BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, terdapat sesuatu yang selalu berubah. Seperti pada cara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, terdapat sesuatu yang selalu berubah. Seperti pada cara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan modern telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Disetiap pola kehidupan masyarakat, terdapat sesuatu yang selalu berubah. Seperti pada cara memanfaatkan waktu luang. Terdapat banyak industri waktu luang yang berkembang pada era modern ini. Di Indonesia, pusat kebugaran merupakan sebuah industri waktu luang, juga sebagai institusi sarana olahraga yang sedang berkembang pesat saat ini. Hampir disetiap daerah ada pusat kebugaran jumlahnya relatif banyak. Dikota Medan, terdapat lebih kurang 20 pusat kebugaran yang sebagian besar diantaranya tersebar di pusat kota Medan. Pusat kebugaran mempunyai kategorisasi.pertama, pusat kebugaran tingkat atas yang memiliki fasilitas mewah, seperti alat olahraga kualitas tinggi, sarana perawatan tubuh, seperti spa, mandi uap, dengan biaya tinggi. Kedua, tingkat menengah dengan fasilitas cukup memadai, namun dengan biaya terjangkau.tidak mahal juga tidak terlalu murah.ketiga, dengan fasilitas cukup bahkan tidak memadai, seperti alat dibuat sendiri, tempat tidak luas, dengan biaya relatif murah, biasa dikategorikan sebagai tingkat bawah. Di kota Medan sendiri pusat kebugaran didominasi oleh tingkat menengah, yang berjumlah lebih banyak dari kategori lain, yaitu 11. Sedangkan tingkat atas

2 berjumlah 7, dan tingkat bawah berjumlah 2.Peminat terlihat lebih memilih untuk berolahraga pada pusat kebugaran tingkat menengah.seperti pada tabel 1.1 yang menjelaskan jumlah serta kategotisasi pusat kebugaran dikota Medan : TABEL 1.1: Daftar Pusat Kebugaran di Kota Medan 1 NO. NAMA PUSAT KATEGORISASI ALAMAT KEBUGARAN 1 Merak Jingga Fitness Tingkat Atas Jl. Merak Jingga No. 2 2 Clark Hatch Fitness Center Tingkat Atas Jl. Sutomo Hotel Grand Angkasa 3 Celebrity Fitness Tingkat Atas Jl. Zainal Arifin SUN Plaza 4 Quantum Healthcare Center Tingkat Atas Jl. H Misbah Komp. Multatuli 5 Novotel Fitness Club Tingkat Atas Jl. Cirebon Novotel Soechi 6 D Best Fitness Tingkat Atas Jl. Mongonsidi Hermes Polonia 7 Yuki Fitness Center Tingkat Atas Jl. Sisingamangaraja Yuki 8 Bamboo GYM Tingkat Menengah Jl. Denai No California GYM Tingkat Menengah Jl. Denai No.30 Medan 10 Cassanova GYM Tingkat Menengah Jl. HM Joni No. 46B 11 Marseille GYM Tingkat Menengah Jl. Pasar Merah No Alexander GYM Tingkat Menengah Jl. Pasar Merah No Brayan Fitness Center Tingkat Menengah Jl. Pertempuran Komp. Brayan 14 Perfect GYM Tingkat Menengah Jl. H.A. Manaf Lubis No AGY GYM Tingkat Menengah Jl. Sikambing No Medan GYM Tingkat Menengah Jl. Wahidin No. 53A 17 SR2000 GYM Tingkat Menengah Jl. Pasar 9 Tembung No Aldino Fitness Center Tingkat Menengah Jl. Jermal 19 Ria GYM Tingkat Bawah Jl. Setia Budi 20 New GYM Tingkat Bawah Jl. Bhayangkara Setiap pusat kebugaran memiliki pelanggan yang berbeda sesuai dengan kategorisasi.seperti tingkat atas dengan pelanggan yang memiliki kehidupan mewah, mapan, memiliki perlengkapan olahraga lengkap dan mahal.tingkat menengah dengan data diolah kembali

3 pelanggan kalangan atas juga kalangan pelajar, dengan perlengkapan olahraga seadanya, tidak bersepatu ketika berolahraga.tingkat bawah yang biasanya memiliki pelanggan kalangan pelajar, dengan perlengakapan yang terkadang tidak mendukung, sesuai dengan fasilitas pusat kebugarannya. Kategorisasi pada peminat pusat kebugaran berkenaan dengan masyarakat Indonesia bersifat plural 2. Menurut Furnivall masyarakat plural ditandai dengan segregasi sosial yang diikuti sistem pembagian kerja di antara kelompok kelompok etnik/religius dimana setiap kelompok memiliki peran ekonomi yang berbeda, juga peran dalam kehidupan sosial. Kelompok kelompok etnik yang membentuk masyarakat begitu berlainan satu sama lain sehingga mereka tidak memiliki banyak kesamaan selain pertukaran pasar mereka. Setiap pelanggan mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan untuk sekedar berolahraga ringan agar kesehatan terjaga, sekedar bermain main, bersantai, menghabiskan waktu luang atau berolahraga berat mengangkat beban maksimal untuk membentuk otot dengan dukungan suplemen agar badan terlihat bagus juga dapat tampil dalam acara body contest 3. Didalam pusat kebugaran, para pelanggan tidak hanya sekedar berolahraga.ada pola interaksi, solidaritas yang terjadi antar pelanggan yang berbeda. seperti contoh 2 Dalam berbagai literatur, istilah plural diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sebagai majemuk. Oleh karena itu, dalam tulisan ini masyarakat majemuk sama dengan masyarakat plural menurut defenisi Furnivall. Walaupun demikian, dalam kajian bahasa, istilah ini perlu ditinjau kembali. 3 Body Contest adalah ajang yang mempertandingkan bentuk tubuh dan penampilan Anda, penilaian meliputi massa otot, keseimbangan massa otot, gaya dan performa di atas panggung.

4 pada pusat kebugaran tingkat atas, dengan pelanggan kalangan atas, pola interaksi lebih rendah, pada tingkat menengah dan bawah, pola interaksi relatif tinggi sehingga tercipta arena sosial. Arena sosial yang tercipta pada pusat kebugaran menjadi fokus pada penelitian ini.dimana bergesernya fungsi pusat kebugaran, selain menjadi sarana untuk berolahraga, juga menjadi arena sosial masyarakat yang awalnya tidak saling mengenal, karena intensitas komunikasi aktif, akhirnya terjalin sistem sosial baru. Arena sosial dapat didefenisikan sebagai sejenis pasar kompetitif yang didalamnya terdapat berbagai jenis modal (ekonomi, sosial, budaya, simbolis) yang digunakan sebagai ajang interaksi atau komunikasi antar masyarakat yang berada didalamnya. Interaksi dapat terjadi apabila satu jenis tindakan atau jenis aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi dan memberikan efek satu dengan yang lain 4. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, yang mana sebagai lawan dari hubungan satu arah sebab akibat. Komunikasi yang baik adalah seperti adanya tanggapan antara pihak pertama dan kedua serta pihak yang lain, sehingga tercipta jalinan komunikasi yang aktif, tidak pasif pada arena sosial. Didalam arena sosial, terdapat berbagai macam masyarakat dan dapat bersatu, dimana pola interaksi dari masyarakat yang mempunyai latar belakang berbeda, dapat saling berkomunikasi serta membaur dengan orang lain. Orang-orang yang ada didalam 4 Paulus Wirutomo, Sistem Sosial Indonesia

5 arena sosial pasti mengalami mode adaptasi dan pembentukan identitasnya, sehingga terbentuk sebuah identitas baru tanpa meninggalkan identitas yang lama. Pada dasarnya, arena sosial dapat terjadi apabila masyarakat memiliki identitas atau kebiasaan yang sama, seperti pada acara keluarga, adat dan pernikahan. Perubahan karakter masyarakat merupakan hal mencolok yang terjadi, khususnya dengan melemahnya ikatan-ikatan tradisional. Pada saat yang sama individuindividu memiliki otonomi yang lebih besar. Dalam dunia semacam ini, minat individual sedang mendapatkan ruang yang lebih luas dalam berekspresi juga dalam proses pengambilan keputusan (Goldsmith, 1998) 5. Perubahan semacam ini menegaskan suatu peralihan yang mendasar dalam institusi-institusi sosial sebagai pengikat individu-individu menunjukkan kebutuhan cara-cara dalam mengorganisasikan individu-individu ke dalam suatu sistem Hal ini semakin pudar seiring berkembangnya zaman.saat ini, banyak arena yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, seperti pasar, sekolah, institusi pemerintahan, tempat waktu luang, jalan atau bahkan rumah. Ada sebuah fenomena yang dilihat oleh peneliti dimana masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial yang berbeda, berada disatu tempat dan memberikan warna baru dengan solidaritas yang ada pada diri mereka.solidaritas dapat dilihat dari bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama diluar dari waktu untuk berolahraga. Seperti contoh pada pusat kebugaran Bamboo GYM, dimana pemilik berkomunikasi aktif dengan pelanggan, sehingga pelanggan merasa nyaman untuk 5 Goldsmith, 1998 dalam Irwan Abdullah: Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan

6 kembali kesana. Di sisi lain, apabila ada pelanggan yang mempunyai acara, pemilik bersama pelanggan lain tidak sungkan untuk datang ke acara itu. Pemilik juga terkadang membuat acara lain pada pusat kebugaran yang dimilikinya. Peneliti nantinya akan meneliti pusat kebugaran di kota Medan karena peneliti memperhatikan perkembangan pusat kebugaran yang pesat juga memilki kelas kelas serta bagaimana pola interaksi, solidaritas yang terbangun pada pelanggan. Ini terlihat pada pusat kebugaran mewah ala artis ibu kota hingga yang sederhana. Terciptanya pola interaksi pada awalnya dikarenakan banyaknya kesamaan antar pelanggan.pola interaksi juga tidak selamanya sama, pasti juga mengalami pasang surut. Contoh lain terlihat pada pergantian personal trainer sering terjadi hingga bergantinya manajemen pada pusat kebugaran. Penelitian juga dilakukan dibeberapa pusat kebugaran yang cukup dikenal, seperti Best Fitness, terletak di Hermes Polonia Medan. Pusat kebugaran kelas menengah seperti Bamboo GYM yang terletak di Jalan Denai, hingga pusat kebugaran kelas bawah seperti New GYM bertempat di Jalan Bhayangkara. Peneliti juga membandingkan bagaimana pola interaksi antar pemilik, pelatih ke pelanggan. Dengan adanya batasan waktu, maka diharapkan peneliti akan mendapatkan data-data dari informan yang nantinya akan ditentukan Tinjauan Pustaka

7 Sekelompok orang yang pindah dari satu lingkungan budaya ke lingkungan budaya lain, mengalami proses sosial budaya yang dapat mempengaruhi mode adaptasi dan pembentukan identitasnya (Appadurai, 1994; Ingold, 1995) 6. Pengelompokan baru, dan pemberian makna identitas merupakan kekuatan di dalam mengubah berbagai ekspresi cultural dan tindakan sosial bagi para pendatang.begitu juga yang terjadi pada pusat kebugaran, dimana sekelompok orang yang berbeda, disatukan dalam sebuah tempat dan membentuk arena sosial. Arena sosial ini juga akan merubah pola interaksi dengan orang lain, juga bisa saja merubah identitas dari orang tersebut. Tataran individual akan diamati proses resistensi di dalam reproduksi identitas sistem sekelompok orang di dalam konteks sosial budaya tertentu. Di dalam pusat kebugaran, yang telah berfungsi sebagai arena sosial, tentunya orang orang di dalamnya mempunyai latar belakang yang berbeda, yang berintegrasi di dalam suatu lingkungan. Apparudai dan Hannerz (1994) telah menegaskan bahwa keberadaan seseorang dalam lingkungan tentu di satu pihak mengharuskan penyesuaian diri yang terus menerus untuk dapat menjadi bagian dari sistem yang luas 7. Intergrasi merupakan keutuhan atau persatuan (proses menjadi satu). Kondisi ini memang bisa mengahasilkan kerukunan, tetapi konsep ini lebih sering menekankan pada keutuhannya daripada kerukunannya.proses integrasi masyarakat ke suatu atanan global yang dianggap tidak terelakkan akan menciptakan suatu masyarakat 6 Appadurai (1994) dan Ingold (1995) dalam Irwan Abdullah: Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan 7 Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan

8 terikat dalam suatu jaringan komunikasi internasional yang begitu luas dengan batasbatas yang tidak begitu jelas. Selain arus orang dan barang, arus informasi merupakan suatu keuntungan sekaligus ancaman yang sangat berbahaya. Marshall Goldsmith (1998) menunjukkan tiga cirri masyarakat global yang terbentuk akibat proses ekspansi pasar, merupakan globalisasi tahap ketiga. Ketiga ciri itu meliputi : diversitas (perbedaan), pembentukan nilai jangka panjang, hilangnya humanitas (perikemanusiaan). Terdapat dua konsep intergrasi, yaitu integasi sosial dan intergasi nasional.integrasi sosial adalah proses berhubungan secara intensif dan harmonis berbagai unsur masyarakat dalam kehidupan sehari hari pada aneka bidang kehidupan (Wirutomo, 2012) 8. Sementara integrasi nasional adalah proses menyatunya unsurunsur tersebut dalam bingkai politik nasional yang berkenaan dengan struktur sosial juga arena sosial. Integrasi bisa dibedakan kedalam sekurang-kurangnya tiga sifat, yaitu integrasi normatif, integrasi fungsional, integrasi koersif.sifat integrasi normatif berkenaan dengan terciptanya arena sosial, karena pada dasarnya memiliki kesamaan dengan sifatsifat solidaritas mekanik yang diungkapkan Durkheim. Seperti diketahui, solidaritas mekanis menandai suatu masyarakat sederhana, yang anggotanya memperoleh sosialisasi sama sehingga memiliki suatu kesepakatan nilai-nilai dasar. Menurut Durkheim, seiring perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, solidaritas 9 8 Dikutip dari Paulus Wirutomo (2012) Sistem Sosial Indonesia 9 Durkheim (1893) melihat konsep solidaritas sosial sebagai konsep sentral : solidarity is the basis of social order dikutip dari Antropologi Kontemporer

9 mekanik akan bergeser menjadi solidaritas organis 10. Kesepakatan tentang nilai dasar pun berganti menjadi saling ketergantungan fungsional antar masyarakat. Didalam konteks sosial yang berubah, makna sosial dan individual suatu kebudayaan juga mengalami perubahan, karena konteks sosial memberikan makna pada tindakan tindakan individual (Berger, 1990; Simmel, 1991; Strathern, 1995).Perubahan yang terjadi telah menunjukkan pergeseran-pergeseran definisian pada tingkat yang berbeda.kebudayaan dan konteks sosial tidak hanya merupakan defenisi yang terlihat pada struktur simbolisnya, tetapi juga dituntut pemahaman struktur sosial. Orientasi nilai yang berubah dalam masyarakat pada dasarnya menjadi basis munculnya structural dalam pendefenisian kebudayaan.dalam konteks ini, kebudayaan pun kemudian membutuhkan legitimasi simbolik yang sangat berbeda berdasarkan kelompok.begitu pula dengan arena sosial, yang dahulu bermakna sebagai tempat berkumpulnya masyarakat yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan terjadinya komunikasi aktif diantara mereka. Dan arena sosial sering pula dikaitkan dengan acara acara tradisional seperti acara adat. Arena sosial tidak hanya terjadi karena interaksi dua orang atau lebih, tetapi juga adanya komunikasi kelompok antara komunitas.komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi. 10 Durkheim (1893) Dikutip dari Antropologi Kontemporer

10 Umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan, tanggung jawab mereka masingmasing. Didalam komunikasi kelompok, terdapat bahasa yang berbeda antar kelompok.interaksi manusia dalam masyarakat menyerupai suatu drama tatkala setiap individu memainkan peran, menampilkan dirinya secara terus menerus demi menjaga kesan lawan interkasinya. Dalam interaksi sosial, individu saling bernegosiasi dengan menggunakan simbol, terutama bahasa, tetapi ekspresi wajah atau gerakan badan pun bisa merupakan symbol yang mengandung makna.manusia memiliki kesadaran, kemampuan self reflexive sehingga bisa berubah karena reaksi lawan interaksinya.kedirian manusia memiliki dua dimensi, yaitu I (sebagai subjek, atau individu yang khas), juga dimensi Me (sebagai obyek atau yang dipengaruhi oleh interaksi). Clifford Geertz (1973) mengemukakan suatu defenisi kebudayaan sebagai : 1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefenisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan, dan membuat penilaian. 2) suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk simbolik, yang melalui bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, serta mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap dalam kehidupan. 3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber ektrasomatik dari informasi, juga karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan dan diinterpretasi Clifford Geertz (1973) dikutip dari Antropologi Kontemporer

11 Bahasa berperan penting dalam komunikasi.apabila dalam berkomunikasi, masyarakat juga pasti menggunakan bahasa.bahasa juga merupakan salah satu unsur kebudayaan.sapir Whorf mengatakan bahwa tanggapan, pikiran, dan tindakan seorang banyak bergantung atas struktur dan kosa kata bahasa yang dikuasainya.semua ini adalah alat alat yang dipergunakan untuk berpikir dan kemudian menanggapi sesuatu itu sehingga mempengaruhi tindak lakunya.(nababan, 1983, Kridalaksana, 1982) 12. Berbahasa sebagai bagian penting dalam komunikasi, tidak pernah lepas dari budaya.dengan demikian, bahasa harus dikaitkan dengan konteks budaya tuturan itu (the cultural context of the speech art). Ketika seseorang hendak menyampaikan juga memahami tuturan, dia tidak hanya terfokus pada pesan yang disampaikan, tetapi juga pada konteks budayanya seperti situasi tuturan, tipe masyarakat pendengar, juga norma yang berlaku dalam masyarakat 13. Edward Tylor, perintis Antropologi abad ke-19 mengatakan : kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan pemikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi secara tidak langsung menghubungkannya, sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus manusia yang tertinggi dalam bahasa yang kehadirannya mengikat bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental yang substansial (1975: 118) 14. Komunikasi global pun akan melahirkan suatu jaringan yang tidak terhitung dalam interaksi sosial. Kata Goldsmith, yang menggabungkan manusia dalam suatu 12 Nababan (1983) dan Kridalaksana (1982) dikutip dari Artikel Buku Sosiolinguistik 13 Teuku Kemal Fasya dalam Kata dan Luka Kebudayaan 14 Edward Tylor (1975: 118) dikutip dari Antropologi Kontemporer

12 pemikiran global yang bekerja sama mengembangkan kehidupan ke tingkat yang lebih baik. Pengayaan terjadi saat berbagai perubahan dalam masyarakat dirancang berdasarkan apa yang dipelajari dari berbagai belahan dunia 15. Keragaman bahasa juga mempengaruhi bagaimana komunitas itu dapat terjadi, juga bagaimana pula komunitas itu dapat bergeser sehingga dapat membentuk komunitas yang baru atas perbedaan bahasa dan kebudayaannya.komunitas juga dapat menjadi salah satu faktor didalam arena sosial. Komunitas secara baku merujuk kepada suatu sistem sosial dengan suatu pola hubungan yang dibedakan secara langsung dengan sistem sosial yang lebih formal, lebih abstrak, dan lebih bersifat instrumental. Pengertian komunitas juga mengacu pada pengertian komunitas dalam arti komunitas local, seperti yang dikemukakan oleh Kenneth Wilkinson (1991) dalam Green and Haines (2004), dimana mereka melihat komunitas sekurang kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu : adanya batasan wilayah atau tempat, merupakan suatu organisasi sosial atau institusi sosial yang menyediakan kesempatan untuk dapat melakukan interkasi secara regular, juga interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun kepentingan yang sama 16. Adanya komunitas sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai unsur yang berbeda dalam masyarakat. 15 Irwan Abdullah dalam Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan 16 Kenneth Wilkinson (1991) dalam Green and Haines (2004), dikutip dari Intervensi Komunitas : Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat

13 Perubahan komunitas dipengaruhi zaman. Istilah komunitas mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-14 yang pada awalnya digunakan untuk menunjuk pada suatu kelompok orang yang berada pada status rendah,, orang biasa, dalam hubungannya dengan kelompok kelas atas 17. Variasi penggunaan tampak pada saat istilah yang sama digunakan untuk menjelaskan suatu unit kecil dari suatu sistem yang terorganisir, seperti negara skala kecil. Pada abad ke-16, komunitas telah mengandung makna kesamaan dalam identitas atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang. Dahulu, komunitas arena sosial lebih bersifat kepada komunitas yang didalamnya terdapat orang-orang yang masih berhubungan darah, akan tetapi komunitas terus berubah, menjadi orang-orang yang didalam komunitas itu pun saat sekarang ini sudah tidak ada lagi hubungan darah antar mereka. Perubahan pada pasar juga mempengaruhi komunitas.seperti Appandurai dalam Konstruksi dan Reproduksi kebudayaan mengatakan pasar telah memperluas orientasi masyarakat dan mobilitas sehingga batas batas sosial budaya selain meluas juga cenderung mengabur akibat berubahnya orientasi ruang dalam masyarakat. George Foster (1967), seorang ahli antropologi Amerika pernah mengatakan bahwa sebenarnya setiap komunitas, kesatuan sosial itu, terutama yang masih diwarnai 17 Kelas atas atau borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang -orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut

14 kehidupan agraris seperti Indonesia, selalu memiliki sebuah sistem gagasan yang disebutnya sebagai gagasan keterbatasan sumber daya 18. Tempat tempat pun mengalami perubahan karakter akibat interaksi dengan berbagai nilai yang berlainan dari berbagai kelompok masyarakat.pertemuan antar orang dalam seting semacam ini telah mengubah karakter komunitas.perubahan karakter ini terjadi secara mencolok, khususnya dengan melemahnya ikatan ikatan tradisional yang karenanya member otonomi yang lebih besar pada individu individu. Ini juga dapat menjadi suatu fenomena yang dapat diteliti, yaitu arena sosial yang bergeser seiring dengan perkembangan zaman, dimana dahulu arena sosial sering terjadi pada acara acara tradisional, kemudian pada saat ini arena sosial terus berkembang menjadi sesuatu yang umum, seperti pada pasar, institusi pendididkan, dan bahkan tempat tempat waktu luang, seperti pusat kebugaran. Pusat kebugaran mulai berkembang, di setiap kota kota besar di Indonesia pasti ada satu, dua atau banyak pusat kebugaran yang berkembang. Dengan berkembangnya pusat kebugaran ini, juga dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat. Masyarakat yang dulu malas berolahraga dengan adaanya pusat kebugaran ini menjadi rutin dalam berolah raga.tetapi ada pergeseran fungsi yang terdapat pada 18 George Foster (1967), The Image of Limited Good. Dikutip dari Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia : Perspektif Antropologi

15 pusat kebugaran itu, yaitu selain menjadi tempat untuk berolahraga, pusat kebugaran juga menjadi arena sosial pada saat ini. Proses globalisasi telah melahirkan diferensiasi yang meluas, yang tampak dari proses pembantukan gaya hidup, juga identitas. Gaya hidup yang terbentuk sejalan dengan munculnya budaya kota, telah mengubah orientasi masyarakat dari kelompok yang berorientasi pada tata nilai yang umum ke tata nilai yang khusus dengan batasbatas simbolik baru. Pada saat kota-kota menjadi lingkungan sosial dominan yang kemudian dihuni oleh lebih dari separuh penduduk Indonesia, maka pergeseran dalam defenisi komunitas akan terjadi. Tidak ada lagi batas-batas budaya yang diikat oleh sentiment agama atau etnis, karena basiskapital ekonomi telah menjadi dasar dari pengelompokan sosial, parameter dalam transaksi sosial. Selain melahirkan sistem sosial yang lebih terbuka akibat proses rasionalisasi yang terjadi, pergeseran ini melahirkan kesadaran baru tentang identitas juga makna diri dalam lingkungan sosial kultural yang dipilih untuk menjadi bagian, bukan lagi suatu lingkungan yang diberikan oleh kekuatan dominan bersifat paksaan. Sistem sosial yang terbuka semacam ini, selain melahirkan kesampatankesempatan pilihan baru bagi publik.juga memunculkan gerakan tandingan dalam berbagai bentuknya. Keterbukaan sebagai hasil dari proses perbedaan yang terjadi dalam jangka panjang, merupakan iklim yang kondusifbagi berbagai agen untuk terlibat

16 dalam penataan sosial. Berbagai gerakan akan mendorong pembentukan struktur sosial yang didasarkan pada sistem akses yang terbuka secara meluas Rumusan Masalah 1. Seiring perkembangannya, pusat kebugaran semata-mata tidak hanya tempat untuk berolahraga, tetapi juga menjadi arena sosial. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana bentuk pergeseran fungsi pusat kebugaran menjadi arena sosial? 2. Jika terjadi pergeseran fungsi, maka terbentuk pola interaksi pada peserta pusat kebugaran. Bagaimana pola interaksi yang terbentuk antar peserta? 3. Pada pusat kebugaran terdapat kategorisasi, yaitu tingkat atas, menengah dan tingkat bawah. Apakah ada perbedaan pola interkasi yang terjadi antar kategori? 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana terjadinya pergeseran nilai interaksi dan pergeseran arena sosial khususnya yang terjadi pada pusat kebugaran pada era modern ini Manfaat Penelitian 19 Irwan Abdullah (2006 : 174) dalam Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan

17 Manfaat penelitian ini adalah akan memberikan sebuah literatur tambahan dalam memahami bagaimana pergeseran arena sosial khususnya yang terjadi pada pusat kebugaran pada era modern ini Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat etnografi. Spradley (1997:12) 20 menjelaskan metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya, juga belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menggambarkan dan menjelaskan bagaimana terjadinya arena sosial pusat kebugaran sebagai indusrti yang sedang berkembang dan bagaimana interaksi antar masyarakat didalamnya. Didalam penelitian ini, peneliti terjun langsung kelapangan, yaitu ke pusat pusat kebugaran yang ada di kota Medan yang memiliki tingkat popularitas yang tinggi. Mulai dari pusat kebugaran yang mewah hingga sederhana. Tentunya dalam menjalankan itu semua, peneliti akan menggunakan teknik teknik pengumpulan data, seperti : a. Observasi Partisipasi Metode ini berupa studi langsung yang akan dilakukan oleh peneliti ke tempat yang menjadi objek penelitian yaitu beberapa pusat kebugaran di kota Medan. Peneliti secara langsung ikut ke dalam komunitas pusat pusat kebugaran tersebut. Observasi 20 James Spradley (1997:12) dalam Metode Etnografi

18 ini berguna bagi peneliti untuk melihat dan mempelajari bagaimana arena sosial yang terjadi dalam pusat kebugaran di kota Medan. b. Wawancara Wawancara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.wawancara ini dipergunakan untuk memperoleh tingkat kebenaran yang paling mendekati dari data data yang diperoleh.pada praktek penelitian nanti, wawancara mendalam ini dilakukan kepada semua informan yang peneliti temukan di lapangan. Dan nantinya peneliti juga akan membuat beberapa daftar pertanyaan dalam wawancara mendalam ini. Pertanyaan-pertanyaan awal hingga informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan kondisi objektif, sangat efektif dengan metode ini.metode ini juga dapat lebih mendekatkan diri secara emosional kepada informan. Selain itu, data data dari sudut pandang masyarakat (emic view) juga dapat dimulai dengan teknik wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan cara Tanya jawab secara langsung, terbuka dengan pelaku. Terkait dengan wawancara mendalam dalam penelitian ini, peneliti akan membagi informan kedalam dua tipe yaitu informan kunci dan informan biasa. Ini ditujukan agar mendapatkan hasil data yang valid dengan mewawancarai orang yang paham dengan tema penelitian. Informan kunci merupakan informan yang peneliti anggap paham tentang strategi bisnis pada usaha pusat kebugaran, dan juga tentang budaya koorporasi yang

19 ada pada pusat kebugaran tersebut. Dan informan ini bisa dibilang merupakan orang yang mendirikan usaha pusat kebugaran yang ada di kota Medan. Selanjutnya peneliti akan mewawancarai informan biasa. Informan biasa yang dimaksud adalah masyarakat yang berkunjung pada pusat kebugaran. Dan kedua tipe informan tersebut akan peneliti wawancarai dengan menggunakan interview guide. Interview guide ini merupakan alat bantu bagi peneliti untuk merumuskan permasalahan yang akan peneliti lihat terkait tema yang akan diteliti. Interview guide ini merupakan rumusan pertanyaan kepada kedua tipe informan 1.6. Pengalaman Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 2 Juni 2014 di New GYM jalan Bhayangkara No. 345, pada pukul WIB. Awalnya peneliti merasa bingung, karena tidak ada orang yang menjaga kasir. Karena biasanya di setiap pusat kebugaran, ada orang yang menjaga kasir. Terlihat beberapa orang sedang asik menikmati musik remix sambil berlatih. Peneliti bertanya kepada seorang bapak, bagaimana cara mendaftar untuk latihan, bapak itupun berkata dek, latihan saja dulu, nanti daftarnya sekalian selesai latihan saja, karena yang menjaga sedang pulang istirahat. Tak berapa lama, datanglah pemilik sekaligus penjaga kasir. Peneliti pun bertanya kenapa beliau pulang ketika jam istirahat, ternyata karena rumah pemilik pusat

20 kebugarana tak jauh dari lokasi. Setelah peneliti berlatih sekitar setengah jam, pemilik pun datang. Melihat pemilik datang, peneliti langsung mendaftar sambil berkenaln dengan pemilik. Pemilik pusat kebugaran bernama Yoga (22), yang merupakan anak dari pak Bob, pemilik pusat kebugaran. Peneliti berlatih sekitar satu jam, sambil memperhatikan alat berlatih serta bagaimana cara menggunakannya. Terlihat beberapa pemain berjoget bersama sambil diiringi musik remix yang menjadi musik wajib di pusat kebugaran. Peneliti melihat beberapa anggota joget bersama. Entah mengapa pada hari pertama peneliti beranggapan mereka akrab. Peneliti pun berbicara dengan beberapa orang. Ternyata, alat latihan disini merupakan alat yang lama, tidak pernah diganti, kalaupun ada, hanya bagian yang sudah rusak saja. Karat pun bayak menempel pada alat. Air bekas tetesan hujan masih ada tergenang dibalik beban angkatan. Ada beberapa orang yang merupakan anggota lama di pusat kebugaran. Peneliti merasa mereka tepat menjadi informan dalam peneltian ini. Setelah selesai berlatih, peneliti pun istirahat sambil berbincang dengan pemilik tentang bagaimana orang orang yang berlatih disini. orang orang disini umumnya orang yang sudah bekerja bang, tapi itu tergantung waktu latihannya juga. Seperti sore ini, kebanyakan orang yang bekerja. Kalau pagi, kebanyakan bapak bapak. Sekedar olahraga ringan. Waktu yang paling ramai pas malam hari. Disitu semua berkumpul, baik atlitnya ataupun anggota biasa (Informan).

21 Ada beberapa tujuan orang yang berlatih disini, pertama, hanya sekedar olahraga ringan, umumnya bapak bapak yang sudah berumur 40 tahunan melakukan ini. Kedua, yang bertujuan untuk menghilangkan lemak, biasanya orang orang yang bertubuh gemuk melakukan olahraga ini. Terakhir, bertujuan untuk mengikuti body contest, sehingga membentuk badan lebih berotot dengan suplemen pembentuk otot. Peneliti pun meneruskan untuk berlatih dihari selanjutnya, tetapi dengan waktu yang berbeda. Kali ini yang menjaga bukan lagi Yoga, tetapi pak Bob. Keadaan pusat kebugaran masih sepi, karena pagi. Tak berapa lama beberapa orang pun datang. Ternyata benar apa yang dikatakan Yoga, pagi hari Gym diminati oleh bapak-bapak umur 40 tahunan, mereka menyapa pak Bob sebelum mereka melakukan latihan. Musik dihidupkan, beberapa orang mulai melakukan latihan. Ada yang masih berbincang, ada pula yang mulai berjoget. Peneliti pun mulai berolahraga sambil memperhatikan bagaimana keakraban antara pemilik dan pelanggan. Pusat kebugaran pun mulai ramai seiring waktu menuju siang. Ada dua pemain yang berbadan kekar juga melakukan latihan bersama pemilik. Mereka terlihat akrab satu dengan yang lain. Ternyata mereka sudah 4 tahun menjadi pelanggan disini. Peneliti pun coba berbincang dengan salah seorangnya, bernama bang Awan (25), merupakan seorang personal trainer di Clark Hatch Fitness Center Hotel Grand Angkasa.

22 Beliau sudah setahun menjadi personal trainer disana. Peneliti pun bertanya mengapa beliau masih berolahraga di pusat kebugaran pinggir jalan seperti ini walaupun beliau sudah menjadi personal trainer di pusat kebugaran mewah. saya suka berolahraga di pusat kebugaran pinggir jalanan seperti ini, karena kalau dibandingkan dengan pusat kebugaran mahal, lebih baik disini, karena selain banyak interaksi, banyak juga variasi dari alat olahraganya (Informan) Faktor interaksi menjadi salah satu dari faktor bagaimana seseorang ingin menentukan tempat dimana dia merasa nyaman. Pusat kebugaran mewah pun tak dapat menjadi sesuatu yang dianggap sebagai arena sosial dari masyarakat. Peneliti pun meneruskan latihan hingga selesai sekitar satu setengah jam. Besoknya, peneliti kembali latihan di pusat kebugaran yang sama, New Gym. Kali ini peneliti merubah waktu latihan menjadi malam dengan tujuan mendapatkan informasi dari informan yang berbeda. Terlihat pusat kebugaran masih sepi, hanya ada pemilik, Pak Bob, serta anak muda kira-kira seumuran dengan peneliti. Belum ada anggota lain. Sambil menunggu pemilik membersihkan pusat kebugaran, peneliti mencoba bercerita dengan anak muda sebaya tadi. Anak muda itu terlihat agak cuek dalam menanggapi cerita peneliti. Tak lama, peneliti pun memulai latihan. Hari semakin malam, semakin ramai pelanggan latihan disini. Peneliti pun mencoba mengakrabkan diri dengan yang lain, walaupun agak sulit, lama kelamaan peneliti dapat akrab dengan mereka. Peneliti melihat banyak canda tawa yang terjadi di

23 pusat kebugaran ini. Tetapi ketika adanya orang baru yang masuk, mereka menjaga sikap sampai orang tersebut bisa mengakrabkan diri dengan mereka. Setelah beberapa waktu selesai dengan New Gym, peneliti pun melanjutkan penelitian ke Bamboo GYM, yaitu pusat kebugaran kelas menengah yang terletak di jalan Denai No. 72. Sesuai dengan namanya, pusat kebugaran ini dilapisi bambu disetiap dinding, tujuannya agar membuat pelanggan merasa sejuk. Penataan tempat cukup terbuka, juga luas. Berada di sisi jalan raya, sehingga terlihat jelas oleh masyarakat yang ingin mencoba berolahraga disini. Ketika peneliti mulai masuk, disambut oleh pemilik yang bernama Syafrizal Tanjung. Beliau merupakan pemilik sekaligus trainer di pusat kebugaran ini. Beliau bertanya apa yang menjadi tujuan saya untuk datang kesana. Setelah saya jelaskan untuk menjaga agar tubuh sehat, beliau pun menjelaskan bahwa masing-masing orang punya tujuan berbeda, ada beberapa tujuan masyarakat datang ke pusat kebugaran ini, untuk menjaga kesehatan, untuk mengurangi jumlah lemak, juga untuk membentuk otot, karena pada dasarnya, didalam tubuh manusia, terdapat otot-otot dasar, yang nantinya bila dibentuk, akan semakin berkembang. pada dasarnya disetiap tubuh orang itu ada otot dasarnya, yang nantinya bila dilatih, akan semakin berkembang. Pembentukan otot juga tergantung gen yang dimiliki. Apabila gen yang bagus, tidak dilatih pun sudah kelihatan ototnya, apabila gen yang lain, harus dilatih agar otot terbentuk maksimal (Informan) Bamboo GYM ini juga menjadi rumah untuk bang Syafrizal bersama keluarganya. Dengan alasan susah menjaga apabila rumah terpisah dengan pusat

24 kebugaran, maka beliau memilih untuk tinggal disini. Karena itu pusat kebugaran ini sudah buka pada pukul sampai Peneliti pun mulai berlatih. Alat olahraga yang tersedia disini merupakan alat olahraga pesanan dari produk olahraga juga, jadi terlihat kokoh juga kuat. Pemilik pun tanpa diminta langsung mengajari peneliti untuk menggunakan alat olahraga sampai mahir. Pemilik pun sering bertanya-tanya tentang kehidupan peneliti sebagai simbol perkenalan kepada peneliti, juga sebagai wujud keakraban agar membuat peneliti nyaman dengan keadaan. Ketika saling bercerita, pemilik menceritakan tentang masa lalunya yang merupakan seorang wiraswasta, disaat beliau hampir putus asa karena masalah ekonomi, ajakan teman fitness pun merubah hidupnya. Beliau diajak seorang temannya untuk membuka pusat kebugaran bersama, saat itulah awalnya Bamboo GYM didirikan. Pada awalnya, ada juga beberapa trainer yang bekerja disini, tetapi karena adanya kesalah pahaman dengan pemilik, maka trainer mengundurkan diri. Hingga saat ini, pemilik juga menjadi trainer yang membantu dalam kegiatan olahraga. Dengan demikian, interaksi antar pemilik dengan pelanggan menjadi lebih intensif. Saat itu, pusat kebugaran terlihat ramai, ada bermacam profesi masyarakat disini dengan etnis yang berbeda. Seperti etnis Chinese yang dapat bersosialisasi dengan etnis Jawa, Batak juga Aceh. Keakraban pun terlihat diantara perbedaan yang menonjol diantara mereka. Intensitas pertemuan membuat hubungan antar pelanggan menjadi lebih dekat. Kebetulan pada saat itu akan diadakan acara body building contest pada hari Sabtu, pemilik pun mengajak anggota pusat kebugaran untuk ikut menonton pada hari

25 itu. Peneliti pun diajak agar dapat melihat bagaimana hasil dari usaha anggota pusat kebugaran untuk mendapatkan prestasi pada ajang itu. Pada hari berikutnya, peneliti datang kembali ke Bamboo GYM dengan waktu yang berbeda, yaitu malam hari. Terlihat sangat ramai disana, sehingga harus bergantian untuk berolahraga. Orang-orang bekerja banyak menghabiskan waktu olahraga pada malam hari karena tidak dapat membagi waktu dengan pekerjaan. Menurut mereka, berolahraga pada malam hari dapat membuat tubuh lebih bugar, karena setelah olahraga, langsung beristirahat hingga pagi. Peneliti memperhatikan bagaimana cara pelanggan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Terlihat perbedaan antara pelanggan yang sudah bertahun dengan pelanggan baru. Pelanggan bertahun lebih akrab dengan pemilik, sedangkan pelanggan baru masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memiliki jenis masyarakat yang berbeda. Ketika peneliti berada pada Best Fitness Hermes Polonia Medan, peneliti merasakan perbedaan yang amat menonjol, yaitu perbedaan perlakuan personal trainer terhadap pelanggan. Awalnya, peneliti dikenalkan dengan Angga, personal trainer yang akan mengajarkan peneliti. Interaksi antar pelanggan disini kurang intensif, karena adanya personal trainer yang mengikuti juga memang karena pelanggan mungkin belum mengenal satu dengan yang lain. Pengelompokan juga terjadi antar pelanggan, seperti pelanggan yang

26 memiliki hubungan darah akan berinteraksi dengan saudaranya saja, tidak dengan yang lainnya. Ada seorang kakek berumur 72 tahun yang masih mengikuti kegiatan olahraga disni. Kakek itu bernama kakek Wijaya, seorang beretnis Cina. Beliau sangat ramah, bahkan dengan semua orang termasuk peneliti. saya ini bagaikan motor tua, jika tidak selalu dipanaskan, akan mati tiba-tiba, jadi saya memilih untuk berolahraga walaupun tak seperti anak muda. Saya memilih olahraga disini karena pelatihnya ramah, juga banyak menambah teman. (Informan) Pada Best Fitness ini peneliti diajarkan semua yang ingin diketahui. Terlihat juga perbedaan pelanggan yang berada disini, kebanyakan etnis cina daripada pribumi. Alat yang digunakan pun sangat lengkap, serta ada kelas tambahan seperti spa, aerobic, Thai boxing. Ada juga perabotan tambahan yang menambah nyamannya suasana seperti loker, televisi, kamar mandi, serta sofa untuk menunggu atau duduk setelah latihan. Personal Trainer pun sangat ramah. Seperti bang Angga (24) yang sudah 6 bulan menjadi PT (personal trainer) disini. Beliau mengatakan menjadi seorang PT disini tidak mudah, harus memiliki kemampuan khusus, juga memiliki wawasan serta cara berinteraksi yang baik kepada pelanggan. Ketika peneliti bertanya bagaimana suka duka menjadi PT, bang Angga berkata kalau menjadi seorang PT itu awalnya sulit, ketika kita terbiasa, akan menjadi mudah. Banyak member yang usil disini, ingin mengetahui sebesar apa kekuatan kami. Menyebalkan memang, tetapi kami harus tetap berinteraksi dengan mereka agar ilmu yang kami dapatkan dapat juga dipelajari. (Informan)

27 Keramahan PT membuat banyak member nyaman. Mereka melihat member sebagai teman, bukan sebagai pelanggan saja. Seperti pak Wilson (30) yang menjadi member setahun disini. disini PT nya sangat ramah, apa yang kita tanyakan pasti dia menjawab. Dia juga sering menanyakan kehidupan kita bagaimana, sehingga kami dibuat seperti teman oleh mereka, bukan hanya sekedar member. (Informan). Peneliti banyak bertanya kepada bang Angga tentang bagaimana interaksi member dengan PT disini. Ada juga hubungan antara PT dengan member lebih dari sekedar teman, tetapi tidak dengan PT dengan PT, dikarenakan alasan keterikatan dengan kontrak kerja. Banyak member yang berpasangan datang untuk berolahraga bersama. Tapi ada juga hubungan antara member dengan member yang lebih dari sekedar teman disini. Banyak ilmu yang diberikan PT kepada member, sehingga member dapat menguasai bagaimana cara berolahraga yang benar. Interaksi berjalan seiring dengan adanya saling komunikasi satu dengan yang lain, yang manghadirkan suasana keakraban tanpa adanya batasan. Hubungan antar sesama member terlihat masih adanya batasan antara satu dengan yang lain. Walaupun mereka saling berbicara, tetapi ada saat dimana sikap individual terlihat.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. meneliti, yaitu Best GYM yang bertempat di Hermes Polonia Medan, Bamboo

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. meneliti, yaitu Best GYM yang bertempat di Hermes Polonia Medan, Bamboo BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1 Gambaran Lokasi Penelitian Peneliti akan menjelaskan tiga tempat yang menjadi pilihan untuk meneliti, yaitu Best GYM yang bertempat di Hermes Polonia Medan, Bamboo GYM di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat kebugaran di kota-kota besar pun muncul sporadis. Kesehatan kini sudah menjadi bagian gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Register salah satu cabang kajian sosiolinguistik yang mempelajari bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas maupun bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak lepas dari derasnya permintaan dan kebutuhan pengguna jasa kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu negara dapat tercermin dari perkembangan sektorsektor yang ada di dalamnya, baik di sektor ekonomi, politik, sosial, pariwisata, budaya, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh 180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat dewasa ini sedang hangat menjadi pembicaraan dan menjadi trend baru bahkan menjadi kebutuhan yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam transformasi system ekonomi pasar, dikenal adanya dualisme system ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepentingan berolahraga pada sebagian masyarakat merupakan hal yang penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi. Pada orang-orang

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin layak. Mereka bekerja banting tulang untuk memenuhi keinginan yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. tamu sangatlah ditentukan oleh siapakah yang melayani tamu tersebut. Penampilan

BAB V PEMBAHASAN. tamu sangatlah ditentukan oleh siapakah yang melayani tamu tersebut. Penampilan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pelayanan Hotel Baltika Bandung Hotel yang baik secara umum dapat kita nilai dari kenyamanan, kebersihan, dan kualitas pelayanan dari hotel tersebut. Dalam memberikan pelayanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan bisnis makanan dan minuman masih tercatat sebagai pertumbuhan yang tinggi di berbagai belahan dunia. Berbagai tempat bisnis makanan dan minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari saling ketergantungan antar makhluk hidup untuk selalu berkembang dan bertahan hidup.

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Java Fitness Club dengan Konsep Modern Natural yang Maskulin dan Menyegarkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Java Fitness Club dengan Konsep Modern Natural yang Maskulin dan Menyegarkan. I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Tuntutan untuk memenuhi gaya hidup di kota-kota besar, memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Beban pekerjaan yang berat banyak

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas. 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula halnya dengan Indonesia. Perkembangan dan peranan industri jasa yang makin besar didorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda. Perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan seseorang dan masyarakat (Suwarman, 2004: 170). dari generasi ke generasi (Tubbs and Moss, 1996: 237).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan seseorang dan masyarakat (Suwarman, 2004: 170). dari generasi ke generasi (Tubbs and Moss, 1996: 237). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan produk dari sebuah budaya, yang tidak pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Melalui interaksi secara terus menerus seorang manusia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan era globalisasi saat ini, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatasnya waktu dan daya tempuh, banyak orang sepulang kerja pergi ke fitness

BAB I PENDAHULUAN. terbatasnya waktu dan daya tempuh, banyak orang sepulang kerja pergi ke fitness BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olah raga saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Mengingat terbatasnya waktu dan daya tempuh, banyak orang sepulang kerja pergi ke fitness center yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang mendasar dan harus dipenuhi. Hakikatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Opini Khalayak Langsung Acara Musik Derings Opini responden sebagai khalayak langsung acara musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

Perkembangan golf yang signifikan tidak terlepas dari pembangunan lapangan golf yang berkelanjutan di Indonesia. 2 Jumlah peminat golf dari tahun ke t

Perkembangan golf yang signifikan tidak terlepas dari pembangunan lapangan golf yang berkelanjutan di Indonesia. 2 Jumlah peminat golf dari tahun ke t BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berolahraga merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hiburan. Berolahraga dikatakan sebagai hiburan karena dengan berolahraga, manusia dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pola interaksi sosial antar individu dalam hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama pada mahasiswa, semakin berkembangnya social media maka banyak yang membuka usaha di social media contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang semakin bertambah berdampak pada semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Musik sebagai gaya hidup dan profesi Musik diperkirakan telah lahir sejak kehadiran manusia modern homo sapien yaitu sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika mendengar lagu yang merdu, menonton film yang bagus, membaca cerita, bercakap-cakap dengan keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Analisis terhadap gaya belajar siswa berprestasi di SMP

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Creswell (2008, hlm 53) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif paling cocok dilakukan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain, entah dalam saat-saat susah, sedih, maupun bahagia. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian diciptakan oleh masyarakat sebagai wujud dari jati dirinya. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang beragam, sehingga melahirkan identitas yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat, menuntut para pemilik gym centre untuk dapat unggul dalam

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat, menuntut para pemilik gym centre untuk dapat unggul dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya gaya hidup sehat yang semakin marak di kalangan masyarakat, menuntut para pemilik gym centre untuk dapat unggul dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang besar dalam mempopulerkan gaya hidup sehat. Banyaknya role model

I. PENDAHULUAN. peran yang besar dalam mempopulerkan gaya hidup sehat. Banyaknya role model I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, gaya hidup sehat telah menjadi tren bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di perkotaan besar. Tren gaya hidup sehat ini disebabkan oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau bekerja untuk mencari, mengumpulkan, memilih, mengolah berita dan menyajikannya secara cepat kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas tinggi yang dilakukan oleh seseorang di tengah masyarakat sering membuat kondisi tubuh dan pikiran lelah. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat mencari kegiatan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Ibu menjadi tokoh sentral dalam keluarga. Seorang manajer dalam mengatur keuangan, menyediakan makanan, memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa perlu menjaga kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci