BAB VII KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN. 7.1 Keberlanjutan Kelembagaan dalam Konteks Lokal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN. 7.1 Keberlanjutan Kelembagaan dalam Konteks Lokal"

Transkripsi

1 BAB VII KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN 7.1 Keberlanjutan Kelembagaan dalam Konteks Lokal Keberlanjutan menurut penuturan petani setempat adalah kemampuan untuk terus-menerus memproduksi padi. Implikasi lebih lanjut adalah bahwa untuk dapat terus-menerus memproduksi padi maka harus mendapat dukungan dari para pelaku terkait dan tata aturan yang mengatur proses-proses tersebut. Kelembagaan-kelembagaan yang sudah terbentuk dalam sistem pertanian padi sehat berperan penting dalam menjamin keberlanjutan tersebut. Keberlanjutan kelembagaan yang dimaksud diindikasikan dengan adanya ketahanan sistem sosial masyarakat setempat. Terdapat dua elemen yang menjadi alat untuk mencapai kondisi tersebut yaitu adanya pengorganisasian sosial dan teknik sosial. Pengorganisasian sosial komunitas petani padi sehat di Kampung Ciburuy tampak dengan terbentuknya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat tersebut. Masing-masing pelaku dengan statusnya memainkan peranan sosial dengan mekanisme yang diatur oleh kontrak-kontrak sosial. Hak dan kewajiban sosial dijalankan seiring dengan mekanisme penguatan kepatuhan terhadap komitmen dalam kontrak-kontrak sosial yang dibangun. Sebagaimana petani penggarap dan pemilik lahan membangun sistem penguasaan dan pengelolaan lahan sehingga membentuk kelembagaan penguasaan lahan, juga sebagaimana petani penggarap dengan petani peternak kambing melakukan transaksi jual beli kotoran hewan ternak atau kesepakatan peminjaman kotoran hewan ternaknya untuk digunakan pupuk sehingga membentuk kelembagaan penyedia pupuk alami. Demikian juga dengan kelembagaan-kelembagaan lain yang dibentuk dengan adanya pola-pola hubungan antara pelaku, basis kepatuhan, dan mekanisme yang dijalankan sebagaimana yang telah diuraikan pada Tabel 23 di bab sebelumnya. Meskipun tingkatan norma yang diberlakukan berada pada norma cara dan kebiasaan, akan tetapi terdapat basis legitimasi yang mengatur pemberian sanksi kepada para pelaku yang melanggar komitmen-komitmen. Hal tersebut merupakan bentuk mekanisme untuk menjaga kepatuhan para pelaku 133

2 terhadap kontrak-kontrak sosial yang dibangun, sekaligus mendorong proses pelembagaan agar terus berlangsung. Pada intinya, pengorganisasian sosial diwujudkan dengan berjalannya mekanisme berbagai kelembagaan yang terbentuk dalam sistem pertanian padi sehat Pengorganisasian sosial yang terbentuk dalam sistem pertanian padi sehat juga tampak dengan adanya pola-pola hubungan dalam penguasaan lahan, mekanisme hubungan kerja, adanya kegiatan-kegiatan penyuluhan yang mendorong peningkatan fungsi dan peran ketua kelompok sebagai manajer pengendali mutu. Selain itu, juga terdapat kegiatan sekolah lapang yang ditujukan kepada taruna tani untuk meregenerasikan pengetahuan mengenai sistem budidaya padi sehat. Pengorganisasian sosial para petani juga tampak dengan keterlibatan mereka dalam koperasi kelompok tani Lisung Kiwari. Kepatuhan pada komitmen dan tata aturan, rasa percaya yang tinggi pada pemimpin, toleransi tinggi antara petani menjadi hal-hal yang mendasari pengorganisasian sosial tersebut. Adapun teknik sosial merupakan teknik untuk mempercepat koordinasi aksi sosial. Teknik sosial lebih seringkali diinisiasi oleh Pak Haz selaku tokoh masyarakat dan Pak Edd selaku penyuluh pertanian setempat. Pembelajaran sosial dilakukan dalam konteks kegiatan penyuluhan melalui pertemuan dan diskusi rutin dengan waktu yang ditentukan bersama dengan para petani. Hal penting lainnya yang menjadi bagian dari teknik sosial adalah disusunnya SOP Budidaya Padi Sehat yang kini menjadi indikator budidaya padi bagi komunitas petani padi sawah di Kampung Ciburuy. Selain itu, tampak pula adanya dukungan antara kelembagaan dalam mengembangkan sistem pertanian padi sehat tersebut. Tabel 24 menguraikan secara lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dan teknik sosial telah yang diupayakan. 7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Kelembagaan dalam Sistem Padi sehat Bekerjanya elemen pengorganisasian sosial dan teknik sosial dalam membangun keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Tabel 25). Bentuk-bentuk kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kepemimpinan, adanya aturan tertulis, aturan tidak tertulis, proses pendirian 134

3 kelembagaan, dan partisipasi komunitas. Adapun faktor eksternal yaitu tata kelola yang baik dalam sistem pemerintahan, jejaring kerjasama antar kelembagaan, dan ketersediaan sarana dan prasarana umum. Tabel 24. Bentuk Kelembagaan dan Teknik Sosial dalam Sistem Pertanian Padi Sehat di Kampung Ciburuy Bentuk Kelembagaan Kelembagaan Penyedia Pupuk dan Pestisida Kelembagaan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Kelembagaan Kelompok Tani Kelembagaan Penyuluhan Kelembagaan Pasca Panen Kelembagaan Distribusi Sumber : Data Primer, 2009 Teknik Sosial Adanya sosialisasi terus-menerus hingga sebagian besar petani padi tidak menggunakan pestisida kimia Penggunaan pupuk kandang dengan proporsi yang sudah mendominasi Pengomposan jerami untuk meningkatkan kadar KCL dalam tanah sebagai pengganti urea Pemanfaatan bahan-bahan alami untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman Adanya penyedia input produksi pertanian dan sarana permodalan Adanya tokoh masyarakat yang aktif dan responsif Adanya kesadaran para anggota kelompok tani untuk menerima dan menerapkan sistem budidaya padi sehat Adanya peran dan fungsi ketua kelompok sebagai Manajer Pengendali Mutu (MPM) Adanya pemanfaatan pengetahuan lokal komunitas petani setempat dalam budidaya padi sehat ini Adanya pertemuan rutin antara penyuluh dengan ketua kelompok tani yang disertai oleh Ketua Gapoktan Silih Asih. Adanya pengawasan bersama pada proses pascapanen yang dilakukan oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dengan Lembaga Pertanian Sehat sebagai lembaga mitra Adanya peran kemitraan antara koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dengan Lembaga Pertanian Sehat yang menyediakan jaminan pasar Menurut penuturan petani, perkembangan sistem pertanian padi sehat itu sendiri sangat didominasi oleh adanya faktor kepemimpinan Pak Haz selaku tokoh masyarakat dan perintis sistem pertanian tersebut. Segala bentuk sumber kepemimpinan Pak Haz menjadi faktor semakin kuatnya daya kharismatik beliau ditengah-tengah komunitas petani. Mulai dari faktor usia, pengalaman, 135

4 kemampuan intelektual dan kekayaan dimiliki oleh Pak Haz. Faktor penting lainnya menurut petani setempat adalah keberadaaan koperasi kelompok tani yang berperan sebagai jaminan pasar hasil panen padi mereka. Para petani memperoleh dana tunai dari hasil penjualan panen mereka sehingga dana tersebut dapat segera digulirkan untuk memenuhi kebutuhan dan modal usahatani pada musim tanam berikutnya. Namun, secara garis besar diketahui bahwa bentuk-bentuk kelembagaan yang berkembang dalam sistem pertanian padi sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu adanya aturan tidak tertulis, proses pendirian kelembagaan, adanya partisipasi komunitas, terbangunnya jejaring kerjasama antar kelembagaan dan adanya ketersediaan sarana dan prasarana umum. Aturan tidak tertulis menjadi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaanoleh karena kelembagaan-kelembagaan tersebut dibentuk dengan adanya kewajiban-kewajiban sosial dari para pelaku yang terlibat didalamnya. Komitmen dan kesepakatan yang dibangun lebih pada aturan yang tidak tertulis namun mengandung sanksi sosial meskipun pada tingkatan norma cara dan kebiasaan. Para pelaku terikat didalam tata aturan kelembagaan tersebut seiring dengan dasar kemunculannya menjadi suatu kontrol sosial dan pengatur diantara para pelaku. Terkait dengan proses pendirian kelembagaan, pada umumnya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat didirikan untuk memenuhi kebutuhan para pelaku yang terlibat sehingga muncul mekanisme atau tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerja tata aturan atau norma yang telah dibangun bersama. Selain itu, semua bentuk kelembagaan tampak melibatkan partisipasi komunitas didalamnya. Hal ini dikarenakan komunitas petani juga menjadi aktor kunci dalam sistem pertanian padi sehat ini. Namun, peranan tersebut juga perlu didukung oleh adanya pelaku lain, sehingga faktor terbentuknya jejaring kerjasama antar kelembagaan juga sangat mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat. Sebagai suatu sistem, kelembagaan untuk pengaturan input, produksi, dan output harus senantiasa berjalan sinergis sehingga mencapai tujuan bersama. Faktor lain yang mempengaruhi adalan ketersediaan sarana dan prasarana umum seperti halnya ketersediaan jalan dan kemudahan sarana transportasi untuk mengakses Kampung Ciburuy. Sarana tersebut memberi kemudahan antar pelaku untuk berinteraksi dan 136

5 saling bertukar informasi, terlebih dengan semakin berkembangnya sarana telekomunikasi seperti telepon genggam dan akses internet di Kampung Ciburuy. Untuk faktor eksternal terkait dengan adanya tata kelola yang baik dalam sistem pemerintahan, sejauh ini hanya mempengaruhi kelembagaan koperasi dan kelembagaan penyuluhan. Hal ini dikarenakan kedua lembaga merupakan lembaga berbadan hukum sehingga dalam proses pembentukan kelembagaan pun melibatkan elemen-elemen regulatif. Kelembagaan koperasi misalnya, dengan adanya pengelolaan program-program pendanaan dari Departemen Pertanian melalui Dinas Pertanian, maka koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dapat mengakses bantuan-bantuan dana pemerintah untuk menjadi modal di komunitas petani. Selain itu, dengan adanya tata kelola yang baik di tingkat struktur dinas pengelolaan penyuluhan di tingkat pusat dan di tingkat kecamatan, maka kelembagaan penyuluhan di Kampung Ciburuy dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, di tingkat pemerintah lokal sendiri khususnya di tingkat Desa Ciburuy, belum tampak adanya bentuk tata kelola terkait dengan pengembangan bidang pertanian ataupun bidang pertanian organik. Sejauh ini, pemerintah setempat memberikan dukungan seperti pengurusan berbagai urusan administrasi, memberikan ijin-ijin pelaksanakaan kegiatan pelatihan, ijin penyelenggaraan kegiatan penelitian, dan berpartisipasi mengadakan kunjungan dinas ke lokasilokasi pertanian di Desa Ciburuy. Ketersediaan sarana dan prasarana menjadi faktor penting khususnya dalam mendukung keberlanjutan kelembagaan koperasi, kelembagaan kelompok tani, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan pasca panen, dan kelembagaan distribusi. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti pada kelembagaan koperasi terdapat lokasi penjualan input pertanian, lokasi penjualan sembako, lokasi penjualan pulsa, lengkap dengan sarana komputer yang memiliki sistem barcoding barang-barang yang dijual oleh koperasi. Pada kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan penyuluhan, sarana dan prasarana yang dimiliki adalah berupa saung pertemuan, ruang belajar kelompok, ruang mushola, toilet, ruang sekertariat penyuluh yang dilengkapi dengan komputer, lemari, meja tulis, dan tempat tidur untuk penyuluh setempat. Adapun pada kelembagaan pasca panen dan kelembagaan distribusi, sarana dan prasarana yang mendukung adalah adanya 137

6 lokasi penggilingan beras, lokasi penjemuran padi, gudang pupuk, gudang alat mesin pertanian, ruang penapian beras, ruang pengemasan beras SAE. Selain itu, juga terdapat sarana transportasi yaitu kendaraan (mobil pick-up) untuk mengangkut hasil panen padi dari lahan petani ke koperasi kelompok tani Lisung Kiwari. Tabel 25. Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Kelembagaan dalam Sistem Pertanian Padi Sehat di Kampung Ciburuy Bentuk Kelembagaan Kepe mimpin an Atur an Tertulis Faktor Internal Aturan tidak Tertulis Proses pendiri an kelembagaan Parti sipasi Ko muni tas Tata kelola yang baik dalam sistem pemerin tahan Faktor Eksternal Jejaring Kerja sama antar kelemba gaan Keter sediaan Sarana dan Prasa rana Umum Kelembagaan untuk Pengaturan Input Kelembagaan Penguasaan x x V V V x V x Lahan Kelembagaan Penyedia Pupuk x x V V V x V x dan Pestisida Kelembagaan Koperasi Kelompok Tani V V V V V V V V Lisung Kiwari Kelembagaan Kelompok Tani V x V V V x V V Kelembagaan Penyuluhan V V V V V V V V Kelembagaan untuk Pengaturan Produksi Kelembagaan Hubungan Kerja x x V V V x V x Kelembagaan Panen x x V V V x V x Kelembagaan untuk Pengaturan Output Kelembagaan Pasca Panen V V V V V x V V Kelembagaan Distribusi V V V V V x V V Sumber : Data primer, 2009 Keterangan : V = faktor yang mempengaruhi X = faktor yang tidak mempengaruhi 138

7 7.3 Kendala yang Dihadapi untuk Mencapai Pertanian Berkelanjutan Dalam perkembangannya, kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat sudah terbentuk dan didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan tersebut. Akan tetapi, masih terdapat berbagai kendala struktur dan kendala kultur sehingga menjadi kendalam untuk mencapai pertanian berkelanjutan baik pada dimensi sosial, ekonomi, dan ekologi. Hal ini terkait oleh karena sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy masih berada dalam proses pergeseran dari sistem pertanian padi non-organik menuju sistem pertanian organik murni. Kendala struktur lebih terkait dengan masalah-masalah peran dan status yang berdampak pada penguasaan aset dan pengambilan keputusan seperi halnya tejadinya dominasi kepemimpinan dan kecenderungan monopoli usaha jual-beli beras di Kampung Ciburuy tersebut. Adapun kendala kultur lebih terkait dengan budaya, nilai, norma, sikap komunitas petani, kepatuhan kepada pemimpin, menjaga komitmen dan keharmonisan hubungan. Kendala umum yang tampak adalah bahwa komunitas petani setempat tidak memiliki aset komunitas. Sebagian besar aset produksi dikuasai oleh tokoh masyarakat setempat dan keluarganya sehingga menjadi kendala tersendiri dalam mewujudkan proses pemberdayaan komunitas. Penguasaan aset produksi ini berdampak pada proses-proses pengambilan keputusan di tingkat komunitas. Implikasi lebih lanjut, merujuk pada tipe partisipasi Arnstein (1969), partisipasi komunitas petani pun tampaknya hanya berada pada tipe partisipasi informasi dan konsultasi atau pada tingkatan tokenism. Artinya, komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat tetapi tidak ada jaminan kalau pendapat komunitas akan diakomodasi. Tokoh masyarakat setempat mendominasi pengambilan keputusan terlebih keputusan-keputusan yang terkait dengan pemanfaatan sejumlah aset produksi yang beliau miliki. Seperti halnya untuk membangun kerjasama mengelola beras SAE ini, atau untuk menerima program bantuan dana pengembangan kelompok tani. Semua bentuk pengelolaan pendanaan dan administrasi terkait dengan pengembangan kelompok tani berada di tangan beliau. Hal ini pun mengingat posisi Pak Haz sebagai ketua Gabungan Kelompok Tani Silih Asih yang bertanggung jawab atas pengelolaan program 139

8 tersebut. Hingga saat ini pun, belum ada orang atau anggota keluarga yang dapat menggantikan kepemimpinan beliau. Kendala umum lain yang tampak adalah bahwa sistem pertanian padi sehat ini tidak berperspektif gender. Hal ini dikarenakan pembagian kerja pada komunitas petani setempat cenderung bias gender. Pembagian kerja sudah menentukan mana yang umumnya dikerjakan oleh laki-laki dan mana yang umumnya dikerjakan oleh perempuan. Padahal, sistem pertanian organik pada prinsipnya ditujukan untuk memberi ruang artikulasi bagi para perempuan untuk dapat mengakses dan mengontrol sumber daya terkati dengan penerapan sistem pertanian organik tersebut. Akan tetapi, tidak demikian halnya di Kampung Ciburuy. Laki-laki memiliki beban kerja yang lebih banyak dibandingkan perempuan termasuk mengakses, mengontrol, dan mengambil keputusan terkait dengan pengelolaan lahan pertaniannya. Termasuk partisipasi dalam kegiatan kelompok tani, kegiatan koperasi, dan kegiatan penyuluhan lebih didominasi oleh laki-laki. Berbagai kendala juga terdapat teridentifikasi dari setiap bentuk kelembagaan. Pada kelembagaan koperasi kelompok tani Lisung Kiwari, kendala tampak dimana hanya ketua kelompok tani yang mengakses fungsi koperasi dan berperan dalam menjembatani anggota kelompok dengan koperasi tersebut. Beberapa anggota kelompok tani lebih memilih untuk mewakilkan peminjaman input atau modal uang kepada koperasi melalui ketua kelompok. Menurut petani tersebut, lebih mudah berurusan dengan ketua kelompok dibandingkan langsung dengan pengurus koperasi. Sebagian anggota kelompok tani yang lain, memilih tidak menjadi anggota koperasi akan tetapi tetap dapat meminjam input pertanian dan modal uang dengan menyebutkan nama ketua dan nama kelompoknya untuk dicatat oleh Kang Hk selaku pengurus koperasi. Indikasi kondisi tersebut juga tampak dari daftar anggota koperasi koperasi Lisung Kiwari yang menunjukkan bahwa petani padi yang menjadi anggota koperasi hanya 30 persen dari anggota koperasi (Laporan Rapat Tahunan Koperasi Lisung Kiwari Tahun 2008). Ketika penelitian berlangsung, jumlah anggota koperasi tersebut sebanyak 100 orang, jadi petani padi yang menjadi 140

9 anggota koperasi hanya sebanyak 30 orang. Padahal dari data anggota kelompok tani, diketahui total petani padi berjumlah 168 orang. Selain itu, dari Laporan Rapat Tahunan Koperasi Lisung Kiwari Tahun 2008, diketahui bahwa usaha beras SAE tidak menjadi unit usaha koperasi tetapi menjadi usaha Kang Hk pribadi. Hal ini dapat dipahami oleh karena sejumlah sarana dan prasarana seperti lokasi penggilingan beras, lokasi penjemuran padi, gudang pupuk, gudang alat mesin pertanian, ruang penapian beras, ruang pengemasan beras SAE, kendaraan pengangkut hasil panen, traktor, bahkan lahan tempat koperasi tersebut berada merupakan aset keluarga Kang Hk yang berarti juga aset Pak Haz. Termasuk lahan tempat saung pertemuan, ruang belajar kelompok, ruang mushola, toilet, ruang sekertariat juga berada di atas lahan keluarga Pak Haz. Menurut Kang Hk, koperasi membayar uang sewa lahan kepada Pa Haz (selaku atas nama keluarga) sebesar Rp ,- per tahun, sedangkan Gapoktan Silih Asih yang seringkali mengadakan kegiatan di saung pertemuan dan ruang belajar membayar sewa lahan kepada Pak Haz sebesar Rp ,- per tahun. Pada kelembagaan kelompok tani, upaya revitalisasi kelompok tani sudah diupayakan seperti dengan pemilihan kembali ketua kelompok tani dan mengadakan pertemuan inter kelompok tani secara rutin. Ketua kelompok tani sebelumnya tampak kurang aktif menggerakkan anggota kelompoknya baik untuk menyebarluaskan informasi maupun untuk hadir ke saung pertemuan. Oleh karena itu, ketua kelompok tani dipilih kembali dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok mudah ditemui, akses terhadap informasi dari saung pertemuan, responsif terhadap informasi baru, dan bersedia memonitor perkembangan anggota kelompoknya dalam menerapkan sistem pertanian padi sehat. Ketua kelompok terpilih merupakan manajer pengendali mutu yang melakukan pertemuan secara rutin dengan penyuluh dan Pak Haz selaku tokoh masyarakat dan ketua Gapoktan. Pemilihan ketua kelompok ini tampak kurang melibatkan partisipasi para anggota kelompok. Ketua kelompok terpilih pun cenderung adalah orang-orang terdekat Pak Haz, seperti Pak Jy adalah buruh tetap Pak Haz, Pak Suk adalah pekerja pada Kang Hk, Kang Ipg adalah adik Pak Haz, Pak Jum adalah 141

10 buruh tetap Pak Haz yang menjadi operator bajak. Di sisi lain, pemilihan ketua kelompok tersebut pun ditujukan untuk mempermudah koordinasi kelompok tani. Kendala lain yang tampak pada kelembagaan kelompok tani adalah bahwa Sebagian besar petani belum mampu menerapkan sistem budidaya padi sehat karena masih belum mengetahui manfaat dan keuntungannya. Tidak mudah bagi petani untuk merubah kebiasan bertaninya. Pada umumnya, para anggota kelompok lebih mudah mencontoh keberhasilan cara budidaya setelah ketua kelompok mereka berhasil menerapkan cara tersebut. Untuk menerima suatu hal baru, para petani masih berprinsip percaya setelah melihat bukti nyata (seeing is believing). Selain itu, hanya sebagian kecil petani yang sudah menerapkan budidaya padi sehat merujuk pada SOP yang telah disusun. Dari hasil diskusi bersama pada ketua kelompok tani dan pendataan yang telah mereka lakukan, diketahui bahwa tingkat penerapan SOP budidaya padi sehat sangat bervariasi. Oleh karena itu, masih memerlukan waktu dan proses yang cukup lama untuk mencapai sebagian besar petani padi mau dan mampu menerapkan budidaya padi sehat sesuai SOP setempat Pada kelembagaan penyuluhan, pengembangan sistem pertanian organik menjadi bagian program-program dinas pertanian sebagai representasi Departemen Pertanian selaku instansi pemerintah yang bertugas memajukan bidang pertanian di Indonesia. Secara umum, sejauh ini belum adanya kebijakan nasional yang sifatnya peraturan-perundang-undangan yang secara ketat dan focus dalam pengembangan sistem pertanian organik. Kebijakan pemerintah untuk menjalankan Go Organic 2010 baru sebatas pemberian subsidi pupuk dan pestisida organik kepada para petani. Padahal pada prinsipnya, pertanian organik bukan hanya sebatas mengganti pupuk dan pestisida kimia dengan pupuk dan pestisida alami atau organik. Pertanian organik lebih ditujukan untuk mewujudkan sistem pertanian yang merujuk pada prinsip health, ecology, fairness dan care. Sistem pertanian organik lebih diupayakan untuk mendorong kedaulatan, pemberdayaan, partisipasi, dan keswadayaan petani. Sehubungan dengan itu, pemerintah diharapkan dapat mendukung upaya-upaya revitalisasi kelompok tani. Sebagaimana halnya dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, revitalisasi kelompok tani diwujudkan dengan adanya 142

11 program manajer pengendali mutu. Di samping penggalangan dana swadaya dari kelompok-kelompok tani, pemerintah diharapkan dapat memberi bantuan dana untuk mendukung program ini. Lebih lanjut, pemerintah diharapkan lebih berperan dalam pemberian subsidi bagi para petani oleh karena pada tahap awal menerapkan sistem pertanian organik tersebut, para petani relatif mengalami kerugian. Pada tahap awal, sistem ini dapat menurunkan produktivitas oleh karena ekosistem beradaptasi dengan input baru yang bersifat organik. Dalam masa pemulihan, lahan terus beradaptasi untuk meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah. baru setelah stabil, dengan masa tanam berulang kali, sistem pertanian organik ini dapat memberikan keuntungan baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Di samping itu, pemerintah pun lebih diharapkan untuk membantu perluasan pemasaran produk organik, membantu sertifikasi produk namun dengan standar yang mempertimbangkan keragaman aspek lokalitas. Pemerintah pun dapat menentukan harga dasar yang lebih tinggi untuk gabah yang dibudidayakan dengan sistem pertanian organik. Pada kelembagaan produksi, kendala yang dihadapi adalah belum mampunya komunitas petani setempat untuk menghasilkan 100% padi yang dibudidayakan dengan teknik dan prinsip organic karena masih belum bisa lepas dari penggunaan pupuk kimia (urea, TSP, phonska). Selain itu, kualitas air yang mengairi lahan sawah belum teruji bebas polusi/racun kimia dan lahan penanaman padi pun tidak terisolasi dari polusi bahan kimia yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itulah, para petani setempat tidak menyatakan sistem pertanian padi sehat sebagai sistem pertanian organik. Lebih lanjut, cara-cara berproduksi tidak didasarkan pada tata aturan komunal dan hampir tidak ada budaya tradisional yang dilakukan oleh para petani terkait dengan budidaya padi mereka. Ini terkait oleh karena semakin menguatnya komitmen-komitmen yang dibangun menjadi basis kepatuhan para petani dalam menjalankan mekanisme kelembagaan produksi maupun kelembagaan lain. Hal ini pun tidak terlepas dari semakin menguatnya rasionalitas petani seiring dengan nilai-nilai komersialisme yang sangat dominan mewarnai sistem budidaya padi sehat. Sehubungan dengan hal itu, dikembali ditekankan bahwa pada dasarnya 143

12 sistem pertanian organik tidak ditujukan untuk kembali pada sistem pertanian tradisional. Back to nature yang diharapkan adalah kembalinya sistem pertanian pada prinsip-prinsip yang diusung oleh sistem pertanian organic sehingga dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan. Pada kelembagaan pasca panen, kendala yang tampak adalah Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari terkadang kurang menjamin kualitas beras yang dijual. Beras yang sudah dipacking terkadang banyak kutu. Hal ini juga terkait dengan lokasi pengemasan yang kurang terjamin kebersihannya. Pihak LPS terkadang menerima keluhan dari konsumen terkait dengan kondisi ini, dan beras yang sudah dipihak LPS pun terpaksa di retur (dikembalikan) kepada pihak koperasi. Kondisi ini menyebabkan kerugian bagi kedua pihak baik dari biaya, waktu, dan melemahkan komitmen serta kepercayaan antara koperasi-pihak LPSmaupun konsumen. Pada kelembagaan distribusi, beberapa kendala yang tampak adalah harga pembelian gabah ke petani tetap mengikuti harga pasar. Beras yang dibeli oleh koperasi dengan harga yang lebih tinggi dari beras yang bukan padi sehat ditentukan oleh kadar air dalam beras dan kualitas gabah yang dihasilkan. Harga penjualan pun relatif ditetapkan atas dasar kesepakatan antara Kang HK dan petani. Sehubungan dengan itu, adanya jaminan pasar pun tampaknya belum berdampak pada peningkatan pendapatan petani penggarap. Namun, adanya jaminan pasar tersebut memberi kemudahan bagi para petani untuk segera menggulirkan kembali hasil penjualan panen menjadi modal pada musim tanam berikutnya. Ditinjau dari margin keuntungan, memang perlu dicermati biaya dan manafaat yang diperoleh masing-masing pihak. Di tingkat petani, gabah dijual kepada koperasi dengan harga Rp 2100,- per kilogram. Di tingkat koperasi, harga beras sebelum dikemas dijual kepada LPS dengan harga Rp ,- per 5 kilogram atau Rp 6.000,- per kilogram. Di tingkat LPS, beras setelah dipacking dan diberi label dijual kepada distributor dengan harga Rp ,- per 5 kilogram atau Rp 7.800,- per kilogram. Di tingkat distributor, beras dijual kepada konsumen dengan harga Rp ,- per 5 kilogram atau Rp 8.400,- per kilogram. 144

