BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat dorongan untuk saling berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain dan hidup berkelompok (Elly M Setiadi & Ridwan Effendi, 2009:79). Oleh sebab itu di dalam hubungan antara manusia dengan manusia yang berbeda terkadang seorang individu mencari keserasian dalam berbagai hal, seperti kesamaan ideologi, adat kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). Sejalan dengan proses tersebut akan terbentuk kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat yang di dasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan. Kelompokkelompok sosial ini saling mempengaruhi dan juga memiliki kesadaran untuk saling menolong dalam kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Suatu proses kehidupan bersama ini di tengah masyarakat tentu akan mengalami dinamika-dinamika perbedaan yang terjadi di lingkungan, dikarenakan adanya keanekaragaman sifat ataupun perilaku yang dimilki oleh setiap individu. Terutama yang menyangkut dinamika kehidupan masyarakat perkotaan, yang banyaknya dihuni oleh masyarakat urban atau kaum pendatang dari desa ke kota dalam berbagai macam kelompok-kelompok sosial berbagai etnik. Munculnya kelompok-kelompok sosial etnik yang beragam ini terutama di wilayah perkotaan, akibat adanya arus urbanisasi dari desa ke kota yang terus 1

2 2 berkembang. Menjadikan Kota sebagai kawasan tempat bertemunya beberapa suku bangsa beserta kebudayaannya. Pada perkembangan selanjutnya tempat tersebut akan muncul kebudayaan baru atau percampuran antar kebudayaan yang ada. Biasanya kebudayaan yang telah mapan atau mayoritas penduduknya akan mewarnai atau mendominasi di antara kebudayaan yang ada. Disisi lain, terdapat kebudayaan yang dominan atau ada pula kemungkinan diantara suku/subsuku bangsa tersebut tetap mempertahankan identitas dirinya karena tidak ada kebudayaan yang dominan. Sejalan dengan proses sosial masyarakat Kota yang beraneka ragam ini, dapat terlihat bagaimana sikap anggota suatu kelompok terhadap anggota lainnya. Sesungguhnya tidak dapat dipungkiri dalam konteks masyarakat perkotaan, akan lumrah sekali seorang individu akan membutuhkan perlindungan dari kelompok yang berbeda. Oleh karena itu dalam masyarakat urban banyak bermunculan kelompokkelompok sosial dengan latar belakang etnik dari berbagai daerah sebagai suatu wadah yang memberikan perlindungan terhadap anggota kelompoknya. Dikarenakan kelompok-kelompok sosial etnik ini mempertimbangkan atas perbedaan budaya (Frederik Barth, 1998:14). Hal ini sebagai suatu upaya, agar terciptanya harmonisasi hubungan antara kelompok sosial etnik yang ada dalam suatu wilayah tertentu terhadap masyarakat urban sebagai kaum pendatang. Adanya kelompok-kelompok sosial etnik ini bisa menimbulkan kelompok mayoritas dan minoritas. Menurut Kinloch mayoritas di definisikan sebagai suatu kelompok kekuasaan; kelompok tersebut menganggap dirinya normal, sedangkan

3 3 kelompok lain (minoritas) dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu; atas dasar anggapan tersebut kelompok lain itu mengalami eksploitasi dan diskriminasi (Kamanto Sunarto, 2000:148). Ciri tertentu yang dimaksudkan di sini adalah ciri fisik, ekonomi, budaya, dan perilaku. Menurut definisi Kinloch dalam buku Kamanto Sunanto kelompok mayoritas itu ditandai oleh adanya kelebihan kekuasaan; konsep mayoritas tidak dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok. Mayoritas dapat saja terdiri atas sejumlah kecil orang yang berkuasa atas sejumlah besar orang lain. Berdasarkan pengertian Kinloch di atas mengenai mayoritas terkadang tidak selalu dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok melainkan terdiri atas sejumlah kecil orang yang berkuasa atas sejumlah orang lain (Kamanto Sunarto, 2000: 148). Sama hal nya terjadi dengan kelompok sosial, etnik Betawi bernama FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi). Meskipun pada realitasnya kelompok sosial etnik Betawi ini FORKABI berada dalam ruang lingkup mayoritas masyarakat kelompok sosial yang beraneka ragam atau masyarakat urban, tetapi masih bisa bertahan dalam tatanan perubahan sosial masyarakat akan ikatan bentuk kehidupan bersama di mana antar anggotanya memiliki hubungan batin yang murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Mengenai kelompok-kelompok sosial ini terutama fenomena yang terjadi di wilayah perkotaan, munculnya kelompok sosial etnik di tengah masyarakat urban memberikan pemahaman akan solidaritas yang terjalin antara masyarakat asli suku Betawi dengan kaum pendatang atau masyarakat urban.

