BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Fuzzy Neural Network (FNN) adalah gabungan sistem fuzzy dengan Artificial Neural Network (ANN). Fuzzy Neural Network (FNN) merupakan suatu model yang dilatih menggunakan jaringan syaraf, namun struktur jaringannya diinterpretasikan dengan sekelompok aturan-aturan fuzzy (Kasabov, 22). FNN merupakan arsitektur jaringan yang dirancang untuk memproses data-data fuzzy (Park, 2). Pada FNN, unsur-unsur utama pada jaringan syaraf tidak lagi menggunakan bentuk klasik seperti jaringan syaraf pada umumnya, namun telah diganti dengan pendekatan logika fuzzy. Penggunaan logika fuzzy ini digunakan untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian yang terjadi pada unsur-unsur jaringan syaraf tersebut (Sri Kusumadewi & Sri Hartati, 21). Model FNN ini mempunyai banyak kombinasi yang dihasilkan dari penyusunan metode baik yang ada di dalam logika fuzzy maupun jaringan syaraf tiruan. Pada tugas akhir ini, algoritma pembelajaran yang digunakan untuk model FNN adalah algoritma pembelajaran backpropagation dengan arsitektur jaringan feedforward yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan input, lapisan tersembunyi dan lapisan output. Input yang digunakan adalah input fuzzy dengan fungsi keanggotaan trapesium. Fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan tersembunyi adalah fungsi sigmoid biner, sedangkan fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan output adalah fungsi linear karena hanya ada satu neuron output. 44

2 Gambar 3.1 berikut menunjukkan arsitektur algoritma backpropagation dengan jaringan feedforward dan input fuzzy pada lapisan input. x v p v v z w x v v z w v p v 3 v 3 y x 3 v 3p w p v n v n z p w x n v np v Bias Bias v v p Lapisan Input Fuzzy Lapisan Tersembunyi Lapisan Output Gambar 3.1. Arsitektur Backpropagation Neural Network dengan Input Fuzzy Berdasarkan Gambar 3.1, yang berupa input fuzzy, adalah neuron pada lapisan input adalah neuron pada lapisan tersembunyi dan adalah neuron pada lapisan output, sedangkan adalah bobot lapisan input dan lapisan tersembunyi, adalah bobot lapisan tersembunyi dan lapisan output. 45

3 Bobot bias pada lapisan tersembunyi disimbolkan dengan dan bobot bias pada lapisan output disimbolkan dengan. Model Fuzzy Neural Network menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner (Persamaan 2.5) pada lapisan tersembunyi dan menggunakan fungsi aktivasi linear (Persamaan 2.3) pada lapisan output, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut. (3.1) Keterangan: adalah variabel output. adalah variabel input fuzzy ke-i. adalah bobot dari neuron ke-i pada lapisan input fuzzy menuju neuron ke-j pada lapisan tersembunyi. adalah bobot bias neuron ke-j pada lapisan tersembunyi. adalah bobot dari neuron ke-j pada lapisan tersembunyi menuju neuron pada lapisan output. adalah bobot bias pada neuron lapisan output. adalah error. B. Prosedur Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Menggunakan Model Fuzzy Neural Network Berikut adalah prosedur pemodelan Fuzzy Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara. 46

4 1. Preprocessing Citra Preprocessing citra dilakukan sebelum proses ekstraksi citra mammogram. Preprocessing citra yang dilakukan adalah pemotongan citra dan menghilangkan background (latar) hitam. Pengolahan citra mammogram ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ACDSee Pro 2 dan Corel PHOTO-PAINT X4. Langkah-langkah preprocessing citra mammogram adalah sebagai berikut. a. Proses Pemotongan Citra dan Menghilangkan Background Program ACDSee Pro 2 diperlukan untuk membuka file citra mammogram dengan format penyimpanan PGM dan mengubahnya ke dalam format yang dapat dibuka oleh program Corel PHOTO-PAINT X4 serta tidak mengubah informasi pada citra. Setelah file citra dapat dibuka, proses pemotongan dan menghilangkan background dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan program Corel PHOTO-PAINT X4. Dalam proses pemotongan citra tersebut, diusahakan tetap berbentuk bujur sangkar agar sesuai dengan bentuk awal dan ukuran pixel juga dapat dikembalikan seperti semula. Citra mammogram hasil pemotongan masih mempunyai background berwarna hitam. Background berwarna hitam dianggap mempengaruhi hasil klasifikasi. Oleh karena itu, program Corel PHOTO- PAINT X4 diperlukan untuk membantu proses menghilangkan background hitam sehingga background menjadi berwarna putih dan dapat mengurangi pengaruh pada proses ekstraksi citra. Setelah proses 47

5 menghilangkan background dilakukan, citra disimpan dengan format PNG dan pixel citra dikembalikan menjadi 124x124 agar sesuai dengan kualitas awal citra mammogram payudara. b. Perbaikan Kualitas Citra dengan Operasi Titik Intensity Adjustment Perbaikan kualitas citra dengan operasi titik dilakukan untuk meningkatkan keakuratan hasil klasifikasi stadium kanker payudara. Pada proses ini, nilai intensitas citra dipetakan secara linear dari histogram lama ke histogram baru. Proses perbaikan kualitas citra mammogram payudara dengan operasi titik intensity adjustment dilakukan dengan bantuan Matlab R213a. Langkah-langkah operasi titik intensity adjustment adalah sebagai berikut. Langkah 1. Memanggil citra mammogram payudara dengan perintah A=imread('mdb3.png'); Langkah 2. Melakukan operasi titik intensity adjustment dengan perintah pic=imadjust(a,[.15.9],[ 1]); yang artinya intensitas citra mammogram payudara dipetakan dari,15 ke dan dari,9 ke 1. Langkah 3. Menampilkan citra sebelum dan setelah dilakukan operasi titik dengan perintah sebagai berikut. subplot(1,2,1); imshow(a); subplot(1,2,2); imshow(pic); 48

6 2. Ekstraksi Citra Setelah melakukan pemotongan citra, menghilangkan background dan operasi titik, langkah selanjutnya adalah melakukan ekstraksi citra. Ekstraksi citra adalah suatu teknik pengambilan nilai atau parameter suatu citra. Proses ekstraksi citra dapat dilakukan dengan Gray Level Coocurrence Matrix (GLCM). Parameter-parameter hasil ekstraksi citra yang digunakan dalam tugas akhir ada 14 fitur, yaitu kontras (2.3), korelasi (2.31), energy (2.32), homogenitas (2.33), entropi (2.34), sum of squares (2.35), inverse difference moment (2.36), sum average (2.37), sum entropy (2.38), sum variance (2.39), difference variance (2.4), difference entropy (2.41), probabilitas maksimum (2.42) dan dissimilarity (2.43). 3. Menentukan Variabel Input dan Variabel Output Variabel input model FNN yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah hasil fuzzifikasi nilai-nilai ekstraksi citra mammogram payudara. Fuzzifikasi adalah pemetaan himpunan tegas (crisp) ke himpunan fuzzy yang diwakili oleh suatu derajat keanggotaan (Ross, 21:93). Fuzzifikasi input FNN menggunakan fungsi keanggotaan representasi kurva trapesium (2.24). langkah-langkah untuk mencari derajat keanggotaan input FNN adalah sebagai berikut. a. Mengidentifikasi Himpunan Semesta (U) untuk Setiap Input Himpunan semesta merupakan himpunan yang memuat nilai-nilai dari keseluruhan data yang akan digunakan. Dengan kata lain, nilai tersebut harus masuk ke dalam interval himpunan semesta. Nilai yang 49

7 digunakan dalam himpunan semesta pada tugas akhir ini adalah nilai minimum dan maksimum pada hasil ekstraksi citra dari data training dan data testing. b. Mendefinisikan Himpunan Fuzzy pada Input Proses mendefinisikan himpunan tegas ke himpunan fuzzy dilakukan dengan bantuan program Matlab R213a. Pada tugas akhir ini, himpunan fuzzy didefinisikan dengan menggunakan fungsi keanggotaan trapesium. Setelah menentukan himpunan semesta dari setiap variabel input, langkah selanjutnya adalah menentukan parameter dari fungsi keanggotaan trapesium sehingga dapat menentukan derajat keanggotaannya. Masing-masing input didefinisikan menjadi 9 himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan trapesium. Pembagian himpunan fuzzy pada variabel input dilakukan peneliti dengan cara trial error. Berdasarkan himpunan semesta yang telah ditentukan, parameterparameter pada fungsi keanggotaan trapesium dengan 9 himpunan fuzzy dan, dapat dirumuskan sebagai berikut. Diketahui himpunan semesta. (3.2) (3.3) [ ] (3.4) dengan 5

8 ..,,,,,,,,,,,,,,,. Rumus tersebut berlaku untuk menentukan parameter fungsi keanggotaan trapesium, yaitu dan pada semua variabel input yang didefinisikan menjadi 9 himpunan fuzzy. c. Menentukan Maksimum dari Derajat Keanggotaan Hasil ekstraksi yang digunakan untuk pembentukan model FNN adalah 96 data training. Hasil ekstraksi citra dari setiap variabel dari data training tersebut dicari derajat keanggotaannya melalui fungsi keanggotaan yang telah didefinisikan sebelumnya. Selanjutnya, derajat keanggotaan terbesar digunakan sebagai input untuk mencari model FNN terbaik. Pencarian derajat keanggotaan terbesar dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel

9 Target jaringan pada model FNN berupa klasifikasi masing-masing citra mammogram, sedangkan variabel output pada tugas akhir ini adalah hasil klasifikasi dari citra mammogram payudara yang diperoleh dari hasil pembelajaran backpropagation. Banyak variabel input akan menentukan banyaknya neuron pada lapisan input dan banyaknya variabel output akan menentukan banyaknya neuron pada lapisan output. 4. Pembagian Data Data hasil fuzzifikasi ekstraksi citra mammogram payudara yang telah diperoleh dibagi menjadi 2, yaitu data training dan data testing. Data training digunakan untuk mencari model terbaik, sedangkan data testing digunakan untuk menguji ketepatan model yang telah diperoleh dari data training. Menurut Hota, Shrivas dan Singhai (213:165), terdapat beberapa komposisi pembagian data training dan testing yang sering digunakan sebagai berikut. 1) 6% untuk data training dan 4% untuk data testing. 2) 75% untuk data training dan 25% untuk data testing. 3) 8% untuk data training dan 2% untuk data testing. 5. Normalisasi Data Setelah diperoleh data input fuzzy dari proses fuzzifikasi, langkah selanjutnya adalah data harus dinormalisasi sebelum dilakukan proses pembelajaran backpropagation. Data tersebut dibawa ke bentuk normal yang memiliki mean = dan standar deviasi = 1. Menurut Samarasinghe (27: 52

10 253), pendekatan sederhana untuk normalisasi data adalah dengan bantuan mean dan standar deviasi sebagai berikut. a. Perhitungan nilai rata-rata: (3.2) dengan adalah rata-rata nilai data. adalah nilai data ke-i. adalah banyaknya data. b. Perhitungan nilai varians: (3.3) dengan adalah nilai varians data. adalah rata-rata nilai data. adalah nilai data ke-i. adalah banyaknya data. c. Perhitungan normalisasi: (3.4) dengan adalah nilai standar deviasi data. adalah rata-rata nilai data. adalah nilai data ke-i. 53

11 Perhitungan normalisasi pada tugas akhir ini dilakukan dengan bantuan Matlab R213a. Pada Matlab, normalisasi dengan mean dan standar deviasi menggunakan perintah prestd dengan syntax sebagai berikut. [Pn,meanp,stdp,Tn,meant,stdt]=prestd(P,T) dengan P adalah matriks input data training. T adalah matriks target training. Pn adalah matriks input yang ternormalisasi dengan mean= dan standar deviasi=1. Tn adalah matriks target yang ternormalisasi dengan mean= dan standar deviasi=1. meanp adalah mean pada matriks input asli (P). stdp adalah standar deviasi pada matriks input asli (P). meant adalah mean pada matriks target asli (T). stdt adalah standar deviasi pada matriks target asli (T). Apabila terdapat data input baru yaitu data testing yang akan disimulasikan dalam pembelajaran, maka data baru tersebut juga harus dinormalisasi sesuai dengan mean dan standar deviasi jaringan. Berikut adalah perintah Matlab yang digunakan. Qn=trastd(Pc,meanp,stdp) dengan Qn adalah matriks input testing yang ternormalisasi. Pc adalah matriks input testing. 54

12 meanp adalah mean pada matriks input asli (P). stdp adalah standar deviasi pada matriks input asli (P). 6. Pembentukan Model Terbaik Pembentukan model FNN terbaik pada tugas akhir ini menggunakan algoritma pembelajaran backpropagation. Model terbaik diperoleh dari hasil pembelajaran pada 96 data training dari hasil ekstraksi citra mammogram kanker payudara. Penentuan model FNN terbaik didasarkan pada banyak neuron terbaik pada lapisan tersembunyi yang optimal dengan melihat nilai akurasi tertinggi. Pembelajaran awal yaitu menentukan banyaknya neuron pada lapisan input. Pada tugas akhir ini, pembelajaran menggunakan 13 variabel input, sehingga terdapat 13 neuron pada lapisan input. Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya neuron terbaik pada lapisan tersembunyi yang dilihat dari nilai akurasi tertinggi dengan cara trial and error pada data training. Banyak neuron pada lapisan output adalah 1 neuron, karena target pembelajaran berupa target crisp (tegas), bukan target fuzzy. Algoritma pembelajaran backpropagation dengan satu lapisan tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner pada lapisan tersembunyi dan fungsi aktivasi linear pada lapisan output, dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti yang dijelaskan pada Bab II. Sinyal output pada lapisan tersembunyi dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1) dengan fungsi aktivasi sigmoid biner dan sinyal output pada lapisan output dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.12) dengan fungsi aktivasi linear. 55

13 Setelah pembelajaran dilakukan, jaringan dapat digunakan untuk menguji data testing. Menurut Sri Kusumadewi (24: 112), arsitektur jaringan yang sering digunakan oleh algoritma backpropagation adalah jaringan feedforward dengan banyak lapisan. Pada program Matlab, digunakan instruksi newff untuk membangun suatu jaringan feedforward. Fungsinya adalah sebagai berikut. net=newff(pn,[s1 S2 Sq],TF1 TF2 TFn},BTF,PF) dengan Pn adalah matriks berukuran nx2 yang berisi nilai minimum dan maksimum, dengan n adalah jumlah variabel input. Si adalah banyaknya neuron pada lapisan ke-i, dengan i=1,2,,q. TFi adalah fungsi aktivasi pada lapisan ke-i, dengan i=1,2,,n (default: logsig dan purelin). BTF adalah fungsi pelatihan jaringan (default: traingdx). PF adalah fungsi kinerja (default: akurasi). Sebelum melakukan pembelajaran, parameter pembelajaran harus diatur terlebih dahulu. Ada beberapa fungsi pembelajaran untuk bobot-bobot yang menggunakan gradient descent, yaitu gradient descent (traingd) dan gradient descent dengan momentum (traingdm). Proses pelatihan pada kedua algoritma pelatihan tersebut biasanya akan berjalan cukup lambat. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini akan digunakan teknik heuristik yang merupakan salah satu teknik perbaikan dari fungsi pembelajaran gradient 56

14 descent untuk mempercepat proses pembelajaran, yaitu traingdx. Traingdx adalah gradient descent dengan adaptive learning rate dan momentum (gabungan dari traingda dan traingdm). Berikut adalah parameter yang harus diatur untuk fungsi pembelajaran traingdx (Sri Kusumadewi, 24: ). a. Maksimum epoh Maksimum epoh adalah jumlah epoh maksimum yang boleh dilakukan selama proses pelatihan. Iterasi akan dihentikan apabila nilai epoh melebihi maksimum epoh. Instruksi: net.trainparam.epochs=maxepoh Nilai maksimum epoh yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 5. b. Kinerja tujuan Kinerja tujuan adalah target nilai fungsi kinerja. Iterasi akan dihentikan apabila nilai fungsi kinerja kurang dari atau sama dengan kinerja tujuan. Instruksi: net.trainparam.goal=targeterror Nilai kinerja tujuan yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 1e-5. c. Maksimum kenaikan kinerja Maksimum kenaikan kinerja adalah nilai maksimum kenaikan error yang diijinkan, antara error saat ini dan error sebelumnya. Jika perbandingan antara error pelatihan yang baru dengan error pelatihan lama melebihi maksimum kenaikan kinerja, maka bobot-bobot baru akan diabaikan. Sebaliknya, jika perbandingannya kurang dari maksimum kenaikan kinerja, maka bobot-bobot akan dipertahankan. 57

15 Instruksi: net.tainparam.max_perf_inc=maxperfinc Nilai maksimum kenaikan kinerja yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 1,6. d. Learning rate Learning rate adalah laju pembelajaran. Semakin besar nilai learning rate akan berimplikasi pada semakin besarnya langkah pembelajaran. Jika learning rate diatur terlalu besar, maka algoritma akan menjadi tidak stabil. Instruksi: net.trainparam.lr=learningrate Nilai learning rate yang digunakan pada tugas akhir ini adalah,1. e. Rasio untuk menaikkan learning rate Rasio ini berguna sebagai faktor pengali untuk menaikkan learning rate apabila learning rate yang ada terlalu rendah untuk mencapai kekonvergenan. Instruksi: net.trainparam.lr.inc=inclearningrate Nilai rasio yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 1,2. f. Rasio untuk menurunkan learning rate Rasio ini berguna sebagai faktor pengali untuk menurunkan learning rate apabila learning rate yang ada terlalu tinggi dan menuju ke ketidakstabilan. Instruksi: net.trainparam.lr.dec=declearningrate Nilai rasio yang digunakan pada tugas akhir ini adalah,6. 58

16 g. Momentum Momentum adalah konstanta yang mempengaruhi besarnya perubahan bobot, yang bernilai antara sampai 1. Jika nilai momentum =, maka perubahan bobot hanya akan dipengaruhi oleh gradiennya. Jika nilai momentum = 1, maka perubahan bobot akan sama dengan perubahan bobot sebelumnya. Instruksi: net.trainparam.mc =Momentum Nilai momentum yang digunakan pada tugas akhir ini adalah,8. h. Jumlah epoh yang akan ditunjukkan kemajuannya Parameter ini menunjukkan berapa jumah epoh berselang yang akan ditunjukkan kemajuannya. Instruksi: net.trainparam.show =EpohShow Jumlah epoh yang akan ditunjukkan kemajuannya pada tugas akhir ini adalah 5. Pembelajaran pada jaringan feedforward dilakukan untuk mengatur bobot, sehingga pada akhir pembelajaran akan diperoleh bobot terbaik. Pada program Matlab, terdapat dua cara untuk mengimplementasikan algoritma gradient descent, yaitu incremental mode dan batch mode. Cara yang digunakan pada tugas akhir ini adalah batch mode. Pada batch mode, perhitungan gradien dan perbaikan nilai bobot-bobot dilakukan setelah pengoperasian semua input data. Pembelajaran backpropagation dengan batch mode menggunakan fungsi train dengan syntax sebagai berikut. [net,tr]=train(net,pn,tn) 59

17 dengan net adalah jaringan syaraf. tr adalah informasi pelatihan (epoh dan fungsi kinerja). Pn adalah matriks data input yang telah dinormalisasi. Tn adalah matriks data target yang telah dinormalisasi. Setelah parameter-parameter ditentukan, algoritma backpropagation menggunakan fungsi traingdx dapat dijalankan dan jaringan akan memperoleh bobot-bobot akhir pada lapisan input dan lapisan tersembunyi. Bobot-bobot akhir terbaik dihasilkan dari banyaknya neuron terbaik pada lapisan tersembunyi yang menghasilkan nilai akurasi tertinggi dengan arsitektur sederhana. Bobot-bobot terbaik akan digunakan untuk menghitung nilai output y dengan menggunakan Persamaan (3.1). Nilai output y ini yang menjadi hasil dari pembelajaran FNN dan merupakan solusi dari permasalahan tugas akhir ini. 7. Denormalisasi Data Denormalisasi adalah proses pengembalian nilai atau data ternormalisasi output jaringan ke nilai yang sebenarnya. Syntax pada Matlab: [P,T]=poststd(Pn,meanp,stdp,Tn,meant,stdt) dengan P dan T adalah matriks yang telah didenormalisasi. Jika sebelum pembelajaran digunakan fungsi prestd, maka output jaringan syaraf yang dihasilkan akan memiliki mean= dan standar deviasi=1, sehingga perlu digunakan fungsi poststd setelah dilakukan simulasi jaringan syaraf. 6

18 Syntax: ab=sim(net,pn) a=poststd(ab,meant,stdt) Secara umum prosedur pembentukan model Fuzzy Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut ini. Mulai Preprocessing Citra Ekstraksi Citra Menentukan variabel input fuzzy dan output Pembagian data training dan testing Normalisasi Pembentukan Model Terbaik Denormalisasi Hasil Klasifikasi Hasil Jelek Akurasi Hasil Baik Model FNN Terbaik Selesai Gambar 3.2. Prosedur Pemodelan Fuzzy Neural Network 61

19 C. Hasil Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Menggunakan Model Fuzzy Neural Network Salah satu model yang dapat digunakan untuk klasifikasi stadium kanker payudara adalah Fuzzy Neural Network. Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah data citra mammogram payudara yang diperoleh dari database Mammographic Image Analysis Society (MIAS) melalui website Masing-masing citra mammogram berukuran 124x124 pixel dengan format Portable Gray Map (pgm). Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 12 citra yang terdiri dari 4 citra mammogram payudara normal, 4 citra mammogram payudara tumor dan 4 citra mammogram payudara kanker. Langkah-langkah klasifikasi stadium kanker payudara menggunakan model Fuzzy Neural Network adalah sebagai berikut. 1. Preprocessing citra Langkah awal yang dilakukan adalah preprocessing citra. Proses preprocessing citra yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah memotong citra dan menghilangkan background hitam. Langkah-langkah preprocessing citra mammogram payudara adalah sebagai berikut. a. Proses pemotongan citra dan menghilangkan background Proses pemotongan citra mammogram payudara dan menghilangkan background hitam dilakukan dengan bantuan program Corel PHOTO-PAINT X4. Hasil dari proses pemotongan citra dan menghilangkan background citra mammogram payudara ada pada 62

20 Lampiran 1 (Halaman 13) dan Lampiran 2 (Halaman 147). Berikut adalah contoh proses pemotongan citra mammogram (Gambar 3.2) dan menghilangkan background hitam (Gambar 3.3) pada citra mdb3.png. (a) (b) Gambar 3.3. Pemotongan citra mammogram payudara; (a) mdb3 sebelum dipotong, (b) mdb3 setelah dipotong (a) (b) Gambar 3.4. Proses menghilangkan background citra mammogram payudara;(a) mdb3 dengan background hitam, (b) mdb3 dengan background putih b. Perbaikan kualitas citra dengan operasi titik intensity adjustment Kualitas citra mammogram payudara yang telah dipotong dan dihilangkan background hitamnya diperbaiki menggunakan operasi titik intensity adjustment. Script M-File Matlab untuk operasi titik 63

21 dapat dilihat pada Lampiran 4 (Halaman 157). Gambar 3.4 menunjukkan hasil tampilan citra mdb3.png sebelum dan sesudah dilakukan operasi titik intensity adjustment. Setelah dilakukan operasi titik, terjadi perubahan kualitas citra menjadi lebih baik dan siap untuk dilakukan proses ekstraksi citra. 2. Ekstraksi citra Gambar 3.5.Citra mammogram mdb3.png sebelum dan sesudah dilakukan operasi titik intensity sdjustment Setelah dilakukan preprocessing citra mammogram payudara, langkah selanjutnya adalah melakukan ekstraksi citra. Proses ekstraksi citra untuk mendapatkan 14 parameter dapat dilakukan dengan bantuan Matlab R213a menggunakan metode GLCM. Script M-file Matlab R213a untuk ekstraksi citra ini dilampirkan pada Lampiran 3 (Halaman 152) dan Lampiran 4 (Halaman 157), sedangkan output hasil ekstraksi citra secara lengkap terlampir pada Lampiran 5 (Halaman 158), Lampiran 6 (Halaman 162), Lampiran 7 (Halaman 164) dan Lampiran 8 (Halaman 168). Berikut adalah contoh hasil ekstraksi citra mammogram payudara mdb3.png yang ditunjukkan pada Tabel

22 Tabel 3.1. Hasil Ekstraksi Citra mdb3.png Nama File mdb3.png Kontras, Korelasi,97571 Energi, Homogenitas, Entropi 1, Sum of squares 5,99859 Inverse difference moment, Sum average 13,79131 Sum entropy 1, Sum variance 167,1448 Difference variance, Difference entropy, Probabilitas maksimum, Dissimilarity, Menentukan variabel input dan variabel output Variabel input model FNN yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah hasil fuzzifikasi dari 13 parameter hasil ekstraksi citra, karena terdapat dua parameter yang nilainya sama sehingga salah satu parameter dieliminasi, yaitu difference variance. Parameter yang digunakan sebagai input adalah kontras ( ), korelasi ( ), energi ( 3 ), homogenitas ( ), entropi ( ), sum of squares ( ), inverse difference moment ( ), sum average ( ), sum entropy ( ), sum variance ( ), difference entropy ( ), probabilitas maksimum ( ) dan dissimilarity ( 3 ). Oleh karena itu, banyaknya neuron pada lapisan output adalah 13 neuron. Fuzzifikasi FNN pada tugas akhir ini menggunakan fungsi keanggotaan representasi kurva trapesium (2.24). Langkah-langkah untuk mencari derajat keanggotaan input FNN adalah sebagai berikut. 65

23 a. Mengidentifikasi himpunan semesta (U) untuk setiap input Himpunan semesta untuk setiap variabel input adalah sebagai berikut. 1) Kontras Nilai minimum dan maksimum fitur kontras adalah, dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur kontras adalah. 2) Korelasi Nilai minimum dan maksimum fitur korelasi adalah, dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur korelasi adalah. 3) Energi 3 Nilai minimum dan maksimum fitur energi adalah,17565 dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur energi adalah. 4) Homogenitas Nilai minimum dan maksimum fitur homogenitas adalah, dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur homogenitas adalah. 5) Entropi Nilai minimum dan maksimum fitur entropi adalah,82242 dan 2, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur entropi adalah. 66

24 6) Sum of Squares (Variances) Nilai minimum dan maksimum fitur sum of squares adalah 29,2892 dan 58, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur sum of squares adalah. 7) Inverse Difference Moment Nilai minimum dan maksimum fitur inverse difference moment adalah, dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur inverse difference moment adalah. 8) Sum Average Nilai minimum dan maksimum fitur sum average adalah 1,7175 dan 15,5581. Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur sum average adalah. 9) Sum Entropy Nilai minimum dan maksimum fitur sum entropy adalah, dan 2, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur sum entropy adalah. 1) Sum Variance Nilai minimum dan maksimum fitur sum variance adalah 82,58297 dan 21,4425. Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur sum variance adalah. 67

25 11) Difference Entropy Nilai minimum dan maksimum fitur difference entropy adalah, dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur difference entropy adalah. 12) Probabilitas Maksimum Nilai minimum dan maksimum fitur probabilitas maksimum adalah,26296 dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur probabilitas maksimum adalah. 13) Dissimilarity 3 Nilai minimum dan maksimum fitur dissimilarity adalah,59452 dan, Oleh karena itu, himpunan semesta untuk fitur dissimilarity adalah. b. Mendefinisikan himpunan fuzzy pada input Masing-masing input didefinisikan menjadi 9 himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan trapesium. Pembagian himpunan fuzzy pada variabel input dilakukan dengan cara trial error. 1) Kontras Variabel kontras didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel kontras pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. 68

26 [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel kontras berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel kontras berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut. 69

27

28 ) Korelasi Variabel korelasi didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel kontras pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel korelasi berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. 71

29 Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel korelasi berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

30 ) Energi Variabel energi didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan 3. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel energi pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) 73

31 Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel energi berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. 3 3 Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel energi berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

32 ) Homogenitas Variabel homogenitas didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel homogenitas pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. 75

33 [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel homogenitas berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel homogenitas berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut. 76

34

35 3 3 5) Entropi Variabel entropi didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel entropi pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel entropi berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. 78

36 3 Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel entropi berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

37 ) Sum of Squares(Variances) Variabel sum of squares didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel sum of squares pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) 8

38 Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel sum of squares berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel sum of squares berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

39 ) Inverse Difference Moment Variabel inverse difference moment didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel inverse 82

40 difference moment pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel inverse difference moment berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. 3 3 Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk 83

41 variabel inverse difference moment berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

42 3 3 8) Sum Average Variabel sum average didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel sum average pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) 85

43 Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel sum average berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel sum average berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

44 ) Sum Entropy Variabel sum entropy didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel sum entropy pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. 87

45 [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel sum entropy berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel sum entropy berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut. 88

46

47 1) Sum Variance Variabel sum variance didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel sum variance pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel sum variance berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan 9

48 dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel sum variance berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

49 11) Difference Entropy Variabel difference entropy didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel difference entropy pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) 92

50 Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel difference entropy berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel difference entropy berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

51 ) Probabilitas Maksimum Variabel probabilitas maksimum didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel probabilitas maksimum pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. 94

52 [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel probabilitas maksimum berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel probabilitas maksimum berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

53

54 13) Dissimilarity Variabel dissimilarity didefinisikan dengan 9 himpunan fuzzy dan 3. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan untuk variabel dissimilarity pada himpunan berdasarkan persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4) adalah sebagai berikut. [ ] ( ) Fungsi keanggotaan pada himpunan untuk variabel dissimilarity berdasarkan persamaan (2.24) adalah sebagai berikut. Perhitungan parameter fungsi keanggotaan pada himpunan 97

55 dan analog dengan perhitungan parameter pada himpunan, sehingga diperoleh fungsi keanggotaan untuk variabel dissimilarity berdasarkan persamaan (2.24) sebagai berikut

56 33 33 c. Menentukan maksimum dari derajat keanggotaan Derajat keanggotaan terbesar digunakan sebagai input untuk mencari model FNN terbaik. Pencarian derajat keanggotaan terbesar dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel 27. Berikut adalah derajat keanggotaan setiap variabel input dari citra mdb3.png berdasarkan hasil ekstraksi pada Tabel ) Kontras Nilai kontras berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy kontras adalah sebagai berikut.,,,,,,,, 99

57 Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel kontras pada citra mdb3.png adalah. 2) Korelasi Nilai korelasi berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy korelasi adalah sebagai berikut.,,,,, 3 3 3,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel korelasi pada citra mdb3.png adalah. 1

58 3) Energi Nilai energi berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy energi adalah sebagai berikut.,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel energi pada citra mdb3.png adalah. 4) Homogenitas Nilai homogenitas berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy homogenitas adalah sebagai berikut.,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. 11

59 Jadi, input FNN untuk variabel homogenitas pada citra mdb3.png adalah. 5) Entropi Nilai entropi berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy entropi adalah sebagai berikut.,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel entropi pada citra mdb3.png adalah. 6) Sum of Squares Nilai sum of squares berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy sum of squares adalah sebagai berikut.,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah: 12

60 . Jadi, input FNN untuk variabel sum of squares pada citra mdb3.png adalah. 7) Inverse Difference Moment Nilai inverse difference moment berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masingmasing himpunan fuzzy inverse difference moment adalah sebagai berikut.,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel inverse difference moment pada citra mdb3.png adalah. 8) Sum Average Nilai sum average berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy sum average adalah sebagai berikut.,,, 13

61 ,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel sum average pada citra mdb3.png adalah. 9) Sum Entropy Nilai sum entropy berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy sum entropy adalah sebagai berikut.,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel sum entropy pada citra mdb3.png adalah. 1) Sum Variance Nilai sum variance berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy sum variance adalah sebagai berikut. 14

62 ,,,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.23), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel sum variance pada citra mdb3.png adalah. 11) Difference Entropy Nilai difference entropy berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masingmasing himpunan fuzzy difference entropy adalah sebagai berikut.,,,, 3 3, 3,,,,. 15

63 Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel difference entropy pada citra mdb3.png adalah. 12) Probabilitas Maksimum Nilai probabilitas maksimum berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masingmasing himpunan fuzzy probabilitas maksimum adalah sebagai berikut.,,,,,, 3 3, 3 3 3,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel probabilitas maksimum pada citra mdb3.png adalah. 16

64 13) Dissimilarity Nilai dissimilarity berdasarkan hasil ekstraksi adalah. Perhitungan derajat keanggotaan pada masing-masing himpunan fuzzy dissimilarity adalah sebagai berikut.,, ,,,,,,. Berdasarkan persamaan (2.26), nilai terbesar dari kesembilan derajat keanggotaan tersebut adalah:. Jadi, input FNN untuk variabel dissimilarity pada citra mdb3.png adalah. Variabel output model FNN pada tugas akhir ini adalah hasil klasifikasi dari citra mammogram payudara, yaitu satu variabel output, sehingga banyaknya neuron pada lapisan output adalah satu neuron. Target jaringan pada tugas akhir ini adalah klasifikasi masingmasing citra mammogram payudara, yaitu normal, tumor dan kanker. Neural network hanya dapat memproses data numerik, sehingga target dan output jaringan disimbolkan dengan angka numerik, yaitu angka 1 untuk 17

