|
|
- Ivan Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BB 1 DSR-DSR NLSS DLM LMU MEKNK BHN 1.1. Kedudukan Mekanika Bahan dalam Teknik Sipil Mekanika bahan merupakan ilmu ang mempelajari karakteritik elemen truktur berkaitan dengan kekuatan (trength), kekakuan (tiffne) dan tabilita (tabilit) akibat adana beban ang bekerja pada item truktur. Suatu item truktur pati dirancang untuk memenuhi fungi tertentu dan menanggung pengaruh luar ang mungkin terjadi. Sebuah gedung perkantoran berfungi untuk melindungi komunita manuia ang melakukan aktifita di dalamna, menanggung dan melindungi egala peralatan ang terimpan di dalamna, memikul berat endiri erta mampu menahan beban angin maupun gempa ang mungkin terjadi pada bangunan terebut. Beban maupun pengaruh luar ang bekerja pada uatu item truktur akan menimbulkan tanggap (repone) dari item truktur itu endiri. Struktur ang pada awalna menempati kedudukan awal (initial configuration) ang eimbang dengan beban nihil, akan berpindah untuk mencapai kedudukan akhir ang berimbang dengan beban ang bekerja. Perpindahan (diplacement) pada etiap titik bermateri dalam item truktur terjadi ecara tidak eragam ehingga menimbulkan deformai. Hal inilah ang menimbulkan gaa dalam pada etiap elemen truktur, ebagai reaki akibat bekerjana beban luar untuk diterukan ke bagian tumpuan. lmu mekanika bahan ini angat berguna dalam membantu para ahli di bidang teknik ipil untuk melakukan perancangan truktur ecara optimal ang memenuhi peraratan; a.) Setiap elemen haru mampu menahan gaa luar (eternal force) ang bekerja dalam item truktur. b.) Deformai ang terjadi akibat bekerjana beban pada emua elemen truktur tidak boleh terjadi ecara berlebihan mekipun kekuatan 1 widodo@un.ac.id
2 c.) material ang digunakan maih mencukupi. Hal ini diebabkan karena deformai ang terlalu bear akan menebabkan tidak optimalna fungi item truktur dan timbulna raa tidak aman dan naman bagi penggunana. Pada aat beban bekerja, emua elemen truktur haru tetap dalam kondii eimbang. Stabilita truktur ang tidak memadai dapat menimbulkan deformai tidak diperkirakan ebelumna, mialna uatu kolom langing menanggung beban akial maka akan timbulna kemungkinan kegagalan akibat fenomena tekuk (buckling). 1.. umi-umi ang digunakan Beberapan anggapan daar ang ering digunakan dalam berbagai peneleaian analii matemati berkaitan dengan mekanika bahan meliputi : a.) b.) c.) d.) e.) Kontinuita (continuit). Semua titik bermateri ang ada dalam elemen truktur dianggap elalu berhubungan ecara kontinu. Pada kenataanna tidak ada material kontinu empurna, karena etiap bahan teruun dari atom ang juga berongga. Tetapi karena elemen truktur ang diperhitungkan berukuran jauh lebih bear dari jarak uunan atom, maka aumi ini dapat digunakan. Homogen (homogeneit). nggapan ini berarti emua titik bermateri ang ada dalam elemen truktur diaumikan memiliki ifat (propertie) ang ama. otropi (iotrop). Semua titik bermateri dalam elemen truktur dianggap memiliki ifat (propertie) ang ama dalam egala arahna. Tidak ada tegangan awal (tre-free material). Hal ini berarti dalam material ang digunakan ebagai elemen truktur beba dari egala tegangan ia (reidual tre) ang mungkin timbul pada proe fabrikai. Memenuhi prinip Saint Venant ang menatakan ditribui tegangan ang terdapat pada potongan tampang melintang (cro-ection) dianggap eragam, kecuali pada bagian ujungna. widodo@un.ac.id
3 1.3. Klaifikai Elemen Struktur Bangunan Sipil menurut rah Beban Dalam bidang Teknik Sipil berbagai elemen truktur dapat dibedakan menurut jeni beban ang bekerja padana. Jeni-jeni truktur ang ering digunakan antara lain : a.) Elemen Struktur dengan Beban Longitudinal i.) Batang Tekan merupakan elemen truktur dengan beban akial tarik. ii.) Batang Tarik merupakan elemen truktur dengan beban akial tekan. iii.) Kolom merupakan batang tekan ang pada umumna diletakkan dengan poii vertikal. b.) Elemen Struktur dengan Beban Tranveral i.) Balok ang pada maing-maing ujungna diberikan tumpuan. ii.) Kantilever merupakan balok dengan tumpuan jepit pada alah atu ujungna. c.) Elemen Struktur dengan Beban ang bekerja di ata Luaan Bidang i.) Plat merupakan elemen truktur berupa luaan ang pada umumna diletakkan pada poii horiontal dengan beban tranveral diatana. ii.) Panel merupakan ejeni plat dengan poii vertikal. iii.) Cangkang merupakan elemen truktur ejeni plat ang berbentuk kurvatur. a.) i. a.) ii a.) iii b.) ii 3 widodo@un.ac.id b.) i
4 1.4. Tumpuan Jeni-jeni tumpuan ang ering digunakan dalam bidang teknik ipil dapat dibedakan menurut arah reaki dan kekangan ang diberikan. Jeni-jeni tumpuan terebut meliputi : c.) i c.) iii a.) Rol merupakan tumpuan ang hana memberikan reaki dalam arah vertikal, ehingga terjadi pergerakan dalam arah horiontal dan rotai. b.) Sendi merupakan tumpuan ang memberikan reaki dalam arah vertikal dan horiontal, ehingga hana terjadi perpindahan dalam bentuk rotai. c.) Jepit merupakan jeni tumpuan ang mampu memberikan reaki dalam bentuk gaa arah vertikal, horiontal dan momen ehingga tidak ada lagi pergerakan ang dapat terjadi. a. b. c. Gambar 1.. Jeni Tumpuan dan rah Reaki 4 widodo@un.ac.id c.) ii Gambar 1.1. Jeni Elemen Struktur dan Pembebanan
5 1.5. Formulai Umum Sifat Penampang Datar Dalam analii truktur, khuuna mekanika bahan ering kali muncul kebutuhan untuk mendefiniikan ifat-ifat geometri (geometrical propertie) bidang datar ang digunakan. Mialna, beban akial ang bekerja pada uatu batang akan menimbulkan intenita gaa (tegangan) ang dihitung ebagai bearan gaa per atuan lua penampang, ehingga muncul kebutuhan untuk menentukan lua tampang datar dalam perhitungan tegangan. Bahaan materi dalam bagian ini mencakup penajian formulai dan langkah penghitungan beberapa ifat geometri bidang datar. Sifat-ifat geometri tampang datar (cro-ectional propertie) ang ering diterapkan dalam mekanika bahan di antarana; lua, momen tati dan momen ineria. Semua bearan ifat tampang datar dapat diwakili oleh formulai terpadu ang ada di bawah ini. m M d (1.1.a.) n m M d (1.1.b.) m n n M d (1.1.c.) M n r m n n r d + n / ( ) d (1.1.d.) di mana M m merupakan momen ke-m dari tampang datar terhadap umbu X, M n momen ke-n terhadap umbu Y dan M r n adalah momen ke-n dari tampang datar terhadap umbu Z, edangkan M m n datar Lua Penampang merupakan momen entrifugal tampang Lua tampang () merupakan lua bidang datar ang dihitung menurut fungi umbu X dan Y, mewakili lua tampang melintang elemen truktur ang widodo@un.ac.id menanggung beban di atana. Rumu untuk menghitung lua tampang 5
6 merupakan kau paling khuu dari Peramaan (1.1.) di mana m n, ehingga diperoleh Peramaan d (1..) di mana dalam tata umbu Karteiu mialna, dapat digunakan bentuk diferenial lua d d.d. Y 1.7. Momen Stati d Gambar Luaan Tampang datar Didefiniikan ebagai momen pertama luaan tampang ang dihitung berdaarkan jarak puat berat luaan () terhadap umbu ang ditinjau (X dan Y). Rumu ang digunakan untuk menghitung momen tati ini didapatkan dengan menggunakan Peramaan 1.1.a dan 1.1.b dengan nilai m 1 dan n 1, ehingga diperoleh Peramaan berikut : S S M M 1 1 d d d widodo@un.ac.id X (1.3.a.) d (1.3.b.) 6
7 1.8. Puat Berat Penampang Titik berat uatu penampang dapat dipandang ebagai ebuah titik, ang jika eluruh permukaan dipuatkan (lumped) di ana, akan memberikan momen tati ang nilaina ama terhadap kedua umbu atau terhadap umbu manapun juga, dengan kata lain momen tati uatu penampang terhadap emua gari ang melalui puat berat penampang elalu bernilai nol. bawah ini; Koordinat puat berat tampang dapat dihitung menggunakan Peramaan di. d S X (1.4.a.) d. d S Y (1.4.b.) d Y S d (X, Y ) d S d Gambar. 1.. Momen Stati Tampang datar 7 widodo@un.ac.id X
8 1.9. Momen neria Momen neria ( dan ) merupakan momen kedua dari luaan tampang () ang dihitung menurut kwadrat jarak antara puat berat luaan () dengan umbu ang ditinjau (X dan Y), edangkan momen ineria (J) ang dihitung terhadap umbu ang tegak luru luaan tampang (umbu Z) diebut ebagai momen ineria polar. Nilai ketiga jeni momen ineria terebut (, dan J) elalu berharga poitif. Momen entrifugal () ang dihitung berdaarkan jarak luaan tampang terhadap umbu X dan Y dapat mengambil emua nilai real (poitif, negatif maupun nol). Rumu ang digunakan untuk menghitung momen tati ini didapatkan dengan menggunakan Peramaan 1.1.a dan 1.1.b dengan nilai m dan n, nilai m n 1 pada Peramaan 1.1.c dan nilai n pada Peramaan 1.1.d, ehingga diperoleh Peramaan berikut : M M M r 1 1 d d d J M r d ( + ) d + X Z r (1.5.a.) (1.5.b.) (1.5.c.) (1.5.d.) Y 8 widodo@un.ac.id d Gambar Momen neria Tampang datar
9 Tabel 1.1. Momen neria Tampang ang Sering Digunakan Bentuk Tampang Empat Peregi Panjang Segitiga Siku-Siku h h b b _ X b 4.h/3.π π.b.h 3.(1/8 8/9π ) h π.h.b 3 /8 b Jo π.b.h(h /8 8h /9π + b /8) 9 widodo@un.ac.id _ Y b/ h/ b.h 3 /1 Momen neria Tampang h.b 3 /1 Jo (b.h 3 + h.b 3 )/1 b/3 h/3 b.h 3 /36 h.b 3 /36 Jo (b.h 3 + h.b 3 )/36 -b.h /7 Lingkaran D.R D/ D/ π.d 4 /64 π.r 4 /4 Ellipe Setengah Lingkaran Semi-ellippe.h R D.b π.d 4 /64 π.r 4 /4 Jo π.d 4 /3 π.r 4 / h b π.b.h 3 /4 π.h.b 3 /4 Jo π.b.h(h + b )/4 D/ 4.R/3.π π.r 4.(1/8 8/9π ) π.r 4 /8 Jo π.r 4.(1/4 8/9π )
10 1.1. Radiu Girai Radiu (jari-jari) girai didefiniikan ebagai ebagai letak uatu titik terhadap tata umbu ang melalui puat berat tampang, di mana apabila eluruh permukaan dipuatkan di ana akan memberikan momen ineria ang ama terhadap umbu terebut. Dalam bentuk Peramaan matemati dapat dinatakan bahwa :. r. r r z. J Selanjutna radiu girai r, r dan r z dinatakan dalam rumu : 1 (1.6.a.) (1.6.b.) (1.6.c.) r (1.7.a.) 1 r (1.7.b.) 1 J r z (1.7.c.) Bearan radiu girai memberikan indikai tendeni penebaran permukaan tampang relatif terhadap puat berat. Untuk lua tampang () ang ama dengan nilai radiu girai ang lebih bear maka emakin jauh pula titik-titik permukaan menebar dari puat permukaan tampang, dan emakin kecil jari-jari girai maka emakin dekat ebaran titik-titik permukaan dari puat berat. Radiu (jari-jari) girai terhadap umbu X dan Y (r dan r ) elalu bernilai poitif Tranformai Sumbu Pemutaran tampang melintang (cro-ection) dengan kemiringan udut tertentu akan menebabkan berubahna nilai bearan ifat geometri tampang, widodo@un.ac.id 1
11 ang diebabkan terjadina perubahan jarak antara puat berat luaan tampang terhadap umbu Karteian ang digunakan ebagai acuan perhitungan ifat geometri tampang. Pemutaran umbu pada uatu tampang datar dapat digambarkan ebagai berikut : T Gambar 1.4. Tranformai Sumbu Karteian Berdaarkan Gambar 1.4 ang mengilutraikan perputaran umbu Karteian dengan kemiringan udut α, dapat diperoleh Peramaan matemati ebagai berikut :. coα +. inα (1.8.a.) t. inα +. coα (1.8.b.) Peramaan di ata jika diubah dalam bentuk matri, dapat dinatakan ebagai berikut : coα t in α Y in α co α (1.9.) Selanjutna ifat-ifat tampang datar dalam orientai umbu Karteian baru, ang meliputi momen tati (S) terhadap umbu S maupun T dan momen ineria () terhadap umbu S maupun T juga berubah, euai dengan perubahan fungi jarak terhadap titik referenina (O). O t widodo@un.ac.id Momen tati terhadap umbu ang baru berubah menjadi : 11 a S X
12 S S t S S t. d.inα. +.coα. S.coα S.inα (1.1.a.). d.inα. +.coα. S.coα + S.inα (1.1.b.) t Dalam bentuk Peramaan matri dapat ditulikan menjadi : coα inα inα S coα S widodo@un.ac.id Nilai momen ineria entrifugal dapat diperoleh dari Peramaan berikut : 1 (1.11.) Momen ineria dalam perputaran tata umbu dapat ditulikan dalam bentuk Peramaan berikut : t t t t. d (.inα +.coα). d +. d.co α. d.in α... d.in α.coα.in α +.co α..inα. 1 coα. + coα 1+ coα.. in α. +.coα.in α + (1.1.). d (.coα +.inα). d +. d.in α +. d.co α... d.coα.inα.co α +.in α..inα. + t 1+ coα. + coα 1 coα. +. in α. + t.coα +.in α (1.13.)
13 t t t. t. d (.coα +.inα).(.inα +.coα). d. d.inα.coα.. d.in α +. d.coα.inα +.. d.co α. coα.inα +.inα.coα.in α.co α + in α in α 1 coα 1+ coα t t.in α +.co α (1.14.) Nilai ektrim momen ineria erta arah tata umbu ang berangkutan (ang ditentukan oleh udut rotai α relatif terhadap umbu X) dapat diperoleh dengan menamakan turunan terhadap α dengan nol, ehingga diperoleh : +.coα.in α + d..in α..coα dα. +.coα.in α..coα +.in α ( ) ( ).in α..co in α. coα ( α ). tan α (1.15.) ( ) nalog Peramaan di ata maka diperoleh :. tan α t (1.16.) ( ) widodo@un.ac.id 13
14 Sudut putar untuk mendapatkan nilai momen ineria entrifugal ektrim dapat diperoleh menurut Peramaan di bawah ini : t.in α +.co α dt..coα..in α dα..coα.in α..in α.co ( ) α in α + coα. ( ) tan α t + (1.17.). nalii ifat tampang datar akibat tranformai umbu juga dapat dilakukan dengan cara grafi ang dikenal dengan Metode Lingkaran Mohr. Keandalan metode ini angat tergantung pada kecermatan penggambaran, ketelitian pengukuran kala dan udut putar. Berikut ini diampaikan urutan langkah penggambaran Lingkaran Mohr untuk analii ifat tampang datar : a.) b.) c.) d.) e.) Tentukan uatu tata umbu Karteiu dengan bearan dan diukurkan pada umbu abi dan bearan pada ordinat dengan kala ang tepat. Tentukan titik O ebagai puat lingkaran dengan nilai ( + )/ pada arah umbu mendatar. Pada titik dengan abi dan, maing-maing diukurkan ebagai ordinat, ehingga diperoleh titik (, ) dan titik B(, - ). Gambarkan lingkaran dengan puat titik O(( + )/,) melalui titik dan titik B. Jari-jari lingkaran ini dapat dihitung ebear Perpotongan lingkaran dengan umbu abi memberikan nilai dan ektrim (makimum di ebelah kanan (C) dan minimum di ebelah kiri ()) widodo@un.ac.id +.
15 f.) rah umbu ektrim a a t untuk mendapatkan ineria makimum diberikan oleh etengah udut OC ang etara dengan bear udut DC, atau etengah udut BOD. rah umbu ektrim a t diberikan ebagai etengah udut OE atau etengah udut BOF. Dalam hal ini perputaran umbu dianggap poitif jika berlawanan dengan putaran jarum jam. Keterangan : + E D O C B F (, ) B(, - ) C( ma, ) D( min, ) E(, t ma ) F(, t min ) Gambar 1.5. Lingkaran Mohr untuk nalii neria Tampang 15 widodo@un.ac.id
16 aitu : Berdaarkan Gambar 1.5, ada beberapa hal penting ang dapat diampaikan a.) b.) c.) d.) e.) Tata umbu ang memberikan nilai dan t ektrim membentuk udut ebear π/4 atau 45 o ektrim. terhadap umbu ang memberikan nilai t Pada aat nilai ektrim untuk dan t tercapai, maka nilai t elalu berharga nol. Untuk kau dengan, maka nilai dan pada umbu abi juga merupakan nilai dan t ektrim. Pada kau dimana nilai dan, maka nilai t untuk emua arah umbu. Nilai t ektrim ama dengan bearna jari-jari lingkaran mohr ang terbentuk, atau dapat juga dinatakan ebagai etengah dari eliih momen ineria non-ilang makimum dan minimum (( ma min )/). Selanjutna nilai momen ineria ektrim dapat dihitung dengan Peramaan di bawah ini : ma + ± + (1.18.) 1 ma ± + (1.19.) t 1.1. Contoh Penerapan Contoh 1.1. : Suatu balok ang memiliki bentuk tampang T, dengan ukuran ang tercantum pada Gambar 1.6. Hitung nilai ineria ektrim dari tampang balok terebut widodo@un.ac.id 1
17 Peneleaian 1 cm widodo@un.ac.id d d 1 Y 1 Y Y 75 cm 45 cm 3 cm 45 cm Gambar 1.6. Tampang Melintang Balok T Untuk mempermudah peneleaian oal, dapat digunakan tabel perhitungan dengan membagi tampang melintang balok menjadi dua bagian luaan. a. Perhitungan ifat tampang dengan acuan umbu X Bagian Lua (cm ) (cm) S (cm 3 ) d (cm) (cm 4 ).d (cm 4 ) 1 8, 96, 4,7 1, 73394,8 5 37, , -17, , ,9 ΣS Y 55, 8 Σ , , ,98 cm X X + d , , ,48 cm 4 17
18 b. Perhitungan ifat tampang dengan acuan umbu Y Bagian Lua (cm ) (cm) S (cm 3 ).. tan α ( ) 597, , a 18 widodo@un.ac.id d (cm) (cm 4 ).d (cm 4 ) ΣS 7 X 6 Σ cm Y Y + d 16875, +, , cm c. Perhitungan momen ineria entrifugal Bagian Lua (cm ) (cm) (cm) d (cm) 4 d (cm).d.d (cm 4 ) 1 6 8, 4, ,5-17,78 XY Σ. d. d cm d. Perhitungan momen ineria ektrim cara analiti
19 coα.in α.co..in. 597, , 597, , +.co 597, , 597, , , ,4 597,48 cm 4 e. Perhitungan momen ineria entrifugal ektrim cara analiti tan α tan t α t a t 45 + ( 597, ,). t.in α +.co α t.in.45 + t t t.co , ,.in 9 597, , ,4 + t 456,4 cm 4 widodo@un.ac.id +.co9.in 19
20 f. Penentuan momen ineria ektrim dengan lingkaran Mohr i.) ii.) B D a t 45 widodo@un.ac.id O Gambar 1.7. Lingkaran Mohr Berdaarkan Gambar di ata dapat ditentukan ecara kalati bahwa Bearna momen ineria ektrim pada titik C berimpit dengan titik, maka ma 597,48 cm 4 Bearna udut putar untuk mendapatkan momen ineria ektrim pada titik C dapat diukur menurut udut OC.a a iii.) Bearna momen ineria entrifugal ektrim pada titik E dapat diukur menurut jari-jari lingkaran Mohr, atau ebear t ma R ma min 456,4 cm 4 E 597, , iv.) Bearna udut putar untuk mendapatkan momen ineria entrifugal ektrim pada titik E dapat diukur menurut udut OE.a t 9 F C
21 Soal Latihan 1.1. Tentukan bearan ifat-ifat tampang berikut nilai momen ineria ektrim dari bentuk-bentuk penampang ang tergambar di bawah ini : a.) mm c.) 8 mm 11 mm 1 mm 11 mm b.) 1 mm 1 mm 1 mm 1 mm mm mm mm 1 widodo@un.ac.id 11 mm
22
Analisis Tegangan dan Regangan
Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan
Lebih terperinciLentur Pada Balok Persegi
Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG
GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan
Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan
Lebih terperinciFIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang
Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.
Lebih terperinciKata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya
Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?
Lebih terperinciBAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR
6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh
Lebih terperinciSET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.
MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN KOLOM BETON BERTULANG
Doen Pembimbing:. Tavio, ST, MS, Ph.D. Data Iranata, ST, MT, Ph.D. Ir. Iman Wimbadi, MS Ahmad Faa Ami 7 PENGEMBANGAN PERANGKAT UNAK MENGGUNAKAN METODE EEMEN HINGGA UNTUK PERANANGAN KOOM BETON BERTUANG
Lebih terperinciBAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
BAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN 3.1 PRINSIP PERENCANAAN Pada daarna didalam perencanaan komponen truktur ang dieani lentur, akial atau kominai ean lentur dan akial haru dipenuhi ketentuan ang tertera
Lebih terperinciTEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik
TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI
BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan
Lebih terperinciX. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.
X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan
Lebih terperinciPERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK
Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,
Lebih terperinci4.1. nti Tampang Kolom BB 4 NSS BTNG TEKN Kolom merupakan jenis elemen struktur ang memilki dimensi longitudinal jauh lebih besar dibandingkan dengan dimensi transversalna dan memiliki fungsi utama menahan
Lebih terperinciSPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal
SPMB 00 Matematika Daar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Verion : 0- halaman 0. Diketahui egitiga ABC dengan A(,5), B (4,), dan C(6,4). Peramaan gari yang melalui titik A dan tegak luru gari BC adalah.
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER
PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,
Lebih terperinciROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:
Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik
Lebih terperinciPenentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa
Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS
BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciKAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito
KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian
Lebih terperinciBAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN BETON BERTULANG. Beton adalah campuran pasir dan agregat yang tercampur bersama oleh bahan
BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN BETON BERTULANG 3.1 Daar Teori Struktur Beton Beton adalah ampuran pair dan agregat ang terampur berama oleh bahan perekat ang terbuat dari emen dan air. Beton nenpunai
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI
ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA
BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki
Lebih terperinciBAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA
227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI
26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciBAB II Dioda dan Rangkaian Dioda
BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.
Lebih terperinciPertemuan XV X. Tegangan Gabungan
Pertemuan XV X. Tegangan Gabungan 0. Beban Gabungan Pada kebanakan struktur, elemenna harus mampu menahan lebih dari satu jenis beban, misalna suatu balok dapat mengalami aksi simultan momen lentur dan
Lebih terperinciMATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )
MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan
Lebih terperinciGERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO
GEAK MELINGKA Diuun oleh : Ir. AIANTO DEFINISI GEAK MELINGKA PENGETIAN 1 ADIAN PEIODA DAN FEKENSI KELAJUAN ANGULE DAN KELAJUAN LINIE HUBUNGAN ANTA ODA GEAK BENDA DI LUA DINDING MELINGKA GEAK BENDA DI DALAM
Lebih terperinciFISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI
FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator
Lebih terperinciMODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)
MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai
Lebih terperinciTransformasi Laplace dalam Mekatronika
Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN
BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan
Lebih terperinciAnalisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus
ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein
Lebih terperinciMODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN
MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak
Lebih terperinciELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN
LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama
Lebih terperinciANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah
ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah ABSTRAK Perhitungan raio tulangan pada kolom beton angat ignifikan karena dalam perhitungan raio
Lebih terperinciModul 3 Akuisisi data gravitasi
Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga
Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan
Lebih terperinciSimulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L
F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi
Lebih terperinciMotor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham
Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar
Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.
Lebih terperinciPENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA
BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah
Lebih terperinciTEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia
TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK
ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat
Lebih terperinciPENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS
PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi
Lebih terperinciMANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak
MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang
Lebih terperinciFisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.
Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian
Lebih terperinciTOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI
TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.
Lebih terperinciNina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar
Lebih terperinciMODEL MATEMATIK SISTEM FISIK
MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi
Lebih terperinciPENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR
Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN
Lebih terperinciTOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?
SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan
Lebih terperinciW = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar
Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak
Lebih terperinciTRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1
TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan
Lebih terperinciBab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan
Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan
Lebih terperinciBab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK
Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Tinjauan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi (lendutan) pada balok, memahami metode-metode penentuan defleksi dan dapat menerapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan
Lebih terperinciPerencanaan Geser SI Lihat diagram lintang dan geser dibawah ini.
Perenanaan Geer SI-311 Perilaku Balok Elatik Tanpa Retak Lihat diagram lintang dan geer dibawah ini. 1 Perilaku Balok Elatik Unraked Ditribui tegangan geer pada penampang peregi: Q τ Ib Perilaku Balok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang
BAB III TEORI DASAR Bab ketiga ini memberikan penjelaan umum tentang gelombang ultraonik eperti ifat-ifatnya, fenomena piezoelektrik dan pembangkitan ultraonik, dan daar-daar pengolahan inyal ultraonik.
Lebih terperinciPEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari
PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Dermaga adalah bangunan di tepi laut (ungai, danau) yang berfungi untuk melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan penumpang (Aiyanto, 2008). Dermaga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG YANG MEMIKUL BEBAN LATERAL SIKLIK
Konfereni Naional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG YANG MEMIKUL BEBAN LATERAL SIKLIK Johane Januar Sudjati 1 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciBANGUN DATAR 1. PERSEGI. s Persegi
NGUN TR. PERSEGI a. Pengertian Peregi Peregi adalah bangun datar yang mempunyai empat buah ii ama panjang dan memiliki empat udut iku-iku. b. Sifat-ifat Peregi Sifat-ifat peregi antara lain :. eempat iinya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada
0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat
Lebih terperinciPEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN. Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT
PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT Kinemati modeling of miile aiming ytem ha been done for a moing target with the alulation
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)
ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik
Lebih terperinciBab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada
Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB XV PEMBIASAN CAHAYA
243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.
Lebih terperinciTeam Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia
Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon
Lebih terperinciANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice
NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciFakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang
Fakula Teknik Juruan Teknik Sipil Univeria Brawijaya Malang erubahan emperaur ekpani (+) aau konraki (-) bahan egangan dan regangan 1 Dimana : ε = regangan ermal α = koefiien ekpani ermal (1 / C) Δ = 1
Lebih terperinciMASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR
MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR Sumardyono, M.Pd. Maalah pengepakan (packing) adalah maalah meletakkan objek-objek yang aling beringgungan dengan cara tertentu dan di dalam uatu wadah dengan peifikai tertentu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur
Lebih terperinciPertemuan XIV IX. Kolom
ertemuan XIV IX. Kolom 9. Kolom Dengan Beban Aksial Tekan Suatu batang langsing ang dikenai tekanan aksial disebut dengan kolom. Terminologi kolom biasana digunakan untuk menatakan suatu batang vertikal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi, ebagian bear pelaku teknik ipil memanaatkan komputer untuk menyeleaikan pekerjaan analia truktur. Dalam prakteknya pekerjaan analia
Lebih terperinci