4 4 Berdasarkan pandangan Emile Durkheim mengenai kelompok-kelompok sosial etnik, yang terdiri dari solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Dimana solidaritas organik ini terdapat di dalam masyarakat yang kompleks yang melihat suatu kehidupan kelompok sosial menjalankan peran yang berbeda. Selain itu juga solidaritas organik ini sifatnya lebih maju dan cenderung terdapat dalam masyarakat industri serta integrasi sosial nya rendah (Graham C. Kinloch, 2005:90). Solidaritas mekanik berasal dari golongan masyarakat yang tradisional. Masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok yang ada diluarnya. Pembagian kerja masyarakat dalam solidaritas mekanik ini masih rendah, norma-norma yang cenderung represif dan masih adanya kesatuan sosial dalam tingkat yang tinggi. Berdasarkan teori Emile Durkheim di atas berkaitan dengan kelompok sosial yang membagi ke dalam solidaritas organik dan mekanik. Untuk masyarakat perkotaan yang bercirikan solidaritas organik ini pada dasarnya memiliki integrasi rendah dan jarang ditemui struktur kekerabatan. Pada kenyataannya terdapat fenomena lain bahwa munculnya kelompok sosial berbasis etnik di dalam masyarakat perkotaan yang bersifat individualis dan integrasi nya rendah. Sejalan dengan hal tersebut perlu diketahui bagaimana FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) yang pada dasarnya sebagai kelompok sosial etnik yang dominan karena berada di wilayah DKI memberikan pengaruh terhadap masyarakat urban. Dengan kenyataannya saat ini mayoritas yang mendiami bukanlah kelompok

5 5 sosial etnik Betawi saja, melainkan berbagai keanekaragaman masyarakat urban yang terdiri dari berbagai macam kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda etnik. Sehingga ketika terlihat realitas yang demikian perlu mengetahui interaksi sosial yang terjadi dari kelompok sosial etnis Betawi (FORKABI) dalam solidaritas etnik yang terbangun terhadap banyaknya masyarakat kaum urban. Struktur kelompok sosial etnik FORKABI ini terutama yang terletak di wilayah Jakarta, khususnya wilayah Kelurahan Pulo Jakarta Selatan. Dimana FORKABI sebagai wadah bukan hanya sebagai lintas suku asli anak Betawi saja, melainkan juga wadah yang berfungsi sebagai ikatan kekeluargaan dengan kaum pendatang yang tinggal di Jakarta sebagai kesatuan warga Betawi, meskipun terdiri dari berbagai asal usul etnik yang berbeda. Dengan demikian akan terlihat solidaritas etnik dan pengaruh yang diakibatkan akulturasi akan semakin terasakan. Apabila masyarakat lebih kuat menerima pendatang, maka nilai yang ada akan bertahan. Sebaliknya apabila masyarakat tidak siap menerima pendatang maka akan rentan terjadinya masalah yang disebabkan keberadaan dari para pendatang. Dapat terjadi pula suatu realita pluralisme bahkan multikuturalisme yang ada di dalam kelompok sosial FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) ini. Maka dari itu, penulis menaruh minat untuk menelaah lebih luas tentang Solidaritas Etnik Dalam Masyarakat Urban (Studi pada Ormas Forkabi forum Komunikasi Anak Betawi di Kelurahan Pulo Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan).

6 6 1.2 Identifikasi Masalah Kemajemukan masyarakat Kota yang dihuni oleh masyarakat urban akibat arus urbanisasi, memberikan gambaran yang cukup kompleks terhadap masyarakatnya. Terlihat dari berbagi macam kelompok-kelompok sosial yang terdiri dari berbagai macam etnik dan lapisan status masyarakat Kota. Realitas suatu integrasi sosial di dalam masyarakat urban atau masyarakat Kota umumnya kurang membaur, antara satu individu dengan individu maupun antara satu kelompok dengan kelompok lain. Akan tetapi terdapat fenomena yang berbeda ketika munculnya kelompok sosial etnik yang berbasiskan ormas FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) di tengah masyarakat urban. Dimana Ormas FORKABI ini meskipun bercirikan etnik Betawi tetapi tidak menutup kemungkinan di dalam struktur anggota FORKABI tidak hanya etnik Betawi saja melainkan terdapat etnik lain. Kenyataannya bahwa sukar sekali penyatuan atau integrasi di dalam masyarakat Kota, terhadap berbagai lapisan masyarakat sehingga mendorongsuatu fenomena baru kemunculan FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) di tengah perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Kota. Sejalan dengan hal tersebut perlu diketahui lebih mendalam solidaritas yang terbangun antara FORKABI dengan masyarakat urban yang cenderung berbeda etnik.

7 7 1.3 Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah penelitian yaitu, antara lain sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang munculnya organisasi masa berbasis identitas etnik FORKABI dalam masyarakat Urban di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan? 2. Bagaimana solidaritas etnik antara masyarakat urban atau pendatang dengan kelompok sosial etnik Betawi FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan? 3. Bagaimana persepsi atau pandangan kelompok sosial etnik Betawi FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) terhadap etnik lain di kalangan masyarakat urban atau pendatang di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka peneliti dapat diambil tujuan penelitian tersebut adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya organisasi berbasis identitas etnik FORKABI dalam masyarakat urban di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui solidaritas etnik antara masyarakat urban atau pendatang dengan kelompok sosial etnik Betawi FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan. 3. Untuk mengetahui persepsi kelompok sosial etnis Betawi FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) terhadap etnik lain di kalangan masyarakat urban atau pendatang di Kelurahan Pulo Jakarta Selatan.

8 8 1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat diambil kegunaan dari penelitian tersebut antara lain: Kegunaan akademis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan serta menambah khazanah ilmu bagi manusia. Di samping itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terutama bagaimana solidaritas etnik suatu kelompok sosial etnik betawi dalam perubahan sosial masyarakat urban atau pendatang Kegunaan praktis, penelitian ini juga dapat berguna untuk memberikan pemahaman akan keanekaragaman suatu kelompok sosial di masyarakat bukan hanya, sebagai penimbul konflik akan tetapi sebagai pemersatu sebagai kumpulan manusia yang saling membutuhkan dan melengkapi di dalam perubahan sosial tatanan kehidupan. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk memahami solidaritas sosial dalam interaksi antaretnik yang ada di wilayah perkotaan. Dengan demikian diharapkan dapat ditemui dan dikenali berbagai prinsip dasar hubungan sosial antar kelompok etnik yang berbeda sehingga, berbagai kegiatan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan masalah kesukubangsaan dan integrasi nasional dapat berjalan dengan baik tanpa terjadi gejolak sosial.

9 9 1.6 Kerangka Pemikiran Kehidupan sosial tidaklah statis, melainkan selalu dinamis, maka sudah sewajarnya terjadi fenomena perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi di dalam masyarakat yang beraneka ragam pun seperti halnya Kota Jakarta mencerminkan perbedaan budaya yang beragam di dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu terdapat kelompok-kelompok etnik sebagai suatu multikulturalisme dalam berbagai perilaku manusia yang kompleks. Hal ini dapat terlihat suatu fenomena kelompok manusia dengan perilaku tertentu akan masuk ke dalam suatu unit etnik dengan sifat dan budaya tertentu. Kelompok etnik sebagai suatu tatanan sosial yang menentukan ciri khasnya sendiri yang dapat dilihat oleh kelompok lain. Ciri asal yang bersifat kategoris (categorical ascription) adalah ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seseorang termasuk kelompok etnik mana, dan ini dapat diperkirakan dari latar-belakang asal usulnya dengan tujuan interaksi terhadap orang lain yang berbeda etnik di dalam kehidupan sosial bermasyarakat (Frederik Barth, 1969: 14). Konsep kelompok etnik sesungguhnya didasarkan pada persamaan kebudayaan. Francis (1947) dalam buku Kamanto Sunarto mengklasifikasikan kelompok etnik (ethnic group) sebagai suatu bentuk Gemeincshaft yang ditandai persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin (we-feeling) diantara anggotanya. Menurut Francis pula kelompok etnik merupakan sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap, dan sistem politik (Kamanto Sunarto, 2000:149).

10 10 Stanley Lieberson dalam teorinya mengklasifikasikan pola hubungan antarkelompok yaitu; pola dominasi kelompok pendatang atas kelompok pribumi (migrant supordination), dan pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordination). Menurut Lieberson perbedaan pola hubungan superordinasi-subordinasi antara migran dan penduduk asli menentukan pola hubungan antara kedua kelompok (Kamanto Sunarto, ). Lieberson juga melihat akan terjadi konflik dan asimilasi bila dalam situasi yang dominasi kaum migran maka akan sering terjadi perang dengan penduduk asli, dan biasanya penduduk asli atau penduduk setempat berkembang rasa nasionalisme yang kuat, sehingga kelompok migran akan cenderung mengasimilasikan diri dengan penduduk setempat (Kamanto Sunarto, 2000:155). Kemajemukan masyarakat yang ditandai adanya kelompok-kelompok sosial etnik memberikan pemahaman bahwa, terbentuknya kelompok etnik di dalam suatu wilayah yaitu pada dasarnya manusia tidak lepas dari suku bangsa yang memiliki budaya dan bahasa. Pada kenyataannya masyarakat sebagai unit kesatuan manusia yang hidup terpisah dari unit lain saling berinteraksi, pertukaran informasi terjadinya kontak sehingga adanya proses-proses sosial di dalam kehidupan masyarakat berbeda. Hal ini menjadikan pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seorang individu. Menurut Frederik Barth mengenai teori pembentukan kelompok etnik berdasarkan asumsi antropologi (Narool, 1964), mengatakan bahwa kelompok etnik

11 11 ini bisa mucul karena nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi interaksi sendiri serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kalompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain (Frederik Barth, 1988:11). Adanya kelompok-kelompok sosial etnik ini tidak lepas dari interaksi diantara kelompok etnik yang berbeda serta adanya penerimaan sosial di lingkungan menjadikan terbentuknya sistem sosial tertentu sehingga adanya pembauran dengan perubahan budaya dan akulturasi. Adanya pembauran ini terjadilah hubungan antaretnik dan ada saling ketergantungan antaretnik. Terutama sekali wilayah perkotaan seperti halnya Jakarta yang banyak bermunculannya kaum imigran akibat dari arus urbanisasi dari desa ke kota yang terus berkembang menjadikan kota sebagai kawasan tempat bertemunya beberapa suku bangsa beserta kebudayaannya. Pada perkembangan selanjutnya di tempat tersebut akan muncul kebudayaan baru atau percampurannya kebudayaan (asimilasi) antar kebudayaan yang ada. Biasanya kebudayaan yang lemah akan membaur kepada kebudayaan yang dominan. Ada pula kemungkinan diantara suku/subsuku bangsa tersebut yang mendiami wilyah yang majemuk tetap mempertahankan identitas dirinya karena tidak ada kebudayaan yang dominan. Perlu di pahami meskipun kategori etnik mempertimbangkan perbedaan budaya, namun harus dilihat realitasnya bagaimana suatu masyarakat etnik itu

12 12 membentuk penyatuan di dalam kemajemukan masyarakat dengan kondisi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan agar tercipta nya kesinambungan di dalam kehidupan interaksi masyarakat yang kompleks. Interaksi masyarakat kota yang kompleks tidak lepas tidak dari kata modernisasi yang sedikit banyaknya tidak mencakup pengertian mengenai efisiensi, melainkan juga meningkatnya interaksi antara manusia dan ruangan, dan sangat majemuknya suatu hubungan sosial (Myron Weiner, 1994:80). Pengertian modernisasi itu juga ada hubungannya dengan kota serta proses yang menimbulkan perkembangan kota dan yang menyebabkan bertambahnya urbanisasi masyarakat. Seharusnya memang demikian, karena Kota lumrahnya tidak bisa lepas dihubungkan dengan produksi yang lebih efisien dan penyediaan berbagai barang dan jasa, juga berbagai macam interaksi antara manusia dengan tempat. Kota berarti sejumlah besar manusia yang berpusat di tempat-tempat yang kurang lebih kecil dan dengan demikian lebih banyak kontak mungkin terjadi antara penghuni Kota (Myron Weiner, 1994:84). Terutama di dalam masyarakat urban yang bercirikan keanekaragaman masyarakatnya yang terdiri dari latar belakang etnik yang berbeda-beda, sehingga kehidupan komuniti atau kelompok-kelompok sosial di masyarakat urban membentuk suatu perkumpulan-perkumpulan yang sangat erat terjalin dengan dasar pembawaan kelompok-kelompok sosial : kekerabatan, klan, hubungan-hubungan suku dan kasta. Kehidupan komuniti atau kelompok-kelompok sosial yang terbentuk di tengah masyarakat urban seperti halnya FORKABI, memberikan pandangan bahwa

13 13 pendatang di Kota mencari kaum kerabat atau orang-orang yang sesuku dan berfungsi sebagai relasi hubungan kekeluargaan. Dalam hubungan ini mereka berusaha membentuk suatu jaringan yang memungkinkan pelakunya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jaringan-jaringan yang mereka bentuk ini dapat dikatakan sebagai jaringan sosial. Menurut Barnea (1962) dan Epstain (1961) mengatakan bahwa Hakekat dari suatu jaringan sosial dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa sejumlah pendatang ke kota tetap berorientasi ke desa, sedangkan jumlah lainnya berorientasi ke kota ( Djoko Mudji R, 1999 : 5). Pada realitasnya FORKABI ini merupakan organisasi masyarakat yang meskipun terlihat khusus etnik Betawi yang mendiami wilayah Jakarta, tetapi membuka lebar bagi kaum pendatang untuk berpartisipasi sebagai wadah yang menyatukan berbagai etnik yang ada di DKI Jakarta. Sesuai dengan konsep teori Parson yang menyatakan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari interaksi sosial yang bersifat individual dan juga interaksi sosial yang bersifat kolektif (J.Dwi Narwoko dkk, 2007:372). Apabila melihat konsep Parson mengenai perubahan sosial bahwa masyarakat sebagai sistem interaksi kolektif dan tingkah perilaku, yang berpedoman pada persekutuan hidup (social community), maka dapat terjadi interaksi di dalam masyarakat yang kompleks sehingga adanya pengintegrasian, sebagai wujud identitas keanggotaan dalam masyarakat, dan juga mengatur hubungan baik antar-individu maupun antar subkolektif di dalam masyarakat.

14 14 Pandangan Durkheim (Graham C. Kinloch, 2005:90) mengenai analisis kelompok-kelompok sosial ini memberikan asumsi adanya solidaritas mekanik dan organik, yang mana pembagian solidaritas mekanik dan organik ini dilihat dari realitas hubungan kelompok-kelopok sosial. Biasanya solidaritas organik ini muncul di tengah masyarakat yang kompleks dengan integritasnya rendah. Sedangkan solidaritas mekanik ini berada di tengah masyarakat tardisional yang mana masyarakat nya masih rendah serta masih adanya kesatuan sosial dalam tingkat yang tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) yang terbentuk diantara realitas masyarakat urban yang kompleks, sehingga terjadi perubahan sosial yang nyata. Dikarenakan FORKABI merupakan kelompok sosial etnis Betawi yang realitanya bukan sebagai kaum pendatang dapat memberikan pandangan yang berbeda terhadap masyarakat urban. Sedangkan masyarakat urban atau pendatang itu sendiri sebagai pendatang akan berusaha terbuka dengan kelompok sosial yang sudah ada yaitu FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi), sebagai wujud peng-integrasian dalam sistem interaksi masyarakat yang kompleks. Terbentuknya organisasi masyarakat FORKABI ditengah kenyataan masyarakat urban yang kompleks menimbulkan persepsi terhadap kaum pendatang akan keberadaan kelompok sosial etnis tersebut. Begitu juga sebaliknya dengan banyaknya berdatangan masyarakat urban atau kaum pendatang memberikan persepsi yang berbeda pula terhadap keutuhan kelompok sosial etnis Betawi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT

KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT Tokoh Tujuan Pembelajaran Peta Konsep Pengantar Materi Pustaka KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1. Kurikulum 2013 Sosiologi SMAN 1 Cibeber Cikotok 3/2/2016 SOSIOLOGI SMAN 1 CIBEBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang sebenarnya adalah ciri-ciri

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

DIFERENSIASI SOSIAL (Kemajemukan)

DIFERENSIASI SOSIAL (Kemajemukan) DIFERENSIASI SOSIAL (Kemajemukan) Perbedaan-perbedaan yg dimiliki warga masyarakat kedudukan Diferensiasi sosial Diperankan melalui profesi masing-masing Perbedaan yang dimiliki warga masyarakat a.l. seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai suku atau etnis yang berkembang dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis Arab lebih bermanfaat yang kemudian karena

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis Arab lebih bermanfaat yang kemudian karena BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1 Kesimpulan Interaksi sosial yang terjalin karena persamaan wilayah dan tempat tinggal membuat hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis Arab lebih bermanfaat yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari

Lebih terperinci

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07 MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Soekanto (2002 :

Lebih terperinci

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Alor merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran BAB V KESIMPULAN Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran China Asal Indonesia dengan Migran China Asal Vietnam. MK masing-masing secara selektif.melakukan adaptasi kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, BAB V PENUTUP A. Simpulan Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Pada proses akulturasi budaya kaum urban dalam keluarga beda

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KOMUNITAS

MASYARAKAT DAN KOMUNITAS MASYARAKAT DAN KOMUNITAS MASYARAKAT DAN KOMUNITAS Masyarakat dibedakan dari Komunitas??? MASYARAKAT (SOCIETY) APAKAH MASYARAKAT ITU??? Masyarakat memiliki beragam makna 1.Menurut istilah masyarakat merupakan

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Antropologi Psikologi Manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai makhluk sosial Manusia sebagai makhluk budaya Kehidupan kolektif manusia dan defenisi masyarakat Wenny

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang dipandang dalam keseluruhannya satu dengan yang lain, berada dalam interaksi yang berulang tetap. Interaksi itu terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Transmigrasi Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam arus perubahan besar yang mempengaruhi segala dimensi kehidupan masyarakat, terutama kehidupan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai

Lebih terperinci

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya SETYA ROHADI dan MULYANTO Globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Televisi, musik, makanan, pakaian, film dan yang lainnya merupakan bentuk-bentuk budaya yang serupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak layak dimakan,

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya, BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini, paparan hasil penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya, pada bagian berikutnya dipaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau

Lebih terperinci

Keterangan: 1 1 = Pengusa/Pejabat = Masyarakat/Rakyat 2

Keterangan: 1 1 = Pengusa/Pejabat = Masyarakat/Rakyat 2 01. Gambar sistem pelapisan social: Keterangan: 1 1 = Pengusa/Pejabat ------------------- 2 = Masyarakat/Rakyat 2 Perbedaan social pada gambar di atas berdasarkan. a. pendidikan formal b. jumlah kekayaan

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan masyarakat yang manjemuk, maka untuk mencapai suatu masyarakat dapat hidup berdampingan dengan berbagai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan PERTEMUAN KE 2 1 Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang penuh dengan aneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Setiap suku bangsa di Indonesia menciptakan, menyebarluaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai perjumpaan budaya Sabudan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai perjumpaan budaya Sabudan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai perjumpaan budaya Sabudan proses akulturasi budaya Sabu di Sumba yang telah dilakukan sebelumnya, maka melalui penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci