PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan kerusakan ekosistem pertanian, misalnya menurunnya populasi capung sebagai musuh alami serangga, mulai hilangnya kunang-kunang pada malam hari di persawahan, meningkatnya populasi hama tikus, serta pencemaran air, tanah dan udara. Selain itu, bahan kimia sintesis juga meninggalkan residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Masyarakat semakin arif dalam memilih dan mengkonsumsi produk pertanian. Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature mulai menjadi tren baru, yaitu dengan meninggalkan pangan yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida sintetis dalam produksi pertanian. Produk pertanian yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode yang dikenal dengan pertanian organik. Sejak diluncurkannya Program Go Organic 2010 oleh Departemen Pertanian pada tahun 2001, pertanian organik telah menjadi sebuah alternatif kegiatan penyediaan pangan. Saat ini pertanian organik telah berkembang secara luas di masyarakat. Perkembangan itu meliputi budidaya tanaman secara organik, kegiatan pengomposan, kegiatan pembuatan pestisida nabati, perdagangan pangan organik segar, pengolahan pangan organik hingga penyajian menu-menu pangan organik di rumah makan. Perkembangan yang pesat ini tidak lepas dari semakin sadarnya pelaku usaha pertanian akan kelestarian sumberdaya alam pertanian dan upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkannya (Deptan, 2007). Pertanian organik merupakan pertanian yang berprinsip pada penggunaan input dari sumber daya lokal di sekitar masyarakat petani. Sumber daya lokal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang bersifat alami dan bisa dijadikan input dalam usaha tani, misalnya pengunaan kotoran ternak sebagai pupuk, pemakaian rendaman daun tembakau sebagai pertisida alami, serta air rendaman kecambah sebagai zat perangsang tumbuh. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penyediaan pangan organik adalah dengan terus mengembangkan kelembagaan industri pangan organik. Pengembangan kelembagaan pertanian organik menjadi penting dan strategis karena dapat menjadi lokomotif bagi pengembangan pertanian organik (Suleman, 2005). 1

2 Di Indonesia gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari. Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah sentra pertanian organik terletak di Klaten, Karanganyar, Magelang; di Yogyakarta sentra pertanian organik ada di Kulonprogo; di Jawa Barat sentra pertanian organik terletak Bogor, Bandung, Kuningan; di Jawa Timur sentra pertanian organik ada di Malang, serta beberapa daerah di Bali. Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian (Sudirja, 2008). Pertanian organik belum dapat berkembang dengan baik karena petani pada umumnya masih terbiasa menggunakan pupuk kimia dan pertisida secara berlebihan (Adiyoga, 2002). Salah satu komoditi pertanian organik adalah beras organik. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia diganti dengan pemakaian pestisida atau pupuk organik, sehingga pertanian organik tidak lagi mengandalkan pestisida kimia semata tetapi menggunakan pestisida hayati. Hal ini dapat menjadikan hasil dari pertanian organik aman dari penggunaan zat kimia, sehingga relatif aman untuk dikonsumsi manusia karena seluruh proses produksinya ramah dengan lingkungan dan meminimalkan input eksternal sintetik. Di Indonesia permintaan beras organik terus mengalami kenaikan. Tahun 2005 pasar beras organik di Indonesia mencapai 28 miliar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 22% per tahun. Pada tahun 2004 volume beras organik meningkat dari 1180 ton tahun 2001 menjadi ton. Selain itu, jumlah kelompok tani yang menanam padi organik di indonesia pada tahun 2001 sebanyak 640 kelompok dan tahun 2004 meningkat menjadi 1700 kelompok tani (Rachmiyanti, 2009). Untuk membantu pengembangan pertanian organik ini maka perlu adanya kerjasama antar petani yang tergabung dalam kelompok tani. Keberadaan kelompok tani sangat penting karena dapat dijadikan wadah untuk aspirasi dan inspirasi dari para petani. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan kebersamaan serta kerjasama kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian guna menghasilkan produktivitas usahatani serta kesejahteraan anggotanya. 2

3 Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia. Angka sementara produksi padi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 10,23 juta ton GKG, naik sebanyak 840,98 ribu ton (8,95 persen) dibanding tahun Peningkatan angka produksi ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen sebesar 49,31 ribu hektar (2,86 persen). Dengan demikian Jawa Tengah berkontribusi rata-rata 15% pertahun terhadap produksi padi nasional (BPS Jateng, 2013). Kabupaten Klaten termasuk dalam 10 besar kabupaten penghasil padi di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Klaten berpeluang untuk mengembangkan potensi dalam hal produksi padi. Didukung dengan kondisi wilayahnya yang sebagian besar dataran serta kemudahan akses pemasaran produk, memungkinkan untuk memaksimalkan fungsi lahan (Firdausi, 2013). Kabupaten Klaten memiliki potensi yang besar untuk pengembangan pertanian organik. Namun pada kenyataannya masih sedikit petani yang mau menerapkan pertanian organik sebagai sistem usahatani mereka. Petani yang mau menerapkan pertanian organik diduga karena sering mendapatkan informasi dari kelompok tani yang diikutinya. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang seberapa besar peranan kelompok tani dalam mempengaruhi anggotanya untuk menerapkan usahatani organik. 3

4 B. Perumusan Masalah Selama ini, petani selalu dimudahkan dengan adanya pupuk kimia sintetis dan bibit unggul sebagai input dalam menjalankan usaha taninya. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani pada produsen benih dan pupuk, serta membengkaknya pengeluaran petani. Adanya pertanian organik menjadi alternatif bagi petani untuk membangun usahatani secara mandiri, serta mengurangi pencemaran lingkungan. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanaman berdasarkan daur ulang unsur hara hayati, dengan meniadakan input luar yang bersifat kimia sintesis. Dengan menerapkan sistem pertainan organik, maka biaya produksi bisa lebih dihemat dibanding pertanian anorganik. Namun saat ini, belum banyak petani yag mau mengadopsi sistem pertanian organik. Masuknya teknologi baru dapat dipengaruhi oleh keberadaan kelompok tani pada masyarakat. Kemampuan kelompok dalam mengadopsi teknologi akan membantu penerapan teknologi pertanian organik pada petani anggota kelompok. Kegiatan melalui kelompok tani diharapkan mampu mempercepat kemauan dan kesadaran petani untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan rumah tangga petani. Perubahan perilaku petani melalui aktivitas individu, biasanya lebih lambat dibandingkan jika petani bersangkutan aktif dalam kelompok. Demikian pula penyebaran dan penerapan inovasi baru, melalui aktivitas kelompok akan lebih cepat dan luas dibandingkan jika disampaikan melalui pendekatan individu atau massal. Sifatnya lebih efektif dan efisien. Persaingan penerapan teknologi dan produktivitas usahatani diantara sesama petani akan lebih sehat, karena memiliki pandangan yang sama yaitu mencapai tujuan yang sama (Samsudin, 1997). Suatu kelompok tani yang aktif di dalam usahanya mencapai tujuan ditandai oleh adanya interaksi hubungan timbal balik yang tepat guna dan lebih banyak antara anggota daripada dengan orang lain di luar kelompoknya. Makin besar interaksi diantara para anggota, makin kompak kelompok itu sehingga makin mudah mencapai tujuan (Samsudin, 1997). Petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani akan lebih mudah mengadopsi sistem pertanian organik karena memperoleh informasi dan masukan dari anggota lain dalam kelompok. Di Kabupaten Klaten saat ini sudah ada beberapa kelompok tani yang menerapkan pertanian organik. Hal ini menarik untuk dikaji mengingat belum banyak di kalangan petani yang mau mengaplikasikan sistem pertanian organik ini. Dari uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut : 4

5 1. Sejauh mana peranan kelompok tani sebagai kelas belajar, unit kerjasama, dan unit produksi dalam penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana pengaruh peranan kelompok tani dalam penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten? 3. Faktor - faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peranan kelompok tani sebagai kelas belajar, unit kerjasama, dan unit produksi dalam penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten. 2. Mengetahui pengaruh peranan kelompok tani dalam penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten. 3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerapan pertanian organik di Kabupaten Klaten. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana untuk menambah wawasan serta merupakan syarat untuk mendapat gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan. 3. Bagi masyarakat dan pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi. 5