65 payudara normal, 2 untuk tumor payudara, dan 3 untuk kanker payudara. Variabel output menggunakan satu variabel yang dibagi menjadi 3 selang untuk penentuan klasifikasi dengan kriteria pengelompokkan yang didasarkan pada pendekatan bilangan adalah sebagai berikut. a. Jika output (y) bernilai maka dianggap 1, sehingga hasil klasifikasi normal. b. Jika output (y) bernilai maka dianggap 2, sehingga hasil klasifikasi merupakan tumor payudara. c. Jika output (y) bernilai maka dianggap 3, sehingga hasil klasifikasi merupakan kanker payudara. 4. Pembagian data Tugas akhir ini menggunakan komposisi data 8% untuk data training dan 2% untuk data testing. Oleh karena itu, dari 12 data mammogram payudara dibagi menjadi data training sebanyak 96 data dan data testing sebanyak 24 data. Hasil pembagian input terlampir pada Lampiran 1 Halaman 13 (data training) dan Lampiran 2 Halaman 147 (data testing). 5. Normalisasi data Sebelum melakukan pembelajaran backpropagation, terlebih dahulu dilakukan normalisai data input FNN agar berdistribusi normal baku. Contoh hasil normalisasi data pada citra mdb3.png dengan bantuan Matlab R213a ditunjukkan pada Tabel

66 Tabel 3.2. Hasil Normalisasi Data pada Citra mdb3.png Nama File mdb3.png Kontras Korelasi Energi Homogenitas Entropi Sum of squares Inverse difference moment Sum average Sum entropy Sum variance Difference entropy Probabilitas maksimum Dissimilarity Pembentukan model terbaik Berdasarkan prosedur-prosedur yang telah diuraikan di atas, model FNN terbaik untuk klasifikasi stadium kanker payudara dapat ditentukan. Pada tugas akhir ini, penentuan model terbaik dilakukan dengan bantuan program Matlab R213a. Arsitektur jaringan feedforward pada model FNN ini menggunakan 1 lapisan tersembunyi. Proses pembelajaran backpropagation menggunakan fungsi pembelajaran traingdx, dengan 13 neuron input, 1 lapisan tersembunyi dan 1 neuron output. Fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan tersembunyi adalah sigmoid biner dan fungsi aktivasi pada lapisan output adalah linear. Setelah prosedur pembelajaran backpropagation disusun dalam sebuah script Matlab (Lampiran 9 Halaman 17) dan dijalankan, banyaknya neuron terbaik pada lapisan tersembunyi dapat ditentukan. Pada proses pembelajaran backpropagation, dilakukan proses trial and error untuk menentukan banyak neuron pada lapisan tersembunyi. Proses 19

67 pembelajaran dimulai dari arsitektur dengan 1 neuron sampai 1 neuron pada lapisan tersembunyi. Pembelajaran backpropagation dalam klasifikasi stadium kanker payudara baik dengan operasi titik maupun tidak memiliki prosedur yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada proses preprocessing citra, yaitu melalui proses operasi titik dan tidak. Berikut adalah hasil proses pembelajaran neuron terbaik pada lapisan tersembunyi yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 (dengan operasi titik) dan Tabel 3.4 (tanpa operasi titik). Tabel 3.3. Nilai Akurasi Hasil Pembelajaran Neuron Terbaik dengan Operasi Titik Banyak Akurasi Neuron Training Testing 1 48,9583% 37,5% 2 62,5% 5% 3 82,2917% 58,3333% 4 93,75% 58,3333% 5 96,875% 7,8333% 6 1%* 79,1667%* 7 1% 7,8333% 8 1% 75% 9 1% 7,8333% 1 1% 7,8333% Keterangan: *) Model Terbaik Berdasarkan Tabel 3.3, proses pembelajaran dihentikan setelah menggunakan 1 neuron pada lapisan tersembunyi karena nilai akurasinya cenderung turun. Nilai akurasi tertinggi pada data training dan data testing terletak pada sruktur jaringan dengan 6 neuron pada lapisan tersembunyi. Oleh karena itu, model FNN yang digunakan pada klasifikasi kanker payudara dengan operasi titik adalah 6 neuron pada lapisan tersembunyi dengan akurasi 1% pada data training dan 79,1667% pada data testing. 11

68 Tabel 3.4. Nilai Akurasi Hasil Pembelajaran Neuron Terbaik tanpa Operasi Titik Banyak Akurasi Neuron Training Testing 1 43,75% 25% 2 72,9167% 2,8333% 3 84,375% 25% 4 91,6667% 37,5% 5 96,875% 29,1667% 6 1%* 54,1667%* 7 1% 25% 8 1% 29,1667% 9 1% 25% 1 1% 2,8333% Keterangan: *) Model Terbaik Berdasarkan Tabel 3.4 tersebut, proses pembelajaran dihentikan setelah menggunakan 1 neuron pada lapisan tersembunyi karena nilai akurasinya cenderung turun. Nilai akurasi tertinggi pada data training dan data testing terletak pada sruktur jaringan dengan 6 neuron pada lapisan tersembunyi. Oleh karena itu, model FNN yang digunakan pada klasifikasi kanker payudara tanpa operasi titik adalah 6 neuron pada lapisan tersembunyi dengan akurasi 1% pada data training dan 54,1667% pada data testing. Contoh perhitungan klasifikasi stadium kanker payudara dengan model FNN terbaik yang telah diperoleh akan ditunjukkan pada data mdb3.png dengan operasi titik. Nilai dan (Lampiran 14 Halaman 18) diperoleh dari hasil pembelajaran FNN menggunakan algoritma backpropagation dengan Matlab R213a. Operasi keluaran lapisan input ke-j lapisan tersembunyi adalah sebagai berikut. 111

69 3 3 ( ) 3 ( ) 3 ( ) ( ) 112

70 Sehingga, ( ) Operasi keluaran pada lapisan tersembunyi menuju lapisan output adalah sebagai berikut. ( ) Sehingga, Nilai yang digunakan merupakan nilai dari ke-13 variabel input fuzzy dari citra mdb3.png yang ternormalisasi dengan klasifikasi normal, sehingga diperoleh nilai output ternormalisasi, yaitu. 113

71 7. Denormalisasi data Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh nilai. Nilai tersebut harus didenormalisasi terlebih dahulu karena input yang digunakan merupakan nilai yang telah dinormalisasi. Denormalisasi dilakukan dengan bantuan Matlab R213a menggunakan fungsi poststd sebagai berikut. y =poststd(y*,meant,stdt) =poststd( ,2,.82783) =1.715 Setelah dilakukan proses denormalisasi, diperoleh nilai output. Nilai output berada pada selang sehingga nilai y dianggap 1, artinya hasil klasifikasi normal. Klasifikasi untuk data yang lainnya dapat dilakukan dengan langkah perhitungan yang sama, baik yang melalui proses operasi titik maupun tidak. Output hasil klasifikasi stadium kanker payudara menggunakan model FNN dengan operasi titik secara keseluruhan terlampir pada Lampiran 1 Halaman 172 (data training) dan Lampiran 11 Halaman 175 (data testing), sedangkan hasil klasifikasi tanpa operasi titik secara keseluruhan terlampir pada Lampiran 12 Halaman 176 (data training) dan Lampiran 13 Halaman 179 (data testing). D. Pegukuran Ketepatan Hasil Klasifikasi Hasil pembelajaran pada model Fuzzy Neural Network dapat memberikan hasil klasifikasi yang tidak tepat. Sensitivitas, spesifisitas dan akurasi merupakan 114

72 ukuran statistik kinerja yang dapat menghitung ketepatan hasil klasifikasi. Ketiga ukuran tersebut dapat digunakan dengan menentukan nilai True Positive (TP), True Negative (TN), False Positive (FP) dan False Negative (FN). Ketepatan hasil klasifikasi kanker payudara menggunakan model FNN adalah sebagai berikut. 1. Ketepatan Hasil Klasifikasi Data Training Tabel 3.5. Menghitung Tingkat Sensitivitas dan Spesifisitas Data Training (dengan Operasi Titik) Diagnosa Breast Cancer Present Absent Total Positive TP = 64 FP = TP+FP = 64 Negative FN = TN = 32 FN+TN = 32 Total TP+FN = 64 FP+TN = Tabel 3.6. Menghitung Tingkat Akurasi Data Training (dengan Operasi Titik) Diagnosa Klasifikasi dengan FNN Awal Normal Tumor Kanker Total Normal Tumor Kanker Total Berdasarkan Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 dapat dihitung ukuran statistik kinerja hasil klasifikasi kanker payudara menggunakan model FNN dengan operasi titik sebagai berikut. a. b. 3 3 c. 115

73 Pada data training dengan operasi titik, tingkat sensitivitas 1% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang memiliki kanker payudara adalah sebesar 1%. Spesifisitas data training 1% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara adalah sebesar 1%. Akurasi pada data training 1% artinya hasil klasifikasi dengan model FNN akurat 1% untuk pasien yang memiliki kanker payudara (tumor atau kanker) maupun pasien dengan payudara normal. Pada Tabel 3.6 terlihat bahwa klasifikasi pada semua data training sesuai dengan target awal. Tabel 3.7. Menghitung Tingkat Sensitivitas dan Spesifisitas Data Training (tanpa Operasi Titik) Diagnosa Breast Cancer Present Absent Total Positive TP = 64 FP = TP+FP = 64 Negative FN = TN = 32 FN+TN = 32 Total TP+FN = 64 FP+TN = Tabel 3.8. Menghitung Tingkat Akurasi Data Training (tanpa Operasi Titik) Diagnosa Klasifikasi dengan FNN Awal Normal Tumor Kanker Total Normal Tumor Kanker Total Berdasarkan Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 dapat dihitung ukuran statistik kinerja hasil klasifikasi kanker payudara menggunakan model FNN tanpa operasi titik sebagai berikut. d. 116

74 e. 3 3 f. Pada data training tanpa operasi titik, tingkat sensitivitas 1% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang memiliki kanker payudara adalah sebesar 1%. Spesifisitas data training 1% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara adalah sebesar 1%. Akurasi pada data training 1% artinya hasil klasifikasi dengan model FNN akurat 1% untuk pasien yang memiliki kanker payudara (tumor atau kanker) maupun pasien dengan payudara normal. Pada Tabel 3.8 terlihat bahwa klasifikasi pada semua data training sesuai dengan target awal. 2. Ketepatan Hasil Klasifikasi Data Testing Tabel 3.9. Menghitung Tingkat Sensitivitas dan Spesifisitas Data Testing (dengan Operasi Titik) Diagnosa Breast Cancer Present Absent Total Positive TP = 14 FP = TP+FP = 14 Negative FN = 2 TN = 8 FN+TN = 1 Total TP+FN = 16 FP+TN = 8 24 Tabel 3.1. Menghitung Tingkat Akurasi Data Testing (dengan Operasi Titik) Diagnosa Klasifikasi dengan FNN Awal Normal Tumor Kanker Total Normal 8 8 Tumor Kanker Total

75 Berdasarkan Tabel 3.9 dan Tabel 3.1 dapat dihitung ukuran statistik kinerja hasil klasifikasi kanker payudara menggunakan model FNN dengan operasi titik sebagai berikut. a. b. c. Pada data testing dengan operasi titik, tingkat sensitivitas sudah cukup baik yaitu 87,5% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang memiliki kanker payudara adalah sebesar 87,5%. Spesifisitas data testing 1% artinya kemungkinan model FNN mengklasifikasi dengan tepat untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara adalah sebesar 1%. Akurasi pada data testing 79,1667% artinya hasil klasifikasi dengan model FNN akurat 79,1667% untuk pasien yang memiliki kanker payudara (tumor atau kanker) maupun pasien dengan payudara normal. Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa klasifikasi pada 8 citra payudara normal sesuai dengan target awal. Hasil klasifikasi pada 8 citra payudara tumor menunjukkan hasil output citra payudara normal sebanyak 1, citra payudara kanker sebanyak 2, dan sebanyak 5 citra payudara tumor diklasifikasikan sesuai target awal. Hasil klasifikasi pada 8 citra payudara kanker menunjukkan hasil output citra payudara normal sebanyak 1, citra payudara tumor sebanyak 1, dan sebanyak 6 citra payudara kanker diklasifikasikan sesuai target awal. 118

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil BAB IV PEMBAHASAN Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk diagnosa kanker otak, hasil klasifikasi, dan ketepatan hasil klasifikasinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. A. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model

BAB III PEMBAHASAN. Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model FRBFNN, hasil model FRBFNN untuk deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

Disusun oleh: Aziza Ratna Kumala

Disusun oleh: Aziza Ratna Kumala PERBANDINGAN K-MEANS DAN FUZZY C-MEANS CLUSTERING PADA MODEL RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (RBFNN) UNTUK KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk diagnosis penyakit jantung

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat pada payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara antara lain

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat pada payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel-sel pada jaringan payudara secara abnormal, terus menerus, tidak terkontrol dan tidak terbatas. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural

BAB II KAJIAN TEORI. di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori yang akan digunakan dalam penelitian ini di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural Network, algotitma Backpropagation,

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan

BAB III PEMBAHASAN. 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan BAB III PEMBAHASAN A. Fuzzy Radial Basis Function (FRBFNN) 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan gabungan dari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kanker. Kanker yang tumbuh pada payudara disebut kanker payudara.

BAB II KAJIAN TEORI. kanker. Kanker yang tumbuh pada payudara disebut kanker payudara. BAB II KAJIAN TEORI A. Kanker Payudara Kanker merupakan pertumbuhan sekelompok sel yang tidak normal, yang berkembang pada bagian tubuh yang normal. Sel kanker yang tumbuh membentuk benjolan disebut tumor.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI

DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PARKET KAYU JATI BERDASARKAN ANALISA TEKSTUR GLDM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Muhammad Arief Rahman Hakim Jurusan Teknik Informatik

KLASIFIKASI PARKET KAYU JATI BERDASARKAN ANALISA TEKSTUR GLDM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Muhammad Arief Rahman Hakim Jurusan Teknik Informatik Wood Parket Classification based on GDLM texture Analysis With Backpropagation Method Muhammad Arief Rahman Hakim Undergraduate Program, Faculty of Industrial Engineering, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA DARI CITRA MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA DARI CITRA MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA DARI CITRA MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Data Untuk Analisis Jaringan Syaraf Tahapan pertama sebelum merancang model jaringan syaraf tiruan adalah menyiapkan data. Secara garis besar tahapan-tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Deret Waktu (Time Series) Dalam statistika, deret wktu atau time series merupakan rangkaian data yang berupa nilai pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Implementasi Sistem Fuzzy... (Weni Safitri) 1 IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA IMPLEMENTATION OF FIRST-ORDER SUGENO FUZZY SYSTEM ON DIAGNOSING BREAST CANCER Oleh:

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto )

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto ) Tingkat Ketelitian Pengenalan Pola Data pada Algoritma Pelatihan Perbaikan Metode Batch Mode dalam Jaringan Syaraf Tiruan (The Level of Data Pattern Recognition Accuracy on Training Algorithm of Batch

Lebih terperinci

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia.

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sedikit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker

BAB II KAJIAN TEORI. terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker BAB II KAJIAN TEORI A. Kanker Paru Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, terutama asap rokok. Menurut World

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Kurniawati Handayani 09.11.3278 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN BEBAN PUNCAK DISTRIBUSI LISTRIK DI WILAYAH PEMALANG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan (JST) pertama kali diperkenankan oleh McCulloch dan Walter Pitts pada tahun 943. Jaringan saraf tiruan merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN BAB III RANCANG BANGUN 3.1 LANGKAH PENGERJAAN Program identifikasi dengan media biometrik citra iris mata yang menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) terdiri dari dua tahap, yaitu proses pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru telah menjadi salah satu kanker yang sering terjadi dalam beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang tak terkendali pada

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanungpura, Jalan Prof.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB ABSTRAK

PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB ABSTRAK PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB Nurhayati 1, John Adler 2, Sri Supatmi 3 1,2,3 Teknik Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 1 nuril24@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB VI CONTOH APLIKASI JST UNTUK PENGENALAN POLA SIDIK JARI

BAB VI CONTOH APLIKASI JST UNTUK PENGENALAN POLA SIDIK JARI BAB VI CONTOH APLIKASI JST UNTUK PENGENALAN POLA SIDIK JARI Kompetensi :. Mahasiswa memahami aplikasi JST Sub Kompetensi :. Dapat melakukan pemrograman JST dengan Matlab.. Dapat mencoba kasus aplikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian terdahulu, pengolahan citra digital dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation

Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.174-179 ISSN 2302-495X Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation Mira Febrina 1, Faula Arina

Lebih terperinci

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro 1110100049 Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 Diagnosa

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

NEURAL NETWORK BAB II

NEURAL NETWORK BAB II BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Yang Digunakan BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN Secara umum, gambaran data yang penulis peroleh dapat dilihat pada lampiran. Data tersebut adalah data hasil proses logging disajikan dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Tri Deviasari Wulan 1, Endah Purwanti 2, Moh Yasin 3 1,2 Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

Peramalan Pemintaan Produk Keripik Tempe CV Aneka Rasa Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Peramalan Pemintaan Produk Keripik Tempe CV Aneka Rasa Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Pemintaan Produk Keripik Tempe CV Aneka Rasa Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Demand Forecasting of Tempe Chips Product at CV Aneka Rasa With Artificial Neural Network Method Indah Putri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis besar terdiri atas bagian input, bagian proses, dan bagian output seperti gambar

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM. Berikut adalah hal-hal mengenai Kanker Paru:

BAB II KAJIAN TEORI. Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM. Berikut adalah hal-hal mengenai Kanker Paru: BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori yang diantaranya mengenai Kanker Paru, Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM Kohonen clustering dan Ketepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jantung pasien penyakit jantung secara elektro-akustik atau PCG

BAB III METODE PENELITIAN. jantung pasien penyakit jantung secara elektro-akustik atau PCG BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh melalui observasi terhadap pasien penyakit jantung. Penelitian ini menggunakan alat untuk mendeteksi dan perekaman detak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolorektal ( colo rectal carcinoma) atau yang biasa disebut sebagai kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbayak diantara tumor lainnya yang menyerang

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto ) Key words- training algorithm, error, epoch, learning rate.

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto ) Key words- training algorithm, error, epoch, learning rate. Tingkat Keoptimalan Algoritma Pelatihan pada Jaringan Syaraf Tiruan (Studi Kasus Prediksi Prestasi Belajar Mahasiswa) Optimization Level of Training Algorithms in Neural Network (Case Studies of Student

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN

BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN Bab ini membahas rancang bangun model dari sistem penunjang keputusan cerdas untuk sistem rantai pasokan beras di provinsi DKI Jakarta. Rancang bangun model dari

Lebih terperinci

Deteksi Kanker Serviks ( Carsinoma Serviks Uteri ) pada Citra Hasil Rekaman CT-Scan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Deteksi Kanker Serviks ( Carsinoma Serviks Uteri ) pada Citra Hasil Rekaman CT-Scan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Deteksi Kanker Serviks ( Carsinoma Serviks Uteri ) pada Citra Hasil Rekaman CT-Scan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Dewi Ari Nirmawaty, Prof. Dr. Ir Suhariningsih, Delima Ayu Saraswati ST. MT. Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peramalan adalah menduga atau memperkirakan suatu keadaan di masa yang akan datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk menetapkan kapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika BAB III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Teknik informatika yang memiliki andil yang cukup besar dalam berbagai kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika merupakan hal yang menarik

Lebih terperinci