PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA REZA ZULMI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Produktivitas Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis Berkaitan dengan Pemanfaatan Nutrien N dan P dari Sedimen Waduk Cirata adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2012 Reza Zulmi C

3 RINGKASAN Reza Zulmi. C Produktivitas Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis Berkaitan dengan Pemanfaatan Nutrien N dan P dari Sedimen Waduk Cirata. Di bawah bimbingan Niken TM Pratiwi dan Inna Puspa Ayu. Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis merupakan tanaman air yang menyumbang nilai produktivitas terhadap suatu perairan, serta dapat dijadikan sebagai ornamen penghias akuarium (aquascape). Selama ini, usaha tani tanaman air hias masih mengandalkan pupuk komersial sebagai sumber nutrien bagi pemacu pertumbuhan tanaman air. Salah satu alternatif bahan pengganti pupuk komersial berasal dari sedimen (lumpur) Waduk Cirata yang mengandung unsur N dan P sebagai sumber nurtien untuk pertumbuhan tanaman air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat produktivitas dari beberapa tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) berkaitan dengan pemanfaatan nutrien dari sedimen Waduk Cirata. Penelitian ini dilaksanakan kedalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan (Juli-Agustus 2011) dan penelitian utama (September 2011). Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrien dari sedimen Waduk Cirata, dan penelitian utama bertujuan untuk mengetahui produktivitas beberapa tanaman air dengan menggunakan sistem kanal tanaman air dalam memanfaatkan nutrien dari sedimen Waduk Cirata. Data yang diambil berupa data bobot basah tanaman air, kandungan nutrien, dan kualitas air yang dilakukan setiap 3 hari selama penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah penentuan doubling time dari tanaman air dengan pendekatan laju pertumbuhan relatif (relative growth rate/ RGR), uji F untuk mengetahui perbedaan tingkat produktivitas, dan keterkaitan antara biomassa tanaman air dengan nutrien. Tanaman uji sebesar 9 gram bobot basah ditumbuhkan di dalam akuarium yang telah berisi media air dengan sumber nutrien berupa 300 gram sedimen Waduk Cirata. Penumbuhan tanaman air menunjukkan perbedaan capaian biomassa yang signifikan (p<0,005). Biomassa tertinggi terjadi pada M. fluviatilis, sedangkan biomassa terendah terjadi pada E. densa. Beberapa tanaman air memiliki produktivitas yang berbeda. Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doubling time (DT) 69 hari, sedangkan produktivitas terendah pada C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari). Hasil pengukuran suhu air, ph, dan oksigen terlarut (dissolved oxygen/do) pada saat percobaan sesuai untuk pertumbuhan tanaman air. Kandungan nutrien (nitrat, ortofosfat, nitrit dan amonium) menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu selama penelitian. Produktivitas masing-masing tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien. Produktivitas C. caroliniana, E. densa,dan M. fluviatilis dipengaruhi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

4 PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA REZA ZULMI C Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 PENGESAHAN SKRIPSI Judul Nama Mahasiswa Nomor Induk Program Studi : Produktivitas Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis Berkaitan dengan Pemanfaatan Nutrien N dan P dari Sedimen Waduk Cirata : Reza Zulmi : C : Manajemen Sumberdaya Perairan Menyetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Niken TM Pratiwi, M.Si. Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si. NIP: NIP: Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. NIP Tanggal Ujian: 10 Februari 2012

6 PRAKATA Puji syukur Penulis panjatkan kapada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Produktivitas Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis Berkaitan dengan Pemanfaatan Nutrien N dan P dari Sedimen Waduk Cirata. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Niken TM Pratiwi, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama dan Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si. selaku pembimbing kedua; Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil. selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan; Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji serta berbagai pihak yang telah banyak membantu bimbingan, dukungan, masukan dan arahan sehingga Penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari adanya berbagai keterbatasan sehingga dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Meskipun demikian, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Bogor, Februari 2012 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Ir. Niken TM Pratiwi, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si. selaku peguji tamu dan Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil. selaku ketua komisi pendidikan program S1, atas saran, nasehat dan perbaikan yang diberikan. 3. Dr. Ir. Ario Damar, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik atas arahan, motivasi, dan nasehat selama perkuliahan. 4. Dr. Nofdiyanto atas kesempatan yang telah diberikan untuk dapat berkunjung ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong sehingga penulis banyak mengetahui mengenai sistem kanal perifiton. 5. Staf Tata Usaha Departemen MSP khususnya Mba Widar dan Mba Maria. 6. Ibu Siti Nursiyamah selaku staf Lab. Biologi Mikro I (BIMI I), seluruh staf Proling (Ibu Ana, Ibu Wulan, Mas Heri, Mba Farilla, K Budi, Bang Aan, Erry, Nalendra dan Mang Adon) atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Keluarga tercinta Bapak (Arsid), Umi (Patmah), teteh (Azizah), teteh (Nawarotu Dohiyah, S.Pd. dan Mas Sri Utomo, S.Or.), dan abang ku (Septa) atas segalanya, baik do a, kasih sayang dan motivasinya. 8. Ilman Faturochman atas suka duka, perjuangan, kekompakan, kerjasama dan semangatnya selama melaksanakan penelitian. 9. DR crew (Ary, Nunu, Eza, Omen, Agus), Ayu, Ekie, Mance, Iboth, Arif, Hendry, Adek, Dita, Ade Willy, Nta, Cmey, Icha, Mega, Eci, Alim, Dede, Nto, Adang, dan teman-teman seperjuangan MSP 44 atas semangat dan kebersamaannya.

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, 17 Maret 1989 dari pasangan Bapak Arsid dan Ibu Patmah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu SD Negeri Mekar Wangi, Bogor ( ), SMP Negeri 1 Parung, Bogor ( ) dan SMA Citra Bangsa, Bogor ( ). Pada tahun 2007, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Sumberdaya perairan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Planktonologi (2010/2011) dan (2011/2012), Asisten Laboratorium Riset Plankton, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB. Selain itu, penulis juga aktif pada kelembagaan kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) sebagai Badan Pengawas Himpro dan aktif mengikuti berbagai macam kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Penulis juga berkesempatan menjadi salah satu pemenang Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang berjudul Greenfish Aquaculture sentra budidaya ikan konsumsi sehat dan ramah lingkungan melalui sistem purifikasi air dengan media kanal perifiton. Selama menempuh pendidikan, Penulis juga mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari beasiswa Persatuan Orang tua Mahasiswa (POM) dan Mitsubishi. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Produktivitas Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis Berkaitan dengan Pemanfaatan Nutrien N dan P dari Sedimen Waduk Cirata.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Air Cabomba caroliniana Egeria densa Mayaca fluviatilis Produktivitas Tanaman Air Sistem Kanal Tanaman Air METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Observasi awal Penelitian utama Analisis Data Penentuan doubling time (waktu penggandaan) Parameter kualitas air Analisis statistik Uji beda nyata terkecil (BNT) Regresi berganda HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pertumbuhan beberapa tanaman air Kualitas air Nutrien Pembahasan KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii viii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kandungan nutrien air rendaman sedimen Waduk Cirata (150 gram sedimen dalam 18 liter air) Kualitas air kolam petani tanaman air Parameter kualitas air yang diamati, metode, dan alat yang digunakan Hubungan antara ph dan suhu terhadap persentase konsentrasi amonia di perairan tawar Sidik ragam RAL (Rancangan Acak Lengkap) Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doublingtime) Kisaran hasil pengukuran suhu, DO, dan ph Kisaran hasil pengukuran kandungan nutrien... 22

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Skema pendekatan masalah produktivitas beberapa tanaman air (Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis) berkaitan dengan pemanfaatkan nutrien N dan P dari sedimenwaduk Cirata Cabomba caroliniana Egeria densa Mayaca fluviatilis Skema sistem kanal tanaman air Akuarium berkanal Tanaman air uji Sedimen Waduk Cirata dan penempatannya pada akuarium media nutrien Proses pengeringan tanaman air sebelum ditimbang bobot basah Proses penimbangan bobot basah tanaman air Tanaman air yang sedang diuji Rataan pertumbuhan bobot basah beberapa tanaman air Konsentrasi nitrat terhadap waktu (hari) Konsentrasi ortofosfat terhadap waktu (hari) Konsentrasi amonium terhadap waktu (hari) Konsentrasi nitrit terhadap waktu (hari)... 26

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Sistem kanal tanaman air yang digunakan dan posisi tanaman air uji pada sistem kanal tanaman air Alat dan bahan yag digunakan selama penelitian Nilai parameter pertumbuhan tanaman air Nilai parameter kualitas air dan nutrien selama penelitian Analisis statistik (uji-f, uji BNT, dan regresi berganda) Analisis regresi berganda (hubungan tanaman air dengan nutrien)... 39

13 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman air adalah kumpulan berbagai golongan tumbuhan, sebagian besar spermatophyta yang bagian tubuh serta daunnya tenggelam dalam air dan akarnya menancap pada substrat. Namun, keberadaannya di alam sering menjadi masalah yang merepotkan karena dapat berubah menjadi gulma di perairan apabila pertumbuhannya tidak terkendali. Keberadaan gulma ini seringkali menggangu ekosistem perairan karena keberlebihan tanaman air dapat mempercepat hilangnya air dari badan air melalui penguapan, mengganggu pergerakan kapal untuk rekreasi, transportasi, dan perikanan, menghalangi aliran air di kanal dan sungai, mengganggu operasional di pembangkit listrik dan irigasi, mengambil volume air yang dapat digunakan dalam fasilitas penyimpanan air, meningkatkan laju pendangkalan, menjadi tempat berlindung dan berkembang biak hewan vektor penyakit, dan meningkatkan laju kompetisi terhadap pengambilan oksigen di malam hari dan kadang mengganggu aktivitas transportasi air (Mitchell 1974). Namun, keberadaan tanaman air ini di perairan menyumbang nilai produktivitas terhadap suatu perairan, menunjang terciptanya ekosistem yang sehat dan sebagian berfungsi sebagai habitat berlindung dan berkembangbiak dari organisme air lainnya. Selain itu, keberadaan tanaman air saat ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai tanaman hias akuarium (aquascape) yang cukup populer. Aquascaping adalah sebuah seni memelihara tanaman air tawar yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai taman atau hutan mini namun berada di dalam akuarium air tawar (Ibrahim 2011). Beberapa jenis tanaman air yang berpotensi menjadi tanaman hias akuarium adalah Alternanthera sp., Cabomba caroliniana, Egeria densa, Hydrilla verticiliata, Mayaca fluviatilis, Vallisneria sp., dan lain-lain. Tanaman air ini memerlukan nutrien untuk memacu pertumbuhannya. Selama ini, usaha tani tanaman air hias masih mengandalkan pupuk komersial sebagai sumber nutrien bagi pemacu pertumbuhan tanaman air. Salah satu alternatif bahan pengganti pupuk komersial berasal dari sedimen (lumpur) waduk (Gunawan dan Zahidah 2010). Digunakannya sedimen waduk sebagai alternatif pupuk dapat mengurangi biaya produksi petani tanaman air sehingga keuntungan yang diperoleh

14 2 lebih besar. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang dilakukan tentang studi pertumbuhan beberapa jenis tanaman air dengan pupuk yang berasal dari sedimen waduk, khususnya Waduk Cirata. Sedimen Waduk Cirata diyakini dapat menjadi bahan alternatif sebagai pengganti pupuk karena mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien ini berasal dari sisa pakan dan feses yang jatuh dan tersedimentasi di dasar perairan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai produktivitas beberapa tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) berkaitan dengan pemanfaatan nutrien dari sedimen Waduk Cirata dengan sistem kanal dalam skala laboratorium. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat produktivitas dari beberapa tanaman air dalam memanfaatkan nutrien sedimen Waduk Cirata serta potensi sedimen Waduk Cirata sebagai nutrien alternatif Perumusan Masalah Keberadaan tanaman air memiliki beberapa kerugian maupun keuntungan. Salah satu keuntungannnya adalah tanaman air ini dapat dijadikan sebagai tanaman ornamen akuarium (aquascape) yang saat ini cukup populer. Beberapa jenis tanaman air yang berpotensi menjadi tanaman hias akuarium di antaranya adalah C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis sehingga banyak petani membudidayakan tanaman ini. Tanaman air ini memerlukan nutrien untuk memacu pertumbuhannya. Selama ini, usaha tani tanaman air hias masih mengandalkan pupuk komersial sebagai sumber nutrien bagi pemacu pertumbuhan tanaman air. Salah satu alternatif bahan pengganti pupuk komersial berasal dari sedimen (lumpur) waduk (Gunawan dan Zahidah 2010). Digunakannya sedimen waduk sebagai alternatif pupuk, dapat mengurangi biaya produksi petani tanaman air sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang dilakukan tentang studi pertumbuhan beberapa jenis tanaman air dengan pupuk yang berasal dari sedimen waduk, salah satunya Waduk Cirata. Sedimen Waduk Cirata diyakini dapat menjadi bahan alternatif sebagai pengganti pupuk karena mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien ini berasal dari sisa pakan dan feses yang jatuh dan tersedimentasi di dasar perairan. Produktivitas tanaman air merupakan pertambahan biomassa dari tanaman air dalam satu periode, serta kehilangan biomassa selama periode tersebut. Pada

15 3 penelitian ini, tiga jenis tanaman air yaitu C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis ditumbuhkan di akuarium dengan sistem kanal untuk mengetahui produktivitasnya. Produktivitas tanaman air ini dapat dilihat dari pertambahan biomassa tanaman tersebut. Tanaman air memerlukan nutrisi untuk memacu pertumbuhannya. Sedimen Waduk Cirata digunakan sebagai sumber nutrien yang dimanfaatkan tanaman air untuk pertumbuhannya. Selain nutrien, kualitas air, baik fisika maupun kimia juga mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman air tersebut. Skema pendekatan masalah dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Sedimen Waduk Cirata (Nutrien N dan P) Kualitas Air Biomassa tanaman air + Produktivitas tanaman air Inokulan tanaman air _ Gambar 1. Skema pendekatan masalah produktivitas beberapa tanaman air (Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Mayaca fluviatilis) berkaitan dengan pemanfaatan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas beberapa jenis tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) berkaitan dengan pemanfaatan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata.

16 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Air Arber 1920; Sculthorpe 1967 in Mitchell 1974 membagi tanaman air ke dalam beberapa golongan, yaitu tanaman air mencuat (emergent), tenggelam (submerged), dan terapung (free floating). Jacobs and Sainty (1988) mendefinisikan tanaman air tenggelam sebagai tanaman yang seluruh bagian tubuh serta daunnya tenggelam dan akarnya menancap pada substrat. Tanaman tersebut pada saat tertentu akan menghasilkan bunga temporer yang muncul ke atas permukaan air Cabomba caroliniana Cabomba caroliniana adalah salah satu jenis tanaman air tenggelam yang termasuk ke dalam famili Cabombaceae, biasa hidup di perairan mengalir, dan mampu hidup hingga kedalaman 10 meter. Tanaman ini perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh potensial terhadap biodiversitas, fungsi dari lahan basah dan ekosistem, serta mempengaruhi kualitas air (CANWSEC 2000). Tanaman ini berasal dari Brazil, Paraguay, Uruguay, dan Argentina (Orgaard 1991 in Ding et al. 2005). Klasifikasi C. caroliniana (Gambar 2) menurut The PLANTS Database (version 4.0.4) (1996), The PLANTS Database (version 5.1.1) (2000) in ITIS (2011) adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae Kelas : Magnoliopsida Ordo : Nymphaeales Famili : Cabombaceae Genus : Cabomba Spesies : Cabomba caroliniana Gambar 2. Cabomba caroliniana Gray Gray Saat ini C. caroliniana menjadi tanaman akuarium yang populer dan diperkenalkan ke banyak negara lain karena daun-daunnya yang tenggelam dengan baik (Ding et al. 2005). Selain sebagai hiasan akuarium, tanaman ini juga berfungsi

17 5 sebagai penyedia tempat bertelur bagi ikan-ikan hias. Tanaman ini biasa di perdagangkan dengan nama C. autralis dan C. pulcherrima (CANWSEC 2000). Tanaman ini tumbuh melalui akar serabut dan mampu tumbuh hingga panjang batang 10 meter. Kualitas air mempengaruhi tingkat pertumbuhan C. caroliniana. C. caroliniana dapat tumbuh dengan baik pada kondisi perairan yang eutrofik dengan ph yang rendah. Kalsium yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan C. caroliniana, namun tidak demikian pada perairan dengan kekeruhan yang tinggi. Suhu optimum pertumbuhan tanaman ini adalah C dan dapat bertahan hidup hingga suhu 0 C Egeria densa Egeria densa merupakan tanaman air tenggelam, berakar, dan dapat hidup hingga kedalaman 6 meter. E. densa termasuk ke dalam famili Hydrocharitaceae. E. densa yang sering disebut sebagai Brazilian elodea atau Brazilian water-weed tersebut berumah dua dengan bunga jantan dan betina yang dihasilkan dari individu yang berbeda. Berikut ini adalah klasifikasi E. densa (Gambar 3) menurut Hydrocharitaceae of North America Update, database (version 2010) (2010), NODC Taxonomic Code, database (version 8.0) (1996) in ITIS (2011). Kingdom : Plantae Kelas : Liliopsida Ordo : Alismatanae Famili : Hydrocharitaceae Genus : Egeria Spesies : Egeria densa Planch Gambar 3. Egeria densa Planch E. densa merupakan salah satu tanaman air yang apabila pertumbuhannya tidak terkendali akan menjadi gulma di perairan. Selanjutnya dapat mengganggu aliran air, menjebak sedimen, mempengaruhi kualitas air, dan mengganggu fungsi rekreasi. Namun, saat ini permintaan terhadap tanaman ini cukup tinggi. Tanaman ini memiliki daya tarik sebagai tanaman hias akuarium. Habitat asal E. densa berada

18 6 di daerah perairan dangkal, berarus lambat, sedikit asam, dan kaya unsur hara. Di luar habitat asalnya, mereka tumbuh di danau, sungai, dan sumber mata air Mayaca fluviatilis Mayaca fluviatilis merupakan tanaman air tenggelam yang dapat tumbuh kadang-kadang pada keadaan semi-melayang atau semi-daratan pada sisi badan air. Tanaman yang memiliki nama dagang Green Mayaca dan nama lain Bog Moss (Gambar 4.) ini merupakan anggota dari famili Mayacaceae (DEEDI 2010). Taksonomi M. fluviatilis berdasarkan ( adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae Kelas : Liliopsida Ordo : Commenlinales Famili : Mayacaceae Genus : Mayaca Spesies : Mayaca fluvatilis Aubl Gambar 4. Mayaca fluviatilis Aubl M. fluviatilis merupakan tanaman air yang dapat menjadi gulma di perairan apabila pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan. Tanaman air ini dapat mencapai kepadatan yang tinggi dengan panjang (tinggi) mencapai panjang cm (efloras 2010). Beberapa di antaranya mencapai panjang 1 meter (CAIP in DEEDI 2010). Hingga kini, belum ada informasi yang rinci mengenai kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman air ini. Di Florida, M. fluviatilis hidup dapat perairan yang ph yang rendah serta kondisi fosfor dan nitrogen yang rendah (Philipps 2010) Produktivitas Tanaman Air Produktivitas merupakan jumlah bahan organik yang dihasilkan per satuan luas per unit waktu (Odum 1993). Produktivitas tanaman air dapat didefinisikan sebagai pertambahan biomassa dari tanaman air dalam satu periode, serta kehilangan biomassa selama periode tersebut. Kehilangan yang paling banyak dan perlu dipertimbangkan adalah kematian dari bagian-bagian yang tua, kerusakan fisik, konsumsi oleh organisme lain, dan hal-hal tertentu, seperti respirasi.

19 Sistem Kanal Penelitian ini menggunakan sistem kanal tanaman air (Gambar 5) (Lampiran 1) dan dengan menggunakan air yang diresirkulasikan mengaliri kanal sehingga mengurangi pengendapan nutrien pada akuarium berkanal. Sistem kanal tanaman air ini merupakan modifikasi dari sistem kanal perifiton LIPI (Nofdianto 2008). Akuarium yang digunakan untuk penumbuhan tanaman air ini dimodifikasi dengan ditambahkan sekat-sekat. Fungsi sekat-sekat ini adalah untuk memperbesar lama tinggal air di akuarium media penumbuhan, sehingga air yang mengandung nutrien dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya lebih optimal. Gambar 5. Skema sistem kanal tanaman air Pada Gambar 5 dapat dilihat skema sistem kanal tanaman air yang digunakan dalam penelitian. Sistem kanal tanaman air ini menggunakan dua buah akuarium, akuarium berkanal sebagai akuarium media penumbuhan tanaman air, dan akuarium medium nutrien sebagai akuarium tempat menyimpan nutrien untuk penumbuhan tanaman air. Selain itu, digunakan pula resirkulator untuk mensirkulasi air yang mengandung nutrien dari akuarium medium nutrien ke akuarium berkanal sehingga nutrien dapat dimanfaatkan oleh tanaman air, dan kemudian air tersebut keluar kembali melalui outlet dari akuarium berkanal menuju akuarium medium nutrien.

20 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kegiatan observasi awal (pendahuluan) dan penelitian utama. Observasi awal dilakukan pada Juli-Agustus 2011 dan penelitian utama dilakukan pada bulan September Kegiatan penelitian utama dilakukan di Laboratorium Riset Plankton dan Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Metode Penelitian Observasi awal Observasi awal (pendahuluan) merupakan suatu tahapan awal yang dilakukan untuk mempersiapkan organisme yang akan diujikan, sehingga observasi ini tidak diberikan batasan waktu. Sebelum penelitian utama dilakukan, observasi awal yang dilakukan meliputi pengambilan sedimen Waduk Cirata, pembuatan akuarium, uji terhadap sedimen dan observasi tanaman air di petani tanaman air. a. Pengambilan sedimen Waduk Cirata Untuk mendapatkan sedimen yang memiliki kandungan N dan P yang tinggi, lokasi pengambilan sedimen dilakukan di areal yang padat keramba jaring apung (KJA). Pengambilan sedimen ini dilakukan di Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Cianjur, yang merupakan bagian hulu dari Waduk Cirata. Alat yang digunakan dalam pengambilan sedimen adalah Van-Veen Grab. Sedimen yang diperoleh berupa lumpur basah dengan karakteristik berwarna hitam dan memiliki bau yang kurang sedap. Setelah itu, sedimen yang telah didapatkan, dikeringkan, dan dihaluskan dengan tujuan untuk memudahkan dalam homogenisasi banyaknya sedimen yang digunakan dalam penelitian utama. b. Pembuatan akuarium Akuarium yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu akuarium dengan kanal berukuran 75 x 30 x 15 cm 3 (Gambar 6) dan akuarium persegi berukuran 30 x 30 x 30 cm 3 (Lampiran 1). Setelah akuaium terbentuk,

21 9 akuarium kemudian dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pemeriksaan terhadap kebocoran. Gambar 6. Akuarium berkanal c. Uji terhadap sedimen Waduk Cirata Sebelum dilakukan penelitian utama, dilakukan pengujian terhadap sedimen yang akan digunakan. Pengujian ini dilakukan mengetahui besarnya nutrien yang terkandung pada sejumlah sedimen Waduk Cirata. Sedimen yang telah dikeringkan, kemudian dihaluskan dan dibungkus dengan kain kasa yang bertujuan untuk menghindari terjadinya pengendapan yang akan menggangu proses resirkulasi air pada saat penelitian berlangsung. Sebanyak 150 gram sedimen Waduk Cirata digunakan dalam pengujian ini. Setelah itu, sedimen tersebut direndam dalam 18 liter air selama 3 hari dan diukur besar kandungan nutrien pada air (Tabel 1). Hasil ini dijadikan sebagai acuan dalam penggunaan banyaknya sedimen (dosis pupuk) yang digunakan dalam penelitian utama. Tabel 1. Kandungan nutrien air rendaman sedimen Waduk Cirata (150 gram sedimen dalam 18 liter air) No. Parameter Satuan Nilai 1. Amonia (NH 3 ) mg/l 1, Nitrat (NO - 3 ) mg/l 0, Nitrit (NO - 2 ) mg/l 0, Ortofosfat (PO - 4 ) mg/l 0,0710 d. Observasi tanaman air dari petani tanaman air Kegiatan observasi tanaman air ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang cukup dalam rangka penumbuhan tanaman air di laboratorium. Observasi yang dilakukan meliputi wawancara dengan petani tanaman air dan pengukuran

22 10 kualitas air pada kolam penumbuhan tanaman air. Observasi ini dilakukan di petani tanaman air di Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Bogor. Hasil pengukuran kualitas air pada kolam petani tanaman air disajikan pada Tabel 2, dan dijadikan sebagai acuan dalam penumbuhan tanaman air di laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 180 jenis tanaman air yang ditanam oleh petani tanaman air, beberapa di antaranya merupakan tanaman air tenggelam (submerged). Setelah itu, dilakukan pemilihan sejumlah tanaman air yang nantinya dijadikan sebagai inokulan (bibit) pada tahapan selanjutnya. Tabel 2. Kualitas air kolam petani tanaman air No. Parameter Satuan Nilai 1. Amonia (NH 3 ) mg/l 0, Nitrat (NO - 3 ) mg/l 0, Nitrit (NO - 2 ) mg/l 0 4. Ortofosfat (PO - 4 ) mg/l 0, Suhu C 23,4 6. ph - 8,1 Beberapa jenis tanaman air tenggelam, di antaranya Alternanthera sp., C. caroliniana, E. densa, M. fluviatilis,dan beberapa jenis Vallisneria dicoba ditumbuhkan di laboratorium untuk dilihat kemampuan adaptasinya. Tanaman air tenggelam dipilih karena tanaman air tersebut dapat hidup pada air yang berarus dan berukuran relatif kecil sehingga sesuai dengan sistem kanal tanaman air. Setelah beberapa hari masa penumbuhan, didapatkan tiga jenis tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) yang memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik terhadap kondisi lingkungan yang baru. Ketiga jenis tanaman air ini kemudian dipilih dan dijadikan inokulan (bibit) pada penelitian utama Penelitian utama a. Persiapan Penelitian utama merupakan tahapan penelitian selanjutnya yang dilakukan setelah informasi hasil observasi awal telah didapatkan. Alat yang digunakan dalam tahapan ini (Lampiran 2) adalah akuarium berkanal ukuran 75 x 30 x 15 cm 3, kawat nyamuk berbahan nilon dan keramik sebagai penyangga tanaman air. Selain itu, digunakan plastik hitam sebagai penutup akuarium media nutrien bertujuan agar

23 11 cahaya tidak masuk ke dalam media penempatan nutrien dan mencegah terjadinya proses fotosintesis pada akuarium medium nutrien. Selain itu, dibutuhkan juga resirkulator untuk mensirkulasi air dan mengalirkan nutrien dari akuarium medium nutrien ke akuarium berkanal tempat penumbuhan tanaman air. Alat-alat lain yang dibutuhkan dibutuhkan dalam penelitian ini adalah gelas plastik, tisu gulung, alat tulis dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah tiga jenis tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis dengan biomassa masing-masing 9 gram) (Gambar 7) dan 300 gram sedimen Waduk Cirata yang dibungkus dengan kain kasa (Gambar 8). Banyaknya sedimen yang digunakan ini, didasari oleh perbandingan antara kualitas kolam air petani tanaman air dengan besarnya nutrien yang terkandung dalam 150 gram sedimen Waduk Citara. a. Cabomba caroliniana b. Egeria densa c. Mayaca fluviatilis Gambar 7. Tanaman air uji Gambar 8. Sedimen Waduk Cirata dan penempatannya pada akuarium medium nutrien. d. Pengujian dan pengukuran Tahap awal yang dilakukan adalah persiapan sedimen dan air. Satu set akuarium (akuarium berkanal dan akuarium media nutrien) diisikan air baku sebanyak 35 liter. Air baku yang digunakan merupakan air tanah yang telah

24 12 mengalami proses penyaringan dan diendapkan selama 3 hari. Setelah itu, dimasukkan sedimen ke dalam akuarium medium nutrien sebanyak 300 gram yang telah dihaluskan dan dibungkus kain kasa. Dengan demikian, sedimen yang dipakai tidak teraduk dan hanya berada pada akuarium medium nutrien. Setelah itu, sedimen didiamkan terendam dalam air selama 3 hari agar terjadi penguraian bahan organik sehingga nutrien yang terkandung dalam air sudah dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Setelah 3 hari masa perendaman, nutrien N dan P yang terkandung dianalisis di Laboratorium. Kemudian, mulai disiapkan tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) yang telah dipotong dengan panjang 6 cm dengan biomassa total yang seragam untuk masing-masing tanaman dalam tiap akuarium dengan bobot basah 9 gram tiap akuarium uji. Gelas plastik digunakan sebagai wadah penimbangan biomassa tanaman air. Tisu gulung dipakai sebagai alat pengering yang tanaman air. Gelas plastik yang akan dipakai terlebih dahulu ditimbang, dan hasilnya dicantumkan pada gelas tersebut menggunakan spidol. Pengukuran bobot basah dilakukan dengan cara menyerap air yang menempel pada tanaman air uji. Mula-mula dua rangkap tisu (atas dan bawah) dibentangkan di atas meja, kemudian tanaman air tersebut ditiriskan dan diletakkan di tengah-tengah rangkap tisu yang disiapkan. Setelah itu dilakukan proses penekanan agar penyerapan air lebih maksimal. Proses ini dilakukan selama satu menit (Gambar 9). Gambar 9. Proses pengeringan tanaman air sebelum penimbangan bobot basah

25 13 Tanaman air yang telah dikeringkan dari air yang menempel dimasukan ke dalam wadah timbang (gelas plastik) yang kemudian ditimbang bobot basahnya. Hasilnya merupakan bobot total tanaman air dan wadah. Setelah itu, tanaman air yang telah ditimbang, dimasukan ke dalam akuarium uji. Bobot basah tanaman air adalah selisih antara bobot total dengan wadah timbang (gelas plastik) yang merupakan bobot awal pemeliharaan (w0) (Gambar 10). Gambar 10. Proses penimbangan bobot basah tanaman air Setelah itu, tiap-tiap tanaman air yang telah ditimbang bobot basahnya diletakkan pada kawat nyamuk dan di masukan pada akuarium berkanal (tempat penumbuhan tanaman air). Tiap-tiap set akuarium uji berisikan tanaman dengan biomassa yang sama. Gambar 11. Tanaman air yang sedang diuji Pengujian dilakukan di ruangan tertutup yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner) untuk menjaga suhu air agar stabil (23-25 C). Pengukuran suhu, ph, dan oksigen terlarut serta pengukuran kualitas air (amonia, nitrat, nitrit, dan

26 14 ortofosfat) dan pengukuran contoh bobot basah dilakukan setiap 3 hari dengan tujuan melihat kondisi lingkungan, tingkat pemanfaatan nutrien dan pertumbuhan harian. Setelah 18 hari penumbuhan tanaman air (masa uji berakhir), dilakukan kembali penimbangan bobot basah dari tumbuhan air (w-t) untuk mengetahui besarnya pertumbuhan dari tanaman air tersebut Analisis Data Penentuan Doubling Time (Waktu Penggandaan) Tujuan penentuan doubling time yaitu untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk menggandakan biomassanya menjadi dua kali lipat dari biomassa awal. Penentuan doubling time ini dapat dilakukan dengan pendekatan laju pertumbuhan relatif (relative growth rate/ RGR), yakni dengan membandingkan antara bobot basah awal dan bobot akhir selama pengujian. Dalam menentukan doubling time atau waktu penggandaan biomassa tanaman air digunakan rumus Relative Growth Rate/RGR (Gaudet in Mitchell 1974). RGR = Doubling time (DT) = Keterangan : RGR (Relative Growth Rate) = Pertumbuhan spesifik harian (gram / hari) w0 = bobot basah awal tanaman air (gram) w-t = bobot basah akhir tanaman air (gram) t = waktu (hari) DT (Doubling Time) = Waktu penggandaan biomassa (hari) Parameter Kualitas Air Analisis parameter kualitas air digunakan untuk melihat kondisi perubahan kualitas fisika dan kimia air pada akuarium pengujian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besar konsentrasi nutrien yang tersedia dan yang terpakai untuk pertumbuhan dari tanaman air. Analisis kualitas air dapat dilakukan dengan beberapa parameter. Kualitas air yang diukur adalah suhu yang merupakan kualitas fisika air yang diatur dengan kondisi yang sama atau mendekati sesuai dengan kondisi tumbuhnya di alam (kolam petani tanaman air) agar dapat mengalami pertumbuhannya dengan baik.

27 15 Parameter-parameter penelitian yang diukur terdiri dari parameter biologi (bobot tanaman air), fisika (suhu) dan parameter kimia (ph, DO, nitrat, nitrit, amonia, dan ortofosfat). Pengambilan contoh air dilakukan setiap 3 hari selama 18 hari, dimulai tiga hari sebelum ditumbuhkan tanaman air pada akuarium berkanal (T - 3), 3 hari berikutnya ketika mulai ditumbuhkan tanaman air pada akuarium berkanal (T 0 ), hingga hari ke-18 (T 15 ). Parameter kualitas air yang diamati, metode, dan alat yang digunakan untuk menganalisis kualitas air tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter kualitas air yang diamati, metode, dan alat yang digunakan. Parameter Satuan Metode Alat ukur Biomassa Timbangan digital (ADAM pw 254 Gram Timbangan tanaman ketelitian 0,0001 g) Suhu C Probe elektroda Termometer digital (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1 C) DO mg/l Probe elektroda DO meter (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1 mg/l) ph - Probe elektroda ph meter (Thermo Sc Orion 3 star ketelitian 0,1) Amonia mg/l Phenate* Spektrofotometer Nitrit mg/l Indophenol* Spektrofotometer Nitrat mg/l Brucine* Spektrofotometer Ortofosfat mg/l Molybdate* Ascorbic Acid* Spektrofotometer *sumber : Eaton et al Amonia yang terukur berupa amonia total (NH 3 dan NH 4 + ). Amonia bebas (NH 3 ) yang terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik, sedangkan amonium merupakan nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman pertumbuhannya (Goldman and Horne 1983). Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap konsentrasi amonia. Setelah itu, besarnya konsentrasi amonium dapat diketahui dengan pendekatan ph dan suhu perairan. Berikut adalah hubungan antara ph perairan dan suhu perairan terhadap persentase konsentrasi amonium di perairan tawar (Tabel 4).

28 16 Tabel 4. Hubungan antara ph dan suhu terhadap persentase konsentrasi amonia di perairan tawar. * ph Suhu perairan C ,5 0,04 0,06 0,09 0,13 0,18 7,0 0,12 0,19 0,27 0,40 0,55 7,5 0,39 0,59 0,85 1,24 1,73 8,0 1,22 1,83 2,65 3,83 5,28 *Trussell 1972 in Goldman and Horne Analisis Statistik Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian eksperimental terhadap berberapa jenis tanaman air dalam memanfaatkan nutrien N dan P sedimen Waduk Cirata yang bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan produktivitasnya di Laboratorium Riset Plankton, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Dramaga Bogor. Model yang diajukan disasarkan pada penelitian dengan rancangan acak lengkap (RAL) kemudian dilakukan analisis dengan uji F (ANOVA). Tabel sidik ragam RAL disajikan pada Tabel 5. Bentuk umum dari model linear aditif berdasarkan rancangan adalah: Keterangan: Y ij = µ + τ i + ε ij i : Jumlah ulangan (wadah) yang diamati j : Jumlah perlakuan jenis tanaman air yang berbeda Y ij : Kandungan nutrien yang diamati dengan perlakuan jenis tanaman air yang berbeda dan ulangan (wadah) yang diamati µ : Rataan umum τ i : Pengaruh perlakuan tanaman air yang berbeda : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ε ij Tabel 5. Sidik Ragam RAL Sumber Derajat jumlah kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas (JK) (KT) F Hitung F tabel Perlakuan p-1 JKP KTP KTP/KTS (α ; db) Sisa p(q-1) JKS KTS Total pq-1 JKT Sumber : modifikasi Mattjik dan Sumertajaya (2002)

29 17 Keterangan : p : total perlakuan q : total ulangan untuk semua perlakuan Hipotesisnya adalah H 0 : Beberapa tanaman air dalam memanfaatkan nutrien N dan P sedimen Waduk Cirata tidak memperlihatkan laju pertumbuhan yang berbeda. µ 1 = µ 2 = µ 3 H 1 : Sedikitnya ada satu jenis tanaman air yang memperlihatkan laju pertumbuhan yang berbeda. µ 1 µ 2 µ Uji beda nyata terkecil (BNT) Pengujian beda nyata terkecil (BNT) merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh yang nyata pada setiap perlakuan. Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam menerapkan uji ini antara lain data rata-rata setiap perlakuan, derajat bebas galat, taraf nyata, dan tabel t-student (Mattjik & Sumertajaya 2002). d = y i. - y j. Keterangan: y i. : rataan perlakuan ke-i. y j. : rataan perlakuan ke-j. Kaidah pengambilan keputusan pada pengujian beda nyata terkecil dilakukan dengan melihat dua nilai. Pertama, jika nilai d BNT maka gagal tolak H 0. Keputusan tersebut mengandung pengertian bahwa antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Kedua, jika nilai d > BNT maka keputusan yang diambil adalah tolak H 0. Keputusan tersebut mengandung pengertian bahwa antar perlakuan tersebut berbeda nyata pada taraf 0,05. (α ) ( ) Keterangan: α : taraf nyata (α = 0,05) dbs : derajat bebas sisa/galat KTS : kuadrat tengah sisa/galat n : ulangan

30 Regresi berganda Regresi berganda merupakan pendugaan atau peramalan nilai peubah tak bebas Y berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa peubah bebas X 1, X 2,...X r. Pengujian dilakukan untuk menduga nilai produktivitas dari tanaman air yang dipengaruhi oleh kandungan nutrien (nitrat, ortofosfat, nitrit, dan amonium). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: W tanaman air = f(amonium, nitrat, ortofosfat, nitrit) Sehingga mengikuti persamaan regresi: y = b 0 + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 +b 4x4 Keterangan: y : tanaman air bi : koefisien regresi untuk variabel (ke-i) x 1 : konsentrasi amonium x 2 : konsentrasi nitrat x 3 : konsentrasi ortofosfat x 4 : konsentrasi nitrit i : jumlah variabel

31 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas. Pertumbuhan individu merupakan kemampuan untuk meningkatkan ukuran seperti peningkatan jumlah sel mencapai ukuran yang maksimal. Pertumbuhan beberapa tanaman air dapat dilihat dari perkembangan biomassa dan produktivitas. a. Biomassa Pertumbuhan biomassa beberapa tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam air pada media percobaan. Pertumbuhan biomassa ini dilihat dari jumlah bobot basah ditiap waktu pengamatan. Hasil rataan biomassa beberapa tanaman air pada tiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12 (Lampiran 3). 11,0 10,5 10,0 Bobot basah (gram) 9,5 9,0 8,5 8,0 7, Waktu pengamatan (hari) Gambar 12. Rataan pertumbuhan bobot basah beberapa tanaman air Pada awal penumbuhan, masing-masing tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) dimasukkan sebesar 9 gram berat basah kedalam akuarium berkanal sebagai inokulan. Pada Gambar 12 dapat dilihat rataan biomassa tanaman air pada berbagai perlakuan tiap waktu pengamatan. Tiap

32 20 perlakuan mempunyai pertumbuhan biomasa yang berbeda. Pada awal penumbuhan, C. caroliniana dan E. densa mengalami penurunan biomassa pada hari ke-3. Hal ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air dalam massa pertumbuhannya. Biomassa kemudian mengalami peningkatan pertumbuhan pada hari ke-12 dan diperkirakan akan terus tumbuh. Hal ini diduga sebagai fase awal pertumbuhan logaritmik dari tanaman air. Pertumbuhan biomassa masing-masing tanaman air perlakuan mengalami peningkatan dengan nilai yang berbeda. Pertumbuhan M. fluviatilis menunjukan laju pertumbuhan yang paling besar. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 10,47 gram. Pada perlakuan C. caroliniana juga menunjukan peningkatan grafik pertumbuhan. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 9,63 gram, tetapi sempat menurun pada hari ke-6 dan ke-12 masing-masing sebesar 7,84 gram dan 7,87 gram. Demikian pula halnya pada perlakuan E. densa. Pada perlakuan ini, nilai bobot basah terbesar terdapat pada hari ke-18 sebesar 10,36 gram, dan terendah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram. Berdasarkan hasil pengujian statistik (Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada satu jenis tanaman air yang memiliki laju pertumbuhan biomassa yang berbeda berkaitan dengan pemanfaatan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata (P<0,05). b. Produktivitas tanaman air Produktivitas merupakan jumlah bahan organik yang dihasilkan per satuan luas per unit waktu (Odum 1993). Beberapa jenis tanaman air memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui produktivitas C. caroliniana 0,0300 g/m 2 /hari, E. densa 0,0624 g/m 2 /hari, dan M. fluviatilis 0,0672 g/m 2 /hari. Produktivitas tanaman air juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tingkat pertumbuhan dapat diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time). b.1. Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate/ RGR) Laju pertumbuhan relatif (RGR) didefinisikan sebagai peningkatan materi per unit materi per unit waktu (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan relatif ini dapat menunjukan besarnya peningkatan pertumbuhan tanaman air per hari. Nilai RGR didapat dari selisih bobot basah pada awal penumbuhan dengan bobot basah akhir