13 Sekilas margin keuntungan dari transaksi jual-beli beras ini tampaknya paling besar diperoleh koperasi dengan margin Rp 3900,- per kilogram, sementara keuntungan di pihak LPS hanya sebesar Rp 1.800,- dan pihak distributor memperoleh keuntungan sebesar Rp per kilogram. Sayangnya, margin keuntungan di tingkat koperasi bukan menjadi bagian keuntungan anggota untuk menjadi bagian perhitungan sisa hasil usaha koperasi. Terlepas dari hal itu, pada saat dikonfirmasikan kepada petani setempat, pada dasarnya mereka mengetahui bahwa margin keuntungan yang lebih besar berada di tingkat koperasi. Akan tetapi, pihak koperasi menjelaskan bahwa keuntungan tersebut memang lebih besar namun tidak segera diperoleh dalam waktu singkat. Pihak koperasi harus menunggu beras laku terjual atau didistribusikan oleh pihak LPS, baru kemudian pihak koperasi memperoleh pembayaran dari transaksi jual-beli tersebut. Selain itu pun, biaya pasca panen lebih banyak dikeluarkan oleh pihak koperasi seperti biaya penggilingan, penapian, pengepakan, dan penyimpanan menjadi bagian resiko pihak koperasi. Lebih lanjut, Kang HK menjelaskan bahwa para petani meskipun dengan harga jual gabah yang lebih rendah dari harga jual beras, namun transaksi dilakukan secara tunai dan langsung. Para petani tidak perlu menunggu pembayaran dari transaksi jual-beli beras sampai gabahnya menjadi beras dan laku terjual hingga konsumen. Merujuk penjelasan kedua pihak ini, dengan mempertimbangkan biaya dan resiko yang harus dikeluarkan oleh para pihak maka pihak-pihak yang terkait pun memandang margin keuntungan yang diperoleh masing-masing relatif adil. Namun, pada dasarnya peningkatan pendapatan bagi para petani tetap perlu diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kendala lain yang tampak adalah bahwa beras SAE dengan kualitas terbaik (yang sudah ditapi dan dikemas) tidak dikonsumsi oleh warga sekitar tapi untuk konsumen di luar komunitas. Hal ini diindikasikan dimana dari 7 warung yang menjual beras, hanya 1 warung yang menjual beras dari penggilingan setempat (tempat penggilingan beras SAE). Kondisi ini ini menunjukkan bahwa beras dengan kualitas baik tersebut bukan untuk dikonsumsi masyarakat setempat. Beras sehat tersebut ditujukan untuk memenuhi kesehatan konsumen yang pada umumnya di luar masyarakat Kampung Ciburuy. Hal ini cukup disayangkan oleh 145

14 karena sistem pertanian padi sehat belum sepenuhnya menerapkan prinsip kepedulian pada masyarakat terdekat disekitarnya untuk dapat mengkonsumsi beras dengan kualitas yang lebih baik. Di sisi lain, kondisi ini pun terkait dengan tingkat daya beli masyarakat yang relatif rendah terlebih harga beras SAE di tingkat konsumen mencapai dua kali lipat harga beras pada umumnya. Dari hasil diskusi dengan para petani, hanya keluarga petani saja yang dapat mengkonsumsi beras SAE tersebut oleh karena hasil panen padinya disimpan sebagian untuk cadangan pangan keluarga. Di samping kendala-kendala di atas, oleh karena adanya kendala faktor alam, koperasi terkadang tidak dapat memenuhi target penyediaan beras sebagaimana yang telah disepakati. Di sisi lain, oleh karena kendala keuangan, pihak LPS terkadang tidak dapat memenuhi target pembayaran pada waktu yang telah ditetapkan bersama. Sejauh ini kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan membangun rasa saling pengertian diantara kedua pihak. 7.4 Pencapaian Dimensi-Dimensi Pertanian Berkelanjutan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, teknik-teknik sosial telah diupayakan untuk mewujudkan keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat. Selain itu, juga telah dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tersebut. Akan tetapi, berbagai kendala muncul seiring dengan perkembangan bentuk-bentuk kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy. Namun, dalam perkembangan tersebut upayaupaya mencapai pertanian berkelanjutan terus dilakukan. Pertanian berkelanjutan dari segi ekonomi berarti melihat kapasitas sistem pertanian untuk menyediakan permintaan yang semakin beragam dan meningkat terhadap komoditi pertanian, dan menjamin kepastian harga dalam jangka waktu yang relatif lama. Adapun dari segi ekologi, merujuk pada suatu sistem pertanian dimana mengurangi polusi dan fakor-faktor yang merusak keseimbangan ekologi dari sistem yang tidak berkelanjutan. Di samping itu, dari segi sosial menempatkan keberlanjutan sumber daya fisik dan sejumlah set nilai-nilai komunitas, mengupayakan penguatan atau merevitalisasi budaya komunitas, dan menciptakan integrasi antara dimensi fisik dengan dimensi kultural dari produksi 146

15 dan konsumsi. Pada intinya, pertanian berkelanjutan ditujukan untuk memberi keuntungan secara sosial (social justice), keuntungan ekonomis (economically valuabe), dan keuntungan ekologis (ecologically sound). Pada dasarnya, terbentuknya jejaring kerjasama antar kelembagaan turut mendukung pencapaian pertanian berkelanjutan dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy. Sebagaimana halnya jejaring kerjasama antara kelembagaan untuk pengaturan input, kelembagaan untuk pengaturan produksi, dan kelembagaan untuk pengaturan output yang memberikan manfaat secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Salah satu contohnya adalah berjalanya peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan turut mengefektifkan fungsi kelembagaan kelompok tani khususnya dalam proses sosialisasi SOP budidaya padi sehat, penyebarluasan informasi terbaru dari pemerintah maupun dan komunitas petani, dan keberlanjutan pelaksanaan program manajer pengendali mutu. Dari proses-proses tersebut lebih lanjut berimplikasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi padi yang juga turut menjamin kelangsungan ekologis pada lahan pertanian setempat. Adanya peran dan fungsi kelembagaan distribusi lebih lanjut berperan penting dalam menyediakan jaminan pasar. Dengan berjalannya mekanisme bentuk-bentuk kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat, sejauh ini terdapat indikasi bahwa upaya-upaya menuju pertanian berkelanjutan senantiasa diupayakan. Pada dimensi sosial, dengan adanya kelembagaan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, dari sisi kelemahan yang tampak, pada dasarnya menunjukkan suatu indikasi bahwa ketua kelompok memiliki posisi penting bagi para anggotanya. Para anggota menaruh kepercayaan yang tinggi kepada ketua kelompok untuk menjembatani kebutuhan mereka terkait dengan koperasi. Semakin menguatnya hubungan antara anggota dan ketua kelompok, maka ketua kelompok terus berhubungan dengan koperasi dan akan tetap mendukung peran dan fungsi koperasi bagi anggota kelompok meskipun tidak secara langsung. Sehubungan dengan itu, kelembagaan koperasi dan kelembagaan kelompok tani di Kampung Ciburuy akan terus berjalan. Selain itu, adanya kelembagaan kelompok tani mendukung komunitas petani padi di Kampung Ciburuy untuk terus melakukan proses pembentukan nilai-nilai bersama yaitu secara bertahap menanamkan prinsip dan menerapkan teknik pertanian 147

16 organic dalam konteks sistem budidaya padi sehat. Dengan diaktifkannya kembali peran ketua kelompok dan kini difungsikan sebagai manajer pengendali mutu maka menjadi media dalam proses perluasan jejaring sosial dalam sistem pertanian padi sehat ini. Pada kelembagaan penyuluhan, adanya kegiatan penyuluhan menjadi wadah bagi para petani untuk berdiskusi, mendorong partisipasi mereka dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat, serta menggali dan berbagi pengetahuan lokal antar komunitas petani dalam berbudidaya padi selama ini. Terlebih dengan adanya kelembagaan distribusi, dibangunnya kerjasama antara koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dengan Lembaga Pertanian Sehat menunjukkan perluasan jejaring sosial dalam membangun sistem pertanian padi sehat. Pada dimensi ekonomi, peran dan fungsi kelembagaan produksi serta kelembagaan distribusi sangat penting. Dari segi biaya produksi dan tersedianya jaminan pasar, sistem budidaya padi sehat memang memenuhi kelayakan secara ekonomi. Meskipun masih belum 100% menghasilkan padi organik namun budidaya padi sehat memiliki nilai kelayakan ekonomi yang cukup baik (biaya produksi lebih hemat) ditinjau dari analisis budidaya padi sehat dengan non budidaya padi sehat. Keuntungan yang dirasakan oleh petani secara ekonomis adalah lebih rendahnya biaya produksi budidaya padi sehat dibandingkan dengan budidaya padi non-organik. Biaya produksi berkurang dengan tidak membeli pestisida dan membeli pupuk kimia dengan harga yang lebih rendah karena lebih mengutamakan penggunaan pupuk organik dari kotoran kambing. Selain itu, para petani setempat memiliki jaminan pasar dimana hasil panen pasti akan dibeli oleh koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dan dibayar langsung oleh koperasi. Harga jualpun lebih tinggi Rp 100,- sampai Rp 200,- dari harga pasar. Dengan hasil penjualan panen padi yang dibayarkan secara tunai tersebut, maka para petani lebih mudah untuk memutarkan kembali uang hasil panen menjadi modal budidaya padi sehat di musim tanam berikutnya sekaligus dengan segera menikmati keuntungan. Pada dimensi ekologi, adanya kelembagaan penyedia pupuk dan pestisida alami serta kelembagaan produksi mendukung keberlanjutan ekologis pada lahan pertanian di Kampung Ciburuy. Dengan diterapkannya sistem pertanian padi 148

17 sehat, menurut penuturan petani, secara ekologi ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kadar bahan organik dalam tanah. Selain itu, populasi hewan tanah seperti cacing juga semakin meningkat sehingga semakin meningkatkan kegemburan tanah. Bahan-bahan organik yang tersedia secara alami tersebut diupayakan oleh para petani melalui proses pengembalian jerami ke dalam tanah (dengan dibenamkan ke dalam tanah dan difermentasikan) atau menjadikan lahan sawah sebagai lahan kolam sebelum ditanami untuk musim tanam berikutnya. Faktor lain adalah dengan semakin intensifnya penggunaan pupuk alami berupa pupuk kandang yang difermentasikan sendiri oleh para petani serta penggunaan pestisida nabati. Indikator lain yang utama adalah dihasilkannya produk beras SAE (sehat, aman, dan enak) yang bebas residu pestisida. 7.5 Menuju Pertanian Berkelanjutan dalam Perspektif Paradigma Pembangunan Berpusat pada Rakyat Dari uraian kendala-kendala yang dihadapi dan pencapaian dimensi pertanian berkelanjutan, maka dapat diketahui bahwa pertanian berkelanjutan belum sepenuhnya dapat diwujudkan melalui keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy. Pengorganisasian sosial dan teknik sosial dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat tersebut belum dapat secara optimal memberikan keuntungan secara sosial (social justice), keuntungan ekonomis (economically valuabe), dan keuntungan ekologis (ecologically sound). Sehubungan dengan itu, diperlukan berbagai teknik sosial dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat untuk meningkatkan pencapaian pertanian berkelanjutan. Merujuk pada Scott (2008), lebih banyak diteliti secara empirik bahwa suatu bentuk kelembagaan tidak hanya ditopang oleh satu pilar, tetapi terdapat kombinasi elemen yang bervariasi. Dalam sistem sosial yang stabil, hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu kelembagaan dapat mencapai ketahanan dan penguatan karena didasari oleh penerimaan yang diyakini dan tiada keraguan, didukung secara normatif, dan diperkuat oleh kekuatan otoritas. Ketika pilar-pilar tersebut menyatu, kekuatan perpaduan ketiga pilar tersebut sangat baik sekali. 149

18 Pada beberapa situasi, bagaimanapun, satu atau beberapa pilar dapat bekerja, secara maya untuk mendukung pembagian tugas sosial, dan pada berbagai situasi, pilar yang menopang tersebut diyakini menjadi yang utama tanpa perlu dibuktikan. Sama pentingnya ketika pilar-pilar tersebut kemungkinan misaligned (gagal berpadu), kemungkinan akan mendukung dan memotivasi pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang berbeda. Strang dan Sine dalam Scott (2008) menitikberatkan bahwa ketika dukungan kognitif, normatif, dan regulatif tidak berpadu, ketiganya akan menyajikan sumber daya dimana para pelaku yang berbeda-beda dapat menggunakannya untuk tujuan yang berbeda-beda pula. Situasi-situasi tersebut membuktikan bahwa antara kebingungan dan konflik, serta kondisi-kondisi yang tersedia dapat membuka peluang besar untuk memunculkan perubahan pada kelembagaan. Untuk mewujudkan kondisi pertanian organik yang ideal, maka upayaupaya penguatan kelembagaan dan proses menciptakan ketahanan kelembagaan sistem pertanian organic harus dilakukan secara simultan. Hal ini dapat ditempuh dengan mensinergikan pilar-pilar penopang kelembagaan baik dari sisi regulasi, normatif, maupun kultural-kognitif. Jadi, kondisi ideal yang diharapkan ke depan adalah bahwa sistem pertanian organic menjadi sistem pertanian yang melekat menjadi budaya komunitas. Sebagaimana halnya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dibentuk untuk mendukung pencapaian pertanian berkelanjutan. Akan tetapi, pada prosesnya sistem pertanian tersebut belum dapat menjadi budaya komunitas. Hal ini terkait dengan proses pelembagaan pada kelembagaankelembagaan tersebut yang lebih didasarkan pada semakin menguatnya komitmen dan bukan dengan semakin menguatnya objektivitas komunitas pada sistem pertanian padi sehat. Istilah komitmen itu sendiri dibangun atas dasar berbalikan (resiprositas) dan kepercayaan (trust) antara pihak-pihak yang terlibat. Penerapan sistem pertanian padi sehat bukan merupakan obyektifikasi dari keyakinankeyakinan para pelakunya, bukan merupakan muncul dari proses pemaknaan pada interaksi yang berlangsung. Akan tetapi lebih menonjolkan makna yang signifikan yakni bahwa untuk melembaga adalah menyatukan nilai dengan penerapan teknis dalam melakukan sesuatu seperti halnya penerapan sistem pertanian padi sehat itu 150

19 sendiri. Dalam prosesnya, melibatkan faktor penting yaitu adanya norma dan nilai (norms and values), terkait dengan struktur dan prosedur yang terbentuk (structures and procedures), melibatkan para individu (individuals), dan terdapat actor-aktor yang berperan secara kolektif (collective actors). Semua hal itu tampak dengan terbentuknya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat yaitu kelembagaan untuk pengaturan input mencakup kelembagaan koperasi, kelembagaan penyediaan pupuk dan pestisida, kelembagaan untuk penyediaan kredit, kelembagaan penguasaan lahan, dan kelembagaan untuk penyebarluasan inovasi dan teknologi yang mencakup kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan untuk pengaturan produksi mencakup kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan panen. adapun kelembagaan untuk pengaturan output meliputi kelembagaan pasca panen dan kelembagaan distribusi. Lebih lanjut, Korten (1984) memuncukan teori people-centered development atau pembangunan berpihak pada rakyat sebagai paradigma pembangunan berkelanjutan. Paradigma pembangunan yang berpihak pada rakyat tersebut digunakan sebagai pendekatan pembangunan pada sistem pertanian organic oleh karena bersesuaian dengan prinsip-prinsip pertanian organik sebagaimana yang dikemukakan oleh International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM) (2008). Menurut Korten (1998), keberlanjutan menjadi salah satu prinsip dalam paradigma pembangunan tersebut. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi keberlanjutan untuk menyediakan produksi dengan melibatkan pengelolaan sumber daya lokal dan kontrol dari komunitas lokal setempat. Lebih lanjut, Korten (1984) juga menguraikan bahwa people-centered development ini berdasar pada prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, territorial, jejaring sosial, dan keswadayaan lokal. Dalam konteks pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, terbangunnya jejaring kerjasama antar kelembagaan sebagaimana yang dirinci di atas dapat menjadi langkah konkrit untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip people-centered development. Desentralisasi dalam konteks sistem pertanian organik merupakan proses pendelegasikan kekuasaan dan wewenang dari pemerintah pusat kepada 151

20 pemerintah dan komunitas lokal untuk memperoleh akses dan kontrol atas pengelolaan sumber daya lokal (sumber daya pertanian). Akan tetapi, pada pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, pemerintah lokal kurang memainkan peranan. Akses dan kontrol atas pengelolaan sumber daya lokal lebih banyak diperankan oleh tokoh masyarakat di Kampung Ciburuy yaitu Pak Haz. Hal ini dikarenakan sebagian besar aset produksi dikuasai oleh beliau. Selain itu, juga didukung dengan kepemimpinan beliau yang tampak dominan. Perumusan kebijakan pengembangan sistem pertanian padi sehat lebih banyak dilakukan di tingkat lokal dengan adanya peran penyuluh setempat dan Pak Haz selaku tokoh masyarakat. Dalam hal ini, prinsip desentralisasi sudah diterapkan. Terlebih dengan adanya pengambilan keputusan di tingkat komunitas petani untuk bersedia atau tidak menerapkan sistem pertanian padi sehat, serta untuk bersedia atau tidak mengaplikasikan bantuan pupuk atau pestisida organik yang disubsidi oleh pemerintah. Demikian pula dalam membangun kebijakan pengembangan koperasi, revitalisasi kelompok tani, perluasan jejaring kerjasama distribusi beras SAE sudah diinisiasi di tingkat lokal. Adapun pemerintah lokal cukup berperan untuk memberi dukungan secara administratif. Dalam sistem pertanian organik yang mengedepankan prinsip keadilan dan kepedulian, menempatkan partisipasi dan pemberdayaan petani sebagai proses yang penting. Petani menjadi pihak yang memiliki peranan penting untuk mengambil keputusan, mengakses, dan mengontrol sumber daya pertanian di wilayahnya. Petani adalah pihak yang paling mengetahui bagaimana mengelola agroekosistemnya, sehingga tidak selayaknya ditempatkan pada posisi subordinasi oleh pemerintah. Merujuk pada principal of fairness, pertanian organik harus menyajikan keterlibatan setiap orang dengan kualitas kehidupan yang lebih baik, dan berkontribusi pada ketahanan pangan, dan mengurangi kemiskinan. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pertanian organik hendaknya menempatkan diri pada proses distribusi kekuasaan yang bersifat positive-sum. Proses distribusi kekuasaan ini, mengkondisikan pemberian daya (kuasa) kepada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Apabila daya suatu unit sosial secara keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat menikmati bersama-sama. 152

21 Dalam kasus ini, pemberian daya kepada petani secara tidak langsung juga akan meningkatkan daya si pemberi, yaitu pemerintah juga tokoh masyarakat setempat. Prinsip pelestarian bersesuaian dengan principles of ecology dimana pertanian organic didasarkan pada sistem dan siklus ekologi, input sebaiknya dikurangi dengan daur ulang, dan pengelolaan material dan energi yang efisien yang ditujukan untuk memperbaiki kapasitas lingkungan dan melestarikan sumber daya. Pada prinsip teritorial, Korten (1984) menjelaskan bahwa produktivitas, keseteraan, dan keberlanjutan bergantung pada ikatan-ikatan kuat antara orangorang yang memanfaatkan lingkungannya dengan konsekuensi-konsekuensi yang melekat dalam proses pengelolaannya. Implikasinya adalah terjadinya strong attachement of people to place. Sistem ekonomi global akan mengakibatkan terjadinya kontrol yang terpisah antara produksi, manusia dan lingkungan sehingga mengakibatkan ketidakstabilan dan kondisi-kondisi yang non-adaptif. Di masa yang akan datang, Korten (1984) menekankan pentingnya the logic of local self-reliance atau logika kemandirian lokal (keswadayaan lokal). Logika ini merupakan logika dari tempat, manusia, dan lingkungan yang menjadi suatu kesatuan yang menciptakan keberlanjutan diri (self-sustaining) dari sistem ekologi manusia setempat. Kemandirian lokal sebagai strategi pembangunan memprioritaskan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan manusia pada wilayahnya menemukan kebutuhan mereka dengan menggunakan sumber daya lokal dengan kontrol dari lokal setempat pula. Peranan dari basis teritorial menempatkan posisi pemerintah lokal sebagai koordinator sentral perumusan kebijakan pembangunan di tingkat lokal. Dalam hal ini, komunitas membangun jejaring sosial baik dengan pemerintah lokal dan unit-unit organisasi fungsional. Organisasi-organisasi yang terbentuk difungsikan untuk berkontribusi dalam mewujudkan logika kemandirian lokal, baik dalam proses produksi, penyebaran informasi dan teknologi, pengelolaan komunikasi, pengembangan sarana transportasi serta pengembangan dan pertukaran pengetahuan yang dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh komunitas lokal. Tujuan dari membangun kekuatan pada pembangunan berpihak pada rakyat ini untuk menyajikan yang terbaik melalui aksi untuk mempercepat 153

22 terciptanya hal-hal baru bagi komunitas setempat. Komunitas lebih memiliki kebebasan untuk melakukan eksperimen dalam menciptakan ide-ide baru, teknik sosial, dan teknologi-teknologi yang menjadi elemen dasar dalam proses membangun kekuatan tersebut. Tiga tugas kreatif ini mendefinisikan bagian penting dari agenda membangun kekuatan dalam people-centered development ini. Dalam konteks pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, beberapa teknik sosial dirumuskan untuk meningkatkan pencapaian pertanian berkelanjutan. Pada tahap implementasinya, faktor adanya jejaring kerjasama antar kelembagaan menjadi sangat penting. Pada kelembagaan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi mengenani manfaat koperasi kepada anggota kelompok tani di Kampung Ciburuy. Selain itu, juga para pengurus koperasi agar dapat menjadikan usaha beras sebagai bagian dari unit usaha koperasi dengan melibatkan petani sebagai unit-unit bisnis penyokong usaha koperasi tersebut. Hal ini sangat penting mengingat kedua hal tersebut dapat memperbesar volume penyertaan modal secara swadaya untuk digulirkan kembali. Pada kelembagaan kelompok tani, teknik sosial yang diperlukan adalah upaya revitalisasi kelompok tani dan gapoktan Silih Asih melalui mengadakan pertemuan rutin yang lebih terencana inter kelompok dan antar kelompok tani. Selain itu, juga harus dilakukan optimalisasi program manajer pengendali mutu dengan mengadakan pertemuan rutin dan agenda yang lebih terencana. Untuk meningkatkan kemandirian dan keswadayaan komunitas petani padi di Kampung Ciburuy, perlu didorong untuk bersedia mengumpulkan dana swadaya kelompok guna mendukung penyelenggaraan pertemuan dan memberi dukungan insetif bagi para ketua kelompok dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer pengendali mutu. Pada kelembagaan penyuluhan, teknik sosial yang penting dilakukan adalh menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang terus berkesinambungan dengan metode yang lebih menggali partisipasi komunitas petani dalam menerapkan sistem pertanian padi sehat. Pada kelembagaan produksi, melalui peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan dan kelompok tani maka perlu untuk meningkatkan sosialisasi manfaat budidaya padi sehat sesuai SOP yang dirumuskan melalui 154

23 kegiatan kunjungan lapang inter kelompok atau antar kelompok tani. Di samping itu, terus diupayakan untuk membudidayakan padi sehat sesuai dengan SOP yang telah dirumuskan guna menjamin kualitas dan kuantitas produksi padi yang dihasilkan. Teknik sosial lain yang penting dilakukan adalah membangun kerjasama dengan instansi pemerintah atau lembaga penelitian untuk membantu menuji kualitas/tingkat polusi tanah, air, dan udara. Adapun untuk mengantisipasi kendala pada kelembagaan pasca panen, maka hendaknya para pelaku terkait harus meningkatkan pengawasan bersama pada proses pascapanen yang dilakukan oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dengan Lembaga Pertanian Sehat. Sedangkan pada kelembagaan distribusi, hal yang penting untuk dilakukan adalah agar (1) koperasi dapat memberi harga jual yang lebih tinggi dari harga pasar kepada para petani yang sudah memenuhi SOP budidaya padi sehat. (2) Memperluas pemasaran beras SAE di tingkat lokal dengan warung-warung di sekitar kampung dan desa Ciburuy (3) Memperluas sosialisasi penanaman lahan sawah dengan merujuk pada SOP. budidaya padi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi beras SAE. (4) Koperasi agar dapat terus bermitra dengan instansi pemerintahan khususnya untuk memperoleh bantuan permodalan; dan (5) Menjaga hubungan baik dengan lembaga mitra dengan menyelenggarakan pertemuan rutin. Sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy pada prosesnya berada pada pergeseran dari sistem pertanian konvensional menuju pada sistem pertanian organik. Terkait dengan hal itu, cara produksi, hubungan-hubungan sosial, dan tata aturan yang melekatinya terus diupayakan untuk memenuhi prinsip-prinsip sistem pertanian organik. Hal ini ditujukan untuk mencapai pertanian berkelanjutan. Dari hasil analisis lebih lanjut, diketahui bahwa upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan masih menemui berbagai kendala pada setiap dimensinya. Faktor struktur, kultur, dan aksi bersama dari komunitas setempat berdampak pada pencapaian keberhasilan pada setiap dimensi pertanian berkelanjutan baik dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial. Dari perspektif paradigma pembangunan berpusat pada rakyat sebagaimana uraian di atas, maka proses pemberdayaan yang bersifat positive-sum perlu terus dikembangkan agar 155

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT 38 BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT 5.1. Sejarah Masuknya Sistem Pertanian Padi Sehat di Kampung Ciburuy Kampung Ciburuy merupakan areal penanaman padi sawah yang cukup potensial. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI 49 BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI 7.1. Kebutuhan yang Dirasakan dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat Beralihnya komunitas petani padi sehat Desa Ciburuy

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DI KAMPUNG CIBURUY

BAB VI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DI KAMPUNG CIBURUY BAB VI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DI KAMPUNG CIBURUY Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy ini dapat diindentifikasi beberapa bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik masih terus berkembang dan bertahan hingga saat ini di tengah gempuran modernisasi pertanian melalui revolusi hijau. Merujuk sejarah perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif yakni pada komunitas petani padi sawah di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas, yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan atau hewan. Dalam kaitan ini, para petani mengatur dan menggiatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Kependudukan Desa Ciburuy secara administratif merupakan salah satu desa yang

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH 5.1 Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di Kampung Ciburuy rt 02 rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik, antara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Lembaga Pertanian Sehat Lembaga Pertanian Sehat atau LPS merupakan suatu lembaga yang memiliki dasar pemikiran bahwa bagi Bangsa Indonesia, pertanian adalah bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

Sekilas Pertanian Organik Perancis: Sebuah Catatan Perjalanan

Sekilas Pertanian Organik Perancis: Sebuah Catatan Perjalanan http://sitijahro.staff.ipb.ac.id/2011/04/05/sekilas-pertanian-organik-perancis-sebuah-catatan-perjala n Sekilas Pertanian Organik Perancis: Sebuah Catatan Perjalanan Pertanian organik sebenarnya sudah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Penyediaan Pupuk Distribusi pupuk didesa Fajar Baru ini masih kurang, dan sulit untuk didapat. Untuk mendapatkan pupuk petani

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci