KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl. Sidoluhur 12, Surabaya Telp. (031) , Fax. (031) , info@btklsby.go.id 0

2 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Surabaya tahun 2017 ini merupakan pedoman dasar dalam penyusunan rencana kerja anggaran tahun 2017 untuk proses pembahasan selanjutnya sesuai peraturan perundangan yang mengaturnya. Dasar penyusunan RENCANA KERJA BBTKLPP SURABAYA TAHUN 2017 ini adalah draft RAK tahun , Tugas dan Fungsi BBTKLPP Surabaya sebagaimana Permenkes RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, Indikator Kinerja Utama, Indikator Kinerja Kegiatan, dan Output sebagaimana dalam draft Petunjuk Perencanaan (Jukren) Tahun Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya tahun 2017 memuat analisis situasi kejadian penyakit dan masalah kesehatan lainnya, perencanaan kinerja, indikator kinerja, besaran target yang harus dicapai, dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan BBTKLPP Surabaya selama tahun anggaran Kami menyampaikan terima kasih atas segala masukan yang positif dari bidang dan bagian di lingkungan BBTKLPP Surabaya dalam penyusunan Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya tahun 2017 ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya kepada BBTKLPP Surabaya. Aamiin. Surabaya, Januari 2017 Kepala Zainal Ilyas Nampira NIP i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 BAB II ANALISIS SITUASI... 3 A. Masalah Kesehatan di Wilayah Layanan... 3 B. Ketersediaan Sumber Daya... 3 BAB III PERENCANAAN KINERJA... 7 A. Indikator Kinerja... 7 B. Rencana Kegiatan... 9 BAB. IV RENCANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Rencana Pemantauan B. Rencana Evaluasi Lampiran ii

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah tahun telah disusun sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan merupakan dokumen negara yang berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya. Renstra ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Renstra Kementerian Kesehatan Tahun ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu periode , serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholders serta jajaran kesehatan baik di pusat maupun daerah termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha. Selanjutnya renstra Kementerian Kesehatan Tahun dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di Eselon II. Dalam Rencana Strategis Pembangunan Bidang Kesehatan tertuang arah kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran serta program-program dan tata cara penyelenggaraan, pemantauan dan penilaian yang dilengkapi dengan indikator kinerja yang merupakan bentuk dari akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan. Salah satu programnya adalah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Program ini diarahkan agar berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular dan faktor risikonya dapat terkendali dan diupayakan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. BBTKLPP Surabaya sebagai unit pelaksana teknis Ditjen P2P, melaksanakan surveilans epidemiologi berbasis laboratorium dalam program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagaimana Permenkes RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 disusun dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana tertuang dalam draft RAK , serta mendukung pencapaian indikator kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 digunakan sebagai acuan penyusunan rencana tahun 2017 sesuai pagu anggaran indikatif, sementara, dan definitif 1

5 B. Tujuan Tersusunnya pedoman penyusunan rencana kerja tahun 2017 yang sesuai dengan situasi masalah kesehatan wilayah layanan dan rencana jangka menengah Satker BBTKLPP Surabaya 2

6 BAB II ANALISIS SITUASI A. Masalah Kesehatan di Wilayah Layanan Sejalan dengan dinamika situasi kondisi lingkungan strategis, maka upaya dan program-program serta kegiatan pembangunan bidang kesehatan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan kependudukan, epidemiologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup serta kondisi lingkungan hidupnya. Arah pembangunan kesehatan juga semakin didorong untuk mampu mendukung upaya perkuatan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan bahkan kehidupan politik yang sangat dinamis, mengingat kesehatan merupakan salah satu hak azasi manusia yang dijamin dalam peraturan perundangan maupun konvensi internasional.beberapa isu strategis yang perlu dicermati oleh BBTKLPP Surabaya meliputi : 1. Triple Burden Penyakit yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular, serta munculnya penyakit baru dan munculnya kembali penyakit endemik lokal (new and re-emerging disease) 2. Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah penyakit 3. Situasi matra yang berdampak terhadap kesehatan 4. Potensi rawan bencana baik alam maupun buatan manusia 5. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap pola kejadian penyakit. 6. Kualitas kesehatanlingkungan seperti sanitasi dasar dan akses terhadap air minum berkualitas 7. Belum optimalnya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan 8. Keterbatasan kompetensi SDM, sarana, dan prasarana B. Ketersediaan Sumber Daya 1. Organisasi BBTKLPP Surabaya Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknik di bidang teknis kesehatan lingkungan dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) yang mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. 3

7 Dalam melaksanakan tugasnya, BBTKLPP mempunyai fungsi: 1) Pelaksanaan surveilans epidemiologi 2) Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) 3) Pelaksanaan laboratorium rujukan 4) Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna 5) Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi 6) Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana 7) Pelaksanaansurveilans faktor risiko penyakit tidak menular 8) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 9) Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra 10) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP Struktur organisasi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya adalah sebagai berikut : Ka. BBTKLPP Surabaya Ka. Bagian Tata Usaha Ka. Sub Bagian Program dan Laporan Ka. Sub Bagian Umum Ka. Bidang Surveilans Epidemiologi Ka. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium Ka. Bidang Analisis Dampak Kesling Ka. Seksi Advokasi Kejadian Luar Biasa Ka. Seksi Teknologi Pengendalian Penyakit Ka. Seksi Lingkungan Fisik dan Kimia Ka. Seksi Pengkajian & Diseminasi Ka. Seksi Teknologi Laboratorium Ka. Seksi Lingkungan Biologi INSTALASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BBTKLPP Surabaya 4

8 2. Sumber Daya Manusia Sumber daya yang dimiliki oleh BBTKLPP Surabaya mencakup sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan pembiayaan dengan gambaran sebagai berikut : Sumber daya manusia BBTKLPP Surabaya tahun 2017 berjumlah 101 orang, dengan kualifikasi/ jenis pendidikan meliputi; SLTP berjumlah 1 orang, SLTA berjumlah 15 orang, DIII berjumlah 17 orang, S1 berjumlah 50 orang, S2 berjumlah 22 orang yang tersebar pada instansi.peta jabatan struktural sebanyak 13 orang; jabatan fungsional tertentu 33 orang; jabatan fungsional umum sebanyak 59 orang. Gambaran selengkapnya sebagaimana tabel di bawah ini : a. PNS diangkat dalam jabatan b. Peta Jabatan Fungsional Tertentu 5

9 c. PNS berdasarkan pendidikan Grafik 2. Distribusi SDM BBTKLPP Surabaya Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan Tahun 2016 Distribusi jumlah pegawai BBTKLPP Surabaya berdasarkan golongan antara lain : 2 orang gol IV/b, 11 orang gol IV/a, 15 orang gol III/d, 19 orang gol III/c, 15 orang gol III/b, 21 orang gol III/a, 4 orang gol II/d, 8 orang gol II/c, 8 orang gol II/b, dan 2 orang gol II/a. 6

10 BAB III PERENCANAAN KINERJA A. Indikator Kinerja Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 dan Petikan DIPA Nomor DIPA /2017 pada tahun anggaran 2017, BBTKLPP Surabaya telah melaksanakan pokok kegiatan sebagai berikut : Tabel 1. Indikator Kinerja Berdasarkan RAK NO SASARAN INDIKATOR KINERJA 1 Meningkatnya kinerja surveilans epidemiologi 1. Jumlah kegiatan surveilans epidemiologi penyakit menular dan tidak menular yang dilaksanakan di wilayah layanan 2. Jumlah respon kejadian SKD dan KLB Wabah/Bencana dan kondisi matra di wilayah layanan 3. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan kajian kesehatan lingkungankesehatan matra, dan pengendalian penyakit 4. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan diseminasi informasi, kesehatan lingkungan, kesehatan matra, dan pengendalian penyakit 5. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan kemitraan dan jejaring kerja bidang surveilans epidemiologi 6. Jumlah SDM di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi. TARGET Meningkatnya kinerja analisi dampak kesehatan lingkungan 3 Meningkatnya kinerja pengembangan teknologi dan laboratorium 1. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan analisis dampak lingkungan fisik dan kimia 2. Jumlah e kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan analisis dampak lingkungan biologi 3. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan jejaring kerja dan kemitraan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan 4. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan 1. Jumlah pengembangan dan penapisan teknologi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra; 2. Presentase pengembangan laboratorium pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra; 3. Jumlah Kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium 4. Jumlah Kabupaten/kota di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra % Meningkatnya dukungan manajemen an pelaksanaan tugas teknis Lainnya 1. Jumlah dokumen program 4 2. Jumlah dokumen laporan Jumlah dokumen keuangan 3 4. Jumlah dokumen kepegawaian 3 5. Jumlah dokumen urusan umum 7 7

11 Pada pelaksanaan kegiatan BBTKLPP Surabaya berpedoman pada tugas pokok dan fungsi yang terdiri dari fungsi sebagai berikut : Tabel 3. Indikator Pelaksanaan Berdasarkan Tupoksi (Kepmenkes 266 Tahun 2004) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 Tercapainya peningkatan kinerjasurveilans epidemiologi 2 Tercapainya peningkatan analisisdampak kesehatan lingkungan 3 Tersedianya akses masyarakat dalam pemanfaatan kemampuan uji laboratorium dan kalibrasi 4 Terselenggaranya dukungan administrasi dan manajemen Meningkatnya KLB yang direspon < 24 jam 10 Kejadian Meningkatnya kemampuan 120 Kali pengamatan faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit menular/ tidak menular prioritas pada kab/kota Meningkatnya kemampuan jejaring dan advokasi SKD, penanggulangan KLB dan kejadian bencana pada kab/kota 40 Kali Meningkatnya kemampuan kajian dan 120 Kali evaluasi dampak kesehatan lingkungan pada kawasan Meningkatnya kemampuan kajian dan 28 Kali evaluasi pengendalian penyakit dan faktor risikonya Meningkatnya kemampuan uji 2200 Sampel laboratorium penyakit potensial wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risikonya Meningkatnya kemampuan uji kendali 160 Jenis Meningkatnya kemampuan kalibrasi 80 Jenis Meningkatnya kemampuan rancang 11 Model bangun model pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Meningkatnya teknologi tepat guna pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 8 Set Tersusunnya dokumen perencanaan 5 Dokumen dan anggaran Tersusunnya laporan keuangan 3 Dokumen Tersusunnya laporan BMN 2 Dokumen Tercapainya layanan administrasi kepegawaian Terselenggaranya kegiatan kehumasan, protokol, dan pemberitaan Tersusunnya akuntabilitas kinerja pemerintahan Terselenggaranya tenaga kesehatan terlatih Terpenuhinya penyelenggaraan layanan perkantoran, peralatan esensial dan sarana penunjang operasional 2 Dokumen 2 Laporan 2 Laporan 31 Orang 12 Bulan Layanan 8

12 B. Rencana Kegiatan Dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah layanan sesuai tugas dan fungsi serta target indikator kinerja tahun 2017, maka disusunlah rencana kegiatan tahunan yang akan didanai dari anggaran masing-masing direktorat di lingkungan Ditjen P2P Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 sebagai berikut : Tabel 2. Rencana Kegiatan Tahun 2017 NO KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN 1. Sarana dan Prasarana Surveilans dan Karantina Kesehatan 1 Unit Layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB 9 Layanan Layanan Respon KLB dan Wabah 3 Layanan Layanan Kekarantinaan Kesehatan 2 Lokasi Layanan Pengendalian Penyakit Malaria 2 Layanan Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis 2 Layanan Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis 2 Layanan Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 1 Layanan Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit 3 Layanan Layanan Pengendalian Penyakit TB 3 Layanan Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta 3 Layanan Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 3 Layanan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) Penyakit Menular Langsung 1 dokumen Layanan Posbindu PTM 2 Layanan Layanan internal (over head) 12 Layanan Layanan Perkantoran 12 Bulan Jumlah

13 BAB IV RENCANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Rencana Pemantauan Pemantauan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara kontinyu selama hari efektif tahun Pemantauan dilaksanakan dengan fokus pada identifikasi hambatan secara dini dan pemecahan masalah secara cepat dan tepat. B. Rencana Evaluasi Evaluasi sumatif dilaksanakan secara berkala setiap bulan, tri bulan, dan semester sedangkan evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan selama hari efektif tahun Evaluasi difokuskan pada pencapaian target kegiatan baik kualitas maupun kuantitas. 10

14 KERANGKA ACUAN KERJA LAYANAN KEWASPADAAN DINI PENYAKIT BERPOTENSI KLB TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 9 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Surveilans dan Karantina Kesehatan : Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB : Layanan Kewaspadaan Dini Penyakit Berpotensi KLB : Layanan A. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum 11

15 Bidang kesehatan memiliki beban ganda dalam penanggulangan penyakit menular berpotensi KLB/Wabah dimana penyakit lama muncul kembali (re emerging diseases) dan penyakit baru (new emerging diseases) mulai bermunculan. Selain munculnya re emerging diseases dan new emerging diseases, Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik bencana alam maupun akibat ulah manusia. Kejadian bencana selalu berpotensi menimbulkan krisis kesehatan dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah penyakit menular karena rusaknya kondisi lingkungan hidup dan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan. Selain itu kejadian bencana dan KLB/Wabah penyakit tidak mengenal batas wilayah administrasi baik kabupaten / kota, provinsi, maupun negara sehingga jumlah kerugian yang ditimbulkan sangat besar termasuk adanya korban yang sakit maupun yang meninggal. Peningkatan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini memegang peranan yang penting karena dapat mencegah atau meminimalisasi terjadinya Kejadian Luar Biasa. Sementara untuk meminimalisir dampak pasca kejadian bencana, mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit berpotensi KLB / wabah perlu penanggulangan saat kejadian berlangsung maupun pasca kejadian. Respon cepat KLB melalui penyelidikan epidemiologi < 24 jam pada wilayah yang mengalami bencana maupun KLB/wabah penyakit perlu dilakukan untuk menentukan upaya penanggulangan selanjutnya. Deteksi dini dan respon cepat KLB merupakan salah satu tugas tugas pokok Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dalam bidang Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan serta Kesehatan Matra.yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan 2349/MENKES/SK/III/2010. Tahun 2013 BBTKL PP Surabaya melakukan deteksi dini dan respon cepat KLB sebayak 31 kejadian, 71% diantaranya disebabkan karena penyakit sedang sisanya karena bencana baik bencana alam maupun akibat ulah manusia. Identifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiap siagaan menghadapi kemungkinan terjadi KLB serta respon cepat dalam menanggulangi kejadian KLB sebelum < 24 jam. Penyebaran penyakit berpotensi KLB/Wabah tidak mengenal batas wilayah administrasi baik kabupaten / kota, provinsi, maupun negara. Jumlah korban yang ditimbulkan baik yang sakit maupun yang meninggal juga besar. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit berpotensi KLB / wabah perlu dilakukan penanggulangan baik pada saat kejadian berlangsung maupun pasca kejadian. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit berpotensi KLB / wabah perlu dilakukan penanggulangan baik pada saat kejadian berlangsung maupun pasca kejadian. 12

16 B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN No 1. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: Kegiatan 1 Surveilans faktor risiko penyakit berbasis lingkungan 2 Kajian dampak kesehatan lingkungan 3 Pelaksanaan Surveilans kesehatan pada situasi khusus 4 Pelaksanaan Pembuatan Model dan Teknologi Tepat Guna dalam rangka Kewaspadaan Dini dan Respon KLB Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- (Satu Milyar Lima Ratus Enam Juta Enam Ratus Tujuh Puluh Tiga Rupiah). Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. 13

17 Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

18 KERANGKA ACUAN KERJA LAYANAN RESPON KLB DAN WABAH TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 3 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Surveilans dan Karantina Kesehatan : Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB : Layanan Respon KLB dan Wabah : layanan B. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 15