33 21 penumbuhan. Laju pertumbuhan relatif beberapa tanaman air uji disajikan pada Tabel 6. b.2. Waktu penggandaan (doubling time) Waktu penggandaan atau doubling time adalah waktu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk menggandakan biomassanya menjadi dua kali lipat dari biomassa awalnya. Penentuan waktu penggandaan ini dapat dilakukan dengan pendekatan laju pertumbuhan relatif (RGR) (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan dan waktu penggandaan beberapa tanaman air dapat dilihat pada Tabel 6 (Lampiran 3). Tabel 6. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) Perlakuan W0 (gram) Wt (gram) RGR (gram/hari) DT (Hari) C. caroliniana 9,0000 9,6293 0, E. densa 9, ,3568 0, M. fluviatilis 9, ,4680 0, Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketiga jenis tanaman air uji memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Hal ini diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) yang berbeda. Nilai RGR tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis sebesar 0,01007 gram/hari, dan terendah pada perlakuan C. caroliniana sebesar 0,0045 gram/hari. Waktu penggandaan M. fluviatilis memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan dengan C. caroliniana dan E. densa. Berdasarkan laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan, maka diketahui bahwa M. fluviatilis menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan C. caroliniana dan E. densa. Dengan kata lain, M. fluviatilis lebih efektif dalam memanfaatkan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata. Oleh karena itu, tanaman air yang memiliki produktivitas tertinggi adalah tanaman air dari jenis M. fluviatilis dengan pertumbuhan yang lebih baik, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada jenis C. caroliniana Kualitas air a. Parameter fisika Parameter fisika yang diukur adalah suhu air. Pada ketiga perlakuan, suhu yang diukur tidak memiliki perbedaan nilai yang berarti. Hal ini ditunjukkan

34 22 dengan kisaran suhu air setiap perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) masing-masing sebesar 23,9-25,5 C, 23,1-25,5 C, dan 23,5-25,5 C. b. Parameter kimia Pengukuran oksigen terlarut (dissolved oxygen/do) dan ph air selama penelitian dilakukan setiap 3 hari. Kisaran DO dan ph pada media penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. pengukuran DO dan ph (Tabel 7) (Lampiran 4). Tabel 7. Kisaran hasil pengukuran suhu DO dan ph Berikut adalah besar kisaran nilai hasil Parameter Unit Perlakuan C. caroliniana E. densa M. fluviatilis DO mg/l 8,10-8,70 8,03-8,73 8,10-8,40 ph 7,23-7,86 7,23-7,92 7,27-7,99 Pada Tabel 7 dapat dilihat kisaran kondisi DO dan ph air selama penelitian. Oksigen terlarut (DO) dan ph juga memiliki nilai yang relatif seragam. Berturutturut besar kisaran nilai DO dan ph air selama penelitian adalah 8,0-8,7 mg/l dan 7,23-7, Nutrien Nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya berasal dari nitrat, amonium, dan ortofosfat. Nutrien ini dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besarnya kisaran nilai kandungan nutrien pada ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 8 (Lampiran 4). Tabel 8. Kisaran hasil pengukuran kandungan nutrien Parameter Unit Perlakuan C. caroliniana E. densa M. fluviatilis Nitrat mg/l 0,6053-0,8033 0,4769-0,7866 0,4340-0,8002 Ortofosfat mg/l 0,0058-0,0941 0,0055-0,0941 0,0020-0,0941 Amonium mg/l 0,2877-2,6642 0,4255-3,0699 1,4595-7,3973 Nitrit mg/l 0,0231-1,1145 0,0111-0,5241 0,0231-0,2687 Pada Tabel 8 dapat dilihat kisaran kondisi perubahan nutrien yang beragam antar perlakuan. Kandungan nutrien ini mengalami perubahan karena adanya

35 23 pemanfaatan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besar kandungan nutrien mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. a. Nitrat (NO - 3 ) Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang banyak ditemukan di perairan alami dan merupakan nutrien utama yang dibutuhkan tanaman dan alga bagi pertumbuhannya (Goldman and Hore 1983). Besarnya nilai konsentrasi nitrat selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13 (Lampiran 4). 0,9 0,8 Nitrat (mg/l) 0,7 0,6 0,5 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 13. Konsentrasi nitrat terhadap waktu (hari) Pada Gambar 13 dapat dilihat perubahan konsentrasi nitrat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan nitrat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,6053 mg/l, 0,4769 mg/l, dan 0,4988 mg/l. Nilai nitrat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 0,4340 mg/l pada hari ke-9, dan tertinggi terdapat pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8033 mg/l. b. Ortofosfat (PO 3-4 ) Ortofosfat merupakan merupakan salah satu betuk fosfor yang langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman, terutama oleh tanaman akuatik (Dugan 1972). Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, dengan kadar yang lebih

36 24 sedikit dibandingkan dengan kadar nitrogen. selama penelitian disajikan pada Gambar 14 (Lampiran 4). Besarnya konsentrasi ortofosfat 0,10 0,08 Ortofosfat (mg/l) 0,06 0,04 0,02 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 14. Konsentrasi ortofosfat terhadap waktu (hari) Pada Gambar 14 dapat dilihat perubahan konsentrasi ortofosfat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan ortofosfat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,0058 mg/l, 0,0055 mg/l, dan 0,0020 mg/l. Nilai ortofosfat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,0020 mg/l pada hari ke-6, dan ortofosfat tertinggi terdapat pada awal penelitian sebelum dimasukan tanaman air sebesar 0,0941 mg/l. c. Amonium (NH + 4 ) Amonia bersifat toksik dan tidak dimanfaatkan oleh plankton tetapi amonia dapat dimanfaatkan oleh plankton apabila mengalami perubahan bentuk transisi dari amonia yaitu menjadi ion amonium. Kandungan amonium merupakan salah satu sumber nitrogen yang dapat diserap dan dimanfaatkan dengan cepat oleh fitoplankton dan tanaman air (Toetz 1971 in Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan ion yang tidak beracun bagi tanaman (Goldman and Horne 1983).

37 25 Namun, menurut Horne & Kaufman 1974 in Goldman and Horne 1983 amonium dapat menjadi racun pada tingkat konsentrasi yang tinggi yang dipengaruhi oleh besarnya nilai ph. Besarnya konsentrasi amonium selama penelitian dapat dilihat pada Gambar Ammonium (mg/l) Waktu pengamatan (hari) Gambar 15. Konsentrasi amonium terhadap waktu (hari) Pada Gambar 15 dapat dilihat perubahan konsentrasi amonium pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berfluktuasi. Kandungan amonium pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami peningkatan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 2,3649 mg/l, 2,4350 mg/l, dan 7,3973 mg/l. Nilai amonium terendah terdapat pada perlakuan C. caroliniana dengan konsentrasi sebesar 0,2877 mg/l pada hari ke-12, dan amonium tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 7,3973 mg/l pada hari ke-6. d. Nitrit (NO - 2 ) Kadar nitrit diperairan jarang melebihi 1 mg/l (Sawyer et al. 2003). Nitrit di perairan bersifat tidak stabil dan biasanya nilainya sangat kecil bahkan tidak ada. Konsentrasi nitrit pada tiap perlakuan dan waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 16.

38 26 1,0 0,8 Nitrit (mg/l) 0,6 0,4 0,2 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 16. Konsentrasi nitrit terhadap waktu (hari) Pada Gambar 16 terlihat bahwa konsentrasi nitrit memiliki nilai yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Besarnya konsentrasi menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Konsentrasi nitrit terendah terjadi pada perlakuan E. densa pada hari ke-15 sebesar 0,0111 mg/l, dan konsentrasi tertinggi pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8626 mg/l Hubungan antara nutrien dengan tanaman air Peningkatan biomassa tanaman air dapat terjadi dengan adanya pemanfaatan nutrien sebagai sumber nutrisi untuk menambah biomassa. Pada penelitian digunakan nilai amonium, nitrat, nitrit, dan ortofosfat sebagai wakil dari sumber nutrien tanaman air. Berdasarkan analisis regresi berganda terhadap produktivitas tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) diperoleh persamaan sebagai berikut (Lampiran 6). C. caroliniana = - 29,76 + 3,41 amonium + 56,59 nitrat 5,43 nitrit 137,32 ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat dilihat bahwa C. caroliniana lebih dipengaruhi oleh nilai nitrat dengan r=0,76 (p>0,05). Pada awal penumbuhannya, sebagian C. caroliniana mati pada fase adaptasi, sehingga nilai koefisien pertumbuhannya menunjukkan nilai yang negatif.

39 27 E. densa = 9,16 + 0,46 Amonium + 1,02 Nitrat - 2,60 Nitrit - 22,56 Ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa E. densa lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,82 (p>0,05). M. fluviatilis = 9,91 + 0,01 Amonium + 4,98 Nitrat- 1,21 Nitrit - 1,28 Ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa M. fluviatilis lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,92 (p>0,05). Berdasarkan persamaan regresi berganda dari ketiga tanaman air tersebut, dapat disimpulkan bahwa nitrat merupakan nutrien yang memberikan pengaruh terhadap produktivitas dari tanaman air karena berkontrribusi positif terhadap tanaman air Pembahasan Tanaman air tenggelam didefinisikan sebagai tanaman yang seluruh bagian tubuh serta daunnya tenggelam dan akarnya menancap pada substrat (Jacobs and Sainty 1988). Tanaman air berperan penting dalam siklus karbon, nutrisi, dan menyerap bahan kimia berbahaya di lahan basah kedalam bentuk biomassanya (Asaeda et al. 2008). Ketiga jenis tanaman air yang diujikan memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada awal penumbuhan tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) ditumbuhkan dengan bobot basah yang sama sebesar 9 gram dengan sedimen Waduk Cirata sebagai sumber nutrien sebesar 300 gram. Bobot basah masing-masing tanaman air mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal pemeliharaan, bobot basah C. caroliniana dan E. densa mengalami penurunan. Fase penurunan bobot basah ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air pada lingkungan yang baru. Masing-masing tanaman memiliki lama fase adaptasi yang berbeda-beda. C. caroliniana mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-6 dengan bobot sebesar 7,83 gram dan hari ke12 dengan bobot basah sebesar 7,87 gram, kemudian mengalami peningkatan bobot basah hingga akhir pengamatan. E. densa juga mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram dan pada hari ke-12 sebesar 9,13 gram, sedangkan M. fluviatilis tidak mengalami penurunan bobot basah.

40 28 Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) dapat menentukan tingkat produktivitas dari tanaman air. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dapat menentukan waktu penggandaan (doubling time). Laju pertumbuhan relatif (RGR) yang besar dapat menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang kecil sehingga tingkat produktivitas tanaman air tinggi. Sebaliknya, laju pertumbuhan relatif (RGR) yang kecil, menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang besar sehingga tingkat produktivitasnya rendah. Produktivitas tanaman air tertinggi terdapat pada jenis M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,01007 gram/hari serta waktu penggandaan (doubling time) 69 hari. Selanjutnya, produktivitas tanaman air terendah terjadi pada jenis C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,00451 gram/hari dan waktu penggandaan (doubling time) 154 hari. Kondisi lingkungan perairan, baik suhu, ph, atau pun DO dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman air. Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman air (Woodward 1987 in Burnett et al. 2007). Suhu perairan yang terjadi selama penelitian berkisar antara C. Hal ini sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C (DEEDI 2010). Perairan yang ideal bagi pertumbuhan organisme akuatik termasuk tanaman air berkisar antara 6,8-8,5. Pada penelitian ini, ph perairan berkisar antara 7,2-7,9 yang sesuai dengan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan tanaman air. Thorp (2000) dan Washington Department of Ecology (2011) menyatakan bahwa C. caroliniana merupakan tanaman air yang biasa tumbuh di perairan yang berarus kecil hingga stagnan, namun bisa hidup di sungai yang berarus. Tanaman ini tumbuh baik di perairan yang kaya akan nutrien, dengan ph 4-6 dan suhu C sebagai ph dan suhu optimal untuk pertumbuhannya. Namun, tanaman ini dapat mentoleransi ph asam dan basa. E. densa juga merupakan tanaman air yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu dan ph (King County 2010). M. fluviatilis dapat hidup pada perairan dengan ph yang rendah serta kondisi fosfor dan nitrogen yang rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa habitat dari tanaman ini berada pada perairan dengan bahan organik yang tinggi (Philipps 2010).

41 29 Tanaman air memerlukan nutrien untuk pertumbuhannya. Nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya di antaranya adalah nitrat (NO - 3 ), amonium (NH + 4 ), dan fosfor. Besarnya kandungan nutrien-nutrien ini mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Penurunan besarnya kandungan nutrien diiringi dengan peningkatan bobot basah dari tanaman air. Pada hari ke-6, rata-rata tanaman air mengalami penurunan kandungan nutrien. Hal ini diduga bahwa pada hari ke-6 nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya yang diiringi dengan terjadinya peningkatan bobot basah pada masing-masing tanaman air pada hari ke-9. Nutrien yang dimanfaatkan oleh tanaman air tidak langsung diubah kedalam bentuk bobot basah, namun diubah kedalam bobot basah tanaman pada hari berikutnya. Penambahan sedimen Waduk Cirata pada tiap media percobaan dapat menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air. Sebelum tanaman air dimasukan ke dalam media percobaan, sedimen Waduk Cirata diendapkan selama 3 hari. Hal ini dimaksudkan agar sedimen tersebut mengalami proses dekomposisi dari senyawa organik menjadi senyawa-senyawa anorganik sehingga terbentuk nitrogen anorganik dan fosfor anorganik yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhan yang optimal. Menurut Gunawan dan Zahidah (2010), sedimen Waduk Cirata memiliki bahan organik yang tinggi terutama N dan P karena adanya pemupukan sisa pakan dan sisa metabolisme di dasar perairan hasil budidaya dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Menurut Goldman and Horne (1983) nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga dan juga merupakan bentuk akhir nitrogen yang paling banyak ditemukan di perairan alami. Dugan (1972) dan Goldman and Horne (1983) menyatakan bahwa ortofosfat juga merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tumbuhan dan alga serta sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perairan (Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan salah satu komponen utama yang dihasilkan dari air limbah dan limpasan limbah pertanian. Namun, pengayaan amonium secara langsung dapat menyebabkan stress pada

42 30 tanaman air, sehingga dapat menyebabkan populasi tanaman air di perairan alami menurun (Ni 2001; Brun et al. 2002; Cao et al in M. Zhang et al. 2011). Konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berfluktuasi seiring dengan waktu. Grafik konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berbanding terbalik dengan grafik pertambahan bobot basah. Pada hari ke-9 masing-masing tanaman air mengalami penurunan konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) dan mengalami peningkatan bobot basah. Hal ini diduga bahwa nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air yang kemudian diubah menjadi bobot tanaman air. Melalui hubungan antara tanaman air dengan nutrien dapat dilihat jenis nutrien yang dibutuhkan. Berdasarkan persamaan regresi berganda, dapat dilihat bahwa nitrat dan amonium memiliki kontribusi yang positif bagi pertumbuhan tanaman air. Hal ini sesuai dengan Goldman and Horne (1983) yang menyatakan bahwa nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman air. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, secara umum menunjukkan bahwa sedimen Waduk Cirata dapat dijadikan sebagai salah satu sumber nutrien alternatif untuk penumbuhan tanaman air. Penumbuhan tanaman air ini (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) menunjukkan perbedaan capaian biomassa yang berbeda (p<0,005). Biomassa tertinggi terjadi pada perlakuan M. fluviatilis, sedangkan biomassa terendah terjadi pada perlakuan E. densa. Beberapa tanaman air memiliki produktivitas yang berbeda. Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doubling time (DT) 69 hari, sedangkan produktivitas terendah pada C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari). Hasil pengukuran suhu air, ph, dan oksigen terlarut (dissolved oxygen/do) pada saat percobaan sesuai untuk pertumbuhan tanaman air. Kandungan nutrien (nitrat, ortofosfat, nitrit dan amonia) menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu selama penelitian. Produktivitas masing-masing tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien. Produktivitas C. caroliniana, E. densa,dan M. fluviatilis dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

43 31 5. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Penumbuhan beberapa tanaman air menunjukkan perbedaan capaian biomassa signifikan (p 0,05). Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doubling time (DT) 69 hari, sedangkan terendah pada C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari). Produktivitas C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis dipengaruhi konsentarsi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

44 32 DAFTAR PUSTAKA Asaeda T, Rajapakse L, Fujino T Applications of organ-specific growth models; modelling of resource translocation and the role of emergent aquatic plants in element cycles. Ecological modelling 215 (2008): Burnett DA, Champion PD, Clayton JS, & Ogden J A system for investigation of the temperature responses of emergent aquatic plants. Aquatic Botany 86 (2007): [CANWSEC] Commonwealth of Australia and the National Weeds Strategy Executive Committee Weeds of National Significance: Cabomba (Cabomba caroliniana) Strategic Plan. National Weeds Strategy Executive Committee. Launceston. [DEEDI] Department of Employment, Economic Development and Innovation Weed Risk Assessment : Bog Moss Mayaca fluviatilis Aubl. Queensland govertment, North Queensland. Ding BY, Gao SQ, Jiang WM & Jin XF Invasion and spreading of Cabomba caroliniana revealed by RAPD markers. Chinese Journal of Oceanology and Limnology 23(4). Dugan PR Biochemical ecology of water pollution control. Second edition. McGraw-Hill,Inc., New York. 400p. Eaton. A. D., L. S. Clesceri, and A. E. Greenberg Standar methods for the examination of water and waste water. 19 th ed. APHA, AWWA (American Water Work Association) and WEF (Water Enviromental Federation). Washington D.CGoldman CR & Horne AJ Limnology. McGraw-Hill Book Company. New York, USA.xvi, 464 p. Gunawan, Wawan dan Zahidah Kembali ke Alam Mengacu Konsep Food Web dalam Strategi Pembangunan Sektor Pertanian Jawa Barat. Unpad. Bandung. Ibrahim G Taman di dalam Air. [terhubung berkala]. [15 Agustus 2011]. [ITIS] Integrated Taxonomic Information System Cabomba caroliniana Gray. [terhubung berkala]. Rpt?search_topic=TSN&search_value=18408 [09 Agustus 2011]. [ITIS] Integrated Taxonomic Information System Egeria densa Planch. [terhubung berkala]. Rpt?search_topic=TSN&search_value=18408 [09 Agustus 2011].

45 33 Jacobs SW & Sainty GR Waterplants in Australia. Sainty & Associates Pty Ltd. Darlinghurst, Australia. King County Brazilian Elodea. [terhubung berkala]. [09 Agustus 2011]. M. Zhang, Wang Z, Xu J, Liu Y, Ni L, Cao T, & Xie P Amonium, microcystins, and hypoxia of blooms in eutrophic water cause oxidative stress and C N imbalance in submersed and floating-leaved aquatic plants in Lake Taihu, China. Chemosphere 82 (2011): Mattjik AA & Made S Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab jilid 1. IPB Press. Bogor. Mitchell D.S The development of excessive populations of aquatic plants. In Mitchell, D.S. (editor). Aquatic vegetation and its use and control. UNESCO. Paris. Odum E.P Dasar-dasar ekologi edisi ketiga. [terjemahan dari Fundamental of ecology third edition]. Samingan T (Penerjemah); Srigandono B (Penyunting). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Philipps, TC Stream bogmoss (Mayaca fluviatilis Aubl), Plant of the week. USDA forest service celebrating wildflowers. [terhubung berkala]. [09 Agustus 2011]. Sawyer CN., PL McCarty, and GF Parkin Chemistry for enviromental engineering and sciene. 5 th Edition. McGraw-Hill Companies. America. Mayaca fluviatilis. [terhubung berkala]. [09 Agustus 2011].

46 LAMPIRAN 34

47 35 Lampiran 1. Sistem kanal tanaman air yang digunakan dan posisi tanaman air uji pada sistem kanal tanaman air. Sketsa sistem kanal tanaman air Akuarium berkanal (75x30x15 cm 3 ) Akuarium medium nutrien (30x30x30 cm 3 ) Sistem kanal tanaman air yang sedang berlangsung Posisi salah satu tanaman air yang sedang diuji

48 36 Lampiran 2. Alat dan bahan yag digunakan selama penelitian Cabomba caroliniana Egeria densa Mayaca fluviatilis Sedimen Waduk Cirata Resirkulator Botol sampel DO-meter ph-meter Timbangan digital Spektrofotometer Pereaksi kimia Akuades

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kegiatan observasi awal (pendahuluan) dan penelitian utama. Observasi awal dilakukan pada

Lebih terperinci

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat 10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Plankton, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA

APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA ILMAN FATUROCHMAN SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2009. Bertempat di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2011 di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido terletak pada koordinat posisi 106 48 26-106 48

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI PADA DUA POPULASI KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata) SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN GULMA AIR

TINGKAT KONSUMSI PADA DUA POPULASI KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata) SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN GULMA AIR TINGKAT KONSUMSI PADA DUA POPULASI KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata) SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN GULMA AIR PUNGKY KUMALADEWI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG RYAN KUSUMO ADI WIBOWO SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI 2 STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAKTERI Bacillus sp. dan Chromobacterium sp. UNTUK MENURUNKAN KADAR MINYAK NABATI DALAM AIR YEYEN EFRILIA

PENGGUNAAN BAKTERI Bacillus sp. dan Chromobacterium sp. UNTUK MENURUNKAN KADAR MINYAK NABATI DALAM AIR YEYEN EFRILIA PENGGUNAAN BAKTERI Bacillus sp. dan Chromobacterium sp. UNTUK MENURUNKAN KADAR MINYAK NABATI DALAM AIR YEYEN EFRILIA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG Oleh : Asep Permana C01400003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di Balai Benih Ikan Hias (BBIH) Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO

STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Mei 2013. Tahapan yang

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian berupa percobaan di laboratorium yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksaakan di Karamba Jaring Apung (KJA) dengan mengambil lokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat melalui 3 tahap sebagai berikut: 3.1. Penelitian Tahap I Tahap penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42 ' 47 Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor 3. METODE PENELITIAN 5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009, berlokasi di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Sampel yang didapat dianalisis di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERUBAHAN Total Suspended Solid (TSS) PADA UMUR BUDIDAYA YANG BERBEDA DALAM SISTEM PERAIRAN TAMBAK UDANG INTENSIF

PERUBAHAN Total Suspended Solid (TSS) PADA UMUR BUDIDAYA YANG BERBEDA DALAM SISTEM PERAIRAN TAMBAK UDANG INTENSIF PERUBAHAN Total Suspended Solid (TSS) PADA UMUR BUDIDAYA YANG BERBEDA DALAM SISTEM PERAIRAN TAMBAK UDANG INTENSIF INNA FEBRIANTIE Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API (Avicennia marina Forssk. Vierh) DI DESA LONTAR, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN Oleh: Yulian Indriani C64103034 PROGRAM

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON DAN FITOPLANKTON DI BAGIAN HULU SUNGAI CILIWUNG, JAWA BAFUT

STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON DAN FITOPLANKTON DI BAGIAN HULU SUNGAI CILIWUNG, JAWA BAFUT STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON DAN FITOPLANKTON DI BAGIAN HULU SUNGAI CILIWUNG, JAWA BAFUT NURCHOLIS MUHARRAM SKRlPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PEIUKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. METODOLOGI 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 0. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM ADITYA PRIMA YUDHA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011, di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Analisis kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN SUNGAI BERDASARKAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROAVERTEBRATA DI SUNGAI CIHIDEUNG, KABUPATEN BOGOR

PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN SUNGAI BERDASARKAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROAVERTEBRATA DI SUNGAI CIHIDEUNG, KABUPATEN BOGOR PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN SUNGAI BERDASARKAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROAVERTEBRATA DI SUNGAI CIHIDEUNG, KABUPATEN BOGOR RIRIN ANDRIANI SILFIANA C24104086 SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus : ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus : DT = Dimana : DT = detention time atau waktu tinggal (menit) V = volume wadah (liter) Q = debit air (liter/detik)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH Oleh : Helmy Hakim C64102077 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI 6[v PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paraclreirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20,40 DAN 60 EKORLITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Oleh : Nursyamsi Gemawaty C14101026 PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN UNTUK DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI LAPISAN DASAR PERAIRAN ESTUARI SUNGAI CISADANE, TANGERANG

ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN UNTUK DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI LAPISAN DASAR PERAIRAN ESTUARI SUNGAI CISADANE, TANGERANG ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN UNTUK DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI LAPISAN DASAR PERAIRAN ESTUARI SUNGAI CISADANE, TANGERANG RIYAN HADINAFTA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan September 2009 sampai Pebruari 2010. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat, untuk respons tingkah laku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Metode Pengukuran Kualitas Air Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu o C Termometer/Pemuaian SNI 06-6989.23-2005 Kimia: Amonia mg/l Ammonia test kit SNI 06-6989.30-2005

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG. Oleh : Muhammad Reza Cordova C

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG. Oleh : Muhammad Reza Cordova C KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG Oleh : Muhammad Reza Cordova C24104056 DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ ¹Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan 4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KARTIKA NUGRAH PRAKITRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP PERTUMBUHAN PERIFITON DI M7ADUK CIRATA, JAWA BARAT DIANA NURAINI SKRIPSI

PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP PERTUMBUHAN PERIFITON DI M7ADUK CIRATA, JAWA BARAT DIANA NURAINI SKRIPSI 0j.r PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP PERTUMBUHAN PERIFITON DI M7ADUK CIRATA, JAWA BARAT DIANA NURAINI SKRIPSI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan. 3. METODOLOGI 3.1. Rancangan penelitian Penelitian yang dilakukan berupa percobaan lapangan dan laboratorium yang dirancang sesuai tujuan penelitian, yaitu mengkaji struktur komunitas makrozoobenthos yang

Lebih terperinci

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA Oleh; Galih Kurniawan C64104033 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KANDUNGAN LOGAM BERAT

KANDUNGAN LOGAM BERAT KANDUNGAN LOGAM BERAT Cu, Zn, DAN Pb DALAM AIR, IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DALAM KERAMBA JARING APUNG, WADUK SAGULING SHITA FEMALA SHINDU DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci