PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PRODUKSI BUAH KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) BIMO HARIOKUSUMO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PRODUKSI BUAH KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) BIMO HARIOKUSUMO A"

Transkripsi

1 44 PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PRODUKSI BUAH KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) BIMO HARIOKUSUMO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIKPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemupukan terhadap Perkembangan dan Produksi Buah Kelapa Kopyor (Cocos nucifera L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Bimo Hariokusumo NIM A

4

5 2 ABSTRAK BIMO HARIOKUSUMO. Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Kelapa Kopyor (Cocos nucifera L.). Dibimbing oleh SUDARSONO dan DINY DINARTI. Kelapa kopyor merupakan mutan dan keanekaragaman genetik asli Indonesia. Berbeda pada kelapa umumnya mutasi genetik ini menyebabkan endosperm terpisah dari tempurungnya, sehingga daging buah menjadi remah dan menjadi satu dengan airnya. Evaluasi efektivitas pemupukan dilakukan untuk mengetahui stabilitas produksi buah selama empat tahun di empat lokasi dengan pupuk NPK, pupuk kandang, serta kombinasi keduanya. Parameter produksi buah yang diamati yaitu jumlah bunga betina, buah normal, buah kopyor, dan buah total panen. Pada populasi pertanaman yang mengalami kondisi nglakani yaitu di lokasi I, pemupukan membantu dalam me-recovery tanaman kelapa kopyor dari fenomena nglakani. Sedangkan pada populasi pertanaman kelapa kopyor yang lebih stabil, seperti lokasi III dan IV, pemupukan mampu menjaga pertanaman terbebas dari kondisi nglakani. Namun pemupukan belum berpengaruh nyata terhadap produksi buah total, yaitu produksi buah kopyor dan buah normal pada keempat lokasi yang diamati. Kata kunci : persentase kopyor, produksi buah, nglakani, evaluasi pemupukan. ABSTRACT BIMO HARIOKUSUMO. Effect of Fertilization toward Growing and Producting of Kopyor Coconut (Cocos nucifera L.). Supervised by SUDARSONO and DINY DINARTI. Kopyor coconut was the original mutant and biodiversity of coconut species in Indonesia. Different with other coconut, this mutant make the endosperm are separate with the coconut shell, cause the flesh of coconut are crumb and merge with the coconut water. Evaluation the effectivieness of fertilization conducted to know the stability of fruit production between four years in four different location. The parameter that observed are total of female flower, normal fruit, kopyor fruit, and total of harvest fruit. In the population which confront the nglakani phenomenon, such as first location, fertilization help to recover the low of production of fruit production, by increase the percentage of total female fruit that convert to harvest fruit. In the third and fourth location where this area are in stable production, the fertilization are maintain the the production free from nglakani phenomenon. But the fertilizing has not have rel impact of the production of total fruit, that are the production of normal and kopyor fruit. Keyword: kopyor percentage, fruit production, nglakani, fertilizer evaluation.

6

7 2 PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PRODUKSI BUAH KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) BIMO HARIOKUSUMO Skripsi Sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10

11 2 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya yang tercurah selama penyelesaian skripsi yang berjudul Pengaruh Pemupukan terhadap Perkembangan dan Produksi Buah Kelapa Kopyor (Cocos nucifera L.). Salam dan sholawat semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan ushwatun khasanah bagi seluruh umat manusia di dunia. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, saran dan motivasi serta kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc dan Dr. Ir. Diny Dinarti, M.Si atas semua bimbingan arahan serta kesabaran yang luar biasa kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc selaku pembimbing akademik selama penulis menempuh pendidikan di IPB. 3. Ibu Farida Hario Martono, Bapak Bambang Sigit Poerwanto, dan Adik Faris Bayu Azanto tercinta atas segala pengorbanan, curahan kasih sayang, perhatian, doa, dorongan serta semangat yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB. 4. Saudaraku angkatan MODIS Asrama Sylvapinus, Roki Mirza Muhlim, Rizky Ginting, Syamsudin Ahmad Slamet, M. Imam Ardiansyah, Arif Delviyawan, Yusuf Faizhal, Tri Budiarto, dan Thasin Abdullah atas dukungan, semangat, dan motivasinya sejak pendidikan hingga alumni sehingga penulis dapat pencerahan untuk menyelesaikan tugas akhir. 5. Teman-teman Dandelion Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 48, Yogi Dwiyantono, Muhammad Iqbal, Rizki Anjal Puji Nugroho, Larasati Dena Mardhika, Mentari Amanda Putri, dan Renaya Azima Sani atas kebersamaan dan bantuannya. 6. Rekan seperjuangan Program Optimasi Pemupukan Padi Varietas IPB 3S di Sulawesi Tengah, M. Fachrizal Adam, Aang Salman Al Farisi, SP, dan Safitra Morgo, SP terimakasih atas semangat dan kebersamaanya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung dan segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang budidaya kelapa kopyor. Bogor, Juni Bimo Hariokusumo

12

13 2 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Kelapa (Cocos nucifera L.) 3 Syarat Tumbuh 3 Sebaran Produksi Kelapa Kopyor 4 Pemupukan 4 METODE 5 Tempat dan Waktu 5 Bahan dan Alat 5 Rancangan Percobaan 5 Prosedur Percobaan 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Hasil 7 Pembahasan 7 KESIMPULAN DAN SARAN 19 Kesimpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 25

14 DAFTAR TABEL 1. Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Uji t-student periode pemupukan sebelum dengan pemupukan sesudah terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Uji lanjut DMRT pengaruh pemupukan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Uji lanjut DMRT pengaruh pemupukan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV

15 2 17. Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV DAFTAR GAMBAR 1. Lay out penelitian yang dilakukan 6 2. (A) Keragaan tanaman kelapa kopyor yang mengalami nglakani 7 3. (B) Keragaan tanaman kelapa kopyor yang dipelihara intensif 7 DAFTAR LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Tayu Stasium Penangkar Pakis Periode Pengamatan 26

16 44

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa berbuah kopyor adalah mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Kelapa Kopyor merupakan keanekaragaman genetik asli Indonesia yang berbeda dengan mutan kelapa jenis lain seperti kelapa Makapuno di Filipina, kelapa Maphrao Kithi di Thailand, atau kelapa Dikiri di Srilanka. Sifat abnormal kelapa kopyor disebabkan tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) yang mengalami mutasi genetik secara alamiah. Kelainan genetik ini menyebabkan proses melekatnya daging buah pada tempurung kelapa tidak terjadi. Kelainan genetik ini terjadi akibat pengaruh nutrisi, agroklimat, sinar matahari, dan serangan penyakit yang terjadi secara menetap sehingga sifat genetiknya bisa diturunkan pada generasi berikutnya. Daging buah yang tidak melekat pada tempurung disebabkan selulosa (serat kasar) pada daging buah kelapa kopyor yang tidak terbentuk, sehingga membuat tekstur daging buah kelapa kopyor lunak dan lembut. Kelapa kopyor memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai komoditas perkebunan eksotik nasional. Permintaan pasar terhadap komoditas kelapa kopyor ini cukup tinggi. Industri rumah makan, minuman segar, dan es krim adalah pasar prospektif yang terus dikembangkan dalam segmen pasar. Persebaran kelapa kopyor di Indonesia masih sangat terbatas, yaitu meliputi Kabupaten Pati di Jawa Tengah; Jember dan Sumenep di Jawa Timur; serta Kalianda di Lampung Selatan (Maskromo et al., 2011). Keterbatasan penyebaran lokasi ini yang membuat kelapa kopyor banyak dicari serta memiliki potensi pengembangan sebagai komoditas spesifik daerah. Kabupaten Pati merupakan salah satu sentra kelapa kopyor yang dikenal dengan varietas genjah-nya, yaitu varietas Genjah Cokelat Kopyor, Genjah Hijau Kopyor, dan Genjah Kuning Kopyor. Produksi kelapa kopyor ini tersebar di tujuh kecamatan yaitu Dukuhseti, Margoyoso, Tayu, Wedarijaksa, Trangkil, Gunung Wungkal, dan Cluwak, serta teridentifikasi sebanyak pohon yang dimiliki petani dengan produksi butir per tahun (Maskromo et al., 2007). Produksi buah kelapa kopyor ini masih dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat, yaitu menanam kelapa kopyor secara langsung dari buah kelapa biasa yang berada dalam tandan kelapa kopyor. Hal ini menyebabkan tidak pernah dihasilkannya buah yang 100% kopyor dalam tiap tandan dan justru didominasi oleh kelapa normal. Rendahnya produksi buah kopyor ini berdasarkan penuturan warga Kabupaten Pati disebabkan tidak adanya upaya pemeliharaan intensif dari pemilik kebun seperti pemupukan, pembuatan drainase yang baik, dan pengendalian hama penyakit. Pemupukan pada tanaman kelapa kopyor sangat diperlukan untuk menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal, terutama dalam pemenuhan hara dasar seperti hara makro, agar dihasilkan pertumbuhan dan produksi buah kelapa kopyor yang optimal. Penggunaan pupuk majemuk yang merupakan kombinasi dari unsur-unsur makro kompleks seperti NPK, sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hara makro tanaman kelapa kopyor.

18 2 Peranan unsur hara makro menurut Nelliat et al. (1974) dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa. Nitrogen mampu meningkatkan ketinggian pohon, jumlah daun, tandan buah dan bunga betina. Phospor berperan dalam pertumbuhan tanaman, dan Kalium dapat memperbaiki luas daun, warna hijau daun, serta buah baik dari ukuran maupun beratnya. Unsur Kalium berperan juga dalam mengatur penggunaan air pada tanaman, karena dapat memanfaatkan persediaan air yang terbatas (Menon dan Pandalai, 1958). Pemberian bahan organik seperti pupuk kandang yang selain mampu memperbaiki struktur tanah menjadi gembur, yaitu memiliki ruang pori-pori yang dapat diisi air tanah dan udara, juga dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur-unsur kimia di tanah sehingga memudahkan penyerapan hara bagi tanaman (Ma et al., 1999, Martin et al., 2006). Pemberian pupuk kandang diduga dapat pula memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan kandungan humus tanah. Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap perkembangan dan produksi buah pada pertanaman kelapa kopyor. Hipotesis Terdapatnya pengaruh pemupukan pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap perkembangan tanaman kelapa kopyor melalui pertambahan jumlah bunga betina dan peningkatan jumlah buah total.

19 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa (Cocos nucifera L.) Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Pohon dengan batang tunggal dan ada yang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk (Setyamidjaja, 1984). Bunga kelapa tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea, terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos) (Setyamidjaja, 1984). Syarat Tumbuh Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 meter. Pada mulanya berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian meter dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan. Kondisi optimal yang dibutuhkan kelapa adalah ketinggian mdpl, dengan kemampuan tumbuh hingga di ketinggian mdpl. Selain cuaca panas, kelapa juga baik di dataran lembab dengan kelembaban rh bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila RH sangat rendah dan evapotranspirasi tinggi maka akan menimbulkan hama dan penyakit (Setyamidjaja, 1984). Tanaman kelapa dapat tumbuh di berbagai macam jenis tanah aluvial, latosol, vulkanis, berpasir, liat, dan berbatu, dengan derajat ph normal antara 6,5 hingga 7,5. Tanaman kelapa banyak tersebar di negara Asia dan Pasifik, yang menghasilkan ton (82%) produksi dunia (1984) yang meliputi 12 negara. Indonesia merupakan negara dengan luas area kelapa terbesar, yaitu ha (1990), yang tersebar di Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Namum produksi kelapa di Indonesia yang sebesar ton masih dibawah Filipina, yaitu ton dengan luas area ha (Setyamidjaja, 1984).

20 4 Sebaran Produksi Kelapa Kopyor Hasil survei yang dilaksanakan Balitpalma pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kelapa kopyor terdiri atas dua tipe, yaitu tipe Dalam dan tipe Genjah. Tipe Dalam terdapat di Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur) dan Pati (Jawa Tengah). Tipe Genjah terdapat di Pati (Jawa Tengah) yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Dukuhseti, Margoyoso, Tayu, Wedarijaksa, Gembong dan Terangkil. Pertanaman kelapa kopyor ini dijumpai dalam bentuk tanaman tunggal dan populasi. Kelapa kopyar yang di tanam secara populasi dijumpai di Dukuhseti, Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Sumenep (Jawa Timur), Ciomas (Bogor, Jawa Barat), Kalianda (Lampung Selatan), Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Timur. Kelapa kopyor yang ditanam oleh petani secara individu terdapat dijumpai di Kabupaten Pati, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Sumenep (Maskromo et al.,2007). Secara alami, tanaman kelapa kopyor tipe Dalam hanya menghasilkan buah kopyor 1-2 butir per tandan. Hal ini disebabkan kelapa tipe Dalam termasuk tanaman menyerbuk silang sehingga peluang bertemunya gen resesif ada bunga betina dan serbuk sari relatif kecil. Kelapa kopyor tipe Genjah menghasilkan buah kopyor per tandan lebih banyak dari tipe Dalam, kelapa tipe Genjah dapat mencapai 50% hal ini disebabkan kelapa tipe Genjah termasuk tanaman menyerbuk sendiri sehingga peluang bertemunya gen resesif pada bunga betina dan serbuk sari lebih besar (Sudarsono, 2014). Buah kelapa kopyor tipe Dalam terdiri atas 3 warna, yaitu hijau, hijau kekuningan dan coklat, sedangkan buah kelapa kopyor tipe Genjah terdiri atas 5 warna, yaitu; hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning, (gading wulan) dan jingga (gading). Berdasarkan tipe buah, kelapa kopyor dengan daging buah yang tebal dan buahnya berwarna hijau dan coklat memiliki rasa yang lebih enak dan gurih (Maskromo et al., 2007). Pemupukan Pahan (2013) menyatakan pentingnya melakukan diagnosis kebutuhan pupuk dalam mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan agar mendapat hasil yang optimal. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa kopyor dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara esensial yang terdiri atas unsur makro yaitu Nitrogen, Phosphor, Kalsium, Magnesium, dan Belerang. Sumber hara berasal dari pupuk organik yaitu pupuk kandang dan kompos, serta pupuk anorganik seperti NPK. Perlakuan pemupukan dengan NPK, pupuk kandang, atau kombinasi keduanya diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa kopyor, antara lain: Peningkatan (1) jumlah tandan per pohon per tahun, (2) jumlah buah total per pohon per tahun; dan (3) mencegah terjadinya nglakani. Unsur hara Nitrogen, Phosphor, dan Kalium dapat ditemukan dalam kandungan pupuk majemuk NPK. Kandungan dalam unsur Nitrogen dapat meningkatkan ketinggian pohon, jumlah daun, tandan buah, dan jumlah buah betina (Nelliat et al., 1974). Phospor berperan dalam menjaga kondisi

21 5 pertumbuhan pertanaman, serta Kalium berperan dalam mengatur penggunaan air dalam tanaman sehingga membantu pertumbuhan akar, memperbaiki daya tahan terhadap penyakit, dan meningkatkan produksi (Menon dan Pandalai, 1958). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa milik rakyat di Desa Sambiroto dan Desa Sendang Rejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Lokasi terletak pada ketinggian 10 m dpl. Penelitian dilaksanakan selama 11 bulan dari Oktober 2014 sampai September Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa kopyor milik warga yang telah menghasilkan (TM) berumur 10 tahun hingga 20 tahun, pupuk kandang, pupuk NPK Phonska, cangkul, label pengamatan, meteran, tangga, dan alat tulis untuk merekapitulasi data. Rancangan Percobaan Penelitian ini meliputi 4 percobaan yang diwakili oleh 4 lokasi. Percobaan pemupukan memiliki 3 perlakuan pemupukan dan 1 perlakuan kontrol. Perlakuan pemupukan meliputi kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang (PK/NPK), pupuk NPK (TPK/NPK), dan pupuk kandang (PK/TNPK), sedangkan kontrol tanpa pemupukan. Perlakuan terdiri dari satu faktor yang disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), yaitu pemupukan. Setiap percobaan terdiri atas 4 satuan amatan sehingga keseluruhan penelitian menggunakan 64 satuan amatan. Metode linier rancangan yang digunakan adalah : Yij = µ+ τi + βj + εij Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ : nilai tengah populasi τi : pengaruh perlakuan ke-i βj : pengaruh kelompok ke-j εij : pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5% untuk melihat ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Apabila berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 2007). Analisis kehomogenan antar beda periode pengamatan dilakukan dengan menggunakan uji t-student, menggunakan apkikasi MiniTab. Perhitungan dan analisis dilakukan uji F dan uji lanjut menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Analysis System (SAS).

22 6 Prosedur Percobaan Persiapan Persiapan merupakan tahap perencanaan pengambilan data sebelum dilakukan pengamatan. Penelitian ini mengamati perkembangan buah tanaman kelapa kopyor, sehingga pencatatan jumlah bunga betina dan buah jadi diketahui dengan memberi label tiap tandan per pengamatan. Tiga jenis label, yaitu biru, merah, dan kuning digunakan untuk memberikan pencirian tiap tandan yang keluar per tiga bulan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan, yang sebelumnya sudah dilangsungkan sejak bulan November 2012 (Lampiran 2), sehingga petak percobaan yang digunakan adalah tetap. Pembagian petak percobaan dapat dilihat seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Lay out penelitian yang dilakukan Pengamatan Percobaan Pengamatan dilakukan setiap triwulan dimulai sejak November 2014 hingga September Peubah yang diamati antara lain : 1. Jumlah tunas tandan buah per pohon, dihitung berdasarkan tandan buah yang tidak rontok 2. Jumlah bunga betina, dihitung berdasarkan bunga yang tidak rontok, dimulai dari tandan pertama hingga terakhir 3. Jumlah buah jadi dan buah rontok, dihitung berdasarkan buah yang terbentuk tiap bulannya 4. Jumlah buah total per tandan, dihitung berdasarkan buah yang dipanen setiap bulannya dan ditotal selama 1 tahun.

23 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa kopyor milik rakyat di Desa Sambiroto dan Desa Sendang Rejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Curah hujan bulanan selama penelitian berlangsung dari 2012 hingga 2015 berkisar antara 141,17 mm per bulan hingga 196,92 mm per bulan dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar mm per tahun hingga mm per tahun. Curah hujan di daerah penelitian ini sudah cukup untuk pertanaman kelapa, karena curah hujan optimum untuk pertanaman kelapa adalah hingga mm per (Freemond et al., 1966) Kondisi tanaman secara umum baik, beberapa hama tanaman kelapa yang menyerang pada tanaman ini diantaranya Oryctes sp. dan Rhynchoporus sp. Namun kedua hama tersebut masih dapat dikendalikan karena diterapkan teknologi alat perangkap hama dari tim IPB dan Balitpalma. Fenomena nglakani beberapa masih ditemui di lokasi pengamatan. Pohon kelapa yang nglakani ditandai dengan beberapa gejala, antara lain: 1) tidak berkembang atau tidak munculnya bunga, 2) meskipun ada tandan bunga, hanya ditemui bunga jantan dan tidak ditemui tandan bunga betina, atau 3) meskipun tandan bunga betina dan bunga jantan berkembang normal namun persentase bunga betina yang menjadi buah rendah (0-2 buah per tandan). Kondisi Pertanaman Tanaman kelapa kopyor membutuhkan ketersediaan hara di tanah dalam tumbuh dan berkembang secara normal. Seluruh biomassa yang berkembang dari tanaman menyimpan hara yang diserap dari tanah, sehingga jika biomassa tersebut tidak dikembalikan maka tanah di lokasi pohon kelapa kopyor tumbuh akan kekurangan hara. Hal ini akan berakibat tanah menjadi miskin hara, dan tanaman mengalami gejala defisiensi hara hingga penurunan produksi, bahkan kematian. A B Gambar 2. (A) Keragaan tanaman kelapa kopyor yang mengalami nglakani (B) Keragaan tanaman kelapa kopyor yang dipelihara intensif.

24 8 Evaluasi efektivitas pemupukan dilakukan di empat lokasi milik anggota kelompok tani Sarono Makmur (lokasi I,II,III, dan IV). Parameter yang diamati yaitu jumlah bunga betina, jumlah buah total, jumlah buah kopyor, dan jumlah buah normal diamati selama kurun waktu dua kali periode pengamatan. Periode I yaitu perlakuan pemupukan belum memberikan dampak terhadap parameter yang diamati dan periode II yaitu perlakuan pemupukan sudah memberikan dampak terhadap keempat parameter yang diamati. Hasil uji F keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 untuk lokasi I, Tabel 2 untuk lokasi II, Tabel 3 untuk lokasi III, dan Tabel 4 untuk lokasi IV. Tabel 1. Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II Pemupukan - - tn tn tn tn tn tn KK (%) ,20 27,65 29,80 19,98 103,26 21,86 Keterangan: I: periode pemupukan ; II: periode pemupukan ; KK= koefisien keragaman; tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%. Tabel 2. Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II Pemupukan tn tn tn tn tn * tn - KK (%) 34,77 33,95 23,43 29,71 18,88 31,53 25,19 - Keterangan: I: periode pemupukan ; II: periode pemupukan ; KK= koefisien keragaman; tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%.

25 9 Tabel 3. Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II Pemupukan * tn tn * tn tn tn tn KK (%) 29,21 25,79 46,89 6,17 61,28 106,93 38,54 22,99 Keterangan: I: periode pemupukan ; II: periode pemupukan ; KK= koefisien keragaman; tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%. Tabel 4. Rekapitulasi Uji F jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II Pemupukan tn tn tn tn tn tn tn tn KK (%) 33,90 33,95 33,24 65,83 48,78 86,82 26,14 36,55 Keterangan: I: periode pemupukan ; II: periode pemupukan ; KK= koefisien keragaman; tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%. Hasil uji F yang diperoleh dari keempat lokasi menujukkan bahwa pada lokasi I dan IV tidak terdapat perbedaan nyata perlakuan pemupukan pada periode I dan periode II terhadap keempat parameter yang diamati. Pada lokasi II terdapat perbedaan nyata dari perlakuan pemupukan terhadap jumlah produksi buah kopyor, dan pada lokasi III perlakuan pemupukan menyebabkan beda nyata pada jumlah produksi buah total tanaman.

26 10 Evaluasi Efektivitas Pemupukan di Lokasi I Lokasi I merupakan pertanaman kelapa kopyor yang mewakili populasi tanaman kelapa kopyor dengan sebagian besar tanaman dalam keadaan nglakani yang berat. Pertanaman kelapa kopyor di lokasi I berumur antara tahun dan telah berproduksi stabil selama beberapa tahun. Pada pengamatan sebelum perlakuan pemupukan yaitu pada periode Agustus 2012 hingga Desember 2013, rataan jumlah tandan yang sedang nglakani sebanyak 2,8 tandan per tanaman. Sementara pada periode Januari 2014 hingga September 2015 rataan jumlah tandan yang nglakani sebanyak 5 tandan per tanaman. Data untuk peubah pengamatan (jumlah bunga betina dan buah total panen, jumlah buah kopyor dan buah normal) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 58,2 65,6 28,8 40,6 12,7 16,6 20,5 29,0 TPK/NPK 74,8 90,4 30,9 51,2 13,4 18,0 23,4 37,1 PK/TNPK 60,7 85,5 33,1 51,4 12,9 16,3 26,2 37,7 TPK/TNPK 60,9 95,1 44,5 53,0 15,4 16,9 34,8 39,7 Keterangan: I: periode pemupukan ; II: peroide pemupukan ; PK/NPK: pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK; TPK/NPK: tanpa pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk NPK; PK/TNPK: pemberian pupuk kandang dan tanpa pemberian pupuk NPK; TPK/TNPK: tanpa pemberian pupuk kandang dan tanpa pemberian pupuk NPK; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%. Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi I menunjukkan pada periode setelah pemupukan terjadi peningkatan jumlah bunga betina dan jumlah buah total dapat dipanen yang terbentuk per tandan per tahun dari keempat perlakuan pemupukan. Sementara dari persentase buah total panen yaitu persentase bunga betina yang menjadi buah dapet dipanen, seperti dapat dilihat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa peningkatan persentase buah total panen terbesar adalah kombinasi perlakuan pupuk NPK dan pupuk kandang, kemudian perlakuan pupuk kandang saja. Sedangkan untuk perlakuan kontrol mengalami penurunan persentase buah total yang terbentuk terbesar, diikuti penurunan persentase pada perlakuan pemberian pupuk NPK saja.

27 11 Tabel 6. Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Perlakuan Persentase Buah Kopyor Persentase Buah Panen Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah PK/NPK 38,3 36,3 57,2 69,5 TPK/NPK 36,4 32,6 49,3 60,9 PK/TNPK 33,1 30,2 64,5 63,1 TPK/TNPK 64,5 29,9 82,5 59,5 Keterangan: Sebelum: periode pemupukan ; Sesudah: peroide pemupukan ; PK/NPK: pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK; TPK/NPK: tanpa pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk NPK; PK/TNPK: pemberian pupuk kandang dan tanpa pemberian pupuk NPK; TPK/TNPK: tanpa pemberian pupuk kandang dan tanpa pemberian pupuk NPK Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi I juga menunjukkan hasil buah kopyor dan buah normal yang dipanen mengalami peningkatan hasil produksi buah dari keempat perlakuan. Persentase buah total panen, mengalami peningkatan pada kombinasi perlakuan pupuk kandang dan NPK serta pupuk kandang saja, sementara perlakuan pupuk NPK saja dan tanpa pupuk mengalami penurunan. Akan tetapi persentase buah kopyor yang diamati per tandan cenderung lebih rendah setelah perlakuan pemupukan dibandingkan dengan sebelum pemupukan (Tabel 6). Hal ini dikarenakan persentase buah kopyor tidak dipengaruhi langsung oleh pupuk yang diberikan, melainkan sifat genetis dari tanaman kelapa kopyor itu sendiri. Tabel 7. Uji t-student periode pemupukan sebelum dengan pemupukan sesudah terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi I Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal PK/NPK tn tn tn tn TPK/NPK tn tn tn tn PK/TNPK tn tn tn tn TPK/TNPK tn tn tn tn Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%

28 12 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan pada lokasi I tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah keseluruhan parameter yang diamati. Hal ini terlihat pada hasil uji F yang ditunjukkan pada Tabel 1. Kecenderungan tanaman yang tidak dipupuk menghasilkan bunga betina, buah normal, dan buah total yang tidak jauh berbeda dari tanaman yang diberikan perlakuan pemupukan. Produksi bunga betina, buah kopyor, buah normal, dan buah total panen pada lokasi I, relatif stabil. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji t-student yang membandingkan pengaruh pemupukan terhadap tanaman sebelum mendapat pemupukan dan setelah mendapat pemupukan yang tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, sehingga dapat dikatakan produktivitas antar dua periode dengan adalah homogen. Dari hasil evaluasi di lokasi I diketahui bahwa perlakuan pemupukan mampu me-recovery fenomena nglakani yang terjadi di lapangan, yaitu dengan meningkatnya rataan jumlah bunga betina per tandan dan buah total panen. Namun perlakuan pemupukan belum mampu meningkatkan persentase buah kopyor. Meskipun belum terlalu signifikan pemberian pupuk sudah cukup untuk meningkatkan persentase buah total yang dipanen per tahun. Evaluasi Efektivitas Pemupukan di Lokasi II Lokasi II merupakan pertanaman kelapa kopyor yang mewakili populasi tanaman kelapa kopyor dengan sebagian besar tanaman dalam keadaan nglakani yang berat. Pertanaman kelapa kopyor di lokasi II berumur antara 6-10 tahun, telah berproduksi normal selama beberapa tahun meskipun produksinya fluktuatif. Selain itu lokasi II merupakan lokasi pertanaman dengan populasi tanaman yang tinggi dan jarak tanam rapat. Pada pengamatan sebelum perlakuan pemupukan, rataan jumlah tandan yang sedang nglakani pada populasi rata-rata 1 tandan per tanaman, sedangkan setelah pemupukan berkisar 5 tandan per tanaman. Data untuk peubah pengamatan (jumlah bunga betina dan buah total panen, jumlah buah kopyor dan buah normal) dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 59,9 96,1 54,2 39,9 17,4 14,6 41,8 28,9 TPK/NPK 67,4 106,7 50,9 40,6 20,1 15,2 36,3 30,0 PK/TNPK 81,3 94,4 51,5 40,0 16,6 15,3 39,0 28,6 TPK/TNPK 77,6 118,0 51,4 45,4 15,5 14,8 38,2 31,9

29 13 Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi II menunjukkan pada periode setelah pemupukan terjadi peningkatan jumlah bunga betina yang terbentuk per tandan oleh keempat perlakuan. Namun parameter lain, yaitu buah total panen, buah kopyor, dan buah normal mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan populasi sedang menga lami fase nglakani, yaitu produksi buah tinggi namun gagal dalam menghasilkan buah jadi. Akibatnya persentase buah total yang dapat dipanen yang diamati per tandan cenderung lebih rendah setelah perlakuan pemupukan dibandingkan dengan sebelum pemupukan (Tabel 9). Tabel 9. Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Perlakuan Persentase Buah Kopyor Persentase Buah Panen Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah PK/NPK 29,4 33,5 98,9 45,2 TPK/NPK 35,6 33,6 83,5 42,3 PK/TNPK 29,8 34,9 68,5 46,6 TPK/TNPK 28,9 31,6 69,3 39,6 Tabel 10. Uji lanjut DMRT pengaruh pemupukan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 59,89 101,89 54,16 36,67 17,41 10,05 ab 41,81 28,75 TPK/NPK 67,42 105,79 50,91 45,98 20,07 3 b 36,25 - PK/TNPK 81,27 106,67 51,53 36,67 16,58 16 a 39,04 28,87 TPK/TNPK 77,61 98,86 51,37 40,93 15,53 10,52 ab 38,22 31,94 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan pada lokasi II berpengaruh nyata terhadap buah kopyor. Hal ini terlihat pada hasil uji F yang ditunjukkan pada Tabel 2 dan dilanjutkan uji lanjut DMRT taraf 5%. Hal ini

30 14 berarti tanaman yang diberikan perlakuan pemupukan menghasilkan bunga betina, buah normal, dan buah total yang tidak jauh berbeda dari tanaman yang tidak diberikan perlakuan pemupukan, namun. Hasil uji t-student menunjukkan pemupukan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina antara sebelum dan sesudah pemupukan. Sedangkan untuk produksi buah kopyor, buah normal, dan buah total panen relatif stabil. Tabel 11. Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi II Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal PK/NPK -2,71* 0,88 tn 0,88 tn 1,15 tn TPK/NPK -3,13* 1,27 tn 0,83 tn 1,05 tn PK/TNPK -0,93 tn 0,49 tn 0,19 tn 0,85 tn TPK/TNPK -1,12 tn 0,34 tn 0,21 tn 0,49 tn Keterangan: tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi II (Tabel 9) menunjukkan persentase buah yang dipanen mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah bunga betina. Namun kenaikan jumlah bunga betina ini tidak dibarengi dengan bunga yang terpolinasi sehingga menjadi buah jadi, sehingga bunga betina mengalami kerontokan. Kerontokan disebabkan oleh faktor cuaca seperti musim kering atau musim hujan yang berkepanjangan, sehingga mempengaruhi kondisi tersedianya air di lokasi pertanaman. Faktor angin dan serangga penyerbuk juga berperan penting dalam menjaga kondisi bunga betina bebas dari kerontokan. Dari hasil evaluasi di lokasi II diketahui bahwa perlakuan pemupukan pupuk kandang dan pupuk NPK sudah mampu me-recovery fenomena nglakani yang terjadi di lapangan, yaitu dengan meningkatnya rataan jumlah bunga betina per tandan (Tabel 11). Pemberian pupuk nitrogen seharusnya dapat menunjukkan suatu pertambahan jumlah buah yang hasil awalnya rendah daripada pohon yang hasil awalnya tinggi (Yahya et al., 2015). Namun pada lokasi II perlakuan pemupukan belum mampu meningkatkan jumlah dan persentase buah jadi, buah kopyor, dan buah total panen. Hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya masih belum stabilnya produksi buah tanaman yang berumur 6 hingga 10 tahun, serta penggunaan jarak tanam yang rapat, dan lokasi yang sering tergenang air pada musim hujan. Pemeliharaan saluran drainase dan pembuatan saluran irigasi di lahan, turut membantu memperbaiki kondsi pertanaman di Lokasi II, karena pada musim hujan saluran drainase bermanfaat dalam membuang kelebihan air dan pada musim kering saluran irigasi membantu dalam menjaga ketersediaan air dalam perakaran. Adanya pengaruh musim dan interaksinya memerlukan percobaan terus menerus dilakukan dalam waktu yang lama (Murray, 1977)

31 15 Evaluasi Efektivitas Pemupukan di Lokasi III Lokasi III merupakan pertanaman kelapa kopyor yang mewakili populasi tanaman kelapa kopyor dengan sebagian besar tanaman dalam keadaan tumbuh dengan baik dan tidak dalam kondisi nglakani. Pertanaman kelapa kopyor di lokasi III berumur antara tahun dan telah berproduksi stabil selama beberapa tahun. Data untuk peubah pengamatan (jumlah bunga betina dan buah total panen, jumlah buah kopyor dan buah normal) dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 137,9 179,2 81,8 96,3 24,7 33,7 57,7 87,3 TPK/NPK 95,8 163,7 62,8 87,3 25,0 23,6 40,5 68,9 PK/TNPK 93,8 139,5 59,9 76,9 27,1 22,0 36,2 57,4 TPK/TNPK 67,7 127,2 40,9 69,3 19,8 27,0 28,4 49,5 Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi III menunjukkan pada periode setelah pemupukan terjadi peningkatan jumlah bunga terbentuk per tandan antara 5 hingga 12 bunga per tandan. Jumlah buah total panen pun mengalami peningkatan 1 hingga 2 butir per tandan. Namun persentase buat total yang dihasilkan mengalami pernurunan antara sebelum dan setelah pemupukan, dikarenakan tingginya jumlah betina, dan cenderung lebih tetapnya produksi buah panen (Tabel 13). Tabel 13. Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Perlakuan Persentase Buah Kopyor Persentase Buah Panen Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah PK/NPK 30,0 27,8 59,7 67,5 TPK/NPK 38,1 25,5 68,4 56,5 PK/TNPK 42,8 27,7 67,4 56,9 TPK/TNPK 41,0 35,3 71,2 60,1

32 16 Tabel 14. Uji lanjut DMRT pengaruh pemupukan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 137,92a 150,17 81,79 83,27a 24,73 31,51 57,6a 61,47 TPK/NPK 95,79ab 152,76 62,84 89,66a 24,96 13,31 40,5ab 79,00 PK/TNPK 93,84ab 162,95 59,95 43,34c 27,07 36,69 36,1ab 130,84 TPK/TNPK 67,70 b 173,23 40,92 69,30b 19,77 12,48 28,43b 57,41 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% Hasil uji F di lokasi III menunjukkan perlakuan pemupukan mampu meningkatkan jumlah produksi buah total meningkatkan jumlah buah total yang dapat dipanen per tahun (Tabel 3). Uji lanjut DMRT taraf 5% menunjukkan kombinasi perlakuan pupuk NPK dan pupuk kandang serta pupuk NPK saja, sudah mampu membedakan antara perlakuan lain yang hanya diberi pupuk kandang dan tanpa perlakuan pemupukan (Tabel 14). Kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang dapat meningkatkan rataan buah total panen hingga 2 kali lipat dibandingkan hanya menggunakan pupuk kandang. Pupuk NPK mengandung unsur hara Nitrogen, Phosphor, dan Kalium. Kandungan dalam unsur Nitrogen dapat meningkatkan ketinggian pohon, jumlah daun, tandan buah, dan jumlah buah betina (Nelliat et al., 1974). Phospor berperan dalam menjaga kondisi pertumbuhan pertanaman, serta Kalium berperan dalam mengatur penggunaan air dalam tanaman sehingga membantu pertumbuhan akar, memperbaiki daya tahan terhadap penyakit, dan meningkatkan produksi (Menon dan Pandalai, 1958). Hasil uji t-student menunjukkan pemupukan berpengaruh nyata negatif terhadap jumlah bunga betina antara sebelum dan sesudah pemupukan pada perlakuan kontrol (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa tanpa perlakuan pemupukan, tanaman kelapa kopyor, bunga betina yang dishasilkan cenderung rendah, sehingga memperngaruhi produksi buah total panen. Produksi buah kopyor, buah normal, dan buah total panen relatif stabil ditunjukkan hasil uji t- student yang tidak berpengaruh nyata. Dari hasil evaluasi di lokasi III diketahui bahwa perlakuan pemupukan berhasil menjaga pertanaman agar terbebas dari proses nglakani, yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah bunga betina, buah normal, dan buah total panen per tandan. Meskipun perlakuan pemupukan belum dapat meningkatkan persentase buah total panen dan persentase buah kopyor.

33 17 Tabel 15. Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi III Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal PK/NPK -0,15 tn -0,13 tn -0,95 tn -0,45 tn TPK/NPK -1,52 tn -0,93 tn 0,06 tn -2,21 tn PK/TNPK -1,52 tn -0,93 tn 0,06 tn -2,21 tn TPK/TNPK -4,56* -1,30 tn -0,58 tn -1,83 tn Keterangan: tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% Evaluasi Efektivitas Pemupukan di Lokasi IV Lokasi IV merupakan pertanaman kelapa kopyor yang mewakili populasi tanaman kelapa kopyor dengan sebagian besar tanaman dalam keadaan telah tumbuh dengan baik dan tidak dalam kondisi nglakani. Pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV berumur antara tahun dan telah berproduksi stabil selama beberapa tahun. Data untuk peubah pengamatan (jumlah bunga betina dan buah total panen, jumlah buah kopyor dan buah normal) dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal I II I II I II I II PK/NPK 71,1 156,3 53,6 77,5 16,9 22,8 20,1 66,0 TPK/NPK 88,9 152,0 54,6 72,8 16,6 15,9 33,6 74,5 PK/TNPK 91,1 146,1 65,8 83,4 17,2 18,6 33,6 74,5 TPK/TNPK 78,4 146,1 47,5 65,7 17,1 16,8 23,4 52,6 Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi IV menunjukkan pada periode setelah pemupukan terjadi peningkatan hampir dua kali lipat jumlah bunga betina yang terbentuk per tandan, namun jumlah buah total panen hanya mengalami peningkatan 1 hingga 2 buah per tandan. Tingginya jumlah bunga betina yang terbentuk ini diakibatkan karakteristik bunga kelapa yang terbuka, sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan antar tanaman

34 18 secara alami dengan bantuan angin dan serangga lebah (Ramirez et al. 2004). Akibatnya persentase buah total panen cenderung lebih rendah setelah perlakuan pemupukan dibandingkan sebelum pemupukan (Tabel 16). Tabel 17. Persentase buah total panen dan buah kopyor pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Perlakuan Persentase Buah Kopyor Persentase Buah Panen Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah PK/NPK 45,7 25,7 52,0 56,8 TPK/NPK 40,6 19,0 46,1 55,1 PK/TNPK 33,8 19,9 55,8 63,7 TPK/TNPK 42,3 24,2 51,7 47,5 Hasil pengamatan pengujian pengaruh pemupukan di lokasi IV juga menunjukkan jumlah buah kopyor yang dipanen per tandan relatif sama antara setelah perlakuan pemupukan dibandingkan sebelum pemupukan, bahkan terjadi penurunan di perlakuan TPK/NPK dan tanpa perlakuan (Tabel 16). Namun buah normal yang dihasilkan mengalami peningkatan 2 hingga 3 buah per tandannya. Sehingga mengakibatkan persentase buah kopyor yang diamati per tandan cenderung menurun setelah perlakuan pemupukan dibandingkan dengan sebelum pemupukan, kecuali perlakuan TPK/NPK. Dari hasil evaluasi di lokasi IV diketahui bahwa perlakuan pemupukan berhasil menjaga pertanaman terbebas dari fenomena nglakani, yang diindikasikan dengan meningkatnya rataan jumlah betina dan buah total panen per tandan. Meskipun terlihat dari grafik, perlakuan pemupukan belum dapat meningkatkan persentase buah total panen dan persentase buah kopyor yang dipanen. Tabel 18. Uji t-student pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, jumlah buah total panen, produksi buah kopyor, dan buah normal per tahun pada pertanaman kelapa kopyor di lokasi IV Perlakuan Bunga Betina Buah Total Buah Kopyor Buah Normal PK/NPK -3,63* -1,60 tn -0,92 tn -6,83* TPK/NPK -3,03* -0,92 tn 0,19 tn -2,40 tn PK/TNPK -2,74* -1,23 tn -0,31 tn -3,09* TPK/TNPK -1,90 tn -0,76tn 0,06 tn -1,58 tn Keterangan: tn= tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%; * = berpengaruh nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%