19 2. Gambaran Umum Pada tahun 2005, WHO menerapkan International Health Regulation yang mengikat bagi negara anggotanya. IHR 2005 mengusung issue Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan yg meresahkan dunia, yang merupakan suatu kondisi luar biasa yang berisiko menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat bagi negara lain melalui penyebaran penyakit, berpotensi menganggu perdagangan dan perjalanan internasional, dan berpotensi membutuhkan koordinasi respon internasional. Terhitung tanggal 15 juni 2007 semua negara anggota WHO harus sudah menerapkan IHR Setiap negara harus memberi notifikasi kepada WHO jika terjadi kasus penyakit cacar (variola), poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio liar, influenza yang disebabkan oleh strain virus baru, dan kasus severe acute respiratory syndrome (SARS). Selain itu, juga dilakukan notifikasi terhadap kasus-kasus yang dianggap berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia, seperti kolera, pes pneumoniae, demam kuning, ebola, meningococcus, dan lain-lain yang dinilai berdasarkan suatu algoritme. Implementasi IHR 2005 ini mensyaratkan setiap negara anggota untuk mampu melakukan dua fungsi utama, yaitu fungsi surveilans untuk mendeteksi, menilai, mengirimkan notifikasi dan laporan sesuai dengan tingkatannya dan mampu melancarkan respon yang tepat dan efektif terhadap risiko kesehatan masyarakat dan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa kapasitas utama, salah satunya adalah kesiapsiagaan, yang meliputi pengembangan rencana kontijensi di tingkat nasional, intermediet, maupun primer untuk bahaya biologis, kimiawi, radiologis, dan nuklir yang relevan. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia (NUBIKA), dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah suatu kondisi yang dapat diantisipasi sebelumnya, jika faktor risiko KKM dapat terpantau oleh Sistem Surveilans yang ada. Oleh karena ancaman terhadap kesehatan masyarakat dapat terjadi dari luar maupun dalam negeri, surveilans di pintu masuk negara dan program karantina kesehatan merupakan suatu komponen penting untuk mengantisipasi KKM. Untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat dan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia khususnya di Indonesia, perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama lintas sektor. Peran BBTKLPP dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat 16

20 adalah membantu kesiapsiagaan di daerah dengan menyediakan alat untuk mengidentifikasi dan menilai faktor risiko KKM sehingga dapat dilakukan pemetaan risiko kedaruratan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Berdasarkan pemetaan tersebut, daerah dapat mengembangkan suatu rencana kontijensi yang sesuai dengan potensi bahayanya. Hal ini sesuai dengan tupoksi BBTKLPP berdasarkan Permenkes RI nomor 2349/Menkes/Per/XI/2011 yaitu pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan bencana kegiatan deteksi dini dan respon KKM terintegrasi dengan pintu masuk negara. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 3. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 4. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Verifikasi rumor penyakit berpotensi KLB 2 Pelaksanaan respon cepat dan penanggulangan KLB/wabah D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember

21 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

22 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN KEKARANTINAAN KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 2 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular : Surveilans dan Karantina Kesehatan : Jumlah kabupaten/kota di pintu masuk negara yang memiliki kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat : Layanan Kekarantinaan Kesehatan : Lokasi C. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum 19

23 Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia (NUBIKA), dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah suatu kondisi yang dapat diantisipasi sebelumnya, jika faktor risiko KKM dapat terpantau oleh Sistem Surveilans yang ada. Oleh karena ancaman terhadap kesehatan masyarakat dapat terjadi dari luar maupun dalam negeri, surveilans di pintu masuk negara dan program karantina kesehatan merupakan suatu komponen penting untuk mengantisipasi KKM. Pada tahun 2005, WHO menerapkan International Health Regulation yang mengikat bagi negara anggotanya. IHR 2005 mengusung issue Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan yg meresahkan dunia, yang merupakan suatu kondisi luar biasa yang berisiko menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat bagi negara lain melalui penyebaran penyakit, berpotensi menganggu perdagangan dan perjalanan internasional, dan berpotensi membutuhkan koordinasi respon internasional. Terhitung tanggal 15 juni 2007 semua negara anggota WHO harus sudah menerapkan IHR Setiap negara harus memberi notifikasi kepada WHO jika terjadi kasus penyakit cacar (variola), poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio liar, influenza yang disebabkan oleh strain virus baru, dan kasus severe acute respiratory syndrome (SARS). Selain itu, juga dilakukan notifikasi terhadap kasus-kasus yang dianggap berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia, seperti kolera, pes pneumoniae, demam kuning, ebola, meningococcus, dan lain-lain yang dinilai berdasarkan suatu algoritme. Implementasi IHR 2005 ini mensyaratkan setiap negara anggota untuk mampu melakukan dua fungsi utama, yaitu fungsi surveilans untuk mendeteksi, menilai, mengirimkan notifikasi dan laporan sesuai dengan tingkatannya dan mampu melancarkan respon yang tepat dan efektif terhadap risiko kesehatan masyarakat dan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa kapasitas utama, salah satunya adalah kesiapsiagaan, yang meliputi pengembangan rencana kontijensi di tingkat nasional, intermediet, maupun primer untuk bahaya biologis, kimiawi, radiologis, dan nuklir yang relevan. Untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat dan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia khususnya di Indonesia, perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama lintas sektor. Peran BBTKLPP dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah membantu kesiapsiagaan di daerah dengan menyediakan alat untuk 20

24 mengidentifikasi dan menilai faktor risiko KKM sehingga dapat dilakukan pemetaan risiko kedaruratan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Berdasarkan pemetaan tersebut, daerah dapat mengembangkan suatu rencana kontijensi yang sesuai dengan potensi bahayanya. Hal ini sesuai dengan tupoksi BBTKLPP berdasarkan Permenkes RI nomor 2349/Menkes/Per/XI/2011 yaitu pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan bencana kegiatan deteksi dini dan respon KKM terintegrasi dengan pintu masuk negara. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 5. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 6. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Penilaian dan pemetaan faktor risiko berpotensi KKM di wilayah Kab/Kota 2 Sosialisasi faktor risiko berpotensi KKM di wilayah Kab/Kota D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember

25 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

26 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 2 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik : Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria : Layanan Pengendalian Penyakit Malaria : Layanan D. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit Plasmodium yang menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup 23

27 tinggi serta sering menimbulkan KLB.Kelompok yang paling rentan adalah ibu hamil dan bayi.malaria menyebabkan anemia berat pada ibu hamil yang mengakibatkan kematian janin, berat badan lahir rendah dan bahkan kematian.malaria juga merupakan salah satu yang menjadi tujuan Millenium Development Goals (MDGs) untuk dikendalikan penyebarannya. Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 293/MENKES//SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun Program pemberantasan penyakit malaria yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan terintegrasi dalam kegiatan terpadu di kabupaten/kota memerlukan proses perencanaan bersama lintas sector terkait yang tertuang dalam rencana strrategis Gebrak Malaria. Sasaran wilayah eliminasi dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut : 1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali dan Pulau Batam pada tahun Pulau Jawa, Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun Pulau Sumatera (kecuali Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau), Provinsi NTB, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi pada tahun Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi NTT pada tahun Hulu dari pengendalian malaria adalah melalui pengendalian vektor, dimana salah satunya menggunakan insektisida. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan kelambu berinsektisida.penggunaan kelambu banyak dilakukan karena mudah aplikasinya dan sekali aplikasi dapat bertahan lama. Penggunaan yang terus menerus dapat menimbulkan terjadinya kekebalan nyamuk terhadap insektisida tersebut. Alternatip pemechan masalah : 1) Melakukan monitoring efektifitas kelambu berinsektisida. 2) Merekomendasi penggunaan insektisida yang akan digunakan Menurut data Dinas Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2013, di NTTkasus malaria termasuk tinggi walaupun terjadi penurunan jumlah penderita.kasus malaria hampir terdapat disemua kabupaten/kota. Angka malaria berdasarkan jumlah positif parasit malaria yang diperiksa dari sediaan darah (API) adalah 16,37 per seribu penduduk, atau tiga kali dari standar maksimal nasional yaitu 5 per seribu penduduk. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur menginformasikan tiga kabupaten dengan kasus malaria tertinggi diantaranya adalah Kabupaten Belu, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah. Progam pemberantasan penyakit malaria yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan terintregrasi memerlukan proses perencanaan bersama. Pada tahap pra eliminasi 24

28 diharapkan semua unit pelayanan kesehatan sudah mampu memeriksa kasus malaria secara mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis merupakan gold standard dalam penegakan diagnosis malaria, oleh karena itu sangat diperlukan peningkatan kemampuan dan ketrampilan serta para pelaksana tenaga mikrokopis di unit pelayanan kesehatan, Selain itu juga diperlukan pengawasan (assessment) terhadap surveilan malaria, sehingga diharapkan lebih meningkatkan akselerasi pencapaian eliminasi malaria di wilayah endemis malaria. Salah satu bentuk kegiatan tersebut berupa peningkatan pengelolaan laboratorium mikroskopis serta monitoring pelaksanaan program eliminasi malaria.. BBTKL PP Surabaya sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan antara lain mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan surveilans berbasis laboratorium, akan melakukan kegiatan yang bertujuan dalam menunjang program Eliminasi Malaria. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 7. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 8. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Penguatan Kapasitas Petugas Crosschecker Malaria 2 Kajian Konfirmasi Tingkat Endemisitas D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember

29 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

30 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT ARBOVIROSIS TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 2 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik : Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis : Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis : Layanan E. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum Infeksi virus Dengue termasuk dalam Jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah (Permenkes No.1501 Tahun 2010) dan merupakan masalah 27

31 kesehatan dunia termasuk Indonesia. Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah endemis DBD, termasuk Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan angka kejadian di Indonesia pada kurun waktu rata-rata / tahun. Urutan jumlah tertinggi pada tahun 2016 pada provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Tengah, namun urutan angka kematian tertinggi pada provinsi Maluku, Gorontalo dan Banten. Surveilans Epidemiologi merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan masyarakat dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan tersebut. Surveilans Dengue sudah dilakukan sejak 1968 sejak kasus pertama ditemukan di Jakarta dan Surabaya. Hasil dari pelaksanaan kegiatan surveilans dapat menjadi dasar untuk melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Indikator keberhasilan pengendalian DBD adalah meningkatnya persentase kabupaten/kota dengan IR < penduduk pada tahun Beberapa tantangan dalam menghadapi penyakit menular antara lain adanya faktor risiko yang semakin kompleks baik dari host, vektor, agent maupun lingkungan. Perubahan agent bisa disebabkan oleh adanya mutasi, resistensi, atau adanya agent baru yang menyebabkan penyakit dengan gejala klinis yang sama. Faktor perubahan iklim juga mempengaruhi vektor pembawa agent dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada agent yang dalam hal ini adalah virus Dengue. Gambaran tersebut menunjukkan pentingnya dilakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit DBD secara mendasar dan berbasis laboratorium sehingga bisa dilakukan pengendalian terhadap penyakit tersebut dengan lebih tepat dan akurat. Tujuan dari kegiatan Surveilans Arbovirosis berbasis Laboratorium adalah untuk mendapatkan informasi epidemiologi dan virologi infeksi virus Dengue dan Arbovirosis lainnya sebagai dasar penentuan kebijakan dalam pengendakian penyakit terkait. Hasil dari kegiatan tersebut diharapkan dapat diketahui gambaran epidemiologi, gambaran serotipe virus, gambaran klinis kasus Dengue, proporsi infeksi Dengue dari kunjungan rawat jalan, dan diketahuinya Arbovirosis lain yang beredar termasuk patogen lain yang baru muncul. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 28

32 No 9. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 10. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: Bulan Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Surveilans Vektor dan Analisis Severity Rate 2 Surveilans Biomolekuler Virus Dengue (S3D) D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

33 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT ZOONOSIS TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 3 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik : Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonsis : Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis : Layanan F. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 30

34 2. Gambaran Umum Saat ini penyakit rabies telah tersebar di 24 provinsi, dengan jumlah gigitan hewan penular rabies dan kasus kematian karena rabies cukup tinggi. Sembilan provinsi yang dinyatakan bebas rabies adalah NTB, Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. Salah satu tindakan preventif yang dilakukan yaitu dengan memberikan Vaksin anti rabies (VAR). VAR dapat mencegah kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan. Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Vaksin Anti Rabies harus disimpan pada suhu 2 8 ºC. Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya antigennya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari dan kelembaban. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Sebagai salah satu upaya untuk memantau kualitas rantai dingin (cold chain) penyimpanan Vaksin anti Rabies, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya melakukan Kajian Kualitas Rantai Dingin di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya yang belum dinyatakan bebas rabies, yaitu Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) Penyakit pes (Plague) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan nasional maupun internasional. Pes merupakan penyakit menular potensial wabah yang termasuk dalam International Health Regulation (2005) sebagai re-emerging desease atau penyakit lama yang muncul kembali dan berpotensi KLB. Kebijakan Pemerintah dalam pengendalian penyakit pes adalah mengupayakan agar tidak ada lagi kematian akibat pes, dan mencegah penyebaran pes keluar wilayah atau sebaliknya. Di Indonesia, wabah pes pernah muncul di Boyolali Jawa Tengah tahun 1960, Ciwidey Kabupaten Bandung Jawa Barat, Cangkringan Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian surut dan muncul kembali tahun 1987 di Nongkojajar kabupaten Pasuruan Jawa Timur,dimana dari 25 penderita 21 orang meninggal dunia (CFR : 83,3%). Sejak kejadian tersebut pengamatan / surveilans epidemiologi terus dilakukan terhadap manusia, rodent maupun pinjalnya di daerah-daerah yang pernah terjangkit sebagai upaya kewaspadaan. 31

35 Kejadian luar biasa (KLB) pes di Kabupaten Pasuruan terjadi pada tahun 1987 yang memakan korban 21 orang meninggal, dan kejadian kembali terulang pada tahun 1997 dengan 1 korban jiwa. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan/surveilans epidemiologi terhadap pes baik pada rodent dan manusia terus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kejadian pes. Status wilayah pengamatan pes dibagi atas 3 wilayah yaitu wilayah fokus, terancam dan wilayah bebas. Wilayah fokus adalah wilayah dimana ditemukannya penderita pes, wilayah terancam adalah wilayah di sekitar wilayah fokus yang mempunyai kemungkinan untuk penyebaran pes dan wilayah bebas adalah wilayah di luar kedua wilayah tersebut yang tidak ditemukan penderita pes. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 11. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 12. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Kajian kualitas rantai dingin penyimpanan vaksin anti rabies 2 Surveilans penyakit zoonosa D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember

36 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

37 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 3 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik : Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit : Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit : Layanan G. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 34

38 2. Gambaran Umum Hingga saat ini Indonesia masih belum dinyatakan bebas dari penyakit pes. Sebagai salah satu penyakit zoonosa penyakit ini masuk kriteria PHEIC yaitu penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa dan meresahkan dunia. Di Indonesia, penyakit Pes tercantum dalam UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan tercantum pula dalam Permenkes RI No. 560/Menkes/Per/tirVII/1989 tentang penyakit yang menimbulkan wabah. Pengendalian vektor penyebar penyakit pes merupakan salah kunci penting dalam upaya penanggulangan penyakit pes. Saat ini kegiatan kontrol terhadap pinjal sudah dilakukan dengan melakukan dusting insektisida. Jenis insektisida yang digunakan selama ini antara lain Fenitrothion dan Bendiocarb. Penggunaan jenis insektisida kimiawi tersebut ditakutkan akan menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan yang akan mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu perlunya upaya mencari bahan alternatip insektisida nabati yang aman namun ampuh dalam pengendalian vektor penyakit pes. Oleh karena itu kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bahan insektisida nabati dalam pengendalian vektor penyakit pes. Penyakit Pes ditularkan oleh pinjal sebagai vektor pembawa penyakit. Pinjal tersebut akan membawa bakteri Yersinia pestis sebagai agen penyakit Pes dan menularkannya kepada hewan yang digigitnya termasuk kepada manusia. Spesies pinjal yang ditemukan pada daerah enzootik Pes Pasuruan adalah Xenopsylla cheopis dan Stivallius cognatus. Kejadian luar biasa (KLB) pes di Kabupaten Pasuruan terjadi pada tahun 1987 yang memakan korban 21 orang meninggal, dan kejadian kembali terulang pada tahun 1997 dengan 1 korban jiwa. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan/surveilans epidemiologi terhadap pes baik pada rodent dan manusia terus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kejadian pes. Status wilayah pengamatan pes dibagi atas 3 wilayah yaitu wilayah fokus, terancam dan wilayah bebas. Wilayah fokus adalah wilayah dimana ditemukannya penderita pes, wilayah terancam adalah wilayah di sekitar wilayah fokus yang mempunyai kemungkinan untuk penyebaran pes dan wilayah bebas adalah wilayah di luar kedua wilayah tersebut yang tidak ditemukan penderita pes. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menyediakan data dan informasi tentang kondisi vektor pembawa penyakit Pes di daerah enzootik Pes Pasuruan. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. 35

39 Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi merupakan provinsi dengan Kasus DBD tinggi. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi mengatakan bahwa pada awal tahun 2016 terdapat lima kabupaten dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu : Kabupaten Jombang ( 250 Kasus), Kabupaten Pacitan ( 167 Kasus), Kabupaten Banyuwangi (142 Kasus), Trenggalek (113 kasus) dan Sumenep (111 kasus). Informasi spesifik vektor penyakit DBD terkait jenis vektor, waktu dan tempat kebiasaan bertelur maupun menghisap darah, merupakan hal yang penting dalam menentukan strategi pencegahan dan pengendalian. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 13. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 14. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Monev Resistensi Insektisda dan Larvasida 2 Survei Prilaku Vektor (DBD,Malaria dan Filariasis) 3 Surveilans Vektor dan BPP Berbasis Lab (Virus, Parasit, Cacing dan Pes D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember

40 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

41 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN FILARIASIS DAN KECACINGAN TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/ eselon II : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit /BBTKLPP Surabaya Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Penyakit Menular dan Tidak Menular, serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kabupaten/ Kota Endemis yang melakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan Volume Keluaran (Output) : 1 Satuan Ukur Keluaran( Output) : Layanan A.Latar Belakang 1. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Kesehatan 6. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 424 /MENKES/SKVI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kecacingan 2.Gambaran Umum Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) merupakan salah satu penyakit menular menahun yang masih penyakit menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah Indonesia. Karena berjangkit disebagian besar wilayah Indonesia dan dapat menimbulkan kecacatan yang menetap. Pengobatan filariasis adalah pengobatan yang dilaksanakan untuk mengeliminasi filariasis di Indonesia. Eliminasi ini dicapai dengan menerapkan dua strategi utama yaitu memutus rantai penularan filariasis melalui pengobatan massal di daerah endemis dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis. Pengobatan massal filariasis dilaksanakan di daerah endemis filariasis yaitu daerah dengan angka mikrofilaria rate (Mf Rate ) > 1%. Angka mikrofilaria Rate ini didapatkan melalui survei 38

42 darah jari yang dilaksanakan di daerah yang memiliki kasus klinis filariasis. Pengobatan massal dilaksanakan dengan unit pelaksanaan Kab/Kota. Pengobatan ini bertujuan untuk memutus rantai penularan filariasis dengan menurunkan angka mikrofilaria menjadi < 1% dan menurunkan kepadatan rata-rata filarianya. Pengobatan massal dilaksankan secara serentak terhadap semua penduduk yang memiliki persyaratan untuk menjadi sasaran pengobatan dan tinggal di daerah endemis filariasis. Pengobatan ini dilaksanakan setahun sekali selama minimal 5 tahun berturut-turut, dengan menggunakan kombinasi obat dietilkarbamazin citrit (DEC) dan Albendazol. Dosis DEC diberikan berdasarkan kelompok umur sasaran sedangkan Albendazol diberikan sebagai dosis tunggal yaitu sebesar 400 mg. Pengobatan massal filariasis telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan sejak tanggal 28 April 2002 di Desa Mainan, Kecamatan Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasi Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, telah dicanangkan pula bulan eliminasi kaki gajah (Belkaga) dalam rangka upaya percepatan eliminasi filariasis di Indonesia pada 1 Oktober 2015 oleh Menteri Kesehatan RI. Disamping pengobatan massal filariasis dilakukan pula penatalaksanaan kasus klinis filariasis dalam upaya pencegahan dan pembatasan kecatatan penderita kronis filariasis. Dalam tatalaksana ini, semua penderita kasus klinis yang tinggal di daerah endemis maupun tidak endemis diberikan obat DEC. Selain diberikan obat, pada penderita dengan gejala klinis kronis, dilakukan perawatan anggota tubuh yang membengkak melalui 5 basic hygiene agar anggota tubuh yang sudah cacat tersebut tidak bertambah berat derajat kecacatannya. Kecacingan merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama dikalangan anak sekolah dasar dan balita. Kecacingan dapat mengakibatkan menunrunnya kondisi kesehatan, gizi, keceerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Kecacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.sesuai dengan kebijakan otonomi daerah dimana pelaksanaan dari berbagai program kesehatan adalah pemerintah daerah kabupaten /kota, maka Program pengendalian kecacingan termasuk program yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten sesuai dengan kebijakan program pengendalian kecacingan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan. BBTKLPP sebagai UPT Kemenkes Pusat dibawah Direktorat Pengendalian Penyakit akan melakukan kajian surveilans faktor risiko penyakit kecacingan. Survei Evaluasi Pasca POMP Filariasis Untuk menilai keberhasilan POMP fialriasis yang telah dilaksanakan di daerah endemis selama 5 tahun dan untuk menghentikan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di daerah endemis perlu dilaksanakan survey penilaian transmisi dengan tujuan 39

43 untuk mengetahui jumlah antigen/ antibody positif yang dibandingkan dengan nilai ambang batas kritis yang telah ditetapkan di masing-masing Kab/ Kota yang melaksanakan kegiatan survey penilaian transmisi (Transmission Assessment Survey/ TAS). TAS dapat dilaksanakan pada daerah endemis yang telah melaksanakan POMP filariasis selama minimal 5 tahun berturut turut dengan cakupan penduduk minum obat minimal 65% dari total penduduk. Kriteria Pelaksanaan Survei Penilaian Transmisi (TAS): Survey penilaian transmisi dilakukan di masing masing EU (Evaluation Unit). EU bisa merupakan 1 IU atau gabungan dari beberapa IU atau 1 IU dipecah menjadi beberapa EU. Per EU tidak lebih dari 2 juta populasi Hasil evaluasi survei darah jari pasca POMP di daerah sentinel dan spot mf rate < 1% Untuk daerah brugia memakai alat diagnostik BmR1 Untuk daerah W.bancrofti memakai alat test diagnostik ICT Pemeriksaan dilakukan pada anak kelas 1 dan 2 SD (bila > 75% anak di daerah tersebut sekolah) atau anak usia 6 7 tahun di komunitas (Bila anak yang bersekolah di daerah tersebut <75%) Metode survey secara cluster atau LQAS. Cara perhitungan cluster dan besar sampel sesuai dengan panduan TAS yang direkomendasikan oleh WHO. 1. Jika jumlahnya < 30 maka kluster adalah Jika > 30, maka jumlah tersebut lah yang menjadi jumlah kluster Contoh: - Jumlah anak SD kelas 1 dan 2 yaitu anak. Maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah anak - Misalkan rata-rata jumlah anak SD kelas 1 dan 2 per sekolah sekitar 40 orang. Maka jumlah kluster yaitu : 40 = 42 - Jadi jumlah kluster adalah 42 - Sehingga setiap kluster akan diambil : 42 = 40 anak sebagai sampel. B. Penerima Manfaat 1) Kegiatan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada Kementerian Kesehatan pada khususnya serta Dinas Kesehatan Provinsi/ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada umumnya dalam upaya pengendalian Penyakit filariasis. C. Strategi Pencapaian Keluaran 15. Metode Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode Cluster atau LQAS 40

44 16. Sasaran : Anak SD kelas 1 dan Tahapan Pelaksanaan a) Persiapan Pelaksanaan Survey Koordinasi dilakukan dengan Dinas kesehatan Provinsi dan Kabupaten Rote Ndao maupun dengan Subdit Kecacingan dan Filariasis. b) Pelaksanaan kegiatan On the job training, penyuluhan kesehatan, pelaksanaan survey c) Laporan Pelaksanaan Laporan ditujukan kepada DirJen Pengendalian Penyakit dan tembusan Kepada Direktorat PPTVZ 18. Matrik Pelaksanaan Kegiatan No Kegiatan Bulan/ Tahun 2017 Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des 1 Koordinasi 2 Pelaksanaan Kegiatan 3 Laporan Pelaksanaan D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Januari Juni E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

45 LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT TB (Kajian faktor risiko dalam rangka pencegahan dan pengendalian TB di kantong kantong penularan TB) TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 4 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular Langsung : Jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati : Layanan Pengendalian Penyakit TB : Layanan H. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum 42

46 Indonesia menduduki peringkat ke tiga dalam daftar High Burden Countries. Insidens TB diperkirakan (laporan WHO 2005) sekitar kasus semua dianosis (285/ ), sedangkan prevalensi semua kasus diperkirakan sekitar 1.4 juta pasien dimana 282,000 kasus baru BTA positif (Perkiraan insidensi 128/ ). Tuberkulosis juga menduduki peringkat 3 daftar 10 penyebab kematian di Indonesia, yang menyebabkan 146,000 kematian setiap tahun (10% mortalitas total). Insidens TB terus meningkat dari tahun ke tahun. Faktor pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat menjadi sebab terjadinya peningkatan insiden TB. Penderita yang tidak displin untuk berobat secara teratur, lamanya pengobatan serta intensitas pengobatan yang terus menerus, disertai dengan kurangnya kesadaran untuk perilaku aman baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat sekitarnya menyebabkan meningkatnya penularan peyakit TB kepada anggota masyarakat lainnya, terutama pada orang orang yang kontak erat dengan penderita TB tersebut. Sulitnya penanganan TB menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di Indonesia. Karenanya, segala upaya harus dilakukan untuk mencegah penularan dan perkembangan kasus. Salah satu caranya adalah melaksanakan tatalaksana pasien TB yang berkualitas dengan tetap menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) atau dikenal dengan strategi pendampingan minum obat. Tujuannya supaya paling sedikit 95 persen pasien TB yang diobati bisa disembuhkan dan pasien TB yang drop out pengobatan dapat dicegah atau dikurangi sehingga tidak melaju menjadi TB MDR. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 19. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 20. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: 43

47 No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Pertemuan persiapan 2 Pelaksanaan kegiatan 3 Penyusunan laporan 4 Diseminasi hasil D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

48 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 4 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular Langsung : Jumlah kabupaten/kota yang eliminasi kusta : Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta : Layanan I. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum 45

49 Kusta merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kecacatan permanen pada penderita jika tidak segera ditangani dengan benar. Kusta disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menular melalui kondisi hygiene sanitasi lingkungan yang buruk. Jawa Timur merupakan provinsi kasus kusta tertinggi di Indonesia. Di Jawa Timur angka prevalensi adalah 1.12 dan daerah endemis kusta tersebar di 12 kab/kota Sepanjang tahun 2013, tercacat kasus kusta baru, dengan angka kecacatan 6,82 per penduduk yang menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia dengan kasus baru kusta terbanyak setelah India ( kasus) dan Brasil ( kasus).( Tahun 2014 dilaporkan kasus kusta baru dimana diantaranya 879 merupakan kasus baru pada anak-anak dan kasus kecacatan tingkat II sebanyak Pada eliminasi kusta di tahun 2013, 20 provinsi berhasil mencapai eliminasi. Pada eliminasi kusta di tahun 2013, masih terdapat 14 provinsi yang belum berhasil melaksanakan eliminasi dan diantaranya adalah Provinsi Jawa Timur. Di Jawa Timur angka prevalensi adalah 1.12 dan daerah endemis kusta tersebar di 12 kab/kota. Provinsi Jawa timur ditargetkan eliminasi kusta pada tahun 2017 dengan kriteria angka prevalensi <1 per penduduk. Antara lain dengan strategi penemuan kasus dan pengobatan dini (data Subdit Kusta dan Frambusia, Kemenkes RI pada Pertemuan Advokasi, Sosialisasi, dan Pelatihan Singkat Kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta, April 2016). Untuk mencegah penularan penyakit ini lebih lanjut, BBTKLPP Surabaya yang memiliki tupoksi antara lain melaksanakan surveilans epidemiologi, kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit menular, dipandang perlu melakukan kegiatan kajian faktor pendukung keberhasilan program eliminasi kusta untuk mengetahui pola penularan dan faktor risiko potensial penularan kusta pada anak sekolah dasar. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 21. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 22. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: 46

50 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Kusta Kepada Masyarakat (Persiapan pelaksaan deteksi dini pencegahan penyakit Kusta) 2 Kajian Faktor Keberhasilan Pengobatan MDT pada Pasien Kusta 3 Kajian Faktor Resiko Terjadinya Relaps pada Pasien Kusta D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

51 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PENYAKIT ISP (DETEKSI DINI KARIER TIFOID PADA KELOMPOK BERISIKO PENJAMAH MAKANAN) TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 6 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular Langsung : Persentase kab/kota yang melaksanakan Pengamatan Karier Tifoid Pada Penjamah Makanan : Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP : Layanan J. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan. 6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 48

52 2. Gambaran Umum Tifoid merupakan penyakit gangguan pencernaan urutan ke-2 terbanyak setelah diare. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyebaran penyakit Tifoid berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta higiene sanitasi pengolahan makanan yang masih rendah. Penyakit ini menular melalui makanan dan minuman yang tercemar atau dapat ditularkan melalui penjamah makanan. Pada tahun 2012 didapatkan data RR untuk jumlah kasus tifoid perut klinis kasus, insiden kumulatif kasus tifoid perut klinis 59,21/ penduduk dan Insiden kumulatif kasus Tifus perut kultur 2,15/ penduduk. Diperkirakan kasus baru / tahun dan Kematian : / tahun, 90% kematian terjadi di Asia. Tifoid di Indonesia terjadi pada umur 2-4 tahun sebesar 148/ penduduk, 5-15 tahun sebesar 180,3/ penduduk dan pada umur >16 tahun sebesar 51,2/ penduduk. Berdasarkan data kasus Tifoid diketahui prevalensi tinggi terjadi pada anak sekolah. Faktor risiko penyebabnya antara lain makanan dan minuman yang terkontaminasi atau penularan dari penjamah makanan. Salah satu persyaratan penjamah makanan menurut Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 adalah tidak menderita penyakit menular dan bukan carrier (pembawa kuman patogen). Dalam rangka upaya penemuan penderita karier tifoid di masyarakat maka selain monitoring juga dilakukan deteksi dini faktor risiko potensial penyebaran penyakit tifoid melalui kegiatan survei penjamah makanan di sekolah. Sejalan dengan rencana aksi kegiatan pengendalian Tifoid yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISP, BBTKLPP Surabaya menyusun rencana deteksi dini faktor risiko potensial penyebaran tifoid melalui kegiatan survei penjamah makanan di sekolah untuk mengetahui pola penularan dan faktor risiko potensial penularan penyakit tifoid pada anak sekolah dasar. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 1. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 49

53 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Pertemuan persiapan 2 Pelaksanaan kegiatan 3 Penyusunan laporan 4 Diseminasi hasil D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

54 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE NORMA STANDAR PROSEDUR KRITERIA (NSPK) PENYAKIT MENULAR LANGSUNG (ANALISIS PENGARUH KEPADATAN HUNIAN TERHADAP KASUS ISPA) TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Unit Eselon II BBTKLPP Surabaya Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa Kegiatan : Surveilans Karantina Kesehatan Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melaksanakan tata laksana ISPA sesuai standard Jenis Keluaran (Output) : Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) Penyakit Menular Langsung Volume Keluaran (Output) : 1 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Dokumen A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum a. Undang Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan b. Peraturan Pemerintah No 66 tahun 2016 tentang Kesehatan Lingkungan c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 876 tahun 2001 tentang Pedoman Teknis dalam Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan d. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 2349/MENKES/SK/IX/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. e. Kepmenkes No : HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Gambaran Umum Lingkungan permukiman merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena selalu berinteraksi dengan manusia. Kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di rumah sehingga kualitas rumah akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas perumahan akan berdampak pada menurunnya angka kesakitan berbagai penyakit. Berdasarkan data Susenas diketahui bahwa Persentase peningkatan rumah sehat kategori baik selama 3 51

55 tahun (tahun 2001 ke tahun 2004) di perkotaan 16% dan di perdesaan ada kenaikan 6%. Hal ini seiring dengan data Sub Direktorat Surveilans yang menunjukkan bahwa angka insidens penyakit Diareper 1000 penduduk di Indonesia pada tahun 2001 dan tahun 2004 ada kecenderungan menurun dari 10,7 menjadi 0,6. Sedangkan angka insidens penyakit Pneumonia per penduduk di Indonesia pada tahun 2001 dan tahun 2004 juga menunjukkan kecenderungan penurunan dari 15,6 menjadi 8,95. Pada umumnya kualitas lingkungan rumah sangat dipengaruhi tingkat ekonomi masyarakat. Padahal seharusnya tidak demikian, rumah sehat tidak selalu identik dengan biaya tinggi, tetapi hal terpenting adalah bagaimana komponen-komponen rumah tersebut mengadopsi syarat rumah sehat. Selain itu juga diperlukan perilaku positip penghuninya dalam menciptakan dan menjaga kualitas rumah sehat. Oleh karena itu dalam rangka melindungi masyarakat dari ancaman bahaya lingkungan yang tidak sehat diperlukan penilaian rumah sehat, sehingga dapat diketahui faktor risiko penyakit berbasis lingkungan secara dini. Dengan demikian dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan lebih dini pula. Dalam penilaian rumah sehat kali ini juga dilakukan pengukuran kualitas udara ruang maupun udara bebas (ambien) di lingkungan perumahan. Walupun dalam pedoman teknis penilaian rumah sehat tidak ada, tetapi kualitas udara ruang merupakan faktor risiko penyakit berbasis lingkungan. Oleh karena itu pengukuran kualitas udara perlu dilakukan dalam penilaian rumah sehat untuk memberikan bahan masukan bagi penyusunan Norma Standard, Pedoman dan Kriteria (NSPK) tentang kepadatan hunian rumah sebagai salah satu faktor risiko terjadinya ISPA. B. Penerima Manfaat Kegiatan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat,dinas Kesehatan serta lintas sektor terkait lainnya dalam pengembangan rumah sehat dan penurunan kejadian ISPA di wilayah kabupaten/kota terpilih. C. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan secara swakelola. 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan dibagi menjadi 4 sub kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan sebagai berikut : 52

56 a. Jejaring kerja dan koordinasi kegiatan dengan Dinas Kesehatan / lintas sektor yang terkait pada Kabupaten/Kota terpilih berdasarkan data penyakit yang ada. b. Pengumpulan data di lapangan Pengumpulan data primer berupa pengambilan media lingkungan dan data kesehatan masyarakat dengan desain kasus-kontrol yaitu pada penderita ISPA dan tidak menderita ISPA - Mengukur kualitas lingkungan di pemukiman) yang meliputi udara ambient dan udara ruang perumahanbaik kualitas fisik, kimia maupun mikrobiologi. - Melakukan inspeksi sanitasi rumah sehat - Melakukan wawancara mengenai PHBS dari masyarakat c. Pemeriksaan contoh uji di laboratorium d. Menganalisis hubungan antara kualitas lingkungan dengan kejadian ISPA e. Penyusunan laporan Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur (Kab.Gresik dan Kab.Malang), Bali (Kab.Jembrana), NTB (Kab.Lombok Barat) yang mewakili pemukiman dengan kepadatan penduduk tinggi dan satu pemukiman dengan kepadatan rendah. Kegiatan dijadwalkan pada April Agustus 2017 dengan jadwal sebagai berikut : No Kegiatan Bulan Jan Feb Mar Apr Juni Juli Agst 1 Pembuatan Kerangka Acuan operasional dan x RPA 2 Perencanaan operasional kegiatan x 3 Koordinasi dan sosialisasi x 4 Pengadaan bahan dan raeagensia x x 5 Pengumpulan data X 6 Pengujian Laboratorium X x 7 Analisis faktor risiko, Analisis data x 8 Penyusunan laporan x 9 Diseminasi laporan x D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu yang diperlukan untuk mencapai keluaran kegiatan ini adalah selama 5 bulan, yaitu antara April sampai dengan Agustus tahun

57 E. Biaya Biaya pelaksanaan kegiatan sebesar Rp ,- BBTKLPP Surabaya tahun anggaran dibebankan pada DIPA Penanggung Jawab Kegiatan a.n. Kepala Kepala Bidang ADKL Joko Kasihono, ST,M.Kes NIP

58 KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN POSBINDU PTM (KAJIAN FAKTOR RISIKO PTM PADA USIA PRODUKTIF) TAHUN ANGGARAN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya Program Hasil (Outcome) Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 2 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular : Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB : Layanan Posbindu PTM : layanan K. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum 1. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana 3. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) 4. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. 5. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 6. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular 2. Gambaran Umum Indonesia merupakan salah satu negara berpopulasi tinggi di dunia dengan jumlah penduduk usia produktif (15 hingga 64 tahun) yang sangat besar, data menunjukan 70% dari total jumlah penduduk kita adalah usia angkatan kerja, namun kualitasnya masih relatif rendah 55

59 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar kematian akibat PTM tahun 2012 sebesar 59,2 %. Data oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyatakan bahwa pada enam bulan pertama pelaksanaan dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyakit kardiovaskuler, stroke, gagal ginjal, diabetes dan kanker - menduduki peringkat teratas klaim biaya rawat inap di antara penyakit-penyakit katastropik lainnya. Singkatnya, tanpa upaya gizi yang berarti, masalah gizi dapat terus meningkat, menekan daya saing bangsa dan memperlambat laju ekonomi nasional. Trend ini kemungkinan akan berlanjut sering dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll). Tanpa intervensi yang berarti, beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyeksi dapat terus meningkat. Pencegahan PTM adalah kewajiban semua orang, pendekatan multi sektoral merupakan kunci untuk pencegahan dan pengendalian PTM (Kemenkes RI, 2012). Upaya pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM dilakukan melalui pengembangan posbindu PTM. Penyelenggaraan deteksi dini faktor risiko PTM terpadu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Upaya integrasi Posbindu PTM perlu dilakukan BBTKL PP Surabaya dengan memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada. Kelompok masyarakat usia produktif dengan akitvitas seperti nelayan, petani dan tempat sekolah merupakan kelompok yang sudah terorganisir dengan sasaran yang relatif mudah dikumpulkan. Pelaksanaan deteksi dini faktor risiko PTM belum menjangkau beberapa kelompok khusus tersebut. Sehingga dengan sumber daya yang yang ada diharapkan terjalin kerja untuk pelaksanaan posbindu di lokasi tersebut dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten terpilih dan puskesmas. B. PENERIMA MANFAAT Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN 1. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: 56

60 No Kegiatan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Persiapan dan koordinasi 2 Pelaksanaaan kajian faktor risiko 4 Penyusunan laporan & konsultasi 5 Diseminasi informasi D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2017 E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2017 sebesar Rp ,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Penanggung jawab a.n Kepala Kepala Bidang SE Dra. Siswati Kesumawardani MM NIP

61 KERANGKA ACUAN KEGIATAN LAYANAN INTERNAL (OVER HEAD) TA 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/II : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/ BBTKLPP Surabaya Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah sarana prasarana perkantoran di Satker Pusat, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Jenis Keluaran (Output) : Layanan Internal (Over Head) Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Volume Keluaran (Output) : 12 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Bulan Layanan A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum a. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah ; b. Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun 2010 ; c. Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ; d. Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional ; e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 266/Menkes/SKlIII/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular ; g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PERIXI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ; h. Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun

62 2. Gambaran Umum Perencanaan merupakan tahap awal dari fungsi-fungsi manajemen suatu program/kegiatan. Perencanaan yang disusun mengacu pada hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan sebelumnya sebagai dasar penentuan tujuan/sasaran dan strategi mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan/sasaran satker secara kontinyu. Oleh karena itu, perencanaan merupakan proses yang sangat menentukan keberhasilan suatu program/kegiatan. 3. Analisa Situasi BBTKLPP Surabaya mempunyai wilayah layanan yang mencakup 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT, dengan perbedaan berbagai karakter geografis, sosial, ekonomi, maupun budaya. Diantara wilayah tersebut merupakan daerah prioritas pembangunan kesehatan yaitu tertinggal, perbatasan, kepulauan, kumuh dan miskin. Berbagai macam penyakit yang harus dikendalikan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia masih banyak dijumpai baik new emerging diseases, re emerging diseases serta penyakit tidak menular. Masing-masing wilayah memiliki dinamika pola kejadian penyakit dan kualitas lingkungan yang berbeda dipengaruhi karakter geografis, alam, sosial, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu perencanaan harus disusun secara cermat dengan optimalisasi sumber daya dan berorientasi pada tujuan, sehingga efektif dan efisien dalam mencapai prioritas sasaran pembangunan kesehatan. 4. Permasalahan Permasalahan dalam perencanaan BBTKLPP Surabaya antara lain kurang optimalnya sinergi rencana kegiatan dengan kabupaten/kota serta kurang optimalnya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. 59

63 5. Alternatif Pemecahan Masalah Upaya yang dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah adalah : 1. Sosialisasi dan sinkronisasi kegiatan dengan kabupaten/kota; 2. Peningkatan efetivitas melalui penyusunan rencana kegiatan sesuai dengan permasalahan kesehatan wilayah layanan dan berorientasi pada tujuan/sasaran prioritas nasional pembangunan kesehatan; 3. Peningkatan efisiensi kegiatan melalui optimalisasi sumber daya yang ada serta mengurangi kegiatan dan belanja anggaran yang kurang mempunyai daya ungkit besar terhadap kinerja satker. B. Penerima Manfaat Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah BBTKLPP Surabaya, masyarakat jasa layanan laboratorium BBTKLPP, dan para pemangku kebijakan di daerah. C. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Strategi atau langkah kegiatan yang diupayakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan layanan internal dengan menggunakan metode pelaksanaan swakelola dan kontrak. 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Tahapan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam melaksanakan kegiatan layanan internal yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : a. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran b. Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan c. Penyusunan Rencana Program d. Pelaksanaan Pemantauan dan Informasi e. Penyusunan Laporan Keuangan f. Pengelola Perbendaharaaan g. Pengelolaan Kepegawaian h. Pelayanan Umum dan Perlengkapan i. Pelayanan Rumah Tangga j. Pelayanan Humas k. Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi 60

64 No Untuk rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut: Kegiatan 1 Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan 3 Penyusunan Rencana Program 4 Pelaksanaan Pemantauan dan Informasi 5 Penyusunan Laporan Keuangan 6 Pengelola Perbendaharaaan 7 Pengelolaan Kepegawaian 8 Pelayanan Umum dan Perlengkapan 9 Pelayanan Rumah Tangga 10 Pelayanan Humas 11 Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Keluaran kegiatan ini harus dicapai dalam waktu satu tahun anggaran, yakni Bulan Januari hingga Desember E. Biaya yang Diperlukan Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pencapaian output kegiatan ini yang bersumber dari DIPA Satker BBTKLPP Surabaya TA sebesar Rp ,-. Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bagian Tata Usaha Budi Santoso NIP

65 KERANGKA ACUAN KEGIATAN LAYANAN PERKANTORAN TA 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/II : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/ BBTKLPP Surabaya Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah bulan layanan kantor pada Satker Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jenis Keluaran (Output) : Layanan Perkantoran Volume Keluaran (Output) : 12 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Bulan Layanan F. Latar Belakang i. Dasar Hukum a. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah ; b. Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun 2010 ; c. Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ; d. Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional ; e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 266/Menkes/SKlIII/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular ; g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PERIXI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ; h. Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun j. Gambaran Umum Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya merupakan UPT Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab kepada Dirjen P2P sesuai dengan Kepmenkes 266 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tatakerja UPT di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. BBTKLPP Surabaya dalam pengelolaan organisasi 62

66 dan tata kerja sebagai UPT di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diatur dalam Permenkes No Tahun Organisasi di bawah naungan Direktorat Jenderal P2P, BBTKLPP Surabaya melaksanakan program di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan menyelenggarakan layanan publik sebagai lembaga penerima PNBP sesuai dengan peraturan perundangan di bidang layanan laboratorium dan jasa pendidikan pelatihan teknis. G. Penerima Manfaat Penerima manfaat dari output layanan perkantoran ini adalah seluruh pegawai BBTKLPP Surabaya. H. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Strategi atau langkah kegiatan yang diupayakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan operasional kantor baik itu untuk belanja pegawai maupun belanja operasional perkantoran dengan menggunakan metode pelaksanaan swakelola. 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Tahapan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam melaksanakan kegiatan operasional perkantoran yang terdiri dari : a. Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemenuhan hak-hak pegawai berupa pembayaran hak pegawai, lembur, honor dan vakasi yang terdiri dari : 1) Belanja gaji pokok PNS (termasuk gaji pokok PNS ke-13 dan ke-14) 2) Belanja pembulatan gaji pokok PNS 3) Belanja tunjangan suami/istri PNS 4) Belanja tunjangan anak PNS 5) Belanja tunjangan struktural PNS 6) Belanja tunjangan fungsional PNS 7) Belanja tunjangan kinerja PNS 8) Belanja tunjangan PPh PNS 9) Belanja tunjangan beras PNS 10) Belanja uang makan PNS 11) Belanja tunjangan umum PNS 12) Belanja uang lembur 63

67 No 13) Belanja tunjangan perbaikan penghasilan PNS 14) Belanja tunjangan kinerja b. Kegiatan Operasional Perkantoran Kegiatan ini merupakan kegiatan penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran, antara lain : 1) Keperluan sehari-hari perkantoran 2) Pengadaan makanan dan minuman penambah daya tahan tubuh/uang makan PNS 3) Pengadaan pakaian dinas pegawai 4) Pengadaan pakaian kerja pengemudi/pramubakti/satpam/tenaga teknis lainnya 5) Perawatan gedung kantor 6) Perbaikan peralatan kantor 7) Perawatan kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 8) Langganan daya dan jasa 9) Jasa pos/giro/sertifikat 10) Penunjang kegiatan operasional perkantoran 11) Blanko/kop surat keperluan perkantoran 12) Sewa rumah dinas 13) Pemeriksaan Risiko Kesehatan 14) Jamuan tamu 15) Pemeliharaan Lift 16) Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah 17) Pemeliharaan Alat Laboratorium Untuk rencana pelaksanaan output layanan perkantoran pada tahun anggaran 2017, pelaksanaannya diatur sebagai berikut : Kegiatan 1 Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan 2 Kegiatan Operasional Perkantoran 3 Penyusunan laporan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 64

68 I. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Keluaran kegiatan layanan perkantoran ini harus dicapai dalam waktu satu tahun anggaran Januari hingga Desember J. Biaya yang Diperlukan Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan ini bersumber dari DIPA Satker BBTKLPP Surabaya TA sebesar Rp ,-. Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bagian Tata Usaha Budi Santoso NIP

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN LAKIP 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BBTKLPP SURABAYA LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TAHUN 2017 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pencegahan dan KKP Kelas I Soekarno-Hatta Area Perkantoran Bandara Soekarno-Hatta Email: kkp.soekarnohatta@yahoo.co.id ; www.kkpsoetta.com

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.878, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. UPT Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2349/MENKES/PER/XI/2011

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SATUAN KERJA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2013 Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN CC: KKP Kelas I batam MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya aktifitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT YOGYAKARTA Jalan Wiyoro Lor No.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 24 Mei 2017

Revisi ke 01 Tanggal : 24 Mei 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017 Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP SISTEMATIKA PENYAJIAN RENCANA AKSI PROGRAM (RAP) RANCANGAN INDIKATOR RAK BTKLPP SISTEMATIKA RAK PERJANJIAN KINERJA MONITORING CAPAIAN RAK RENCANA TINDAK

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/543/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA BULAN PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL DALAM RANGKA ELIMINASI FILARIASIS TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN 1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.5-/216 DS7838-314-681-8296 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara berkembang maupun di negara yang sudah maju di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Katalog Buku Pedoman pada Seksi P2P PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Seksi P2P DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG BIDANG PENCEGAHAN & PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017

LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017 LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan point of entry (pintu masuk) negara yang berpotensi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Sutjipto PKMK FK UGM Disampaikan pada Kursus Kebijakan HIV-AIDS 1 April 216 1 Landasan teori 2 1 EPIDEMIOLOGY (Definisi ) 1.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk itu pembangunan kesehatan hendaknya dilakukan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R e n c a n a A k s i K e g i a t a n RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R encana Aksi Kegiatan RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 0221-0435-5800-5575 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/MENKES/SK/III/00 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR MENTERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN INDONESIA SEHAT 2010 PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1 Regulasi Undang-Undang

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

Terlampir. Terlampir

Terlampir. Terlampir KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG PENYAKIT VIRUS EBOLA SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/498/2017 TENTANG TIM PENANGGULANGAN MALARIA TERPADU BUKIT MENOREH DI KABUPATEN PURWOREJO DAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Konsep kesehatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2014 KEMENKES. Kantor Kesehatan. Pelabuhan. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL

PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN Ditjen PP dan PL Kerangka Pikir Pengelolaan PP dan PL Upaya Kes Pusat PP & PL dalam UU 36/2009 ttg Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular -SE -PFR

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO 2015 Jl. Tanjung Tembaga Baru Probolinggo Telp. (0335) 421917 421918 Fax. (0335) 421918 Email : kkpprobolinggo@yahoo.com KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/633/2016 TENTANG TIM KOORDINASI PENGUATAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/633/2016 TENTANG TIM KOORDINASI PENGUATAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/633/2016 TENTANG TIM KOORDINASI PENGUATAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/221/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/221/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/221/2016 TENTANG, DAN, SERTA PENDUKUNG DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci