TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat"

Transkripsi

1 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2008). Kurva penawaran adalah gambaran secara grafis dari hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harga, jika faktor lainnya tetap sama (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar S0 80 Harga (P) Jumlah (Q) Gambar 1. Kurva Penawaran Sumber : Sukirno, 2008

2 11 Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa kurva penawaran (S 0 ) menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran seperti itu karena terdapat hubungan yang positif di antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan, yaitu makin tinggi harga, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2008). Pergeseran kurva penawaran berarti bahwa pada setiap harga akan ditawarkan jumlah yang berbeda daripada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah barang yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam bentuk pergeseran kurva penawaran ke kanan. Sebaliknya, penurunan jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam bentuk pergeseran kurva penawaran ke kiri (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 2. Harga (P) S2 S0 S Jumlah (Q) S0 S1 S2 Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran Sumber : Sukirno, 2008

3 12 Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa pergeseran kurva penawaran dari S 0 ke S 1 menunjukkan adanya kenaikan dalam penawaran. Suatu kenaikan penawaran berarti bahwa lebih banyak jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga. Sebaliknya, pergeseran kurva penawaran dari S 0 ke S 2 menunjukkan adanya penurunan dalam penawaran. Suatu penurunan dalam penawaran berarti bahwa lebih sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga (Sukirno, 2008). Pergeseran keseluruhan kurva penawaran tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Harga-harga masukan (prices of input) Input adalah semua jenis barang yang digunakan perusahaan untuk memproduksi keluaran (output)-nya, seperti bahan baku, tenaga kerja dan mesinmesin. Jika harga lainnya tetap sama, semakin tinggi harga setiap masukan maka semakin kecil keuntungan yang akan diperoleh dari suatu komoditi tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi harga setiap masukan yang digunakan perusahaaan, maka semakin rendah jumlah komoditi yang akan diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan pada tiap tingkat harga komoditi itu (Lipsey et al, 1995). Kenaikan harga masukan akan menggeser kurva penawaran ke kiri, yang menunjukkan bahwa makin sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga, dan sebaliknya turunnya harga masukan akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan, yang menunjukkan bahwa makin banyak jumlah barang yang ditawarkan pada tiap tingkat harga tertentu (Kadariah, 1994).

4 13 2. Tujuan perusahaan Dalam teori dasar ilmu ekonomi, perusahaan diasumsikan memiliki satu tujuan tunggal yaitu memaksimumkan laba. Akan tetapi, perusahaan bisa saja memiliki tujuan lainnya atau tujuan sebagai substitusi untuk maksimasi laba. Jika perusahaan takut menanggung resiko, perusahaan itu akan memilih jalur kegiatan yang lebih aman meskipun kemungkinan memperoleh laba lebih kecil. Jika perusahaan ingin menjadi perusahaan besar, mungkin yang dilakukan adalah memproduksi dan menjual dalam jumlah yang lebih besar daripada kalau perusahaan sekedar ingin memaksimumkan labanya. Jika yang menjadi tujuan perusahaan adalah citra masyarakat, maka perusahaan mungkin melepaskan kegiatan yang tingkat keuntungannya tinggi (seperti produksi dioksin) jika memang masyarakat tidak menerimanya (Lipsey et al, 1995). Bagi perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan laba maka perusahaan tersebut akan memproduksi dan menjual barang dalam jumlah yang besar, hal ini akan menggeser kurva penawaran ke kanan yang berarti makin banyak jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga. Dan sebaliknya, jika suatu perusahaan memiliki tujuan tidak untuk memaksimumkan laba, maka perusahaan tersebut akan memproduksi dan menjual barang dalam jumlah yang sedikit, hal ini akan menggeser kurva penawaran ke kiri yang menunjukkan bahwa makin sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga (Lipsey et al, 1995). 3. Teknologi Teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kenaikan produksi dan

5 14 perkembangan ekonomi yang pesat di berbagai negara terutama disebabkan oleh penggunaan teknologi yang semakin modern. Kemajuan teknologi telah dapat mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktivitas, mempertinggi mutu barang dan menciptakan barang- barang yang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua efek yaitu: (i) produksi dapat ditambah dengan lebih cepat, (ii) biaya produksi semakin murah. Dengan demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi. Berdasarkan kepada kedua akibat ini dapatlah disimpulkan bahwa kemajuan teknologi dapat menggeser kurva penawaran ke kanan, yang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2008). 4. Harga barang lain a) Harga barang atau jasa lain: pada barang bersaing (competitive product) Ditinjau dari segi penawaran, hubungan suatu barang atau jasa dengan barang atau jasa lainnya dapat berupa barang bersaing (competitive product) atau barang bersama (joint product). Dua atau lebih barang adalah bersaing apabila barang-barang tersebut dapat dihasilkan dengan menggunakan faktor produksi yang sama. Pada umumnya kenaikan harga suatu barang, ceteris paribus, akan menurunkan penawaran barang saingannya. Sebagai contoh, jagung dan padi adalah barang bersaing karena dapat dihasilkan dengan menggunakan lahan yang sama. Jika harga jagung naik, petani akan berusaha menambah produksi jagung dengan menambah pemanfaatan lahan untuk tanaman jagung. Dengan demikian, pada luas lahan yang tetap, tanaman

6 15 padi berkurang sehingga produksi atau jumlah penawaran padi menjadi berkurang dan kurva penawaran padi akan bergeser ke kiri (Sukirno, 2008). b) Harga barang atau jasa lain: pada barang bersama (joint product) Barang bersama (joint product) adalah dua atau lebih barang yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi yang sama. Jika harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka penawaran barang bersamanya juga naik. Sebagai contoh, daging domba dan bulu domba adalah barang bersama karena dihasilkan dari proses produksi yang sama dalam kegiatan peternakan. Dengan demikian, jika harga daging domba naik, peternak akan berusaha menambah penawaran daging domba dengan memelihara ternak domba yang lebih banyak dan pada saat yang sama dia juga dapat menambah jumlah penawaran bulu domba. Hal ini dapat menggeser kurva penawaran ke kanan, yang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah daging domba dan jumlah bulu domba yang ditawarkan pada tiap tingkat harga (Sukirno, 2008) Elastisitas Penawaran Elastisitas penawaran mengukur ketanggapan (the responsiveness) jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditi itu sendiri, yang ditulis sebagai s dan didefinisikan sebagai berikut: η s = Persentase perubahan jumlah yang ditawarkan Persentase perubahan harga Dan sering juga disebut sebagai supply elasticity (Kadariah, 1994). Jika kurva penawarannya vertikal, maka jumlah yang ditawarkan tidak akan berubah dengan adanya perubahan harga atau elastisitas penawarannya sama dengan nol. Sebaliknya, sebuah kurva penawaran yang horizontal memiliki

7 16 elastisitas penawaran tak terhingga dimana penurunan harga sedikit saja dapat menurunkan jumlah yang akan ditawarkan oleh produsen dari jumlah yang tak terhingga hingga menjadi nol. Di antara kedua elastisitas penawaran yang ekstrim ini, terdapat berbagai variasi bentuk kurva penawaran. Adapun beberapa bentuk dari elastisitas penawaran ( s ) terhadap harga dapat dilihat pada Gambar < Es < 1 Es = 0 Es = 1 Es > Es = 0 Harga (P) Es = 0 < Es < 1 Es = 1 Es > 1 Es = Jumlah (Q) Gambar 3. Bentuk Elastisitas Penawaran Sumber : Lipsey et al, 1995 Dari Gambar 3, dapat dilihat beberapa bentuk dari elastisitas penawaran ( s ) terhadap harga. Ada beberapa bentuk elastisitas penawaran, yakni inelastis sempurna, inelastis, elastis uniter, elastis dan elastis sempurna. Adapun penjelasan dari elastisitas penawaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

8 17 Tabel 5. Elastisitas Penawaran ( s ) terhadap Harga Ukuran Elastisitas dalam Angka Nol Lebih besar daripada nol, lebih kecil daripada satu Satu Lebih besar daripada satu, lebih kecil daripada tak terhingga Tak terhingga Istilah Inelastis sempurna Inelastis Elastis uniter Elastis Sumber : Lipsey et al, Elastis sempurna Keterangan Jumlah yang ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan harga Jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga Jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga Jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase yang lebih besar daripada perubahan harga Penjual siap menjual dengan segala kemampuan mereka pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan harga yang sedikit lebih rendah. Dua faktor yang dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting di dalam menentukan elastisitas penawaran yaitu: jangka waktu di mana penawaran tersebut dianalisis dan perilaku biaya apabila output (keluaran)-nya bervariasi. 1) Jangka Waktu Analisis Di dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran dibedakan dua jenis waktu yaitu jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long run). Dalam penawaran, kurun waktu jangka pendek ataupun jangka panjang tidak ada hubungannya dengan jumlah minggu, bulan atau tahun tertentu, melainkan berhubungan dengan faktor produksi yang digunakan (apakah yang digunakan faktor produksi tetap atau faktor produksi variabel) (Kadariah, 1994).

9 18 Jangka pendek (short run) adalah jangka waktu dimana jumlah masukan (input) tertentu tidak dapat diubah. Artinya pada periode jangka pendek, faktor produksi yang digunakan adalah faktor produksi tetap. Faktor produksi tetap (fixed input) adalah faktor produksi yang jumlah penggunannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Contohnya tanah, mesin-mesin pabrik. Sampai tingkat interval produksi tertentu, jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak dapat dikurangi. Oleh karenanya, pada jangka pendek penawaran bersifat inelastis (Rahardja, 2006). Jangka panjang (long run) adalah periode waktu dimana semua masukan (input) dapat berubah, tetapi teknologi dasar produksi tidak dapat diubah. Artinya periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi yang digunakan menjadi faktor produksi variabel. Faktor produksi variabel (variable input) adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Contohnya adalah buruh harian lepas di pabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, maka buruh harian dapat dikurangi. Oleh karena itu, penawaran pada jangka panjang bersifat elastis (Rahardja, 2006). 2) Perilaku biaya apabila output (keluaran)-nya bervariasi Jika biaya produksi meningkat dengan bertambahnya keluaran, maka ransangan untuk meningkatkan produksi dalam menanggapi kenaikan harga, akan

10 19 dihambat langsung oleh kenaikan biayanya. Dalam hal ini penawarannya akan cenderung bersifat inelastis. Akan tetapi, jika kenaikan biayanya naik sedikit dengan meningkatnya produksi, maka kenaikan harga akan meningkatkan keuntungan dan akan mengakibatkan kenaikan jumlah yang ditawarkan dalam jumlah besar, sebelum kenaikan biayanya menghentikan ekspansi keluaran ini. Dalam hal ini penawaran akan cenderung lebih bersifat elastis (Lipsey et al, 1995) Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berhubungan tentang respon penawaran suatu komoditi pertanian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Respon Penawaran Suatu Komoditi Pertanian Nama dan Tahun Nariswari, 2009 Judul Penelitian Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Tanah di Indonesia Data dan Metode Penelitian Data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 37 tahun yaitu dari tahun Analisis data yang digunakan adalah model persamaan Nerlovian. Respon penawaran kacang tanah diperoleh melalui pendekatan luas areal panen dan produktivitas kacang tanah. Bentuk model luas areal panen kacang tanah adalah: LnA t = a 0 + a 1 LnKT t +a 2 LnKD t + a 3 LnUK t + a 4 LnJG t + a 5 LnGBH t + a 6 LnIRG t + a7lna t-1 + V t Hasil Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi luas panen kacang tanah adalah luas panen tahun sebelumnya, harga kacang tanah dan irigasi. Peubah yang tidak berpengaruh nyata pada luas panen kacang tanah adalah harga gabah, harga jagung, harga kacang kedelai dan harga ubi kayu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kacang tanah adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga kacang tanah dan jumkah tenaga kerja. Elastisitas penawaran

11 20 Tabel 6. Lanjutan Nama dan Tahun Judul Penelitian Data dan Metode Penelitian Bentuk model dari produktivitas kacang tanah adalah: LnY t = g 0 + g 1 LnKT t + g 2 LnBENIH t + g 3 Ln JPUPUK t + g 4 LnJOBAT t + g 5 LnJKT t + g 6 LnCH t + g 7 LnSB t + g 8 LnY t-1 + T t Hasil Penelitian terhadap harga kacang tanah dalam jangka pendek adalah penjumlahan dari elastisitas jangka pendek areal panen dan produktivitas. Besarnya elastisitas tersebut 0,1620 sedangkan untuk elastisitas jangka panjangnya juga merupakan penjumlahan dari elastisitas areal panen dan produktivitas terhadap harga dalam jangka panjang, sehingga didapatkan elastisitas sebesar 0,3013. Al-Mudatsir, 2009 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Kedelai di Indonesia Data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 38 tahun yaitu dari tahun Respon penawaran kacang kedelai diduga secara tidak langsung melalui persamaan respon luas areal panen dan respon produktivitas, menggunakan model penyesuaian parsial Nerlove dan menggunakan metode OLS. Secara matematis, fungsi areal panen adalah: LnA t = b 0 + b 1 LnPKD t +b 2 LnPKC t + b 3 LnPJ t + b 4 LnKL t + b 5 LnCH t + b 6 LnIRG t + b 7 Ln A t-1 + u t Secara matematis, fungsi produktivitas adalah: LnY t = d 0 + d 1 LnPKD t + d 2 LnPUK t + d 3 LnB t + d 4 LnW t + d 5 LnINT t + d 6 LnA t + d 7 LnY t-1 + u t Faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal panen yaitu harga kacang kedelai, harga jagung, harga kacang tanah, luas areal panen teririgasi, dan luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara nyata yaitu harga pupuk, upah buruh dan produktivitas tahun sebelumnya. Elastisitas (respon) penawaran kacang kedelai terhadap harga pada jangka pendek bersifat inelastis, sedangkan pada jangka panjang bersifat elastis. Nilai elastisitas penawaran pada jangka pendek sebesar 0,66 dan pada jangka panjang sebesar 2,18. Respon penawaran lebih elastis dalam jangka panjang.

12 21 Tabel 6. Lanjutan Nama dan Tahun Hendry Alfianto, 2009 Judul Penelitian Analisis Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar Data dan Metode Penelitian Data sekunder (time series) selama 15 tahun yaitu dari tahun Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan cara langsung melalui pendekatan produksi, secara matematis dirumuskan : Q t = b 0 + b 1 P t-1 + b 2 P it + b 3 Q t-1 + b 4 P st-1 + b 5 A t + b 6 R t + E Hasil Penelitian Variabel harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya dan luas areal panen bawang merah tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar. Elastisitas penawaran bawang merah dalam jangka pendek terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya, harga pupuk SP36 tahun t, produksi bawang merah tahun sebelumnya dan luas areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis. Untuk elastisitas penawaran bawang merah dalam jangka panjang terhadap perubahan harga bawang merah tahun sebelumnya, produksi bawang merah tahun sebelumnya, dan luas areal panen bawang merah tahun t bersifat inelastis, sedangkan harga pupuk SP36 tahun t bersifat elastis terhadap perubahan penawaran bawang merah di Kabupaten Karanganyar Landasan Teori Respon Beda Kala (Lag) dalam Komoditi Pertanian Salah satu karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu antara menanam dan memanen yang disebut dengan gestation periode atau beda kala (lag). Hasil yang diperoleh petani didasarkan pada perkiraan-perkiraan

13 22 periode mendatang dan pengalamannya di masa lalu. Apabila terjadi peningkatan harga output suatu komoditas pertanian pada saat tertentu maka peningkatan itu tidak akan segera diikuti oleh peningkatan areal dan produktivitas, karena keputusan alokasi sumber daya telah ditetapkan petani pada saat sebelumnya. Respon petani terjadi setelah beda kala (lag) sebagai dampak perubahan harga input, output, dan kebijakan pemerintah (Gujarati, 2004). Peubah beda kala (lagged variable) sering dimasukkan ke dalam model ekonometrik yang menduga respon pelaku ekonomi. Alasannya adalah respon dari pelaku ekonomi untuk merespon terhadap perubahan-perubahan peubah yang mempengaruhi mereka pada umumnya tidak dapat segera diwujudkan, karena diperlukan suatu penyesuaian terlebih dahulu. Dengan demikian, peubah beda kala (lag) dalam model merupakan salah satu cara untuk mempertimbangkan lamanya waktu proses penyesuaian dari perilaku ekonomi dan proses dinamis dari proses tersebut (Koutsoyiannis, 2001). Dalam Gujarati (2004), ada tiga alasan pokok yang mendasari penggunaan variabel beda kala yaitu: 1. Alasan Psikologis. Disebabkan oleh adanya kebiasaan (habit) terhadap perilaku lama atau kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri. Secara umum, model fungsi respon penawaran hasil-hasil pertanian dipengaruhi oleh tingkat penawaran periode sebelumnya, harga-harga input dan output periode sebelumnya serta faktor-faktor lain. Para petani biasanya enggan untuk melakukan perubahan-perubahan karena pada umumnya terpaku pada tradisi atau kebiasaan lama.

14 23 2. Alasan teknis. Proses produksi pertanian membutuhkan waktu antara saat menanam dan saat memanen sehingga tergantung pada peubah-peubah beda kala (lag). Demikian pula introduksi teknik produksi baru memerlukan waktu untuk sampai diadopsi oleh petani dan sampai petani mahir dalam menggunakan teknik produksi baru sebelum pada akhirnya dapat meningkatkan produksi penawarannya. 3. Alasan kelembagaan. Perubahan tidak dapat terjadi begitu saja karena ada aturan atau kelembagaan yang mengikat seperti adanya perjanjian kontrak waktu produksi dan aturan-aturan yang bersifat kelembagaan lainnya Model Perilaku Penyesuaian Parsial Nerlove Dari semua model ekonometrik yang digunakan untuk mengestimasi respon penawaran produk pertanian dan perkebunan, model Nerlove adalah salah satu model yang paling sukses dan banyak digunakan serta terus diuji oleh banyak studi untuk memperbaiki model ini. Berdasarkan Gujarati (2004), sebuah model dikatakan dinamis jika nilai berikutnya dari variabel dependen dipengaruhi oleh nilai pada periode sebelumnya, bentuk yang tereduksi (reduced form) dari model Nerlove akan berbentuk model autoregressive karena model tersebut memasukkan nilai lag dari variabel dependen di antara variabel-variabel penjelasnya. Pada dasarnya, petani dapat merespon perubahan harga pada tahun t, t-1, t-2, dan seterusnya. Namun dalam kenyataannya untuk merubah proses produksi diperlukan tenggang waktu. Untuk mengetahui harga pada tahapan mana penawaran bersifat responsif, maka perubahan harga pada beberapa tahun tersebut dapat dimasukkan sebagai peubah penjelas dalam respon penawaran. Akan tetapi

15 24 secara statistik sangat besar peluang muncul masalah kolinieritas ganda (multi collinearity) yang serius antara peubah-peubah penjelas tersebut. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi model untuk menghindari masalah kolinieritas ganda tersebut dan sekaligus tetap mempertimbangkan pengaruh lag harga (Ritonga, 2004) Model Nerlove Nerlove mengembangkan model penyesuaian parsial dan merumuskan bahwa tingkat output yang diinginkan (Y* t ) dipengaruhi oleh tingkat harga dan teknologi. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Y* t = b 0 + b 1 P t + b 2 T t... (2.1) Dimana: Y* t adalah tingkat output yang diinginkan pada tahun ke-t, P t adalah harga pada tahun ke-t, T t adalah teknologi (LaFrance and Oscar R. Burt, 1983) Tingkat output yang diinginkan (Y* t ) tidak dapat diamati secara langsung karena masih merupakan target (bukan aktual). Untuk mengatasinya maka Nerlove mempostulatkan hipotesis yang dikenal sebagai hipotesis perilaku penyesuaian parsial. Hipotesis perilaku penyesuaian parsial oleh Nerlove ini dapat dituliskan sebagai berikut: Y t - Y t-1 = δ (Y* t - Y t-1 )... (2.2) Dimana : Y t - Y t-1 = Perubahan tingkat output yang sebenarnya terjadi Y* t - Y t-1 = Perubahan tingkat output yang diinginkan δ = Koefisien penyesuaian parsial (0 < δ < 1)

16 25 Perubahan tingkat output yang sebenarnya terjadi merupakan proporsi tertentu dari perubahan tingkat output yang diinginkan. Proporsi tertentu ini disebut sebagai koefisien penyesuaian parsial (δ) yang nilainya terletak di antara 0 sampai 1. Jika: Nilai δ = 0, maka tidak ada perubahan apapun pada tingkat output yang diinginkan Nilai δ = 1, maka tingkat output yang diinginkan sama dengan tingkat output yang sebenarnya terjadi (LaFrance and Oscar R. Burt, 1983). Persamaan (2.2) dapat disusun kembali menjadi : Y t - Y t-1 = δ (Y* t - Y t-1 ) Y t = δ Y* t δ Y t-1 + Y t-1 Y t = δ Y* t + (1 - δ) Y t-1... (2.3) Tingkat output pada periode tertentu dipengaruhi oleh tingkat output yang diinginkan dan tingkat output pada periode sebelumnya. Bila persamaan (2.1) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.3), dan menyusunnya kembali maka akan diperoleh persamaan: Y t = δ Y* t + (1 - δ) Y t-1, dimana : Y* t = b 0 + b 1 P t + b 2 T t, maka : Y t = δ (b 0 + b 1 P t + b 2 T t ) + (1- δ) Y t-1 Y t = δ b 0 + δ b 1 P t + δ b 2 T t + (1- δ) Y t-1 Y t = a 0 + a 1 P t + a 2 T t + a 3 Y t-1... (2.4)

17 26 Dimana : Y t = Tingkat output pada periode ke-t Y t-1 = Tingkat output pada periode ke t-1 P t T t δ = Harga pada periode ke-t = Teknologi pada periode ke-t = (1- a 3 ), b 0 = a 0 / δ, b 1 = a 1 / δ, b 2 = a 2 / δ Untuk menganalisis elastisitas penawaran suatu komoditas yang menggambarkan ketanggapan (responsiveness) jumlah komoditas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditas itu sendiri, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: E SR = a i Pt Yt dan E LR = ESR δ... (2.5) Dimana : E SR = Elastisitas jangka pendek E LR = Elastisitas jangka panjang a i Pt Yt = Koefisien regresi variabel bebas, yaitu harga komoditas = Rata-rata variabel bebas, yaitu harga komoditas = Rata-rata variabel tak bebas, yaitu tingkat output δ = Koefisien penyesuaian parsial, yang besarnya 0 < δ < 1 Dengan kriteria, apabila: E > 1 : penawaran bersifat elastis. Artinya, setiap perubahan variabel bebas, yaitu harga komoditas sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan tingkat output lebih besar dari 1%.

18 27 E < 1 : penawaran bersifat inelastis. Artinya, setiap perubahan variabel bebas, yaitu harga komoditas sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan tingkat output lebih kecil dari 1% Kerangka Pemikiran Kacang tanah merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang penting setelah kacang kedelai. Peluang pengembangan kacang tanah masih terbuka luas sejalan dengan berkembangnya pemanfaatan kacang tanah baik untuk konsumsi langsung, industri pangan olahan, pakan ternak dan industri lainnya yang berbahan baku kacang tanah. Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas produk pertanian yang ditawarkan oleh produsen berdasarkan harga yang telah ditentukan kepada pembeli, sehingga terjadi tawar menawar terhadap harga komoditas pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran produk pertanian adalah harga komoditas itu sendiri, teknologi, harga input, harga produk lain, jumlah produsen dan ekspektasi terhadap harga komoditas itu di masa depan. Di dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran kacang tanah yaitu: luas areal panen kacang tanah, harga kacang tanah, harga jagung, harga pupuk TSP dan penawaran kacang tanah pada periode sebelumnya. Di dalam penelitian ini, penawaran kacang tanah menggunakan model penyesuaian parsial oleh Nerlove. Salah satu karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu antara menanam dan memanen yang disebut dengan gestation periode atau beda kala (lag). Melalui penggunaan beda kala (lag) dalam fungsi penawaran maka dapat dihitung elastisitas penawaran

19 28 kacang tanah terhadap harga kacang tanah itu sendiri, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kacang tanah dan analisis mengenai elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga kacang tanah itu sendiri, di Sumatera Utara pada jangka pendek dan jangka panjang, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Penawaran Kacang Tanah Jangka Pendek Elastisitas Penawaran Kacang Tanah Faktor selain harga komoditas itu sendiri: Luas areal panen kacang tanah (Ha) Harga jagung pipilan (Rp/Kg) Harga pupuk TSP (Rp/Kg) Penawaran kacang tanah pada periode sebelumnya (Ton) Faktor harga komoditas itu sendiri: Harga kacang tanah (Rp/Kg) Jangka Panjang Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

20 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel luas areal panen kacang tanah, harga kacang tanah, harga jagung pipilan, harga pupuk TSP, dan penawaran kacang tanah pada periode sebelumnya berpengaruh nyata dan positif terhadap penawaran kacang tanah di Sumatera Utara. 2. Elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga kacang tanah itu sendiri, di Sumatera Utara bersifat inelastis pada jangka pendek (short run) maupun pada jangka panjang (long run).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bawang merah sangat dibutuhkan sebagai bumbu dapur. Meskipun sering dibutuhkan, tetapi orang tidak mau menanam di pekarangan. Padahal, bawang merah dapat ditanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah elastisitas. Pemahaman elastisitas dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto POKOK BAHASAN: ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Suharyanto Tujuan Perkuliahan ini: Mahasiswa dapat menganalisis sensitivitas respon perubahan permintaan dan penawaran akibat perubahan harga dan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian HARGA KESEIMBANGAN Dalam ilmu ekonomi, harga keseimbangan atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1 Harga Harga Keseimbangan dibentuk oleh Harga Pendapatan Selera Konsumen Harga Barang Lain Perkiraan dipengaruhi oleh Permintaan dijelaskan oleh Hukum Permintaan berbeda-beda dalam hal Penawaran dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

Gambar 5. Kurva Penawaran Barang Sumber: https://bit.ly/2kqdktv

Gambar 5. Kurva Penawaran Barang Sumber: https://bit.ly/2kqdktv c. Hukum Penawaran Dari beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran tersebut, harga adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi penawaran. Sehingga para ahli ekonomi membuat hukum penawaran yaitu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Data Botanis Tanaman Kentang Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk diusahakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, disintesakan (dirangkum), dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga pokok permasalahan (faktor),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan ialah metode penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang bersifat noneksploratif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas Geografi Kabupaten Langkat a. Geografi Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3 0 14 00 dan 4 0 13 00 Lintang Utara dan antara 97 0 52 00 dan 98 0 45 00 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

ELASTISITAS HARGA Elastisitas Permintaan

ELASTISITAS HARGA Elastisitas Permintaan ELASTISITAS HARGA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat: 1. Elastisitas Permintaan 1. Permintaan Elastis ( Ed > 1 1) 2. Permintaan Inelastis ( Ed < 1 1). 3. Permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Nifka Nisarafika, Endang Siti Rahayu, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, karena dalam penelitian ini menggunakan dua variabel. Metode eksplanasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu cara pengambilan lokasi dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 Elastisitas... adalah ukuran seberapa besar para pembeli dan penjual memberikan reaksi terhadap perubahanperubahan kondisi yang terjadi di pasar. 2 Elastisitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Chairia*), Dr. Ir Salmiah, MS**), Ir. Luhut Sihombing, MP**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakutas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Gula terdiri dari beberapa jenis dilihat dari keputihannya melalui standar ICUMSA (International Commision

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH DEWI SAHARA 1) DAN ENDANG S. GUNAWATI 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jend.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

METODE ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND KOMODITAS PERTANIAN

METODE ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND KOMODITAS PERTANIAN METODE ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND KOMODITAS PERTANIAN disampaikan oleh: Hermanto Siregar Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis, IPB Seminar Nasional Arah dan Metodologi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN Lecture note : Tatiek Koerniawati Karakteristik Harga Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya Ada time lag dalam produksi on farm Gap antara pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi padi Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur

Lebih terperinci

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN A. Pengertian Elastisitas Permintaan Elasstisitas permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan atau respon perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ELASTISITAS HARGA DAN PENGARUH IMPOR KEDELAI TERHADAP PRODUKSI DALAM NEGERI

ELASTISITAS HARGA DAN PENGARUH IMPOR KEDELAI TERHADAP PRODUKSI DALAM NEGERI ELASTISITAS HARGA DAN PENGARUH IMPOR KEDELAI TERHADAP PRODUKSI DALAM NEGERI Agung Budi Santoso 1 dan Abi Supiyandi 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Soplanit Rumah Tiga Ambon PO Box

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data dan Surnber Data

METODE PENELITIAN. Data dan Surnber Data METODE PENELITIAN Data dan Surnber Data Berdasarkan kelengkapan data yang tersedia maka penelitian ini hanya dilakukan untuk Pulau Jawa, yaitu Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA Septionery Sibuea *), Thomson Sebayang **) dan Satia Negara Lubis **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. model sesuai dengan karakteristik komoditas yang akan ditelaah. Penawaran

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. model sesuai dengan karakteristik komoditas yang akan ditelaah. Penawaran II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. TEORI RESPON PENAWARAN Teori respon penawaran didasarkan atas teori penawaran yang umum dikenal dalam teori ekonomi mikro. Dalam aplikasinya ditemukan beberapa

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN:

TUJUAN PEMBELAJARAN: PERTEMUAN KE-ENAM PENAWARAN PRODUK PERTANIAN NUR BALADINA, SP. MP. TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS TUJUAN PEMBELAJARAN: Pada akhir perkuliahan mhs diharap mampu: Mengenal

Lebih terperinci

MINGGU 4. PRODUKSI PERTANIAN DAN PENAWARAN

MINGGU 4. PRODUKSI PERTANIAN DAN PENAWARAN MINGGU 4. PRODUKSI PERTANIAN DAN PENAWARAN Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Produksi pertanian merupakan suatu proses

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI Pertemuan 5 Ekonomi Pertanian PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI Oleh : Agustina BIDARTI, S.P., M.Si. Sosek Pertanian FP Unsri Definisi Usahatani (pertanian rakyat/farm) : Suatu tempat atau bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

Elvina Rohana, Nella Naomi D dan Karmini Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Elvina Rohana, Nella Naomi D dan Karmini Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Permintaan dan Penawaran Kedelai (Glycine L. Merill) 47 PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI (GLYCINE MAX (L) MERRIL) DI KOTA SAMARINDA (Soybean (Glycine Max (L) Merril) Demand and Supply in Samarinda City)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA No. 16/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA SEMENTARA 2015) Produksi padi tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 25.563 ton GKG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Organisasi Produksi dan Fungsi Produksi Organisasi Produksi TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Produksi (production) adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beruoa barang dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci