BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
|
|
- Teguh Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil simpulan mengenai kajian stilistika dalam Antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMK. Pertama, para pengarang dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 memanfaatkan pilihan kata (diksi) dengan sangat variatif untuk dapat memberikan penguatan makna yang disampaikan melalui cerpen-cerpen tersebut. Kata konotatif paling dominan dalam penulisan cerpen-cerpen tersebut, dan kata konkret menjadi pilihan kata pada urutan berikutnya. Kedua, gaya bahasa yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, terdiri atas yaitu gaya bahasa simile, metafora, personifikasi, paradoks, sinekdoke, hiperbola, metonimia, idiom, dan peribahasa. Gaya bahasa yang paling dominan digunakan adalah gaya bahasa personifikasi. Ketiga, gaya wacana yang terdapat dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, terdiri atas repetisi, klimaks, antiklimaks, campur kode, dan alih kode. Gaya wacana yang paling dominan adalah campur kode. Keempat, bentuk citraan yang terdapat dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, terdiri atas citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan gerak, dan citraan pengecapan. Citraan yang paling dominan dalam antologi cerpen tersebut adalah citraan penglihatan. Kelima, antologi cerpen pilihan Kompas 2014 memiliki relevansi dengan pembelajaran sastra di SMK khususnya KD 3.1 kelas XI pada Kurikulum Antologi cerpen Kompas 2014 ini dapat menjadi alternatif materi ajar untuk pembelajaran sastra khususnya cerpen di SMK. Selain itu, dengan pemanfaatan antologi cerpen pilihan Kompas 2014 ini sebagai materi ajar maka guru-guru bahasa Indonesia telah turut 161
2 162 menyukseskan program pemerintah wajib baca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai, sesuai Permendikbud No 23 tahun B. Implikasi Karya sastra memiliki banyak nilai kebermanfaatan dan keindahan bagi para pembaca. Maraknya budaya literasi membaca dan menulis sastra membuktikan bahwa karya sastra memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi para pembaca sastra dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penerbitan novel, antologi puisi, antologi cerpen, dan lain sebagainya. Dengan demikian karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang memiliki fungsi untuk memberikan pengetahuan dan nilai-nilai pendidikan bagi masyarakat melalui kosa kata yang digunakan, gaya bahasa, gaya wacana, dan citraan dalam karya sastra tersebut. Secara keilmuan, penjabaran dan deskripsi tersebut dapat dikaji melalui pendekatan stilistika. Penelitian ini mengkaji antologi Cerpen pilihan Kompas 2014: Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan permasalahan antara lain: (1) bagaimana pilihan kata/diksi yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, (2) bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, (3) bagaimana gaya wacana yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, (4) bagaimanakah citraan yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014, dan bagaimanakah relevansi antologi cerpen pilihan Kompas 2014 dengan pembelajaran sastra di SMK. Kelima permasalahan tersebut menjadi fokus dalam penelitian ini dengan pendekatan stilistika sehingga memiliki implikasi teoretis dan praktis terhadap bidang keilmuan stilistika dan pembelajaran sastra di SMK. Hasil penelitian ini untuk memecahkan lima permasalahan di atas. Pertama pilihan kata (diksi) dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 yang digunakan oleh para pengarang sangat bervariasi. Hal ini sebagai bentuk kreativitas pengarang dalam menggambarkan aneka peristiwa dan kegelisahannya dengan memilih diksi yang tepat dan berkesan. Pilihan kata bagi para pengarang memiliki nilai tersendiri untuk menggambarkan aneka rasa yang berwujud dan tidak
3 163 berwujud secara langsung dan tidak langsung. Hal itu juga merupakan proses kreatif yang dilakukan oleh pengarang dalam menulis sebuah cerita pendek dengan mempertimbangkan ketepatan pemilihan kata. Penggunaan diksi yang sesuai perlu dipertimbangkan oleh pengarang dalam membuat karya sastra. Diksi dalam konteks yang sesuai akan mempermudah pembaca mengetahui maksud yang disampaikan oleh pengarang. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pada prinsipnya, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat. Aneka pilihan kata atau diksi yang dimanfaatkan, antara lain kata konkret, kata konotatif, kata serapan asing, serta kata sapaan khas dan nama diri. Mengacu hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas, dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 digunakan diksi yang beragam di antaranya, kata konkret berjumlah 71 data; kata konotasi berjumlah 82 data; kata serapan asing berjumlah 51 data; kata sapaan khas dan nama diri ditemukan berjumlah 13 data. Mengacu pada data tersebut, kata konotatif mendominasi jenis pilihan kata yang ditemukan dalam kumpulan cerpen. Hal ini mengindikasikan bahwa penulispenulis cerpen tersebut lebih menonjolkan kata konotatif sebagai diksi pilihan untuk memunculkan imajinasi pembaca atau menambahkan nilai rasa tertentu. Konotatif merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional sehingga pembaca dapat terkesan dengan cerpen yang dibaca. Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 yaitu simile, metafora, personifikasi, paradoks, sinekdoke, hiperbola, idiom, dan peribahasa. Gaya bahasa yang digunakan berfungsi sebagai sarana estetis atau sebagai sarana untuk memperindah karya sastra, dalam hal ini cerpen. Sebagai karya sastra, cerpen tidak tersaji melalui bahasa lugas, namun perlu adanya sentuhan-sentuhan keindahan melalui penggunaan gaya bahasa yang beragam. Selain itu, penggunaan gaya bahasa dapat menghindarkan pembaca dari kejenuhan dalam menikmati cerpen.
