KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 08 September 2005 Penulis, ( Sumarna ).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 08 September 2005 Penulis, ( Sumarna )."

Transkripsi

1

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan seru sekalian alam. Buku Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi) ini dapat diselesaikan meskipun masih sangat singkat apabila dihadapkan kepada persoalan elektronika yang semakin berkembang. Perkembangan teknologi dan industri elektronika seperti yang sekarang terjadi menimbulkan kesulitan tersendiri untuk menulis satu buku ataupun menyelenggarakan suatu kuliah/kursus yang dapat memuat semua informasi tentang elektronika. Tetapi sehebat apapun perkembangan teknologi dan industri elektronika tidak terlepas dari konsep-konsep dasar tentang elektronika yang telah disemai oleh para pendahulu. Dalam upaya turut memahami, kalau perlu menguasai, teknologi elektronika dengan lebih kokoh kiranya perlu menguasai konsep-konsep dasarnya. Dalam rangka itulah, tidak berlebihan bila buku Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi) ini disusun dengan maksud turut berpartisipasi menyediakan sumber belajar yang memuat konsepkonsep dasar tentang elektronika digital. Kiranya buku ini dapat menjadi pengantar untuk kajian lebih lanjut dan dapat memenuhi keperluan bagi yang ingin mendapat pedoman secara mendasar. Dengan buku ini memungkinkan untuk memahami, merancang, dan menyusun rangkaian digital. Akhirnya, terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Bila dijumpai kesalahan dimohon dengan sangat agar berkenan memberikan teguran. Komentar, koreksi, kritik dan saran dari para pengguna dan pemerhati diterima dengan penuh penghargaan dan selanjutnya akan sangat berguna bagi perbaikan buku ini. Terima kasih. Yogyakarta, 08 September 2005 Penulis, ( Sumarna ). (sumarna@uny.ac.id)

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman i ii iii BAB I PENDAHULUAN. Pengantar 2. Sistem Analog dan Digital 2 3. Soal-soal 4 BAB II SISTEM BILANGAN 6. Basis-0 (desimal) 7 2. Basis-2 (biner) 7 3. Basis-8 (oktal) 8 4. Basis-6 (heksa-desimal) 8 5. Konversi (Pengubahan) Bilangan 9 6. Operasi Bilangan 6 7. Soal-soal 25 BAB III SISTEM SANDI (KODE) 28. Sandi BCD (biner Coded Decimal) Sandi Excess-3 (XS-3) 3 3. Sandi Gray 3 4. Sandi ASCII Bit Paritas Aplikasi Sistem Bilangan dan Sandi Soal-soal 39 BAB IV GERBANG LOGIKA 4

6 . Gerbang OR Gerbang AND Gerbang NOT (INVERTER) Gerbang NOR dan NAND Gerbang EX-OR dan EX-NOR Soal-soal 5 BAB V ALJABAR BOOLE 54. Pengertian Aljabar Boole Teorema dalam Aljabar Boole Minimalisasi Rangkaian Logika Secara Analitis Soal-soal 60 BAB VI PETA KARNAUGH 64. Bentuk Standar Fungsi Boole Peta Karnaugh (Peta K) 7 3. Minimalisasi Rangkaian Logika (Cara Grafis) Aplikasi Desain Rangkaian 8 5. Soal-soal 84 BAB VII RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH 87. Rangkaian Pembanding (Komparator) Rangkaian Penjumlah (Adder) Rangkaian Pengurang 4 4. Soal-soal 8 BAB VIII FLIP-FLOP (BISTABIL) 2. Flip-flop Set-Reset (FF-SR) Flip-flop J-K (FF-JK) Flip-flop J-K Master-Slave (FF-JKMS) 3 4. Flip-flop D (FF-D) dan Flip-flop T (FF-T) Flip-flop yang Dilengkapi dengan Preset dan Clear 33

7 6. Tabel Eksitasi Aplikasi Flip-flop Soal-soal 37 BAB IX MULTIVIBRATOR 4. Multivibrator Monostabil Multivibrator Astabil Picu Schmitt (Schmitt Trigger) Rangkaian Terpadu Monostabil, Astabil dan Picu 5 Schmitt 5. IC Pewaktu (Timer) Aplikasi Soal-soal 60 BAB X PENCACAH 62. Pencacah Biner Tak Sinkron (Serial atau Riak) Pencacah Biner Sinkron (Paralel) Soal-soal 85 BAB XI REGISTER 87. Register Jenis Register Aplikasi Soal-soal 96 BAB XII DEKODER (DEMULTIPLEKSER) DAN MULTIPLEKSER 99. Sistem BCD (Biner Coded Decimal) Dekoder Biner Ke BCD Dekoder BCD Ke Desimal Dekoder BCD Ke Peraga 7 Segmen Demultiplekser Multiplekser 27

8 7. Rangkaian Terpadu (IC) Dekoder/demultiplekser dan 223 multiplekser 8. Soal-soal 227 DAFTAR PUSTAKA 229

9 BAB I PENDAHULUAN. Pengantar Elektronika, khususnya elektronika digital, akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan apapun, meskipun menuju ke arah perbaikan, selalu disertai kekurangan-kekurangan maupun hal-hal yang tidak menyenangkan. Para insinyur yang telah berpengalaman sekalipun kadang merasa tertekan untuk dapat mengikuti kepesatan perkembangan elektronika. Lebih-lebih bagi para pemula tentu saja menghadapi masalah yang jauh lebih berat. Teknologi mutakhir yang paling mengagumkan dan yang memiliki fleksibilitas tinggi adalah komputer dan mikroprosesor. Komputer dan mikroprosesor dibangun dari rangkaian digital. Rangkaian digital terdiri dari sekelompok gerbang logika (logic gate) yang dapat menampilkan tugas-tugas yang sangat berguna. Rangkaian digital menjadi otak dunia teknologi. Rangkaian digital banyak digunakan untuk pengendalian proses (otomatisasi), mulai dari proses industri dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, robot, peralatan laboratorium, alat rumah tangga, hiburan, hingga permainan anak. Elektronika sering tampak seperti hutan belantara yang membingungkan oleh karena seakan-akan berisi hal-hal yang tidak jelas kaitannya. Di dalam suatu rangkaian terdiri dari komponen-komponen dengan nama-nama aneh, parameter-parameter yang tidak sederhana, dan teori yang rumit. Pernyataan ini tidak bertujuan untuk membuat kita menjadi pesimis, tetapi sebaliknya agar bersiap-siap untuk bekerja keras jika ingin berkecimpung dalam bidang elektronika. Thomas A. Edison pernah berpesan bahwa : Ada cara untuk menyempurnakan. Singkaplah!. Penelitian yang tidak kenal lelah meneruskan berbagai penemuan untuk menyempurnakan yang sudah ada dan untuk mendapatkan hal-hal yang baru. Melalui evaluasi gagasan, penelitian, kreativitas, inspirasi dan kerja keras telah

10 ditemukan hal-hal baru yang lebih inovatif dan semakin sempurna. Kita dapat mempelajari elektronika sampai sejauh yang kita perlukan. Oleh karenanya kita tidak perlu pesimis asal siap bekerja keras sampai dengan taraf tertentu kita dapat menguasainya. 2. Sistem Analog dan Digital Dalam sain, teknologi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain selalu berhadapan dengan besaran. Besaran tersebut diukur, dimonitor, dicatat, dimanipulasi secara matematis, dan lain-lain. Untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut selalu digunakan peralatan. Hal yang sangat penting berkaitan dengan perubahan besaran tersebut adalah dapat menyajikan nilainya dengan tepat dan efisien. Secara mendasar ada dua cara penyajian nilai numerik suatu besaran, yakni secara analog atau digital. Dengan demikian istilah analog dan digital terkait dengan cara besaran tersebut ditampilkan. Satu contoh penampilan besaran analog adalah pada speedometer kendaraan, tampak bahwa simpangan jarum speedometer sebanding dengan laju kendaraan tersebut. Posisi sudut jarum menunjukkan besarnya laju kendaraan dan posisi jarum mengikuti perubahan yang terjadi pada laju kendaraan. Contoh lain adalah pada termometer air raksa, posisi permukaan air raksa di dalam tabung berubah sebanding dengan perubahan suhu. Masih contoh besaran analog dapat dijumpai pada sistem audio. Tegangan keluaran yang dihasilkan pada alat tersebut sebanding dengan sinpangan gelombang suara yang mengenai mikropon. Perubahan tegangan keluaran mengikuti perubahan suara pada masukan. Jika diperhatikan dengan seksama, ciri khas dari tampilan analog adalah dapat berada pada sembarang nilai (berapapun) dalam batas-batas (jangkauan) tertentu, tidak ada nilai terlarang, kecuali di luar batas-batas tersebut (yang diijinkan). Satu contoh besaran yang ditampilkan secara digital dapat kita jumpai pada jam digital yang hanya menyediakan penunjukan jam dan menit (kadangkadang juga detik). Sebagaimana diketahui bahwa waktu berubah secara kontinyu tetapi jam tersebut tidak dapat menampilkan waktunya secara kontinyu. Tampilan jam itu hanya dapat berubah pada tingkat paling kecil dalam

11 menit (kadang-kadang dalam detik). Dengan kata lain, penyajian waktu tersebut berubah secara diskrit. Contoh lain tampilan digital adalah pada pencacahan partikel yang dipancarkan oleh suatu sumber radioaktif. Jelas bahwa cacah patikel hanya dapat berada pada bilangan bulat seperti tidak ada, satu, dua, tiga,, seribu satu, dan seterusnya. Tidak pernah terjadi cacah partikel pada bilangan yang tidak bulat seperti setengah, seribu seperempat, dan sebagainya. Ciri khas dari besaran maupun tampilan digital adalah hanya dapat berada pada nilai-nilai tertentu yang diskrit. Jika diperhatikan dengan seksama, kecenderungan piranti-piranti elektronika sekarang ini menuju pada otomatisasi (komputerisasi), minimalisasi (kecil, kompak), dan digitalisasi. Dengan otomatisasi segala pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah, dan akurat, seolah-olah pekerjaan dapat selesai dengan sendirinya. Dengan minimalisasi, bentuk fisik berbagai piranti elektronik menjadi semakin kecil dan kompak, tidak banyak menempati ruang tetapi kinerjanya sangat handal. Sedangkan dengan digitalisasi memungkinkan pengolahan data (sinyal, informasi) menjadi semakin menguntungkan. Kecenderungan pengolahan data dalam bentuk digital (digitalisasi) memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah :. Lebih tegas (tidak mendua), karena sinyal hanya ditampilkan dalam salah satu bentuk di antara YA atau TIDAK, HIDUP atau MATI, TINGGI atau RENDAH, atau 0, 0 VOLT atau 5 VOLT dan sebagainya. 2. Informasi digital lebih mudah dikelola (mudah disimpan dalam memori, mudah ditransmisikan, mudah dimunculkan kembali, dan mudah diolah tanpa penurunan kualitas). 3. Lebih tahan terhadap gangguan (noise) dalam arti lebih sedikit kena gangguan. Jika kena gangguan lebih mudah dikembalikan ke bentuk digitnya (dengan rangkaian Schmitt Trigger misalnya). 4. Konsumsi daya relatif rendah. Tetapi karena sifatnya yang diskrit, data (sinyal, informasi) digital tidak dapat berada pada nilai sembarang (kontinyu). Ada sinyal-sinyal yang secara alamiah

12 berbetuk diskrit, seperti pulsa-pulsa dari detektor partikel, bit-bit data dari saklar, keyboard, komputer, dan lain-lain akan lebih tepat jika digunakan elektronika digital. Dengan kenyataan seperti tersebut, antara elektronika analog (kontinyu) dan elektronika digital (diskrit) saling melengkapi karena masing-masing memiliki keunggulan dan sekaligus kelemahan tergantung dari lingkup kerjanya. Untuk keperluan sensor, elektronika analog lebih baik karena dalam batas-batas tertentu dapat memberikan nilai sembarang. Selain itu, elektronika analog juga sesuai untuk sinyal-sinyal kontinyu seperti pada sistem audio. Meskipun demikian tidak berarti antara elektronika analog dan digital tidak bisa dipadukan. Tidak jarang dikehendaki pengubahan data analog menjadi bentuk digital (dengan ADC : Analog to Digital Converter) atau sebaliknya (dengan DAC : Digital to Analog Converter) agar pengolahan data dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa piranti dengan sistem digital telah demikian canggihnya sehingga pekerjaan yang seharusnya diselesaikan dengan elektronika analog dapat dikerjakan dengan elektronika digital dengan hasil yang lebih menakjubkan. 3. Soal-soal. Apakah perbedaan antara sistem analog dan sistem digital? 2. Apakah cara penyajian besaran-besaran berikut termasuk dalam kategori analog atau digital? Jelaskan! a. Tekanan udara di dalam ban kendaraan. b. Ketinggian layang-layang dari permukaan tanah. c. Kuat arus listrik yang mengalir dalam resistor. d. Jumlah tablet yang dimasukkan ke dalam suatu wadah. e. Muatan listrik yang dimiliki oleh suatu benda. 3. Selain yang telah disebutkan pada soal nomor di atas, sebutkan masing-masing 5 (lima) contoh besaran yang bersifat : a. Analog. b. Digital.

13 4. Sebutkan masing-masing mengenai kelebihan dan keterbatasn rangkaian digital jika dibandingkan dengan rangkaian analog? 5. Mengapa komputer lebih cocok menggunakan sistem digital dari pada menggunakan sistem analog? Jelaskan! 6. Jelaskan, bagaimana keluaran dari suatu rangkaian dapat ditetapkan sebagai keluaran digital?

14 BAB II SISTEM BILANGAN Banyak sistem bilangan yang digunakan pada piranti digital, dan yang biasa digunakan adalah sistem-sistem bilangan biner, oktal, desimal, dan heksa-desimal. Sedangkan, dalam kehidupan sehari-hari kita sangat akrap dengan sistem bilangan desimal, (dasaan, basis-0, atau radiks-0). Meskipun sistem desimal sangat akrab dengan kita, tetapi sistem tersebut tidak mudah diterapkan dalam mesin digital. Sistem bilangan yang paling mudah diterapkan di dalam mesin digital adalah sistem bilangan biner (basis-2) karena sistem tersebut hanya mengenal 2 keadaan dan kemudian disimbolkan dengan 2 angka yakni 0 dan. Hal ini sesuai dengan 2 keadaan sistem pensaklaran di dalam mesin. Untuk memudahkan pembahasan, kita membagi sitem bilangan menjadi basis-0 dan basis-n, di mana n 2 dan n 0. Sehingga dikenal banyak sistem bilangan seperti basis-2, basis-3,, basis-8,, basis-0,, basis-6, dan seterusnya. Semua sistem bilangan tersebut temasuk ke dalam sistem bilangan berbobot, artinya nilai suatu angka tergantung dari posisi relatifnya terhadap koma atau angka satuan. Misalnya bilangan 5725,5 dalam desimal. Ketiga angka 5 memiliki nilai yang berbeda, angka 5 paling kanan bernilai lima persepuluhan, angka 5 yang tengah bernilai lima satuan sedangkan angka 5 yang lainnya bernailai lima ribuan. Untuk membedakan suatu bilangan dalam sistem bilangan tertentu digunakan konvensi notasi. Untuk basis-n kita menggunakan indeks n atau tanda lain yang disepakati. Sebagai contoh bilangan basis-2 akan ditulis dalam bentuk 2 untuk mencegah terjadinya salah pengertian dengan bilangan 8, 0, atau 6 dan seterusnya. Kadang-kadang indeks tersebut tidak dicantumkan jika basis bilangan tersebut sudah jelas. Misalkan secara khusus sedang membahas bilangan basis-8, maka bilanga-bilangan dalam pembahasan tersebut tidak disertai indeks. Sering pula dalam konvensi tersebut dijumpai bahwa suatu bilangan yang tidak disertai indeks berarti bilangan

15 tersebut dinyatakan dalam desimal atau basis-0. Selanjutnya dikenal beberapa cara menyatakan suatu bilangan dalam basis-6 atau heksa-desimal. Cara menyatakan basisnya adalah dengan menyertakan indeks 6, atau di belakang bilangan diikuti dengan huruf h, atau sebelum atau sesudah bilangan itu dicantumkan huruf H atau tanda # atau tanda $. Contoh 96 6 = 96h = H96 = #96 = $96 = 96H.. Basis-0 (desinal) Dalam sistem desimal (basis-0) memupnyai simbol angka (numerik) sebanyak 0 buah simbol, yaitu 0,, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Nilai suatu bilangan dalam basis-0 dapat dinyatakan sebagai (N x 0 a ) dengan N = 0,, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan a =, -3, -2, -, 0,, 2, 3, (bilangan bulat yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan). Contoh : = 3 x x x 0 0 0,6 0 = 0 x x x 0-2 = 6 x x ,08 0 = 9 x x x x x Basis-2 (biner) Dalam sistem biner (basis-2) memupnyai simbol angka (numerik) sebanyak 2 buah simbol, yaitu 0, dan. Nilai suatu bilangan basis-2 dalam basis-0 dapat dinyatakan sebagai (N x 2 a ) dengan N = 0 atau ; dan a =, -3, -2, -, 0,, 2, 3, (bilangan bulat dalam desimal yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan). Contoh : 0 2 = x x x 2 0 = = ,0 = 0 x x x x 2-3 = 0 + 0, ,25 = 0,625 0

16 ,0 = x 2 + x x 2-2 = ,25 = 3, Basis-8 (oktal) Dalam sistem oktal (basis-8) memupnyai simbol angka (numerik) sebanyak 8 buah simbol, yaitu 0,, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Nilai suatu bilangan basis-8 dalam basis-0 dapat dinyatakan sebagai (N x 8 a ) dengan N = 0,, 2, 3, 4, 5, 6, atau 7; dan a =, -3, -2, -, 0,, 2, 3, (bilangan bulat dalam desimal yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan). Contoh : 647,35 8 = 6 x x x x x 8-2 = , ,07825 = 423, Basis-6 (heksa-desimal) Dalam sistem heksa-desimal (basis-6) memupnyai simbol angka (numerik) sebanyak 6 buah simbol. Karena angka yang telah dikenal ada 0 maka perlu diciptakan 6 simbol angka lagi yaitu A, B, C, D, E, dan F dengan nilai A 6 = 0 0 ; B 6 = 0, C 6 = 2 0, D 6 = 3 0, E 6 = 4 0, dan F 6 = 5 0. Dengan demikian simbol angka-angka untuk sistem heksa-desimal adalah 0,, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F. Nilai suatu bilangan basis-6 dalam basis-0 dapat dinyatakan sebagai (N x 6 a ) dengan N = 0,, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0,, 2, 3, 4, atau 5; dan a =, -3, -2, -, 0,, 2, 3, (bilangan bulat dalam desimal yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan). Contoh : 584AED 6 = 5 x x x x x 6 0 = =

17 E,A 6 = 4 x x x 6-2 = 4 + 0, , = 4, Konversi (Pengubahan) Bilangan Ada kalanya kita perlu menyatakan suatu bilangan dalam basis yang berbeda atau mengubah (mengkonversi) suatu bilangan dari satu basis ke basis yang lain. Misalkan, konversi bilangan dari basis-n ke basis-0, konversi bilangan dari basis-0 ke basis-n, atau konversi bilangan dari basis-n ke basism. Untuk konversi bilangan dari basis-n ke basis-0 telah dikemukakan ketika menyatakan nilai suatu bilangan dari basis-n ke dalam basis-0. Konversi bilangan dari basis-0 ke basis-n Setidaknya ada dua cara untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan dalam basis selain 0. Cara pertama, biasanya untuk bilangan yang kecil, adalah kebalikan dari proses konversi bilangan dari basis-n (selain 0) ke basis-0 (desimal). Bilangan desimal itu dinyatakan sebagai jumlah dari sukusuku yang setiap suku merupakan hasil kali suatu angka (N) dan bilangan n pangkat bulat, kemudian angka-angka tersebut dituliskan dalam posisi yang sesuai. Secara umum dapat dituliskan sebagai (Bilangan) 0 = (N x n a ). dengan N menyatakan simbol angka yang diijinkan dalam basis-n, n menyatakan basis bilangan yang dituju, a merupakan bilangan bulat dalam basis-0 yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan, dan semua posisi yang tercakup harus diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa ilustrasi berikut : (). Ubahlah bilangan 98 0 ke dalam basis-2 yang setara!

18 98 0 = (N x n a ) = (N x 2 a ) = N x 64 + N x 32 + N x 2 = x x x 2 (semua posisi belum diperhitungkan) = x x x x x x x 2 0 = = Perhatikan bahwa 0 ditempatkan dalam posisi 2 4, 2 3, 2 2, dan 2 0 semua posisi harus diperhitungkan. karena (2). Ubahlah bilangan ke dalam basis-8 yang setara! = (N x n a ) = (N x 8 a ) = N x 52 + N x 64 + N x 8 = 2 x x x 8 (semua posisi belum diperhitungkan) = 2 x x x x 8 0 = = Perhatikan bahwa 0 ditempatkan pada posisi 8 0 harus diperhitungkan. karena semua posisi (3). Ubahlah bilangan ke dalam heksa-desimal yang setara! = (N x n a ) = (N x 6 a ) = N x N x N x 6 + N x 6 0 = 4 x A x x x 6 0 (semua posisi telah diperhitungkan) = 4 A 3 E = 4A3E 6.

19 Cara ke dua dikenal sebagai pembagian berulang. Cara ini sangat baik untuk bilangan desimal yang kecil maupun yang besar. Cara konversinya adalah membagi bilangan desimal dan hasil baginya secara berulang dengan basis tujuan kemudian menuliskan sisanya hingga diperoleh hasil bagi 0. Hasil konversinya adalah menuliskan sisa pertama pada posisi yang paling kecil dan sisa terakhir pada posisi yang paling besar. Untuk lebih jelasnya berhatikan beberapa ilustrasi berikut : (). Ubahlah bilangan 98 0 ke dalam basis-2 yang setara! 98 = 49, sisa = 24, sisa 2 24 = 2, sisa = 6, sisa = 3, sisa 0 =, sisa = 0, sisa Sisa dituliskan dari bawah : Jadi 98 0 =

20 (2). Ubahlah bilangan ke dalam basis-8 yang setara! 368 = 7, sisa = 2, sisa = 2, sisa = 0, sisa 2 Sisa dituliskan dari bawah : Jadi = (3). Ubahlah bilangan ke dalam heksa-desimal yang setara! 9006 = 87, sisa 4 (= E) 6 87 = 74, sisa = 4, sisa 0 (= A) = 0, sisa 4 Sisa dituliskan dari bawah : 4 A 3 E Jadi = 4A3E 6. Untuk mengubah bilangan desimal tidak bulat (pecahan) dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama mengubah bagian bulat (di sebelah kiri tanda koma)

21 dengan cara seperti yang telah dijelaskan di atas. Tahap ke dua mengubah bagian pecahannya (di sebelah kanan tanda koma) dengan cara bahwa bilangan pecahan dikalikan berulang-ulang dengan basis tujuan sampai hasil perkalian terakhir sama dengan 0 setelah angka di sebelah kiri tanda koma dari hasil kali setiap perkalian diambil. Selanjutnya angka-angka di sebelah kiri koma yang diambil tadi dituliskan secara berderet dari kiri ke kanan. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi pada konversi bilangan 98,375 0 menjadi basis-2 yang setara! Tahap pertama mengubah bilangan bulat 98 0 ke dalam basis-2 yang hasilnya adalah Tahap ke dua mengubah bilangan pecahan 0,375 0 ke dalam basis-2 sebagai berikut : 0,375 x 2 = 0,75 dan angka di sebelah kiri koma adalah 0 0,75 x 2 =,5 dan angka di sebelah kiri koma adalah 0,5 x 2 =,0 dan angka di sebelah kiri koma adalah. Hasil pengambilan angka di sebelah kiri koma adalah : 0,0. Selanjutnya hasil konversi kedua tahap tersebut digabungan sesuai dengan posisinya. Hasil gabungannya adalah 0000,0. Dengan demikian 98,375 0 = 0000,0 2. Contoh berikutnya adalah mengubah bilangan 368,25 0 ke dalam basis-8 yang setara. Tahap pertama adalah mengubah bagian bulatnya (di sebelah kiri koma) yaitu ke dalam basis-8 yang hasilnya telah diperoleh sebesar Tahap ke dua adalah mengubah bagian pecahannya (di sebelah kanan koma) yaitu 0,25 0 ke dalam basis-8 dengan cara sebagai berikut : 0,25 x 8 = 2,0 dan bilangan di sebelah kiri koma adalah 2. Setelah 2 diambil maka sisanya adalah 0 dan proses perkalian berakhir. Hasil pengambilan angka di sebelah kiri koma adalah : 0,2. Selanjutnya hasil konversi kedua tahap tersebut digabungan sesuai dengan posisinya. Hasil gabungannya adalah 2530,2. Dengan demikian 368,25 0 = 2530,2 8. Perlu

22 dicatat bahwa tidak semua pecahan mudah dikonversi. Ada kalanya hasil konversi bilangan pecahan tersebut sangat panjang atau bahkan tidak pernah dihasilkan bilangan yang tepat. Sebagaimana pecahan 2/3 yang dikonversikan ke dalam bentuk desimal menghasilkan 0, di mana angka 6 tidak akan pernah berakhir. Misalnya bilangan 34,275 0 diubah ke dalam bilangan basis-8 yang setara. Bagian bulatnya menghasilkan 4 x x 8 0 atau Sedangkan bagian pecahannya dikonversi dengan cara berikut : 0,275 x 8 = 2,2 dan angka di sebelah kiri koma adalah 2 0,2 x 8 =,6 dan angka di sebelah kiri koma adalah 0,6 x 8 = 4,8 dan angka di sebelah kiri koma adalah 4 0,8 x 8 = 6,4 dan angka di sebelah kiri koma adalah 6 0,4 x 8 = 3,2 dan angka di sebelah kiri koma adalah 3 0,2 x 8 =,6 dan angka di sebelah kiri koma adalah dan seterusnya. Jadi 34,275 0 = 42, di mana angka 463 tidak akan pernah berakhir. Konversi bilangan dari basis-n ke basis-m (keduanya bukan basis-0) Untuk mengkonversi suatu bilangan basis-n (bukan basis-0) menjadi bilangan basis-m (bukan basis-0) dengan n m diperlukan konversi ke basis- 0 sebagai perantara. Karena kita telah akrap dengan bilangan basis-0. Dengan demikian perlu dua tahap konversi. Tahap pertama mengkonversi bilangan dari basis-n ke basis-0, dan tahap ke dua mengkonversi bilangan hasil tahap pertama (dalam basis-0) menjadi basis-m. Sebagai contoh ubahlah bilangan menjadi bilangan yang setara dalam basis-5! Tahap : = 2 x x x 8 0 = = Tahap 2 : 59 0 = x x x x 5 0 = 4 5. Jadi = 4 5.

23 Contoh lain adalah mengubah bilangan 52DA 6 ke dalam basis-2 yang setara. Tahap : 52DA 6 = 5 x x x x 6 0 = Tahap 2 : = x x x x x 2 0 = Jadi 52DA 6 = Ada kalanya pengubahan suatu bilangan dari basis-n ke basis-m tidak perlu melalui kedua tahap sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jika ingin mengubah suatu bilangan dalam basis-2 (biner) menjadi bilangan setara dalam basis-8 (oktal) atau basis-6 (heksadesimal) dan sebaliknya, maka digunakan metode pengelompokan bit. Setiap digit bilangan oktal terdiri dari 3 bit biner, dan setiap digit bilangan heksadesimal terdiri dari 4 bit biner. Pengelompokan dimulai dari bagian LSB (Least Significant Bit) menjadi kelompok-kelompok digit bilangan oktal (3 bit) atau heksadesimal (4 bit), kemudian setiap kelompok dikonversi menjadi digit bilangan yang bersangkutan. Jika sisa bit hasil pengelompokan pada MSB (Most Significant Bit) tidak terdiri dari 3 bit atau 4 bit, maka dapat ditambahkan angka 0 (nol) secukupnya. Contoh : Ubahlah bilangan biner menjadi heksadesimal! Karena basis tujuannya adalah heksadesimal, maka pengelompokannya dalam 4 bit seperti berikut : (tambah 0 pada MSB) (digit heksadesimal) C B 0 9 Jadi : = CB09 6

24 6. Operasi Bilangan Dalam sistem desimal telah dikenal dengan baik mengenai operasi-dasar bilangan, yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Operasioperasi bilangan tersebut juga dapat dikenakan pada sistem bilangan yang lain seperti dalam sistem-sistem bilangan biner, basis-5, oktal, heksa-desimal, dan seterusnya. Tetapi pembahasan operasi bilangan kali ini lebih banyak pada sistem biner, sedangkan untuk sistem bilangan yang lain akan dikemukakan contoh hanya apabila dipandang perlu. Prinsip-prinsip penggunaan operasi bilangan itu sama dengan yang diterapkan pada sistem desimal. Oleh karena belum akrab dengan sistem bilangan selain desimal, maka untuk memudahkan pelaksanaan operasi hitung perlu pertolongan tabel operasi. Untuk sistem biner perhatikan tabel operasi berikut Tabel : Penjumlah Biner Tabel : Perkalian Biner x Sebagaimana pada sistem desimal, bilangan biner dapat dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan dan dibagi. Dimulai dari operasi penjumlahan pada bilangan biner. Penjumlahan antara dua bilangan biner dikerjakan dengan cara yang sama seperti pada penjumlahan bilangan desimal, bahkan penjumlahan pada bilangan biner lebih sederhana, persoalannya adalah orang tidak terbiasa dengan sistem biner. Berdasarkan pada tabel penjumlahan untuk bilangan biner hanya ada 4 (empat) hal yang dapat terjadi, yakni : ) = 0 2) 0 + = + 0 = 3) + = 0 = 0 + simpanan (carry) untuk posisi berikutnya, dan 4) + + = = + simpanan (carry) untuk posisi berikutnya.

25 Hal yang ke empat terjadi dua bit pada posisi tertentu adalah dan ada simpanan dari posisi sebelumnya. Berikut beberapa contoh penjumlahan dua bilangan biner : 0 0 0, 0 0 0, , 0 0 Di dalam mesin digital penjumlahan antara lebih dari dua bilangan biner pada saat yang sama tidak terjadi, karena rangkaian digital yang melaksanakan penjumlahan hanya dapat menangani dua bilangan pada saat yang bersamaan. Jika lebih dari dua bilangan yang ditambahkan, maka bilangan pertama dan ke dua dijumlahkan lebih dahulu dan hasil penjumlahan itu baru ditambahkan pada bilangan ke tiga, dan seterusnya. Penjumlahan biner merupakan operasi aritmatik yang paling penting di dalam sistem digital, karena operasi-operasi pengurangan, perkalian, dan pembagian dapat dikerjakan hanya dengan prinsip penjumlahan. Misalnya pengurangan dapat dibentuk dari penjumlahan dengan bilangan negatif. Perkalian tidak lain merupakan penjumlahan yang berulang. Sedangkan pembagian adalah pengurangan yang berulang. Selanjutnya dikemukakan dahulu contoh operasi lain bilangan biner dengan cara aljabar biasa. Pengurangan : 0 pinjaman (borrow) 0 bilangan yang dikurangi 0 0 bilangan pengurang hasil operasi pengurangan.

26 Perkalian : 0 bilangan yang dikalikan 0 bilangan pengali x hasil operasi perkalian. Pembagian : 0 (hasil bagi) (pembagi) 0 0 (bilangan yang dibagi) 0 _ 0 _ 0 0 _ 0 Untuk pembanding, berikutnya dikemukakan operasi bilangan basis-5 dengan pertolongan tabel operasi berikut : Tabel Penjumlahan Basis

27 Tabel Perkalian Basis-5 x Penjumlahan : simpanan (carry) bilangan pertama bilangan ke dua hasil penjumlahan. Pengurangan 0 0 pinjaman (borrow) bilangan yang dikurangi bilangan pengurang hasil pengurangan. Perkalian : bilangan yang dikalikan bilangan pengali x hasil perkalian.

28 Pembagian : (hasil bagi) (pembagi) (yang dibagi) 4 _ _ _ 0 Operasi bilangan pada basis yang lain prinsipnya sama. Untuk basis lebih dari 0 kemungkinan terasa sulit oleh karena belum terbiasa saja. Sebagaimana telah diketahu bahwa mesin digital, seperti komputer dan kalkulator, hanya dapat mengolah data yang sifatnya biner. Lagi pula, mesin digital tersebut hanya mengenal operasi penjumlahan dan tidak mengenal operasi pengurangan. Sedangkan mesin digital mengolah bilangan negatif sama baiknya dengan mengolah bilangan positif. Oleh karena itu, operasi pengurangan harus bisa disajikan dalam bentuk operasi penjumlahan. Selain itu, untuk keperluan penyimpanan dan pembacaan bilangan diperlukan kejelasan tentang tanda dari suatu bilangan merupakan bilangan positif atau negatif. Seperti yang telah dikenal, bilangan positif diberi tanda + atau tanpa tanda di depan bilangan yang bersangkutan, sedangkan bilangan negatif dengan tanda -. Untuk ini diperlukan tanda bilangan. Hal ini biasanya dikerjakan dengan menambahkan bit lain kedalam suatu bilangan. Bit tambahan itu disebut sebagai bit-tanda (sign bit). Dalam sistem biner tanda + dan - digantikan dengan 0 dan. Pada umumnya bit tanda itu berupa 0 untuk menyatakan suatu bilangan positif, dan untuk bilangan negatif. Sebagai contoh :

29 + 0 atau 0 dituliskan sebagai dituliskan sebagai 0. Untuk menyatakan bilangan negatif dalam mesin digital dapat digunakan beberapa metode. Dua metode yang paling dikenal adalah metode komplemen dan metode komplemen 2. Bentuk komplemen dari suatu bilangan biner diperoleh secara sederhana dengan mengubah setiap 0 dalam bilangan itu menjadi dan setiap di dalam bilangan itu menjadi 0. Dengan kata lain mengubah setiap bit menjadi komplemennya. Sebagai contoh komplemen dari biner 00 adalah 0000, dan komplemen dari bilangan 000 adalah 000. Ketika bilangan negatif disajikan dalam bentuk komplemen, maka bit tandanya adalah dan besar bilangannya dikonversi menjadi bentuk komplemen. Misalnya bilangan dapat disajikan menjadi biner negatif sebagai : = 00 (besar bilangan dalam biner) = 0000 (bentuk komplemen ). Perhatikan bahwa bit tanda tidak ikut dikomplemenkan tetapi dipertahankan sebagai untuk menunjukkan bahwa bilangan itu negatif. Contoh lain bilangan negatif yang disajikan dalam bentuk komplemen adalah : -4 0 = = = 000. Agar lebih memahami metode komplemen ini akan dilakukan operasi pengurangan pada bilangan biner 0 0. Pada operasi tersebut dapat ditambahkan asalkan diingat bahwa hasilnya nanti kelebihan. Kelebihan itu harus dihilangkan agar diperoleh hasil yang sebenarnya. Selanjutnya perhatikan :

30 0 + ( 0) = = 000. Bilangan 000 pada operasi itu merupakan komplemen dari bilangan -0. Kelebihan dihilangkan dengan cara menambahkan EAC (End Around Carry = simpanan memutar) kepada LSD (Least Significant Digit = digit bobot terkecil). Dengan demikian hasil yang sebenarnya adalah : (EAC) = 000. Bila operasi dilakukan dengan bit tanda, maka yang diubah ke dalam bentuk komplemen adalah bagian besar bilangan saja (tidak termasuk bit tanda). Untuk contoh di atas adalah 0 0 (bilangan positif yang dikurangi) 000 (komplemen dari 0 yang negatif) (EAC) (hasil operasi adalah karena bit tanda 0). Contoh tersebut merupakan salah satu kemungkinan dari pengurangan A B = C dengan A, B > 0 dan A > B, sehingga C > 0 (positif). Kemungkinan lain adalah A, B > 0 dan A < B, sehingga C < 0 (negatif). Perhatikan contoh berikut 00 0 = (yang dikurangi) 000 (komplemen dari pengurang) (EAC) + 00 (bukan hasil, karena masih negatif, bit tanda ).

31 Bila hasilnya negatif, maka hasil tersebut belum hasil yang sebenarnya. Hasil yang sesungguhnya adalah komplemen dari besar bilangan hasil tersebut. Jadi, hasil yang sesungguhnya adalah 00 = Kemungkinan berikutnya adalah A < 0 dan B > 0, sehingga C < 0. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa banyaknya digit hasil operasi tidak boleh melebihi digit soal. Sehingga demi amannya harus ditambahkan satu digit yakni 0 sebagai MSD (Most Significant Digit = digit paling berbobot). Tambahan digit ini tidak akan mengubah besar bilangan yang bersangkutan. Sebagai contoh akan dicoba operasi pada -0-0 sebagai berikut : Demi amannya soal diubah menjadi Dengan bit tanda soal menjadi (komplemen dari yang dikurangi) 000 (komplemen dari pengurang) (EAC) + 00 (hasilnya negatif, belum hasil yang sebenarnya) Hasil yang sebenarnya adalah komplemen dari bilangan 00 yaitu 000 (ingat bit tanda tidak turut dikomplemenkan) atau Selanjutnya metode komplemen 2. Bentuk komplemen 2 dari suatu bilangan biner ditentukan dengan cara mengambil komplemen dari bilangan itu kemudian menambahkan pada posisi LSB (Least Significant Bit = bit paling tidak berbobot). Sebagai ilustrasi akan diubah bilangan biner 00 (=57 0 ) ke dalam bentuk komplemen 2 nya.

32 0 0 (bilangan awal) (bentuk komplemen ) (menambahkan pada LSB) Jadi, yang disajikan dalam bentuk komplemen 2 dituliskan sebagai 000. Ingat bahwa bit paling kiri merupakan bit tanda dan 6 bit yang lain merupakan bentuk komplemen 2 dari besar bilangan awalnya. Operasi pengurangan dengan metode komplemen 2 juga memiliki tiga kemungkinan yaitu A B = C dengan C > 0, A B = C dengan A < B, dan A B = C dengan A < 0, B > 0. Untuk setiap kemungkinan tersebut, perhatikan contoh-contoh berikut! ) 0 00 = (bilangan positif yang dikurangi) 0 (komplemen 2 dari pengurangnya) (EAC, bit tanda 0, dan hasil sesungguhnya). Hasil yang sebenarnya diperoleh dengan menghilangkan EACnya. Jadi hasil yang sebenarnya adalah 0 00 atau +00 atau 00. 2) = (bilangan positif yang dikurangi) 00 (komplemen 2 dari pengurangnya) (EAC, bit tanda, dan hasil belum sesungguhnya).

33 Karena hasil masih negatif, maka hasil yang sebenarnya adalah komplemen 2 dari 00 yaitu 000. Jadi hasil pengurangannya adalah 000 atau ) = (komplemen 2 dari yang dikurangi) 000 (komplemen 2 dari pengurangnya) (EAC, bit tanda, dan hasil belum sesungguhnya). Karena hasilnya negatif (dengan bit tanda ), maka setelah menghilangkan EAC, kemudian mengambil komplemen 2 dari dan akan diperoleh 000. Jadi hasil sebenarnya dari pengurangan tersebut adalah 000 atau Di antara kedua metode yang dikemukakan di atas, maka metode komplemen 2 paling banyak digunakan. Karena dengan metode komplemen 2 memungkinkan untuk membentuk operasi pengurangan hanya penggunakan operasi penjumlahan yang sesungguhnya. Ini berarti bahwa mesin digital dapat menggunakan rangkaian yang sama untuk melaksanakan kedua operasi tersebut. Dengan demikian mendapat penghematan dalam perangkat kerasnya. Pengubahan dari bentuk komplemen ke nilai biner yang sesungguhnya sangat sederhana. Dari bentuk komplemen ke nilai biner yang sesungguhnya ditempuh dengan cara meng-komplemen-kan setiap bit lagi. Sedangkan dari bentuk komplemen 2 ke nilai biner yang sesungguhnya dilakukan dengan mengkomplemen-kan setiap bit dan kemudian menambahkan pada LSB. Dalam dua hal itu, pengubahan kembali ke bentuk biner yang sesungguhnya ditempuh melalui proses yang sama yang telah ditempuh untuk menghasilkan bentuk komplemennya.

