BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
|
|
- Liani Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik. Salah satunya adalah dari bahan pangan hewani. Kebutuhan konsumsi hewani erat kaitannya dengan supply daging dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh supply yang memadai. Pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu tujuan pembangunan Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan dan tingkat pendidikan. Salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewani yang berupa protein, dimana salah satunya terdapat pada daging sapi. Hampir semua orang suka makan daging sapi. Semakin tinggi tingkat penghasilan individu, biasanya permintaan daging sapi pun meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan individu untuk membeli daging sapi, yang memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga daging kambing ataupun harga daging ayam. Permintaan daging sapi tidak mengenal musim. Setiap hari pasti ada permintaan terhadap daging sapi. Bahkan, pada hari-hari besar seperti lebaran, lebaran haji, natal, tahun baru, serta upacara adat; permintaan daging sapi akan mengalami peningkatan yang cukup drastis. Peningkatan permintaan daging sapi yang melonjak seperti ini mengakibatkan kenaikan harga yang sangat signifikan dari harga awal. Biasanya peningkatan harga ini akan berlangsung cukup lama,
2 hingga beberapa hari atau minggu setelah perayaan hari besar selesai. Setelah selesai hari raya besar, biasanya permintaan akan daging sapi berangsur turun sehingga harga daging sapi akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga menjadi stabil. Walaupun banyak orang yang menyukai dan mengkonsumsi daging sapi, konsumsi daging sapi di Indonesia masih tergolong rendah taitu 1,8 2 kg/kapita/tahun. Angka ini masih jauh dari konsumsi daging Negara tetangga, seperti Malaysia yaitu 7 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2011, Dinas Peternakan Sumatera Utara menyebutkan bahwa populasi sapi potong di Kota Medan hanya ekor dengan produksi daging sapi mencapai 3.233,36 ton. Sementara permintaan daging sapi di kota Medan hanya 1,522 kg/kapita/tahun. Ini masih jauh dibawah standard konsumsi daging di Indonesia yaitu 6,5 kg/kapita/tahun (Simamora, 2008) Kandungan Gizi dalam Daging Sapi Sapi atau lembu adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Adapun dalam tulisan Anonimous (2012), kandungan dan manfaat yang terdapat dalam daging sapi adalah sebagai berikut : a. Zat Besi Zat besi adalah salah satu kebutuhan penting bagi tubuh kita. Kita bisa mendapatkan zat besi dari daging sapi karena daging sapi mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia sehingga tubuh menjadi lesu.
3 Zat besi pada daging sapi bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh, mempengaruhi semangat belajar anak dan juga sebagai benteng bagi tubuh kita karena zat besi bisa meningkatkan kekebalan tubuh. b. Protein Daging sapi juga mengandung kandungan gizi yang tidak kalah pentingnya dari zat besi, yaitu proetin. Protein sangat penting karena bisa membantu perkembangan otak pada anak. Selain itu protein juga bisa membantu tubuh Anda untuk membentuk jaringan baru pada otot-otot Anda. c. Selenium Kandungan gizi lainnnya pada daging sapi adalah selenium. Selenium sangat dibutuhkan untuk membentuk zat antioksidan dan meningkatkan imunitas anak. d. Seng atau Zinc Zat seng juga terdapat pada daging sapi. Zat ini memiliki fungsi untuk meningkatkan metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan zat seng bisa menyebabkan gangguan pada pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma serta mengganggu fungsi kekebalan tubuh. e. Vitamin B Kompleks Konsentrasi dan daya ingat bisa menjadi masalah tersendiri bagi kita. Vitamin B kompleks pada daging sapi membantu kerja sistem saraf otak sehingga mampu membantu menjaga konsentrasi dan meningkatkan daya ingat. f. Omega 3 Kandungan gizi daging sapi yang terakhir adalah omega 3. Omega 3 membantu fungsi jantung, sistem saraf pusat dan hati. Dalam 150 gram daging sapi, terkandung sekitar 30 gram asam lemak Omega 3.
4 2.1.2 Permintaan Daging Sapi Rasyaf (2010) menuliskan bahwa masyarakat kita telah biasa menyertakan daging sapi dalam menu makanan harian dikarenakan oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging sapi ini akan menghasilkan permintaan. Di masa mendatang, permintaan daging sapi diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan permintaan daging sapi semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, permintaan daging sapi untuk dikonsumsi di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran daging sapi secara nasional. Santoso dan Titik (2011) menuliskan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa. Pembeli daging sapi bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu daging sapi. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut (Rasyaf, 2011) adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni: 1. Banyak peternak dan distributor yang masih mempunyai anggapan bahwa daging sapi itu dekat dengan mereka yang penghasilan menengah ke atas sehingga
5 tidak heran bila pemasar daging sapi banyak dilakukan di kota-kota besar yang dianggap potensial. 2. Alasan lain adalah biaya transportasi dan potensi daya beli masyarakat di wilayah pemasaran. Memang pemasaran antar wialayah itu dilakukan pada daerah sekitar peternakan atau terbatas pada kemampuan yang layak secara ekonomis. Itulah sebabnya banyak peternakan yang berdiri di sekitar kota besar saja, sekalipun pasarnya sudah jenuh. 2.2 Landasan Teori Permintaan Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas (jumlah) barang yang di minta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan harga tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991). Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang
6 maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ). Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu. Konsep permintaan didasarkan pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal utility), yang menyatakan bahwa dengan makin banyaknya produk yang dikonsumsi, makin berkurang kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan selanjutnya. Hal ini merupakan penyebab dari kemiringan negatif kurva permintaan dan hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Menurut Nasution (2008), perubahan permintaan terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama (harga barang itu sendiri) maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang. Pengaruh barang lain terhadap jumlah permintaan atas suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer.
7 Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan relatif mendominasi dalam perekonomian baik dalam skala mikro maupun makro. Kekuatan permintaan berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara (Putong, 2005). Komoditi dipakai untuk memenuhi keinginan dan keperluan, dan hampir selalu ada lebih dari satu komoditi yang dapat memenuhi setiap keinginan atau keperluan. Komoditi-komoditi semacam itu bersaing satu sama lain untuk memperoleh perhatian pembeli (Kadariah, 1994). Bila harga suatu barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pendapatan (Nicholson, 1994). Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994) Permintaan Hasil Hasil Pertanian Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencakup:
8 Subsektor perkebunan Subsektor perikanan Subsektor peternakan. Putong (2005) menuliskan bahwa hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat tidak elastis (turun naiknya harga tidak terlalu berpengaruh pada permintaan). Karena diketahui komoditas pertanian tergolong sebagai komoditas konsumsi primer maka dalam jangka panjang permintaan atas produk tersebut relatif tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya. Permintaan produk pertanian ini tidak peka terhadap harga, akan tetapi harga relatif peka terhadap permintaan (harga cenderung naik apabila permintaannya naik). Oleh karenanya, dari sisi pandang hukum permintaan, permintaan komoditas pertanian relatif bersifat inelastis. Dari sisi pandang produsen, karena produk pertanian tidak bersifat siap jadi sebagaimana halnya produk manufaktur, penawaran relatif tidak merespon perubahan harga (berapapun harga jumlah barang yang ditawarkan relatif tetap). Pertambahan produksi hanya bisa dilakukan dengan cara memperluas lahan produksi (ekstensifikasi), penemuan teknologi pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan secara intensif. Pemanfaatan teknologi pengawetan (dalam kaleng) atau kemasan lainnya sangat bermanfaat untuk produksi yang bersifat alami, di mana hasilnya bergantung pada kemurahan alam dan sedikit faktor keberuntungan teknologi (Putong, 2005).
9 2.2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya berhubungan erat dengan harga barang tersebut, tetapi berhubungan erat dengan faktor lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga barang tersebut. Faktor selain harga barang itu sendiri adalah pendapatan rumah tangga, harga barang lain, selera konsumen, jumlah penduduk, faktor advertensi yang dilakukan pemerintah dan sebagainya (Muslich, 1997). Awalnya dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan adalah harga daging sapi, harga barang substitusi, harga barang komplementer, PDRB per kapita dan jumlah penduduk. a. Harga daging sapi Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997). Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif. Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997).
10 Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat. b. Harga barang substitusi Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, yaitu harga barang substitusi. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang substitusi karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masingmasing barang tersebut memiliki hubungan yang saling menggantikan fungsi kegunaannya (Mushlich, 1997). Jika harga daging sapi naik, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, jika harga daging sapi menurun, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami penurunan. c. Harga barang komplementer Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain sebagai pelengkap barang tersebut. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang pelengkap karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang tersebut memiliki hubungan yang saling melengkapi fungsi kegunaannya. Jika harga barang komplementer naik, maka akan meningkat pula harga barang yang membutuhkan barang pelengkap tersebut (Mushlich, 1997).
11 Jika harga daging sapi menurun, maka permintaan terhadap barang komplementer meningkat. Sebaliknya, jika harga daging sapi naik, maka permintaan terhadap barang komplementer menurun. d. PDRB per kapita Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997). Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun. e. Jumlah penduduk Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997). Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Dalam penelitian ini, awalnya faktor-faktor yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap permintaan daging sapi adalah kelima faktor diatas. Namun
12 saat data diolah, terjadi multikolinearitas yang dikarenakan kelima faktor diatas memeliki hubungan yang sangat kuat. Karena itu, agar tidak terjadi multikolinearitas, maka digunakanlah faktorfaktor dibawah ini. a. Harga daging sapi Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997). Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif. Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997). Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat. b. PDRB per kapita Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997).
13 Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun. c. Jumlah penduduk Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997). Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. d. Produksi Produksi adalah banyaknya jumlah barang yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah barang yang diproduksi, maka semakin tinggi permintaan terhadap barang tersebut. Jika semakin banyak daging sapi yang diproduksi, berarti semakin tinggi permintaan terhadap daging sapi. Sebaliknya, semakin rendah permintaan terhadap daging sapi maka semakin rendah jumlah daging sapi yang diproduksi.
14 2.2.4 Regresi Linier Berganda Yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa yang akan mendatang dengan menggunakan data masa lalu. Data masa lalu ini diolah dengan menggunakan metode analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan nilai variabel terikat dengan adanya perubahan dari variabel bebas. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan menggunakan persamaan linier. Jika menggunakan satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier berganda. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan. Menurut (Siregar, 2013) bentuk umum dari persamaan linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut. YY = aa 0 + bb 1 XX 1 + bb 2 XX 2 + bb 3 XX 3 + bb 4 XX 4 + µ Dimana : Y = variabel terikat a b 1 -b 4 = Konstanta = Koefisien variable regresi X 1 -X 4 = variabel bebas µ = kesalahan pengganggu
15 2.2.5 Pengujian Parameter Model Regresi Linier Berganda Menurut (Siregar, 2013), pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, baik secara serentak maupun secara parsial. a. Pengujian Parameter secara Serentak/Simultan (Uji F) Prosedur pengujian parameter secara serempak adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. H 1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. - Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H 0 : β = 0 H 1 : β 0 - Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian Jika F hitung F tabel atau sig > 0,05, maka H 0 diterima Jika F hitung > F tabel sig < 0,05, maka H 1 diterima - Menghitung F hitung dan F tabel - Membandingkan F hitung dan F tabel dan signifikan Tujuan membandingkan antara F hitung dengan F tabel dan signifikan adalah untuk mengetahui apakah H 0 diterima atau H 1 diterima berdasarkan kaidah pengujian. - Mengambil keputusan
16 Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H 0 atau H 1. b. Pengujian Parameter secara Parsial (Uji t) Prosedur pengujian parameter secara individual adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. H 1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. - Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H 0 : β = 0 H 1 : β 0 - Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian Jika t hitung t tabel atau sig > 0,05, maka H 0 diterima Jika t hitung > t tabel atau sig < 0,05, maka H 1 diterima - Menghitung t hitung dan t tabel - Membandingkan t hitung dan t tabel dan signifikansi Tujuan membandingkan antara t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansi adalah untuk mengetahui apakah H 0 diterima atau H 1 diterima berdasarkan kaidah pengujian.
17 - Mengambil keputusan Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H 0 atau H Kerangka Pemikiran Salah satu hasil dari subsektor peternakan yang memiliki peran penting dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah daging sapi. Dewasa ini permintaan daging sapi di Kota Medan sebagai bahan makanan pokok semakin meningkat. Namun sampai saat ini produksi daging sapi belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi. Upaya peningkatan produksi daging sapi di Kota Medan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan perluasan areal produksi. Hal ini bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan permintaan dan meningkatkan kebutuhan permintaan masyarakat. Disamping itu, pertambahan jumlah penduduk dan PDRB per kapita juga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan. Di Pasar, harga daging sapi selalu berubah sesuai dengan kondisi pasar. Perubahan harga daging sapi inilah yang nantinya akan mengakibatkan perubahan permintaan akan daging sapi. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
18 Permintaan Daging Sapi (Y) Harga Daging Sapi (X 1 ) Tingkat Pendapatan Per Kapita (X 2 ) Jumlah Penduduk (X 3 ) Produksi (X 4 ) Keterangan : : Pengaruh : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gambar1. Kerangka Hubungan Antar Variabel 2.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : Harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk, dan produksi berpengaruh nyata terhadap perubahan permintaan daging sapi di Kota Medan.
ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Dionica Putri 1), H M Mozart B Darus M.Sc 2), Dr.Ir.Tavi Supriana, MS 3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu peranan peternakan adalah menyediakan kebutuhan pokok untuk dikonsumsi penduduk. Kebutuhan konsumsi pokok penduduk salah satunya adalah kebutuhan akan protein.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH HARAFANI IMANNANDA E10013238 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang
Lebih terperinciANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan) JURNAL OLEH : NAZLY A. LUBIS 120304130
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini
PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan kurangnya mengkonsumsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa
Lebih terperinciANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan protein asal
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi Pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa dan diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN)
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang meningkat diiringi dengan perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, dan perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk
6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciJumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang
TINJAUAN PUSTAKA Hukum Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan akan suatu barang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini berprospek
Lebih terperinci6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON
103 6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 6.1 Pendahuluan Penyediaan pangan masih merupakan masalah penting di Indonesia. Sumber daya manusia Indonesia perlu dibangun agar tangguh dan kuat, dari
Lebih terperinciBoks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI
Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia
Lebih terperinciPROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA
PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Permintaan daging sapi di D.I Yogyakarta dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendapatan, jumlah penduduk, harga daging
Lebih terperinciANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN
ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia dikenal dengan istilah ayam ras dan ayam bukan ras. Dalam pengertian ayam ras menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Winda Ayu Wulandari *), Tavi Supriana **), dan M. Jufri **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan
Lebih terperinciPengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong
Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Tanrigiling Rasyid 1, Sofyan Nurdin Kasim 1, Muh. Erik Kurniawan 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sapi Indonesia, 6 November 2012,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia memiliki tingkat konsumsi protein yang masih relatif rendah dibanding negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu
Lebih terperinciHarga (Pq) Supply (S)
I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur yang mengandung zat gizi
Lebih terperinciprasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur Ayam Ras Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini adalah cabai merah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pada
Lebih terperinciPERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA
EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Annisa Adawiyah*), Rulianda P. Wibowo**), Siti Khadijah H. N **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.
20 III. METODE PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis data 1. Batasan Operasional Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan datang berdasarkan data yang ada dengan menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan
Lebih terperincipertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih
1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Daging Sapi Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia adalah sapi asli Indonesia
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI A.
7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah
III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini peternakan sapi potong masih dalam bentuk skala rumah tangga dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak dibudidayakan di daerah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA Siti Hardiyanti*), Satia Negara Lubis**), Sinar Indra Kesuma **) *) AlumniProgram Studi
Lebih terperinciPERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK
PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH
KODE : Sosial Humaniora ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH Zaenul Laily 1*, Wahyu Dyah Prastiwi 2 dan Hery Setiyawan 3 1 2 3 Fakultas Peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian
Lebih terperinciDESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR
Sosial Ekonomi DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR ST. Rohani 1 & Muhammad Erik Kurniawan 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.
Lebih terperinci