4 164 Sementara itu gaya wacana dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 antara lain gaya wacana repetisi dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 ditemukan 52 data. Gaya wacana klimaks dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 ditemukan 11 data. Gaya wacana antiklimaks dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 ditemukan 3 data. Gaya wacana campur kode dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 ditemukan 55 data. Gaya wacana alih kode dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014 ditemukan 8 data. Mengacu jumlah data di atas, gaya wacana campur kode mendominasi gaya wacana dalam antologi cerpen Kompas Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, campur kode merupakan pencampuran dua kode bahasa yang bisa berbentuk kata, frasa maupun klausa dalam suatu kalimat. Adapun alih kode merupakan pergantian kode bahasa dari bahasa yang satu dengan kode bahasa yang lain dalam suatu percakapan. Berdasarkan data yang telah ditampilkan tersebut, gaya bahasa campur kode dan gaya bahasa alih kode ditemukan dalam kumpulan cerpen tersebut. Gaya wacana campur kode lebih banyak ditemukan daripada gaya wacana alih kode. Penggunaan gaya wacana dipengaruhi oleh faktor pengarang. Faktor bahasa pertama pengarang sangat memengaruhi dalam hal penggunaan bahasa untuk membuat suatu cerpen, sehingga gaya wacana campur kode banyak ditemukan dalam kumpulan cerpen tersebut. Penggunaan gaya wacana campur kode juga dimaksudkan untuk memberikan penguatan pada kisah yang hendak ditampilkan oleh pengarang dalam ceritanya. Penggunaan bahasa daerah dapat memperkuat nilai lokalitas atau adat tertentu sehingga pembaca memiliki gambaran yang lebih jelas atas cerita tersebut. Selain itu, nilai rasa yang didapatkan oleh pembaca ketika membaca sebuah kisah akan lebih kuat. Ada kalanya penggunaan gaya bahasa campur kode menyulitkan pembaca dalam mengikuti kisah yang disajikan, namun itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah kisah dengan gambaran yang detail dan dapat membawa pembaca masuk dalam cerita yang disajikan. Penggunaan gaya wacana campur kode juga dapat memperkaya khasanah pengetahuan pembaca mengenai kosa kata tertentu dari bahasa lain. Penggunaan gaya wacana campur kode juga
5 165 dapat memberikan penyegaran maupun keunikan dari penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang sehingga tidak terlihat monoton. Permasalahan citraan dalam antologi cerpen pilihan Kompas 2014 merupakan penggunaan kata-kata dan ungkapan yang mampu membangkitkan tanggapan indera manusia. Citraan merupakan gambaran pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Adapun, citraan terdiri atas beberapa jenis, yaitu citraan penglihatan, pendengaran, gerakan, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Mengacu pada hasil penelitian, citraan penglihatan mendominasi jenis citraan yang ditemukan dalam kumpulan cerpen tersebut. Dominasi citraan penglihatan menunjukkan usaha pengarang cerpen untuk memberikan gambaran atau visualisasi kepada para pembaca mengenai kisah yang disampaikan. Pengarang berusaha menyajikan kisah dengan detail dan jelas agar pembaca dapat memiliki konsep yang jelas mengenai latar dan jalan cerita pada cerpen yang ditulis. Selain itu, dengan gambaran atau visualisasi yang jelas, diharapkan pembaca dapat mengetahui maksud yang disampaikan oleh pengarang melalui cerpennya. Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan di atas, berikut disampaikan implikasi teoritis, implikasi praktis, dan implikasi pedagogis. 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis penelitian ini berimplikasi positif terhadap pengayaan khasanah penelitian stilistika dengan objek karya sastra. Hal ini, menjadi sangat menarik ketika aneka jenis karya sastra di Indonesia dapat dikaji oleh para pelajar dan mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 dengan pendekatan stilistika. Dengan demikian hasilnya akan dapat memberikan gambaran kepada seluruh pembaca atau masyarakat umum untuk memahami karya sastra, baik novel, cerpen, maupun puisi. Penelitian ini telah membuktikan dan mendukung teori mengenai stilistika dalam pembelajaran sastra. Di antaranya, dengan mempelajari gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra akan memudahkan siswa dalam memahami dan menginterpretasi karya sastra. Selain itu,
6 166 penguasaan kosakata yang memadai akan membantu siswa untuk menggunakannya dalam berkomunikasi. Implikasi teoritis berikutnya, hasil penelitian ini dapat berdampak pada pengetahuan guru dan siswa terhadap pemahaman karya sastra, khususnya cerpen. Dengan mengenal, membaca, memahami cerpen atau novel melalui diksi, gaya bahasa, gaya wacana, citraan, dan relevansinya dengan pembelajaran akan berdampak positif pada pemahaman karya sastra. 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis dari hasil penelitian mengenai stilistika ini di antaranya dalam hal kebahasaan. Guru dapat memberikan penekanan kepada siswa mengenai penggunaan bahasa yang santun dalam berkomunikasi. Guru dapat menunjukkan contoh-contoh penggunaan bahasa dalam karya sastra untuk dapat diteladani maupun dihindari dalam berbahasa sehari-hari. Hal ini penting dilakukan sebab pada masa sekarang ini, siswa SMK yang berada pada kisaran usia remaja banyak mendapat pengaruh dari lingkungan mengenai bahasa yang digunakan. Para remaja tersebut banyak terpapar penggunaan bahasa yang kurang baik dari kawan sebaya, dari sosial media, maupun dari tokoh yang diidolakan. Selain itu, maraknya penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja menunjukkan bahwa para remaja tersebut ingin menunjukkan identitas dan eksistensinya. Dengan mudah, para remaja membuat kosa kata baru dan menggunakannya secara berantai dalam kehidupan seharihari. Kosa kata baru yang seringkali tidak baku tersebut dengan mudah diterima dan digunakan oleh para remaja dan lingkungannya. Apabila tidak menggunakan bahasa yang sama dengan kawan sebayanya, mereka kuatir dianggap ketinggalan zaman. Jika fenomena tersebut dibiarkan maka para remaja dapat mengalami krisis kebahasaan. Penggunaan bahasa seperti yang digunakan dengan kawan sebaya dapat terbawa dalam kehidupan dan kegiatan seharihari baik dalam peristiwa formal maupun nonformal. Dampak lanjutannya,
7 167 para remaja akan mengalami kesulitan untuk menggunakan bahasa secara benar, baik, dan santun dalam berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Pada kasus semacam inilah peran serta guru bahasa Indonesia sebagai katalisator bahasa sangat diperlukan. Guru bahasa Indonesia harus dapat memberikan teladan yang baik dalam berbahasa bagi siswa-siswanya. Guru dapat menggunakan karya sastra,dalam hal ini cerpen, sebagai media untuk menunjukkan kesantunan dan keindahan dalam berbahasa. Guru dapat menggunakan contoh berbahasa yang benar maupun contoh yang salah dalam cerpen yang dipelajari. Upaya yang tidak sederhana ini apabila dilakukan secara konsisten akan dapat membawa siswa pada kebiasaan berbahasa yang lebih baik. Selain dalam pembelajaran cerpen, guru bahasa Indonesia juga terus dapat berupaya melakukan pembinaan kebahasaan melalui materi bahasa Indonesia yang lain, maupun menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah misalnya majalah dinding, buletin, maupun majalah sekolah. Selain mengambil teladan dalam hal kebahasaan, guru dapat mengajak siswa untuk memahami substansi cerpen yang dipelajari. Guru dapat menyampaikan kepada siswa mengenai hikmah atau pelajaran yang diperoleh setelah membaca karya sastra. Setelah memahami kebahasaan dan subtansi dalam karya sastra, guru dapat memotivasi siswa untuk menulis karya sastra sehingga menikmati karya sastra tidak hanya terhenti pada kegiatan membaca. Dengan demikian, budaya membaca dan menulis akan tumbuh pesat dan berkelanjutan. 3. Implikasi Pedagogis Implikasi pedagogis dari hasil penelitian ini adalah relevansi antologi cerpen pilihan Kompas 2014 dengan pembelajaran sastra di SMK. Hasil penelitian ini relevan dengan pembelajaran sastra di sekolah dengan tujuan untuk memperkenalkan dan membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra, khususnya di SMK.
8 168 Siswa dapat ditunjukkan pada berbagai permasalahan yang tersaji dalam karya sastra, meneladani nilai-nilai positif yang dapat diambil, serta menghindari hal-hal negatif yang telah diketahui dalam karya sastra. Guru sebaiknya tidak hanya memberikan contoh peristiwa yang positif, namun juga dapat memberikan contoh-contoh yang kurang baik dan menunjukkan bagaimana solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut. Sastra dapat memberikan berbagai pelajaran kehidupan tanpa si pembaca harus mengalami sendiri kejadian-kejadian tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari beberapa pendidik yang menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat mengasah kemampuan kognitif, psikomotorik dalam praktik di lapangan, dan membentuk karakter. Siswa SMK yang dipersiapkan untuk segera memasuki dunia kerja perlu mendapatkan bimbingan maksimal dalam hal karakter. Meski berada dalam dunia kerja ataupun dunia industri, siswa SMK tidak lantas berkarakter seperti mesin-mesin ataupun robot dalam bekerja. Mereka harus dibentuk menjadi para pekerja terampil yang memiliki kesantunan baik dalam hal bersikap maupun berbahasa sebagai kunci kesuksesan. Pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu sarana pembelajaran dan pembentukan karakter bagi para calon pekerja tersebut. Dengan bersikap dan berbahasa yang santun dan komunikatif serta berkarakter unggul, para siswa SMK kelak akan dapat menjadi pekerja maupun pengusaha yang terampil, berdedikasi, dan menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat. Implikasi pedagogis berikutnya, hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi guru untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai materi ajar alternatif untuk pembelajaran sastra, khususnya cerpen pada kurikulum KTSP dan kurikulum Pada pembelajaran sastra dalam kurikulum tersebut, salah satu materinya berkaitan dengan memahami gaya bahasa pada karya sastra. Pemahaman intensif mengenai gaya bahasa dianggap penting untuk memahami pesan yang ingin disampaikan penulis.
9 169 Pentingnya pembelajaran gaya bahasa dalam karya sastra terbukti dengan ditetapkannya materi tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK. Akan tetapi, dalam pembelajaran sastra, khususnya cerpen mengalami kendala, yaitu siswa masih kesulitan untuk memahami berbagai macam gaya bahasa dalam karya sastra. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah, guru dan siswa masih memiliki pemahaman terbatas mengenai gaya bahasa disebabkan disebabkan intensitas membaca karya sastra siswa kurang dan pembelajaran karya sastra dalam kurikulum 2013 yang dirasa masih sulit untuk dipahami. Fenomena di lapangan bahwa pembelajaran sastra kurang diminati, maupun hanya membelajarkan sastra sebagai teori sudah saatnya dipupus. Guru perlu menyadari bahwa sastra bukanlah sesuatu yang eksklusif ataupun sulit untuk ditemukan. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa karya sastra sesungguhnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dibuktikan dengan adanya karya cerpen yang dimuat pada berbagai surat kabar setiap edisi Minggu. Koran lokal dan koran nasional menampilkan cerpen-cerpen terbaik yang telah melewati seleksi secara ketat di meja redaksi. Selain itu, cerpen yang tersaji dalam surat kabar selalu aktual dan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat. Guru dapat mengenalkan cerpen yang tersaji di surat kabar tersebut kepada siswa sebagai alternatif sumber belajar agar siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas terhadap karya sastra dan kebahasaan yang digunakan di dalamnya. Penggunaan surat kabar merupakan media alternatif dalam pembelajaran sastra yang murah, terjangkau, dan berkualitas. Implikasi lain dari hasil penelitian ini, dengan program pemahaman dan membaca karya sastra secara rutin oleh guru dan siswa maka guru dan siswa telah turut serta mendukung program pemerintah sesuai Permendikbud No. 23 tahun 2015 mengenai wajib baca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai di sekolah.
10 170 C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru Guru bahasa Indonesia di SMK, sebaiknya memperbanyak dan memanfaatkan halaman sastra surat kabar edisi Minggu maupun antologi cerpen sebagai salah satu alternatif tambahan materi ajar sastra bagi siswa SMK. Selain itu, guru-guru bahasa Indonesia sebaiknya memperbanyak wawasan untuk memahami pemahaman diksi, gaya bahasa, gaya wacana, dan citraan dalam berbagai sajian cerpen sebagai upaya untuk penguatan kompetensi cerpen dengan pendekatan stilistika, baik untuk siswa maupun guru. Dengan memahami stitlistika dalam karya sastra, guru dapat menggunakan karya sastra khususnya cerpen sebagai sarana untuk pembinaan berbahasa bagi siswanya. Selain itu, guruguru SMK dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif materi ajar dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, produktif, dan bermanfaat berbasis hasil penelitian. 2. Siswa Siswa diharapkan memperbanyak membaca untuk mengetahui penggunaan bahasa dan meresapi nilai-nilai karakter dalam sastra melalui berbagai sajian cerpen, baik dalam halaman sastra surat kabar edisi Minggu maupun dalam antologi cerpen. Kegiatan membaca dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan memberikan pengetahuan baru terhadap karya sastra khususnya cerpen melalui antologi cerpen dari media cetak, atau melalui edisi Minggu harian Kompas. 3. Peneliti Para peneliti sebaiknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk melanjutkan penelitian lain dengan pendekatan stilistika dalam karya sastra yang lebih mendalam. Dengan demikian, penelitian dalam bidang stilistik akan semakin lengkap dan memperbanyak khasanah keilmuan dalam bidang stilistika.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI
KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian
112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan
1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui
Lebih terperinciintrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang
1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur sebagai bahan
Lebih terperinci2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra berkembang pesat dewasa ini,sastra dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Perkembangan sastra dengan ruang lingkup pembaca anak-anak,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: tempat dan waktu, jenis, data dan sumber data, teknik sampling, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah. Materi yang diajarkan terus mengalami perubahan seiring perkembangan dan perubahan kurikulum.
Lebih terperinciGAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya yang bagus pasti memiliki sebuah ciri tersendiri di dalamnya, entah itu terletak pada isi maupun unsur pembangun lainnya. Ciri itulah yang dapat dikaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian gaya bahasa di kalangan masyaakat sangat beragam, tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga dipakai dalam menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada karya sastra, bahasa yang dipergunakan berbeda dengan karya ilmiah. Dalam karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan, hidup menjadi lebih bermakna dan terarah. Agar hidup manusia lebih bermakna dan terarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri bagi pembaca. Sastra dan manusia khususnya pembaca memiliki hubungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan maka peneliti yang sifatnya ilmiah
Lebih terperinciKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa
Lebih terperinciRAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom
RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai wacana sangat menarik untuk dilakukan terutama mengenai analisis wacana. Analisis wacana dapat berupa kajian untuk membahas dan menginterpretasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas menciptakan hubungan intern antara guru dan siswa. Pembelajaran dikatakan aktif jika ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dan strategis dalam proses komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini memerlukan adanya reformasi berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa depan. Perubahan yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan simpulan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa Penulisa Opini pada Situs www.ahmadiyah.org dalam Mengklarifikasi Tuduhan Sesat Ajaran Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang memberikan makna tertentu kepada pembaca. Karya sastra mampu mengajak pembaca berimajinasi sesuai dengan konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI
0 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinci03Teknik RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA. Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku
Modul ke: RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA Fakultas 03Teknik Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku SUGENG WINARNA, M.Pd Program Studi Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka
Lebih terperinciRELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI
RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA
PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Titik Wahyuni Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan memperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian A. Latar Belakang Masalah Dalam menulis karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kegiatan menulis, maka sang penulis haruslah
Lebih terperinci07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang
07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025
KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017/2018 KEMAMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi
Lebih terperinci