ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG TESIS TERRY NOVIAR PANGGABEAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG TESIS TERRY NOVIAR PANGGABEAN"

Transkripsi

1 ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG TESIS TERRY NOVIAR PANGGABEAN PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

2 ii PERSETUJUAN Judul Tesis : ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG Kategori : TESIS Nama Mahasiswa : TERRY NOVIAR PANGGABEAN NIM : Program Studi : MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Komisi Pembimbing Pembimbing 2, Pembimbing 1, Dr. Zakarias Situmorang Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl, Math., M.Si. Diketahui/disetujui oleh Program Studi S2 Teknik Informatika Ketua, Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc NIP:

3 iii PERNYATAAN ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG TESIS Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2016 Terry Noviar Panggabean

4 iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Terry Noviar Panggabean NIM : Program Studi : Magister Teknik Informatika Jenis Karya Ilmiah : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul: ANALISIS REDUKSI NP-HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan/atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Medan, Juni 2016 Terry Noviar Panggabean

5 v Telah diuji pada Tanggal: Juni 2016 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl, Math., M.Si. Anggota : 1. Dr. Zakarias Situmorang 2. Prof. Dr. Muhammad Zarlis 3. Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

6 vi RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap : Terry Noviar Panggabean Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 21 November 1982 Alamat Rumah : Jln. Setia Gg.Bersama No.1B Telepon/Fax/HP : terry.noviar@yahoo.co.id Instansi Tempat Bekerja : STMIK ITMI Medan Alamat Kantor : Jln. Timah Putih/Komp.Asia Mega mas Blok G.15-18, F.10 DATA PENDIDIKAN SD : SD Santa Maria Pekanbaru TAHUN : 1997 SMP : SMP Negeri 3 Pekanbaru TAHUN : 1999 SMA : SMUN 9 Pekanbaru TAHUN : 2001 S1 : Teknik Informatika STMIK Logika TAHUN : 2011 S2 : Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara TAHUN : 2016

7 vii UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunianya berupa pengetahuan, kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul ANALISIS REDUKSI NP- HARD BIN PACKING PROBLEM DALAM ALGORITMA GENETIKA PADA HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG. Dalam penyusunan untuk menyelesaikan tesis ini, penulis banyak mendapati pelajaran yang besar, baik berupa saran maupun nasehat dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing serta dari dosen pembanding, sehingga pengerjaan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Teknik Informatika. 2. Bapak Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Bapak Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl, Math., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan serta pengarahan hingga selesainya penulisan tesis ini. 5. Bapak Dr. Zakarias Situmorang Selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan serta pengarahan hingga selesainya penuliasn tesis ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan dan penyelesaian tesis ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan materi perkuliahan dan ilmu pengetahuan selama penulis menyelesaikan Program Studi Pascasarjana Teknik Informatika.

8 viii 8. Segenap sivitas akademika Program Studi Pascasarjana Teknik Informatika Sumatera Utara. 9. Kedua Orangtua saya, Ayahanda Pieter Liberty Panggabean, S.E., dan Ibunda Nurida Silitonga tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya, doa yang tak pernah putus serta dorongan moril maupun materil kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 10. Istri yang saya cintai, Monalas Manurung, S.Kom., serta kedua anak saya yang saya sayangi Timothy Ehsher Panggabean dan Michella Ernestia Panggabean yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. 11. Kedua Adik saya, Lydia Yuntika Panggabean, S.E., dan Nurletty Patricia Panggabean, S.E., yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. 12. Kakak kelas saya alumni tahun 2015 Pascasarja Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, Aditya Perdana, S.T., M.Kom., yang telah memberikan bantuan ide dan inspirasi dalam menyelesaikan tesis ini. 13. Teman teman seperjuangan Angkatan 2014 Kom-A yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini terutama Muhammad Zulfansyuri Siambaton, S.T., M.Kom., Abdul Rahman Hakim, S.Kom., M.Kom., dan Sudirman, S.Kom., M.Kom., dan yang memberikan dukungan yang lebih terhadap penulis. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan tesis ini, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Medan, Juni 2016 Penulis Terry Noviar Panggabean

9 ix ABSTRAK Karna representasi abstrak dari beberapa sistem pengambilan keputusan yang nyata dalam kehidupan sehari hari membuat masalah optimasi kombinatorial umumnya sangat sulit untuk dipecahkan. Bin packing problem ialah solusi terbaik dalam mengatasi masalah optimasi kombinatorial, yang digunakan untuk mencari sebuah objek secara optimal dari sekelompok himpunan objek yang berhingga. Serangkaian pendekatan hybrid telah dikembangkan dalam hal ini untuk memecahkan masalah Bin Packing. Metaheuristik adalah salah satu pendekatan tingkat tinggi dalam memandu dalam memodifikasi beberapa metode heuristik lainnya untuk mencari tingkat optimasi yang lebih baik. Genetic Algorithm atau Algoritma Genetika juga merupakan metode metaheuristik yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam hal peningkatan optimasi. Dalam algoritma genetika terdapat bermacam-macam varian. Dalam penelitian dipaparkan mengenai taksonomi dari algoritma genetika parallel (Parallel Genetic Algorithm) yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari algoritma genetika konvensional dalam hal kinerja dan skalabilitasnya. Tetapi algoritma genetika paralel ini hanya cocok untuk permasalahan jaringan komputer heterogen dan sistem terdistribusi. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana menerapkan hukum ketetapan Hardy-Weinberg dari bidang biologi kedalam algoritma genetika melakukan analisis reduksi NP-Hard terhadap Bin Packing Problem. Kata Kunci : Algoritma Genetika, hukum ketetapan Hardy-Weinberg, Bin Packing Problem, NP-Hard.

10 x REDUCTION ANALYSIS OF NP-HARD BIN PACKING PROBLEM ON THE APPLICATION OF THE HARDY-WEINBERG EQUILIBRIUM LAW IN GENETIC ALGORITHMS ABSTRACT Cause abstract representation of some real decision-making system in their daily lives making combinatorial optimization problem is generally very difficult to solve. Bin packing problem is the best solution in solving combinatorial optimization problems, which is used to find an optimal object from a group of a finite set of objects. A series hybrid approach has been developed in this case to solve the problem of Bin Packing. Metaheuristic is one of the high-level approach in guiding in modifying some other heuristic methods to search for better optimization level. Genetic Algorithm is also a metaheuristic method used to solve a variety of problems in terms of increased optimization. In the genetic algorithm there are various variants. In a study presented on taxonomy of parallel genetic algorithm which has a better ability than the conventional genetic algorithm in terms of performance and scalability. But the parallel genetic algorithm is only suitable for the problem of heterogeneous computer networks and distributed systems. Based on the research that has been done before, and from the description above, the writer interested in conducting research into how to apply the law of Hardy-Weinberg statutes of biology into a genetic algorithm to analyze the reduction of NP-Hard Bin Packing Problem. Keywords : genetic algorithms, Hardy-Weinberg equilibrium law, Bin PackingProblem, NP-Hard.

11 xi DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv RIWAYAT HIDUP... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA NP-Hard dan NP Complete Bin Packing Problem Batas Nilai Indeks Terkecil (Lower Bound) Algoritma First Fit Algoritma Decreasing First Fit Algoritma Genetika Struktur Umum Algoritma Genetika Teknik Pengkodean Membangkitkan Populasi Awal dan Kromosom Analisis Fitness 12

12 xii 2.8 Operator Genetika Seleksi Crossover Mutasi Parameter Parameter dalam Algoritma Genetika Variasi Genetika Hukum Ketetapan Hardy-Wienberg Penelitian Terkait Penelitian Terdahulu Perbedaan Dengan Penelitian Lain Kontribusi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendahuluan Data yang Digunakan Rancangan Penelitian Proses Perhitungan Lower Bound pada Bin Packing Problem Proses Algoritma First Fit pada Bin Packing Problem Proses Algoritma Decreasing First Fit pada Bin Packing Problem Proses Bin Packing Problem Menggunakan Algoritma Genetika Menerapkan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pendefinisian individu Pembentukan populasi awal Proses Persilangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pendahuluan Hasil Pengujian Model Data Hasil Pengujian Terhadap Model Data Model_TZ Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma First Fit Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Decreasing First Fit... 42

13 xiii Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Genetika yang menerapkan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Hasil Perbandingan Ketiga Algoritma Pada Model Data Model_TZ Hasil Pengujian Terhadap Model Data Model_TZ Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma First Fit Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Decreasing First Fit Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Genetika yang menerapkan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Hasil Perbandingan Ketiga Algoritma Pada Model Data Model_TZ Hasil Pengujian Terhadap Model Data Model_TZ Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma First Fit Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Decreasing First Fit Hasil Pengujian Menggunakan Algoritma Genetika yang menerapkan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Hasil Perbandingan Ketiga Algoritma Pada Model Data Model_TZ BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Lampiran... 63

14 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema P, NP, NP-Hard dan NP-Complete... 6 Gambar 2.2 Pseudocode Algoritma First Fit (Harren, R. 2010) 8 Gambar 2.3 Pseudocode Algoritma Decreasing First Fit (Harren, R. 2010). 8 Gambar 2.4 Ilustrasi tahapan proses dari algoritma genetika (Gen & Cheng, 1997). 10 Gambar 2.5 Diagram Alir Struktur Umum Algoritma Genetika Gambar 2.6 Diagram Frekuensi genotype untuk kawin acak 16 Gambar 3.1 Skema Rancangan Kerja Penelitian Gambar 3.2 Ilustrasi I First Fit.. 22 Gambar 3.3 Ilustrasi II First Fit. 22 Gambar 3.4 Ilustrasi III First Fit 23 Gambar 3.5 Ilustrasi IV First Fit 23 Gambar 3.6 Ilustrasi V First Fit. 24 Gambar 3.7 Ilustrasi VI First Fit 24 Gambar 3.8 Ilustrasi VII First Fit. 25 Gambar 3.9 Ilustrasi VIII First Fit. 25 Gambar 3.10 Ilustrasi IX First Fit 26 Gambar 3.11 Ilustrasi X First Fit 26 Gambar 3.12 Hasil Akhir Contoh A menggunakan Algoritma First Fit 27 Gambar 3.13 Array Awal 27 Gambar 3.14 Array I dan II bertukar tempat 28 Gambar 3.15 Array II dan Array III bertukar tempat. 28 Gambar 3.16 Array III dan Array IV tetap.. 28 Gambar 3.17 Array V berpindah 2 kali ke kiri 28 Gambar 3.18 Array VI berpindah 5 kali ke kiri.. 29 Gambar 3.19 Array VII berpindah 6 kali ke kiri. 30 Gambar 3.20 Array VIII berpindah 5 kali ke kiri 30 Gambar 3.21 Array IX berpindah 5 kali ke kiri.. 31 Gambar 3.22 Array X berpindah 4 kali ke kiri 31 Gambar 3.23 Hasil Akhir Decreasing Order 31

15 xv Gambar 3.24 Ilustrasi II Decreasing First Fit.. 32 Gambar 3.25 Ilustrasi III Decreasing First Fit 32 Gambar 3.26 Ilustrasi IV Decreasing First Fit Gambar 3.27 Ilustrasi V Decreasing First Fit. 33 Gambar 3.28 Ilustrasi VI Decreasing First Fit. 34 Gambar 3.29 Ilustrasi VII Decreasing First Fit 34 Gambar 3.30 Ilustrasi VIII Decreasing First Fit. 35 Gambar 3.31 Ilustrasi IX Decreasing First Fit 35 Gambar 3.32 Ilustrasi X Decreasing First Fit. 36 Gambar 3.33 Ilustrasi XI Decreasing First Fit. 36 Gambar 3.34 Hasil Akhir Contoh A menggunakan Algoritma Decreasing First Fit 37 Gambar 3.35 Proses Tahapan Penerapan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg dalam Algoritma Genetika. 38 Gambar 3.36 Proses Persilangan Contoh A. 39 Gambar 3.37 Penggantian Nilai Gen Contoh A yang Duplikasi. 39 Gambar 4.1 Hasil grafik perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ1. 45 Gambar 4.2 Hasil grafik perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ3. 48 Gambar 4.3 Hasil grafik perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ5.. 52

16 xvi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Lain. 18 Tabel 4.1 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma First Fit 42 Tabel 4.2 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Decreasing First Fit. 42 Tabel 4.3 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.4 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.5 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.6 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.7 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.8 Hasil tabel perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ1 44 Tabel 4.9 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma First Fit 45 Tabel 4.10 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Decreasing First Fit. 46 Tabel 4.11 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.12 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.13 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.14 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.15 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Tabel 4.16 Hasil tabel perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ3 48 Tabel 4.17 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma First Fit 49 Tabel 4.18 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Decreasing First Fit. 49

17 xvii Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Hasil Pengujian menggunakan Algoritma Genetika Hardy-Weinberg dengan besar nilai Bin Hasil tabel perbandingan ketiga algoritma pada model data Model_TZ5. 51

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimasi kombinatorial adalah salah satu tugas komputasi yang paling sering muncul. Dalam masalah optimasi kombinatorial, tujuannya adalah untuk menemukan solusi yang dapat memaksimalkan atau meminimalkan nilai obyektif tertentu di antara suatu set diskrit terhadap solusi yang layak. Sayangnya, untuk kebanyakan masalah optimasi kombinatorial, belum ada algoritma yang efisien dalam hal mencari solusi yang optimal terhadap NP-Hard, kecuali jika kondisinya P = NP. Untuk itu dilakukan pendekatan terhadap reduksi NP-Hard untuk mencari solusi yang optimal. (Raghavendra, 2009) Bin packing problem ialah solusi terbaik dalam mengatasi masalah optimasi kombinatorial, yang digunakan untuk mencari sebuah objek secara optimal dari sekelompok himpunan objek yang berhingga. Serangkaian pendekatan hybrid telah dikembangkan dalam hal ini untuk memecahkan masalah Bin Packing. Metaheuristik adalah salah satu pendekatan tingkat tinggi dalam memandu dalam memodifikasi beberapa metode heuristik lainnya untuk mencari tingkat optimasi yang lebih baik. (Hopper, 2000) Genetic Algorithm atau Algoritma Genetika juga merupakan metode metaheuristik yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam hal peningkatan optimasi. Genetic Algorithm diciptakan pada tahun 1975 oleh John Holland yang mengemukakan komputasi berbasis evolusi dalam bukunya yang berjudul Adaption in Natural and Artificial Intelligence. Tujuannya adalah untuk merancang komputer untuk dapat meng-aplikasi-kan apa saja yang terdapat dari beberapa makhluk hidup. Holland mengemukakan sebuah algoritma yang memfokuskan pada manipulasi string dalam bentuk binary bit yang diambil dari konsep abstrak dari evolusi alam. Tahapan Algoritma Genetika yang dikemukakan dapat direpresentasikan sebagai tahapan yang berurutan sebagai bentuk populasi dari kromosom buatan menjadi sebuah populasi baru (Negnevitsky, 2005).

19 2 Menurut Gen & Cheng (1997), algoritma genetika memiliki beberapa kelebihan yaitu Algoritma ini hanya melakukan sedikit perhitungan matematis yang berhubungan dengan masalah apa yang ingin diselesaikan. Kemudian operator-operator evolusi yang digunakan membuat algoritma ini sangat efektif dalam hal pencarian global. Dan terakhir memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk dihibridkan dengan metode pencarian lainnya supaya lebih efektif. Untuk itu penulis memilih algoritma ini karna algoritma ini mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam memadukan metode heuristik lainnya. Selain kelebihan, algoritma genetika juga memiliki kekurangan (Sivanandam & Deepa, 2008) yaitu permasalahan dalam melakukan identifikasi fungsi fitness, mendefinisikan suatu permasalahan, terjadinya konvergensi yang prematur, masalah dalam memilih berbagai parameter seperti jumlah populasi, tingkat mutasi, tingkat persilangan, metode seleksi dan kekuatannya, dan yang terakhir tidak dapat digunakan untuk permasalahan local optima. Variasi genetika pertama kali diperkenalkan didalam bidang biologi, khususnya untuk bidang mikrobiologi, yang menjadi dasar evolusi suatu makhluk hidup. Variasi genetika adalah variasi yang dilakukan terhadap gen suatu individu, baik didalam dan diantara populasi. Gen adalah setiap kode untuk tubuh manusia yang menentukan warna rambut, warna mata, tinggi badan, dan fitur-fitur genetik lainnya. Variasi genetik merupakan jalur penting untuk seleksi alam karena menciptakan kemungkinan-kemungkinan genetik baru dalam dan diantara populasi. Mutasi genetik, aliran gen, dan kombinasi genetik baru adalah cara-cara untuk meningkatkan variasi genetik, dan kita dapat melihat banyak contoh di alam ini. (Sivanandam & Deepa, 2008) Hukum Hardy-Weinberg atau yang sering disebut dengan Hukum Ketetapan Hardy- Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke genarasi berikutnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu kesetimbangan antara lain perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, dan aliran gen. (Vogel & Motulsky, 1997) Dalam algoritma genetika terdapat bermacam-macam varian. Dalam penelitian (Nowostawski & Poli, 1999) dipaparkan mengenai taksonomi dari algoritma genetika parallel (Parallel Genetic Algorithm) yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari

20 3 algoritma genetika konvensional dalam hal kinerja dan skalabilitasnya. Tetapi algoritma genetika paralel ini hanya cocok untuk permasalahan jaringan komputer heterogen dan sistem terdistribusi. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana menerapkan hukum ketetapan Hardy-Weinberg dari bidang biologi kedalam algoritma genetika teknik optimasi dan melakukan analisis reduksi NP-Hard terhadap Bin Packing Problem. 1.2 Perumusan Masalah Bin Packing Problem adalah permasalahan pengambilan putusan yang bersifat NP- Complete, dimana telah terbukti dan diuji dengan Algoritma First Fit. NP-Hard Bin Packing Problem dapat direduksi mencapai tingkat optimasi yang lebih tinggi dengan algoritma Decreasing Fit. Bagaimana nilai optimasi yang dicapai pada Bin Packing Problem jika diuji dengan algoritma genetika yang menerapkan hukum ketetapan Hardy-Weinberg? Seberapa besar tingkat keberhasilan yang dicapai dari algoritma genetika yang menerapkan hukum ketetapan Hardy-Weinberg dalam mereduksi NP- Hard dalam Bin Packing Problem? 1.3 Pembatasan Masalah Dari perumusan masalah diatas, dibatasi dengan beberapa hal sebagai berikut : 1. Penelitian ini membahas analisis reduksi NP-Hard dari penerapan hukum ketetapan Hardy-Weinberg dengan asumsi mutasi rate dan seleksi rate adalah nol. 2. Analisis reduksi NP-Hard dilakukan dengan membandingkan proses Algoritma First Fit dan algoritma Decreasing Fitpada Bin Packing Problem dengan Algoritma Genetika yang menerapkan Hukum Ketetapan Hardy- Weinberg. 3. Analisis reduksi NP-Hard bukan dengan Big O melainkan melalui kecepatan dalam menghasilkan solusi dan konsistensi pada setiap pengujian. 4. Pengujian yang dilakukan pada Bin Packing Problem diasumsikan objek hanya 1 dimensi.

21 4 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dari penerapan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg pada Algoritma Genetika terhadap reduksi NP- Hard dan konsistensi hasil yang melibatkan perbandingan terhadap Algoritma First Fit dan Algoritma Decreasing Fit. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui penelitian ini peneliti akan memperoleh hasil analisis mengenai reduksi NP-Hard Bin Packing Problem terhadap konsistensi hasil pada penerapan Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg dalam Algoritma Genetika. 2. Mengetahui lebih mendalam terhadap tingkat keberhasilan reduksi NP-Hard Bin Packing Problem terhadap pengaruh penerapan metode Biologi yaitu hukum ketetapan Hardy-Weinberg kedalam algoritma komputasi yaitu Algoritma Genetika.

22 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NP-Hard dan NP Complete Karna representasi abstrak dari beberapa sistem pengambilan keputusan yang nyata dalam kehidupan sehari hari membuat masalah optimasi kombinatorial umumnya sangat sulit untuk dipecahkan. Sebagai contoh dari masalah optimasi kombinatorial yang biasanya dispesifikasikan dengan ruang solusi S, dan didapat sebuah pernyataan bahwa f : S R, dimana R itu sendiri adalah himpunan dari bilangan real, dan fungsi constraintnya didapat dengan pernyataan c : S true, false. Maka dalam bentuk umum, masalah optimasi kombinatorial terlihat mencari solusi yang optimal s S yang berada dalam keadaan true (benar) dan pernyataan f(s) akan diminimalisir ataupun dimaksimalkan. Masalah ini biasanya dapat disimpulkan sebagai masalah NP- Hard. (Balachandar, 2010) NP merupakan singkatan dari Non-deterministik Polinomial. NP-Hard hanya dapat didefenisikan sebagai suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan dalam waktu polinomial. Suatu masalah yang ditandai dengan kelas P (Waktu Polinomial) jika jumlah langkah pekerjaan dibatasi dengan polynomial. Masalah dalam pengambilan keputusan yang mempunyai kompleksitas eksponensial dapat dikatakan tidak ada solusi yang ditemukan dan tidak dapat dipecahkan dalam waktu polynomial. Waktu perhitungan akan meningkat secara eksponensial tergantung dengan jumlah masukan yang ada. Jadi dapat dikatakan suatu masalah itu NP-Hard jika suatu algoritma dapat memecahkan itu dan menterjemahkannya ke dalam satu langkah pemecahan dari masalah NP lainnya (setidaknya sekeras dari masalah NP lainnya). Masalah terbilang sukar karna tidak ada algoritma yang efisien dalam memecahkan contoh masalah yang praktis.(balachandar, 2010) Suatu persoalan termasuk dalam kategori NP Complete jika persoalan tersebut termasuk juga ke dalam kelas NP-Hard. Definisi NP Complete pertama kali dimunculkan oleh Cook. Cook membuktikan bahwa Satisfiability Problem (SAT) termasuk ke dalam NP Complete. Namun untuk membuktikan bahwa suatu persoalan merupakan NP Complete dilakukan melalui dua tahap. Pertama, membuktikan bahwa persoalan tersebut termasuk ke dalam NP. Kedua, membuktikan

23 6 bahwa persoalan tersebut tersebut termasuk ke dalam NP Hard. Tahap kedua dapat dilakukan melalui reduksi dari permasalahan NP Complete yang sudah diketahui ke dalam persoalan baru tersebut dalam waktu polinomial (Stephen A Cook. 1971). Dan jika diasumsikan dalam gambar dibawah yaitu : P Problem NP-Hard Reduksi X Difficulty NP Problem NP-Complete Gambar 2.1 Skema P, NP, NP-Hard dan NP-Complete Keterangan : - P Problem : suatu masalah sebesar x yang dapat diselesaikan dalam waktu polynomial. - NP Problem : suatu pengambilan keputusan terhadap masalah sebesar x yang dapat diselesaikan dengan cara non deterministik dalam waktu polynomial. - X dikatakan NP-Complete jika X adalah himpunan dari NP (X NP) dan X adalah NP-Hard. - X juga dikatakan NP-Hard jika dapat dibuktikan bahwa setiap problem dari Y NP dapat direduksi ke X ataupun melewati X. - Reduksi : Konversi dari Problem A menuju ke Problem B dengan kata lain algoritma yang mereduksi dari waktu polynomial dengan cara mengkonversi problem A menuju ke Problem B dimana masukan dari problem setara dengan problem B. - Difficulty : Tingkat kesukaran dari masalah Bin Packing Problem Bin Packing Problem merupakan Terminologi atau tingkat lanjut daripada Knapsack Problem. Dimana n item dan n knapsack (atau bin), dengan : W j = besar daripada item j c = kapasitas daripada bin (wadah) tersebut

24 7 Menetapkan masing-masing item kedalam suatu bin (wadah) sehingga besar total semua item tidak melebihi setiap bin (wadah) dan memberikan jumlah bin (wadah) yang minimum. Jika dituliskan dalam persamaan sebagai berikut : Dimana, minimize z = yi Subjek dari n i=1 n i=1 n i=1 w j x ij cy i, i N = 1,, n x ij = 1, y i = 0 or 1, x ij = 0 or 1, j N, i N, i N, yi = { 1 jika bin i sudah terpakai; 0 kebalikannya, x ij = { 1 jika item j disesuaikan dengan Bin wadah i; 0 kebalikannya. Kesimpulannya adalah pada Bin Packing Problem memiliki 2 jenis masalah yaitu bagaimana mencari Bin Packing yang mempunyai objek yang berukuran tetap yang akan dimasukkan dan ukuran yang tetap daripada Bin Packing tersebut. (Martello, S., & Toth, P. 1990) Batas Nilai Indeks Terkecil (Lower Bound) Untuk menghitung kompleksitas waktu pada Bin Packing Problem yang harus dilakukan pertama kali yaitu menentukan batas indeks nilai terkecil (Lower Bound) sebesar k dari Bin Packing Problem tersebut, dengan kata lain berapa banyak wadah atau bin sebesar L i yang akan diperlukan untuk menampung objek yang diberikan P i (dengan ketentuan P i tidak boleh lebih besar dari L i ). (Harren, 2010) Untuk menghitung Batas Nilai Indeks Terkecilnya (k) dengan rumus : k = (P i1 + P i P i n L

25 Algoritma First Fit Bin Packing Problem dapat dibuktikan adalah sebuah permasalahan yang NP- Complete dengan algoritma First Fit dimana semua objek P i dimasukkan ke dalam wadah secara berurutan. Dimulai dari objek P i 1 sampai dengan ke objek P i n hingga wadah L i pertama penuh lalu dilanjutkan ke wadah berikutnya.dengansyarat semua objek P i harus memulai kembali dimasukkan ke wadah L i pertama jika masih muat lalu dilanjutkan ke wadah berikutnya dan tidak melebih nilai dari wadah yang nilainya telah ditetapkan. Dapat diasumsikan dengan Pseudocode di bawah ini : Gambar 2.2 Pseudocode Algoritma First Fit (Harren, R. 2010) Algoritma Decreasing First Fit Reduksi NP-Hard Bin Packing Problem dapat dibuktikan dengan mengkonversi perhitungan Bin Packing Problem yang menggunakan algoritma First Fit terhadap algoritma Decreasing First Fit. Langkah awal dalam menyelesaikan Bin Packing Problem yang menggunakan Algoritma Decreasing First Fit yaitu mengurutkan semua objek sebesar P i mulai dari bobot nilai yang lebih besar sampai bobot nilai yang terkecil. Langkah kedua yaitu memulainya dengan menggunakan algoritma First Fit dimanasemua objek P i dimasukkan ke dalam wadah secara berurutan dan seterusnya. Dapat diasumsikan dengan Pseudocode di bawah ini : Gambar 2.3 Pseudocode Algoritma Decreasing First Fit (Harren, R. 2010)

26 Algoritma Genetika Tahun 1975, John Holland, salah satu pendiri Computing Evolution, memperkenalkan konsep algoritma genetika. Tujuannya adalah untuk merancang komputer untuk dapat meng-aplikasi-kan apa saja yang terdapat dari beberapa makhluk hidup. Sebagai seorang ilmuwan komputer, Holland prihatin dengan algoritma yang memanipulasi string pada digit biner. Dia melihat algoritma ini sebagai bentuk abstrak evolusi alami. GA dapat diwakili oleh urutan langkah-langkah prosedur untuk bergerak dari satu kromosom buatan untuk membentuk populasi baru. Menggunakan seleksi alami dan teknik yang diambil dari genetika yang dikenal sebagai crossover dan mutasi. Setiap kromosom terdiri dari sejumlah gen, dan setiap gen diwakili oleh bilangan 0 atau 1 (Negnevitsky, 2005). Algoritma Genetika sebagai cabang dari Algoritma Evolusi merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan pencarian nilai dalam sebuah masalah optimasi yaitu permasalahan-permasalahan yang bukan linier (Gen & Cheng, 2000).Algoritma genetika bukanlah teknik konvergensi konvensional yang lebih bersifat deterministic. (Gen & Cheng, 1997) Algoritma genetika memakai mekanisme seleksi alam dan ilmu genetika sehingga istilah-istilah pada Algoritma Genetika akan sejalan dengan istilah-istilah pada seleksi alam dan ilmu genetika pada umumnya. Sebuah solusi yang dikembangkan dalam algoritma genetika disebut sebagai kromosom, sedangkan kumpulan kromosomkromosom tersebut disebut sebagai populasi. Sebuah kromosom dibentuk dari komponen-komponen penyusun yang disebut sebagai gen dan nilainya dapat berupa bilangan numerik, biner, simbol ataupun karakter dilihat dari permasalahan yang ingin diselesaikan. Kromosom-kromosom tersebut akan berevolusi secara terus menerus yang nantinya akan disebut sebagai generasi. Dalam tiap generasi kromosom-kromosom tersebut dianalisis tingkat keberhasilan nilai solusinya terhadap masalah yang ingin diselesaikan menggunakan ukuran yang disebut dengan fitness. Secara umum tahapan proses dari algoritma genetika diperlihatkan pada Gambar 2.4. Seperti terlihat pada gambar kromosom merupakan representasi dari solusi. Operator genetika yang terdiri dari crossover dan mutasi dapat dilakukan kedua-duanya atau hanya salah satu saja yang selanjutnya operator evolusi dilakukan melalui proses seleksi kromosom dari parent (generasi induk) dan dari offspring (generasi turunan)

27 10 untuk membentuk generasi baru (new population) yang diharapkan akan lebih baik dalam memperkirakan solusi optimum, proses iterasi kemudian berlanjut sesuai dengan jumlah generasi yang ditetapkan. Gambar 2.4 Ilustrasi tahapan proses dari algoritma genetika(gen & Cheng, 1997) 2.4 Struktur Umum Algoritma Genetika Algoritma genetika memberikan pilihan untuk menentukan nilai parameter dengan menduplikasi cara reproduksi genetika, pembentukan kromosom baru, proses migrasi gen, serta seleksi alami seperti yang terjadi pada organisme hidup. Secara umum Algoritma Genetika dapat diilustrasikan melalui diagram pada Gambar 2.6. Mulai Tidak Input Data Mutasi Inisialisasi Populasi Mendapatkan Populasi Baru Hitung Nilai Fitness Generasi Maksimum Seleksi Persilangan (Crossover) Ya Cetak Hasil Optimal Selesai Gambar 2.5 Diagram Alir Struktur Umum Algoritma Genetika

28 11 Inisialisasi populasi awal dilakukan untuk menghasilkan solusi awal dari suatu permasalahan algoritma genetika. Inisialisasi ini dilakukan secara random sesuai dengan jumlah kromosom per populasi yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai fitness dan selanjutkan dilakukan seleksi dengan menggunakan metode Roulette Wheel, tournament atau ranking. Kemudian dilakukan persilangan (crossover) dan mutasi. Setelah melalui beberapa generasi maka algoritma ini akan berhenti sebanyak generasi yang diinginkan. (Zukhri, 2014) Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik yang perlu diketahui sehingga dapat dibedakan dari prosedur pencarian atau optimasi yang lain, yaitu (Goldberg, 1989) : 1. Algoritma Genetika bekerja dengan pengkodean dari himpunan solusi permasalahan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan dan bukan parameter itu sendiri. 2. Algoritma Genetika melakukan pencarian pada sebuah populasi dari sejumlah individu-individu yang merupakan solusi permasalahan bukan hanya dari satu individu. 3. Algoritma Genetika merupakan informasi dari fungsi objektif sebagai cara untuk menganalisis individu yang mempunyai solusi terbaik, bukan turunan dari satu fungsi saja. 4. Algoritma Genetika menggunakan aturan-aturan transisi peluang, bukan dari aturan-aturan deterministik. 2.5 Teknik Pengkodean Teknik pengkodean adalah bagaimana mengkodekan gen dari kromosom, gen merupakan bagian dari kromosom. Satu gen akan mewakili satu variabel. Agar dapat diproses melalui algoritma genetik, maka alternatif solusi tersebut harus dikodekan terlebih dahulu kedalam bentuk kromosom. Masing-masing kromosom berisi sejumlah gen yang mengodekan informasi yang disimpan didalam individu atau kromosom.gen dapat direpresentasikan dalam bentuk bit,bilangan real, string, daftar aturan, gabungan dari beberapa kode, elemen permutasi, elemen program atau representasi lainnya yang dapat diimplementasikan untuk operator genetika.

29 Membangkitkan Populasi Awal dan Kromosom Membangkitkan populasi awal adalah proses membangkitkan sejumlah individu atau kromosom secara acak atau melalui prosedur tertentu. Ukuran untuk populasi tergantung pada masalah yang akan diselesaikan dan jenis operator genetika yang akan diimplementasikan. Setelah ukuran populasi ditentukan, kemudian dilakukan pembangkitan populasi awal. Apabila ukuran populasi yang dipilih terlalu kecil, maka tingkat eksplorasi atas ruang pencarian global akan terbatas, walaupun arah menuju konvergensi lebih cepat. Apabila ukuran populasi terlalu besar, maka waktu akanbanyak terbuang karena berkaitan dengan besarnya jumlah data yang dibutuhkan dan waktu ke arah konvergensi akan lebih lama (Goldberg, 1989). Teknik dalam pembangkitan populasi awal ini ada beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Random Generator Inti dari cara ini adalah melibatkan pembangkitkan bilangan random untuk nilai setiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. 2. Pendekatan Tertentu Cara ini adalah dengan memasukkan nilai tertentu kedalam gen dari populasi yang dibentuk. 3. Permutasi Gen Salah satu cara permutasi gen dalam pembangkitan populasi awal adalah penggunaan permutasi Josephus dalam permasalahan kombinatorial seperti Bin Packing Problem. 2.7 Analisis Fitness Suatu individu dianalisis berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran performansinya. Didalam evolusi alam, individu yang bernilai fitness tinggi yang akan bertahan hidup. Sedangkan individu yang bernilai fitness rendah akan mati. 2.8 Operator Genetika Algoritma genetika merupakan teknik atau metode pencarian untuk permasalahan heuristic dan random sehingga pemilihan operator yang digunakan sangat

30 13 berpengaruh dalam keberhasilan algoritma genetika dalam menemukan solusi optimum suatu permasalahan yang diselesaikan Seleksi Dalam proses reproduksi setiap individu populasi pada suatu generasi diseleksi berdasarkan nilai fitnessnya untuk bereproduksi guna menghasilkan keturunan. Probabilitas terpilihnya suatu individu untuk bereproduksi adalah sebesar nilai fitness individu tersebut dibagi dengan jumlah nilai fitness seluruh individu dalam populasi (Davis, 1991) Crossover Crossover (pindah silang) adalah proses pemilihan posisi string secara acak dan menukar karakter- karakter stringnya (Goldberg, 1989). Fungsi crossover adalah menghasilkan kromosom anak dari kombinasi materi-materi gen dua kromosom induk. Probabilitas crossover (Pc) ditentukan untuk mengendalikan frekuensi crossover Mutasi Operator mutasi dioperasikan sebagai cara untuk mengembalikan materi genetikyang hilang. Melalui mutasi, individu baru dapat diciptakan dengan melakukan modifikasi terhadap satu atau lebih nilai gen pada individu yang sama. Mutasi mencegah kehilangan total materi genetika setelah reproduksi dan pindah silang. Mutasi ini berperan utuk menggantikan gen yang hilang dari populasi akibat seleksi yang memungkinkan munculnya kembali gen yang tidak muncul pada inisialisasi populasi Parameter Parameter dalam Algoritma Genetika Parameter-parameter genetika berperan dalam pengendalian operator-operator genetika yang digunakan dalam optimasi algoritma genetika menggunakan algoritma genetika. (Davis, 1991) Parameter genetika yang sering digunakan meliputi ukuran populasi (N), probabilitas pindah silang (Pc),dan probabilitas mutasi (Pm). Pemilihan ukuran populasi yang digunakan tergantung pada masalah yang akan diselesaikan. Untuk masalah yang

31 14 lebih kompleks biasanya diperlukan ukuran populasi yang lebih besar guna mencegah konvergensi prematur (yang menghasilkan optimum lokal). Pada tiap generasi, sebanyak Pc * N individu dalam populasi mengalami pindah silang. Makin besar nilai Pc yang diberikan maka makin cepat struktur individu baru yang diperkenalkan ke dalam populasi. Jika nilai Pc yang diberikan terlalu besar, individu yang merupakan kandidat solusi terbaik dapat hilang lebih cepat dibanding seleksi untuk peningkatan kerja. Sebaliknya nilai Pc yang rendah dapat mengakibatkan stagnasi karena rendahnya angka eksplorasi. Probabilitas mutasi adalah probabilitas dimana setiap posisi bit pada tia string dalam populasi baru mengalami perubahan secara acak setelah proses seleksi. Dalam satu generasi dengan L panjang struktur, kemungkinan terjadi mutasi sebanyak Pm*N*L. 2.9 Variasi Genetika Variasi genetika dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif.suatu populasi terdiri dari sejumlah individu.variasi genetika merupakan variasi pada alel dan gen, terjadi baik didalam dan diantara populasi.variasi genetika sangat penting karena menyediakan bahan genetik untuk seleksi alam.variasi genetika yang dibawa oleh mutasi, yang merupakan perubahan permanen dalam struktur kimia gen. Poliploidi adalah contoh dari kromosom mutasi. Poliploidi adalah suatu kondisi dimana organisme memiliki tiga atau lebih set variasi genetika. Mutasi ini dimulai oleh orang tua, sebagai pasangan induk keturunannya sekarang memiliki kesempatan untuk mewarisi sifat yang sama dengan induknya (Hartl& Jones, 1998). Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman.walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Variasi genetik antar individu dalam suatu populasi dapat diidentifikasi pada berbagai tingkatan.hal ini dimungkinkan untuk mengidentifikasi variasi genetik dari pengamatan variasi fenotipik baik sifat kuantitatif (sifat yang berubah secara kontinyu

32 15 dan disandikan oleh banyak gen, misalnya, panjang kaki pada anjing) atau sifat diskrit (sifat yang masuk dalam kategori diskrit dan dikodekan untuk oleh satu atau beberapa gen (misalnya, putih, merah muda, warna merah kelopak bunga dalam tertentu) (Barnes & Breen, 2010) Hukum Ketetapan Hardy-Wienberg Pada tahun 1908, seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris Godfrey Harold Hardy ( ) dan seorang dokter berkebangsaan Jerman Wilhelm Weinberg ( ) secara terpisah menguraikan kondisi penting tentang keseimbangan genetik. Mereka menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi terpisah menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg (prinsip kesetimbangan). Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.hukum ini digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi ataukah tidak. Hukum Hardy-Weinberg ini menjelaskan bahwa keseimbangan genotip AA, Aa, dan aa, serta perbandingan gen A dan gen a dari generasi ke generasi akan selalu sama dan tetap dipertahankan dalam suatu populasi bila memenuhi beberapa syarat (Vogel & Motulsky, 1997). Dalam perkawinan acak, organisme membentuk pasangan kawin secara independen dari genotipe; setiap jenis pasangan kawin terbentuk sesering yang diharapkan oleh pertemuan kesempatan.kawin acak adalah jauh sistem perkawinan yang paling umum untuk sebagian besar spesies hewan dan tumbuhan, kecuali untuk tanaman yang secara teratur mereproduksi melalui self-fertilisasi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwadi bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual. Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg: 1. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama 2. Perkawinan terjadi secara acak 3. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar. 4. Tidak terjadi migrasi 5. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar

33 16 Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi.dalam perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkecil), spesifik dikenal sebagai mikroevolusi. Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Dengan kawin acak, hubungan antara frekuensi alel dan frekuensi genotipe sangat sederhana karena perkawinan acak individu setara dengan serikat acak gamet.secara konseptual, kita mungkin membayangkan semua gamet suatu populasi sebagai hadiah dalam wadah besar.untuk membentuk genotipe zigot, pasang gamet ditarik dari wadah secara acak. Untuk lebih spesifik, mempertimbangkan alel M dan N pada golongan darah MN, yang frekuensi alel adalah p dan q, masing-masing (ingat bahwa p + q = 1). Frekuensi genotipe diharapkan dengan kawin acak dapat disimpulkan dari gambar 2.2 berikut (Daniel, et al. 1998): p M p 2 MM p M q N p M pq MN pq MN q N q N q 2 MM Gambar 2.6 Diagram Frekuensi genotype untuk kawin acak.

34 17 Genotipe yang dapat dibentuk dengan dua alel akan ditampilkan di sebelah kanan, dan dengan perkawinan acak, frekuensi masing-masing genotipe dihitung dengan mengalikan frekuensi alel dari gamet yang sesuai. Namun, MN genotipe dapat dibentuk dalam dua cara-alel M bisa datang dari ayah (bagian atas diagram) atau dari ibu (bagian bawah diagram). Dalam setiap kasus, frekuensi genotipe MN adalah pq; mengingat kedua kemungkinan, kita menemukan bahwa frekuensi MN adalah pq + pq = 2pq. Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel (Vogel & Motulsky, 1997) Penelitian Terkait Penelitian Terdahulu (Omara & Arafa 2010) membahas mengenai pengembangan algoritma genetika standard (SGA) dengan memodifikasi fungsi fitness dalam permasalahan penjadwalan tugas. Dimana mereka mengembangkan dua teknik untuk mengoptimalkan fungsi fitness yaitu fungsi fitness untuk meminimalkan total waktu eksekusi dan untuk menentukan kepuasan keseimbangan beban. Kedua teknik tersebut diimplementasikan kedalam algoritma gentika dengan nama Critical Path Genetic Algorithms (CPGA) dan Task Duplication Genetic Algorithms (TDGA); (Chaari, Chaabane, Loukil, & Trentesaux, 2011) membahas mengenai penerapan algoritma genetika untuk permasalahan penjadwalan hybrid flow shop yang kokoh. Mereka mempertimbangkan masalah penjadwalan yang tidak pasti dan mengembangkan algoritma genetika dimana fungsi analisis bi-objektif yang kokoh didefinisikan untuk memperoleh hasil yang baik, solusi efektif yang sedikit sensitif untuk ketidakpastian data.untuk hasil dari uji coba tersebut menunjukkan hasil yang baik untuk efektivitas dan ketahanan dalam berbagai tingkat ketidakpastian. Ahmed (2010) mengembangkan algoritma genetika untuk permasalahan Traveling Salesman Problem (TSP) menggunakan operator crossover baru yaitu Sequential Constructive Crossover (SCX) yang menghasilkan solusi berkualitas tinggi. Dimana operator SCX membangun keturunan dari sepasang induk menggunakan tepi yang lebih baik atas dasar nilai-nilai yang mungkin ada dalam struktur induk yang menjaga

35 18 urutan node dalam kromosom induk. Al-Dulaimi & Ali (2008) algoritma genetika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan TSP. dimana TSP merupakan permasalahan NP-Complete yang dikodekan dalam bentuk genetik. Algoritma Genetika digunakan untuk menentukan rute optimal dengan menghitung matriks jarak Euclidean antar kota-kota yang akan dikunjungi dan urutan kota yang dipilih secara acak sebagai populasi awal. Generasi baru dibuat secara berulang-ulang sampai rute optimal dicapai. Abdoun, et al. (2012) dalam penelitian mereka membahas bagaimana memilih parameter yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.disini mereka melakukan analisis perbandingan antara operator mutasi, yang dikelilingi oleh penelitian dilatasi yang membenarkan relevansi operator genetic yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan Traveling Salesman Problem Perbedaan Dengan Penelitian Lain Pada penelitian ini penulis akan mengkaji apakah variasi genetika menggunakan hukum ketetapan Hardy-Weinberg dapat diterapkan kedalam permasalahan komputasi dan membandingkanya dengan algoritma genetika yang sudah ada. Untuk melihat perbandingan dengan penelitian yang lain dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Lain No. Nama Peneliti 1 Nowostawski & Poli (1999) 2 Beasley & Chu (1996) 3 Lin, et al(2009) Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Parallel Genetic Algorithm Taxonomy A Genetic Algorithm for The Set Covering Problem Genetic Algorithm for Shortest Driving Sama-sama melakukan modifikasi terhadap algoritma genetika Sama-sama menggunakan algoritma genetika dalam menyelesaikan permasalahan. Sama-sama menggunakan algoritma Digunakan untuk permasalahan heterogen dan sistem terdistribusi Permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah permasalahan set covering. Menitikberatkan pada pengaruh jumlah gen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Genetika Algoritma genetika sebagai cabang dari algoritma evolusi merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan suatu pencarian nilai dalam permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PADA PENERAPAN HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ADIDTYA PERDANA

ANALISIS PERFORMANSI PADA PENERAPAN HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ADIDTYA PERDANA ANALISIS PERFORMANSI PADA PENERAPAN HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ADIDTYA PERDANA 127038053 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANCE ATAS METODE ARITHMETIC CROSSOVER DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ERIANTO ONGKO

ANALISIS PERFORMANCE ATAS METODE ARITHMETIC CROSSOVER DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ERIANTO ONGKO 1 ANALISIS PERFORMANCE ATAS METODE ARITHMETIC CROSSOVER DALAM ALGORITMA GENETIKA TESIS ERIANTO ONGKO 127038063 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TESIS ADYA ZIZWAN PUTRA

TESIS ADYA ZIZWAN PUTRA ANALISIS KINERJA METODE GABUNGAN GENETIC ALGORITHM DAN K-MEANS CLUSTERING DALAM PENENTUAN NILAI CENTROID TESIS ADYA ZIZWAN PUTRA 147038003 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Adidtya Perdana Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. H.M. Jhoni No. 70 C Medan adid.dana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

MODEL RULE DENGAN PENDEKATAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN WEIGHTED PRODUCT PADA PENENTUAN JABATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI TESIS

MODEL RULE DENGAN PENDEKATAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN WEIGHTED PRODUCT PADA PENENTUAN JABATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI TESIS MODEL RULE DENGAN PENDEKATAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN WEIGHTED PRODUCT PADA PENENTUAN JABATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI TESIS AJULIO PADLY SEMBIRING 147038059 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY SUGENO UNTUK OPTIMASI RULE BASE FUZZY TESIS VERI ILHADI

ANALISIS ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY SUGENO UNTUK OPTIMASI RULE BASE FUZZY TESIS VERI ILHADI ANALISIS ALGORITMA C4.5 DAN FUZZY SUGENO UNTUK OPTIMASI RULE BASE FUZZY TESIS VERI ILHADI 147038067 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN)

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) DRAFT SKRIPSI RAJO PANANGIAN HARAHAP 111421045 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA DALAM HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG PADA BIN PACKING PROBLEM

ANALISIS TINGKAT OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA DALAM HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG PADA BIN PACKING PROBLEM ANALISIS TINGKAT OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA DALAM HUKUM KETETAPAN HARDY-WEINBERG PADA BIN PACKING PROBLEM Terry Noviar Panggabean STMIK ITMI Jl. Timah Putih / Komp.Aa Mega Mas Blok G No.15-18 Tnp.grup@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SERAP CITRA PADA PESAN BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PENCOCOKAN WARNA GABRIEL ARDI HUTAGALUNG

ANALISIS DAYA SERAP CITRA PADA PESAN BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PENCOCOKAN WARNA GABRIEL ARDI HUTAGALUNG ANALISIS DAYA SERAP CITRA PADA PESAN BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN PENCOCOKAN WARNA TESIS GABRIEL ARDI HUTAGALUNG 147038088 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEMIRIPAN DOKUMEN TEKS DENGAN PROSES ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POSI FORMULATION TESIS DARWIS ROBINSON MANALU

PENGUKURAN TINGKAT KEMIRIPAN DOKUMEN TEKS DENGAN PROSES ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POSI FORMULATION TESIS DARWIS ROBINSON MANALU PENGUKURAN TINGKAT KEMIRIPAN DOKUMEN TEKS DENGAN PROSES ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POSI FORMULATION TESIS DARWIS ROBINSON MANALU 127038077 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM KEAMANAN KOMPUTER MENGAKSES DATA CENTER MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA PADA WINDOWS SERVER 2012 DALAM MEDIA HOTSPOT TESIS

PENGEMBANGAN SISTEM KEAMANAN KOMPUTER MENGAKSES DATA CENTER MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA PADA WINDOWS SERVER 2012 DALAM MEDIA HOTSPOT TESIS PENGEMBANGAN SISTEM KEAMANAN KOMPUTER MENGAKSES DATA CENTER MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA PADA WINDOWS SERVER 2012 DALAM MEDIA HOTSPOT TESIS DIVI HANDOKO NASUTION 127038065 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ONLINE DAN OFFLINE TRAINING PADA JARINGAN BACKPROPAGATION PADA KASUS PENGENALAN HURUF ABJAD TESIS

ANALISIS PERBANDINGAN ONLINE DAN OFFLINE TRAINING PADA JARINGAN BACKPROPAGATION PADA KASUS PENGENALAN HURUF ABJAD TESIS ANALISIS PERBANDINGAN ONLINE DAN OFFLINE TRAINING PADA JARINGAN BACKPROPAGATION PADA KASUS PENGENALAN HURUF ABJAD TESIS MUHAMMAD ANGGI RIVAI NST 117038015 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO 060803025 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN TESIS PUTRA SURI ALIM

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN TESIS PUTRA SURI ALIM MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN TESIS PUTRA SURI ALIM 117038062 PROGRAM STUDI MAGISTER S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR DAN ALGORITMA PEWARNAAN HEURISTIK TABU SEARCH PADA PEWARNAAN GRAF TESIS JUNIDAR 117038020 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS ACCURATE LEARNING PADA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENGENALAN POLA ALFANUMERIK TESIS

ANALISIS ACCURATE LEARNING PADA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENGENALAN POLA ALFANUMERIK TESIS ANALISIS ACCURATE LEARNING PADA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENGENALAN POLA ALFANUMERIK TESIS FADHILLAH AZMI 137038027 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KOMBINASI MESSAGE-DIGEST ALGORITHM 5 (MD5) DAN AFFINE BLOCK CIPHERTERHADAP SERANGAN DICTIONARY ATTACK UNTUK KEAMANAN ROUTER WEBLOGIN HOTSPOT

ANALISIS KOMBINASI MESSAGE-DIGEST ALGORITHM 5 (MD5) DAN AFFINE BLOCK CIPHERTERHADAP SERANGAN DICTIONARY ATTACK UNTUK KEAMANAN ROUTER WEBLOGIN HOTSPOT ANALISIS KOMBINASI MESSAGE-DIGEST ALGORITHM 5 (MD5) DAN AFFINE BLOCK CIPHERTERHADAP SERANGAN DICTIONARY ATTACK UNTUK KEAMANAN ROUTER WEBLOGIN HOTSPOT TESIS AIDIL HALIM LUBIS 137038029 PROGRAM STUDI S2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011 ANALISIS OPTIMASI PENJADWALAN JAGA DOKTER RESIDEN PENYAKIT DALAM PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Erlanie Sufarnap 1, Sudarto 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 airlanee@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DALAM FUZZY CLUSTERING DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA TESIS AYU NURIANA SEBAYANG /TINF

PENGENALAN POLA DALAM FUZZY CLUSTERING DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA TESIS AYU NURIANA SEBAYANG /TINF PENGENALAN POLA DALAM FUZZY CLUSTERING DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA TESIS Oleh AYU NURIANA SEBAYANG 097038005/TINF PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA DECISION TREE DENGAN ALGORITMA RANDOM TREE UNTUK PROSES PRE PROCESSING DATA TESIS SAIFULLAH

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA DECISION TREE DENGAN ALGORITMA RANDOM TREE UNTUK PROSES PRE PROCESSING DATA TESIS SAIFULLAH ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA DECISION TREE DENGAN ALGORITMA RANDOM TREE UNTUK PROSES PRE PROCESSING DATA TESIS SAIFULLAH 117038036 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN

IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN IMPLEMENTASI HYBRID ALGORITMA GENETIKA DENGAN TEKNIK KENDALI LOGIKA FUZZY UNTUK MENYELESAIKAN VEHICLE ROUTING PROBLEM SKRIPSI DICKY ANDRYAN ( 060803049 ) DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DAN DECISION TREE C4.5 DALAM DATA MINING TESIS. Oleh YUNIAR ANDI ASTUTI / TINF

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DAN DECISION TREE C4.5 DALAM DATA MINING TESIS. Oleh YUNIAR ANDI ASTUTI / TINF ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DAN DECISION TREE C4.5 DALAM DATA MINING TESIS Oleh YUNIAR ANDI ASTUTI 097038020/ TINF PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN (Binary Genetic Algorithm Concept to Optimize Course Timetabling) Iwan Aang Soenandi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

ANALISIS ASIMTOTIK DAN REAL TIME MENGGUNAKAN ALGORITMA L-DEQUE DALAM MENENTUKAN JARAK TERPENDEK ANTAR KANTOR CABANG BANK MANDIRI DI KOTA MEDAN SKRIPSI

ANALISIS ASIMTOTIK DAN REAL TIME MENGGUNAKAN ALGORITMA L-DEQUE DALAM MENENTUKAN JARAK TERPENDEK ANTAR KANTOR CABANG BANK MANDIRI DI KOTA MEDAN SKRIPSI 1 ANALISIS ASIMTOTIK DAN REAL TIME MENGGUNAKAN ALGORITMA L-DEQUE DALAM MENENTUKAN JARAK TERPENDEK ANTAR KANTOR CABANG BANK MANDIRI DI KOTA MEDAN SKRIPSI FACHROZI FAHMI 141421117 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS GALAT FUNGSI KEANGGOTAAN FUZZY PADA METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO TESIS MAGDALENA SIMANJUNTAK

ANALISIS GALAT FUNGSI KEANGGOTAAN FUZZY PADA METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO TESIS MAGDALENA SIMANJUNTAK ANALISIS GALAT FUNGSI KEANGGOTAAN FUZZY PADA METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO TESIS MAGDALENA SIMANJUNTAK 137038003 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SMAN 1 CIWIDEY Rismayanti 1, Tati Harihayati 2 Teknik Informatika Universitas Komputer

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

ANALISIS TABU LIST LENGTH PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN TESIS RAYUWATI

ANALISIS TABU LIST LENGTH PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN TESIS RAYUWATI i ANALISIS TABU LIST LENGTH PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN TESIS Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika RAYUWATI 117038073 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI DEVINA PRATIWI HALIM 101401094 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI RURY HANDAYANI 061401018 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN PERKULIAHAN DAN PRAKTIKUM RIDHA APRIANI

ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN PERKULIAHAN DAN PRAKTIKUM RIDHA APRIANI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN PERKULIAHAN DAN PRAKTIKUM SKRIPSI RIDHA APRIANI 071402019 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DENGAN PENDEKATAN LOGIKA FUZZY TESIS MEIDA SITANGGANG

ANALISIS METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DENGAN PENDEKATAN LOGIKA FUZZY TESIS MEIDA SITANGGANG i ANALISIS METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DENGAN PENDEKATAN LOGIKA FUZZY TESIS MEIDA SITANGGANG 117038005 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG

ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG ANALISIS SELEKSI ATRIBUT PADA ALGORITMA NAÏVE BAYES DALAM MEMPREDIKSI PENYAKIT JANTUNG TESIS IVAN JAYA 117038072 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. ABSTRAK Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. Pada skripsi ini, metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan job shop scheduling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) BERDASARKAN NILAI CONSISTENCY RATIO TESIS IMAM MUSLEM R

ANALISIS METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) BERDASARKAN NILAI CONSISTENCY RATIO TESIS IMAM MUSLEM R ANALISIS METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) BERDASARKAN NILAI CONSISTENCY RATIO TESIS IMAM MUSLEM R 127038040 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Genetika Pada tahun 1975, John Holland, di dalam bukunya yang berjudul Adaption in Natural and Artificial Systems, mengemukakan komputasi berbasis evolusi. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA GREEDY CROSSOVER (GX) PADA ALGORITMA GENETIKA UNTUK ROSTERING TESIS EVA DESIANA

ANALISIS KINERJA GREEDY CROSSOVER (GX) PADA ALGORITMA GENETIKA UNTUK ROSTERING TESIS EVA DESIANA 1 ANALISIS KINERJA GREEDY CROSSOVER (GX) PADA ALGORITMA GENETIKA UNTUK ROSTERING TESIS EVA DESIANA 147038020 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALGORITMA Algoritma adalah metode langkah demi langkah pemecahan dari suatu masalah. Kata algoritma berasal dari matematikawan Arab ke sembilan, Al- Khowarizmi. Algoritma didasarkan

Lebih terperinci

TESIS OLEH ELVIWANI /TINF

TESIS OLEH ELVIWANI /TINF ANALISIS KOMPUTASI METODE TOPSIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TESIS OLEH ELVIWANI 107038030/TINF PROGRAM STUDI MAGISTER(S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA. Disusun Oleh : : Martina Lova.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA. Disusun Oleh : : Martina Lova. SKRIPSI SISTEM PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PENJADWALAN MATA KULIAH KELAS R1 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKAUMBY) Disusun Oleh : Nama : Martina Lova Nim : 13111092

Lebih terperinci