir untuk melihat dan meluruskan apa yang menjadi indah dalam kenyataan yang sesungguhnya. Sardono dengan mempertanyakan tentang lingkungan, Miroto dengan karya Sampah untuk mengingatkan kita kembali pada siapakah yang menjadi sampah sesungguhnya. Membutuhkan waktu mungkin 5 tahun atau 10 tahun ke depan untuk mendapatkan pembuktian dari masyarakat pendukungnya.