34 7. Soal-soal. Berapakah banyaknya bit (dalam sistem biner) yang diperlukan untuk memilahkan di antara 99 keadaan yang berbeda? 2. Ubahlah bilangan biner berikut ke dalam desimal : a. 0 b c. 0,0 d. 0,00000 e. 000,00 3. Ubahlah bilangan desimal berikut ke dalam biner : a. 25 b c. 0,635 d. 48,65 e. 237, Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam desimal : a. 0 2 b c d e. 4D2E 6 5. Ubahlah bilangan biner berikut masing-masing ke dalam bilangan oktal dan heksadesimal : a. 0 b. 0 c

35 d e Kerjakanlah pengurangan bilangan biner berikut masing-masing dengan metode komplemen dan komplemen 2 : a b c d e. 0 ( 000 ) 7. Kerjakanlah penjumlahan bilangan berikut sesuai dengan basisnya : a. 0, ,0 2 b. 23, ,003 4 c d. A87B B4 2 e. 58DF7 6 + AE5C Kerjakanlah pengurangan bilangan berikut sesuai dengan basisnya : a. 0,0 2-0,0 2 b. 323,2 4-32,003 4 c d. A87B 2-79B4 2 e. 58DF7 6-2E5C Kerjakanlah perkalian bilangan berikut sesuai dengan basisnya : a. 0 x 0 b x 32 4 c x d. A87B 2 x A4 2 e. 58DF7 6 x C07 6

36 0. Kerjakanlah pembagian bilangan berikut sesuai dengan basisnya : a : 0 2 b : 32 4 c : 54 8 d. A7B8 2 : 4 2 e. 98DF 6 : 5 6

37 BAB III SISTEM SANDI (KODE) Pada mesin digital, baik instruksi (perintah) maupun informasi (data) diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat memahami data dalam bentuk biner. Kita sering menggunakan mesin-mesin digital seperti jam digital, multimeter digital, termometer digital, kalkulator, komputer, dan sebagainya. Tampilan yang langsung dapat dilihat berupa angka desimal atau kumpulan huruf latin yang dikenal dalam keseharian, padahal proses yang terjadi di dalam mesin-mesin tersebut berbentuk biner. Sedangkan instruksi maupun informasi dalam bentuk biner tidak disukai karena di luar kebiasaan sehingga terasa rumit dan kurang praktis. Kita telah terbiasa dengan huruf latin dari A sampai Z dan angka-angka dari 0,, 2,, sampai 9. Sehingga apabila disajikan bilangan atau kata dalam bentuk biner tidak segera dapat diketahui maknanya. Misalnya pada sederet bit biner 0000, kita tidak segera tahu bahwa deretan bit itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit tersebut dapat menunjukkan bilangan 7 6 atau bahkan Agar deretan bit 0000 dapat tampil sebagai bilangan 7 6 atau 23 0 diperlukan teknik atau rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 7 6 atau 23 0 dapat dikenali oleh suatu mesin digital sebagai 0000 juga diperlukan tehkik atau rangkaian tertentu. Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan melalui tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi biner. Sebaliknya bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator mengalami proses pengubahan dari bentuk biner ke dalam format 7-segmen yang umumnya berbentuk desimal. Perhatikan ilustrasi pengubahan tampilan kalkulator pada Gambar 3.. Kita akan memasukkan bilangan desimal 5 dengan cara menekan tombol kunci 5. Rangkaian enkoder (penyandi) mengubah desimal 5 menjadi biner 00. Unit pengolah pada kalkulator (CPU : Central Processing Unit) menerima bilangan itu dalam bentuk biner 00 karena CPU hanya dapat mengolah data dalam bentuk biner. Selanjutnya rangkaian dekoder (pembaca sandi) mengubah bilangan biner 00 kembali menjadi bentuk desimal 5. Akhirnya yang muncul

38 dalam tampilan adalah desimal 5 seperti semula. Dari ilustrasi tersebut memperlihatkan terjadinya proses pengubahan dari satu jenis sandi (kode) dari satu sistem bilangan menjadi jenis sandi dari sistem bilangan yang lain. Awalnya dari sandi desimal menjadi biner, dan akhirnya dari sandi biner menjadi sandi desimal. Suatu rangkaian pengubah pesan bermakna (misal desimal) menjadi sandi tertentu (misal biner) disebut enkoder (penyandi). Sedangkan, sebaliknya, rangkaian pengubah sandi tertentu kembali menjadi pesan yang bermakna disebut dekoder (pembaca sandi) Enkoder CPU Dekoder 0 + = Gambar 3. : Aliran pengubahan tampilan kalkulator.. Sandi BCD (Biner Coded Decimal) Kita telah terbiasa dan akrap dengan sistem bilangan desimal dan karenanya sistem ini dianggap sebagai sandi yang paling bermakna. Dalam mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk desimal. Sedangkan proses komputasi dalam mesin digital dalam bentuk biner. Jika hasil komputasi tetap ditampilkan dalam bentuk biner, kita mengalami hambatan atau bahkan sulit memahaminya, karena kita tidak biasa dengan bilangan yang tampil dalam bentuk biner. Jadi tampilan desimal lebih mudah difahami dari pada tampilan biner. Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke desimal dan sebaliknya. Sebagai contoh bilangan desimal 25 dan 43 masing-masing disandikan dalam biner sebagai berikut : 25 0 = = Kita lihat bahwa sembarang bilangan desimal dapat disajikan dalam bentuk biner yang setara. Sekelompok 0 dan dalam bentuk biner dapat dipikirkan

39 sebagai penggambaran sandi suatu bilangan desimal. Dua contoh di atas memperlihatkan bahwa setiap angka biner mempunyai nilai sesuai dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam contoh di atas semua digit bilangan desimal disandikan langsung, atau sebaliknya semua pernyataan biner menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit yang disandikan. Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0,, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 disandikan sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan bilangan desimal lebih dari satu digit, maka setiap digitnya disandikan sendiri. Salah satu sistem sandi yang cukup terkenal adalah BCD atau desimal yang disandikan biner. Karena digit desimal yang terbesar 9, maka diperlukan 4 bit biner untuk menyandi setiap digit. Susunan 4 bit biner tersebut menghasilkan 6 kombinasi yang berbeda, tetapi hanya diperlukan 0 kombinasi di antaranya. Untuk menyatakan bilangan desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner. Untuk bilangan bulat, kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan, kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga merupakan ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal 468 (terdiri dari 3 digit) memerlukan 3 kelompok masing-masing 4 bit seperti tampak pada Tabel 3. berikut. Tabel 3. : Desimal 468 disajikan dengan BCD Desimal BCD Bobot Ratusan Puluhan Satuan Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang setara. Perlu dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap digit. Dengan demikian sandi 4 bit biner yang digunakan adalah dari 0000, 000, 000, 00,, hingga 00. Dalam BCD tidak digunakan sandi-sandi 00, 0, 00, 0, 0, dan. Jika sembarang bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin

40 yang menggunakan sandi BCD, maka biasanya akan terjadi indikasi terjadinya kesalahan. Tampaknya penulisan dengan cara BCD ini merupakan pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk melambangkan 6 bilangan (pada BCD hanya 0). Tetapi keuntungannya kita tidak perlu menuliskan bilangan yang lebih besar dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B,, F), sehingga BCD sangat cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan mengubah setiap karakter BCD menjadi bilangan desimal yang diinginkan. 2. Sandi Excess-3 (XS-3) Dikenal pula sandi jenis lain yang menarik dan kadang-kadang sangat bermanfaat. Misalnya sandi Excess-3 (XS-3). Jenis sandi XS-3 ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk melambangkan sebuah digit desimal. Sandi XS- 3 untuk bilangan desimal dibentuk dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa 3 ditambahkan pada setiap digit desimal sebelum penyandian ke binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3, pertama kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian 8 disandikan dalam biner 4 bit yang setara, yaitu = Sansi XS-3 hanya menggunakan 0 dari 6 kelompok sandi 4 bit yang mungkin. Kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang) pada sandi XS-3 adalah 0000, 000, 000, 0, 0, dan. 3. Sandi Gray Sandi Gray merupakan sistem sandi tak berbobot karena posisis bit dalam kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu. Dengan demikian sandi Gray tidak cocok dalam operasi aritmatik, dan aplikasinya banyak dijumpai dalam piranti input/output dan ADC. Dalam sandi Gray, antar sandi yang berdekatan mengalami perubahan bit minimum, karena sifatnya yang hanya berubah satu bit dalam kelompok apabila berubah dari satu digit bilangan

41 ke digit bilangan berikutnya. Hal ini dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam transisi perubahan apabila lebih dari satu bit mengalami perubahan yang kemungkinan besar perubahan itu terjadi tidak bersamaan (satu bit lebih dulu berubah dari yang lain). Misalnya perubahan dari desimal 7 (binernya 0) menjadi desimal 8 (binernya 000) yang seluruh bitnya mengalami perubahan yang kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner (desimal 5). Kejadian tersebut sebenarnya hanya sementara tetapi dapat menimbulkan operasi yang dapat mengacau unsur-unsur yang dikendalikan bit tersebut. Aturan untuk mengubah biner ke sandi Gray adalah sebagai berikut : a. Bit pertama (paling kiri) sandi Gray sama dengan bit pertama dari bilangan biner. b. Bit ke dua sandi Gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan bit ke dua bilangan biner. (EX-OR : sama dengan bila kedua bit biner itu berbeda, dan 0 bila sama). c. Bit sandi Gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke tiga bilangan biner. d. Dan seterusnya, perhatikan Gambar 3.2 yang merupakan gerbang EX-OR untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam sandi Gray, kecuali bit pertama. Bilangan Biner Bit ke (n-) Bit ke n Sandi Gray, Kecuali bit pertama Bit ke n Gambar 3.2 : Pengubah bit-bit sandi biner ke dalam sandi Gray. Sebagai contoh mengubah bilangan biner 00 ke dalam sandi Gray (hasilnya 0) adalah sebagai berikut :

42 0 0 (sandi biner) 0 (sandi Gray) Bit pertama Selanjutnya untuk mengubah sandi Gray menjadi biner digunakan langkahlangkah (yang berlawanan dengan cara mengubah biner ke sandi Gray) sebagai berikut : a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi Gray. b. Bila bit sandi Gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan yang pertama, dan bila bit sandi Gray ke dua maka bit biner ke dua adalah kebalikan dari bit biner pertama. c. Bila bit sandi Gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan yang ke dua, dan bila bit sandi Gray ke tiga maka bit biner ke tiga adalah kebalikan dari bit biner ke dua. d. Demikian seterusnya. Sebagai contoh mengubah sandi Gray 0 ke dalam biner yang hasilnya adalah 00, seperti tampak pada ilustrasi berikut : beda 0 sama beda 0 (sandi Gray) 0 0 (sandi biner) Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh dengan mencari EX- OR dari bit sandi Gray yang sesuai dan bit biner sebelumnya. Perhatikan Gambar 3.3 berikut!

43 Sandi Gray Bit ke n Sandi Gray Bit ke (n-) Sandi biner Sandi Biner, Kecuali bit pertama Bit ke n Gambar 3.3 : Pengubah bit-bit sandi Gray ke dalam sandi Biner. Contoh berikutnya mengubah sandi Gray 0 ke dalam biner yang hasilnya adalah (sandi Gray) 0 0 (sand I biner) 4. Sandi ASCII Jika diperhatikan tombol kunci (keyboard) pada komputer, sedikitnya terdapat 87 tombol kunci baik yang berupa huruf besar dan kecil, angka, tanda khusus, maupun tombol dengan fungsi khusus. Komputer harus mampu menangani informasi numerik maupun non numerik, sehingga komputer harus mampu menganalisis berbagai sandi yang mencakup angka, huruf, tanda, dan fungsi tertentu. Sandi-sandi ini dikelompokkan sebagai sandi alpanumerik (alphabed and numeric). Sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang diperlukan itu meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar, 0 tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda maupun fungsi khusus seperti +, /, %, #, Esc, Insert, Page Up, dan seterusnya. Untuk menampilkan 87 karakter yang berbeda tersebut dengan sandi biner setidaknya diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit tersebut akan diperoleh 2 7 = 28 sandi biner yang berbeda.

44 Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII (American Standard Code for Information Interchange) yang digunakan oleh hampir seluruh komputer. Pada Tabel 3.2 berikut ini dikemukakan sandi ASCII. Tabel 3.2 : Sandi ASCII (7 bit) LSB MSB NUL DLE SP P p 000 SOH DC! A A q 000 STX DC 2 2 B R B r 00 ETX DC 3 # 3 C S C s 000 EOT DC 4 $ 4 D T D t 00 EN NAK % 5 E U E u 00 ACK SYN & 6 F V F v 0 BEL ETB 7 G W G w 000 BS CAN ( 8 H X H x 00 HT EM ) 9 I Y I y 00 LF SUB * : J Z J z 0 VT ESC + ; K [ K { 00 FF FS, < L \ L 0 CR GS - = M ] M } 0 SO RS. > N N SI US /? O O DEL Sandi ASCII selengkapnya dapat dilihat pada daftar di luar buku ini. Sebagai contoh, seorang operator komputer memasukkan suatu pernyataan dari papan kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya memerintah komputer untuk menghentikan suatu program, maka sandi biner yang dikenali komputer adalah sebagai berikut :

45 S T O P 5. Bit Paritas Pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain pada umumnya dalam bentuk biner. Misalnya pemindahan data dari komputer ke disket, pemindahan informasi melalui jalur telepon, pengambilan data dari memori komputer untuk ditempatkan pada unit aritmatik, dan sebagainya. Proses pemindahan data tersebut dapat mengalami kesalahan sekalipun pirantinya telah dirancang sedemikian canggih. Meskipun terjadinya kesalahan itu relatif kecil, tetapi dapat menghasilkan sesuatu yang tidak berguna dan bahkan sangat fatal. Sehingga diperlukan mekanisme pemeriksaan data untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan data. Salah satu cara yang sangat terkenal untuk mendeteksi kesalahan adalah adalah metode paritas. Di dalam sekelompok data ditambahkan bit yang disebut bit paritas. Jadi bit paritas merupakan bit tambahan yang disertakan ke dalam sekelompok sandi yang sedang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Bit paritas dapat berupa 0 atau tergantung pada benyaknya angka yang dimuat di dalam kelompok sandi itu, sehingga dikenal paritas genap dan paritas ganjil. Pada metode paritas genap, nilai bit paritas dipilih sedemikian hingga banyaknya angka dalam suatu kelompok sandi (termasuk bit paritas) berjumlah genap. Sebagai contoh suatu kelompok sandi yang merupakan huruf C pada sandi ASCII. Kelompok sandi itu memiliki sebanyak 3 buah (ganjil, tidak termasuk bit paritas). Selanjutnya akan ditambahkan bit paritas untuk membuat banyaknya angka berjumlah genap (4 termasuk bit pritasnya). Kelompok sandi yang baru, termasuk bit paritas, kemudian menjadi Bit paritas yang ditambahkan Jika suatu kelompok sandi berisi dalam jumlah genap, maka bit paritas yang ditambahkan bernilai 0. Sebagai contoh, suatu kelompok sadi (sandi

SISTEM SANDI (KODE) Suatu rangkaian pengubah pesan bermakna (misal desimal) menjadi sandi tertentu (misal biner) disebut enkoder (penyandi).

SISTEM SANDI (KODE) Suatu rangkaian pengubah pesan bermakna (misal desimal) menjadi sandi tertentu (misal biner) disebut enkoder (penyandi). SISTEM SANDI (KODE) Pada mesin digital, baik instruksi (perintah) maupun informasi (data) diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat memahami data dalam bentuk biner. Suatu rangkaian pengubah

Lebih terperinci

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI Chapter 1 Prinsip-Prinsip Sistem Digital Ferry Wahyu Wibowo Outlines Sistem digital Persamaan dan perbedaan elektronika analog dan elektronika digital Sistem

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE) ELEKTRONIKA DIGITAL. (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Digital)

MAKALAH SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE) ELEKTRONIKA DIGITAL. (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Digital) MAKALAH SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE) ELEKTRONIKA DIGITAL (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Digital) Dosen Pengampu: Agus Krisbiantoro, M.T OLEH Nur Khamidah 11640030 Mochamad Aji

Lebih terperinci

Dalam konvensi tersebut dijumpai bahwa suatu bilangan yang tidak disertai indeks berarti bilangan tersebut dinyatakan dalam desimal atau basis-10.

Dalam konvensi tersebut dijumpai bahwa suatu bilangan yang tidak disertai indeks berarti bilangan tersebut dinyatakan dalam desimal atau basis-10. SISTEM BILANGAN Sistem bilangan yang biasa digunakan pada piranti digital adalah sistem-sistem bilangan biner, desimal, dan heksa-desimal. Sistem desimal tidak mudah diterapkan dalam mesin digital. Sistem

Lebih terperinci

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN 2.1 Pendahuluan Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama mengolah informasi. Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN DAN SANDI

SISTEM BILANGAN DAN SANDI SISTEM BILANGAN DAN SANDI. Pendahuluan Sistem bilangan yang biasa kita pakai sehari-hari disebut bilangan berbasis posisi. Bilangan desimal disebut sistem basis (base system), karena sistem ini mempunyai

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal

SISTEM BILANGAN Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal SISTEM BILANGAN Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal Tujuan : Setelah mempelajari diharapkan dapat,. Memahami jenis-jenis sistem bilangan yang digunakan pada teknik mikroprosessor. Memahami konversi

Lebih terperinci

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal cara kerja dari peraga 7-segmen 2. Mengenal cara kerja rangkaian

Lebih terperinci

Representasi Data. M. Subchan M

Representasi Data. M. Subchan M Representasi Data M. Subchan M DATA Fakta berupa angka, karakter, symbol, gambar, suara yang mepresentasikan keadaan sebenarnya yg selanjutnya dijadikan sbg masukan suatu sistem informasi Segala sesuatu

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARITMETIKA 2

RANGKAIAN ARITMETIKA 2 RANGKAIAN ARITMETIKA 2 Pokok Bahasan : 1. Sistim Coding 2. Fungsi-fungsi Aritmetika Biner : penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian 3. Implementasi fungsi Aritmetika pada sistim Bilangan yang lain

Lebih terperinci

2.1 Desimal. Contoh: Bilangan 357.

2.1 Desimal. Contoh: Bilangan 357. 2.Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital. Yang paling umum adalah sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan heksadesimal. Sistem bilangan desimal merupakan sistem

Lebih terperinci

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan. Yusron Sugiarto

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan. Yusron Sugiarto Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan Yusron Sugiarto Materi Kuliah Analog dan Digital? Elektronika Analog Digital Analog vs Digital Analog Teknologi: Teknologi analog merekam

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN 1.1 Sistem Bilangan Puluhan

SISTEM BILANGAN 1.1 Sistem Bilangan Puluhan 1 SISTEM BILANGAN Banyak sistem bilangan yang dapat dan telah dipakai dalam melaksanakan perhitungan. Tetapi ada sistem bilangan yang sudah jarang dipakai ataupun tidak dipakai lagi sama sekali dan ada

Lebih terperinci

BAB II SISTEM-SISTEM BILANGAN DAN KODE

BAB II SISTEM-SISTEM BILANGAN DAN KODE BAB II SISTEM-SISTEM BILANGAN DAN KODE Didalam sistem-sistem digital informasi numerik biasanya dinyatakan dalam sistem bilangan biner (atau kode biner lain yang bersangkutan). Sistem biner telah diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data KOMPETENSI DASAR : 3.1. Memahami sistem bilangan Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) 4.1. Menggunakan sistem bilangan (Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) dalam memecahkan masalah konversi MATERI POKOK

Lebih terperinci

BAB I PENGENALAN KONSEP DIGITAL

BAB I PENGENALAN KONSEP DIGITAL BAB I PENGENALAN KONSEP DIGITAL Di dalam science, teknologi, bisnis dan pada semua bidang-bidang ilmu yang lain, selalu berurusan dengan kuantitas. Kuantitas-kuantitas ini diukur, dimonitor, dicatat, dan

Lebih terperinci

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) Pengantar Teknologi Informasi 1 BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1 SISTEM BILANGAN Bilangan adalah representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan dapat direpresentasikan

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM PENGKODEAN BILANGAN

MODUL 2 SISTEM PENGKODEAN BILANGAN STMIK STIKOM BALIKPAPAN 1 MODUL 2 SISTEM PENGKODEAN BILANGAN A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Tema : Sistem Pengkodean Bilangan 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok 3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN

GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN I. GERBANG LOGIKA Gerbang-gerbang dasar logika merupakan elemen rangkaian digital dan rangkaian digital merupakan kesatuan dari gerbang-gerbang logika dasar yang membentuk

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN SISTEM DIGITAL Perkembangan teknologi dalam bidang elektronika sangat pesat, kalau beberapa tahun lalu rangkaian elektronika menggunakan komponen tabung hampa, komponen diskrit, seperti dioda, transistor,

Lebih terperinci

2. Dasar dari Komputer, Sistem Bilangan, dan Gerbang logika 2.1. Data Analog Digital

2. Dasar dari Komputer, Sistem Bilangan, dan Gerbang logika 2.1. Data Analog Digital 2. Dasar dari Komputer, Sistem Bilangan, dan Gerbang logika 2.1. Data Komputer yang dipakai saat ini adalah sebuah pemroses data. Fungsinya sangat sederhana : Untuk memproses data, kemudian hasil prosesnya

Lebih terperinci

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya Sistem Digital Sistem Angka dan konversinya Sistem angka yang biasa kita kenal adalah system decimal yaitu system bilangan berbasis 10, tetapi system yang dipakai dalam computer adalah biner. Sistem Biner

Lebih terperinci

Pokok Pokok Bahasan :

Pokok Pokok Bahasan : Sistem Bilangan Arsitektur Komputer I Agus Aan Jiwa Permana, S.Kom, M.Cs Site s : agus E-mail : agus agus-aan.web.ugm.ac.id agus-aan@mail.ugm.ac.id 1 studywithaan@gmail.com 2 Pokok Pokok Bahasan : Bilangan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN DIGITAL

SISTEM BILANGAN DIGITAL SISTEM BILANGAN DIGITAL Ferry Wahyu Wibowo 1 Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Indonesia 1 ferrywahyu@gmail.com 1. Sistem bilangan

Lebih terperinci

Sistem Bilangan. Rudi Susanto

Sistem Bilangan. Rudi Susanto Sistem Bilangan Rudi Susanto 1 Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital. Yang paling umum adalah sistem bilangan desimal, biner, oktal dan heksadesimal Sistem bilangan

Lebih terperinci

2.0 PERWAKILAN DATA PROGRAM LATIHAN GURU ASAS SAINS KOMPUTER TINGKATAN 1 BAHAGIAN PENDIDIKAN GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA.

2.0 PERWAKILAN DATA PROGRAM LATIHAN GURU ASAS SAINS KOMPUTER TINGKATAN 1 BAHAGIAN PENDIDIKAN GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA. PROGRAM LATIHAN GURU ASAS SAINS KOMPUTER TINGKATAN 1 BAHAGIAN PENDIDIKAN GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA Tajuk Topik 2.0 PERWAKILAN DATA 2.1 SISTEM NOMBOR PERDUAAN A. Objektif Pada akhir sesi ini,

Lebih terperinci

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mempelajari cara kerja berbagai rangkaian flip flop 2. Membuat rangkaian

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik, pemrosesan data dan operasi

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARITMETIKA

RANGKAIAN ARITMETIKA RANGKAIAN ARITMETIKA Materi :. Sistim Bilangan : Desimal, Biner, Oktal, Hexadesimal 2. Konversi Sistim Bilangan 3. Sistim Coding 4. Fungsi-fungsi Aritmetika Biner : penjumlahan, pengurangan, perkalian,

Lebih terperinci

Penggunaan Sistem Bilangan dan Pengkodean -3-

Penggunaan Sistem Bilangan dan Pengkodean -3- Sistem Digital Penggunaan Sistem Bilangan dan Pengkodean -3- Missa Lamsani Hal 1 Penggunaan Bilangan Biner Bilangan biner digunakan dalam komputer yang biasa tidak terlihat oleh pengguna Namun kemampuan

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) RANGKAIAN DIGITAL Program Studi Teknik Komputer Jenjang Pendidikan Program Diploma III Tahun AMIK BSI NIM NAMA KELAS :. :.. :. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARITMETIKA 2

RANGKAIAN ARITMETIKA 2 RANGKAIAN ARITMETIKA 2 Pokok Bahasan : 1. Sistim Coding 2. Fungsi-fungsi Aritmetika Biner : penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian 3. Implementasi fungsi Aritmetika pada sistim Bilangan yang lain

Lebih terperinci

DASAR DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

DASAR DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DASAR DIGITAL Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK 2 KATA PENGANTAR Modul ini

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN REPRESENTASI DATA Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik,

Lebih terperinci

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER SISTEM BILANGAN A. SISTEM DESIMAL DAN BINER Dalam sistem bilangan desimal, nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan,

Lebih terperinci

DASAR DIGITAL ELK-DAS JAM

DASAR DIGITAL ELK-DAS JAM DASAR DIGITAL ELK-DAS.3 2 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dr. Wawan Setiawan, M.Kom.

Dr. Wawan Setiawan, M.Kom. Dr., M.Kom. Media Asri Pratama Halaman Bab Pendahuluan Telah kita maklum bersama bahwa elektronika mengalami perkembangan yang pesat dan cukup menakjubkan. Dengan perkembangan tersebut kadang-kadang kita

Lebih terperinci

Komputer yang dipakai saat ini adalah sebuah pemroses data. Fungsinya sangat sederhana Untuk memproses data, kemudian hasil prosesnya diselesaikan

Komputer yang dipakai saat ini adalah sebuah pemroses data. Fungsinya sangat sederhana Untuk memproses data, kemudian hasil prosesnya diselesaikan Komputer yang dipakai saat ini adalah sebuah pemroses data. Fungsinya sangat sederhana Untuk memproses data, kemudian hasil prosesnya diselesaikan secara elektronis didalam CPU (Central Processing Unit)

Lebih terperinci

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1 TEORI DASAR DIGITAL Leterature : (1) Frank D. Petruzella, Essentals of Electronics, Singapore,McGrraw-Hill Book Co, 1993, Chapter 41 (2) Ralph J. Smith, Circuit, Devices, and System, Fourth Edition, California,

Lebih terperinci

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL Oleh : Kelompok 3 I Gede Nuharta Negara (1005021101) Kadek Dwipayana (1005021106) I Ketut Hadi Putra Santosa (1005021122) Sang Nyoman Suka Wardana (1005021114) I

Lebih terperinci

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH Gerbang-gerbang logika digunakan dalam peralatan digital dan sistem informasi digital untuk : a. mengendalikan aliran informasi, b. menyandi maupun menerjemahkan sandi

Lebih terperinci

II. Sistem Bilangan Outline : 31/10/2008. Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer

II. Sistem Bilangan Outline : 31/10/2008. Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer http://anhar.net63.net II. Sistem Bilangan Outline : A. Sistem bilangan desimal B. Sistem bilangan biner C. Sistem bilangan oktal D. Sistem bilangan hexadesimal E.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR SISTEM KOMPUTER

BAB 1 PENGANTAR SISTEM KOMPUTER BAB 1 PENGANTAR SISTEM KOMPUTER I.1 Lingkungan Komputasi Perkembangan dan penggunaan komputer sering digambarkan sebagai suatu revolusi teknologi yang membawa perubahan yang sangat mendasar pada sebagian

Lebih terperinci

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2-

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2- Sistem Digital Sistem Bilangan dan Pengkodean -2- Missa Lamsani Hal 1 Sistem Bilangan Bilangan Decimal Bilangan Biner Decimal -> biner Aritmatika Binar Komplemen 1 dan 2 Sign Bit Operasi aritmatik dengan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE

BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE 4.. Konsep dasar sistem bilangan Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item phisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan

Lebih terperinci

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tim Dosen KPKK Kelompok Keahlian Representasi Data 1 9/2/2016 Pendahuluan (Resume) Apa yang dimaksud dengan representasi data? Mengapa komputer menganut sistem

Lebih terperinci

Konsep dasar perbedaan

Konsep dasar perbedaan PENDAHULUAN Konsep dasar perbedaan ANALOG DAN DIGITAL 1 ANALOG Tegangan Berat Suhu Panjang Kecepatan dlsb 2 DIGITAL Pulsa 0 dan 1 Digit Biner Bit Numerik 3 Benarkah definisi tersebut tadi? 4 ANALOG DIGITAL

Lebih terperinci

Percobaan 9 MULTIPLEKSER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 9 MULTIPLEKSER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 9 MULTIPLEKSER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari fungsi multiplekser, 2. Mempelajari cara kerja suatu multiplekser, 3. Membuktikan tabel

Lebih terperinci

MAKALAH KONVERSI BILANGAN

MAKALAH KONVERSI BILANGAN Tugas Pengantar Ilmu Komputer MAKALAH KONVERSI BILANGAN OLEH: Irwan Budiansyah S : H13114515 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014/2015 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MATERI 2 SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA

MATERI 2 SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA MATERI SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA Salah satu unit dalam Central Processing Unit (CPU) sebuah sistem komputer sederhana adalah unit ALU (Arithmetic and Logic Unit). Ada empat operasi dasar yang

Lebih terperinci

Sistem Digital. Pendahuluan -1- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

Sistem Digital. Pendahuluan -1- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1 Sistem Digital Pendahuluan -1- Missa Lamsani Hal 1 SAP Materi Perkuliahan Sistem Digital Sistem Bilangan dan Pengkodean Dasar Digital Rangkaian Kombinasional Rangkaian Sekuensial Counter dan Register Aplikasi

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

8/4/2011. Microprocessor & Microcontroller Programming. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan

8/4/2011. Microprocessor & Microcontroller Programming. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan. Sistem Bilangan Microprocessor & Microcontroller Programming FORMAT BILANGAN DALAM MIKROPROSESOR FORMAT BILANGAN DALAM MIKROPROSESOR Mikroprosesor sebagai bagian dari sistem digital bekerja dalam format biner. Di dalam

Lebih terperinci

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut:

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut: 1 Soal Latihan Bab 1 1. Nyatakanlah bilangan-bilangan desimal berikut dalam sistem bilangan: a. Biner, b. Oktal, c. Heksadesimal. 5 11 38 1075 35001 0.35 3.625 4.33 2. Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE-3 REPRESENTASI DATA

PERTEMUAN MINGGU KE-3 REPRESENTASI DATA PERTEMUAN MINGGU KE-3 REPRESENTASI DATA REPRESENTASI DATA Unit Informasi Dasar dalam sistem komputer- 1 byte atau 8 bit. Word size (ukuran word) merupakan ukuran register operasionalnya. Contoh : 1. Komputer

Lebih terperinci

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ Maret 2018

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ Maret 2018 ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 12-13 Maret 2018 Materi 6: Aritmatika Komputer Arithmetic and Logic Unit (ALU) ALU merupakan bagian komputer yang berfungsi

Lebih terperinci

MAKALAH. Mata Kuliah. Arsitektur dan Organisasi Komputer

MAKALAH. Mata Kuliah. Arsitektur dan Organisasi Komputer MAKALAH Mata Kuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer Kelompok 1 1. M. Dwi setiyo (14670015) 2. Bima Setya N. (14670018) 3. Yan Ari Firmansyah (14670021) 4. Lia Ayu K. (14670024) Program Studi Informatika

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER

SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER MAKALAH SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER Disusun untuk melengkapi Tugas Elektronika kelas A Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri - ITS Disusun oleh : Kelompok 1. Abu Hamam 2412 100 100 2. Moudy Azura

Lebih terperinci

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC 4. ALU 4.1. ALU (Arithmetic and Logic Unit) Unit Aritmetika dan Logika merupakan bagian pengolah bilangan dari sebuah komputer. Di dalam operasi aritmetika ini sendiri terdiri dari berbagai macam operasi

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN PERANGKAT PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL Yohandri, Ph.D JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSTAS NEGERI PADANG 23 BAHAN AJAR (Hand Out) Bahan Kajian : Elektronika Digital

Lebih terperinci

BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG

BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG 1.1. Pengenalan Sistem Bilangan Seperti kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari bilangan desimal yang sering dipergunakan adalah

Lebih terperinci

MODUL 1 SISTEM BILANGAN

MODUL 1 SISTEM BILANGAN MODUL 1 SISTEM BILANGAN 1. Definisi Sistem Bilangan Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I DASAR KOMPUTER DIGITAL

BAB I DASAR KOMPUTER DIGITAL TEKNIK DIGITAL/HAL. 1 BAB I DASAR KOMPUTER DIGITAL Bagian dasar dari Komputer digital : - Input = Keyboard - Control = Control Circuit - Memory = Memory, Storage - Aritmetic Logic Unit o Addition = Penjumlahan

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR DISUSUN OLEH : Rendy Andriyanto (14102035) Sania Ulfa Nurfalah (14102039) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH MICROPROCESSOR I Nama Dosen: Yulius C. Wahyu Kurniawan, S.Kom.

SILABUS MATA KULIAH MICROPROCESSOR I Nama Dosen: Yulius C. Wahyu Kurniawan, S.Kom. SILABUS MATA KULIAH MICROPROCESSOR I Nama Dosen: Yulius C. Wahyu Kurniawan, S.Kom. Konsep Dasar Bilangan Pengertian Base (Radix), Absolute Digit, Positional Value Macam-macam Sistem Bilangan Desimal, Oktal,

Lebih terperinci

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA Salah satu jenis IC dekoder yang umum di pakai adalah 74138, karena IC ini mempunyai 3 input biner dan 8 output line, di mana nilai output adalah 1 untuk salah satu dari

Lebih terperinci

FORMAT BILANGAN DALAM MIKROPROSESOR

FORMAT BILANGAN DALAM MIKROPROSESOR 177 SISTEM MIKROPROSESOR dan MIKROKONTROLER B A B 8 FORMAT BILANGAN DALAM MIKROPROSESOR Mikroprosesor sebagai bagian dari sistem digital bekerja dalam format biner. Di dalam sistem mikroprosesor operasi

Lebih terperinci

BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA

BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA 5.1 REPRESENTASI BILANGAN NEGATIF Terdapat dua cara dalam merepresentasikan bilangan biner negatif, yaitu : 1. Representasi dengan Tanda dan Nilai (Sign-Magnitude) 2. Representasi

Lebih terperinci

Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom

Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom Struktur Data Struktur dan Data Struktur suatu susunan, bentuk, pola atau bangunan Data suatu fakta, segala sesuatu yang dapat dikodekan atau disimbolkan dengan kode-kode

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Kuliah : Elektronika Digital (3 SKS) Kode : ELP 2318 Prasyarat : - Program Studi : Teknik Elektronika (program D-3) Semester

Lebih terperinci

BAB I SISTEM BILANGAN

BAB I SISTEM BILANGAN BAB I SISTEM BILANGAN Tujuan Mengetahui jenis-jenis bilangan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan komputer digital Mencoba untuk menyelesaikan berbagai jenis bilangan untuk dikonversikan kedalam

Lebih terperinci

REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION

REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION ASSALAMU ALAIKUM ARSITEKTUR KOMPUTER REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION Disajikan Oleh : RAHMAD KURNIAWAN,S.T., M.I.T. TEKNIK INFORMATIKA UIN SUSKA RIAU Analog vs Digital Ada dua cara dasar untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL I SISTEM BILANGAN

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL I SISTEM BILANGAN MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL I SISTEM BILANGAN YAYASAN SANDHYKARA PUTRA TELKOM SMK TELKOM SANDHY PUTRA MALANG 2008 MODUL I SISTEM BILANGAN Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu : Teknik Digital : I

Lebih terperinci

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER Aplikasi flip-flop yang paling luas pemakaiannya adalah sebagai komponen pembangun pencacah dan register. Pencacah termasuk dalam kelompok rangkaian sekuensial yang merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK DIGITAL KODE BILANGAN

TEKNIK DIGITAL KODE BILANGAN TEKNIK DIGITAL KODE BILANGAN Review Kuliah Sebelumnya Pengertian Aritmatika Biner Operasi aritmatika untuk bilangan biner dilakukan dengan cara hampir sama dengan operasi aritmatika untuk bilangan desimal.

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

REPRESENTASI DATA. Pengantar Komputer Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

REPRESENTASI DATA. Pengantar Komputer Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma REPRESENTASI DATA Pengantar Komputer Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma Pendahuluan Materi ini mendiskusikan beberapa konsep penting mencakup sistem bilangan biner dan hexadecimal, organisasi

Lebih terperinci

Sistem Bilangan & Kode Data

Sistem Bilangan & Kode Data Sistem Bilangan & Kode Data Sistem Bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak digunakan manusia adalah desimal, yaitu sistem bilangan

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA

MODUL I GERBANG LOGIKA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d Materi #13 Elektronika Digital 2 Elektronika digital telah menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam industri, baik dalam industri elektronika maupun industri yang lain. Beberapa tahun silam, aplikasi

Lebih terperinci

KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL

KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL NURLITA nurlita.icha@gmail.com Abstrak Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL Dalam Kehidupan Sehari-hari PADA KALKULATOR

SISTEM DIGITAL Dalam Kehidupan Sehari-hari PADA KALKULATOR SISTEM DIGITAL Dalam Kehidupan Sehari-hari PADA KALKULATOR Salah satu alat dalam kehidupan sehari-hari kita yang menggunakan sistem digital yang paling mudah ditemui adalah kalkulator. Alat yang kelihatannya

Lebih terperinci

FLIP-FLOP (BISTABIL)

FLIP-FLOP (BISTABIL) FLIP-FLOP (BISTABIL) Rangkaian sekuensial adalah suatu sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat ditentukan oleh : 1. keadaan masukannya pada saat itu, dan 2. keadaan masukan dan/atau keluaran

Lebih terperinci

Arsitektur & Organisasi Komputer. Aritmatika Komputer. Pertemuan I I

Arsitektur & Organisasi Komputer. Aritmatika Komputer. Pertemuan I I Arsitektur & Organisasi Komputer Aritmatika Komputer Pertemuan I I Tata Sumitra M.Kom HP. 081519002289 Email : ttsumitra@gmail.com tata_sumitra2002@yahoo.com Mengapa belajar Arithmatika Mengerti bagian-bagin

Lebih terperinci

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Bilangan Bilangan dan Operasi Aritmatika Kuliah#8 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Bilangan Sebelumnya telah dibahas tentang

Lebih terperinci

BAB 5. Sistem Digital

BAB 5. Sistem Digital DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 5. Sistem Digital Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja

Lebih terperinci

ASCII (American Standart Code for Information Intercharge)

ASCII (American Standart Code for Information Intercharge) CODING CODING Suatu cara penggambaran himpunan simbol yang digunakan dalam komunikasi data agar data yang dikirimkan oleh peralatan pengirim dapat diterima dan dimengerti oleh peralatan penerima Jenis

Lebih terperinci

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Bilangan Bilangan dan Operasi Aritmatika Kuliah#8 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Bilangan Sebelumnya telah dibahas tentang

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/DEL 214/10 evisi : 02 Tgl : 10 Mei 2010 Hal 1 dari 10 1. Kompetensi Memahami cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) dan DAC (Digital to Analog Converter) 2. Sub Kompetensi Memahami cara

Lebih terperinci

LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK

LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK LAYER FISIK LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK MODE TRANSMISI Mode Transmisi merupakan cara suatu data dikirimkan:

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA. Percobaan 1. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Tujuan :

GERBANG LOGIKA. Percobaan 1. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY   Tujuan : Percobaan 1 GERNG LOGIK Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Membiasakan mengenali letak dan fungsi pin (kaki) pada IC gerbang logika dasar. 2. Memahami cara

Lebih terperinci

DASAR KOMPUTER REPRESENTASI DATA

DASAR KOMPUTER REPRESENTASI DATA DASAR KOMPUTER REPRESENTASI DATA Overview Sistem Bilangan Konversi Bilangan Aritmatika Representasi Fixed Point Representasi Floating Point Representasi Data Lain Sistem Bilangan Angka : Lambang dari sebuah

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN. B. Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital, diantaranya yaitu

SISTEM BILANGAN. B. Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital, diantaranya yaitu SISTEM BILANGAN A. Pendahuluan Komputer dibangun dengan menggunakan sirkuit logika yang beroperasi pada informasi yang dipresentasikan dengan dua sinyal listrik. Dua nilai tersebut adalah dan 1. dan jumlah

Lebih terperinci

1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6.

1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6. 1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6. Pencacah (Counter) 7. Register Geser 8. Operasi Register 9.

Lebih terperinci

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA 6.1 Pendahuluan Pada saat ini banyak dihasilkan mesin-mesin berteknologi tinggi seperti komputer atau kalkulator yang mampu melakukan fungsi operasi aritmatik yang cukup kompleks

Lebih terperinci

Percobaan 2 GERBANG KOMBINASIONAL DAN KOMPARATOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 2 GERBANG KOMBINASIONAL DAN KOMPARATOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 2 GERNG KOMINSIONL DN KOMPRTOR Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UN E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Membiasakan mengenali letak dan fungsi pin (kaki) pada IC gerbang logika. 2. Menyusun

Lebih terperinci

Materi #13. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #13. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n Materi #13 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu mengidentifikasi kebutuhan otomasi dalam suatu sistem manufaktur/jasa, mampu menganalisa aspek teknis dan non teknis perancangan sistem otomasi dalam

Lebih terperinci