35 19 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan pada lokasi IV tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini terlihat pada hasil uji F yang ditunjukkan pada Tabel 4. Hal ini berarti tanaman yang diberikan perlakuan pemupukan menghasilkan bunga betina, buah kopyor, buah normal, dan buah total yang tidak jauh berbeda dari tanaman yang tidak diberikan perlakuan pemupukan. Hasil uji t-student menunjukkan pemupukan berpengaruh nyata terhadap selisih jumlah bunga betina, jumlah buah normal dan jumlah buah total. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perlakuan pemupukan mampu menjaga pertanaman terbebas dari fenomena nglakani serta memperbaiki kondisi pertanaman kelapa kopyor. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya rataan jumlah betina panen per tandan per tahunnya dari keempat lokasi pengamatan. Pada populasi pertanaman yang mengalami kondisi nglakani yaitu di lokasi I dan II, pemupukan membantu dalam me-recovery tanaman kelapa kopyor dari fenomena nglakani, dengan meningkatkan rataan jumlah bunga betina. Sedangkan pada populasi pertanaman kelapa kopyor yang lebih stabil, seperti lokasi III dan IV, pemupukan mampu menjaga pertanaman terbebas dari kondisi nglakani, dengan meningkatkan rataan jumlah bunga betina serta buah total yang dapat dipanen. Saran Perlu adanya penambahan pembuatan saluran irigasi dan drainase untuk menjaga ketersediaan air pada musim kering dan mencegah terganggunya respirasi akar pada musim hujan. Selain itu perlu juga dalam pemeliharaan polinator alami, yaitu serangga penyerbuk seperti lebah untuk meningkatkan persentase buah betina yang terserbuki. Kondisi ketersediaan air yang baik akan membantu perkembangan bunga betina sehingga diharapkan dapat mencegah kerontokan dan meningkatkan persentase buah total maupun buah kopyor. DAFTAR PUSTAKA Freemond Y., Ziller R., dan De nuce De Lamothe M The Coconut Palm. International Potash Institute. 227.p Gomez K.A. dan Gomez A.A Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Syamsiddin E, Baharsjah J.S. Penerjemah. UI Press. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agriculture Research. Ma L., Shaffer M.J., dan Hansen S Modeling carbon and nitrogen dynamics for soil management. Lewis Publisher Washington DC. 290p Maskromo I., Novarianto H., dan Mashud N Potensi pengembangan kelapa kopyor di Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Industri Vol.13 No.1

36 20 Maskromo I., Novarianto H., Sukendah., Sukma D., dan Sudarsono Productivity of three dwarf kopyor coconut varieties from Pati, Central Java. Int J Coconut R&D. 29(2):19-28 Maskromo I. dan Tampake H Pengaruh umur bunga jantan beberapa jenis kelapa dalam (Cocos nucifera. Linn. Var. Typica) terhadap persentase buah jadi pada persilangan buatan denan Genjah Kuning Nias. Jurnal Penelitian Kelapa. 6(1):73-79 Menon K.P. dan Pandalai M The coconut palm, a monograph. India Central Coconut Comitee. 384p Murray D.B Coconut Palm In P de T Alvin and T.T Kozlowski. Ecophysiology of Tropical Crops. Nelliat E., Balakrishnan T., dan Nair P Microclimate of coconut varieties and cacao and cinnamon grown as mixed crops with coconut. Indian J.Meteorol, Hydrol, Geophys, 27:71-74 Novarianto H Karakteristik bunga dan hasil buah hasil persilangan kelapa hibrida genjah x genjah. Bul Palma.39: Novarianto H. dan Lolong A.A Peningkatan persentase buah kelapa kopyor melalui penyerbukan sendiri. Bul Palma.13(1):7-16. Pahan I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta Perera P.I.P., Hocher V., Weerakoon L.K., Yakandawala D.M.D., Fernando S.C., dan Verdeil J.L Early inflorescence and floral development in Cocos nucifera L. (Aracaceae: Arecoideae). South African J.Bot. 76: Ramirez V.M., Tablat V.P., Kevan P.G., Morillo I.R., Harries H., Berrera M.F., dan Villareal D.Z Mixed matching strategies and pollination by insect and wind in coconut palm (Cocos nucifera L (Aracaceae): importance in production and Agr. Forest Entomol. 6: Setyamidjaja D Bertanam Kelapa. Kanisius, Yogyakarta Sudarsono., Sudrajat., Novatianto H., Hosang M.L.A., Dinarti D., Rahayu M.S., dan Maskromo I Produksi Bibit Kopyor True to Type dengan Persilangan Terkontrol dan Peningkatan Produksi Buah Kelapa Kopyor dengan Polinator Lebah Madu. Laporan Hasil Penelitian Program HI-LINK. Institut Pertanian Bogor Yahya S., Sudrajat., dan Santoso Ekofisiologi dan Budidaya Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.). Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB Press, Bogor

37 LAMPIRAN

38 22

39 Lampiran 1. Data Curah Hujan Tayu Stasium Penangkar Pakis

40 24 Lampiran 2. Periode Pengamatan

BAB I KELAPA. (Cocos nucifera L.) Gambar 1.1. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+tanaman kelapa

BAB I KELAPA. (Cocos nucifera L.) Gambar 1.1. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+tanaman kelapa BAB I KELAPA (Cocos nucifera L.) Gambar 1.1. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+tanaman kelapa A. Sekilas Tanaman Kelapa Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI Oleh : SILTA RESLITA BR GINTING 0925010003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

KELAPA KOPYOR. Tipe Kelapa Kopyor

KELAPA KOPYOR. Tipe Kelapa Kopyor KELAPA KOPYOR Budidaya Kelapa kopyor bisa menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan dibanding dengan kelapa biasa. Dari segi keuntungan, kelapa kopyor memiliki nilai jual 10 kali lebih mahal dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bawang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L var. Kopyor) merupakan tanaman kelapa yang secara genetik menghasilkan buah kelapa dengan ciri

PENDAHULUAN Tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L var. Kopyor) merupakan tanaman kelapa yang secara genetik menghasilkan buah kelapa dengan ciri 0 PENDAHULUAN Tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L var. Kopyor) merupakan tanaman kelapa yang secara genetik menghasilkan buah kelapa dengan ciri sebagai berikut daging buah (endosperma) lepas dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perkembangan pada sektor industri pertanian dan perkebunan ditandai dengan terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN 422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus

Lebih terperinci

RESPONS DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK SKRIPSI OLEH :

RESPONS DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK SKRIPSI OLEH : RESPONS DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK SKRIPSI OLEH : DION S PRATAMA SITEPU 080301029 AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN Jurnal Cendekia Vol 11 Nomor 2 Mei 2013 PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) VARIETAS HARMONY Oleh:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ± I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen utama pakan ternak yang harus tersedia khususnya untuk ternak rumiansia sebagai sumber energi dan serat kasar. Konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL Nurhadiah Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email: diah.nurhadiah@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci