Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Hubungan Dalam Negosiasi. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Hubungan Dalam Negosiasi. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,"

Transkripsi

1 Negosiasi Bisnis Minggu-11: Hubungan Dalam Negosiasi By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

2 Hubungan Dalam Negosiasi Proses negosiasi terjadi diantara dua pihak yang tidak memiliki hubungan sebelumnya. Para individu menjalin kebersamaan untuk membuat kesepakatan dan tidak memiliki hubungan sebelumnya saat kesepakatan dijalani. Negosiasi terjadi dalam lingkungan sosial yang kaya dan kompleks yang memiliki dampak yang signifikan terhadap cara bagaimana pihak-pihak berinteraksi dan bagaimana proses tersebut berkembang.

3 Hubungan Dalam Negosiasi Dalam konteks negosiasi orang-orang bertindak dalam hubungan, dan hubungan-hubungan ini memiliki masa lalu, masa kini dan masa depan. Cara-cara hubungan-hubungan masa lalu dan masa depan berdampak pada negosiasi masa kini. Reputasi, kepercayaan, dan keadilan adalah merupakan hal yang sangat penting bagi negosiasi yang efektif di dalam sebuah hubungan.

4 Apa Yang Dimaksud Dengan Hubungan? Hubungan merupakan sepasang entiti yang memiliki arti bagi pihakpihak, yang merupakan bentuk yang dimengerti dari interaksi di masa lampau dan masa depan yang mempengaruhi perilaku mereka saat ini.

5 Dua Asumsi Kunci Dari Definisi Hubungan Para pihak memiliki sejarah dan masa depan yang diharapkan satu sama lain membentuk interaksi saat ini. Hubungan antara pihak-pihak memiliki arti (misalnya, hubungan itu sendiri memiliki identitas dan arti, di atas dan melampaui apa yang dibawa setiap individu terhadapnya).

6 Empat Bentuk Hubungan Communal sharing. Authority ranking. Equality matching. Market pricing.

7 Communal Sharing Merupakan hubungan kesatuan, komunitas, identitas kolektif, dan kebaikan, khususnya terjadi diantara famili yang dekat. Orang-orang diikat satu sama lain oleh perasaan keanggotaan kelompok umum yang kuat, identitas umum dan perasaan bersatu, solidaritas, dan kepemilikan. Identitas kolektif menunjukkan identitas individu dan kelompok merupakan hal yang paling menonjol.

8 Communical Sharing Hubungan communal sharing didasarkan pada keaslian, kemurahan hati, perasaan kebaikan yang spontan satu sama lain yang seringkali berasal dari akar, ikatan, dan darah yang umum. Hubungan seperti itu ditemukan dalam keluarga, perkumpulan, organisasi persaudaraan, kelompok etnis, dan hubungan tetangga.

9 Authority ranking. Adalah hubungan perbedaan yang asimetris, umumnya ditunjukkan dalam susunan hierarkis status, perbedaan, dan rasa hormat. Orang-orang mengikuti prinsip-prinsip hierarkhis organisasi di mana peringkat yang lebih tinggi mendominasi peringkat yang lebih rendah.

10 Authority ranking. Hubungan authority ranking merupakan salah satu ketidaksamaan, dimana orang-orang dengan peringkat yang tinggi mengendalikan lebih banyak hal atau orang-orang dibandingkan yang lain, dan seringkali dikira memiliki lebih banyak pengetahuan atau keahlian.

11 Authority ranking. Pengendalian hubungan seperti ini tidak dicapai oleh paksaan (force). Tetapi dengan mengetahui otoritas legitimasi, orang-orang yang memiliki peringkat lebih rendah dengan sepenuh hati menghormati orang-orang yang memiliki peringkat lebih tinggi. Contoh: Hubungan bawahan terhadap atasan, tentara terhadap komandan, para negosiator terhadap para konstituennya.

12 Equality matching Adalah hubungan korespondensi satu persatu di mana orang-orang memang berbeda namun sama, seperti dimanipestasikan dalam hal timbal balik yang seimbang, distribusi yang dibagi merata atau distribusi yang identik dalam bentuk konpensasi pengganti, dan pengambilan kesempatan.

13 Equality matching Orang-orang dalam hubungan seperti ini melihat diri masing-masing sama dan terpisah, tetapi seringkali yang dapat dipertukarkan masing-masing diharapkan berkontribusi secara merata terhadap orang lain dan menerima secara merata dari orang lain.

14 Equality matching Hubungan ini direpresentasikan oleh aktivitasaktivitas seperti pengambilan kesempatan di mana setiap orang melakukan fungsi yang sama dalam gilirannya. Dalam hal timbal balik di mana setiap orang dapat memberi dan menerima dengan sama rata.

15 Equality matching Hubungan equality matching terjadi di dalam tim atau kelompok tertentu yang para anggotanya harus bekerja bersama untuk mengkoordinasikan tindakan mereka. Contohnya: Saat mengorganisasi satu makan malam kelompok, setiap orang diminta untuk membawa masakan yang dapat dibagi secara cukup dengan yang lain, dengan harapan bahwa masing-masing pihak akan membawa makanan yang cukup bagi setiap orang.

16 Market Pricing Adalah hubungan yang didasarkan pada sebuah metrik (intermodel) dari nilai di mana orangorang membandingkan komoditas yang berbeda dan mengkalkulasi pertukaran/rasio keuntungan.

17 Market Pricing Nilai-nilai yang menentukan jenis hubungan ini ditentukan oleh sistem pasar. Hal-hal secara khusus diukur oleh beberapa pengujian kuantitatif seperti nilai kegunaan atau dolar dan pertukaran diukur dalam berbagai rasio harga barang-barang. Dalam hubungan jenis ini, orang-orang melihat yang lain sebagai yang dapat dipertukarkan karena kesepakatan lebih penting dibandingkan hubungan.

18 Market Pricing Pihak-pihak akan melakukan kesepakatan dengan siapapun yang dapat memberikan barang-barang dan jasa yang sama untuk harga yang bagus. Dalam hubungan market pricing, pihak-pihak berusaha untuk mengubah rasio harga terhadap barang-barang yang dipertukarkan sesuai kebutuhannya (memaksimalkan kegunaan mereka) atau mereka dapat mencari untuk menemukan harga yang adil.

19 Market Pricing Contoh: Dalam penjualan mobil, seorang penjual mobil akan menjual mobil tersebut kepada siapapun yang setuju dengan harga yang ditawarkan karena itu satu-satunya transaksi yang diinginkan.

20 Negosiasi Dalam Hubungan Communal sharing Pihak-pihak yang ada dalam hubungan communal sharing pada umumnya: Lebih kooperatif dan empatik. Membuat perjanjian dengan kualitas yang lebih baik. Lebih baik dalam pengambilan keputusan dan tugas-tugas yang dilakukannya. Memusatkan perhatian mereka pada hasil pihak lain dan hasil mereka sendiri.

21 Negosiasi Dalam Hubungan Communal Memusatkan perhatian lebih pada normanorma dalam mengembangkan cara yang mereka lakukan bersama. Lebih cenderung untuk membagi informasi dengan orang lain dan kurang menggunakan taktik-taktik yang memaksa.

22 Negosiasi Dalam Hubungan Communal Lebih cenderung menggunakan komunikasi tidak langsung tentang masalah-masalah konflik dan mengembangkan sebuah struktur konflik yang unik. Lebih cenderung menggunakan kompromi atau penyelesaian masalah sebagai strategi-strategi untuk menyelesaikan konflik.

23 Elemen-elemen Kunci Dalam Mengatur Negosiasi Dalam Hubungan Reputasi. Kepercayaan. Keadilan.

24 Reputasi Bagaimana orang lain mengingat pengalaman masa lalu mereka dengan Anda. Warisan yang para negosiator tinggalkan dibelakang setelah sebuah pertemuan negosiasi dengan pihak lain.

25 Reputasi Reputasi adalah sebuah identitas perseptual, reflektif dan kombinasi karakteristik dan pencapaian menonjol pribadi atau perilaku yang ditunjukkan dan gambaran-gambaran yang diniatkan yang dipelihara setiap saat, sebagaimana diteliti secara langsung dan/atau sebagaimana dilaporkan dari sumber ke dua.

26 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi diterima dan sangat subjektif dalam asal usulnya. Bukan bagaimana kita ingin diketahui oleh orang lain, atau bagaimana kita berfikir kita dikenal. Namun apa yang sebenarnya mereka fikirkan tentang kita, dan apa penilaian mereka terhadap kita. Saat reputasi dibentuk, hal tersebut bertindak sebagai lensa atau skema di mana orangorang membentuk harapan mereka untuk perilaku masa depan.

27 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Seorang individu dapat memiliki sejumlah perbedaan, bahkan reputasi yang mengandung konflik karena ia dapat bertindak sedikit berbeda dalam situasi yang berbeda. Saat individu-individu memperoleh reputasi yang berbeda dalam konteks yang berbeda, umumnya reputasi adalah sebuah gambar tunggal dan konsisten dari orang-orang yang berbeda melalui konteks yang berbeda.

28 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi dibentuk oleh perilaku masa lampau. o Di sisi lain kita dapat mengetahui reputasi seseorang berdasarkan pengalaman kita di masa lalu dengannya sejarah kerja sama atau perilaku bersaing. o Di lain pihak harapan kita mungkin dibentuk oleh cara orang lain berperilaku dengan orang lain lagi.

29 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi o Di sisi lain reputasi langsung dari pengalaman kita sendiri yang mungkin berbeda dari reputasi kabar angin berdasarkan pengalaman orang lain. Individu-individu cenderung mempercayai lebih banyak hal-hal dengan reputasi pengalaman yang lebih baik, dan tergantung lebih banyak pada reputasi pengalaman dibandingkan reputasi kabar angin dalam menentukan apakah mempercayai orang lain.

30 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seseorang dan pencapaiannya. Seperti: o Usia, o Ras, o Jenis kelamin, o Pendidikan, o Pengalaman masa lalu, o Sifat pribadi, o Kemampuan dan perilaku.

31 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi berkembang setiap saat. Saat berkembang, reputasi sulit untuk diubah. Pengalaman terdahulu kita dengan orang lain, atau yang telah kita dengar tentang mereka dari orang lain, membentuk pandangan kita tentang mereka yang kita bawa ke situasi baru dalam bentuk harapan tentang orang lain.

32 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi orang lain dapat membentuk pernyataan-pernyataan emosional. Reputasi kabar angin yang bagus dapat menciptakan respon emosional yang positif dari orang lain, dan reputasi khabar angin yang buruk memperoleh respon emosional yang negatif dari orang lain.

33 Beberapa Hal Pentingnya Reputasi Reputasi negatif sulit untuk diperbaiki. Semakin lama reputasi negatif terbentuk semakin sulit reputasi tersebut diubah menjadi positif. Oleh karena itu reputasi perlu secara aktif dipertahankan dan diperbaharui dalam pandangan orang lain supaya orang lain tidak mengingat terus pengalaman masa lalu yang negatif.

34 Kepercayaan (Trust) Adalah kesediaan untuk bertindak pada kata-kata, tindakan, dan keputusan terhadap orang lain.

35 Tiga Hal Yang Berkontribusi Pada Tingkat Kepercayaan Yang Seorang Negosiator Dapat Miliki Dari Orang Lain Penempatan terus menerus individu terhadap kepercayaan (misalkan, perbedaan individu dalam kepribadian yang membuat beberapa orang lebih dapat dipercaya dibandingkan yang lain). Faktor-faktor situasi (misalkan, kesempatan untuk pihak-pihak berkomunikasi dengan satu sama lain secara cukup). Sejarah hubungan antar pihak.

36 Dua Tipe Kepercayaan Yang Berbeda Hubungan dari kedalaman (kedekatan) yang berbeda dapat dikategorikan oleh dua tipe kepercayaan yang berbeda yaitu: Kepercayaan berbasis kalkulus. Kepercayaan berbasis identifikasi.

37 Kepercayaan Berbasis Kalkulus Kepercayaan berbasis kalkulus terkait dengan meyakinkan perilaku yang konsisten. Kepercayaan ini memegang bahwa individuindividu akan melakukan apa yang mereka katakan karena: o Mereka dihargai untuk memegang kata-kata mereka dan memelihara hubungan dengan orang lain. o Mereka takut akan konsekuensi dari tidak melakukan apa yang mereka katakan.

38 Kepercayaan Berbasis Kalkulus Kepercayaan bentuk ini dipertahankan sampai tingkat bahwa hukuman untuk tidak dapat dipercaya jelas, mungkin dan cenderung terjadi. Oleh karena itu ancaman hukuman cenderung menjadi motivator yang lebih signifikan dibandingkan janji akan penghargaan.

39 Kepercayaan Berbasis Kalkulus Sang pemercaya akan memelihara kepercayaan dihubungkan dengan pemutusan hubungan dan oleh ancaman jika kepercayaan dirusak, reputasi seseorang akan rusak karena sang korban akan mengatakan bahwa ia tidak dapat dipercaya. Bentuk kepercayaan ini konsisten dengan bentuk hubungan market pricing.

40 Kepercayaan Berbasis Identifikasi Kepercayaan yang didasarkan pada identitikasi dengan maksud dan hasrat orang lain. Kepercayaan akan muncul karena pihak-pihak secara efektif memahami dan menghargai keinginan masing-masing, pengertian saling menguntungkan ini dikembangkan sampai titik di mana masing-masing pihak dapat secara efektif bertindak untuk orang lain.

41 Kepercayaan Berbasis Identifikasi Kepercayaan berbasis identifikasi mengijinkan satu pihak untuk menjalani sebagai agen orang lain dalam transaksi interpersonal dan orang lain dapat mempercayainya bahwa kepentingannya akan sepenuhnya dijaga dan tidak perlu diawasi.

42 Kepercayaan Berbasis Identifikasi Pihak yang dipercaya mengerti apa yang mereka harus lakukan untuk menyokong kepercayaan orang lain, mempelajari apa yang menjadi masalah orang lain dan menempatkan kepentingan yang sama pada perilaku, kualitas, harapan, dan standar sebagaimana orang lain lakukan. Bentuk kepercayaan inin berkembang dalam hubungan communal sharing.

43 Kepercayaan Berbasis Dari Ketidakpercayaan Kepercayaan dianggap menjadi harapan positif meyakinkan yang dilakukan pihak lain dan ketidakpercayaan sebagai harapan negatif meyakinkan yang dilakukan pihak lain. Kita dapat dengan yakin memperkirakan bahwa orang lain akan bertindak untuk mengambil keuntungan dari kita, mengeksploitasi itikad baik dan kehendak baik kita, atau memanipulasi hubungan pribadi mereka sendiri.

44 Kepercayaan Berbasis Dengan Ketidakpercayaan Kepercayaan maupun ketidakpercayaan dapat hidup bersama dalam sebuah hubungan. Contohnya; seorang suami akan mempercayai isterinya untuk memasangkan dasi untuk dipadukan dengan setelan yang baru dibelinya karena isterinya memiliki selera yang sangat bagus, tetapi tidak mempercayai isterinya untuk membersihkan ruang kerja suaminya karena ia memiliki kecenderungan untuk membuang kertaskertas yang ia pikir tidak berharga.

45 Bagaimana meningkatkan kepercayaan berbasis kalkulus. Ciptakan dan temukan ekspektasi pihak lain. Jelaskan apa yang ingin Anda lakukan dan lakukan apa yang Anda katakan. Tekankan pada keuntungan dari pencipaan saling kepercayaan. Bangun kredibilitas, pastikan pernyataan Anda jujur dan akurat. Pegang janji. Buat komitmen dan bekerjalah menggunakannya. Kembangkan reputasi yang baik.

46 Bagaimana meningkatkan kepercayaan berbasis Identifikasi Kembangkan minat yang sejenis. Kembangkan sasaran dan tujuann yang sejenis. Bertindak dan merespon seperti pihak lain. Bertahan untuk prinsip, nilai, dan cita-cita yang sejenis. Diskusikan secara aktif persamaan Anda dan kembangkan rencana untuk meningkatkan dan menguatkan persamaan tersebut.

47 Bagaimana mengelola ketidak percayaan berbasis kalkulus Amati tindakan pihak lain. Pastikan mereka melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan. Siapkan kesepakatan formal (kontrak, memorandum pemahaman, dan lain-lain) yang menspesifikasikan konsekuensi yang akan terjadi bila setiap pihak tidak memenuhi kepercayaan mereka. Buatkan rencana untuk memeriksa dan memverifikasi komitmen pihak lain.

48 Bagaimana mengelola ketidak percayaan berbasis kalkulus Kembangkan cara untuk memastikan bahwa pihak lain tidak dapat mengambil keuntungan dari kerpercayaan dan materi milik Anda dengan menginvasi bagian lain dari uang personal anda. Gunakan mekanisme formal yang sah jika terdapat kemungkinan bahwa pihak lain akan mengambil keuntungan dari Anda.

49 Bagaimana Mengelola Ketidakpercayaan Berbasis Identifikasi Berharap bahwa Anda dan pihak lain tidak akan sempat secara umum, melihat hal dengan berbeda, mengambil pandangan berbeda, dan mempertahankan ide dan prinsip berbeda. Asumsikan bahwa pihak lain akan memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari Anda bila mereka memiliki kesempatan. Cek dan verifikasi informasi dan komitmen, dan janji yang pihak lain buat untuk Anda.

50 Bagaimana Mengelola Ketidakpercayaan Berbasis Identifikasi Minimalisir apapun bentuk saling ketergantungan yang Anda miliki dengan pihak ini, dan kelola saling ketergantungan yang harus Anda miliki. Minimalisir keterbukaan diri yang personal terhadap individu ini, sehingga mereka tidak akan membuka informasi yang akan membuat Anda lemah. Selalu asumsikan dengan orang ini, pelanggaran terbaik adalah pertahanan yang baik.

51 Keadilan (Justise) Keadilan merupakan masalah penting dalam ilmu pengetahuan organisasi. Individu-individu dalam organisasi seringkali memperdebatkan apakah pembayaran adil, apakah mereka diperlakukan secara adil, apakah organisasi mungkin memperlakukan beberapa kelompok orang (wanita, minoritas, orang-orang dari budaya lain) dalam sikap yang tidak adil.

52 Bentuk-bentuk Keadilan (Justise) Keadilan distributif. Keadilan prosedural. Keadilan interaksi. Keadilan Sistemik

53 Keadilan Distributif Adalah keadilan tentang distribusi hasil. Pihak-pihak dapat peduli bahwa satu pihak menerima lebih dari haknya, bahwa hasil harus didistribusikan dengan adil, atau hasil harus didistribusikan berdasarkan kebutuhan.

54 Keadilan Distributif Keadilan hasil seringkali ditentukan dalam negosiasi distributif sebagai titik tengah antara posisi awal kedua belah pihak sebagai penyelesaian yang memecah perbedaan. Adanya penyelesaian yang jelas seperti ini dilakukan untuk meningkatkan pembuatan konsesi dan kemungkinan penyelesaian.

55 Keadilan Prosedural Adalah keadilan yang ditentukan oleh proses hasil. Pihak-pihak dapat berkonsentrasi bahwa mereka tidak diperlakukan dengan adil selama negosiasi, bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk menawarkan pandangan mereka atau sisi dari ceritanya, atau bahwa mereka tidak diperlakukan dengan hormat. Fokus keadilan prosedural cenderung meningkat pada saat negosiator menilai perilaku pihak ke tiga.

56 Keadilan Prosedural Seberapa penting keadilan prosedural dari pihak ketiga dalam: Memandang pihak ke tiga sebagai pihak yang netral, Memandang mereka sebagai pihak yang terpercaya, Menerima keputusan mereka, dan dalam kasus otoritas formal seperti polisi, secara sukarela menerima keputusan dan arahan mereka.

57 Keadilan Interaksi Adalah keadilan tentang bagaimana pihak-pihak memperlakukan satu sama lain dalam hubungan satu lawan satu. Orang-orang memiliki harapan yang kuat tentang cara-cara pihak lain harus memperlakukan mereka. Saat standar mereka dirusak, pihak-pihak merasa diperlakukan tidak adil.

58 Keadilan Interaksi Saat pihak lain mempraktekan kecurangan, tidak jujur, bertindak secara kasar, menanyakan pertanyaan yang tidak sesuai, membuat pernyataan yang merugikan dan diskriminatif, atau membuat keputusan atau bertindak ekstrim tanpa keadilan, para negosiator merasa bahwa standar keadilan telah dirusak.

59 Keadilan Sistemik Adalah keadilan mengenai cara bagaimana organisasi-organisasi muncul untuk memperlakukan kelompok individu dan normanorma yang mengembangkan cara bagaimana mereka seharusnya diperlakukan.

60 Keadilan Sistemik Saat beberapa kelompok didiskriminasi dengan mencabut hak memilih atau secara sistematis diberikan upah atau kondisi pekerjaan yang lebih buruk. Pihak-pihak dapat saja kurang fokus pada elemen-elemen prosedural yang spesifik, dan lebih fokus bahwa keseluruhan sistem dapat saja bias atau bersifat diskriminatif dalam perlakuan terhadap kelompok tertentu dan fokus mereka.

61 Hubungan Diantara Reputasi, Kepercayaan dan Keadilan Reputasi, kepercayaan, dan keadilan semuanya berinteraksi dalam membentuk ekspektasi perilaku orang lain. Sebagai contoh Saat satu pihak merasa yang lain telah bertindak secara adil di masa lalu atau akan bertindak dengan adil di masa yang akan datang, ia akan lebih cenderung mempercayai orang lain.

62 Hubungan Diantara Reputasi, Kepercayaan dan Keadilan Seseorang yang bertindak dengan adil membuat seseorang dapat dipercaya dan juga meningkatkan reputasi positif dan saat pihakpihak diperlakukan dengan tidak adil, mereka seringkali menjadi marah dan membalas ketidak adilan itu sendiri atau mereka yang dilihat sebagai penyebab ketidakadilan.

63 Hubungan Diantara Reputasi, Kepercayaan dan Keadilan Perlakuan yang tidak adil cenderung membawa pada ketidakpercayaan dan reputasi yang buruk. Kepercayaan, keadilan, dan reputasi, semuanya adalah pusat untuk negosiasi hubungan dan melengkapi satu sama lain.

64 Memperbaiki Hubungan Langkah-langkah diagnostik dalam memulai untuk meningkatkan hubungan: Apa yang mungkin menyebabkan banyak kesalah pahaman saat ini, dan apa yang dapat saya lakukan untuk memahaminya dengan lebih baik?. Apa yang mungkin menyebabkan kurangnya kepercayaan, dan apa yang dapat saya mulai untuk memperbaiki kepercayaan yang mungkin telah rusak?

65 Memperbaiki Hubungan Apa yang mungkin menyebabkan salah satu dari kita atau kita berdua merasa dipaksa, dan apa yang dapat saya lakukan untuk meletakan fokus saya pada persuasi daripada paksaan? Apa yang mungkin menyebabkan salah satu dari kita atau kita berdua merasa tidak dihormati, dan apa yang dapat saya lakukan untuk menunjukkan penerimaan dan rasa hormat?

66 Memperbaiki Hubungan Apa yang dapat menyebabkan salah satu dari kita atau kita berdua merasa kecewa dan bagaimana saya dapat menyeimbangkan emosi dan alasan?

67 Memperbaiki Hubungan Jika masalah hubungan tidak bisa diseleseaikan/tidak berakhir, pihak-pihak dapat mencari jalan keluarnya dengan menggunakan cara mereka sendiri. Jika masalah tersebut telah bertahan untuk beberapa waktu, atau kerusakan memakan biaya yang serius bagi kedua belah pihak maka diperlukan campur tangan pihak ke tiga.

68 Fakultas Komunikasi Dan Bisnis Telkom University

Negosiasi Bisnis. Minggu-9: Menemukan dan Menggunakan Kekuatan Negosiasi

Negosiasi Bisnis. Minggu-9: Menemukan dan Menggunakan Kekuatan Negosiasi Negosiasi Bisnis Minggu-9: Menemukan dan Menggunakan Kekuatan Negosiasi By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: 08122035131, Email: ailili1955@gmail.co.id Topik Bahasan Apa Yang Dimaksud Dengan Kekuatan

Lebih terperinci

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: , Negosiasi Bisnis Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: 08122035131, Email: ailili1955@gmail.co.id Jumlah Pihak Dalam Negosiasi Negosiasi antar dua orang negosiator.

Lebih terperinci

TEKNIK NEGOSIASI S. BUDI PRAYITNO. Universitas Diponegoro Semarang

TEKNIK NEGOSIASI S. BUDI PRAYITNO. Universitas Diponegoro Semarang 1 TEKNIK NEGOSIASI Oleh : S. BUDI PRAYITNO Universitas Diponegoro Semarang Leadership Training Proficiency Integrated Water Resource Management Solo, 22 24 November 2011 2 NEGOSIASI : - adalah suatu proses

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM   HP : Lucky B Pangau. Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular 1 Kamar Kecil Merokok Agenda Telepon selular 2 Menjelaskan manfaat dari negosiasi yang efektif. Menjelaskan lima tahap negosiasi. Menekankan persiapan dan negosiasi berbasiskepentingan Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI

BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI I. Pentingnya Hubungan Pengecer dengan Pemasok Hubungan antara pengecer, dalam hal ini pengelola toko dengan pemasok atau suplier merupakan tahapan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN. 2.1 Kejujuran, integritas, dan keadilan

KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN. 2.1 Kejujuran, integritas, dan keadilan Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN Juni 2014 1. Pendahuluan Amcor mengakui tanggung jawabnya sebagai produsen global dalam bidang layanan dan materi pengemasan,

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang)

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam

Strategi dan Seni dalam Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan psikologis yang mengikat karyawan di dalam sebuah organisasi,

Lebih terperinci

MOTIVASI, MEDIASI DAN KETERAMPILAN BERNEGOSIASI UNTUK MEMBANTU PETANI

MOTIVASI, MEDIASI DAN KETERAMPILAN BERNEGOSIASI UNTUK MEMBANTU PETANI MOTIVASI, MEDIASI DAN KETERAMPILAN BERNEGOSIASI UNTUK MEMBANTU PETANI Motivasi Motivasi sangat penting bagi petani sebagai modal untuk tetap eksis dalam berusahatani. Pada saat mengalai kesulitan seperti

Lebih terperinci

Negosiasi : This is how we do it!

Negosiasi : This is how we do it! Negosiasi : This is how we do it! disusun oleh : Praluki Herliawan Universitas Islam Bandung Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 Negosiasi Pengertian Negosiasi Negosiasi menurut

Lebih terperinci

PERTEMUAN 15 KONFLIK

PERTEMUAN 15 KONFLIK PERTEMUAN 15 KONFLIK UNTUK DAPAT MENGELOLA KONFLIK KITA PERLU MENGETAHUI: Dalam berinteraksi dengan orang lain kita tidak dapat menghindar dari terjadinya konflik, untuk itu kemampuan mengelola konflik

Lebih terperinci

Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan

Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN 1. Pendahuluan Amcor mengakui tanggung jawabnya sebagai produsen global dalam bidang layanan dan materi pengemasan,

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

MAKALAH NEGOSIASI DISUSUN GUNA MEMENUHI MATA KULIAH KOMUNIKASI BISNIS. DOSEN PENGAMPU : DR. AHYAR YUNIAWAN, SE., MSi EISHA LATARUVA, SE,.

MAKALAH NEGOSIASI DISUSUN GUNA MEMENUHI MATA KULIAH KOMUNIKASI BISNIS. DOSEN PENGAMPU : DR. AHYAR YUNIAWAN, SE., MSi EISHA LATARUVA, SE,. MAKALAH NEGOSIASI DISUSUN GUNA MEMENUHI MATA KULIAH KOMUNIKASI BISNIS DOSEN PENGAMPU : DR. AHYAR YUNIAWAN, SE., MSi EISHA LATARUVA, SE,. MM DISUSUN OLEH : 1. Maria Aditya K C2C008084 2. Metha Kartika C

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH 3.1 Kegagalan Suatu Akad (kontrak) Kontrak sebagai instrumen pertukaran hak dan kewajiban diharapkan dapat berlangsung

Lebih terperinci

TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK

TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK TUJUAN : Peserta dapat melihat, memahami dan menempatkan dirinya secara proporsional, sebagai konselor, konsultan, dan resolver terhadap berbagai potensi konflik

Lebih terperinci

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan 218 Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan LAMPIRAN 2 Komunikasi risiko 1 Definisi dan tujuan Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor

Lebih terperinci

Pengantar Negosiasi. Wiwiek Awiati & Fatahillah. Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT

Pengantar Negosiasi. Wiwiek Awiati & Fatahillah. Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT Pengantar Negosiasi Wiwiek Awiati & Fatahillah Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT Negosiasi - Pengertiannya Metode penyelesaian sengketa yang paling dasar, sederhana, dan tidak formal.

Lebih terperinci

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Oxford Dictionary : Negosiasi didefinisikan sebagai : pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Menjalin suatu hubungan / interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Identitas Pirelli Group secara historis dibentuk oleh seperangkat nilai yang selama bertahun-tahun berusaha untuk dicapai dan dijaga oleh kami. Selama bertahun-tahun

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK Memdefinisikan kekuasaan dan hubungannya dengan otoritas dan pengaruh Menjelaskan sumber-sumber kekuasaan Taktik kekuasaan Perilaku Politik dalam organisasi Definisi Kekuasaan

Lebih terperinci

Materi 10 Mengelola Sumber Daya Manusia & Hubungan Tenaga Kerja. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 10 Mengelola Sumber Daya Manusia & Hubungan Tenaga Kerja. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 10 Mengelola Sumber Daya Manusia & Hubungan Tenaga Kerja by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Manajemen Sumber Daya Manusia Serangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan pada usaha untuk menarik,

Lebih terperinci

MENEMUKAN & MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI

MENEMUKAN & MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI MENEMUKAN & MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI DEFINISI KEKUATAN Von Clausewitz : power menyangkut kemampuan yang melekat dalam diri seseorang, organisasi atau lembaga, ataupun Negara untuk memainkan pengaruhnya

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Pengelolaan akibat Konflik Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu Menjelaskan pengelolaan terhadap akibat konflik Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK Pengertian Kelompok Kelompok? Perilaku kelompok? Dua karakteristik pokok dari kelompok,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

Negosiasi dengan Hati

Negosiasi dengan Hati Negosiasi Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah BAB VI KESIMPULAN Sampai pada saat penelitian lapangan untuk tesis ini dilaksanakan, Goenawan Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah Tempo dalam waktu yang relatif lama,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan: Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik? 2. Jelaskan jenis, sebab dan proses terjadinya konflik? 3. Jelaskan

Lebih terperinci

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Kuisioner Kompetensi Kepribadian Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbasis kompetensi di Jurusan Biologi-UB, maka kami mohon kesediaan saudara unuk mengisi kuisioner ini. Petunjuk:

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Etika Profesional Komputer

Etika Profesional Komputer Kode Etik Profesional Komputer Dua Asosiasi besar komputer telah merumuskan kode etik bagi para profesional bidangnya IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan ACM (Association for Computing

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Standar Kita. Pentland Brands plc

Standar Kita. Pentland Brands plc Standar Kita Pentland Brands plc * * * Membangun rumpun merek yang dicintai dunia dari generasi ke generasi * Penerima Lisensi Alas Kaki Sebagai sebuah bisnis keluarga dan keluarga bisnis, nilai-nilai

Lebih terperinci

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan bahwa dalam hubungan pertukaran sosial, sifat mendasar yang

Lebih terperinci

KEKUASAAN DAN PENGARUH IKA RUHANA

KEKUASAAN DAN PENGARUH IKA RUHANA KEKUASAAN DAN PENGARUH IKA RUHANA KEKUASAAN Kekuasaan: kemampuan mempengaruhi Perilaku, mengubah peristiwa, mengatasi perlawanan dan meminta orang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan (Pfeffer

Lebih terperinci

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

merasa perlu untuk menawar kembali

merasa perlu untuk menawar kembali Negosiasi merupakan kata serapan bahasa inggris yang berasal dari kata negotiate yang berarti : merundingkan, bermusyawarah. Negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai kesepakatan melalui diskusi. Negosiator

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT: SYARAT & KETENTUAN INFOSEKITAR (WEBSITE DAN APLIKASI) ADALAH LAYANAN ONLINE YANG DIMILIKI DAN DIOPERASIKAN OLEH GALAKSI KOMPUTER YAITU APLIKASI YANG MENYEDIAKAN INFORMASI PROMO DISKON/POTONGAN HARGA UNTUK

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis KODE ETIK PEMASOK Weatherford telah membangun reputasinya sebagai organisasi yang mengharuskan praktik bisnis yang etis dan integritas yang tinggi dalam semua transaksi bisnis kami. Kekuatan reputasi Weatherford

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari penelitian. 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM :

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : 14122059 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik 2. Jelaskan jenis, sebab, dan proses terjadinya konflik 3. Jelaskan hubungan konflik dan kinerja di perusahaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci