Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional"

Transkripsi

1 Laporan Tahunan 2010 Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional

2 Daftar Isi Pendahuluan 8 Tonggak Sejarah 10 Ikhtisar Data Keuangan 13 Ikhtisar Saham 14 Laporan Presiden Komisaris 20 Laporan Presiden Direktur Tinjauan Bisnis 28 Perbankan Cabang 34 Perbankan Korporasi 38 Perbankan Individual 44 Perbankan Tresuri dan Internasional Pendukung Bisnis 50 Manajemen Risiko 56 Sumber Daya Manusia 59 Operasi dan Jaringan 63 Teknologi Informasi Tinjauan Tata Kelola Perusahaan 68 Laporan Pelaksanaan GCG 106 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tinjauan Keuangan 112 Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan 131 Laporan Keuangan Konsolidasi Data Perusahaan Visi Misi Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA

3 Fokus strategis BCA pada Pertumbuhan, Kualitas penyaluran kredit, dan Efisiensi memungkinkan Bank untuk mencapai pertumbuhan berkualitas tinggi dan meningkatkan perannya sebagai bank transaksional yang menyediakan layanan penyelesaian pembayaran dalam mendukung tercapainya perekonomian Indonesia yang kuat dan tujuan pembangunan nasional Laporan Tahunan BCA

4 Fokus pada Pertumbuhan Pertumbuhan Kredit yang Solid Di tahun 2010, portofolio kredit BCA tumbuh 24,2% dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit sektor perbankan Indonesia sebesar 22,1%. BCA berada pada posisi yang menguntungkan untuk senantiasa berkembang di tengah kondisi ekonomi yang ditandai oleh rendahnya tingkat suku bunga dan permintaan nasabah yang terus meningkat 902 dan sekitar 5 juta jumlah cabang dan ATM transaksi per hari Pada tahun 2010 BCA terus tumbuh berkembang, baik dalam jaringan cabang maupun jaringan distribusi elektronik dengan membuka 27 cabang baru, menambah 848 ATM dan menempatkan EDC. Hingga akhir tahun 2010, jaringan BCA terdiri atas 902 cabang, ATM, dan lebih dari EDC, yang secara efektif memberikan layanan transaksi bagi lebih dari 9 juta rekening nasabah Rata-rata frekuensi transaksi mencapai sekitar 5 juta transaksi per hari. Transaksi melalui Internet Banking berkembang pesat, dimana nilai transaksi tumbuh 40,7% dan frekuensi transaksi tumbuh 74,6% 2 Laporan Tahunan BCA 2010

5 peningkatan dana pihak ketiga 13,2% Dana pihak ketiga tumbuh 13,2% menjadi Rp 277,5 triliun, didukung oleh peningkatan dana rekening giro dan tabungan Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk pertumbuhan portofolio kredit 24,2% Penyaluran kredit naik 24,2% menjadi Rp 153,9 triliun. Kenaikan tersebut terjadi di seluruh segmen kredit terutama pada segmen kredit konsumer Tiga unsur utama strategi BCA dalam memasuki tahun 2010 adalah Pertumbuhan, Kualitas, dan Efisiensi. Sebagai salah satu bank penyedia layanan transaksi dan pembayaran terkemuka di Indonesia, BCA tumbuh berkembang dengan kokoh dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional. pertumbuhan kredit konsumer 31,9% Tingginya pertumbuhan kredit konsumer ditopang oleh kredit perumahan dan kendaraan bermotor roda empat, yang merupakan hasil dari pengaruh positif pertumbuhan segmen kelas menengah dan tingkat suku bunga yang rendah BCA secara bertahap memperluas perannya dari bank transaksional menjadi penyedia solusi keuangan dengan menawarkan produk yang lebih beragam dan pendekatan bisnis yang lebih berorientasi pada nasabah. Kami terus memperkuat usaha dalam menyalurkan kredit dan menggali peluang bisnis baru untuk menjawab berbagai keinginan dan kebutuhan nasabah. Nilai Transaksi Internet Banking (dalam triliun Rupiah) Dana Pihak Ketiga (dalam triliun Rupiah) Portofolio Kredit (dalam triliun Rupiah) 1.907,7 277,5 153,9 611,1 991, ,6 245,1 209,5 189,2 152,7 61,4 82,4 123,9 112,8 323, Laporan Tahunan BCA

6 Kualitas adalah Prioritas Utama Kami Peningkatan Kualitas Kredit Dengan menekankan pemberian kredit yang berkualitas, didasari oleh penentuan kriteria kredit serta langkah pemantauan dan pengawasan yang ketat, BCA berhasil mempertahankan kualitas portofolio kredit secara keseluruhan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) 0,6% rasio cadangan terhadap NPL 394,5% Ekspansi kredit ditunjang oleh komposisi dana pihak ketiga yang berkualitas, dengan rekening transaksional sebagai porsi utama Proporsi rekening transaksional terhadap total dana pihak ketiga Rekening Transaksional (Giro dan Tabungan) Deposito 25% 75% 4 Laporan Tahunan BCA 2010

7 Memperdalam Hubungan dengan Nasabah Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Nasabah Kepuasan Nasabah Kualitas Produk dan Layanan BCA terus meningkatkan kualitas produk dan layanan perbankannya guna memberikan manfaat bagi para nasabah. Pada tahun 2010, BCA mengembangkan teknologi KlikBCA Smartphone dan e-commerce serta terus menambah fiturfitur keamanan perbankan elektronik Dahlan Iskan Presiden Direktur PT PLN (Persero) Kemampuan BCA dalam menyediakan layanan berkualitas tinggi dan sistem yang aman mendukung PLN dalam mengembangkan bisnis dan layanannya. Layanan transaksi pembayaran elektronik BCA dan jaringan yang luas memberikan kemudahan bagi nasabah dan menciptakan efisiensi bagi PLN dalam menangani pembayaran tagihan langganan PLN. BCA berhasil mempertahankan kepercayaan dan loyalitas kami dengan menyediakan berbagai layanan lebih dari yang dijanjikan, serta selalu cepat tanggap dalam mengambil langkah maju untuk memenuhi kebutuhan nasabah perbankan korporasi. Lebih dari itu, dengan citra perbankan yang kuat dan kemampuan pembiayaan yang besar, BCA berperan penting dalam pembiayaan proyek PLN. BCA membantu PLN merealisasikan pembangunan pembangkit listrik dalam menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menggerakkan ekonomi nasional. Kami puas dengan dukungan penuh BCA dalam setiap kerjasama yang terjalin. Laporan Tahunan BCA

8 Efisiensi adalah Keharusan Pertumbuhan berkualitas harus diimbangi dengan efisiensi serta optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Pengembangan sumber daya manusia merupakan kunci dalam upaya kami untuk meningkatkan efisiensi efisiensi biaya < 50% Efisiensi biaya dipertahankan pada tingkat di bawah 50% peningkatan biaya operasional 13,3% Pengelolaan biaya secara efisien menghasilkan peningkatan biaya operasional yang minimal peningkatan jumlah transaksi melalui jaringan distribusi elektronik 22,6% Investasi di bidang teknologi mendukung pesatnya peningkatan transaksi melalui jaringan distribusi elektronik 6 Laporan Tahunan BCA 2010

9 Meningkatkan Efisiensi Jahja Setiaatmadja Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Optimalisasi sumber daya manusia, infrastruktur dan logistik guna mendukung pertumbuhan usaha yang berkualitas Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di setiap jenjang organisasi melalui program pelatihan dan pendidikan yang terarah Tingginya persaingan bisnis perlu disikapi dengan meningkatkan efisiensi. Upaya peningkatan efisiensi dilakukan dalam lingkup yang luas, meliputi efisiensi biaya dan optimalisasi produktivitas karyawan, serta penyederhanaan prosedur operasional dan administrasi dengan dukungan teknologi yang semakin baik. BCA menyelenggarakan program pelatihan khusus maupun massal bagi semua karyawan di seluruh unit kerja. Teknologi dimanfaatkan sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam program-program edukasi seperti e-learning dan Video Based Training (VBT). Investasi dalam infrastruktur jaringan distribusi elektronik sebagai pelengkap jaringan fisik cabang Melakukan simplifikasi prosedur operasional dan administrasi tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian Laporan Tahunan BCA

10 introduction business review business support Tonggak Sejarah 1955 NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA) BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. 1970an BCA memperkuat jaringan layanan cabang. Tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. 1980an Sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan jaringan kantor cabang secara luas. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun penerapan teknologi informasi, seperti menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA. 1990an BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM BCA (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA menjalin kerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA Indonesia mengalami krisis moneter. BCA mengalami rush. Pada tahun 1998 BCA menjadi Bank Taken Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Proses rekapitalisasi BCA selesai dan sebagian besar kredit yang disalurkan BCA dipertukarkan dengan Obligasi Pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN, menguasai 92,8% saham BCA. 8 Laporan Tahunan BCA 2010

11 governance review financial review corporate data Kilas aksi korporasi tahun Pengembangan bisnis pada periode 2000an 2000 BPPN melakukan divestasi 22,5% dari total saham BCA melalui Penawaran Saham Publik Perdana (IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang menjadi 70,3% Penawaran Publik Kedua (Secondary Public Offering) 10% dari total saham BCA. Kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 60,3% FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil-alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement BPPN melakukan divestasi atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas Pemerintah Republik Indonesia tidak lagi memiliki saham BCA dengan dilakukannya divestasi seluruh sisa 5,02% saham BCA. BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, Internet Banking KlikBCA, Mobile Banking m-bca, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA juga mengembangkan beberapa layanan khusus, seperti: BCA Prioritas, BCABIZZ, dan BCA Consumer Plus. BCA mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang pembiayaan kendaraan bermotor roda empat melalui anak perusahaannya, BCA Finance BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih respon positif dari pasar. BCA meluncurkan kartu prabayar Flazz Card serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksional BCA secara proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksional. BCA telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional BCA mulai memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah dan pembiayaan sepeda motor. BCA juga memperkuat bisnis perbankan transaksional melalui pengembangan layanan baru yaitu KlikBCA melalui Smartphone dan layanan e-commerce. Catatan : Terdapat efek dilusi atas kepemilikan saham lama sehubungan dengan penerbitan saham baru dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham, dimana periode eksekusi opsi dilakukan dari November 2001 sampai dengan November 2006 Laporan Tahunan BCA

12 introduction business review business support Ikhtisar Data Keuangan 1 Ikhtisar Data Keuangan 5 tahun terakhir (Audit, Konsolidasi, pada atau untuk tahun yang berakhir 31 Desember) Neraca (dalam miliar Rupiah) Total Aktiva Total Aktiva Produktif Kredit gross Penempatan pada Bank Indonesia dan bank Lain gross Surat-surat Berharga - gross Obligasi Pemerintah Dana Pihak Ketiga Giro Tabungan Deposito Pinjaman yang Diterima Ekuitas Pendapatan Operasional (dalam miliar Rupiah) Pendapatan Operasional (Pendapatan Bunga Bersih & Pendapatan Operasional Lainnya) Beban Operasional (9.558) (8.433) (6.810) (5.884) (5.115) Beban Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan 4 (324) (2.258) (1.741) (210) (584) Laba Sebelum Pajak Penghasilan Laba Bersih Laba Bersih per Saham (EPS) Rasio Keuangan 6 ROA 7 3,5% 3,4% 3,4% 3,3% 3,8% ROE 8 33,3% 31,8% 30,2% 26,7% 29,1% Marjin Bunga Bersih (NIM) 9 5,3% 6,4% 6,6% 6,1% 7,2% Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) 10 13,5% 15,3% 15,8% 19,2% 22,1% Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) 11 55,2% 50,3% 53,8% 43,6% 40,3% Rasio NPL terhadap Total Kredit 12 0,6% 0,7% 0,6% 0,8% 1,3% Indikator Utama Lainnya Jumlah Rekening (dalam ribuan) Jumlah Cabang (domestik dan luar negeri) Jumlah ATM Jumlah Kartu ATM (dalam ribuan) Jumlah Kartu Kredit (dalam ribuan) Semua angka dalam laporan tahunan ini menggunakan aturan dalam Bahasa Indonesia, kecuali dinyatakan lain. 1. Mulai tanggal 1 Januari 2010 BCA mengadopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Untuk periode-periode sebelumnya, standar akuntansi yang digunakan adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000) mengenai Akuntansi Perbankan. Penerapan PSAK 50 dan 55 telah menyebabkan beberapa perbedaan yang signifikan dalam penyajian informasi keuangan pada pos pendapatan bunga bersih, pendapatan operasional lainnya dan marjin bunga bersih (NIM). Keterangan lebih detail mengenai standar baru tersebut dapat dilihat di dalam bagian pembahasan kinerja keuangan dan catatan Laporan Keuangan Konsolidasi hasil audit tahun Dana pihak ketiga tidak termasuk simpanan dari bank lain. 3. Pinjaman yang diterima termasuk simpanan dari bank lain. 4. Termasuk beban estimasi kerugian atas transaksi rekening administratif. 5. Laba bersih per saham dasar tidak termasuk pengaruh dilusi saham atas pelaksanaan opsi kepemilikan saham manajemen dari MSOP, namun setelah penyesuaian retroaktif pemecahan nilai saham satu menjadi dua lembar pada tanggal 31 Januari Induk perusahaan saja, rasio keuangan tahun 2010 disajikan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 mengenai perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 10 Laporan 2001 perihal Tahunan Laporan BCA Keuangan 2010 Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia; sedangkan rasio keuangan periode-periode sebelumnya disajikan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 mengenai perubahan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 7. Dihitung dari laba (rugi) sebelum pajak dibagi dengan rata-rata total aktiva. 8. Dihitung dari laba (rugi) setelah pajak dibagi dengan rata-rata total ekuitas (TIER1). 9. Dihitung dari pendapatan (beban) bunga bersih dibagi dengan rata-rata aktiva produktif, yang terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, surat-surat berharga, tagihan akseptasi, surat berharga yang dibeli dengan janji di dijual kembali, obligasi pemerintah, dan kredit yang diberikan. 10. Rasio CAR tahun 2010 memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 mengenai Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) ; sedangkan rasio CAR untuk tahun-tahun sebelumnya hanya memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. 11. Dihitung dari total kredit (diluar antar bank) dibagi dengan dana pihak ketiga (diluar antar bank). 12. Dihitung dari total kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan, macet) dibagi total kredit (di luar kredit antar bank).

13 governance review financial review corporate data Total Aktiva (dalam miliar Rupiah) Kredit - gross (dalam miliar Rupiah) Dana Pihak Ketiga (dalam miliar Rupiah) Ekuitas (dalam miliar Rupiah) Pendapatan Operasional (Pendapatan Bunga Bersih & Pendapatan Operasional Lainnya) (dalam miliar Rupiah) Laba Bersih (dalam miliar Rupiah) Laporan Tahunan BCA

14 introduction business review business support ROA (%) ROE (%) 3,4 3,8 3,4 3,3 3,5 29,1 26,7 31,8 30,2 33, Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin - NIM) (%) Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR)* (%) 7,2 6,1 6,6 6,4 5,3 22,1 19,2 15,8 15,3 13, * CAR pada tahun 2010 dihitung dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan operasional. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, CAR dihitung dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio - LDR) (%) 43,6 40,3 53,8 50,3 55,2 Rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loan - NPL) (%) 1,3 0,8 0,6 0,7 0, Laporan Tahunan BCA 2010

15 governance review financial review corporate data Ikhtisar Saham Kinerja Saham BCA Tahun Harga Saham Volume Harga Saham (dalam Rupiah) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Volume (dalam ribuan) Harga Saham BCA (dalam Rupiah) Triwulan Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan Setahun Penuh Setahun Penuh Tertinggi Terendah Penutupan Akhir Periode Rata-rata Data Saham BCA (Per 31 Desember) Jumlah Lembar Saham Saham Dibeli Kembali oleh BCA (Treasury Stock) Kapitalisasi Pasar (dalam miliar Rupiah) Laba per Saham (dalam Rupiah) Nilai Buku per Saham (dalam Rupiah) P/E 18,4 17,4 P/BV 4,6 4,2 Sumber: Bloomberg Riwayat Dividen* Nilai per Saham Diumumkan Cum-Dividend Pencatatan Pembayaran 2010 Interim Rp Nov 2010 Pasar Regular dan Negosiasi 19 Nov Nov Des 2010 Pasar Tunai 24 Nov Final Rp 70 7 Mei 2010 Pasar Regular dan Negosiasi 31 Mei Jun Jun 2010 Pasar Tunai 3 Jun Interim Rp Okt 2009 Pasar Regular dan Negosiasi 12 Nov Nov Des 2009 Pasar Tunai 17 Nov Final Rp Mei 2009 Pasar Regular dan Negosiasi 9 Jun Jun Jun 2009 Pasar Tunai 12 Jun Interim Rp Des 2009 Pasar Regular dan Negosiasi 15 Jan Jan Jan 2009 Pasar Tunai 20 Jan Final Rp 63,5 26 Mei 2008 Pasar Regular dan Negosiasi 12 Jun Jun Jul 2008 Pasar Tunai 17 Jun Interim Rp Nov 2007 Pasar Regular dan Negosiasi 29 Nov Des Des 2007 Pasar Tunai 4 Des Final Rp Mei 2007 Pasar Regular dan Negosiasi 8 Jun Jun Jun 2007 Pasar Tunai 13 Jun Interim Rp Sep 2006 Pasar Regular dan Negosiasi 10 Okt Okt Nov 2006 Pasar Tunai 13 Okt Final Rp Mei 2006 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Jun Jun Jun 2006 Pasar Tunai 9 Jun Interim Rp Sep 2005 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Okt Okt Okt 2005 Pasar Tunai 11 Okt Final Rp Jun 2005 Pasar Regular dan Negosiasi 19 Jul Jul Agt 2005 Pasar Tunai 22 Jul Interim Rp Okt 2004 Pasar Regular dan Negosiasi 22 Nov Nov Des 2004 Pasar Tunai 25 Nov Final Rp 112,5 8 Jun 2004 Pasar Regular dan Negosiasi 30 Jun Jul Jul 2004 Pasar Tunai 6 Jul Final Rp Nov 2003 Pasar Regular dan Negosiasi 3 Des Des Des 2003 Pasar Tunai 8 Des Final Rp Okt 2002 Pasar Regular dan Negosiasi 29 Okt Nov Nov 2002 Pasar Tunai 1 Nov Interim Rp Okt 2001 Pasar Regular dan Negosiasi 14 Nov Nov Des 2001 Pasar Tunai 20 Nov 2001 * BCA melakukan pemecahan saham (stock split) dengan rasio 1:2 efektif pada tanggal 15 Mei 2001, 8 Juni 2004 dan 31 Januari Laporan Tahunan BCA

16 introduction business review business support Laporan Presiden Komisaris Pemegang saham yang kami hormati, Dengan berbahagia, saya sampaikan bahwa BCA mencatat kemajuan berarti dalam menghadapi berbagai tantangan serta berhasil membukukan pertumbuhan berkualitas di sepanjang tahun Setelah mengalami penurunan kondisi ekonomi selama dua tahun terakhir, perekonomian dunia pada tahun 2010 secara bertahap mulai pulih. Sepanjang tahun 2010, negara-negara utama dalam bidang perekonomian melanjutkan upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan kebijakan suku bunga yang rendah dan mendukung ketersediaan likuiditas dalam sistem ekonomi, seraya mengambil langkah-langkah untuk memacu investasi baru. Pemulihan ekonomi tersebut menyebabkan peningkatan permintaan komoditas dan sumber daya alam sehingga memberikan keuntungan besar bagi negara-negara seperti Indonesia. Namun demikian, pasar global masih terus dipengaruhi oleh ketidakseimbangan yang bersifat fundamental di berbagai negara sehingga menghambat perekonomian global dalam mencapai pertumbuhan di seluruh segmen pasar. Didukung oleh terus menguatnya permintaan domestik, perekonomian Indonesia tahun 2010 berkembang dan bersama dengan negaranegara kawasan Asia lainnya memimpin pemulihan ekonomi dari krisis global. Berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia terbukti efektif dalam mendukung perekonomian. Kondisi ekonomi terus menunjukkan peningkatan, dimana suku bunga dipertahankan pada tingkat yang cukup rendah. Kondisi tersebut telah menciptakan lingkungan yang positif bagi perbankan dan industri lainnya di Indonesia untuk terus berkembang. 14 Laporan Tahunan BCA 2010

17 governance review financial review corporate data Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris Kedisiplinan dalam menerapkan strategi pertumbuhan berkualitas telah memberikan hasil yang positif dan menempatkan Bank pada arah yang tepat untuk menangkap berbagai peluang bisnis Laporan Tahunan BCA

18 introduction business review business support dari kiri ke kanan 1. Sigit Pramono Komisaris Independen 2. Raden Pardede Komisaris Independen 3. Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris 4. Tonny Kusnadi Komisaris 5. Cyrillus Harinowo Komisaris Independen Meskipun memberikan dampak positif bagi perekonomian, rendahnya tingkat suku bunga akibat dari tingginya tingkat persaingan di sektor perbankan telah memberikan tekanan terhadap marjin bunga bersih (Net Interest Margin - NIM). Guna mengantisipasi penurunan NIM tersebut, BCA menerapkan strategi pertumbuhan dengan didukung oleh upayaupaya untuk meningkatkan kualitas kredit dan efisiensi operasional. Kami juga mengantisipasi perkembangan masyarakat kelas menengah pada tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari sebelumnya, sehingga permintaan terhadap kebutuhan kepemilikan rekening bank maupun produk dan layanan perbankan yang lebih kompleks akan meningkat. Oleh karena 16 Laporan Tahunan BCA 2010

19 governance review financial review corporate data itu, selain menyediakan fasilitas transaksi bagi nasabah, BCA juga meningkatkan upaya dalam memahami kebutuhan dan menyediakan layanan yang lebih beragam kepada nasabah BCA. Itulah sebabnya pendalaman hubungan dengan nasabah menjadi strategi utama kami untuk tahun ini maupun di tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan berkualitas di tengah kokohnya perekonomian Nasional Didukung oleh neraca keuangan yang sehat, BCA memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kondusif. Menurut pendapat kami, Direksi telah menunjukkan kompetensi dan kerja kerasnya dalam memimpin dan mengarahkan Bank, Laporan Tahunan BCA

20 introduction business review business support sebagaimana tercermin dalam pencapaian BCA baik dari segi pengelolaan operasional maupun keuangan. Kedisiplinan dalam menerapkan strategi pertumbuhan berkualitas telah memberikan hasil yang positif dan menempatkan Bank pada arah yang tepat untuk menangkap berbagai peluang bisnis. BCA berhasil mencatat kinerja yang memuaskan pada tahun 2010, dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 24,6% menjadi Rp 8,5 triliun. Sejalan dengan peningkatan profitabilitas tersebut, BCA mencatat tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Assets - ROA) sebesar 3,5% dan tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity - ROE) sebesar 33,3%, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) sebesar 13,5%. Pencapaian ini didukung oleh ketangguhan business franchise yang dimiliki oleh BCA. Selain itu, dengan kinerja ekonomi yang kokoh sepanjang tahun 2010, BCA mampu memperluas aktivitas kredit secara signifikan maupun meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga. Upaya berkelanjutan dalam memperdalam hubungan dengan nasabah yang disertai dengan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, manajemen risiko dan infrastruktur perbankan telah memungkinkan kami untuk mengembangkan bisnis perbankan dengan tetap mempertahankan kualitas. Tata Kelola Perusahaan Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik merupakan hal utama dalam mendukung upaya Bank untuk selalu menjadi yang terdepan dalam mengelola risiko-risiko yang dihadapi. Dewan Komisaris menjalankan sistem pengawasan aktif melalui berbagai laporan dan melakukan pertemuan rutin dengan para anggota Direksi maupun Divisi Audit Internal serta komitekomite di bawah Dewan Komisaris. Komite di bawah Dewan Komisaris, yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi & Nominasi telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik dalam memberikan masukan dan rekomendasi yang secara efektif mendukung tugas dan tanggung jawab pengawasan Dewan Komisaris. Sebagai salah satu upaya untuk memperkuat tata kelola perusahaan, pada tahun 2010 BCA menggunakan jasa konsultan terkemuka untuk melakukan pembenahan sistem pelaporan dan pemantauan Dewan Komisaris. Sistem baru ini merupakan media dash-board secara online yang dapat memberikan informasi mengenai kinerja Bank serta sangat berguna bagi pengawasan dan proses pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris. BCA juga terus melanjutkan berbagai upaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagai salah satu bagian dari komitmen tanggung jawab sosial, dalam menjalankan bisnis BCA senantiasa menerapkan etika bisnis dan etika sosial, serta berpartisipasi aktif dalam pelayanan masyarakat. Di bawah naungan program Bakti BCA, pada tahun 2010 BCA terlibat dalam berbagai inisiatif di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan serta upaya-upaya penanganan bencana. Melangkah ke Depan Perkembangan ekonomi yang positif selama beberapa tahun terakhir menciptakan optimisme terhadap prospek perekonomian Indonesia pada tahun mendatang. Namun 18 Laporan Tahunan BCA 2010

21 governance review financial review corporate data demikian, kami tetap berhati-hati mengingat perekonomian Indonesia dapat terpengaruh dampak negatif dari kinerja ekonomi dunia pada tahun 2011, terutama bergantung pada perkembangan yang terjadi di Eropa, Amerika Serikat dan di negara-negara berkembang yang sedang tumbuh seperti Cina dan India. Sementara itu, di dalam negeri kami melihat tingkat suku bunga Bank Indonesia akan relatif stabil pada kisaran tingkat bunga sekarang, sehingga akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Lingkungan usaha yang positif, posisi keuangan yang kuat, dan jaringan yang luas akan menempatkan BCA dalam posisi yang baik guna memperoleh manfaat dari perluasan dan peningkatan permintaan pasar di tahun Guna mencapai visi menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat, BCA akan terus meningkatkan pertumbuhan berkualitas dengan menggunakan daya saingnya yang tinggi. Kami akan fokus pada peningkatan hubungan dengan nasabah BCA dan menjaring nasabah baru yang berkualitas tinggi, serta pada saat yang sama terus memberikan pelayanan terbaik, meningkatkan efisiensi dan kerjasama tim. Selain itu, investasi di bidang teknologi informasi dan infrastruktur perbankan tetap menjadi prioritas utama di tahun mendatang. Melalui investasi yang terukur, BCA berusaha untuk meningkatkan kemudahan transaksi dan kualitas pelayanan dengan memperluas jaringan serta mengembangkan produk dan layanan. Apresiasi Hasil yang kami raih tidak mungkin tercapai tanpa bantuan dan dukungan penuh dari nasabah dan mitra kami, serta komitmen, dedikasi dan kerja keras dari jajaran Direksi maupun karyawan BCA. Oleh karena itu, atas nama Dewan Komisaris saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada semua pihak tersebut. Dengan dukungan yang terus diberikan, kita akan mampu menangkap peluangpeluang bisnis di masa yang akan datang serta mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan. Jakarta, April 2011 Atas nama Dewan Komisaris Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris Laporan Tahunan BCA

22 introduction business review business support Laporan Presiden Direktur Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur Selain mampu melayani jumlah transaksi yang semakin besar, BCA berhasil mencapai pertumbuhan yang berkualitas, baik dari sisi pengembangan portofolio kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga 20 Laporan Tahunan BCA 2010

23 governance review financial review corporate data Pemangku kepentingan dan nasabah yang terhormat, Sepanjang tahun 2010, proses pemulihan dan penguatan kondisi ekonomi global terus berlanjut meskipun masih terjadi ketidakseimbangan dan beberapa krisis di wilayah Eropa dan sejumlah negara berkembang. Pada saat Amerika Serikat sedang berupaya membangun kembali perekonomiannya, Cina dan India mampu mempertahankan perannya sebagai motor penggerak utama perekonomian di Asia. Perekonomian Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif dengan pertumbuhan domestik bruto sebesar 6,1%, terutama didukung oleh permintaan domestik yang kuat serta suku bunga Bank Indonesia yang stabil pada tingkat 6,5% sepanjang tahun Konsisten dengan kinerja pada tahun-tahun sebelumnya, BCA berhasil mempertahankan soliditas bisnis dan posisi keuangannya di tengah pergolakan ekonomi dunia. Hal ini dapat dicapai berkat penerapan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi ekonomi makro. Jika pada tahun 2009 BCA menekankan pada upaya untuk menjaga kecukupan likuiditas, kesehatan permodalan dan kualitas aktiva, maka pada tahun 2010 BCA mengalihkan fokus pada aspek Pertumbuhan, Kualitas dan Efisiensi melalui pendalaman hubungan dengan nasabah. Kinerja Usaha yang Solid Perekonomian Indonesia yang kuat sepanjang tahun 2010 telah memberikan landasan yang kokoh bagi kinerja usaha BCA yang didukung oleh bisnis intinya (core business) sebagai bank transaksional. Selain mampu melayani jumlah transaksi yang semakin besar, BCA berhasil mencapai pertumbuhan yang berkualitas, baik dari sisi pengembangan portofolio kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga. Portofolio kredit BCA meningkat signifikan selama tahun 2010, terutama dipicu oleh suku bunga kredit yang lebih rendah dan tingginya permintaan nasabah. Selain itu, keunggulan BCA di bidang perbankan transaksional juga menunjang usaha pemberian kredit baik dalam upaya akuisisi nasabah maupun pengelolaan risiko. Pada tahun 2010, portofolio kredit memperlihatkan peningkatan diseluruh segmen. Kredit konsumer mencatat pertumbuhan sebesar 31,9% menjadi Rp 36,5 triliun, dengan kredit kepemilikan rumah sebagai bisnis inti yang mewakili separuh dari komposisi portofolio kredit konsumer. Kredit komersial dan usaha kecil & menengah (UKM) mencapai pertumbuhan sebesar 27,6%, menjadi Rp 60,0 triliun, sementara kredit korporasi meningkat 17,9% menjadi Rp 56,3 triliun. Dengan menitikberatkan pada aspek kualitas dalam proses penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah BCA berada pada tingkat yang relatif rendah sebesar 0,6% dan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah mencapai 394,5%. Berbagai pencapaian ini berhasil diraih berkat dukungan infrastruktur manajemen risiko yang cukup andal. Laporan Tahunan BCA

24 introduction business review business support kiri ke kanan - duduk 1. Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur 2. Jahja Setiaatmadja Wakil Presiden Direktur kiri ke kanan - berdiri 1. Subur Tan Direktur 2. Henry Koenaifi Direktur 3. Armand Wahyudi Hartono Direktur 4. Dhalia Mansor Ariotedjo Direktur 5. Renaldo Hector Barros Direktur 6. Suwignyo Budiman Direktur 7. Anthony Brent Elam Direktur Perbankan transaksional tetap menjadi bisnis inti BCA. BCA memiliki basis nasabah yang luas dan saat ini melayani lebih dari 9 juta rekening nasabah melalui berbagai jaringan distribusi yang meliputi 902 cabang, ATM, dan lebih dari ribu EDC (Electronic Data Capture) serta melalui layanan Internet dan Mobile Banking. Untuk memastikan kenyamanan nasabah, kami senantiasa mengembangkan produk dan layanan perbankan dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas layanan Internet Banking melalui smartphone dan dengan menambahkan fitur-fitur baru penyelesaian pembayaran pada jaringan perbankan elektronik. BCA juga berhasil menghimpun dana pihak ketiga dan meningkatkan keamanan bertransaksi bagi para nasabah. Dana pihak ketiga tumbuh 13,2% mencapai Rp 277,5 triliun. Dana rekening transaksional yang terdiri dari produk giro dan 22 Laporan Tahunan BCA 2010

25 governance review financial review corporate data tabungan merupakan faktor utama bagi pertumbuhan dana BCA. Giro meningkat 23,9% menjadi Rp 64,0 triliun, sementara tabungan tumbuh 13,6% mencapai Rp 145,6 triliun. Disamping itu deposito naik sebesar 4,0% menjadi Rp 68,0 triliun. BCA mampu mempertahankan kualitas dari komposisi dana pihak ketiganya dimana dana rekening transaksional berkontribusi sebesar 75,5% dari total dana pihak ketiga. Sejalan dengan rendahnya tingkat suku bunga dan tingginya tingkat persaingan, marjin bunga bersih BCA mengalami penurunan. Meskipun demikian, dengan menerapkan strategi pertumbuhan kredit yang terarah, BCA berhasil meningkatkan volume kredit sehingga pendapatan bunga bersih dapat dipertahankan. BCA membukukan peningkatan laba bersih sebesar 24,6% menjadi sejumlah Rp 8,5 triliun. Tingkat pengembalian atas aktiva Laporan Tahunan BCA

26 introduction business review business support (Return on Assets - ROA) tercatat sebesar 3,5% sedangkan tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity - ROE) mencapai 33,3%. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposits Ratio - LDR) meningkat menjadi 55,2% sementara rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dapat dipertahankan yaitu sebesar 13,5%. Selain itu, BCA terus berupaya meningkatkan efisiensi dengan menyederhanakan prosedur operasional dan administrasi antara lain dengan menyederhanakan proses pemberian kredit. Pada tahun 2010 BCA telah menyelesaikan proses konversi sebuah anak perusahaannya menjadi BCA Syariah dengan tujuan untuk melayani nasabah yang membutuhkan layanan perbankan Syariah. Dalam rangka memperluas layanan dan bidang usaha, melalui anak perusahaannya, BCA Finance, pada bulan September BCA memasuki bisnis pembiayaan sepeda motor dengan mendirikan perusahaan patungan bersama dengan tim yang berpengalaman di bidang pembiayaan sepeda motor. Pada tahap awal dalam pengembangan usaha baru ini, BCA akan fokus pada pembangunan infrastruktur dari pada mengejar pertumbuhan portofolio kredit. Memperkuat Kemampuan Dalam beberapa tahun terakhir, BCA secara bertahap telah memperluas perannya dari bank transaksional menjadi penyedia solusi keuangan yang menawarkan produk yang lebih beragam serta melakukan pendekatan bisnis yang lebih berorientasi pada nasabah. BCA telah memperkuat kemampuan dalam usaha penyaluran kredit dan menggali peluang usaha baru untuk menjawab berbagai keinginan dan kebutuhan nasabah. Landasan dari strategi ini adalah peningkatan fokus terhadap pendalaman hubungan dengan nasabah serta kemampuan BCA untuk memenuhi kebutuhan nasabah secara proaktif. BCA senantiasa berkomitmen untuk menyediakan produk dan layanan yang nyaman, aman dan dapat diandalkan oleh nasabahnya. Guna mendukung komitmen ini, BCA akan meningkatkan hubungan dengan nasabah dan terus melakukan investasi dalam pengembangan infrastruktur teknologi informasi. BCA akan mengembangkan lebih lanjut data warehouse untuk menyimpan dan mengelola data nasabah dan selanjutnya digunakan dalam menganalisa transaksi dan perilaku nasabah. Kompetensi sumber daya manusia akan terus ditingkatkan selaras dengan kemajuan dalam sistem jaringan layanan dan teknologi informasi serta kebutuhan untuk membangun hubungan nasabah yang berkualitas. Tata Kelola Perusahaan Dalam menghadapi kegiatan operasional perbankan yang semakin kompleks, bank-bank dituntut untuk menegakkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG) guna menjamin keberlangsungan usaha. Komitmen untuk memenuhi standar tertinggi dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan merupakan salah satu unsur utama yang mendasari ketangguhan BCA dalam menghadapi berbagai tantangan selama masa krisis pada tahun-tahun sebelumnya. BCA telah mengembangkan berbagai langkah untuk memastikan tata kelola perusahaan telah diterapkan dengan baik di seluruh jenjang organisasi. Pada tahun 2010 BCA melakukan perumusan strategi bisnis lima tahunan untuk periode melalui konsultasi dengan lembaga konsultan independen, dimana proses tersebut masih berlangsung saat penyusunan laporan tahunan ini. BCA juga menggunakan jasa konsultan terkemuka lainnya untuk mengembangkan sistem tata kelola teknologi informasi. Berbagai langkah ini diperlukan guna memastikan kesiapan BCA dalam mengantisipasi kesempatan dan tantangan 24 Laporan Tahunan BCA 2010

27 governance review financial review corporate data yang muncul dengan berubahnya permintaan nasabah (changing consumer demand) dan pesatnya kemajuan teknologi informasi. Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) senantiasa menjadi aspek penting bagi BCA dalam menjalankan usahanya. Bagi BCA, CSR memiliki arti luas yang mencakup tanggung jawab dalam melakukan usaha yang memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, kegiatan CSR tidak hanya berupa penyediaan bantuan bagi korban bencana alam atau pemberian subsidi kepada sekolah. Lebih dari itu, BCA mewujudkan komitmennya untuk menjalankan usaha dengan memperhatikan etika bisnis dan sosial, serta secara berkesinambungan berupaya membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup. Prospek Kemajuan teknologi dan komunikasi global sangat berpengaruh terhadap gaya hidup dan perilaku konsumen, termasuk perilaku masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan. Oleh karena itu, BCA akan memperkuat posisi strategisnya dalam perbankan transaksional dengan terus melakukan inovasi produk dan layanan serta mengembangkan fitur-fitur pembayaran dan penyelesaian transaksi melalui layanan virtual banking. Infrastruktur teknologi informasi akan lebih ditingkatkan untuk menunjang pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang. BCA akan terus meningkatkan fungsi intermediasinya dengan fokus pada strategi pendanaan dan pemberian kredit. Kerjasama dengan bank lain dan sinergi antar unit bisnis akan ditingkatkan. Pada saat yang bersamaan, BCA secara internal juga akan meningkatkan kompetensi karyawan dan memperluas kemampuan pengelolaan risiko agar mampu mengarahkan bank pada tingkat risiko yang aman. Guna menyediakan solusi keuangan bagi para nasabah, BCA akan memperdalam hubungan dengan nasabah dengan mengkaji perilaku dan kebutuhan transaksi nasabah melalui data warehouse yang terintegrasi. Selain itu, BCA akan mengoptimalkan pemanfaatan jaringan cabang, melanjutkan pelatihan dan pengembangan relationship manager, serta meningkatkan penerapan budaya relationship banking yang menekankan pada kebutuhan nasabah. Penutup Prestasi membanggakan yang diraih BCA tidak terpisahkan dari kontribusi seluruh jajaran karyawan. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada para mitra usaha dan pemegang saham atas dukungannya yang sangat berarti, serta kepada para nasabah kami atas kesetiaan dan kepercayaannya dalam melakukan transaksi kredit dan perbankan melalui BCA. Kami percaya bahwa hubungan baik yang telah terjalin dengan berbagai pihak selama ini akan membangun masa depan BCA. Jakarta, April 2011 Atas Nama Direksi Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur Laporan Tahunan BCA

28 Tinjauan Bisnis Perbankan transaksional tetap merupakan bisnis utama BCA. BCA secara bertahap mulai mengembangkan perannya menjadi penyedia solusi keuangan 26 Laporan Tahunan BCA 2010

29 Total Portofolio Kredit BCA (dalam triliun Rupiah) 153,9 112,8 123,9 8,6% 61,4 82,4 Pangsa pasar ketiga terbesar untuk penyaluran kredit dalam industri perbankan Indonesia Laporan Tahunan BCA

30 introduction business review business support Perbankan Cabang Dengan jangkauan jaringan yang luas, Perbankan Cabang tetap menjadi penghubung utama antara BCA dan nasabahnya yang tersebar di seluruh negeri. Sebagai salah satu bank transaksional terkemuka di Indonesia, BCA senantiasa memenuhi permintaan nasabah akan layanan berkualitas dengan melakukan sejumlah investasi dalam infrastruktur dan perbaikan produk dan layanan, serta mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya. Kemajuan teknologi telah mendorong perluasan penggunaan layanan perbankan elektronik oleh nasabah dalam beberapa tahun terakhir sebagaimana tercermin dari peningkatan frekuensi serta nilai dari transaksi perbankan melalui Internet dan Mobile Banking. Kegiatan perbankan transaksional melalui jaringan elektronik terus tumbuh dengan didukung perluasan jaringan serta inovasi dan pengembangan fitur-fitur transaksi Pada tahun 2010, dana pihak ketiga naik 13,2% menjadi Rp 277,5 triliun 28 Laporan Tahunan BCA 2010

31 governance review financial review corporate data didukung oleh peningkatan dana giro dan tabungan. Pada sisi aktiva, penyaluran kredit ke segmen komersial dan usaha kecil & menengah (UKM) tumbuh pesat di tahun 2010 sebesar 27,6% menjadi Rp 60,0 triliun dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) dapat dipertahankan pada tingkat yang relatif rendah. Posisi BCA yang kuat dalam perbankan transaksional memungkinkan BCA untuk mendapatkan informasi mengenai nasabah yang berkualitas dalam menunjang pengembangan fasilitas kredit bagi nasabah komersial dan UKM. PERBANKAN TRANSAKSIONAL BCA merupakan bank transaksional terkemuka di Indonesia yang memiliki lebih dari 9 juta rekening nasabah, 902 cabang, ATM dan lebih dari EDC (Electronic Data Capture) serta sarana perbankan elektronik lainnya. Ditunjang oleh infrastruktur perbankan transaksional yang menyeluruh dan terpadu, BCA menawarkan kemudahan transaksi dan menciptakan komunitas dimana nasabah bisnis maupun individu saling terhubung melalui infrastruktur perbankan BCA. Pada tahun 2010, BCA terus melakukan inovasi dan pengembangan kapasitas transaksi untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kenyamanan nasabah. Untuk memperluas jangkauan layanan, BCA menambah 27 cabang dan 848 ATM serta mengembangkan aktivitas transaksi perbankan melalui merchant dengan berbasis EDC sebagai point of service. Selain itu, pada tahun 2010 BCA mengembangkan aplikasi yang memudahkan akses terhadap layanan Internet Banking melalui smartphone. Sepanjang tahun 2010, BCA meluncurkan program promosi untuk meningkatkan kesadaran nasabah terhadap produk dan layanan yang ditawarkan. Upaya untuk meningkatkan loyalitas nasabah dilakukan melalui pertemuan rutin antara nasabah dengan manajemen senior BCA dan melalui berbagai program apresiasi nasabah. Dana Pihak Ketiga (dalam miliar Rupiah) Giro Tabungan Deposito Portofolio Kredit Komersial dan UKM (dalam miliar Rupiah) Komersial Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Laporan Tahunan BCA

32 introduction business review business support Kegiatan perbankan transaksional melalui jaringan elektronik terus tumbuh dengan didukung perluasan jaringan serta inovasi dan pengembangan fitur-fitur transaksi pada tahun Penggunaan Internet Banking dan jaringan elektronik lainnya mengalami peningkatan signifikan, baik dari sisi nilai transaksi maupun frekuensi. Nilai transaksi tertinggi berasal dari transaksi Internet Banking yang mencapai Rp 1.907,7 triliun, naik 40,7% dari Rp 1.355,6 triliun pada tahun Jumlah nasabah yang mengakses layanan KlikBCA Individu dan Bisnis mengalami kenaikan dari 1,7 juta nasabah pada tahun 2009 menjadi 2,0 juta di tahun Jaringan ATM BCA tetap menjadi sarana transaksi nasabah yang paling populer dengan 904,1 juta transaksi pada tahun Rekening transaksional yang terdiri dari giro dan tabungan merupakan penggerak utama pertumbuhan dana pihak ketiga BCA. Giro meningkat 23,9% menjadi Rp 64,0 triliun sementara tabungan naik 13,6% menjadi Rp 145,6 triliun. Selain itu, deposito berjangka tumbuh 4,0% menjadi Rp 68,0 triliun. BCA mampu mempertahankan kualitas komposisi dana pihak ketiga dimana rekening transaksional (tabungan dan giro) memberikan kontribusi sebesar 75,5% dari total dana pihak ketiga. Tahapan BCA tetap mendominasi sebagai produk tabungan utama yang menunjang penguatan posisi BCA sebagai bank transaksional. BCA menawarkan beragam produk tabungan untuk segmen nasabah yang berbeda seperti Tahapan Jumlah Jaringan Layanan (unit) Kantor Cabang ATM Transaksi Melalui Jaringan Distribusi Utama Kantor Cabang Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 182,4 174,3 Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) , ,2 ATM Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 904,1 848,9 Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 936,9 858,8 Internet Banking Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 402,5 230,5 Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 1.907, ,6 Mobile Banking Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 164,7 120,9 Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 187,4 135,3 30 Laporan Tahunan BCA 2010

33 governance review financial review corporate data Gold untuk segmen bisnis dan rekening prioritas untuk nasabah dengan kriteria tertentu. Pada bulan Februari 2010, BCA, bersama dengan bank-bank lain di Indonesia, meluncurkan produk tabungan bernama TabunganKu, sebagai upaya untuk menjangkau masyarakat lebih luas terhadap produkproduk perbankan. Kontribusi TabunganKu saat ini masih relatif rendah dibanding jenis tabungan lainnya, namun diharapkan adanya produk ini akan menumbuhkan budaya menabung dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Pengembangan Layanan Perbankan Transaksional Dinamika dunia usaha yang semakin kompleks telah mendorong kebutuhan akan layanan perbankan yang dikembangkan khusus untuk mengakomodasi karakteristik berbagai jenis bisnis. BCA merespon peluang ini dengan menawarkan layanan Cash Management yang ditujukan bagi nasabah korporasi dan komersial yang memiliki rantai nilai (value chain) yang luas. BCA juga melayani segmen pasar dalam transaksi pembayaran mikro dengan menyediakan layanan Flazz Card. SPBU, distributor minyak dan agen LPG untuk mengembangkan aplikasi khusus host-tohost untuk bisnis tersebut. Selain itu, BCA meningkatkan kerjasama dengan para peserta bursa saham dan bursa berjangka (equity and future market) dengan menyediakan fasilitas yang mempercepat proses penyelesaian transaksi. BCA juga terus mengembangkan Virtual Account yang merupakan fitur Cash Management untuk mempermudah rekonsiliasi transaksi pembayaran, yang hingga saat ini telah digunakan oleh 210 perusahaan dari berbagai sektor bisnis. Pada tahun 2010, BCA mengembangkan model Virtual Account yang lebih fleksibel dengan tambahan fitur layanan maupun fitur produk serta membuat rekening tersebut lebih mudah digunakan (user friendly). Penggunaan Flazz Card (contactless cash card) untuk melengkapi transaksi pembayaran mikro tunai telah menunjukkan peningkatan pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah merchant dan titik layanan sejak pertama kali diluncurkan BCA akan terus memperluas dan mengembangkan layanan Cash Management untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen nasabah yang berbeda. Pada tahun 2010, BCA memperkenalkan serangkaian layanan pembayaran dan koleksi serta pemantauan likuiditas agar dapat meningkatkan pengelolaan transaksi Business-to-Business (B2B), Business-to-Customer (B2C) dan Customerto-Customer (C2C) sebagai pendukung bisnis Cash Management. Untuk mengembangkan bisnis ini, BCA bekerjasama dengan pelanggan BUMN yang bergerak di bidang migas seperti Laporan Tahunan BCA

34 introduction business review business support pada tahun Jumlah kartu yang beredar sejak akhir tahun 2010 meningkat 62,9% dari tahun lalu sehingga mencapai 2,5 juta kartu. Jumlah merchant dan outlet yang menyediakan layanan pembayaran Flazz Card tercatat sebanyak merchant dan outlet. Transaksi didominasi oleh merchant berskala besar pada lini usaha tertentu yang memiliki transaksi bernilai rendah namun dengan frekuensi sangat tinggi seperti fasilitas parkir, gerai ritel, SPBU, gerai kopi, toko buku serta gerai makanan dan minuman. Upaya mempercepat tingkat pemakaian kartu dan membangun brand awareness dilakukan melalui pengembangan fitur, fleet cards, penambahan merchant serta berbagai program promosi. PERBANKAN KOMERSIAL DAN UKM Segmen perbankan komersial dan usaha kecil & menengah (UKM) memainkan peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan memanfaatkan posisinya yang kokoh di bidang perbankan transaksional, BCA memiliki kemampuan untuk memberikan kredit kepada nasabahnasabah yang berkualitas di segmen komersial dan UKM. Pada tahun 2010, kredit komersial dan UKM tumbuh 27,6% menjadi Rp 60,0 triliun. Pada segmen perbankan komersial, BCA sebagai mitra bisnis menyediakan fasilitas kredit modal kerja dan pembiayaan untuk usaha skala menengah terutama yang bergerak dalam industri perdagangan, manufaktur dan jasa dengan nilai pinjaman berkisar antara Rp 10 miliar hingga Rp 100 miliar. Didukung oleh Sentra Bisnis Komersial (SBK), BCA dapat memberikan layanan yang lebih baik dan kemudahan akses melalui relationship officer yang berpengalaman dalam menawarkan solusi perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah komersial. Saat ini, SBK beroperasi di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung serta rencananya akan diperluas ke luar Jawa pada tahun Selama tahun 2010, kredit komersial meningkat sebesar 35,5% didorong oleh kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 50,0% dan 32,2%. Kualitas kredit komersial membaik tercermin dari rasio kredit bermasalah yang turun dari 1,6% pada tahun 2009 menjadi 1,0% pada tahun Pada segmen UKM, BCA menyediakan fasilitas pinjaman hingga Rp 10 miliar. Sebagian besar nasabah UKM terdiri dari pemilik rekening giro dan tabungan yang memiliki usaha keluarga, pedagang ataupun pemilik pabrik berskala kecil, pemilik toko serta restoran. Penyaluran pinjaman dilakukan dengan memanfaatkan jaringan cabang BCA yang tersebar di berbagai kota strategis di Indonesia, dan ditunjang oleh sistem penilaian online dan tersentralisasi menyangkut risiko kredit. BCA juga bekerja-sama dengan 109 mitra institusi seperti Bank Perkreditan Rakyat, koperasi dan bank pensiunan. Pada akhir tahun 2010, portofolio kredit UKM mengalami pertumbuhan 20,0% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Kredit modal kerja dan kredit investasi UKM meningkat masing-masing 20,1% dan 18,8% selama tahun Pertumbuhan kredit UKM diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit yang tercermin pada rasio NPL yang rendah untuk kredit UKM sebesar 0,7% pada tahun Laporan Tahunan BCA 2010

35 governance review financial review corporate data Upaya mendorong pertumbuhan bisnis dilakukan melalui pemasaran secara intensif di berbagai kota besar dengan mengoptimalkan jaringan cabang BCA serta terus mengembangkan berbagai solusi pembiayaan dengan menggunakan sistem Value Chain Financing yang memanfaatkan hubungan antara nasabah korporasi dan komersial BCA. Saat ini, BCA memiliki sistem kredit untuk pemasok, distributor dan dealer. Selain itu, BCA juga senantiasa memperkuat infrastruktur, menyederhanakan proses serta meningkatkan keterampilan dan kemampuan account officer dalam menjalin hubungan yang baik dengan nasabah. Melangkah ke Depan Perbankan transaksional tetap merupakan bisnis inti BCA yang akan dipertahankan dan dimanfaatkan sebagai landasan untuk mengembangkan bisnis perbankan lainnya. Pada masa mendatang BCA akan terus memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu layanan untuk memberikan kemudahan dan keamanan bagi para nasabah dalam melakukan transaksi perbankan. Pengembangan ATM dan jaringan elektronik lainnya akan terus dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan, seperti dengan menambah ragam produk dan fasilitas pembayaran serta menjalin kerja sama dengan mitra-mitra strategis. BCA berencana mempercepat tingkat pemakaian Flazz Card dan meningkatkan brand awareness melalui kerja sama dengan berbagai merchant, mengembangkan fitur-fitur produk dan menjalankan program promosi. Melanjutkan program tahun sebelumnya untuk mempromosikan segmen komersial dan UKM, BCA akan meningkatkan pemberian pinjaman kepada nasabah yang prospektif serta terus berupaya memperbaiki infrastruktur kredit dan kemampuan para account officer. BCA akan menambah jumlah account officer sejalan dengan pertumbuhan bisnis. Selain itu, BCA akan melakukan analisa mendalam terhadap keterkaitan antara nasabah UKM, komersial dan korporasi untuk menciptakan solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan para nasabah. Untuk Perbankan Syariah, BCA melalui salah satu anak perusahaannya yaitu BCA Syariah akan terus mengembangkan produk dan layanan perbankan syariah guna memperkaya ragam produk yang ditawarkan kepada nasabah. Cakupan BCA Syariah akan diperluas dengan meningkatkan sinergi dengan BCA melalui peningkatan infrastruktur dan jaringan yang mendukung pelaksanaan pilot project perbankan mikro. Laporan Tahunan BCA

36 introduction business review business support Perbankan Korporasi Di tengah kondisi persaingan yang semakin ketat, BCA berhasil membukukan pertumbuhan portofolio kredit korporasi sebesar 17,9% dari Rp 47,7 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 56,3 triliun pada tahun 2010 sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2010, dalam penyaluran kredit ke sektor korporasi, kami dihadapkan pada persaingan yang berasal dari bankbank terkemuka nasional maupun bank-bank asing serta kegiatan pasar modal yang semakin aktif. Perbankan Korporasi BCA berhasil menghadapi tantangan-tantangan ini dengan terus membina hubungan bisnis yang kuat dengan nasabah-nasabah lama serta Pertumbuhan Perbankan Korporasi di tahun 2010 terutama didukung oleh perkembangan positif dari sektor-sektor perkebunan, pembiayaan konsumen, dan perdagangan 34 Laporan Tahunan BCA 2010

37 governance review financial review corporate data mengidentifikasi dan berupaya menarik calon nasabah korporasi yang memiliki reputasi baik dari beberapa industri yang sedang berkembang. korporasi untuk segmen-segmen tertentu, terutama sektor telekomunikasi mengalami penurunan oleh karena kemampuan perusahaan-perusahaan blue chip tersebut Pertumbuhan Perbankan Korporasi di tahun dalam memperoleh pembiayaan dari sumbersumber alternatif selain dari pinjaman bank terutama didukung oleh perkembangan positif dari sektor-sektor perkebunan, pembiayaan konsumen, dan perdagangan. Portofolio pinjaman untuk sektor komoditas, termasuk perkebunan, tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan dan harga komoditas global, sementara sektor pembiayaan konsumen dan perdagangan tumbuh seiring dengan meningkatnya BCA terus aktif dalam pemberian kredit sindikasi baik sebagai lead arranger, koordinator, atau peserta, dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur. Salah satu partisipasi BCA adalah sebagai Coordinating Arranger dalam kredit sindikasi untuk PT PLN (Persero) dalam Fast Track Program 2010 senilai Rp 267 miliar dari total fasilitas sindikasi senilai Rp miliar. konsumsi domestik. Penambahan jumlah outstanding pinjaman dari ketiga sektor ini adalah sebesar Rp 8,4 triliun atau setara dengan 98,5% dari total pertumbuhan kredit korporasi Total kredit sindikasi yang telah diselesaikan oleh BCA di tahun 2010 sebesar Rp 11,6 triliun, dimana porsi BCA mencapai Rp 1,6 triliun. pada tahun Aktivitas penyaluran kredit Portofolio Kredit Korporasi (dalam miliar Rupiah) Kredit Korporasi berdasarkan Penggunaan (dalam miliar Rupiah) Rupiah Valuta Asing Kredit Investasi Modal Kerja Lainnya Laporan Tahunan BCA

38 introduction business review business support Kualitas kredit di sektor korporasi tetap terjaga dengan sangat baik sebagaimana tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah. Basis nasabah korporasi yang terdiversifikasi, stabil dan memiliki reputasi baik telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan kualitas portofolio kredit. Keberhasilan BCA dalam menangkap peluang-peluang di tahun 2010 didukung oleh penerapan strategi yang tepat dan organisasi yang kokoh. Para staf Perbankan Korporasi ditata dalam beberapa tim berdasarkan keahlian khusus di bidang industri yang saling terkait atau berdasarkan kategori debitur. Struktur ini memungkinkan BCA untuk lebih memahami siklus usaha nasabah korporasi dan membina hubungan yang lebih erat dengan nasabah-nasabah korporasi utama di Indonesia sehingga meningkatkan kemampuan kami dalam memberikan solusi keuangan yang tepat. Salah satu hasil yang diraih adalah pengembangan layanan transaksi Cash Management dan transaksi perbankan terpadu di sepanjang mata rantai (value chain) dengan didukung oleh keunggulan BCA dalam perbankan transaksional. Layanan ini memungkinkan Bank untuk meningkatkan hubungan antar nasabah korporasi, komersial dan usaha kecil & menengah (UKM) serta menawarkan nilai tambah bagi nasabah dalam bentuk peningkatan efisiensi operasional dan penghematan biaya. Sebagai contoh, BCA memperluas kerjasama dengan perusahaan gas negara dalam hal pembayaran tagihan pelanggan melalui ATM. Selanjutnya, BCA bekerja sama dengan beberapa nasabah korporasi dalam mempromosikan penggunaan Flazz Card (contactless cash card) untuk pembayaran tiket kereta api, tol, dan tiket parkir. BCA juga menyediakan layanan di sepanjang mata rantai melalui kerja sama dengan produsen otomotif terkemuka dalam menyediakan fasilitas pembiayaan bagi para dealer yang menjual produk-produk otomotif. 10 Portofolio Kredit Korporasi Terbesar Berdasarkan Sektor Industri Sektor Industri Perkebunan dan Pertanian 12,7% 6,6% Telekomunikasi 9,7% 22,3% Pertambangan Migas 9,3% 11,4% Pembiayaan Konsumen 8,3% 4,4% Perdagangan (Distributor, Retailer & Toserba) 5,5% 2,7% Bahan Bangunan dan Besi Konstruksi Lainnya 4,9% 5,2% Bahan Kimia dan Plastik 4,0% 4,6% Jasa Keuangan 3,7% 3,6% Infrastruktur Sarana Angkutan 3,5% 4,2% Tekstil dan Produk Tekstil 3,5% 3,6% Total 65,1% 68,6% 36 Laporan Tahunan BCA 2010

39 governance review financial review corporate data Melangkah ke Depan BCA optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011 akan mendukung perkembangan bisnis Perbankan Korporasi. Namun demikian, BCA akan memberikan perhatian khusus terhadap tren peningkatan inflasi yang dapat berpengaruh kepada tingkat suku bunga Bank Indonesia. Selain itu, tingkat persaingan diperkirakan akan lebih ketat, terutama dari bank-bank besar di Indonesia. Selain tetap berpartisipasi aktif dalam pemberian kredit sindikasi untuk pembiayaan proyek-proyek, Perbankan Korporasi BCA mengantisipasi hal tersebut dengan fokus pada perusahaan-perusahaan korporasi terkemuka melalui penjualan silang (cross selling) yang lebih intensif dan penyaluran kredit secara selektif kepada nasabah baru pada segmensegmen yang menjanjikan. Dengan dukungan Unit Manajemen Risiko, Perbankan Korporasi akan terus bekerja sama dalam menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) pada tingkat yang wajar. Efisiensi proses internal dan kemampuan karyawan akan tetap ditingkatkan untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan para nasabah korporasi. Laporan Tahunan BCA

40 introduction business review business support Perbankan Individual Perbankan Individual mengalami pertumbuhan pesat di tahun 2010, terutama didukung oleh meningkatnya permintaan konsumen serta tingkat suku bunga kredit yang relatif rendah di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, proporsi kredit konsumer BCA terhadap total portofolio kredit BCA mengalami peningkatan signifikan yang menyebabkan portofolio kredit secara keseluruhan menjadi semakin beragam dan berimbang. Pada tahun 2010, kredit konsumer naik 31,9% menjadi Rp 36,5 triliun dimana separuhnya adalah kredit pemilikan rumah. Pertumbuhan pesat dari portofolio kredit konsumer secara keseluruhan Pertumbuhan pesat dari portofolio kredit konsumer secara keseluruhan tidak menyebabkan peningkatan rasio kredit bermasalah mengingat upaya Bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya 38 Laporan Tahunan BCA 2010

41 governance review financial review corporate data tidak menyebabkan peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) mengingat upaya Bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya. Sepanjang tahun 2010, Perbankan Individual senantiasa memperdalam hubungan dengan nasabah melalui pengenalan terhadap profil nasabah serta merancang produk dan jasa yang tepat sasaran untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Upaya yang berkesinambungan untuk merampingkan prosedur dan menciptakan sinergi antar unit kerja telah mendorong pertumbuhan bisnis Perbankan Individual. Selain itu, keunggulan BCA dalam perbankan transaksional berperan penting dalam mendukung keberhasilan kami untuk menyediakan layanan yang berkualitas bagi nasabah. Kredit Pemilikan Rumah BCA Total portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BCA di akhir tahun 2010 mencapai Rp 18,3 triliun, meningkat signifikan sebesar 39,2% dari Rp 13,1 triliun pada akhir tahun KPR BCA kini mewakili 50,0% dari total kredit konsumer dan 11,9% dari keseluruhan portofolio kredit. Jumlah debitur KPR individu BCA sejak tahun 2007 meningkat tajam yang semula di bawah menjadi sekitar rekening debitur. Meskipun portofolio KPR mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun dengan lebih dari 9 juta rekening nasabah yang dikelola, BCA masih memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha dalam penyaluran KPR. BCA memiliki peluang strategis untuk meningkatkan kemampuan data mining dan memanfaatkan KPR sebagai produk utama dalam membina hubungan jangka panjang dengan nasabah. Sejak tahun 2007, BCA secara intensif mengembangkan portofolio KPR dengan meluncurkan berbagai produk inovatif serta melakukan pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan penyediaan layanan. BCA senantiasa Total Kredit Konsumer (dalam miliar Rupiah) Portofolio Kredit Konsumer (dalam miliar Rupiah) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) roda empat Kartu Kredit Laporan Tahunan BCA

42 introduction business review business support melakukan promosi dan menjadi sponsor serta berupaya meningkatkan kenyamanan nasabah dengan memperluas akses terhadap staf khusus KPR di kantor cabang dan contact center BCA. Upaya tersebut mendukung peningkatan pangsa pasar KPR BCA dari sebesar 10,6% pada tahun 2009 menjadi 13,0% pada tahun Saat ini BCA merupakan salah satu bank penyedia KPR terbesar di Indonesia. Pada tahun 2010, BCA menawarkan fasilitas pre-approved untuk penambahan fasilitas KPR yang diberikan kepada para debitur terpilih. BCA juga memperdalam hubungan dengan nasabah korporasi dengan menawarkan produk KPR kepada para karyawan mereka. Salah satu inisiatif yang dilaksanakan pada tahun 2010 adalah Program Pemilikan Rumah (Home Ownership Program) yang didesain agar perusahaan segmen korporasi dapat menyediakan KPR yang terjangkau bagi para karyawan mereka. Inisiatif ini akan terus dikembangkan dan diperluas pada tahun Selain mengoptimalkan fasilitas cabang, pertumbuhan KPR juga ditunjang oleh peningkatan kerja sama dengan para pengembang dan agen-agen properti. Selama tahun 2010, BCA menambah kemitraan dengan 46 pengembang dan 41 agen properti serta memperluas kerja sama yang sebelumnya telah terbentuk. Sejak bulan Desember 2010, BCA telah menjalin kerja sama dalam pemberian kredit dengan 339 pengembang dan 137 agen properti yang memiliki 357 cabang. Pembiayaan Kendaraan BCA menyalurkan fasilitas pembiayaan kendaraan bermotor roda empat melalui anak perusahaannya yaitu BCA Finance yang beroperasi di bawah pengelolaan Unit Bisnis Perbankan Individual. Pada akhir tahun 2010, jumlah pembiayaan kendaraan roda empat yang tercatat di neraca BCA adalah sebesar Rp 13,5 triliun. Selama tahun 2010, BCA Finance aktif melakukan kajian untuk mengembangkan produk-produk baru dan secara konsisten menawarkan suku bunga yang kompetitif untuk meningkatkan jumlah pemesanan kembali (repeat orders) dari nasabah dengan 40 Laporan Tahunan BCA 2010

43 governance review financial review corporate data BCA Finance tetap fokus pada dua jaringan pemasaran utama, yaitu melalui dealer dan pendekatan langsung kepada nasabah BCA. Upaya perluasan pasar melalui dealer dilakukan melalui pembinaan hubungan dengan para dealer dan menawarkan paket yang kompetitif; sedangkan upaya menjangkau nasabah BCA dilakukan dengan membuka outlet baru di cabang BCA, promosi produk dan penawaran program khusus. Pada bulan September 2010, BCA melalui BCA Finance telah memperluas layanan dengan memasuki bisnis pembiayaan sepeda motor melalui pendirian perusahaan patungan PT Central Santosa Finance (CSF). Keputusan strategis ini memungkinkan BCA untuk meraih peluang yang tersedia pada bisnis pembiayaan sepeda motor. CSF telah membuka 10 cabang di wilayah Jakarta, Bandung, Medan, Pekanbaru dan Batam. Pada tahap awal, CSF akan fokus untuk melakukan market research dan pengembangan infrastruktur yang mencakup pembukaan cabang secara selektif, pelatihan staf, pengembangan kapasitas underwriting dan pengembangan hubungan kerja sama dengan dealer, serta peningkatan kemampuan pengelolaan risiko. riwayat pembayaran yang baik. BCA Finance juga menawarkan fitur bernilai tambah seperti product bundling berupa co-branding BCA Finance Card yang diberikan kepada debitur baru. Selain itu, BCA Finance berhasil meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses operasionalnya melalui penyederhanaan proses pembayaran kredit. Untuk meningkatkan transparansi dalam pemberian kredit, BCA Finance juga menyediakan layanan online seperti simulasi kredit dan informasi interaktif mengenai produk. Kartu Kredit Permintaan pinjaman jangka pendek maupun tuntutan akan kenyamanan bertransaksi semakin meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup dan perilaku konsumtif individu yang didorong oleh pertumbuhan masyarakat kelas menengah ke atas di berbagai kota besar di Indonesia. Pasar yang terus tumbuh ini memungkinkan BCA untuk terus mengembangkan bisnis kartu kredit dan berupaya mempertahankan posisi sebagai salah satu penyedia layanan kartu kredit terkemuka di Indonesia. Laporan Tahunan BCA

44 introduction business review business support Volume transaksi kartu kredit BCA tumbuh 29,9% dan saldo tagihan kartu kredit meningkat 15,9% menjadi Rp 4,8 triliun pada tahun Selain itu, jumlah pemegang kartu kredit BCA mencapai 2,2 juta, tumbuh sebesar 7,9% dibanding tahun sebelumnya. Kartu kredit BCA memberi nilai tambah melalui beragam fitur menarik yang ditawarkan, termasuk reward program yang diperbarui secara berkala, penawaran khusus dan paketpaket promosi melalui kerjasama dengan mitra-mitra strategis. Pada tahun 2010, strategi kartu kredit BCA difokuskan pada pengembangan portofolio segmen tingkat atas dan kaum eksekutif muda. Sebagai bagian dari strategi tersebut, pada awal tahun 2010 BCA meluncurkan produk kartu kredit BCA, MasterCard Platinum, untuk membidik segmen eksekutif muda dengan gaya hidup dinamis. BCA MasterCard Platinum dirancang untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar ini dengan menyediakan nilai tambah untuk penggunaan di beberapa hotel, restoran dan pusat hiburan terpilih. Selain itu, BCA menawarkan BCA MasterCard World bagi nasabah dari segmen tingkat atas. BCA terus memperluas jaringan dan membangun kerjasama dengan merchant serta mendukung penyediaan EDC. Selain itu, BCA juga meluncurkan layanan pemrosesan transaksi pembelanjaan melalui kartu kredit di internet yang sangat diperlukan untuk mendukung para merchant yang mengembangkan bisnisnya melalui internet seperti toko buku, universitas dan hotel online. 42 Laporan Tahunan BCA 2010

45 governance review financial review corporate data Wealth Management BCA berupaya untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari pertumbuhan segmen high net-worth individual di Indonesia melalui pengembangan layanan Perbankan Solitaire. Diluncurkan pada tahun 2009, Perbankan Solitaire bertujuan untuk memberikan layanan khusus bagi nasabah BCA yang membutuhkan layanan Wealth Management. Nasabahnasabah perbankan Solitaire dapat bertransaksi di cabang khusus yang didukung oleh para financial adviser yang terlatih untuk mengelola keuangan nasabah secara komprehensif. BCA juga menyediakan layanan Bancassurance sebagai suatu diversifikasi portofolio produk dan layanan keuangan. Upaya pengembangan dilakukan secara berkesinambungan melalui beragam program promosi serta rangkaian pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri para karyawan dalam merekomendasikan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. BCA akan memperkuat sinergi antar unit usaha dalam menawarkan produk Perbankan Individual. Berbagai langkah ini diharapkan akan meningkatkan keragaman produk yang dimiliki oleh setiap nasabah BCA. Dalam upaya memperluas cakupan Perbankan Individual, BCA akan memasarkan produk dan layanan dengan memanfaatkan jaringan cabang BCA dan jaringan distribusi elektronik seperti internet, sesuai dengan karakteristik dan segmentasi nasabah. Selain itu, untuk memberikan kenyamanan bagi nasabah, BCA akan menyederhanakan proses dan prosedur, termasuk proses pemberian kredit dan administrasi. Pendidikan di cabang-cabang akan ditingkatkan untuk mengoptimalkan fungsi cabang dalam pemasaran produk Perbankan Individual. Melangkah ke Depan Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia dan sebagai bagian dari strategi, BCA akan senantiasa memperkuat upaya dan posisinya untuk menyediakan layanan yang berkualitas kepada nasabah Perbankan Individual. Basis nasabah yang besar dan jaringan cabang BCA yang luas merupakan aset yang akan dioptimalkan dalam memasarkan produk Perbankan Individual. BCA akan melanjutkan pengembangan Customer Relationship Management (CRM) untuk lebih memahami perilaku dan kebutuhan nasabah sebagai landasan untuk menentukan strategi yang efektif dalam pengembangan produk serta kegiatan pemasaran dan promosi. Laporan Tahunan BCA

46 introduction business review business support Perbankan Tresuri dan Internasional Perbankan Tresuri Sepanjang tahun 2010 Tresuri BCA memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan bisnis BCA dengan melakukan pengelolaan secara proaktif terhadap struktur aset dan kewajiban Bank, menjaga posisi likuiditas, serta melakukan diversifikasi aktiva produktif guna mengoptimalkan profitabilitas Bank. Aktiva produktif BCA meningkat 11,5% menjadi Rp 287,6 triliun di tahun 2010, terutama didukung oleh pertumbuhan kredit yang signifikan. Hal ini merupakan pencapaian positif di tengah tekanan terhadap marjin bunga bersih (net interest margin - NIM) dalam kondisi tingkat suku bunga yang rendah. Untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik, Tresuri BCA terus mengembangkan infrastruktur teknologi dan meningkatkan pengetahuan produk 44 Laporan Tahunan BCA 2010

47 governance review financial review corporate data Tresuri BCA secara aktif mengelola kelebihan likuiditas Rupiah dengan menggunakan instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Term Deposit Bank Indonesia, Penempatan Antar Bank, dan Obligasi Pemerintah. Sedangkan untuk pengelolaan kelebihan likuiditas dalam mata uang USD, BCA memberikan pinjaman jangka pendek berupa money market lines kepada beberapa Badan Usaha Milik Negara dan nasabah korporasi yang memiliki reputasi baik. Selain itu, BCA membeli Obligasi Pemerintah Indonesia dalam denominasi USD dan mengelola Penempatan Antar Bank dalam mata uang USD. Dalam hal pendanaan, didukung oleh bisnis inti sebagai bank transaksional, BCA berhasil menurunkan biaya dana (cost of funds) dari 3,6% di tahun 2009 menjadi 3,0% di tahun Dengan langkah-langkah tersebut, BCA dapat mempertahankan NIM pada tingkat yang cukup tinggi. Dilihat setiap triwulan sepanjang tahun 2010 NIM menunjukkan peningkatan sejalan dengan perkembangan komposisi aset dan kewajiban BCA. Surat-surat Berharga (dalam miliar Rupiah) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Term Deposit Bank Indonesia dan Lainnya Penempatan antar bank Obligasi Pemerintah Selain mengelola struktur neraca Bank, Tresuri BCA juga menyediakan beragam produk seperti produk valuta asing dan fixed income guna memenuhi kebutuhan nasabah korporasi maupun perorangan. Volume transaksi valuta asing terus meningkat, mencapai USD 35,5 miliar di tahun 2010, atau tumbuh 52,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun volume transaksi valuta asing terus mengalami peningkatan, namun marjin yang menipis telah membatasi peluang untuk meraih pendapatan yang lebih besar. Untuk meningkatkan volume transaksi valuta asing guna meningkatkan profitabilitas, Tresuri berupaya memberikan kurs nilai tukar yang kompetitif dengan tetap membina hubungan yang berkualitas dengan nasabah. Sebagai salah satu agen penjualan utama Surat Utang Negara (SUN), Tresuri BCA secara konsisten memberikan dukungan kepada nasabah on-shore maupun off-shore dalam lelang SUN, serta aktif dalam perdagangan di pasar sekunder. Pada tahun 2010, BCA menjadi agen penjualan ORI-007 (Obligasi Ritel Indonesia Seri 007) dan berhasil menjual Rp 596,4 miliar pada pasar primer. Kesuksesan BCA dalam menjual ORI-007 juga didukung oleh keunggulan yang ditawarkan baik dalam pasar primer maupun sekunder, seperti prosedur ORI yang sederhana, biaya rendah dan likuiditas yang memadai. Pada tahun 2010, BCA memperoleh penghargaan sebagai salah satu Agen Penjual Terbaik ORI Tresuri juga bekerja sama dengan unit bisnis lain di BCA dalam menjual produk dan layanan tresuri kepada nasabah perorangan, korporasi, serta komersial dan UKM. Dukungan dari berbagai unit bisnis telah memperkuat Tresuri dalam menjalankan kegiatan operasionalnya di sepanjang tahun Laporan Tahunan BCA

48 introduction business review business support finance, BCA terus memberikan kenyamanan bagi nasabah melalui layanan yang cepat dan kompetitif. BCA juga fokus pada upaya menjajaki berbagai kemungkinan pengembangan layanan untuk nasabah korporasi. Tidak kalah pentingnya, Perbankan Internasional BCA terus meningkatkan kerja sama dengan kantor-kantor cabang dan wilayah. Berkat upaya yang berkesinambungan dalam meningkatkan produk dan layanan kepada nasabah, BCA mendapat penghargaan salah satunya adalah The Best Trade Finance Bank 2010 dari majalah World Finance. Untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik, divisi Tresuri terus mengembangkan infrastruktur teknologi dan meningkatkan pengetahuan staf di cabang akan produkproduk tresuri melalui pelatihan dan e-learning. Selain itu, bekerja sama dengan unit-unit lain kami telah mengidentifikasikan debitur utama disetiap wilayah, mengadakan sosialisasi di cabang-cabang, dan membina komunikasi yang baik dengan kantor-kantor cabang untuk mengidentifikasi peluang-peluang bisnis baru. BCA juga telah mendedikasikan para dealer tresuri untuk membantu relationship manager dalam melayani nasabah yang melakukan transaksi valuta asing dalam jumlah besar. Dalam bisnis pengiriman uang (remittance), pada tahun 2009 BCA menjadi bank komersial pertama di Indonesia yang menjadi anggota langsung dari sistem kliring mata uang Renminbi yang diselenggarakan oleh Otoritas Keuangan Hong Kong (Hong Kong Monetary Authority). BCA menyediakan fasilitas Renminbi (RMB) Trade Settlement untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang sering melakukan bisnis dengan perusahaan Pendapatan Bisnis Perbankan Internasional (dalam miliar Rupiah) Pendapatan Remittance Pendapatan Trade Finance Perbankan Internasional Volume trade finance BCA meningkat lebih dari 39% di tahun 2010 sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia dan pertumbuhan ekonomi domestik. Meskipun terdapat tekanan yang berasal dari penurunan suku bunga dan apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD, BCA berhasil mempertahankan kestabilan pendapatan trade finance pada tahun Dalam mengembangkan layanan trade Laporan Tahunan BCA 2010

49 governance review financial review corporate data dagang negara Cina. Aktivitas perdagangan antara Indonesia dengan Cina selama beberapa tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan signifikan sehingga memberikan prospek yang baik bagi transaksi RMB di masa depan. BCA terus meningkatkan kerja sama dengan bank-bank di Cina untuk memudahkan transaksi pembayaran perdagangan. Selain itu, BCA secara aktif memfasilitasi USD Direct Settlement di pasar lokal melalui kerja sama dengan 47 bank di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, BCA telah menjadi salah satu bank dengan volume layanan pengiriman uang terbesar di Indonesia. Volume pengiriman uang yang dilayani BCA di tahun 2010 naik 31,8% menjadi USD 63,2 juta terutama didukung oleh pertumbuhan transaksi kiriman uang dari luar negeri ke Indonesia (inward remittance). Seiring dengan peningkatan jumlah transaksi, BCA terus melakukan investasi dalam mengembangkan sistem dengan kualitas layanan terbaik yang memungkinkan nasabah untuk mengirim dana dengan aman. Didukung oleh bank koresponden di 107 negara, BCA menyediakan layanan transfer dana dalam 14 mata uang asing. Untuk pengiriman uang ke Cina, BCA menawarkan layanan China Today (pengiriman dan penerimaan US Dollar pada hari yang sama), dan Yuan Remittance (terima Yuan dalam nilai penuh pada hari yang sama) untuk nasabah perorangan. Pada awal 2010, BCA membuka remittance subsidiary di Malaysia untuk melayani transaksi pengiriman uang ke Indonesia dari para pekerja migran di Malaysia. Hingga saat ini BCA telah memiliki 4 cabang remittance di Kuala Lumpur. Layanan pengiriman uang juga difasilitasi melalui sistem berbasis internet yang dinamakan FIRe (Financial Institution Remittance), yang telah terpasang lebih dari 300 bank koresponden di Timur Tengah dan Asia Pasifik. Melangkah ke Depan Di masa yang akan datang, Tresuri BCA akan terus melaksanakan fungsi-fungsi utamanya untuk mengelola neraca dan likuiditas bank, mengoptimalkan profitabilitas Bank, dan meningkatkan dukungan terhadap unit bisnis BCA lainnya dalam menyediakan produkproduk tresuri yang membutuhkan keahlian khusus. Selain itu, kami akan tetap memberikan dukungan kepada bisnis komersial dan UKM, korporasi dan Wealth Management serta senantiasa berupaya untuk meningkatkan produk dan layanan guna memenuhi kebutuhan nasabah dalam kondisi yang terus berubah. Dalam melaksanakan hal tersebut, Tresuri BCA terus mengamati perkembangan ekonomi serta perubahan-perubahan kebijakan Pemerintah yang dapat mempengaruhi kinerjanya. BCA berupaya untuk menangkap peluangpeluang yang muncul dari peningkatan transaksi perdagangan internasional dengan memperluas kerjasama serta meningkatkan kualitas infrastruktur dan sumber daya manusia. Sebagai antisipasi dari jumlah pekerja Indonesia di luar negeri yang kian meningkat, BCA akan mengembangkan jaringan bank koresponden dan remittance subsidiary di luar negeri. BCA juga berencana untuk mendirikan 20 kantor remittance di luar negeri selama tiga tahun ke depan. Laporan Tahunan BCA

50 Pendukung Bisnis Berbagai peningkatan yang berkaitan dengan kegiatan pendukung bisnis dilakukan dengan tujuan utama untuk mendukung strategi pertumbuhan BCA 48 Laporan Tahunan BCA 2010

51 Laporan Tahunan BCA

52 introduction business review business support Manajemen Risiko BCA mengelola berbagai risiko yang dihadapi oleh Bank dan anak perusahaannya secara komprehensif, yang mencakup seluruh aspek risiko (enterprise wide basis). Grup pengelolaan risiko secara proaktif menelaah dan menyempurnakan kebijakan manajemen risiko yang disesuaikan dengan perubahan kondisi makro ekonomi dan mengacu kepada international best practices. Melalui kerja sama dengan lini-lini bisnis untuk mengidentifikasi, mengukur dan memitigasi risiko dalam proses perancangan dan implementasi kebijakan dan prosedur manajemen risiko, BCA berhasil menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari krisis keuangan global di tahun 2008 dan Pada tahun 2010 fokus manajemen risiko beralih dari upaya untuk mengantisipasi dampak negatif krisis keuangan global terhadap Indonesia, ke arah mendukung strategi pertumbuhan Bank dengan mengembalikan batasan minimal peringkat risiko ke tingkatan sebelum kondisi krisis 50 Laporan Tahunan BCA 2010

53 governance review financial review corporate data Fokus Manajemen Risiko Tahun 2010 Selama krisis keuangan global tahun 2008 dan 2009, BCA menerapkan kebijakan manajemen risiko yang terarah dan dirancang untuk memastikan kecukupan likuiditas Bank serta untuk mempertahankan kualitas kredit. Sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi, pada akhir tahun 2009 BCA telah menyesuaikan pedoman manajemen risiko, terutama kriteria pemberian pinjaman, sehingga mencerminkan perubahan kondisi, dengan tetap menjaga risk appetite secara konservatif. Pada tahun 2010 fokus manajemen risiko beralih dari upaya untuk mengantisipasi dampak negatif krisis keuangan global terhadap Indonesia, ke arah mendukung strategi pertumbuhan Bank dengan mengembalikan batasan minimal peringkat risiko ke tingkatan sebelum kondisi krisis. berbagai langkah untuk meningkatkan efektivitas dari sistem manajemen risiko operasionalnya. Manajemen risiko operasional dan sistem Teknologi Informasi yang andal sangat penting untuk mempertahankan posisi BCA sebagai salah satu bank transaksional terkemuka. Pada pertengahan tahun 2010, BCA mulai menyempurnakan Kebijakan Dasar Manajemen Risiko Teknologi Informasi yang dijadikan sebagai referensi bagi seluruh kegiatan fungsional dan operasional yang terkait dengan teknologi informasi. Lebih jauh, grup pengelolaan risiko BCA mulai mengkaji prosedur pengelolaan risiko yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan outsource dan mitra-mitra bisnis utama untuk memastikan bahwa standar-standar risiko operasional tetap terpelihara atas seluruh jaringan distribusi BCA. Sepanjang tahun, BCA memperkuat usaha di bidang penyaluran kredit dan mencari peluang bisnis baru dengan tetap menekankan pada prinsip kehati-hatian perbankan. Tim manajemen risiko BCA mengkaji strategi dan kebijakan kredit untuk memantau dan mengawasi risiko; selain itu juga di beberapa area memperketat dan di beberapa area lainnya melonggarkan prosedur pemberian kredit, wewenang, hurdle rate dan rasio minimal cakupan agunan. BCA juga secara intensif memantau portofolio kredit terutama kredit yang bersifat massal dan secara aktif fokus dalam pengelolaan risiko kredit pada sektor-sektor ekonomi berisiko tinggi dengan mengunakan berbagai skenario stress test. Selain manajemen strategi dan kebijakan kredit yang proaktif, pada tahun 2010 BCA mengambil Kajian secara komprehensif terhadap Business Continuity Plan dan Business Continuity Management dilaksanakan melalui kerja sama unit Teknologi Informasi dan Strategi Operasi. Keberadaan sistem tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa kegiatan operasional dapat berjalan secara normal saat terjadi bencana, mengingat kondisi geografis Indonesia yang rentan terhadap bencana alam. BCA memiliki cadangan atas pusat teknologi informasi yang berfungsi secara mirroring dengan pusat teknologi informasi utama untuk memastikan terpeliharanya arus transaksi jika terjadi kerusakan besar di pusat data utama. Selain itu, jaringan distribusi BCA didukung oleh sistem cadangan ganda untuk menjaga kelangsungan operasional cabang, ATM dan jaringan distribusi lainnya apabila terjadi gangguan listrik atau Laporan Tahunan BCA

54 introduction business review business support komunikasi jaringan. Pada tahun 2010, BCA memulai program jangka panjang untuk meningkatkan organisasi dan infrastruktur teknologi informasi serta rencana untuk mendirikan Disaster Recovery Center (DRC) baru. DRC baru tersebut diharapkan akan memperkuat sistem teknologi informasi dan manajemen risiko BCA dalam mengelola potensi risiko operasional. Berkat sistem manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, BCA berhasil mempertahankan likuiditas, mengelola risiko operasional, dan membatasi risiko kredit di tahun Portofolio kredit tumbuh 24,2% dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) yang stabil pada tingkat yang rendah sebesar 0,6% dan rasio cadangan kredit bermasalah sebesar 394,5%. Likuiditas dapat terjaga dengan secondary reserves sebesar Rp 64,4 triliun dan USD 1,2 miliar. Pada akhir tahun 2010, tidak terdapat indikasi peningkatan NPL yang signifikan maupun tekanan terhadap posisi likuiditas. Struktur Manajemen Risiko BCA memiliki suatu kerangka kerja manajemen risiko terintegrasi, yang mencakup kebijakan Bank dan pembagian tanggung jawab agar pengelolaan risiko berjalan secara efektif di seluruh aspek Bank. Dewan Komisaris dan Direksi BCA bekerja sama untuk memastikan keberhasilan penerapan sistem manajemen risiko. Dewan Komisaris melaksanakan fungsinya untuk mengawasi dan mengevaluasi penerapan kebijakan-kebijakan manajemen risiko, sedangkan Direksi melaksanakan tanggung jawabnya dalam proses penyusunan, evaluasi, implementasi dan pengembangan sistem manajemen risiko. Salah satu anggota Direksi ditunjuk untuk menjalankan fungsi sebagai Direktur Manajemen Risiko yang bertanggung jawab untuk memastikan pengawasan sehari-hari atas kepatuhan setiap unit bisnis terhadap kebijakan manajemen risiko yang berlaku. BCA memiliki unit-unit kerja dan beberapa komite yang bertanggung jawab untuk menangani berbagai jenis risiko. Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) dibentuk untuk membantu Direksi dalam memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko yang diterapkan memberikan perlindungan yang memadai terhadap enterprise risk yang dihadapi BCA. SKMR bekerja secara independen terhadap unit-unit operasional dan Audit Internal, serta bertanggung jawab kepada Direktur yang membawahi manajemen risiko. Struktur organisasi SKMR disesuaikan dari waktu ke waktu agar selaras dengan perkembangan bisnis Bank. Pada tahun 2010, Satuan Kerja Manajemen Risiko Cabang dibentuk dibawah Strategic Business Unit (SBU) Perbankan Cabang. Tugas satuan kerja tersebut adalah membantu Direktur yang membawahi Perbankan Cabang dalam meningkatkan kualitas manajemen risiko pada setiap tingkatan unit kerja pada SBU Perbankan Cabang melalui penerapan kerangka kerja manajemen risiko yang tepat. Satuan kerja tersebut berkoordinasi dengan Direktur yang membawahi manajemen risiko untuk memastikan independensi dalam hubungannya dengan SBU Perbankan Cabang. 52 Laporan Tahunan BCA 2010

55 governance review financial review corporate data Bank juga memiliki Komite Manajemen Risiko yang berfungsi memberikan rekomendasi kebijakan dan membahas seluruh aspek risiko yang dihadapi Bank. Selain itu, Direksi telah membentuk komite-komite khusus yang bertugas untuk menangani risiko yang lebih spesifik, yaitu Komite Kebijakan Perkreditan, Komite Kredit, dan Komite Aset dan Liabilitas (ALCO). BCA juga membentuk Komite Pemantauan Risiko yang membantu Dewan Komisaris untuk memastikan penerapan kerangka kerja manajemen risiko yang tangguh. Kategori Risiko Satuan Kerja Manajemen Risiko memonitor, menelaah, dan menganalisa risiko-risiko bersama dengan unit-unit terkait untuk memastikan penerapan manajemen risiko yang tepat menyangkut delapan kategori risiko yang dihadapi BCA. Pengukuran dan pengawasan terhadap kedelapan risiko ini menghasilkan profil risiko untuk setiap risiko maupun keseluruhan risiko, yang kemudian disatukan ke dalam laporan profil risiko triwulanan dan dilaporkan kepada Bank Indonesia sesuai peraturan yang berlaku. Kedelapan kategori risiko tersebut adalah sebagai berikut: Risiko kredit merupakan risiko yang timbul karena pihak yang berhutang atau counterparties tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada Bank. BCA mengelola risiko ini secara menyeluruh melalui penetapan batasan-batasan kredit bagi setiap segmen pasar untuk individual bisnis maupun antar sektor industri guna memastikan portofolio kredit terdiversifikasi dengan baik. Selain itu Divisi Analisa Risiko Kredit yang independen bertugas untuk menilai risiko secara kasus per kasus atas kredit dalam jumlah besar dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Manajemen Risiko. Profil risiko kredit usaha kecil & menengah (UKM) dan konsumen dikelola menggunakan programprogram produk dan sistem penilaian risiko terpusat, yang dimonitor secara portofolio. Business Credit Origination System yang digunakan memberikan informasi secara cepat menyangkut proses kredit termasuk kemampuan untuk memberikan informasi atas tahapan pemrosesan kredit dari awal hingga akhir. BCA menghadapi risiko pasar yang berhubungan dengan fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai tukar valuta asing serta pergerakan pada variabel-variabel penting lainnya yang terkait dengan pasar. BCA menggunakan metode value at risk (VAR) untuk mengukur fluktuasi tingkat suku bunga maupun nilai tukar mata uang asing yang berada dalam portofolio dalam kelompok diperdagangkan (trading portfolio). Untuk mengelola risiko suku bunga secara keseluruhan, BCA menggunakan pendekatan fixed rate limit berdasarkan tenor dan pendekatan re-pricing gap profile. BCA menghadapi risiko operasional yang disebabkan oleh kesalahan manusia atau kesalahan dalam proses dan kegagalan pengawasan dalam kegiatan operasional sehari-hari, termasuk yang terjadi di back office dan cabang, maupun penipuan dan Laporan Tahunan BCA

56 introduction business review business support tindakan pelanggaran hukum lainnya. Bank menerapkan Operational Risk Management Information System (ORMIS) berbasis web yang dilengkapi dengan aplikasi Key Risk Indicator untuk menyediakan deteksi dini terhadap risiko operasional. Sistem ORMIS ini meliputi Risk Control Self Assessment dan Loss Event Database, yang memberikan informasi berguna untuk meminimalkan risiko operasional. Risiko likuiditas mengacu pada perubahan mendadak dari tingkat aset atau kewajiban yang dikarenakan oleh kejadian yang tidak terduga. Bank diharuskan untuk memelihara pendanaan dan aset likuid yang mencukupi untuk mengakomodasi perubahan tersebut guna mengantisipasi permintaan dana yang dapat muncul dari waktu ke waktu. Dalam upaya untuk memenuhi keseimbangan tersebut, Bank menggunakan analisa arus kas secara terinci baik Rupiah maupun Dollar AS, dan menggunakan alat analisis skenario (scenario analysis) untuk menetapkan marjin likuiditas yang sesuai. Langkah-langkah yang proaktif senantiasa diambil untuk menjamin bahwa dana inti dapat dipertahankan pada tingkat yang konsisten sesuai dengan kebijakan internal BCA maupun kebijakan Bank Indonesia. Risiko strategis berasal dari kesenjangan yang mungkin timbul dalam mengantisipasi perubahan eksternal. Untuk mengatasi risiko tersebut, BCA terutama melalui Direksi dan Dewan Komisaris menetapkan dan secara berkala menyesuaikan strategi-strategi jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Proses perencanaan strategis Bank dilakukan dengan menggunakan sistem anggaran dan perangkat model keuangan terintegrasi, yang membantu dalam proses identifikasi, pengukuran dan pengurangan potensi risiko. Jenis risiko lain yang harus ditangani BCA adalah risiko reputasi, yang berkaitan dengan mempertahankan kepercayaan dan keyakinan para pemangku kepentingan melalui kebijakan, prosedur, dan tindakan Bank. Bank secara proaktif mengelola sistem komunikasinya baik secara internal melalui hubungan antar departemen maupun secara eksternal melalui unit Hubungan Masyarakat dan layanan komunikasi HaloBCA. Penggunaan jaringan ini secara efektif meningkatkan kemampuan BCA dalam memonitor persepsi para pemangku kepentingan dan menangani semua keluhan secara profesional sehingga membatasi potensi timbulnya risiko reputasi. Produk dan layanan Bank yang bersifat kontraktual meningkatkan kemungkinan munculnya risiko hukum. Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan (SKHK) bertanggung jawab untuk memantau seluruh risiko hukum dan kepatuhan. Hal ini mencakup pengembangan dan pemantauan standarisasi dokumendokumen hukum untuk semua aktivitas bisnis perbankan. Selain itu SKHK berperan dalam memastikan berlangsungnya koordinasi internal yang sistematis secara efektif sehingga dapat memitigasi risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan terhadap pedoman hukum yang berlaku. BCA harus memastikan bahwa setiap kegiatan dilaksanakan dalam koridor peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga Pemerintah atau berdasarkan kebijakan internal BCA yang 54 Laporan Tahunan BCA 2010

57 governance review financial review corporate data berlaku. Risiko Kepatuhan muncul akibat adanya potensi penyimpangan dari kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap peraturan yang berlaku, SKHK secara berkala melakukan kajian terhadap kepatuhan di seluruh proses organisasi Bank. Kajian secara teratur tersebut dilengkapi dengan tinjauan kepatuhan khusus yang dilakukan sebelum peluncuran produk baru atau sebagai tanggapan atas transaksi yang mencurigakan atau kegiatan lain yang di luar kebiasaan. BCA juga berkomitmen untuk mematuhi Undang-Undang Anti Pencucian Uang Indonesia dan telah menerapkan kebijakan Know Your Customer (KYC). Kebijakan KYC ditujukan untuk menangani risiko sehubungan dengan potensi pihak eksternal menggunakan rekening nasabah BCA untuk transaksi kriminal. Implementasi Basel II Sejalan dengan peraturan Bank Indonesia, pada tahun 2010 BCA memulai penerapan format pelaporan bank bulanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Basel II. Format pelaporan yang baru menuntut Bank untuk memasukkan risiko operasional sebagai tambahan dari risiko kredit dan risiko pasar dalam menghitung kecukupan modal. Untuk risiko operasional, BCA telah mematuhi ketentuan Bank Indonesia terkait dengan perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk menerapkan formulasi beban modal untuk risiko operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID), yang dimulai dengan pengenaan biaya modal sebesar 5% dari pendapatan kotor pada semester pertama tahun 2010 dan 10% pada semester kedua tahun Pengenaan penuh beban modal sebesar 15% akan dilaksanakan mulai tahun Dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) BCA adalah 13,5%. Namun demikian, jika hanya memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar seperti di tahun 2009, rasio CAR BCA adalah 15,0%. Implikasi penerapan cadangan modal dalam penghitungan risiko operasional dengan menggunakan PID cukup signifikan. Sesuai peraturan Bank Indonesia, BCA hanya dapat menggunakan PID untuk mengelola risiko operasional. Berdasarkan data historis di BCA, kerugian operasional aktual lebih rendah daripada perhitungan CAR menggunakan pendekatan PID. Akan lebih menguntungkan bagi BCA apabila Bank Indonesia mengizinkan bank untuk menggunakan pendekatan yang lebih maju (more advanced approach) dalam mengukur risiko operasional dalam rangka perhitungan CAR. Rencana ke Depan BCA akan terus menyesuaikan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko sejalan dengan perubahan situasi makro ekonomi serta perkembangan kondisi perbankan internasional dan domestik. Kebijakan pengelolaan risiko akan disesuaikan dengan kebutuhan mengacu kepada peraturan yang berlaku dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dan international best practices. Untuk deteksi dini risiko operasional selain menggunakan Operational Risk Management Information System (ORMIS), BCA juga akan terus mengembangkan penerapan pengelolaan risiko operasional dan mempersiapkan penerapan pendekatan yang lebih maju (more advanced approach) untuk menghitung CAR agar sesuai dengan ketentuan Basel II. Laporan Tahunan BCA

58 introduction business review business support Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memegang peran penting dalam organisasi. Setiap organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten sehingga dapat memberikan layanan terbaik bagi nasabahnya serta secara proaktif dapat menghadapi tantangan yang kompetitif. Oleh karenanya, BCA terus berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki dengan memberikan program-program pelatihan dan pengembangan yang terbaik, menanamkan budaya kerja berbasis kinerja (performance-based work culture), serta secara aktif memberikan kesempatan dalam pengembangan karir. Sejalan dengan tujuan ini, BCA menyediakan sistem apresiasi dan penghargaan yang menarik guna memotivasi karyawan untuk terus meningkatkan kinerja mereka. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia terutama diarahkan untuk mempererat hubungan dengan nasabah serta meningkatkan kemampuan pemasaran dan kepemimpinan 56 Laporan Tahunan BCA 2010

59 governance review financial review corporate data Optimalisasi Produktivitas Sumber Daya Manusia BCA menyadari bahwa meningkatnya persaingan bisnis perlu disikapi dengan meningkatkan efisiensi di berbagai bidang, termasuk dalam hal optimalisasi produktivitas karyawan. Strategi dan kebijakan BCA di tahun 2010 difokuskan untuk mempersiapkan landasan yang kokoh dalam membangun kompetensi sumber daya manusia terutama dalam memperkuat hubungan dengan nasabah dan meningkatkan kemampuan pemasaran serta kepemimpinan. Selain itu, BCA merekrut lebih banyak karyawan sebagai upaya untuk mengantisipasi perkembangan bisnis serta memelihara keseimbangan profil demografis karyawan. meningkatkan kesadaran nasabah (customer awareness) adalah dengan menerapkan program keterlibatan karyawan (employee engagement) yang bertujuan memperkuat kerja sama tim, meningkatkan kepuasan karyawan, serta membentuk pandangan karyawan yang positif atas pekerjaan, rekan kerja dan tempat bekerja. Dengan mengembangkan strategi employee engagement, karyawan diharapkan akan lebih produktif dan berorientasi nasabah, serta meningkatkan keterlibatan dengan nasabah (customer engagement). Keterlibatan nasabah akan memberikan dampak positif bagi BCA melalui peningkatan loyalitas, kenaikan pendapatan dan laba, penurunan biaya layanan, dan besarnya peluang untuk melakukan penjualan (cross selling). Pada tahun 2010 BCA melakukan pemetaan terhadap seluruh karyawan untuk mengidentifikasi potensi dan kompetensi karyawan. Pemetaan ini diperlukan untuk menyusun rencana pengembangan yang tepat guna meningkatkan produktivitas setiap karyawan. BCA menerapkan sistem panel manajemen untuk mengidentifikasi top performer dan menyiapkan rencana pengembangan karir bagi setiap karyawan melalui serangkaian pelatihan dan penugasan khusus. Sistem ini secara efektif menciptakan talent pool yang berguna untuk mendukung kelancaran operasional Bank. Membentuk Keterlibatan Nasabah (Customer Engagement) Fokus BCA untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan nasabah hanya dapat tercapai apabila seluruh karyawan terlibat secara aktif dalam setiap proses. Tahap awal dalam Pelatihan dan Pengembangan BCA Learning Center menyediakan program pelatihan dan pengembangan yang komprehensif untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan serta menumbuhkan etos kerja yang dibutuhkan dalam mendukung kinerja secara kelompok dan menjaga standar mutu layanan yang tinggi. Sepanjang tahun 2010 kegiatan pelatihan dan pengembangan difokuskan pada program-program terkait kredit, manajemen risiko, dan manajemen pengetahuan (knowledge management). Selama tahun 2010 BCA Learning Center menyelenggarakan kelas pelatihan yang diikuti oleh peserta. Total keseluruhan waktu pelatihan mencapai hari. Program-program pelatihan dan pengembangan BCA disusun dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan organisasi. Untuk menyelaraskan dengan Laporan Tahunan BCA

60 introduction business review business support strategi dan arah bisnis perusahaan, pada tahun 2009 Management Development Program (MDP) disesuaikan menjadi BCA Development Program (BDP). Program ini ditujukan untuk menghasilkan tenaga profesional dengan spesialisasi sesuai kebutuhan unit kerja. Pada tahun 2010, sebanyak 115 lulusan dari universitas terkemuka telah direkrut untuk mengikuti pelatihan dalam program BDP. BCA juga menyelenggarakan program pelatihan yang bersifat massal untuk memperluas kesempatan belajar bagi seluruh karyawan pada semua unit kerja. Program pelatihan seperti e-learning dan Video Based Training (VBT) telah menjadi solusi tepat dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien bagi karyawan maupun BCA. Sebanyak karyawan telah menyelesaikan pelatihan online sejak program ini diluncurkan pada tahun 2009, dan peserta telah mengikuti VBT. Selain itu, BCA juga mendorong pengembangan knowledge management, dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi informal yang memfasilitasi pertukaran pengetahuan dari karyawan yang memiliki pengalaman dan keahlian tertentu kepada karyawan lainnya. Rencana ke Depan Strategi sumber daya manusia akan ditekankan pada pengembangan keterlibatan karyawan. Upaya ini diharapkan mendorong karyawan untuk memberikan layanan terbaik yang selanjutnya akan menghasilkan keterlibatan nasabah (customer engagement) dan optimalisasi kinerja Bank. BCA Learning Center akan lebih menitikberatkan pada pengembangan kompetensi karyawan yang terkait dengan peningkatan hubungan nasabah, dengan tetap melanjutkan program pelatihan yang terkait dengan kegiatan pemberian kredit. BCA terus membangun reputasinya sebagai perusahaan terpilih (employer of choice) dengan tetap menempatkan pengembangan potensi karyawan sebagai fokus utama. BCA akan terus memonitor kemajuan Rencana Pengembangan masing-masing karyawan. Profil Karyawan Berdasarkan Tingkat Manajemen Staf Manajer Eksekutif (termasuk Dewan Komisaris dan Direksi) Total Profil Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan SD, SMP dan SMU Diploma dan Sarjana Pasca Sarjana Total Laporan Tahunan BCA 2010

61 governance review financial review corporate data Operasi dan Jaringan Penyediaan layanan berkualitas merupakan prioritas utama BCA dalam upaya untuk mempertahankan posisinya sebagai bank terdepan di tengah dinamika persaingan industri perbankan Indonesia. BCA menempatkan nasabah sebagai fokus utama dengan menyediakan layanan yang aman dan andal demi kepuasan nasabah. Selain itu, BCA terus mengembangkan infrastruktur jaringan dengan meningkatkan standar operasional maupun kemampuan para staf front-liner. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Penempatan jaringan di lokasi-lokasi strategis merupakan langkah vital untuk memberikan layanan prima kepada para nasabah. Sepanjang tahun 2010, BCA memperluas jangkauan Penyediaan layanan berkualitas merupakan prioritas utama BCA dalam upaya untuk mempertahankan posisinya sebagai bank terdepan di tengah dinamika persaingan industri perbankan Indonesia Laporan Tahunan BCA

62 introduction business review business support cabang dan jaringan distribusi elektronik dengan membuka 27 cabang baru, menambah 848 mesin ATM dan EDC. Hingga akhir tahun 2010, jaringan BCA mencakup 902 cabang, ATM, dan lebih dari EDC (Electronic Data Capture), yang secara efektif memberikan layanan transaksi bagi lebih dari 9 juta rekening nasabah. Lokasi-lokasi jaringan tersebut secara berkala dikaji dan ditata, sehingga dapat membantu BCA untuk memenuhi perubahan demografi dan kebutuhan nasabah. Selain itu, efisiensi operasional ditingkatkan dengan meminimalisasi penyediaan layanan yang tumpang tindih dan menghindari adanya daerah-daerah yang tingkat layanannya masih relatif rendah. Meskipun penggunaan jaringan distribusi elektronik meningkat, kantor cabang tetap berperan penting sebagai penghubung utama dengan nasabah. Kantor cabang merupakan sarana bagi nasabah dalam berkomunikasi secara langsung dengan Bank maupun personilnya. Sentra-sentra khusus yang terdapat di cabang-cabang, seperti BCABIZZ, BCA Prioritas dan Solitaire menawarkan layanan khusus untuk meningkatkan kepuasan dan membangun loyalitas nasabah. BCABIZZ merupakan layanan utama untuk nasabah usaha kecil dan menengah (UKM), mencakup layanan pengambilan dan pengiriman uang tunai, informasi mutasi rekening harian, serta layanan drop-bag yang memudahkan proses setoran tunai. Saat ini sebanyak merchant menggunakan layanan BCABIZZ yang tersedia di lebih dari 132 cabang BCA di berbagai sentra perdagangan dan bisnis. BCA juga menyediakan EDCBIZZ untuk merchant BCABIZZ. EDCBIZZ merupakan sebuah fasilitas pembayaran melalui kartu kredit dan debit, memungkinkan para merchant BCABIZZ untuk melakukan transaksi seperti mengirimkan dana, melakukan pengecekan saldo rekening, dan membayar tagihan tanpa perlu meninggalkan toko mereka. Untuk memberikan layanan berkualitas dan meningkatkan kenyamanan bertransaksi, BCA menawarkan layanan eksklusif bagi nasabah mass affluent melalui BCA Prioritas. Layanan yang dapat dinikmati oleh nasabah BCA Prioritas mencakup fasilitas ruangan untuk melakukan transaksi perbankan yang dilayani oleh teller dan customer service officer terpilih di 133 cabang BCA, pengguna fasilitas lounge di berbagai bandara di Indonesia, dan potongan harga menarik di beberapa rumah sakit tertentu. Selain itu, nasabah BCA Prioritas dapat menikmati paket produk khusus sebagai solusi kebutuhan pribadi dan bisnisnya. Selanjutnya, secara berkala kami menawarkan program-program spesial dan menyelenggarakan aktivitas-aktivitas dalam komunitas tertentu bagi anggota BCA Prioritas. Seluruh informasi penawaran eksklusif ini diinformasikan kepada nasabah BCA Prioritas melalui Majalah Prioritas. Sejak tahun 2009, BCA mengembangkan BCA Solitaire untuk menyediakan layanan Wealth Management bagi nasabah high net worth. 60 Laporan Tahunan BCA 2010

63 governance review financial review corporate data Layanan Operasional Berkualitas Tinggi BCA merupakan salah satu bank terbesar penyedia layanan transaksi perbankan di Indonesia. Volume transaksi rata-rata harian yang ditangani oleh BCA telah mendekati 5 juta transaksi di tahun Kinerja operasional berstandar tinggi diperlukan untuk memproses transaksi dalam jumlah besar tersebut. Pada saat yang sama, inisiatif peningkatan kenyamanan dengan menyederhanakan proses operasional dan administrasi tengah dilakukan, misalnya untuk aplikasi permohonan pinjaman dapat dilakukan secara online. beroperasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. HaloBCA menawarkan layanan perorangan maupun melalui mesin penjawab otomatis. Sejak awal tahun 2010, HaloBCA telah mempromosikan secara intensif sebuah nomor akses yang mudah diingat dan berlaku nasional yaitu Selain menyediakan bantuan layanan perbankan dan kartu kredit, sejak tahun 2010, HaloBCA juga telah menyediakan informasi BCA Syariah, bancassurance, dan pinjaman perorangan untuk karyawan dari perusahaan yang menjadi nasabah korporasi BCA. BCA berusaha menjaga posisi kas secara optimal baik di cabang maupun ATM dengan mengantisipasi kebutuhan nasabah serta meminimumkan jumlah kas yang tidak terpakai pada keseluruhan sistem. Selain itu, pemantauan berkala terhadap kinerja ATM dan EDC telah mendorong tercapainya kinerja yang optimal. Tingginya tingkat keamanan tampak pada seluruh lokasi ATM BCA yang telah memiliki piranti anti-skimming, penutup PIN, dan kamera CCTV di hampir semua lokasi ATM. Untuk menjaga kontinuitas kegiatan operasional, BCA memiliki jaringan Real Time Gross Settlement (RTGS) yang dilengkapi dengan cadangan jaringan yang beroperasi secara mirroring. Pengujian jaringan cadangan untuk transaksi RTGS dan Sistem Kliring Nasional dilakukan secara teratur dua kali dalam setahun untuk memastikan integritas data. Nasabah dapat memperoleh informasi dan solusi perbankan secara cepat dan mudah melalui contact center HaloBCA yang Sepanjang tahun 2010, HaloBCA menerima 8,6 juta telepon masuk, yang sebagian besar merupakan permintaan informasi seputar produk dan layanan, sedangkan 7,1% telepon berkaitan dengan penanganan keluhan nasabah. Seluruh keluhan secara sistematis ditangani oleh personil HaloBCA yang terlatih dan profesional. Kami meyakini bahwa keluhan nasabah merupakan umpan balik yang efektif mengenai bagaimana Bank seharusnya memberikan layanan kepada nasabahnya. Oleh karena itu, BCA selalu memberi perhatian penuh atas keluhan nasabah tersebut agar dapat memahami kebutuhan nasabah dengan lebih baik. Sebagai hasil dari layanan yang berkualitas, pada tahun 2010 HaloBCA menerima beberapa penghargaan di level domestik, regional maupun internasional. Menumbuhkan Budaya Layanan Sebagai bagian dari upaya untuk menumbuhkan budaya layanan, BCA menyelenggarakan program SMART. Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun Program yang Laporan Tahunan BCA

64 introduction business review business support diadakan secara berkesinambungan pada tiap tingkatan di kantor cabang, wilayah dan pusat ini mendorong karyawan untuk memiliki sikap melayani, dengan mengikuti kriteria layanan BCA yaitu Sigap, Menarik, Antusias, Ramah dan Teliti (SMART). SMART menggunakan tolok ukur industri untuk menilai kualitas kantor cabang, kantor wilayah dan kantor pusat dalam hal sumber daya manusia dan infrastruktur. Pelaksanaan program diawasi dan dievaluasi oleh sebuah tim independen, yang melakukan beragam penilaian seperti observasi langsung dan penelepon asing (mystery caller). Sesi pelatihan dengan tema budaya layanan merupakan bagian integral dari program SMART. Melangkah ke Depan BCA akan lebih meningkatkan kualitas layanannya sejalan dengan perubahan dan dinamika kebutuhan pasar. Upaya yang terarah untuk mengembangkan, mengoptimalkan dan melakukan standarisasi jaringan akan dilakukan untuk memastikan keandalan sistem serta memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nasabah. Seiring dengan penambahan volume transaksi melalui jaringan distribusi elektronik, BCA akan meningkatkan keamanan transaksi dan mengembangkan kapasitas jaringan. Keamanan dan kenyamanan nasabah tetap menjadi fokus utama kami dalam bisnis transaksi perbankan. BCA terus memperkuat budaya layanan yang konsisten dan berkualitas dengan menerapkan best practice standards. Sebagai bagian dari upaya tersebut, HaloBCA akan dikembangkan menjadi pusat layanan untuk membina hubungan dengan nasabah secara aktif. Solusi SMART, yang merupakan perluasan dari program SMART, akan dikembangkan sejalan dengan upaya BCA meningkatkan relationship banking dan kualitas layanan. 62 Laporan Tahunan BCA 2010

65 governance review financial review corporate data Teknologi Informasi Sebagai bank transaksional dengan basis nasabah yang terus tumbuh, BCA senantiasa mengambil langkahlangkah guna memastikan bahwa sistem teknologi informasi (TI) yang dimiliki mampu memproses transaksi dengan volume yang terus meningkat. Penekanan BCA terhadap kinerja sistem TI menuntut investasi yang berkesinambungan dalam hal penambahan kapasitas dan peremajaan sistem baik Data Center maupun Disaster Recovery Center. Proses dan prosedur pengelolaan sistem dan sumber daya manusia TI telah memenuhi international best practices sehingga TI BCA dapat berperan sebagai business enabler bagi seluruh unit bisnis di BCA. Fokus BCA pada keandalan teknologi dan stabilitas sistem merupakan cara terbaik untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan Penekanan BCA terhadap kinerja sistem TI menuntut investasi yang berkesinambungan dalam hal penambahan kapasitas dan peremajaan sistem baik di Data Center maupun Disaster Recovery Center Laporan Tahunan BCA

66 introduction business review business support kepercayaan kepada nasabah dalam bertransaksi di BCA. Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi, BCA terus berinovasi serta menyediakan produk dan layanan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang senantiasa berubah. Menciptakan Solusi Bisnis Secara internal, keberhasilan kinerja sistem TI yang andal mampu menghubungkan sistem aplikasi dan kapasitas yang tersedia dengan layanan yang dibutuhkan unit-unit bisnis. Di tahun 2010, BCA mulai menerapkan Service Oriented Architecture (SOA), dimana SOA tersebut menyediakan arsitektur yang dapat diterapkan dan dipergunakan ulang secara konsisten pada proyek-proyek serupa, baik dalam aplikasi Business to Customer (B2C) atau Business to Business (B2B). Standar SOA meningkatkan efisiensi dan percepatan pembuatan aplikasi karena berkurangnya proses rancang ulang pada saat akan digunakan kembali oleh mitra lain, seperti seperti terlihat dari aplikasi B2C untuk pembayaran tiket pesawat melalui internet. Selain itu, BCA mengembangkan suatu sistem untuk memenuhi kebutuhan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam melakukan pemisahan rekening investor. Hal tersebut diperlukan bagi KSEI dalam menjalankan fungsi pengawasan dan bagi investor dalam memonitor posisi dan penyelesaian transaksi (settlement accounts) mereka. Memanfaatkan Informasi Nasabah BCA menyadari pentingnya memahami nasabah dalam mendukung kinerja pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan memiliki volume data nasabah yang besar, unit-unit bisnis BCA dapat memanfaatkan data tersebut untuk meningkatkan hubungan dengan nasabah. Melalui suatu data warehouse yang terintegrasi, BCA mengevaluasi perilaku transaksi nasabah guna menyelaraskan produk dan layanan sesuai dengan solusi keuangan yang diperlukan nasabah. Sistem Enterprise Data Warehouse memungkinkan terciptanya satu sumber informasi terintegrasi yang memudahkan unitunit bisnis untuk lebih memahami nasabahnya. Mengingat pengembangan sistem ini dipelopori oleh Perbankan Individual dan Perbankan Cabang, diharapkan penggunaan sistem tersebut akan mendorong penjualan, dan aktivitas cross selling guna mencapai target pemasaran khususnya pada segmen ini. Tata Kelola Teknologi Informasi dan Kelangsungan Bisnis Sepanjang tahun 2010, BCA berupaya untuk memperkuat tata kelola TI dengan menerapkan Capability Maturity Model Integration (CMMI) pada sejumlah proyek. CMMI mengintegrasikan fungsi-fungsi organisasi yang sebelumnya terpisah. CMMI menetapkan tujuan dan prioritas atas proses perbaikan, memberikan panduan untuk mencapai proses yang berkualitas, dan menyediakan point of reference untuk menilai proses yang sedang berjalan. Modifikasi terhadap prosedur penyusunan Laporan Keuangan juga dilakukan untuk mematuhi ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 & 55. Agar dapat menyediakan layanan dalam kondisi darurat, BCA telah mengembangkan dan mengimplementasikan Business Continuity 64 Laporan Tahunan BCA 2010

67 governance review financial review corporate data Plan (BCP) yang secara khusus menguraikan tindakan-tindakan BCA agar dapat memberikan layanan-layanan utama perbankan dalam kondisi terjadinya bencana alam atau gangguan serius lainnya. Selain itu, BCP merinci proses pemulihan paska bencana agar fasilitas layanan untuk nasabah dapat berlangsung normal kembali. Pengelolaan krisis dan jaringan komunikasi darurat dengan pemangku kepentingan BCA telah teruji saat peristiwa bencana alam berlangsung di Indonesia selama beberapa tahun ini, seperti gempa bumi besar di Padang dan letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Meskipun kegiatan operasional di daerah bencana tersebut tidak mengalami gangguan berarti, BCA terus mengkaji dan memperbaiki prosedur untuk kondisi darurat disetiap tingkat operasional guna memastikan BCP dapat berfungsi secara baik pada saat diperlukan. Sosialisasi, seminar, dan pelatihan mengenai kelangsungan bisnis diselenggarakan bagi karyawan untuk memastikan kesiapan BCA dalam menangani dampak-dampak bencana yang terjadi. dengan kapasitas bandwith yang memadai pada seluruh cabang utama. Redudansi jaringan (network redundancy) ini merupakan komponen penting dari sistem TI kami untuk memberikan sistem jaringan yang dapat diandalkan dan memberikan response secara real-time. Redundansi sistem jaringan tersebut dapat mencegah kegagalan pada satu titik dan memungkinkan jaringan pulih secara mandiri jika terjadi kegagalan, tanpa mengakibatkan interupsi atau kehilangan data. Melangkah ke Depan BCA akan mengembangkan kemampuan sistem TI dalam mendukung kegiatan transaksi dan menyediakan solusi keuangan. Peningkatan infrastruktur TI akan terus dilakukan melalui pengembangan jaringan, sistem, aplikasi, dan keamanan, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mencapai optimalisasi. Kajian terhadap struktur organisasi teknologi informasi akan dilakukan untuk memastikan relevansi dan kesesuaian dengan perkembangan bisnis. BCA saat ini memiliki dua mainframe di dalam negeri. Karena setiap transaksi ditangani secara mirroring pada kedua mainframe tersebut, maka setiap lokasi dapat beroperasi secara independen untuk menangani keseluruhan beban operasi Bank. BCA juga memiliki mainframe yang berfungsi sebagai Disaster Recovery Center di Singapura, yang dipersiapkan untuk memastikan kelangsungan operasional dasar jika terjadi bencana yang bersifat katastrofik di Jakarta. Untuk meningkatkan keandalan dan ketersediaan jaringan, BCA telah mengimplementasikan sistem komunikasi redundant Dengan fokus pada layanan nasabah dan penjualan, BCA akan memperluas penerapan aplikasi Customer Relationship Management (CRM) ke seluruh unit bisnis dan cabang. Selain itu, BCA akan mengembangkan jaringan elektronik untuk mendukung berbagai kegiatan operasional dan mengembangkan fitur-fitur sistem Cash Management. Selanjutnya sebuah Disaster Recovery Center baru akan dibangun guna menjawab tuntutan kelangsungan bisnis perusahaan dan peningkatan kecepatan waktu aktivasi dan replikasi data. Laporan Tahunan BCA

68 Tinjauan Tata Kelola Perusahaan Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu prasyarat utama bagi keberhasilan bisnis perusahaan dalam jangka panjang 66 Laporan Tahunan BCA 2010

69 Laporan Tahunan BCA

70 introduction business review business support Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance BCA memiliki komitmen untuk mempertahankan standar tertinggi dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG) sebagai salah satu prasyarat utama bagi keberhasilan dan keberlanjutan usaha. BCA menjunjung tinggi etika dan standar profesionalisme pada seluruh jenjang organisasi. Pelaksanaan GCG pada industri perbankan secara umum berpedoman pada berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama Peraturan Bank Indonesia, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Pelaksanaan GCG juga berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar, yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi dan Kewajaran. BCA meyakini bahwa cara suatu perusahaan beroperasi untuk meraih tujuan merupakan hal yang sama pentingnya dengan hasil yang dicapai 68 Laporan Tahunan BCA 2010

71 governance review financial review corporate data Dari waktu ke waktu, BCA senantiasa menekankan pentingnya pelaksanaan GCG secara efektif. Selama tahun 2010, BCA terus menyempurnakan prosedur-prosedur GCG, seperti: 1. Dengan dibantu konsultan asing yang berpengalaman, memperbaharui sistem pelaporan yang dipergunakan oleh Dewan Komisaris maupun Komite-Komite terkait. Konsultan tersebut menyederhanakan seluruh laporan yang disampaikan kepada Dewan Komisaris dalam bentuk dashboard. Keberadaan sistem yang akan dioperasikan mulai tahun 2011 ini diyakini akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Dewan Komisaris berkat kemampuan sistem ini untuk menyediakan informasi terkini secara online. 2. Senantiasa menyempurnakan kebijakan GCG sejalan dengan perubahan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku dan praktik terbaik GCG. 3. Melakukan penyesuaian kebijakan dan prosedur internal Prinsip Mengenal Nasabah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. 4. Melakukan penilaian menyeluruh secara berkala dalam bentuk self assessment terhadap pelaksanaan GCG, yang meliputi 11 (sebelas) aspek penilaian sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai GCG. Self assessment tentang pelaksanaan GCG di lingkungan BCA selama tahun 2010 menghasilkan peringkat nilai komposit 1,35 atau sama dengan predikat Sangat Baik. Laporan pelaksanaan GCG di BCA disusun selaras Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Berikut adalah pokok-pokok laporan pelaksanaan GCG selama tahun 2010: A. Rapat Umum Pemegang Saham B. Dewan Komisaris dan Komite-Komite Penunjangnya C. Direksi dan Komite-Komite Eksekutif di Bawah Direksi. D. Rapat-Rapat Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi E. Penerapan fungsi Kepatuhan, Fungsi Audit Intern, Fungsi Audit Ekstern dan Fungsi Sekretaris Perusahaan F. Penerapan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern G. Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (related parties) dan Penyediaan Dana Besar (large exposures) H. Rencana Strategis Perseroan I. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank yang Belum Diungkap dalam Laporan Lainnya J. Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi K. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah L. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris dan Direksi M. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan Anggota Dewan Komisaris Lainnya, Direksi Lainnya dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank N. Opsi Saham O. Penyimpangan Internal P. Permasalahan Hukum Q. Transaksi Benturan Kepentingan R. Pembelian Kembali Saham Perseroaan (Shares Buy Back) S. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial Laporan Tahunan BCA

72 introduction business review business support A. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas-batas yang ditentukan dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas (UUPT) dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. RUPS mempunyai kewenangan antara lain: 1. menyetujui Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan Perseroan dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan serta memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et decharge) kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris BCA atas tindakan pengurusan dan pengawasan yang telah dilakukannya masing-masing. 2. memberi kuasa dan wewenang kepada Direksi untuk menentukan dan membayar dividen final. 3. mengambil keputusan-keputusan menyangkut struktur organisasi misalnya perubahan Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan. 4. mengangkat dan/atau mengubah susunan anggota Direksi dan Dewan Komisaris. 5. memutuskan penetapan gaji, tunjangan lain serta honorarium Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. 6. memberi persetujuan terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan. 7. memberikan kuasa dan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memperhatikan rekomendasi dari Komite Audit. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat. Penyelenggaraan RUPS dapat berupa Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun, dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dapat diselenggarakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan Perseroan. Pada tahun 2010, BCA menyelenggarakan 1 (satu) kali RUPS yaitu RUPS Tahunan pada tanggal 5 Mei Hasil RUPS Tahunan tersebut disajikan di bagian Data Perusahaan, halaman Laporan Tahunan ini. B. DEWAN KOMISARIS Tugas pokok Dewan Komisaris adalah memberikan pengarahan dan pengawasan kepada Direksi dalam proses implementasi visi, misi, rencana kerja dan anggaran Perseroan, serta melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan keputusan-keputusan yang diambil dalam RUPS dan tugas-tugas yang ditentukan di dalam Anggaran Dasar BCA, peraturan Bank Indonesia, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal - Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Keanggotaan Dewan Komisaris BCA per Desember 2010 terdiri dari 5 (lima) orang yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris, dan 3 (tiga) Komisaris Independen. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan melalui keputusan RUPS. Seluruh anggota Dewan Komisaris BCA berdomisili di Indonesia. Keanggotaan Dewan Komisaris BCA telah memenuhi seluruh ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia, baik menyangkut kelulusan masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam Fit and Proper Test oleh Bank Indonesia, larangan perangkapan jabatan, maupun keberadaan Komisaris Independen. 70 Laporan Tahunan BCA 2010

73 governance review financial review corporate data Jumlah Komisaris Independen BCA mencapai lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris. Keberadaan Komisaris Independen tersebut dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif dan menempatkan kewajaran (fairness) dan kesetaraan diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/ atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/ atau Pemegang Saham Pengendali, atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Susunan Keanggotaan Dewan Komisaris BCA per Desember 2010 Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris Tonny Kusnadi Komisaris Cyrillus Harinowo Komisaris Independen Raden Pardede Komisaris Independen Sigit Pramono Komisaris Independen Masa jabatan anggota Dewan Komisaris adalah 3 (tiga) tahun dan untuk periode ini akan berakhir pada saat ditutupnya RUPST BCA di tahun Profil singkat masing-masing anggota Dewan Komisaris disajikan di bagian Data Perusahaan, halaman Laporan Tahunan ini. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya dan memberi nasihat kepada Direksi yang dilakukan untuk kepentingan Perseroan sejalan dengan maksud dan tujuan Perseroan sesuai Anggaran Dasar. 2. Setiap anggota Dewan Komisaris BCA dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha BCA dengan mengindahkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3. Dewan Komisaris memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BCA pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi melalui Komite-Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris. 4. Dewan Komisaris mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BCA. 5. Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Divisi Audit Internal BCA, Auditor Eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain termasuk namun tidak terbatas pada Bapepam-LK dan/atau Bursa Efek Indonesia. 6. Sesuai Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum, Dewan Komisaris telah membentuk: a. Komite Audit. b. Komite Pemantau Risiko. c. Komite Remunerasi dan Nominasi. 7. Dewan Komisaris memastikan bahwa Komite-Komite yang telah dibentuk Dewan Komisaris menjalankan tugasnya secara efektif. Laporan Tahunan BCA

74 introduction business review business support 8. Anggota Dewan Komisaris, baik bersamasama maupun sendiri-sendiri pada jam kerja, dapat memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang digunakan atau dikuasai oleh BCA dan berhak memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi. 9. Dewan Komisaris secara berkala meminta anggota Direksi untuk memberikan penjelasan tentang segala hal mengenai BCA sebagaimana diperlukan oleh Dewan Komisaris untuk melaksanakan tugas mereka. 10. Dewan Komisaris membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya. 11. Dewan Komisaris melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan dan Perusahaan lain termasuk kepemilikan saham di atas 5% (lima per seratus) dari suatu Perusahaan, untuk selanjutnya dicatat di dalam Daftar Khusus sesuai dengan ketentuan, yang dikinikan setiap 3 (tiga) bulan sekali. 12. Dewan Komisaris mengusulkan penggantian dan/atau pengangkatan anggota Direksi kepada RUPS dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. 13. Dewan Komisaris menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. 14. Dewan Komisaris sehubungan dengan penerapan manajemen risiko: a. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko. b. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko. c. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris sesuai ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab di atas, Dewan Komisaris mengacu kepada Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris yang di dalamnya juga mengatur mengenai etika kerja, waktu kerja dan pelaksanaan rapat. Dewan Komisaris telah berperan dalam pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dengan menjalankan fungsi pengarahan dan pengawasan secara baik. Sepanjang tahun 2010, telah diselenggarakan sebanyak 35 (tiga puluh lima) kali rapat Dewan Komisaris dan 10 (sepuluh) kali rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi. Pengambilan keputusan dalam rapat-rapat tersebut dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. Hasil keputusan rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam suatu risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir dan didokumentasikan secara baik termasuk perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat Dewan Komisaris beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. Catatan kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam rapat-rapat tersebut dapat dilihat pada bagian Penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris, Rapat Direksi, serta Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi pada halaman 87 Laporan Tahunan ini. Selama tahun 2010, Dewan Komisaris tidak menemukan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan, dan keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BCA. 72 Laporan Tahunan BCA 2010

75 governance review financial review corporate data Komite-Komite Penunjang Dewan Komisaris BCA telah membentuk komite-komite penunjang Dewan Komisaris yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite Remunerasi dan Nominasi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI), peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Komite-Komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam fungsinya membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, dengan mengacu kepada Pedoman dan Tata Tertib Kerja yang telah disusun untuk masing-masing Komite. Masa jabatan anggota Komite-Komite tersebut akan berakhir pada saat berakhirnya masa jabatan ketua Komite yang juga adalah Komisaris Independen dimana pada periode ini akan berakhir pada penutupan RUPST BCA tahun Setelah masa jabatannya berakhir, anggota Komite-Komite tersebut dapat diangkat kembali, namun khusus untuk masa jabatan anggota Komite Audit sesuai dengan peraturan Bapepam-LK, hanya dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. Komite-Komite tersebut secara rutin menyelenggarakan rapat untuk membahas hal-hal yang relevan dengan tanggung jawab Komite yang bersangkutan. Keputusan rapat Komite diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Apabila tidak terjadi musyawarah mufakat, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak dan segala keputusan rapat Komite bersifat mengikat bagi seluruh anggota Komite. Hasil keputusan rapat Komite dituangkan dalam suatu risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh anggota Komite yang hadir dan didokumentasikan secara baik termasuk perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat Komite beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. Hasil rapat Komite merupakan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Dewan Komisaris. Komite Audit Susunan Keanggotaan Komite Audit per Desember 2010 Cyrillus Harinowo Ketua (juga sebagai Komisaris Independen) Herman Yoseph Susmanto Anggota (Pihak Independen) Rodulphus Aquaviva Supriyono Anggota (Pihak Independen) Inawaty Handoyo Suwardi Anggota (Pihak Independen) Keanggotaan Komite Audit BCA terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 3 (tiga) orang anggota, serta dibantu oleh seorang Sekretaris Komite. Sesuai Peraturan Bank Indonesia, Ketua Komite Audit adalah juga Komisaris Independen di BCA, sedangkan anggota Komite adalah pihakpihak independen yang memiliki kompetensi di bidang-bidang yang dipersyaratkan. Seluruh anggota Komite Audit adalah independen sehingga tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan BCA yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Komposisi, kualifikasi dan independensi Komite Audit telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia maupun peraturan Bapepam-LK. Laporan Tahunan BCA

76 introduction business review business support Profil singkat anggota Komite Audit disajikan pada bagian Data Perusahaan, halaman Laporan Tahunan ini. Tugas dan Tanggung Jawab Pokok Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris terhadap penerapan tata kelola perusahaan, yang difokuskan kepada pengawasan atas: 1. Kepatuhan Perseroan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku. 2. Keandalan (reliability) laporan keuangan. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi Perseroan, dengan menitikberatkan pada pengelolaan risiko. 4. Evaluasi fungsi audit internal sejak perencanaan, pelaksanaan audit serta tindak lanjut hasil-hasilnya, termasuk menghadiri pembahasan hasil-hasil audit apabila dipandang perlu. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut Komite Audit membuat rencana kegiatan tahunan yang dapat menjawab, mendalami, dan memberi keyakinan bahwa tata kelola perusahaan telah berjalan dengan integritas tinggi dan andal. Komite Audit juga menjalin hubungan kerja yang efektif dengan Direksi, Divisi Audit Internal, dan Auditor Eksternal maupun pihak terkait lainnya. Tugas dan tanggung jawab pokok Komite Audit dijabarkan sebagai berikut : 1. Melakukan penelaahan atas Laporan Kepatuhan terhadap Ketentuan Kehatihatian yang dilaporkan secara bulanan. 2. Melakukan penelaahan kepatuhan Perseroan terhadap peraturan perundangundangan di bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Bank. 3. Menghadiri dan membuat relasi aktif dengan asosiasi-asosiasi seperti Paguyuban Komisaris Independen Indonesia dan Ikatan Komite Audit Indonesia untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas peraturan, perundangan serta best practices yang berkembang. 4. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perseroan seperti Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), Laporan Keuangan Publikasi (triwulanan) dan secara random untuk Laporan Keuangan Bulanan on line, serta Proyeksi dan Informasi Keuangan lainnya. 5. Melakukan penelaahan atas rencana kerja dan pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh Divisi Audit Internal. 6. Menelaah independensi dan objektivitas Akuntan Publik. 7. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh Akuntan Publik untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan. 8. Melaporkan kepada Dewan Komisaris berbagai risiko yang dihadapi BCA. 9. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Dewan Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Perseroan. 10. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan KAP kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS. 11. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Audit. Rapat Komite Komite Audit mengadakan rapat sesuai dengan kebutuhan Perseroan, sedikitnya 4 (empat) kali dalam setahun sebagaimana diatur di dalam Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Audit. Selama tahun 2010, Komite Audit tercatat mengadakan sebanyak 17 (tujuh belas) kali rapat. 74 Laporan Tahunan BCA 2010

77 governance review financial review corporate data Berikut adalah penyelenggaraan rapat dan kehadiran anggota pada rapat Komite Audit selama tahun No Tanggal Topik Februari Perkembangan pelaksanaan audit Laporan Keuangan BCA tahun buku 2009 Rapat Komite Audit Februari Pembahasan Realisasi Kerja dengan Divisi Audit Internal tahun 2009 dan Rencana Kerja tahun Maret Hasil akhir audit Laporan Keuangan BCA tahun 2009 beserta management letter Maret Kajian Laporan Keuangan tahun 2009 yang akan dipublikasikan Anggota Komite CH HYS RAS IHS Pihak Lain yang Hadir Auditor Eksternal Dewan Komisaris dan Divisi Audit Internal Eksternal Auditor Divisi Keuangan dan Akuntansi April Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal, Komite Pemantau Risiko, Satuan Kerja Enterprise Security April Kajian Laporan Keuangan Triwulan I tahun 2010 yang akan dipublikasikan Divisi Keuangan dan Akuntansi 7. 3 Juni Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Juni Laporan Hasil Review Komite Audit Triwulan I tahun 2010 kepada Dewan Komisaris Dewan Komisaris Juli Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Juli Kajian Laporan Keuangan Triwulan II tahun 2010 yang akan dipublikasikan Divisi Keuangan dan Akuntansi Agustus Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Agustus Realisasi Pelaksanaan Audit Triwulan II tahun 2010 Dewan Komisaris dan Divisi Audit Internal September Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Oktober Pembahasan Rencana dan cakupan audit Laporan keuangan BCA tahun Oktober Kajian Laporan Keuangan Triwulan III tahun 2010 yang akan dipublikasikan Auditor Eksternal Divisi Keuangan dan Akuntansi November Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Desember Rapat Rutin Bulanan Divisi Audit Internal Keterangan: : Hadir : Tidak Hadir CH : Cyrillus Harinowo HYS : Herman Yoseph Susmanto RAS : Rodulphus Aquaviva Supriyono IHS : Inawaty Handoyo Suwardi Laporan Tahunan BCA

78 introduction business review business support Laporan Ringkas Pelaksanaan Program Kerja Komite Audit Selama tahun 2010 Komite Audit telah merealisasikan program kerja yang disusun sebelumnya dengan menjalankan kegiatankegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan rapat dengan Divisi Keuangan dan Akuntansi setiap triwulan untuk mengkaji Laporan Keuangan yang akan dipublikasikan. 2. Mengevaluasi dan menyetujui usulan perpanjangan kontrak dengan Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja (dahulu disebut Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) yang berafiliasi dengan Ernst & Young dan merekomendasikannya kepada Dewan Komisaris untuk melakukan audit atas Laporan Keuangan tahun buku Melakukan rapat dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman & Surja sebanyak 3 (tiga) kali untuk membahas: a. Perkembangan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan BCA tahun buku b. Hasil akhir audit Laporan Keuangan BCA tahun buku 2009 beserta Management Letter. c. Rencana dan cakupan audit atas Laporan Keuangan BCA tahun buku Melakukan rapat dengan Divisi Audit Internal untuk: a. Mengevaluasi perencanaan tahunan dan pelaksanaan audit internal setiap semester. b. Melakukan diskusi bulanan atas hasil audit yang dipandang cukup signifikan. 5. Mengadakan kunjungan ke kantor cabang, unit kerja Kantor Pusat dan anak perusahaan untuk menghadiri exit meeting audit internal dengan jumlah 9 (sembilan) kunjungan. 6. Menelaah 300 (tiga ratus) laporan hasil audit internal dan tindak lanjutnya. 7. Menelaah kepatuhan BCA terhadap ketentuan, peraturan dan hukum yang berlaku di bidang perbankan melalui kajian atas Laporan kepatuhan terhadap Ketentuan Kehati-hatian yang dilaporkan secara bulanan. 8. Memantau pelaksanaan manajemen risiko melalui laporan triwulan Profil Risiko BCA dan laporan bulanan Operation Risk Management Information System (ORMIS). 9. Melakukan rapat bersama dengan Komite Pemantau Risiko dan Satuan Kerja Enterprise Security untuk mengevaluasi implementasi Business Continuity Plan di BCA. 10. Melakukan kajian atas: a. Hasil pemeriksaan Bank Indonesia dan tindak lanjutnya. b. Tindak lanjut management letter dari KAP Purwantono, Suherman & Surja. c. Hasil rapat Dewan Komisaris dan Rapat Direksi 11. Melaporkan hasil kajian dan evaluasi rutin kepada Dewan Komisaris setiap triwulan. 76 Laporan Tahunan BCA 2010

79 governance review financial review corporate data Komite Pemantau Risiko Susunan Keanggotaan Komite Pemantau Risiko per Desember 2010 Sigit Pramono Ketua (juga sebagai Komisaris Independen) Andreas E. Susetyo Anggota Endang Swasthika Wibowo Anggota Keanggotaan Komite Pemantau Risiko BCA terdiri dari Ketua yang juga adalah Komisaris Independen dan 2 (dua) orang anggota pihak independen yang memiliki kapasitas, kompetensi, keahlian dan pengalaman yang diperlukan. Kedua anggota pihak independen tersebut memiliki keahlian di bidang Perbankan dan Keuangan, Teknologi Informasi serta Manajemen Risiko. Komite Pemantau Risiko dibantu oleh seorang Sekretaris. Profil singkat anggota Komite Pemantau Risiko disajikan pada bagian Data Perusahaan, halaman 274 Laporan Tahunan ini. Tugas dan Tanggung Jawab Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Komite Pemantau Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam hal keberadaan, operasi dan efektivitas program pengelolaan risiko BCA, kebijakan dan praktik-praktik, termasuk dan tidak terbatas pada kepatuhan atas kebijakan Bank Indonesia terkait implementasi Basel II. Selain itu, Komite Pemantau Risiko juga bertugas dalam memberi masukan atau rekomendasi atas toleransi risiko BCA dan memastikan ketersediaan informasi dan implementasi dari standar, kontrol, batasan, pedoman dan kebijakan sehubungan dengan pengukuran dan pengelolaan risiko terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko strategis, risiko hukum dan risiko kepatuhan. Dalam menjalankan tugas pemantauannya, Komite Pemantau Risiko memiliki kewenangan dalam hal: 1. Menerima dan memeriksa laporan dari manajemen BCA perihal langkah-langkah yang telah diambil untuk melakukan pengawasan dan kontrol eksposur. 2. Melakukan pemeriksaan atas laporan tentang hal-hal signifikan yang disiapkan oleh grup pengelolaan risiko internal dan memberikan masukan bila diperlukan. 3. Memantau proses underwriting dan pengawasan serta kepatuhan atas kebijakan manajemen risiko. Selain itu, Komite Pemantau Risiko mengevaluasi kinerja manajemen terhadap kebijakan yang ada untuk memastikan bahwa: (a) proses pengelolaan risiko telah berjalan efektif, dan (b) tanggung jawab Direksi dan Manajemen terkait maupun karyawan BCA terhadap pengelolaan risiko telah didefinisikan dengan jelas. 4. Memantau dan mengevaluasi tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. 5. Meminta manajemen untuk melakukan analisis atas risiko tertentu sesuai kebutuhan dan menetapkan batasan, kontrol dan prosedur tertentu yang disetujui Dewan Komisaris untuk memitigasi risiko. 6. Menerima laporan dan rekomendasi dari Direksi dan manajemen BCA yang terkait sehubungan dengan masalah pengelolaan risiko yang signifikan dan menyiapkan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. 7. Secara mandiri atau bersama Komite Audit, melakukan kaji ulang dan diskusi tentang regulasi perbankan. Laporan Tahunan BCA

80 introduction business review business support 8. Membuat laporan secara periodik kepada Dewan Komisaris tentang masalahmasalah material menyangkut pengelolaan risiko dan kepatuhan BCA. 9. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Pemantau Risiko. Rapat Komite Komite Pemantau Risiko mengadakan rapat sesuai dengan kebutuhan Perseroan sedikitnya 4 (empat) kali dalam setahun sebagaimana diatur dalam Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Pemantau Risiko. Selama tahun 2010 rapat Komite Pemantau Risiko telah dilaksanakan sebanyak 9 (sembilan) kali. Berikut adalah informasi mengenai rapat Komite Pemantau Risiko yang diselenggarakan selama tahun Rapat Komite Pemantau Risiko No Tanggal Topik Januari Evaluasi Kinerja Komite Pemantau Risiko Tahun 2009 dan Perencanaan Tahun Februari Penjelasan mengenai budget Divisi Tresuri terkait dengan pengembangan aplikasi sistem untuk Tresuri Maret Rencana Kerja Komite Pemantau Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko April Rapat Gabungan dengan Komite Audit dan Divisi Audit Internal Mei Penyampaian Laporan Periodik Komite Pemantau Risiko kepada Dewan Komisaris Mei Pembahasan atas hasil review Konsultan terhadap laporan-laporan Dewan Komisaris dan Komite-Komite Penunjang Juni Pembahasan hasil review atas risiko yang telah dilakukan selama tahun 2009 dan Triwulan I Oktober Update perkembangan sistem pelaporan Satuan Kerja Manajemen Risiko sesuai dengan rekomendasi konsultan 9. 8 Desember Pembahasan hasil review atas risiko-risiko Bank selama tahun 2010 Anggota Komite SP AES ESW Pihak Lain yang Hadir Satuan Kerja Manajemen Risiko, Divisi Teknologi Informasi Satuan Kerja Manajemen Risiko Komite Audit, Divisi Audit Internal, Satuan Kerja Enterprise Security Dewan Komisaris Satuan Kerja Manajemen Risiko Dewan Komisaris Satuan Kerja Manajemen Risiko Keterangan: : Hadir : Tidak Hadir SP : Sigit Pramono AES : Andreas E. Susetyo ESW : Endang Swasthika Wibowo 78 Laporan Tahunan BCA 2010

81 governance review financial review corporate data Laporan Ringkas Pelaksanaan Program Kerja Komite Pemantau Risiko Selama tahun 2010 Komite Pemantau Risiko telah merealisasikan program kerja yang disusun sebelumnya dengan menjalankan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Membahas peningkatan efektivitas mekanisme proses pemantauan risiko melalui risk dashboard, yaitu suatu laporan yang memperlihatkan parameter dan indikator risiko; serta melaporkan perkembangannya kepada Dewan Komisaris. Sistem ini akan diterapkan pada tahun Melakukan pemantauan risiko khusus sesuai dengan perkembangan situasi, kondisi dan kebutuhan, yaitu terhadap pengembangan program Tresuri, proses dan risk assessment produk dan jasa baru, hasil audit Bank Indonesia terkait dengan manajemen risiko, risiko operasional terkait implementasi teknologi informasi, serta pemantauan hasil exit meeting atas temuan hasil audit Bank Indonesia. 3. Melakukan review terhadap ketentuan GCG sehubungan dengan tugas/kewajiban Komite Pemantau Risiko dan melakukan pemantauan khusus terhadap pelaksanaan pengembangan tata kelola Teknologi Informasi. 4. Memberikan masukan kepada Dewan Komisaris akan perlunya tata kelola Teknologi Informasi yang baik dan melakukan kajian independen terhadap infrastruktur pendukung Teknologi Informasi guna menunjang rencana bisnis jangka panjang. 5. Melaksanakan rapat gabungan dengan Komite Audit dan Divisi Audit Internal untuk membahas temuan hasil audit yang terkait dengan manajemen risiko. 6. Melakukan review atas perencanaan dan pelaksanaan Business Continuity Planning dan Disaster Recovery Center, serta perencanaan kapasitas infrastruktur di masa depan sebagai bagian dari tugas pemantauan risiko operasional. 7. Melakukan review atas pelaksanaan dan kinerja manajemen risiko secara periodik. 8. Melakukan evaluasi pedoman dan ketentuan yang terkait dengan proses manajemen risiko meliputi evaluasi atas ketentuan dan pedoman kerja pengendalian risiko, kajian atas alur dan ketentuan proyek dan produk baru, serta kajian terhadap ketentuan operasional manajemen likuiditas. 9. Memastikan kesiapan BCA untuk memenuhi regulasi baru dengan baik, seperti Pernyataan Standar Akuntansi dan Keuangan (PSAK) 50 & 55, perhitungan risiko operasional dalam rasio kecukupan modal dan ketentuan Bank Indonesia lainnya. Laporan Tahunan BCA

82 introduction business review business support Komite Remunerasi dan Nominasi Susunan Keanggotaan Komite Remunerasi dan Nominasi per Desember 2010 Raden Pardede Ketua (juga sebagai Komisaris Independen) Eugene Keith Galbraith Anggota (juga sebagai Presiden Komisaris) Lianawaty Suwono Anggota (juga sebagai Kepala Divisi Sumber Daya Manusia) Keanggotaan Komite Renumerasi dan Nominasi beranggotakan 3 (tiga) orang yang terdiri dari Ketua yang juga sebagai Komisaris Independen, seorang Presiden Komisaris dan seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi Divisi Sumber Daya Manusia. Profil singkat anggota Komite Remunerasi dan Nominasi disajikan pada bagian Data Perusahaan, halaman 275 Laporan Tahunan ini. Tugas dan Tanggung Jawab Misi Komite Remunerasi dan Nominasi adalah untuk mengembangkan kualitas manajemen melalui kebijakan remunerasi dan nominasi. Misi tersebut diwujudkan melalui tugas dan tanggung jawab pokok Komite Remunerasi dan Nominasi sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kebijakan remunerasi dan nominasi Perseroan. 2. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai: a. Kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan. b. Kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk kemudian oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada Direksi. 3. Menyusun dan merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai sistem dan prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS. 4. Memastikan kebijakan remunerasi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. 5. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi untuk disampaikan kepada RUPS. 6. Merekomendasikan pihak-pihak independen calon anggota Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko kepada Dewan Komisaris. Rapat Komite Rapat Komite dilaksanakan sesuai kebutuhan Perseroan, sedikitnya 1 (satu) kali dalam setahun sebagaimana diatur di dalam Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Remunerasi dan Nominasi, dan dihadiri secara fisik oleh seluruh anggota. Sepanjang tahun 2010, rapat Komite Remunerasi dan Nominasi telah dilaksanakan 4 (empat) kali dan seluruh rapat dihadiri lengkap oleh seluruh anggota Komite. 80 Laporan Tahunan BCA 2010

83 governance review financial review corporate data Berikut penyelenggaraan rapat Komite Remunerasi dan Nominasi selama tahun Keterangan: : Hadir : Tidak Hadir RP : Raden Pardede EKG : Eugene Keith Galbraith LS : Lianawaty Suwono Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi No Tanggal Perihal RP EKG LS Februari Review kualifikasi para pejabat eksekutif April Rekomendasi pembagian tantiem tahun buku Mei Rekomendasi jenis-jenis laporan untuk disampaikan kepada seluruh anggota Komite Remunerasi dan Nominasi Oktober Melakukan tinjauan global terhadap remunerasi untuk Dewan Komisaris dan Direksi pada industri perbankan Indonesia dan penyusunan mekanisme pencalonan nominasi Dewan Komisaris dan Direksi Laporan Ringkas Pelaksanaan Program Kerja Komite Remunerasi dan Nominasi Selama tahun 2010 Komite Remunerasi dan Nominasi telah merealisasikan program kerja dengan menjalankan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan proses review terhadap profil pejabat eksekutif BCA dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris agar para anggota Direksi aktif dan konsisten melakukan coaching dan perencanaan pengembangan kepada para pejabat eksekutif dalam rangka kaderisasi/ suksesi ke depan. 2. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai besaran pembagian tantiem atas kinerja tahun 2009 bagi seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi. 3. Menyepakati pengadaan beberapa jenis laporan yang akan diberikan kepada Ketua dan para anggota Komite Remunerasi dan Nominasi baik secara rutin maupun secara ad hoc. Hal ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan efektivitas pertemuan Komite Remunerasi dan Nominasi dan keterkinian informasi atas perkembangan Perseroan. 4. Merekomendasikan penerapan mekanisme seleksi yang standar untuk setiap proses pencalonan anggota baru dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi, sehingga memberikan kepastian bahwa BCA senantiasa dikelola secara profesional oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan kualifikasi terbaik. Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan optimal sesuai dengan kebutuhan Perseroan dan sejalan dengan yang digariskan dalam Peraturan Bank Indonesia. Hasil rapat komite berupa rekomendasi kepada Dewan Komisaris dapat dimanfaatkan oleh Dewan Komisaris sebagai acuan dalam pengambilan keputusankeputusan strategis bagi BCA. Laporan Tahunan BCA

84 introduction business review business support C. DIREKSI Direksi bertanggung jawab menyusun strategi bisnis, anggaran dan rencana kerja sesuai dengan visi dan misi BCA, serta mengelola BCA sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BCA, peraturan Bank Indonesia, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Direksi juga bertanggung jawab terhadap struktur pengendalian internal BCA dan penerapan manajemen risiko serta praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik. Direksi memastikan agar praktik-praktik akuntansi BCA sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan perusahaan publik serta prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Disamping itu Direksi mengawasi pelaksanaan audit internal dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan arahan Dewan Komisaris. Keanggotaan Jumlah anggota Direksi per Desember 2010 adalah 9 (sembilan) orang yang terdiri dari 1 (satu) Presiden Direktur, 1 (satu) Wakil Presiden Direktur, dan 7 (tujuh) Direktur dimana salah satu Direktur merangkap sebagai Direktur Kepatuhan. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Presiden Direktur berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Seluruh anggota Direksi berdomisili di Indonesia dan memiliki pengalaman lebih dari 5 (lima) tahun di bidang operasional sebagai pejabat eksekutif bank. Anggota Direksi diangkat, diganti dan/atau diberhentikan melalui keputusan RUPS berdasarkan usulan dari Dewan Komisaris setelah memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. Seluruh anggota Direksi telah memenuhi Fit and Proper Test sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dan tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pejabat eksekutif pada bank, perusahaan dan/atau lembaga lain. Anggota Direksi juga tidak pernah memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. Susunan Keanggotaan Direksi BCA per Desember 2010 Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja Wakil Presiden Direktur Dhalia Mansor Ariotedjo Direktur Anthony Brent Elam Direktur Suwignyo Budiman Direktur Tan Ho Hien/Subur atau Subur Tan Direktur (merangkap Direktur Kepatuhan) Renaldo Hector Barros Direktur Henry Koenaifi Direktur Armand Wahyudi Hartono Direktur 82 Laporan Tahunan BCA 2010

85 governance review financial review corporate data Masa jabatan anggota Direksi adalah 3 (tiga) tahun dan untuk periode ini akan berakhir pada saat ditutupnya RUPST BCA tahun Profil singkat masing-masing Direksi disajikan pada bagian Data Perusahaan, halaman Laporan Tahunan ini. Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab Direksi meliputi: 1. Melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha Perseroan pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 2. Membuat Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah Rapat Umum Pemegang Saham, dan Risalah Rapat Direksi. 3. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan. 4. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan, dan dokumen Perseroan lainnya, yang disimpan di tempat kedudukan Perseroan. 5. Menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Divisi Audit Internal BCA, Auditor Eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain termasuk namun tidak terbatas pada Bapepam-LK dan/atau Bursa Efek Indonesia. 6. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. 7. Mengungkapkan kepada pegawai mengenai kebijakan BCA yang bersifat strategis di bidang kepegawaian, antara lain berbagai kebijakan kepegawaian dalam berbagai surat keputusan dan edaran-edaran yang dapat diakses seluruh pegawai serta melalui buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB), website BCA, kebijakan mengenai sistem recruitment, sistem promosi dan sistem remunerasi. Pengungkapan tersebut dilakukan melalui sarana yang diketahui atau diakses dengan mudah oleh pegawai. 8. Menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris. 9. Direksi melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/ atau keluarganya pada Perseroan dan Perusahaan lain termasuk kepemilikan saham di atas 5% (lima perseratus) dari suatu Perusahaan, untuk selanjutnya dicatat di dalam Daftar Khusus sesuai dengan ketentuan, yang dikinikan setiap 3 (tiga) bulan sekali. 10. Sehubungan dengan penerapan manajemen risiko, Direksi: a. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif. b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh BCA secara keseluruhan. c. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan Direksi. d. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi. e. Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang terkait dengan manajemen risiko. f. Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen. g. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan: i. keakuratan metodologi penilaian risiko. ii. kecukupan implementasi sistem informasi manajemen. iii. ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko. Laporan Tahunan BCA

86 introduction business review business support Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut, Direksi telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib Kerja yang mengatur etika kerja, waktu kerja, dan pelaksanaan rapat. Selain itu, anggota Direksi senantiasa meningkatkan kemampuan, pengetahuan maupun wawasannya dalam mengikuti perkembangan terkini yang terjadi di bidang industri perbankan. Pada saat yang bersamaan, BCA juga menyelenggarakan program orientasi untuk anggota Direksi baru agar memperoleh pemahaman tentang BCA dalam waktu lebih singkat sehingga dapat menjalankan perannya dengan lebih efektif dan efisien. Komite Eksekutif Penunjang Direksi Direksi dibantu oleh 6 (enam) Komite Eksekutif yang semuanya bertugas memberikan opini obyektif kepada Direksi dan membantu meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas Direksi secara sistematis. Anggota Komite Eksekutif ditunjuk oleh Direksi dan bersamasama memberikan kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya. 1. Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI) KPTI, yang sebelumnya disebut Komite Teknologi Informasi, dibentuk untuk meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan teknologi informasi (TI) yang tepat guna. Berikut adalah fungsi pokok KPTI: Melakukan review dan memberikan rekomendasi rencana strategis TI agar sejalan dengan rencana bisnis BCA. Melakukan evaluasi secara berkala atas dukungan TI pada kegiatan usaha BCA. Memastikan investasi TI memberikan nilai tambah kepada perusahaan. Rapat Komite dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Bank dan sedikitnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. Hasil rapat tersebut wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik, dan dijadikan sebagai bahan pelaporan. Berikut adalah 6 (enam) Komite Eksekutif di bawah Direksi: 1. Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI) 2. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP) 3. Asset & Liability Committee (ALCO) 4. Komite Kredit (KK) 5. Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian (KPKK) 6. Komite Manajemen Risiko (KMR) Sesuai dengan perkembangan organisasi BCA, pada tahun 2010 BCA telah mencabut keberadaan Komite Sumber Daya Manusia. Halhal yang terkait dengan kebijakan dan strategi sumber daya manusia dipandang memadai untuk dibahas dan diputuskan dalam Rapat Direksi atau Direktur yang membidangi sumber daya manusia bersama unit kerja terkait. 2. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP) KKP dibentuk untuk mengarahkan perumusan kebijakan perkreditan dalam rangka pencapaian target perkreditan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Komite tersebut berfungsi sebagai Komite Penasihat Direksi yang bertugas antara lain memantau serta mengevaluasi penerapan kebijakan perkreditan agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen serta melakukan kajian berkala terhadap Kebijakan Dasar Perkreditan BCA. Komite tersebut membuat laporan atas risalah rapat yang diselenggarakan sesuai kebutuhan, sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun. 84 Laporan Tahunan BCA 2010

87 governance review financial review corporate data 3. Asset & Liability Committee (ALCO) ALCO berfungsi antara lain untuk menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan likuiditas sejalan dengan kebutuhan likuiditas bank dan meminimalisasi idle funds. Selain itu ALCO menetapkan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan risiko pasar, strategi harga serta strategi dalam penataan portofolio investasi dan strategi penataan struktur neraca melalui antisipasi perubahan suku bunga sehingga dapat dicapai tingkat marjin bunga bersih (Net Interest Margin - NIM) yang optimum. Komite tersebut melaporkan realisasi kerjanya melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas hal tertentu. Komite tersebut mengadakan rapat minimum sekali dalam 1 (satu) bulan. 4. Komite Kredit (KK) KK dibentuk untuk membantu Direksi dalam mengevaluasi dan/atau memberikan keputusan kredit sesuai batas wewenang yang ditetapkan Direksi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BCA dengan memperhatikan pengembangan bisnis tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Komite Kredit dikelompokkan berdasarkan kategori kredit, yakni: KK Korporasi dan KK Komersial Pertanggungjawaban Komite disampaikan melalui risalah rapat, memorandum keputusan yang diedarkan dan laporan berkala Komite. 5. Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian (KPKK) KPKK dibentuk untuk memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai penyelesaian kasus kepegawaian melalui penelaahan kasus pelanggaran dan/ atau kejahatan yang dilakukan pegawai/ karyawan. Dengan adanya rekomendasi tersebut maka keputusan Direksi yang diambil dapat memenuhi prinsip keadilan dan kesetaraan. KPKK dapat memberikan saran dan pengarahan (jika diperlukan) kepada cabang dan wilayah dalam menangani kasus-kasus menyangkut kepegawaian. Komite tersebut melaporkan realisasi kerjanya melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas hal tertentu. Fungsi pokok KK adalah : Memberikan pengarahan apabila perlu dilakukan analisa kredit yang lebih mendalam dan komprehensif. Memberikan rekomendasi atas rancangan keputusan kredit yang diajukan oleh pemberi rekomendasi/ pengusul. Melakukan koordinasi dengan Asset & Liability Committee (ALCO) dalam hal aspek pendanaan kredit dan penyesuaian suku bunga kredit terutama untuk debitur korporasi dan komersial. 6. Komite Manajemen Risiko (KMR) KMR dibentuk untuk menyusun kebijakan, strategi dan pedoman penerapan manajemen risiko, serta menyempurnakan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan proses dan sistem manajemen risiko yang efektif dan menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal (irregularities). Pertanggungjawaban Komite dilaporkan melalui laporan tertulis secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Direksi. Sedangkan mengenai hasil pertemuan khusus yang diadakan untuk membahas hal tertentu, juga dilaporkan kepada Direksi secara tertulis. Laporan Tahunan BCA

88 introduction business review business support Kehadiran Direksi dalam Rapat-Rapat Komite Eksekutif Periode Tahun 2010 Asset & Liability Committee (ALCO) Komite Manajemen Risiko (KMR) Komite Kebijakan Perkreditan (KKP) Komite Kredit (KK) Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI) Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian (KPKK) D.E. Setijoso Jahja Setiaatmadja Dhalia M. Ariotedjo Anthony Brent Elam Suwignyo Budiman Subur Tan Renaldo Hector Barros Henry Koenaifi Armand W. Hartono J H 12** * 3* 7 7* J H ** J H 1** * 0* 1 0* J H ** * 3* 16* J H 4 3* 0* 4 0* 3 4** 0* 4 J H Telah dilaksanakan 9 (sembilan) kali Rapat mencapai kuorum*** Keterangan: J : Jumlah rapat H : Kehadiran dalam rapat * Bukan anggota ** Sebagai Ketua pada Komite dimaksud *** Ketua dan anggota KPKK adalah Pejabat Eksekutif di bawah Direksi D. PENYELENGGARAAN RAPAT DEWAN KOMISARIS, RAPAT DIREKSI, SERTA RAPAT GABUNGAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Sesuai Anggaran Dasar Perseroan, Pedoman dan Tata Tertib Kerja serta dalam rangka pelaksanaan GCG, Dewan Komisaris dan Direksi secara rutin mengadakan pertemuan/ rapat. Pengambilan keputusan dalam rapat-rapat tersebut dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. Hasil-hasil rapat bersifat mengikat bagi seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan dituangkan dalam risalah rapat serta didokumentasikan secara baik. Sepanjang tahun 2010 telah diselenggarakan sebanyak 35 (tiga puluh lima) kali rapat Dewan Komisaris, 39 (tiga puluh sembilan) kali rapat Direksi, dan 10 (sepuluh) kali rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi. 86 Laporan Tahunan BCA 2010

89 governance review financial review corporate data Berikut adalah informasi mengenai frekuensi penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris, rapat Direksi serta rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi dan kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris maupun Direksi di setiap rapat yang diselenggarakan selama periode tahun Nama Komisaris / Direktur Dewan Komisaris Rapat Dewan Komisaris Rapat Direksi Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi Jumlah Hadir Jumlah Hadir Jumlah Hadir Eugene Keith Galbraith Tonny Kusnadi Cyrillus Harinowo Raden Pardede Sigit Pramono Direksi Djohan Emir Setijoso Jahja Setiaatmadja Dhalia M. Ariotedjo Anthony Brent Elam Suwignyo Budiman Subur Tan Renaldo Hector Barros Henry Koenaifi Armand W. Hartono E. PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, FUNGSI AUDIT INTERN, FUNGSI AUDIT EKSTERN DAN FUNGSI SEKRETARIS PERUSAHAAN E.1 Fungsi Kepatuhan Industri perbankan merupakan salah satu industri yang diatur secara ketat (highlyregulated industry), sehingga bank wajib mengelola risiko kepatuhan dengan baik. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan GCG, BCA mempunyai komitmen untuk mengelola risiko kepatuhan, sehingga sasaran bisnis dan operasi yang telah ditetapkan dapat dicapai tanpa melanggar peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Agar pengelolaan risiko kepatuhan dapat berjalan dengan baik, maka budaya kepatuhan terus ditanamkan dan dikembangkan ke seluruh lini organisasi, melalui antara lain pelatihan dan sosialisasi, kebijakan dan prosedur internal serta kode etik. Pengelolaan risiko kepatuhan merupakan tanggung jawab dari setiap insan BCA. Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan agar pengelolaan Laporan Tahunan BCA

90 introduction business review business support risiko kepatuhan dapat dikoordinasikan dengan baik, BCA telah mengangkat salah seorang anggota Direksi sebagai Direktur Kepatuhan sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan (SKHK) yang merupakan satu unit kerja yang mengkoordinasikan pengelolaan risiko kepatuhan di BCA, termasuk di dalamnya mengkoordinasikan penerapan ketentuan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Selama tahun 2010, dalam menjalankan aktivitas fungsi kepatuhan BCA telah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Melakukan kajian terhadap rancangan kebijakan dan prosedur internal BCA untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. 2. Melakukan kajian terhadap penyediaan dana di atas jumlah tertentu, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak tidak terkait. 3. Melakukan kajian dan memberikan opini atas proposal produk dan aktivitas baru untuk memastikan agar produk dan aktivitas baru yang akan dijalankan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. 4. Memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada unit-unit kerja lain dan karyawan BCA untuk mengembangkan kesadaran akan budaya patuh. 5. Melakukan uji kepatuhan terhadap unit kerja lain. 6. Melakukan penilaian profil risiko kepatuhan BCA secara individual maupun secara konsolidasi dengan perusahaan anak setiap triwulan. 7. Menyesuaikan kebijakan, prosedur dan formulir dalam rangka menerapkan ketentuan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. 8. Melakukan pemantauan transaksi keuangan mencurigakan dengan menggunakan sistem otomatis atau Suspicious Transaction Identification Model. 9. Menyusun Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan melaporkan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). 10. Melaporkan Transaksi Keuangan Tunai kepada PPATK. 11. Melakukan pemantauan terhadap pengkinian data nasabah. 12. Menyusun Laporan Pelaksanaan Tugas Direktur Kepatuhan dan melaporkan kepada Bank Indonesia setiap 6 (enam) bulan sekali. 13. Berperan aktif dalam Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan. E.2 Fungsi Audit Intern Fungsi audit intern dilaksanakan oleh Divisi Audit Internal yang independen terhadap unit kerja operasional. Dalam menjalankan fungsinya, Kepala Divisi Audit Internal melapor langsung kepada Presiden Direktur dan dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris dan Komite Audit. Sesuai misinya, Divisi Audit Internal bertujuan memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional BCA dengan melakukan penilaian atas kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian intern dan tata kelola, serta memberikan konsultasi bagi pihak intern Perseroan yang membutuhkan, terutama yang menyangkut ruang lingkup tugas audit intern. Rencana audit stratejik dan rencana audit tahunan disampaikan kepada Presiden Direktur, Dewan Komisaris dan Komite Audit untuk mendapatkan persetujuan saat pelaporan rencana dan realisasi kegiatan 88 Laporan Tahunan BCA 2010

91 governance review financial review corporate data audit tahunan. Rencana audit stratejik disusun dengan memperhatikan rencana bisnis bank. Rencana audit tahunan disusun menggunakan pendekatan audit berdasarkan risiko dengan memperhatikan sasaran bisnis perusahaan. Cakupan audit intern meliputi kegiatan Kantor Cabang, Kantor Wilayah, Divisi dan Satuan Kerja di Kantor Pusat, serta anak perusahaan BCA. Dalam melaksanakan audit intern, Divisi Audit Internal berpedoman pada Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter), Manual Kerja Divisi Audit Internal yang disusun berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) dari Bank Indonesia, disamping menggunakan standar yang diterbitkan oleh The Institute of Internal Auditors serta Information System Audit & Control Association sebagai acuan ke arah global best practices. Secara berkala pendekatan, sistem dan prosedur serta manual kerja audit disesuaikan untuk merefleksikan perubahan dan perkembangan bisnis, organisasi BCA dan profesi audit intern. Divisi Audit Internal melakukan review berdasarkan rencana audit yang telah disetujui oleh Manajemen BCA. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Divisi Audit Internal didukung dengan sistem aplikasi yang memadai, antara lain untuk melakukan analisa pendahuluan, pemantauan secara berkesinambungan, hingga pembuatan laporan. Selain melakukan kunjungan audit ke unit kerja maupun cabang, Divisi Audit Internal juga melaksanakan continuous auditing untuk mengidentifikasi risiko baru atau peningkatan risiko di unit kerja secara lebih dini. Pada setiap penyelesaian penugasan audit, Divisi Audit Internal menyampaikan laporan hasil audit, temuan-temuan, dan rekomendasi ke Manajemen BCA dan auditee untuk ditindaklanjuti. Divisi Audit Internal menyampaikan rangkuman laporan setiap triwulan kepada Presiden Direktur, Dewan Komisaris dan Komite Audit mengenai status rencana audit dan status tindak lanjut temuan audit oleh auditee. Hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dibahas dalam rapat bulanan Divisi Audit Internal bersama Presiden Direktur dan Komite Audit. Pelaksanaan kegiatan audit dan pokok-pokok hasil audit dilaporkan ke Bank Indonesia setiap semester. Pengendalian mutu audit dilakukan melalui supervisi atasan dan review internal. Kaji ulang oleh pihak yang independen terhadap efektivitas pelaksanan fungsi Divisi Audit Internal dan kepatuhannya terhadap SPFAIB dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sejak tahun 1998 dan terakhir dilaksanakan pada tahun Disamping itu Divisi Audit Internal menjalankan post-audit survey pada setiap kunjungan audit sejak tahun Dalam menjalankan profesinya, seluruh staf Divisi Audit Internal berpedoman pada nilai-nilai inti Perusahaan yang meliputi: Fokus pada Pelanggan, Integritas, Kerjasama, Meraih Keunggulan yang Berkelanjutan, serta mematuhi kode etik dan prinsip-prinsip audit intern sebagai berikut : Integritas, Obyektivitas, Kompetensi dan Menjaga Kerahasiaan. Divisi Audit Internal mengembangkan program pelatihan yang berkesinambungan bagi segenap auditor melalui penyertaan dalam program sertifikasi profesi, pelatihan dalam kelas/ lapangan, dan seminar yang dihadiri staff Divisi Audit Internal. Program pengembangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam bidang spesialisasi dan standar profesi audit intern, serta memastikan seluruh auditor memiliki kualifikasi profesi yang dapat memenuhi standar dan kebutuhan Divisi Audit Internal. Laporan Tahunan BCA

92 introduction business review business support E.3 Fungsi Audit Ekstern Laporan Keuangan BCA setiap tahun diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor eksternal yang independen. Sesuai keputusan RUPS Tahunan, penunjukan KAP dilakukan oleh Dewan Komisaris dengan memperhatikan rekomendasi Komite Audit. Penunjukan KAP dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, antara lain bahwa KAP tersebut merupakan entitas yang terdaftar di Bank Indonesia, tidak memberikan jasa lain kepada BCA pada tahun tersebut sehingga terhindar dari kemungkinan benturan kepentingan, dan tidak melakukan pekerjaan audit atas Laporan Keuangan BCA lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut. Selain itu, KAP yang ditunjuk juga harus memenuhi persyaratan BCA terkait dengan kompetensi profesionalnya. Dalam seleksi penunjukan KAP, BCA hanya mengikutsertakan 4 (empat) KAP terbesar yang terdaftar di Bank Indonesia. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh RUPST BCA pada tanggal 5 Mei 2010, Dewan Komisaris, dengan memperhatikan rekomendasi Komite Audit dan peraturan perundangan yang berlaku, telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman & Surja, (dahulu disebut Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) yang berafiliasi dengan Ernst & Young, untuk melakukan audit atas Laporan Keuangan BCA untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2010, dengan perkiraan imbal jasa sebesar US$ 475,000 (tidak termasuk PPN). modal yang berlaku. Sekretaris Perusahaan dibentuk untuk memelihara citra BCA dan melindungi kepentingan BCA melalui terbentuknya komunikasi dan hubungan yang baik dengan segenap stakeholders melalui berbagai aktivitas hubungan masyarakat dan mewakili Direksi dalam hal yang berhubungan dengan komunikasi eksternal, khususnya kepada investor, masyarakat pasar modal dan pemegang saham. Sekretaris Perusahaan memberikan saransaran kepada Dewan Komisaris dan Direksi apabila diperlukan dan menjalankan berbagai kegiatan untuk mendukung Dewan Komisaris dan Direksi termasuk korespondensi, protokoler dan kelogistikan. Fungsi Pokok Sekretaris Perusahaan yaitu: 1. Mewakili Direksi dalam hubungannya dengan pihak luar, khususnya investor, masyarakat pasar modal, lembagalembaga terkait dan pemegang saham. 2. Memantau kepatuhan Perseroan terhadap ketentuan dan peraturan tentang pasar modal. 3. Mendukung penyelenggaraan Perseroan oleh Direksi dan Dewan Komisaris agar sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan lainnya. 4. Melakukan aktivitas yang mendukung pelaksanaan prinsip keterbukaan terutama menyangkut kinerja BCA melalui komunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. E.4 Fungsi Sekretaris Perusahaan Sekretaris Perusahaan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penerapan GCG BCA terutama yang menyangkut pelaksanaan keterbukaan, selain memastikan agar BCA mematuhi ketentuan dan peraturan pasar Saat ini, Sekretaris Perusahaan BCA dijabat oleh Raymon Yonarto, yang telah menjabat sejak tahun Profil Sekretaris Perusahaan dapat dilihat di halaman 276 Laporan Tahunan ini. 90 Laporan Tahunan BCA 2010

93 governance review financial review corporate data Berikut adalah kegiatan Sekretaris Perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip keterbukaan di Tahun 2010 Kegiatan Jumlah Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (Tahunan) 1 Mengikuti Forum Investor dan Non Deal Road Show 13 Menerima Kunjungan Investor dan Analis 139 Melakukan Telekonferensi dengan Investor dan Analis 32 Mengadakan Pertemuan dengan Analis dan Media setiap Triwulan 4 Menyelenggarakan Paparan Publik (Public Expose) 1 F. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal di BCA. Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal BCA mencakup : 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. 2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit. 3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. 4. Sistem informasi manajemen risiko. 5. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh. BCA menerapkan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal secara efektif yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan BCA dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia, maupun dengan mengacu kepada best practices melalui tindakan-tindakan sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi dan pengendalian seluruh risiko termasuk yang berasal dari produk dan aktivitas baru. 2. Memiliki Komite Manajemen Risiko yang bertujuan untuk memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko yang ada telah memberikan perlindungan yang memadai terhadap seluruh risiko yang dihadapi oleh BCA. 3. Secara aktif mengelola risiko dan memastikan tersedianya kebijakan dan penetapan limit risiko yang didukung oleh prosedur, laporan, dan sistem informasi yang menyediakan informasi dan analisis secara akurat dan tepat waktu kepada manajemen termasuk menetapkan langkah menghadapi perubahan kondisi pasar dengan cara membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko. 4. Memiliki Komite Pemantau Risiko yang bertugas untuk memberikan rekomendasi serta pendapat secara profesional yang independen mengenai kesesuaian antara kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan manajemen risiko kepada Dewan Komisaris, serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. 5. Memastikan bahwa penyusunan sistem dan prosedur kerja yang ada telah memperhatikan sisi operasional maupun Laporan Tahunan BCA

94 introduction business review business support bisnis serta tingkat risiko yang mungkin terjadi dalam suatu unit kerja. 6. Memastikan bahwa terdapat penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas antara satuan kerja operasional dengan satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian. Fungsi pengendalian dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan dan Divisi Audit Internal. 7. Memastikan bahwa Divisi Audit Internal telah melakukan review secara independen dan obyektif terhadap prosedur dan kegiatan operasional BCA secara berkala. Hasil review tersebut disampaikan dalam bentuk Laporan Hasil Audit dan Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit kepada Direksi. 8. Memantau kepatuhan BCA terhadap prinsip pengelolaan bank yang sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui unit kerja Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan. 9. Memastikan bahwa Pengawasan Internal Cabang, Pengawasan Internal Kantor Wilayah, dan Divisi Audit Internal telah melakukan fungsi evaluasi pelaksanaan sistem dan prosedur yang berlaku di BCA. Hasil evaluasi dari unit-unit kerja tersebut dijadikan sebagai tolok ukur tingkat kepatuhan unit kerja terhadap sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. 10. Membuat Laporan Profil Risiko BCA setiap triwulan dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia secara tepat waktu. Berdasarkan hasil penilaian terhadap profil risiko BCA, maka predikat risiko komposit BCA adalah rendah (low), sebagai hasil dari penilaian risiko inheren yang rendah (low) dan sistem pengendalian yang sangat memadai (strong). G. PENYEDIAAN DANA KEPADA PIHAK TERKAIT (RELATED PARTIES) DAN PENYEDIAAN DANA BESAR (LARGE EXPOSURES) BCA memiliki kebijakan mengenai penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar, sebagaimana diatur dalam Manual Ketentuan Kredit UKM, Komersial, Korporasi dan Konsumen. Evaluasi dan pengkinian atas kebijakan dalam Manual Ketentuan Kredit tersebut dilakukan secara berkala. Pendanaan kepada pihak terkait dan kepada debitur dengan dana dalam jumlah besar senantiasa dilakukan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, serta telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia maupun peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, antara lain menyangkut aspek Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Selain itu, pendanaan kepada pihak terkait juga harus diputuskan oleh Dewan Komisaris secara independen. Pelaporan rutin BMPK kepada Bank Indonesia dilakukan secara tepat waktu dan sepanjang tahun 2010 tidak terdapat pelanggaran atau pelampauan atas BMPK. Tabel di bawah ini menguraikan pendanaan kepada pihak terkait maupun debitur individu dan grup di BCA selama tahun No Penyediaan Dana Debitur Jumlah Nominal (juta Rupiah) 1. Kepada Pihak Terkait Kepada Debitur Inti a. Individu b. Grup Laporan Tahunan BCA 2010

95 governance review financial review corporate data H. RENCANA STRATEGIS PERSEROAN Merujuk pada PBI No. 12/21/PBI/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank dan ketentuan SEBI No. 12/27/DPNP tanggal 25 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank Umum, BCA telah menyusun hal-hal sebagai berikut : 1. Rencana Bisnis Bank (RBB) yang mencakup periode 3 (tiga) tahun. RBB tersebut merupakan cetak biru rencana bisnis BCA. 2. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) merupakan strategi bisnis BCA jangka pendek (satu tahun). RKAT lebih berorientasi pada pelaksanaan termasuk didalamnya Program Kerja Divisi (PKD) beserta anggaran yang dibutuhkan. Penyusunan RBB dan RKAT oleh Direksi dilakukan secara realistis, komprehensif, dan terukur dengan memperhatikan prinsip kehatihatian serta kesesuaian dengan visi dan misi BCA. Penyusunan RBB dan RKAT didasari oleh strategi BCA dan didukung dengan berbagai analisa seperti analisa makro (dunia dan regional serta Indonesia) dan mikro, analisa SWOT dan analisa kompetitor, serta pertimbangan atas kondisi eksternal dan internal, maupun kondisi perbankan nasional. Strategi bisnis dalam RBB dan RKAT dirumuskan melalui serangkaian diskusi yang melibatkan Dewan Komisaris, Direksi dan jajaran Manajemen lainnya, sebelum akhirnya diajukan kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan persetujuan. Untuk memastikan realisasi rencana yang telah disusun, pencapaian target jangka menengah dalam RBB dan target jangka pendek dalam RKAT senantiasa dimonitor secara berkala. BCA telah mengkomunikasikan RBB dan RKAT kepada berbagai jenjang organisasi di BCA dan melaksanakan rencana yang ada di dalamnya secara efektif dengan cara berikut: Mempresentasikan visi, misi dan strategi bisnis Perseroan secara berkala ke berbagai jenjang organisasi. Melakukan rapat bulanan untuk mengevaluasi pencapaian target bisnis Perusahaan. Memantau realisasi RBB dan RKAT setiap triwulan. Mendistribusikan buku RBB dan RKAT serta realisasi triwulanannya kepada seluruh Divisi dan Kepala Kantor Wilayah. Pelaksanaan RBB dan RKAT tersebut diawasi oleh Dewan Komisaris melalui rapat bulanan untuk mengevaluasi dan memberikan pengarahan kepada Direksi. Hasil evaluasi tersebut dituangkan dalam bentuk laporan per semester dari Dewan Komisaris ke Bank Indonesia. I. TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN BANK YANG BELUM DIUNGKAP DALAM LAPORAN LAINNYA Informasi kondisi keuangan dan non keuangan BCA telah dituangkan secara jelas dan transparan dalam beberapa laporan, diantaranya sebagai berikut : 1. Laporan Tahunan Laporan Tahunan dimaksud antara lain mencakup: a. Ikhtisar data keuangan penting termasuk ikhtisar saham, laporan Dewan Komisaris, laporan Direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan serta tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi atas Laporan Tahunan. b. Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang telah terdaftar di Bank Indonesia dan dibuat untuk 1 (satu) tahun buku dan disajikan dengan perbandingan 1 (satu) tahun buku sebelumnya. Laporan Tahunan BCA

96 introduction business review business support 2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan BCA telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara triwulanan sesuai dengan ketentuan terkait. Laporan ditandatangani oleh 2 (dua) orang anggota Direksi BCA yang pengumumannya dilakukan dalam 3 (tiga) surat kabar, 2 (dua) berbahasa Indonesia dan 1 (satu) berbahasa Inggris, yang mempunyai peredaran luas di tempat kedudukan kantor pusat BCA. 3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan BCA menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan dalam format Laporan Bulanan Bank Umum sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia. Selanjutnya, laporan tersebut dijadikan sebagai dasar oleh Bank Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan bulanan di website Bank Indonesia. 4. Laporan Non Keuangan Bank BCA telah memberikan informasi mengenai produk BCA secara jelas, akurat dan terkini. Informasi ini dapat diperoleh secara mudah oleh nasabah seperti leaflet, brosur atau bentuk tertulis lainnya di setiap kantor cabang BCA pada lokasi-lokasi yang mudah diakses oleh nasabah dan/atau dalam bentuk informasi secara elektronis yang disediakan melalui hotline service/ call center atau website. Selain itu BCA menyediakan dan menginformasikan tata cara pengaduan nasabah dan penyelesaian sengketa kepada nasabah sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang pengaduan nasabah dan mediasi perbankan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, BCA telah melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Mempublikasikan secara transparan kondisi keuangan dan non-keuangan kepada stakeholders, antara lain Laporanlaporan Keuangan Berkala, Pelaporan rutin BMPK kepada Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, serta menayangkannya pada website sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Menyusun dan menyajikan laporan dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. 3. Mempublikasikan informasi produk BCA sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah. 4. Menyediakan tata cara pengaduan nasabah dan penyelesaian sengketa bagi nasabah sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan. 5. Menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia, regulator dan lembaga-lembaga lainnya seperti yang dipersyaratkan ataupun yang dipandang perlu mendapatkannya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka tidak ada kondisi keuangan dan non keuangan bank yang belum diungkap dalam laporan lainnya. 94 Laporan Tahunan BCA 2010

97 governance review financial review corporate data J. REMUNERASI DAN FASILITAS LAIN BAGI DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Berikut adalah informasi mengenai jumlah remunerasi dan fasilitas lain yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi BCA selama tahun Jenis Remunerasi dan Fasilitas lain Jumlah Diterima dalam 1 tahun (juta Rupiah) Dewan Komisaris* Direksi* 1. Remunerasi (gaji, tunjangan rutin dan tantiem) Fasilitas lain dalam bentuk natura Total * Anggota Dewan Komisaris terdiri dari 5 orang, sedangkan anggota Direksi terdiri 9 orang Remunerasi untuk setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi per orang adalah di atas Rp 2 miliar. K. RASIO GAJI TERTINGGI DAN TERENDAH Berikut adalah rasio perbandingan gaji yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai BCA: a. Rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah adalah sebesar 54,3x. b. Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah adalah sebesar 2,2x. c. Rasio gaji Komisaris yang tertinggi dan terendah adalah sebesar 1,6x. d. Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan pegawai tertinggi adalah sebesar 4,2x. L. KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi melaporkan kepemilikan saham yang jumlahnya mencapai 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor baik pada BCA maupun Bank lain atau Lembaga Keuangan Bukan Bank atau Perusahaan Lainnya melalui Daftar Khusus. Daftar Khusus tersebut ditandatangani dan diperbaharui secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali. Sampai dengan Desember 2010 tidak terdapat anggota Dewan Komisaris yang memiliki saham mencapai 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor baik pada BCA maupun pada perusahaan lain. Sedangkan pada jajaran Direksi terdapat 4 (empat) anggota Direksi yang memiliki saham mencapai 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor pada perusahaan lain dan tidak terdapat satu pun anggota Direksi yang memiliki saham 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor pada BCA. Kepemilikan saham BCA oleh Komisaris dan Direksi BCA senantiasa dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia dan Bapepam-LK sesuai ketentuan. Komposisi kepemilikan saham Direksi pada BCA dapat dilihat pada catatan 20 mengenai Modal Saham di bagian Laporan Keuangan BCA pada halaman Laporan Tahunan BCA

98 introduction business review business support Berikut adalah kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan Direksi BCA per 31 Desember Nama Komisaris / Direktur Dewan Komisaris Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan Direksi BCA yang jumlahnya mencapai 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor BCA Bank Lain Lembaga Keuangan Bukan Bank Perusahaan Lain Eugene Keith Galbraith Tonny Kusnadi Cyrillus Harinowo Raden Pardede Sigit Pramono Direksi Djohan Emir Setijoso Jahja Setiaatmadja Dhalia M. Ariotedjo Anthony Brent Elam Suwignyo Budiman Subur Tan Renaldo Hector Barros Henry Koenaifi Armand W. Hartono Keterangan: : memiliki saham dengan jumlah mencapai 5% (lima per seratus) atau lebih dari modal disetor : nihil M. HUBUNGAN KEUANGAN DAN HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DENGAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS LAINNYA, DIREKSI LAINNYA DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM PENGENDALI BANK N. OPSI SAHAM Sepanjang tahun 2010, BCA tidak melaksanakan Program Opsi Saham. O. PENYIMPANGAN INTERNAL Sampai dengan Desember 2010, terdapat 1 (satu) anggota Direksi BCA yang memiliki hubungan keuangan dan hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan pemegang saham pengendali BCA, yaitu Armand W. Hartono, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Penyimpangan internal (internal fraud) adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap terkait dengan proses kerja dan kegiatan operasional BCA. 96 Laporan Tahunan BCA 2010

99 governance review financial review corporate data Selama tahun 2010, terdapat sejumlah penyimpangan internal dengan nominal masing-masing di atas Rp 100 juta (seratus juta Rupiah), yaitu 5 (lima) kasus yang dilakukan oleh pegawai tetap dan 1 (satu) kasus yang dilakukan oleh pegawai tidak tetap. Penyimpangan internal tersebut seluruhnya telah diselesaikan dalam tahun P. PERMASALAHAN HUKUM Berikut adalah jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana di atas nilai Rp 100 juta (seratus juta Rupiah) per Desember Permasalahan Hukum per Desember 2010 Jumlah Perdata Jumlah Pidana Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap) : Rp 101 juta Rp 500 juta - 2 Diatas Rp 500 juta - - Total - 2 Dalam proses penyelesaian : Rp 101 juta Rp 500 juta 35 2 Rp 501 juta Rp juta 3 - Total 38 2 Total Perkara 38 4 Q. TRANSAKSI YANG MENGANDUNG BENTURAN KEPENTINGAN BCA memiliki komitmen untuk menangani semua transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan tunduk kepada peraturan terkait yang ada. Sebagai implementasi dari komitmen tersebut, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan yang diselenggarakan pada tahun 2008 telah memberikan persetujuan dan wewenang kepada Direksi untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang nilainya tidak melebihi Rp 25 miliar atau ekivalennya untuk 1 (satu) atau beberapa transaksi yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun buku. Selanjutnya, transaksi tersebut dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Komite Audit. Disamping itu, BCA telah memiliki kebijakan internal yang mengharuskan seluruh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pejabat eselon 1 (S1) sampai dengan eselon 5 (S5) membuat pernyataan tahunan (annual disclosure) yang memuat semua keadaan atau situasi yang memungkinkan timbulnya benturan kepentingan, yang dikinikan setiap tahun. Laporan Tahunan BCA

100 introduction business review business support Berikut adalah transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang terjadi selama kurun waktu tahun Nama dan Jabatan yang No Memiliki Benturan Kepentingan 1. BCA dengan pihak terafiliasi Nama dan Jabatan Pengambil Keputusan RUPSLB tanggal 22 Mei 2008 Jenis Transaksi Nilai Transaksi Keterangan Penggunaan Hotel Indonesia Kempinski Penggunaan Hotel Padma Bandung Rp Rp Transaksitransaksi yang dilakukan telah sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku R. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PERSEROAN (SHARES BUY BACK) Sepanjang tahun 2010 BCA tidak melaksanakan program shares buy back. Pada tahun 2010 BCA memiliki treasury stock sebanyak saham hasil dari program shares buy back yang dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap. Program shares buy back tahap I dan tahap II masing-masing dilakukan pada tahun 2006 dan tahun 2008 setelah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan Bank Indonesia serta dijalankan sesuai dengan peraturan terkait yaitu UUPT, peraturan Bapepam-LK serta peraturan Bank Indonesia. Berikut adalah tabel mengenai program shares buy back yang dilakukan oleh BCA: Program Periode Pembelian Jumlah Lembar Saham yang dibeli Kembali Rata-rata Harga Pembelian Kembali Per Lembar Saham (dalam Rupiah) Shares Buy Back I 17 Jan 31 Okt Shares Buy Back II 11 Feb 15 Nov S. PEMBERIAN DANA UNTUK KEGIATAN SOSIAL BCA turut aktif berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun perbaikan kondisi lingkungan hidup melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Di bawah naungan Bakti BCA, kegiatan sosial difokuskan pada pengembangan bidang pendidikan dan kesehatan terutama bagi masyarakat yang membutuhkan. Rincian lebih lengkap mengenai kegiatan bantuan kepedulian sosial BCA selama tahun 2010 dapat dilihat di halaman Laporan Tahunan ini. 98 Laporan Tahunan BCA 2010

101 governance review financial review corporate data Pemberian dana untuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh BCA selama tahun 2010 adalah sebagai berikut: Program Kegiatan Kepedulian Sosial BCA Selama Tahun 2010 No Jenis Program/ Tujuan Penggunaan Penerima Dana Nilai Nominal yang diberikan (> Rp 25 juta) atau bentuk lainnya 1. Pendidikan Program Pendidikan Akuntansi (PPA) non-gelar Pemberian Beasiswa Peserta PPA lulusan SMU yang berprestasi namun memiliki kendala finansial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Program berlangsung selama 30 bulan. Pada tahun 2010, peserta PPA berjumlah 218 orang. Melalui program Beasiswa Bakti BCA, BCA memberikan beasiswa kepada mahasiswa S1 yang berprestasi namun memiliki kendala finansial. Beasiswa diberikan selama 2 tahun dengan bekerja sama dengan 18 perguruan tinggi. Rp Rp Edukasi Perbankan dan Partisipasi BCA dalam kegiatan Lembaga Pendidikan dan lembaga lainnya Disamping itu, BCA juga memberikan beasiswa melalui lembaga dan yayasan lain seperti Yayasan Karya Salemba, Yayasan Paramadina, dan Yayasan Bakti ILUNI. BCA menjalankan program bakti BCA terintegrasi dengan memberikan bantuanbantuan pendidikan ke sekolah-sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga menengah umum di daerah Gunung Kidul (Yogyakarta), Lampung (Sumatera) dan Serang (Tangerang, Banten) sejak tahun Pada tahun 2010 bantuan diberikan dalam bentuk edukasi perbankan, kepersertaan guru bahasa Inggris pada konferensi guru-guru bahasa Inggris di Bali serta pemberian kesempatan bagi para siswa untuk hadir dalam Pameran Eco Product. Rp Selain ke sekolah-sekolah binaan, edukasi perbankan dalam rangka mendukung program Ayo ke Bank juga dilakukan ke beberapa sekolah menengah lainnya di berbagai kota di Indonesia seperti di Bogor dan Bandung. BCA juga melakukan partisipasi dalam kegiatan pada lembaga pendidikan dan lembaga lainnya, seperti Universitas Tadulako dan BLK Don Bosco. Laporan Tahunan BCA

102 introduction business review business support Program Kegiatan Kepedulian Sosial BCA Selama Tahun 2010 No Jenis Program/ Tujuan Penggunaan Penerima Dana Nilai Nominal yang diberikan (> Rp 25 juta) atau bentuk lainnya Seni, Budaya dan Olahraga BCA memberikan perhatian kepada perkembangan seni, budaya dan olahraga dengan berkontribusi melalui beberapa lembaga atau acara antara lain sebagai berikut: Wayang Potehi Anugerah Pewarta Foto Indonesia The Lontar Digital Library Persatuan Perdalangan Indonesia Rp Lembaga Pengembangan Bisnis untuk mendukung pengusaha di sektor UKM Sejak tahun 2007 bersama dengan PT Astra Internasional Tbk dan PT Pertamina (Persero), BCA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Mitra Bersama sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha. Pada tahun 2010, dua LPB Mitra Bersama telah didirikan di Bukittinggi (Sumatera Barat) dan Palembang (Sumatera Selatan). Mendirikan 2 LPB dan menyelenggarakan lebih dari 7 pelatihan yang diikuti lebih dari 153 peserta, di Sidoarjo Biaya untuk pengembangan LPB ini telah dikeluarkan pada tahun 2009 sedangkan aktivitasnya dilakukan pada tahun Kesehatan Program Imunisasi Unicef Layanan Operasi Katarak Kegiatan kampanye kesehatan Donor Darah Bakti BCA Merupakan program imunisasi rutin UNICEF bagi anak-anak Indonesia usia dibawah 1 tahun. Bekerjasama dengan Seksi Penanggulangan Buta Katarak Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK-Perdami), BCA menyelenggarakan operasi bagi penderita katarak yang kurang mampu. Pada periode 2010, 271 operasi katarak dilakukan di beberapa rumah sakit diantaranya di Pulau Rote, Sukabumi, Sintang dan Medan. Partisipasi dalam beberapa kegiatan seperti kampanye Hari Aids Sedunia, kegiatan lomba Kampung Kite Bersih Narkoba, Kegiatan Blood Donor is a Lifestyle, kegiatan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), WOWDAY LP92 Muara Angke, Kampanye Gerakan Nasional Donor Darah Sukarela (Persatuan Donor Darah Indonesia). Bekerjasama dengan PMI, pendonor adalah karyawan/wati BCA di Kantor Pusat dan beberapa cabang BCA. Rp Rp Rp kantong darah. 100 Laporan Tahunan BCA 2010

103 governance review financial review corporate data Program Kegiatan Kepedulian Sosial BCA Selama Tahun 2010 No Jenis Program/ Tujuan Penggunaan 3. Bantuan Bencana Alam Bantuan Bencana Alam 4. Pelestarian Lingkungan Lingkungan 5. Partisipasi pada lembaga sosial lainnya Partisipasi pada lembaga sosial lainnya Penerima Dana BCA memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam di beberapa lokasi, seperti di Yogyakarta dan Jawa Tengah (letusan Gunung Merapi); Mentawai; Wasior, Papua (banjir); Bandung Selatan Jawa Barat (banjir); Sumatera Barat (letusan gunung Sinabung) dan beberapa daerah lain. Penyerahan Simbolis Penanaman Pohon (Reforestasi) Kawasan Hutan Lindung Gunung Rinjani di Lombok bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) Kegiatan Eco Product International Fair 2010 Partisipasi BCA pada kegiatan penanaman pohon bakau di Pantai Benoa/Sawung Bali Partisipasi BCA pada program penanaman pohon mangrove di Surabaya Dukungan BCA pada kegiatan Earth Hour- WWF 27 Maret 2010 Dukungan BCA pada program Pemda Jogyakarta dalam pembuatan Taman di Pasar Satwa. BCA berkontribusi dalam berbagai kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh lembaga atau yayasan antara lain Sail Banda for Maluku; Yayasan Prestasi Anak Bangsa; Baksos KADIN; Perkaja (Persatuan Kasir Bank SeJabodetabek); Yayasan Usaha Cacat Veteran; Bakti sosial anak yatim oleh AMEC Center; BAMUUIS DKI (Badan Musyawarah Ulama dan Umat Islam); Yayasan Sosial Islam Al-Anhar; Yayasan Nurani Dunia US INDO Nilai Nominal yang diberikan (> Rp 25 juta) atau bentuk lainnya Rp Rp Rp Laporan Tahunan BCA

104 introduction business review business support T. SELF ASSESSMENT PELAKSANAAN GCG di BCA Dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG, BCA secara berkala melakukan self assessment secara komprehensif terhadap pelaksanaan GCG di BCA yang menyangkut 11 (sebelas) aspek penilaian sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia maupun Surat Edaran Bank Indonesia. Berikut ringkasan perhitungan nilai komposit self assessment GCG di BCA untuk periode tahun 2010: No. Aspek Yang Dinilai 1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Bobot (A) Peringkat (B) Nilai (A) x (B) 10% 1 0,10 2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 20% 1 0,20 3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite 10% 1 0,10 4. Penanganan Benturan Kepentingan 10% 1 0,10 5. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5% 2 0,10 6. Penerapan Fungsi Audit Intern 5% 2 0,10 7. Penerapan Fungsi Audit Ekstern 5% 2 0,10 8. Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern 7.5% 2 0,15 9. Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait 7.5% 2 0,15 (Related Parties) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposures) 10. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 15% 1 0,15 Bank, Laporan Pelaksanaan GCG dan Laporan Internal 11. Rencana Strategis Bank 5% 2 0,10 Nilai Komposit 100% 1,35 Peringkat Komposit Hasil Self Assessment Pelaksanaan GCG di BCA adalah 1,35 atau predikat Sangat Baik sesuai dengan klasifikasi peringkat komposit sebagaimana tabel berikut : Nilai Komposit Predikat Komposit Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik 1,5 Nilai komposit < 2,5 Baik 2,5 Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik 3,5 Nilai Komposti < 4,5 Kurang Baik 4,5 Nilai Komposit < 5 Tidak Baik 102 Laporan Tahunan BCA 2010

105 governance review financial review corporate data Adapun pertimbangan peringkat komposit hasil self assessment tersebut diatas didasarkan antara lain pada hal-hal berikut dibawah ini : 1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Anggaran Dasar serta Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris. Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris antara lain adalah memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG melalui 3 (tiga) Komite yang dibentuknya dan melalui rapat Dewan Komisaris. Sepanjang tahun 2010 Dewan Komisaris telah mengadakan 35 (tiga puluh lima) kali rapat Dewan Komisaris dan 10 (sepuluh) kali rapat gabungan dengan Direksi. Pertemuan dengan frekuensi yang demikian tinggi membuktikan komitmen yang tinggi dari Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja Bank serta tim manajemennya termasuk Direksi. 2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi telah melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam berbagai aspek kegiatan BCA antara lain dengan membentuk 3 (tiga) Satuan Kerja yang disyaratkan dalam Peraturan Bank Indonesia tentang GCG dan membentuk 6 (enam) Komite Eksekutif yang membantu pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Direksi menyelenggarakan rapat dengan frekuensi yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) kali rapat Direksi ditambah dengan 10 (sepuluh) kali rapat gabungan dengan Dewan Komisaris selama tahun Disamping itu Direksi telah memastikan fungsi Audit Internal, fungsi Audit Eksternal, fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern dan Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Parties) dan Penyediaan Dana Dalam Jumlah Besar (Large Exposures) terlaksana dengan baik. 3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite-Komite Seluruh Komite penunjang Dewan Komisaris dan Komite Penunjang Direksi mempunyai struktur, kompetensi, dan independensi yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Komunikasi antara Komite-komite tersebut dengan Dewan Komisaris, Direksi serta Divisi-divisi yang ada berjalan lancar dan terbuka. 4. Penanganan Benturan Kepentingan Komitmen BCA yang tinggi dalam menangani secara komprehensif potensi terjadinya benturan kepentingan tercermin dari penerapan kebijakan intern dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan terkait. Salah satu implementasi dari komitmen tersebut, RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tahun 2008 telah memberikan persetujuan dan wewenang kepada Direksi untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan nilai tidak melebihi Rp 25 miliar atau ekivalennya untuk 1 (satu) atau beberapa transaksi dalam 1 (satu) tahun buku. Selanjutnya, transaksi tersebut dilakukan dengan persetujuan dari Komite Audit terlebih dahulu. 5. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank Dewan Komisaris dan Direksi berhasil menjaga dengan baik kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku. Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan yang bersifat independen membantu tugas Direktur Kepatuhan dalam memantau kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku. Laporan Tahunan BCA

106 introduction business review business support 6. Penerapan Fungsi Audit Intern Fungsi Audit Intern telah dilaksanakan dengan efektif dan optimal. Kepala Divisi Audit Internal bertanggung jawab langsung kepada Presiden Direktur dan dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris dan Komite Audit. Divisi Audit Internal (DAI) melakukan antara lain evaluasi atas kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko, struktur pengendalian intern dan tata kelola perusahaan, serta melaksanakan fungsi konsultasi kepada pihak intern yang membutuhkan. Dalam menjalankan tugasnya, DAI berpedoman pada Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter) dan Manual Kerja Divisi Audit Internal yang disusun berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) dan standar yang diterbitkan oleh The Institute of Internal Auditors serta Information System Audit and Control Association sebagai acuan ke arah global best practices. 7. Penerapan Fungsi Audit Ekstern Laporan Keuangan BCA setiap tahun diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor eksternal yang independen. Pihak manajemen berkomitmen untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia dengan hanya mengikutsertakan KAP yang memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam proses seleksi, serta selalu menuangkan semua hal dalam perjanjian kerja yang disepakati bersama. RUPS Tahunan BCA telah memberi kuasa dan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk menunjuk KAP (termasuk Akuntan Publik) Terdaftar. 8. Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Berdasarkan hasil penilaian terhadap profil risiko, BCA memiliki tingkat risiko yang rendah. Hasil tersebut dapat terus dipertahankan berkat kualitas penerapan manajemen risiko yang mendukung efektivitas kerangka pengawasan bank berbasis risiko. Penilaian mencakup 8 (delapan) risiko utama yang dihadapi bank yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, dan risiko kepatuhan. BCA juga memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk mengelola risiko yang melekat pada produk atau aktivitas baru BCA. 9. Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Parties) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposures) Kebijakan BCA mengenai penyediaan dana kepada Pihak Terkait (Related Parties) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposures) tertuang dalam Manual Ketentuan Kredit UKM, Komersial, Korporasi dan Konsumen yang selalu dievaluasi dan dikinikan secara berkala. Kedua jenis kegiatan ini senantiasa dilakukan dengan prinsip kehati-hatian sesuai ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan terkait lainnya, serta diputuskan juga oleh Dewan Komisaris secara independen. 104 Laporan Tahunan BCA 2010

107 governance review financial review corporate data 10. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan BCA, Laporan Pelaksanaan GCG dan Laporan Internal BCA memiliki komitmen yang tinggi terhadap aspek transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan dan non keuangan termasuk informasi produk dan jasa, serta penerapan pengelolaan pengaduan nasabah. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan di BCA telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. 11. Rencana Strategis Bank BCA telah menyusun Rencana Bisnis Bank (RBB) dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia. RBB dan RKAT tersebut telah sesuai dengan Visi dan Misi BCA dan disusun secara realistis, komprehensif, terukur dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. Penyusunan RBB dan RKAT oleh Direksi dilakukan setelah melalui serangkaian diskusi yang melibatkan Dewan Komisaris dan jajaran Manajemen lainnya, kemudian diajukan untuk mendapat persetujuan Dewan Komisaris. RBB dan RKAT tersebut dikomunikasikan juga ke berbagai jenjang organisasi BCA. Laporan Tahunan BCA

108 introduction business review business support Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggungjawab, BCA berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan nasional dan tumbuh bersama masyarakat dengan menerapkan standar bisnis yang bertanggungjawab secara sosial. Melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) yang berada di bawah naungan Bakti BCA, BCA fokus untuk memberikan bantuan jangka panjang terhadap sektor pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat. Bakti BCA menjalin kerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK Perdami) dan United Nations Children s Fund (UNICEF) dalam mendukung program kesehatan sesuai dengan program CSR. Bakti BCA menyediakan beasiswa bagi mahasiswa terpilih yang akan menyelesaikan program S1 dan menjadi sponsor pada beragam program edukasi perbankan. BCA juga Partisipasi BCA di bidang pendidikan mencerminkan kepeduliannya untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan 106 Laporan Tahunan BCA 2010

109 governance review financial review corporate data secara aktif menjadi sponsor dalam beragam program CSR lainnya seperti pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), perlindungan lingkungan, dan bantuan penanganan bencana alam di seluruh Indonesia. dan kualitas pendidikan. Pada tahun 2010, BCA memberikan sumbangan berupa komputer kepada sekolah-sekolah tersebut dan mengikutsertakan beberapa guru bahasa Inggris pada konferensi bahasa Inggris di Bali. Kontribusi di Bidang Pendidikan Partisipasi BCA di bidang pendidikan mencerminkan kepeduliannya dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan di masa depan dan membantu meningkatkan standar kehidupan masyarakat melalui pendidikan yang lebih baik. BCA berkontribusi pada program pendidikan dalam bentuk pemberian beasiswa, bantuan untuk guru-guru dan mendukung pengembangan fasilitas pendidikan di berbagai sekolah. Salah satu program terintegrasi Bakti BCA adalah menyediakan bantuan pendidikan kepada murid-murid sekolah dasar hingga sekolah menengah umum di daerah seperti Gunung Kidul (Yogyakarta), Lampung (Sumatra) dan Serang (Tangerang, Banten). Programprogram ini sudah berlangsung sejak tahun 2000 dan ditujukan untuk meningkatkan akses Bekerja sama dengan beberapa universitas negeri di Indonesia, Bakti BCA memberikan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dalam menyelesaikan kuliahnya. Melanjutkan program tahun sebelumnya, sepanjang tahun 2010 BCA bekerja sama dengan 18 universitas untuk memberikan beasiswa untuk 111 mahasiswa yang juga merupakan penerima beasiswa tahun lalu. Selain itu, BCA juga bekerja sama dengan berbagai yayasan seperti Yayasan Perbanas, KSE (Karya Salemba Empat), Yayasan Paramadina, dan Yayasan Bakti ILUNI dalam menyediakan beasiswa pendidikan. Guna mendukung program edukasi perbankan yang diprakarsai oleh Bank Indonesia, tahun 2010 BCA secara aktif menyelenggarakan program pendidikan melalui sosialisasi langsung maupun media massa. Selama tahun ini, BCA secara aktif mempromosikan pentingnya menabung dan produk TabunganKu kepada Laporan Tahunan BCA

110 introduction business review business support murid-murid di daerah seperti Jakarta dan sekitarnya, Semarang, Gunung Kidul, Yogyakarta, Bandung, Serang, Lampung, dan Bali. BCA memperluas program ini hingga mencakup pengenalan/edukasi tentang produk-produk perbankan umum dan keamanan bertransaksi. Program Pengembangan Akuntansi (PPA) adalah sebuah program non gelar melalui metode belajar dan bekerja yang ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada lulusan terbaik Sekolah Menengah Umum (atau sederajat) untuk mengikuti kelas akuntansi sekaligus melakukan praktek kerja di BCA. Pada tahun 2010, sebanyak 218 pelajar berpartisipasi mengikuti PPA. Sejak didirikan di tahun 1996, program ini telah meluluskan 575 orang. Mulai tahun 2009, alumni PPA dapat melanjutkan pendidikannya dengan melengkapi dua semester tambahan di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, salah satu universitas swasta ternama di Indonesia, untuk meraih gelar sarjana di bidang Akuntansi. Pemberdayaan UKM Untuk mendukung pengembangan UKM, maka BCA, PT Astra International Tbk dan PT Pertamina (Persero) bekerja sama untuk mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Mitra Bersama. Tiga LPB telah dibentuk sejak program ini dimulai pada tahun Pada tahun 2010, dua LPB telah diresmikan di Bukittinggi, Sumatera Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Program pelatihan yang dilaksanakan dalam LPB mencakup pelatihan orientasi untuk koordinator LPB mengenai metode pembukuan sederhana, pemberdayaan potensi dan pengembangan wawasan kewirausahaan bagi anggota LPB. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Sejak tahun 1990, BCA bekerja sama dengan PMI mendorong kegiatan donor darah secara berkala di kantor pusat maupun kantor cabang, dimana manajemen, karyawan, dan nasabah berpartisipasi. Selama tahun 2010, BCA melalui gerakan donor darah Bakti BCA telah menyumbangkan kantong darah kepada PMI. Secara keseluruhan, sejak tahun 1990 BCA telah mengumpukan kantong darah. BCA juga bekerja sama erat dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK-Perdami) dalam menyelenggarakan serangkaian operasi katarak gratis di berbagai daerah. Sepanjang tahun 2010, 271 operasi katarak dilakukan di 108 Laporan Tahunan BCA 2010

111 governance review financial review corporate data Sukabumi, Sintang, Pulau Rote, dan Medan. Melalui program ini, sebanyak operasi katarak telah berhasil dilakukan. Lebih lanjut, sejak tahun 2009 Bakti BCA telah berpartisipasi aktif dalam mendukung program UNICEF Cintai Anak-anak Indonesia untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan imunisasi lengkap dan tepat waktu. Pelestarian Lingkungan Sepanjang tahun 2010, BCA telah terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan dengan mendukung kampanye Global Earth Hour dan menjalin kerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia. BCA juga mendukung program penghutanan kembali (reforestasi) melalui penanaman vegetasi di kawasan hutan yang terdegradasi di Hutan Lindung Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bantuan Penanganan Bencana Alam Sebagai ungkapan simpati dan untuk membantu meringankan penderitaaan para korban gempa bumi dan bencana alam lainnya yang menimpa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, Bakti BCA menyalurkan sumbangan secara nasional melalui PMI, Asosiasi Perbankan, dan sebuah stasiun TV nasional, atau secara langsung kepada masyarakat melalui cabang-cabang BCA. Selain itu, karyawan BCA juga secara aktif mengumpulkan dana dengan mengirimkan dana ke rekening Bakti BCA. Laporan Tahunan BCA

112 Tinjauan Keuangan Dengan memfokuskan pada Pertumbuhan, Kualitas, dan Efisiensi, BCA berhasil mengembangkan bisnis dengan tetap mempertahankan portofolio berkualitas tinggi 110 Laporan Tahunan BCA 2010

113 Laba Bersih (dalam triliun Rupiah) 8,5 5,8 6,8 24,6% 4,2 4,5 pertumbuhan laba bersih dari tahun 2009 dibandingkan tahun Laporan Tahunan BCA

114 introduction business review business support Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan Tinjauan Ekonomi Makro Indonesia tahun 2010 Seiring dengan membaiknya perekonomian global, Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi 6,1% pada tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 yang sebesar 4,5%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tersebut ditopang oleh berlanjutnya konsumsi domestik yang kuat, selain didukung juga oleh peningkatan kinerja ekspor sejalan dengan kenaikan harga komoditas dunia serta tingginya permintaan dari negara-negara seperti China dan India. Pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (%) 5,5 6,3 6,1 4,5 6, Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia terbukti efektif dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan usaha. Meskipun terdapat tekanan inflasi, sepanjang tahun 2010 Bank Indonesia tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada level 6,5% sebagai upaya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Untuk meredam inflasi dan dampak dari derasnya aliran masuk modal asing ke Indonesia, pada triwulan IV 2010 Bank Indonesia menggunakan kebijakan kuantitatif dengan menaikkan cadangan primer (giro wajib minimum) perbankan dari 5% menjadi 8%. Sejak menyentuh nilai terendah pada akhir tahun 2008 dikisaran 1 USD = Rp , nilai tukar Rupiah terus mencatat apresiasi terhadap mata uang USD disertai tingkat volatilitas yang relatif rendah. Akumulasi cadangan devisa pada akhir tahun 2010 mencapai USD 96,2 miliar, meningkat signifikan dibandingkan posisi akhir tahun 2009 sebesar USD 66,1 miliar. Sumber dari kenaikan cadangan devisa tersebut selain dari aktivitas ekspor juga berasal dari aliran masuk modal asing ke Indonesia baik melalui investasi portofolio maupun penanaman modal asing. Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) 112 Laporan Tahunan BCA 2010

115 governance review financial review corporate data Inflasi dan BI Rate (%) Nilai Tukar Rupiah vs USD (dalam Rupiah) 20% 18, % 14, % 8% 4% 8,75 8,33 12,75 12,50 9,75 5,27 5,77 Inflasi 6,59 12,14 9,50 8,50 7,92 8,00 7,75 2,78 0% Jul-05 Mei-06 Mar-07 Jan-08 Nov-08 Sep-09 Jul-10 Des-10 Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia 6,50 3,43 6,96 BI Rate 5, Jul-05 Mei-06 Nov-06 Jul-07 Mar-08 Nov-08 Agt-09 Apr-10 Des-10 Sumber: Bloomberg Perkembangan perekonomian Indonesia juga ditandai dengan adanya perubahan struktur masyarakat Indonesia dimana jumlah maupun pendapatan masyarakat kelas menengah terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) perkapita yang telah melampaui USD pada tahun Berkembangnya masyarakat kelas menengah akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia melalui peningkatan konsumsi, permintaan akan lapangan kerja dan pendidikan serta berbagai jasa dengan kualitas yang lebih tinggi. PDB Per Kapita (dalam USD) Kondisi perbankan Indonesia tahun 2010 Pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha yang kondusif pada tahun 2010 memberikan pengaruh positif bagi kinerja perbankan Indonesia. Penyaluran kredit mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp 325 triliun atau 22,1% menjadi Rp triliun didorong oleh peningkatan permintaan kredit terutama untuk keperluan produktif dalam bentuk kredit modal kerja. Pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2010 diimbangi dengan terjaganya kondisi permodalan, likuiditas maupun kualitas kredit yang disalurkan. Dari segi penghimpunan dana, dana pihak ketiga tumbuh Rp 366 triliun atau 18,6% menjadi Rp triliun pada tahun 2010 didorong oleh peningkatan signifikan saldo produk tabungan. Perbankan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 57 triliun, meningkat 26,7% dari tahun Pendapatan bunga masih menjadi sumber utama profitabilitas industri perbankan Indonesia Sementara itu dari sisi permodalan, meskipun rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) industri perbankan selama tahun 2010 cenderung Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Laporan Tahunan BCA

116 introduction business review business support turun seiring dengan ekspansi kredit dan implementasi perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) risiko operasional, namun CAR perbankan berada pada level 17,2%, jauh di atas angka minimum yang disyaratkan yaitu 8%. Mulai tahun 2010 bank-bank wajib memasukkan ATMR untuk risiko operasional di dalam perhitungan CAR. Adapun beban modal untuk risiko operasional adalah 15% dari ratarata penjumlahan Pendapatan Bruto (gross income) tahunan selama 3 tahun terakhir yang positif. Faktor pengali sebesar 15% diterapkan efektif mulai 1 Januari 2011 dan sebagai masa transisi pada semester I 2010 digunakan faktor pengali 5% kemudian pada semester II 2010 digunakan faktor pengali 10%. Kinerja Sektor Perbankan (dalam triliun Rupiah) Nominal Naik/(turun) Persentase Total Aktiva ,7% Kredit ,1% Dana Pihak Ketiga ,6% Giro ,0% Tabungan ,2% Deposito ,6% Laba bersih ,7% NIM 5,7% 5,6% N.A 0,1% LDR 76,8% 74,5% N.A 2,3% NPL 2,9% 3,8% N.A -0,9% CAR 17,2% * 17,4% N.A -0,2% * CAR di tahun 2010 telah memperhitungkan risiko operasional dengan beban modal untuk risiko operasional sebesar 10% dari rata-rata penjumlahan Pendapatan Bruto (gross income) tahunan selama 3 tahun terakhir yang positif Tinjauan keuangan Bank Central Asia tahun 2010 Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif di tahun 2010, BCA berhasil mencapai peningkatan kinerja keuangan yang memuaskan. Strategi pertumbuhan berkualitas yang diterapkan secara disiplin membuahkan hasil positif, tercermin dari peningkatan total aktiva sebesar 14,9% menjadi Rp 324,4 triliun pada 31 Desember 2010 dengan didukung oleh tingginya pertumbuhan kredit di semua segmen nasabah. Pada akhir tahun 2010 portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp 153,9 triliun, tumbuh 24,2% dari posisi tahun lalu. Pertumbuhan tersebut diimbangi dengan terjaganya kualitas kredit dimana hal tersebut dapat dilihat dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) yang berada di bawah 1% dengan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah mencapai hampir 400%. Ditopang oleh bisnis inti BCA sebagai bank penyedia layanan transaksi terkemuka di Indonesia, dana pihak ketiga tumbuh 13,2% menjadi Rp 277,5 triliun pada akhir tahun Pertumbuhan yang bersumber pada dana giro dan tabungan telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan kualitas dana pihak ketiga dimana pada akhir tahun 2010 komposisi dana giro dan tabungan terhadap total dana pihak ketiga mencapai 75,5%, meningkat dari 73,3% pada akhir tahun Laporan Tahunan BCA 2010

117 governance review financial review corporate data BCA berhasil membukukan Laba Bersih sebesar Rp 8,5 triliun pada tahun 2010, meningkat 24,6% dibandingkan Rp 6,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total Pendapatan Bunga Bersih dan Pendapatan Operasional Lainnya meningkat 4,8% menjadi Rp 20,3 triliun pada tahun 2010 dari Rp 19,3 triliun pada tahun Seiring dengan peningkatan profitabilitas pada tahun 2010, BCA mencatat tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Assets - ROA) sebesar 3,5% dan tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity - ROE) sebesar 33,3%. Rasio kecukupan modal / kewajiban penyediaan modal minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional adalah sebesar 13,5% pada akhir tahun Catatan: Mulai tanggal 1 Januari 2010 BCA mengadopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Untuk periode-periode sebelumnya, standar akuntansi yang digunakan adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000) mengenai Akuntansi Perbankan. LABA/RUGI Pendapatan Bunga Bersih Sesuai dengan penerapan PSAK 50 & 55 seperti yang disajikan dalam Laporan Keuangan Konsolidasi hasil audit, Pendapatan Bunga Bersih pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 12,9 triliun, turun 13,2% dari Rp 14,9 triliun pada tahun 2009 (lihat tabel Pendapatan Bunga Bersih baris 16 kolom Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) ). Namun demikian apabila Pendapatan Bunga Bersih tahun 2010 disajikan sesuai dengan PSAK 31 seperti yang diterapkan pada tahun 2009, maka Pendapatan Bunga Bersih tahun 2010 tercatat sebesar Rp 15,6 triliun, meningkat 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (lihat tabel Pendapatan Bunga Bersih baris 16 kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Penerapan PSAK 50 & 55 telah memberikan dampak signifikan terhadap Pendapatan Bunga Bersih maupun Pendapatan Operasional Lainnya yang dibukukan oleh BCA dimana hal tersebut disebabkan oleh perbedaan metode pengakuan pendapatan (revenue recognition) sebagai berikut: Keterangan lebih detail mengenai standar akuntansi baru tersebut dapat dilihat di dalam catatan Laporan Keuangan Konsolidasi hasil audit yang merupakan bagian dari Laporan Tahunan BCA Untuk mendapatkan perbandingan yang sepadan mengingat penerapan PSAK 50 & 55 telah menyebabkan beberapa perbedaan yang signifikan dalam penyajian informasi keuangan, maka dalam pembahasan ini kami telah menyajikan angkaangka keuangan tahun 2010, yaitu Pendapatan Bunga Bersih, Pendapatan Operasional Lainnya dan Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin - NIM), sesuai dengan PSAK 31 seperti yang diterapkan untuk laporan keuangan tahun Pendapatan diskonto atas Surat Berharga dalam kategori Diperdagangkan tidak lagi diakui sebagai Pendapatan Bunga, melainkan diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya. Pada tahun 2010 BCA memiliki portofolio Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam kategori Diperdagangkan dengan jumlah signifikan dengan rata-rata outstanding mencapai Rp 26,3 triliun dan memberikan pendapatan sebesar Rp miliar. Dengan demikian jumlah keseluruhan pendapatan dari portofolio SBI pada tahun 2010 adalah Rp miliar dimana dari jumlah tersebut sebesar Rp miliar diakui sebagai Pendapatan Bunga dan Laporan Tahunan BCA

118 introduction business review business support Rp miliar diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya di pos keuntungan (kerugian) penjualan aset keuangan dan pos peningkatan (penurunan) nilai wajar aset keuangan. Untuk mendapatkan perbandingan yang sepadan, seluruh penghasilan dari portofolio SBI pada tahun 2010 tersebut disajikan dalam Pendapatan Bunga sesuai dengan PSAK 31 yang berlaku pada tahun (lihat tabel Pendapatan Bunga Bersih baris 3 kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Untuk periode tahun 2010 Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit diakui dalam Pendapatan Operasional Lainnya di bagian Provisi dan Komisi Lainnya dimana untuk periode tahun 2009 pendapatan tersebut diakui sebagai Pendapatan Bunga. Adapun besarnya Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit pada tahun 2010 tersebut adalah Rp 996 miliar (lihat tabel Pendapatan Bunga Bersih baris 10 kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Pendapatan Bunga Bersih (dalam miliar Rupiah) Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) Naik / (turun) Naik / (turun) No Pos Nominal % Nominal % 1. Pendapatan Bunga (2.272) -9,9% ,8% 2. Secondary Reserve (1.540) -37,6% ,7% 3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (2.437) -65,4% (746) -20,0% 4. Penempatan lainnya pada Bank Indonesia ,1% ,1% 5. Penempatan pada Bank lain (56) -23,4% (56) -23,4% 6. Surat-surat Berharga (130) -13,6% (130) -13,6% 7. Obligasi Pemerintah (529) -12,5% (529) -12,5% 8. Kredit ,6% ,6% 9. Lain-lain ,2% ,2% 10. Provisi dan Komisi Kredit (851) N.A ,0% 11. Beban Bunga (309) -3,8% (309) -3,8% 12. Deposito (205) -5,8% (205) -5,8% 13. Tabungan (213) -6,8% (213) -6,8% 14. Giro ,2% ,2% 15. Lain-lain ,7% ,7% 16. Pendapatan Bunga Bersih (1.963) -13,2% ,9% Peningkatan Pendapatan Bunga dari portofolio kredit berhasil mengkompensasi penurunan Pendapatan Bunga yang berasal dari Obligasi Pemerintah maupun Surat Berharga. Penurunan Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah dan Surat Berharga pada tahun 2010 selain disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga juga disebabkan oleh penurunan eksposur BCA pada portofolio tersebut. Hal tersebut terlihat dari outstanding Obligasi Pemerintah yang turun sebesar 4,2% menjadi Rp 40,7 triliun pada tahun 2010 sedangkan outstanding Surat Berharga turun sebesar 8,7% menjadi Rp 10,7 triliun pada tahun Laporan Tahunan BCA 2010

119 governance review financial review corporate data Terkait dengan pengelolaan secondary reserves, BCA merespon kebijakan Bank Indonesia dalam meniadakan lelang SBI untuk jangka waktu 1 bulan hingga 6 bulan dengan memindahkan likuiditas dana dari portofolio SBI ke dalam Penempatan Lainnya pada Bank Indonesia dalam bentuk term deposit. Dengan demikian, total penghasilan dari portofolio SBI turun Rp 746 miliar atau 20,0% menjadi Rp 3,0 triliun pada tahun Disisi lain Pendapatan Bunga dari Penempatan lainnya pada Bank Indonesia yang sebagian besar berupa term deposit meningkat Rp 953 miliar dari Rp 130 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp miliar pada tahun Dengan demikian, secara keseluruhan pendapatan secondary reserves BCA pada tahun 2010 meningkat 3,7% menjadi Rp 4,2 triliun (lihat tabel Pendapatan Bunga Bersih baris 2 kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Dari segi Beban Bunga, meskipun volume dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar 13,2% menjadi Rp 277,5 triliun, Beban Bunga berhasil diturunkan 3,8% menjadi Rp 7,7 triliun pada tahun Biaya dana (cost of funds) berhasil ditekan menjadi 3,0% pada tahun 2010 dari 3,6% pada tahun 2009 sejalan dengan penurunan bunga dana pihak ketiga maupun membaiknya komposisi dana pihak ketiga. Marjin bunga bersih (Net Interest Margin - NIM) BCA mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 110 bps dari 6,4% pada tahun 2009 menjadi 5,3% pada tahun Penurunan NIM tersebut disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga maupun penerapan PSAK 50 & 55. Apabila angka NIM untuk tahun 2010 disajikan sesuai dengan PSAK 31 seperti yang diterapkan pada tahun 2009, maka NIM BCA untuk tahun 2010 adalah sebesar 5,8%, turun 60 bps dibandingkan dengan NIM tahun 2009 yang sebesar 6,4%. Dengan pertumbuhan aktiva produktif terutama portofolio kredit serta pengelolaan secara aktif komposisi neraca, NIM pada tahun 2010 dapat dipertahankan pada level di atas 5%. Pendapatan Bunga Bersih dan Marjin Bunga Bersih (NIM) Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) Pendapatan Bunga Bersih (dalam miliar Rupiah) Marjin Bunga Bersih (NIM) tidak konsolidasi (%) 6,4% Pendapatan Bunga Bersih (dalam miliar Rupiah) Marjin Bunga Bersih (NIM) tidak konsolidasi (%) 6,4% 5,3% 5,8% Laporan Tahunan BCA

120 introduction business review business support Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Operasional Lainnya pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 7,3 triliun, meningkat 65,2% dari Rp 4,4 triliun pada tahun 2009 (lihat tabel Pendapatan Operasional Lainnya baris 9 kolom Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) ). Peningkatan signifikan tersebut lebih disebabkan adanya perbedaan metode pengakuan pendapatan (revenue recognition) mengacu kepada PSAK 50 & 55. Pendapatan diskonto atas Surat Berharga dalam kategori Diperdagangkan yang pada periode tahun 2009 diakui sebagai Pendapatan Bunga, untuk periode tahun 2010 diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya pada pos keuntungan (kerugian) penjualan aset keuangan sebesar Rp miliar dan pos peningkatan (penurunan) nilai wajar aset keuangan sebesar Rp -14 miliar (lihat tabel Pendapatan Operasional Lainnya baris 3 dan 4 kolom Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) ). Selain itu, Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit yang pada tahun 2009 diakui sebagai Pendapatan Bunga, untuk periode tahun 2010 diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya pada pos Provisi dan Komisi Lainnya sebesar Rp 996 miliar (lihat tabel Provisi dan Komisi Lainnya baris 2 kolom Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) ). Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan Pendapatan Bunga Bersih, untuk mendapatkan perbandingan yang sepadan maka Pendapatan Diskonto Surat Berharga dalam kategori Diperdagangkan dan Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit untuk tahun 2010 disajikan sesuai dengan PSAK 31 yang berlaku pada tahun 2009, yaitu pada Pendapatan Bunga (lihat tabel Pendapatan Operasional Lainnya baris 1, 3, dan 4 pada kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Dengan menggunakan perbandingan yang sepadan, Pendapatan Operasional Lainnya meningkat 4,8% dari Rp 4,4 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 4,7 triliun pada tahun (lihat tabel Pendapatan Operasional Lainnya baris 9 kolom Disajikan Untuk Pendapatan Operasional Lainnya (dalam miliar Rupiah) Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) No Pos Naik / (turun) Naik / (turun) Nominal % Nominal % 1. Provisi dan komisi lainnya ,8% ,0% 2. Keuntungan transaksi derivatif (direalisasi) 3. Peningkatan (penurunan) nilai wajar aset keuangan - net (167) -60,1% (167) -60,1% (14) 69 (83) -120,3% 0 69 (69) -100,0% 4. Keuntungan (kerugian) penjualan aset keuangan - net (38) N.A 44 (38) 82 N.A 5. Lain-lain ,6% ,6% 6. Keuntungan operasional BCA Finance 7. Pendapatan dari transaksi valas cabang ,1% ,1% (245) -56,3% (245) -56,3% 8. Lainnya ,5% ,5% 9. Pendapatan Operasional Lainnya ,2% ,8% 118 Laporan Tahunan BCA 2010

121 governance review financial review corporate data Perbandingan (PSAK 31) ). Peningkatan tersebut ditopang oleh kenaikan Provisi dan Komisi Lainnya serta Keuntungan Operasional dari anak perusahaan BCA, BCA Finance. Selain itu Keuntungan Operasional dari anak perusahaan BCA, BCA Finance, meningkat signifikan sebesar 43,1% menjadi Rp 1,1 triliun pada tahun Pendapatan Provisi dan Komisi Lainnya, yang merupakan pendapatan yang berasal dari bisnis inti BCA di bidang perbankan transaksional, meningkat 8,0% menjadi Rp 3,0 triliun pada tahun 2010 (lihat tabel Provisi dan Komisi Lainnya baris 7 kolom Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ). Pendapatan Provisi dan Komisi Lainnya ini berkontribusi sekitar 65% terhadap total Pendapatan Operasional Lainnya, dimana pendapatan tersebut terutama berasal dari administrasi bulanan simpanan nasabah maupun pendapatan penyelesaian pembayaran. Pada tahun 2010 pendapatan transaksi valuta asing di cabang-cabang tercatat sebesar Rp 190 miliar, turun 56,3% dari periode tahun sebelumnya sedangkan keuntungan transaksi derivatif yang direalisasi mengalami penurunan 60,1% menjadi Rp 111 miliar. Meskipun dari segi volume transaksi mengalami kenaikan, marjin yang menipis sejalan dengan rendahnya volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar telah membatasi peluang untuk meraih laba yang lebih besar seperti pada tahun 2008 dan Provisi dan Komisi Lainnya (dalam miliar Rupiah) No Pos Naik / (turun) Naik / (turun) Nominal % Nominal % 1. Simpanan dari Nasabah * ,5% ,5% 2. Kredit N.A N.A 3. Penyelesaian Pembayaran (payment settlement) ,5% ,5% 4. Kartu Kredit ,5% ,5% 5. Pengiriman uang, kliring dan inkaso Sesuai Laporan Keuangan (PSAK 50 & 55) Disajikan Untuk Perbandingan (PSAK 31) ,8% ,8% 6. Lain-lain ,5% ,5% 7. Jumlah ,8% ,0% * Sebagian besar didominasi pendapatan administrasi bulanan produk simpanan nasabah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan Estimasi Kerugian atas transaksi rekening administratif Dengan diterapkannya PSAK 50 & 55, maka sejak 1 Januari 2010 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan dibentuk berdasarkan kajian internal (internal assessment) sedangkan pada tahun 2009 maupun tahun-tahun sebelumnya, pembentukan cadangan kerugian aset keuangan dilakukan berdasarkan klasifikasi kolektibilitas yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Laporan Tahunan BCA

122 introduction business review business support CKPN sesuai dengan PSAK 50 & 55 diukur secara individual maupun secara kolektif. Penilaian secara individual dilakukan terhadap kredit yang memiliki nilai signifikan secara individual dan terdapat bukti obyektif adanya penurunan nilai. Bukti obyektif tersebut diantaranya meliputi wanprestasi atau tunggakan pembayaran oleh debitur maupun indikasi bahwa debitur akan dinyatakan pailit. Sedangkan penilaian secara kolektif dilakukan untuk kredit yang secara individual memiliki nilai yang tidak signifikan maupun untuk kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan namun tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai. Berdasarkan kriteria tersebut, BCA melakukan penilaian secara kolektif untuk: (a) kredit dalam segmen usaha retail, konsumen dan kartu kredit, atau (b) kredit dalam segmen pasar korporasi dan komersial dengan kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus. Dalam menentukan cadangan penurunan nilai secara kolektif BCA menggunakan formula sebagai berikut: Probability of Default x Loss Given Default x Amortised Cost 1. Dengan penerapan metode perhitungan CKPN berdasarkan PSAK 50 & 55 tersebut pada tahun 2010 BCA secara keseluruhan melakukan pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 333 miliar sejalan dengan membaiknya portofolio aset keuangan BCA. Selain Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) di atas, pada tahun 2010 BCA telah membentuk cadangan untuk fasilitas kredit yang belum ditarik sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) no. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI no. 11/2/PBI/2009. Meskipun Bank Indonesia memberi masa transisi hingga September 2011 bagi bank-bank untuk membentuk cadangan bagi fasilitas kredit yang belum ditarik, BCA telah membentuk secara penuh cadangan tersebut sejak September Jumlah cadangan untuk fasilitas kredit yang belum ditarik pada posisi 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 613 miliar. Dengan demikian, total pembentukan cadangan pada tahun 2010 yang dibukukan dalam laporan laba rugi adalah sebesar Rp 324 miliar. Nilai tersebut terdiri dari estimasi kerugian atas transaksi rekening administratif sebesar Rp 657 miliar dan pemulihan atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp 333 miliar. Selain itu, terdapat penghapusan kredit (write off) sebesar Rp 260 miliar dan recovery loan sebesar Rp 62 miliar pada tahun Mutasi Cadangan Kerugian (dalam miliar Rupiah) Saldo Cadangan per Desember Penyesuaian Saldo Awal Sehubungan dengan Dampak Penerapan Awal PSAK 50 & 55 (270) Pembentukan (Pemulihan) Cadangan (dibukukan dalam laba rugi tahun 2010) 324 On Balance Sheets Off Balance Sheets * 657 Penghapusan Kredit (Write Off) (260) Recovery Loan 62 Selisih Kurs (34) Saldo Cadangan per Desember * Sebesar Rp 613 miliar merupakan cadangan untuk fasilitas kredit yang belum ditarik 1 Probability of Default yaitu tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya. Loss Given Default yaitu tingkat kerugian yang diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya. Amortised Cost yaitu nilai tercatat aset keuangan berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (333) 120 Laporan Tahunan BCA 2010

123 governance review financial review corporate data Beban Operasional Beban Operasional selama tahun 2010 tercatat sebesar Rp 9,6 triliun, meningkat 13,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. beban operasional, beban promosi maupun penggunaan jasa tenaga ahli. Sementara itu Beban Karyawan meningkat sebesar 8,6% menjadi Rp 4,5 triliun. Beban Umum dan Administrasi meningkat 17,9% menjadi Rp 4,8 triliun sejalan dengan peningkatan beban investasi jaringan BCA, Dengan kenaikan Beban Operasional sebesar 13,3%, BCA berhasil mempertahankan cost efficiency ratio pada level di bawah 50%. Beban Operasional (dalam miliar Rupiah) Naik/(turun) Nominal Persentase Beban Umum dan Administrasi ,9% Beban Karyawan ,6% Lain-lain ,1% Jumlah ,3% Beban Umum dan Administrasi (dalam miliar Rupiah) Naik/(turun) Nominal Persentase Keperluan kantor ,9% Sewa ,6% Promosi ,0% Penyusutan dan amortisasi ,5% Perbaikan dan pemeliharaan ,4% Komunikasi ,1% Jasa tenaga ahli ,9% Air, listrik dan bahan bakar ,6% Komputer dan perangkat lunak (10) -6,1% Keamanan ,5% Pengangkutan ,3% Asuransi (1) -3,6% Pajak % Lainnya ,9% Jumlah ,9% Jumlah Jaringan Layanan (unit) Kantor Cabang ATM Laporan Tahunan BCA

124 introduction business review business support Laba Bersih BCA membukukan Laba Sebelum Pajak sebesar Rp 10,7 triliun, meningkat 19,1% dari tahun sebelumnya. Laba bersih BCA pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 8,5 triliun atau Rp 348 per saham, meningkat 24,6% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6,8 triliun atau Rp 279 per saham. Laba bersih yang dicatat oleh BCA tersebut dipengaruhi oleh perubahan tarif pajak yang digunakan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pada September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai Pajak Penghasilan diubah dengan Undang-undang No. 36 Tahun Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak bertingkat menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan tahun-tahun selanjutnya. Selain itu, pada tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 81/2007 mengenai penurunan tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari Sesuai dengan PP tersebut, BCA memenuhi semua kriteria yang dipersyaratkan sehingga pada tahun 2009 dan tahun 2010 BCA berhak mendapatkan insentif berupa pemotongan tarif pajak sebesar 5%. Dengan tarif pajak yang baru dan insentif yang diterima oleh BCA, maka tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada BCA untuk tahun buku 2009 adalah 23% dan untuk tahun buku 2010 sebesar 20%. NERACA AKTIVA Sampai dengan 31 Desember 2010, total aktiva BCA mencapai Rp 324,4 triliun, meningkat 14,9% dari posisi 31 Desember Aktiva produktif tumbuh 11,5% menjadi Rp 287,6 triliun pada akhir tahun Pertumbuhan portofolio kredit dan secondary reserves merupakan faktor pendorong peningkatan aktiva produktif. Komposisi kredit terhadap total aktiva meningkat menjadi 47,4% pada akhir tahun 2010 dibandingkan dengan 43,9% pada akhir tahun sebelumnya. Sedangkan posisi secondary reserves pada tahun 2010 mencapai 23,2% dari total aktiva. Untuk memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi, dana valuta asing yang berada di Giro pada Bank lain dialokasikan ke dalam Penempatan pada Bank lain. Obligasi Pemerintah dan Surat Berharga mengalami penurunan dimana pada akhir tahun 2010 masing-masing tercatat sebesar Rp 40,7 triliun dan Rp 10,7 triliun. Sejalan dengan respon terhadap kebijakan Bank Indonesia yang meniadakan lelang SBI untuk jangka waktu 1 bulan hingga 6 bulan, sebagian besar likuiditas dana BCA yang sebelumnya ditempatkan pada portofolio SBI, saat ini dialokasikan ke dalam instrumen term deposit Bank Indonesia yang berada di pos Penempatan Lainnya pada Bank Indonesia. 122 Laporan Tahunan BCA 2010

125 governance review financial review corporate data Total Aktiva 31 Desember Desember 2009 Naik/(turun) miliar Rupiah % terhadap Total Aktiva miliar Rupiah % terhadap Total Aktiva miliar Rupiah Persentase Total Aktiva Produktif ,7% ,4% ,5% Secondary Reserves - gross ,2% ,8% ,7% Sertifikat Bank Indonesia ,4% ,7% (47.358) -81,0% Penempatan Lainnya pada ,7% ,7% ,7% Bank Indonesia 1 Penempatan pada Bank lain ,1% ,4% ,2% Giro pada Bank lain ,8% ,3% (9.374) -78,0% Surat-surat Berharga ,3% ,2% (1.020) -8,7% Obligasi Pemerintah ,5% ,0% (1.796) -4,2% Kredit - gross ,4% ,9% ,2% Lain-lain ,4% ,2% ,1% Total Aktiva Non Produktif ,3% ,6% ,7% Kas ,0% ,1% 774 8,7% Giro pada Bank Indonesia ,3% ,1% ,8% Aktiva Tetap - net ,1% ,1% ,7% Lain-lain ,0% ,4% ,6% CKPN 3 (4.558) -1,4% (5.386) -1,9% 828 N.A Aktiva Lainnya ,4% ,3% ,8% Total Aktiva ,0% ,0% ,9% 1 Termasuk surat-surat berharga Bank Indonesia yang dibeli dengan janji dijual kembali sebesar Rp miliar di tahun 2010 dan Rp 669 di tahun Termasuk surat-surat berharga Bank Lain yang dibeli dengan janji dijual kembali sebesar Rp 347 miliar di tahun 2010 dan Rp nihil di tahun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Peningkatan aktiva non produktif lebih disebabkan oleh tingginya penempatan pada Giro Bank Indonesia sejalan dengan peningkatan dana pihak ketiga dan penerapan ketentuan mengenai Giro Wajib Minimum Rupiah. Sejak November 2010, Giro Wajib Minimum Rupiah meningkat dari 5% menjadi 8% terhadap total dana pihak ketiga Rupiah. Penyaluran Kredit Aktivitas penyaluran kredit meningkat di seluruh segmen dengan didukung oleh tingkat suku bunga yang relatif rendah maupun tingginya permintaan kredit dari nasabah. Pada akhir tahun 2010 portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp 153,9 triliun, atau meningkat 24,2% dari Rp 123,9 triliun pada posisi yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sejalan dengan rata-rata pertumbuhan kredit sektor perbankan Indonesia yang sebesar 22,1%. Dengan pertumbuhan tersebut, BCA merupakan bank penyalur kredit terbesar ketiga di Indonesia dengan pangsa pasar 8,6%. Laporan Tahunan BCA

126 introduction business review business support Pertumbuhan Kredit BCA (dalam miliar Rupiah) Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Debitur (tidak konsolidasi - dalam miliar Rupiah) Korporasi Komersial UKM Konsumer Pegawai Kredit konsumer meningkat 31,9% didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) roda empat. Rendahnya tingkat suku bunga serta berkembangnya masyarakat kelas menengah di Indonesia baik dari segi jumlah dan pendapatan telah berdampak positif pada peningkatan kredit konsumsi untuk memenuhi kebutuhan nasabah individu. Penyaluran kredit ke segmen usaha kecil & menengah (UKM) dan komersial meningkat 27,6% menjadi Rp 60,0 triliun pada akhir tahun Pertumbuhan segmen komersial tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan segmen UKM. Kredit komersial tumbuh 35,5% menjadi Rp 31,3 triliun sedangkan kredit UKM meningkat 20.0% menjadi Rp 28,7 triliun pada akhir tahun Sentra Bisnis Komersial (SBK) yang terus dikembangkan dalam tiga tahun terakhir memegang peran penting dalam upaya BCA untuk menangkap peluang sejalan dengan bertumbuhnya nasabah-nasabah segmen komersial di Indonesia. Kredit korporasi tumbuh sebesar 17,9% menjadi Rp 56,3 triliun pada akhir tahun 2010 terutama didukung oleh peningkatan kredit di sektor perkebunan dan pertanian; perusahaan pembiayaan konsumer; dan sektor perdagangan. Pertumbuhan pinjaman kepada sektor komoditas, termasuk perkebunan, meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dan harga komoditas global, sementara sektor pembiayaan konsumer dan perdagangan tumbuh bersama dengan pertumbuhan konsumsi domestik. Sementara itu kredit kepada sektor telekomunikasi yang menjadi faktor pendorong pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya mengalami penurunan disebabkan oleh adanya sumber pembiayaan alternatif dari pasar modal maupun off-shore market. 124 Laporan Tahunan BCA 2010

127 governance review financial review corporate data Kredit Konsumer (tidak konsolidasi - dalam miliar Rupiah) Naik/(turun) Nominal Persentase KPR ,2% KKB roda empat ,1% Kartu Kredit ,9% Jumlah ,9% Pertumbuhan portofolio kredit yang signifikan diimbangi dengan terjaganya kualitas kredit yang disalurkan sebagaimana tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) sebesar 0,6% pada akhir tahun Tingkat cadangan kerugian terhadap kredit bermasalah berada pada level yang memadai dengan rasio cadangan mencapai sebesar 394,5% dari total kredit bermasalah. Kredit Berdasarkan Kolektibilitas * (tidak konsolidasi) 31 Desember Desember 2009 miliar Rupiah % terhadap Total Kredit miliar Rupiah % terhadap Total Kredit Lancar ,1% ,8% Dalam Perhatian Khusus ,3% ,4% Performing Loan ,4% ,3% Kurang Lancar 124 0,1% 179 0,1% Diragukan 121 0,0% 97 0,1% Macet 744 0,5% 619 0,5% NPL 989 0,6% 895 0,7% Total Kredit ,0% ,0% Rasio NPL gross 0,6% N.A 0,7% N.A Rasio NPL net 0,2% N.A 0,1% N.A Cadangan / NPL 394,5% N.A 480,3% N.A * meskipun pembentukan cadangan penurunan nilai tidak menggunakan perhitungan kolektibilitas, namun perhitungan tersebut masih diperlukan untuk menghitung rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia. Portofolio kredit BCA terdiversifikasi berdasarkan jenis industri. Per Desember 2010, kredit disektor perdagangan, restoran dan hotel berjumlah 28,1% dari total portofolio kredit diikuti oleh sektor manufaktur (19,5%), sektor jasa bisnis (8,2%), sektor pertanian dan sarana pertanian (5,6%) dan sektor lainnya (24,8%). Informasi lebih detail mengenai portofolio kredit berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada catatan 12 Laporan Keuangan Konsolidasi hasil audit tahun 2010 pada halaman Selain itu, lebih dari 89,7% dari total portofolio kredit BCA terdiri dari kredit dalam mata uang Rupiah sedangkan sisanya 10,3% adalah kredit dalam valuta asing terutama US dollar. Laporan Tahunan BCA

128 introduction business review business support Obligasi Pemerintah Portofolio Obligasi Pemerintah pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar Rp 40,7 triliun yang semuanya diperoleh dari pasar sekunder. Obligasi Pemerintah dengan tingkat suku bunga tetap sebesar Rp 24,5 triliun atau meliputi 60,3% dari portofolio obligasi sementara sisanya sebesar 39,7% adalah Obligasi Pemerintah dengan tingkat suku bunga mengambang. Per Desember 2010, Obligasi Pemerintah yang diklasifikasikan sebagai kategori Dimiliki hingga jatuh tempo adalah sebesar Rp 25,7 triliun, sedangkan obligasi yang Tersedia untuk Dijual adalah sebesar Rp 14,9 triliun, dan sisanya adalah obligasi dengan kategori Diperdagangkan sebesar Rp 41 miliar. Obligasi Pemerintah (dalam miliar Rupiah) Jenis Obligasi miliar Rupiah Naik / (turun) Komposisi Persentase Berdasarkan Tujuan Kepemilikan (1.796) -4,2% 100,0% 100,0% - Diperdagangkan ,9% 0,1% 0,0% - Tersedia untuk Dijual ,2% 36,7% 30,5% - Dimiliki hingga Jatuh Tempo (3.789) -12,8% 63,2% 69,5% Berdasarkan Suku Bunga (1.796) -4,2% 100,0% 100,0% - Bunga Tetap (2.189) -8,2% 60,3% 62,9% - Bunga Variabel ,5% 39,7% 37,1% Obligasi Pemerintah berdasarkan Jatuh Tempo (dalam miliar Rupiah) Jenis Obligasi (Berdasarkan Tujuan Kepemilikan) Harga Pasar Besarnya Obligasi Pemerintah yang Jatuh Tempo Diperdagangkan Tersedia untuk Dijual Dimiliki hingga Jatuh Tempo Jumlah Sebanyak Rp 24,7 triliun atau 60,8% Obligasi Pemerintah akan jatuh tempo dalam tiga tahun ke depan. Adapun Rp 9,3 triliun Obligasi Pemerintah yang akan jatuh tempo pada tahun 2011 sebesar Rp 0,2 triliun akan jatuh tempo pada triwulan I, Rp 5,0 triliun akan jatuh tempo pada triwulan II, Rp 2,9 triliun akan jatuh tempo pada triwulan III dan Rp 1,2 triliun akan jatuh tempo pada triwulan IV Laporan Tahunan BCA 2010

129 governance review financial review corporate data PASIVA Dana Pihak Ketiga Total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 13,2% menjadi Rp 277,5 triliun pada akhir tahun 2010 didukung oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan, sejalan dengan peningkatan penggunaan rekening giro dan tabungan oleh nasabah untuk bertransaksi. Dana giro mencapai Rp 64,0 triliun pada Desember 2010, naik 23,9% dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya, sedangkan tabungan tumbuh 13,6% menjadi Rp 145,6 triliun. Selain itu, deposito meningkat 4,0% menjadi Rp 68,0 triliun di tahun Pertumbuhan yang bersumber pada dana giro dan tabungan telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan kualitas dana pihak ketiga dimana pada akhir tahun 2010 komposisi giro dan tabungan terhadap total dana pihak ketiga mencapai 75,5%, meningkat dari 73,3% pada akhir tahun Pencapaian tersebut merupakan hasil dari upaya BCA untuk selalu memprioritaskan kenyamanan transaksi dan memberikan nilai tambah dalam mendukung aktivitas transaksi, baik nasabah bisnis maupun individu. Layanan transaksi pembayaran yang andal telah memupuk kepercayaan nasabah sehingga memberikan BCA sumber dana pihak ketiga yang stabil. Dana Pihak Ketiga 31 Desember Desember 2009 Naik / (turun) Suku Bunga Rata-rata miliar Rupiah Komposisi miliar Rupiah Komposisi miliar Rupiah Giro ,1% ,1% ,9% % Naik/ (turun) Rupiah ,0% ,5% ,8% 1,7% 1,8% -0,2% Valuta Asing ,1% ,6% ,6% 0,4% 1,3% -0,9% Tabungan ,4% ,2% ,6% Rupiah ,8% ,8% ,2% 2,4% 2,8% -0,4% Valuta Asing ,6% ,4% ,5% 0,4% 1,9% -1,5% Jumlah Dana Rekening Transaksional ,5% ,3% ,6% Deposito ,5% ,7% ,0% Rupiah ,6% ,7% ,0% 5,7% 7,0% -1,3% Valuta Asing ,9% ,0% (1.825) -18,7% 0,7% 2,3% -1,6% Jumlah Dana Pihak Ketiga ,0% ,0% ,2% Rupiah ,4% ,0% ,7% 3,1% 3,6% -0,5% Valuta Asing ,6% ,0% ,9% 0,5% 1,8% -1,3% EKUITAS Total ekuitas meningkat sebesar 22,4% dari Rp 27,9 triliun menjadi Rp 34,1 triliun pada akhir tahun 2010, sejalan dengan peningkatan laba bersih BCA pada tahun Permodalan BCA berhasil dijaga dan berada pada level yang cukup sehat dengan rasio kecukupan modal / kewajiban penyediaan modal minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR), dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, tercatat sebesar 13,5% (tidak konsolidasi) pada akhir tahun 2010, lebih tinggi dari persyaratan minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Laporan Tahunan BCA

130 introduction business review business support Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum maupun Surat Edaran Bank Indonesia no. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009, CAR harus memperhitungkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko operasional dimana pada tahap awal dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID). ATMR untuk risiko operasional dengan menggunakan PID dihitung sebesar 12,5 x beban modal risiko operasional. Adapun beban modal untuk risiko operasional adalah 15% dari rata-rata penjumlahan Pendapatan Bruto (gross income) tahunan selama 3 tahun terakhir yang positif. Faktor pengali sebesar 15% diterapkan efektif mulai 1 Januari 2011 dan sebagai masa transisi pada semester I 2010 digunakan faktor pengali 5% dan pada semester II 2010 digunakan faktor pengali 10%. Dengan demikian perhitungan beban modal Risiko Operasional dalam perhitungan CAR posisi 31 Desember 2010 adalah 10% dari rata-rata penjumlahan Pendapatan Bruto (gross income) tahunan selama 2007, 2008 dan Informasi lebih detail mengenai perhitungan CAR dapat dilihat dalam catatan 36 Laporan Keuangan BCA tahun 2010 halaman Pada akhir tahun 2010, Bank memiliki modal inti sebesar Rp 25,9 triliun meningkat 19,6% dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 21,7 triliun. Sementara itu modal pelengkap tercatat sebesar Rp 1,8 triliun pada akhir tahun 2010 dibandingkan dengan Rp 1,2 triliun pada akhir tahun ATMR BCA pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar Rp 205,3 triliun, meningkat 37,8% dari posisi akhir tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan portofolio kredit serta adanya ATMR untuk risiko operasional yang dihitung berdasarkan PID sebesar 12,5 x beban modal risiko operasional seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. LIKUIDITAS DAN RISIKO NILAI TUKAR BCA memiliki posisi likuiditas yang memadai dengan secondary reserves sebesar Rp 75,2 triliun pada akhir tahun Secondary reserves tersebut terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia, Penempatan lainnya pada Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank lain. Secondary Reserve (dalam miliar Rupiah) Setifikat Bank Indonesia Penempatan Lainnya pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain 6,3% 2,9% 90,8% ,719 17,5% 47,719 67,7% 14,8% Komposisi aktiva dalam denominasi mata uang asing adalah sebesar 11,3% terhadap total aktiva sedangkan komposisi kewajiban dalam denominasi mata uang asing adalah sebesar 11,9% terhadap total kewajiban. Per 31 Desember 2010, Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat sebesar 1,0% dibandingkan dengan 0,3% pada akhir tahun 2009, jauh di bawah persyaratan maksimum Bank Indonesia yang sebesar 20%. Dengan demikian, risiko nilai tukar yang dihadapi oleh BCA relatif kecil. Informasi lebih detail mengenai PDN dapat dilihat dalam catatan 35 Laporan Keuangan Konsolidasi hasil audit BCA tahun 2010 halaman Laporan Tahunan BCA 2010

131 governance review financial review corporate data RASIO-RASIO KEUANGAN 1 (tidak konsolidasi) 31 Desember Desember 2009 Rasio Kinerja 1. Kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) 2 13,5% 15,3% 2. Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah 0,4% terhadap total aset produktif dan aset non produktif 3. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif 0,5% 0,4% 4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan 1,9% terhadap aset produktif 5. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) - gross 0,6% 0,7% 6. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) - net 0,2% 0,1% 7. Tingkat Pengembalian atas Aktiva (Return on Asset - ROA) 3,5% 3,4% 8. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity - ROE) 33,3% 31,8% 9. Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin - NIM) 5,3% 6,4% 10. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 64,3% 68,7% 11. Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio - LDR) 55,2% 50,3% Kepatuhan (Compliance) 1. a. Persentase Pelanggaran BMPK i. Pihak Terkait 0,0% 0,0% ii. Pihak Tidak Terkait 0,0% 0,0% b. Persentase Pelampauan BMPK i. Pihak Terkait 0,0% 0,0% ii. Pihak Tidak Terkait 0,0% 0,0% 2. Giro Wajib Minimum (GWM) a. GWM Utama Rupiah 8,2% 5,2% b. GWM Valuta Asing 1,2% 3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara keseluruhan 1,0% 0,3% 1 Rasio per 31 Desember 2010 disajikan sesuai dengan Surat Edaran BI No. 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010, sedangkan Rasio per 31 Desember 2009 disajikan sesuai dengan SE BI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret KPMM per 31 Desember 2010 memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar; sedangkan KPMM per 31 Desember 2009 hanya memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar Laporan Tahunan BCA

132 introduction business review business support Tanggung Jawab atas Pelaporan Tahunan Laporan Tahunan ini serta laporan keuangan dan informasi lain yang terkait, merupakan tanggung jawab Manajemen PT Bank Central Asia Tbk dan telah disetujui oleh Anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan membubuhkan tanda tangannya masing-masing di bawah ini. Dewan Komisaris Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris Tonny Kusnadi Komisaris Cyrillus Harinowo Komisaris Independen Raden Pardede Komisaris Independen Sigit Pramono Komisaris Independen Direksi Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja Wakil Presiden Direktur Dhalia Mansor Ariotedjo Direktur Anthony Brent Elam Direktur Suwignyo Budiman Direktur Subur Tan Direktur Renaldo Hector Barros Direktur Henry Koenaifi Direktur Armand Wahyudi Hartono Direktur 130 Laporan Tahunan BCA 2010

133 PT Bank Central Asia Tbk dan anak perusahaan Laporan keuangan konsolidasi beserta laporan auditor independen tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Laporan Tahunan BCA

134 132 Laporan Tahunan BCA 2010

135 Laporan Tahunan BCA

136 134 Laporan Tahunan BCA 2010

137 Laporan Tahunan BCA

138 136 Laporan Tahunan BCA 2010

139 Laporan Tahunan BCA

140 138 Laporan Tahunan BCA 2010

141 Laporan Tahunan BCA

142 140 Laporan Tahunan BCA 2010

143 Laporan Tahunan BCA

144 142 Laporan Tahunan BCA 2010

145 Laporan Tahunan BCA

146 144 Laporan Tahunan BCA 2010

147 Laporan Tahunan BCA

148 146 Laporan Tahunan BCA 2010

149 Laporan Tahunan BCA

150 148 Laporan Tahunan BCA 2010

151 Laporan Tahunan BCA

152 150 Laporan Tahunan BCA 2010

153 Laporan Tahunan BCA

154 152 Laporan Tahunan BCA 2010

155 Laporan Tahunan BCA

156 154 Laporan Tahunan BCA 2010

157 Laporan Tahunan BCA

158 156 Laporan Tahunan BCA 2010

159 Laporan Tahunan BCA

160 158 Laporan Tahunan BCA 2010

161 Laporan Tahunan BCA

162 160 Laporan Tahunan BCA 2010

163 Laporan Tahunan BCA

164 162 Laporan Tahunan BCA 2010

165 Laporan Tahunan BCA

166 164 Laporan Tahunan BCA 2010

167 Laporan Tahunan BCA

168 166 Laporan Tahunan BCA 2010

169 Laporan Tahunan BCA

170 168 Laporan Tahunan BCA 2010

171 Laporan Tahunan BCA

172 170 Laporan Tahunan BCA 2010

173 Laporan Tahunan BCA

174 172 Laporan Tahunan BCA 2010

175 Laporan Tahunan BCA

176 174 Laporan Tahunan BCA 2010

177 Laporan Tahunan BCA

178 176 Laporan Tahunan BCA 2010

179 Laporan Tahunan BCA

180 178 Laporan Tahunan BCA 2010

181 Laporan Tahunan BCA

182 180 Laporan Tahunan BCA 2010

183 Laporan Tahunan BCA

184 182 Laporan Tahunan BCA 2010

185 Laporan Tahunan BCA

186 184 Laporan Tahunan BCA 2010

187 Laporan Tahunan BCA

188 186 Laporan Tahunan BCA 2010

189 Laporan Tahunan BCA

190 188 Laporan Tahunan BCA 2010

191 Laporan Tahunan BCA

192 190 Laporan Tahunan BCA 2010

193 Laporan Tahunan BCA

194 192 Laporan Tahunan BCA 2010

195 Laporan Tahunan BCA

196 194 Laporan Tahunan BCA 2010

197 Laporan Tahunan BCA

198 196 Laporan Tahunan BCA 2010

199 Laporan Tahunan BCA

200 198 Laporan Tahunan BCA 2010

201 Laporan Tahunan BCA

202 200 Laporan Tahunan BCA 2010

203 Laporan Tahunan BCA

204 202 Laporan Tahunan BCA 2010

205 Laporan Tahunan BCA

206 204 Laporan Tahunan BCA 2010

207 Laporan Tahunan BCA

208 206 Laporan Tahunan BCA 2010

209 Laporan Tahunan BCA

210 208 Laporan Tahunan BCA 2010

211 Laporan Tahunan BCA

212 210 Laporan Tahunan BCA 2010

213 Laporan Tahunan BCA

214 212 Laporan Tahunan BCA 2010

215 Laporan Tahunan BCA

216 214 Laporan Tahunan BCA 2010

217 Laporan Tahunan BCA

218 216 Laporan Tahunan BCA 2010

219 Laporan Tahunan BCA

220 218 Laporan Tahunan BCA 2010

221 Laporan Tahunan BCA

222 220 Laporan Tahunan BCA 2010

223 Laporan Tahunan BCA

224 222 Laporan Tahunan BCA 2010

225 Laporan Tahunan BCA

226 224 Laporan Tahunan BCA 2010

227 Laporan Tahunan BCA

228 226 Laporan Tahunan BCA 2010

229 Laporan Tahunan BCA

230 228 Laporan Tahunan BCA 2010

231 Laporan Tahunan BCA

232 230 Laporan Tahunan BCA 2010

233 Laporan Tahunan BCA

234 232 Laporan Tahunan BCA 2010

235 Laporan Tahunan BCA

236 234 Laporan Tahunan BCA 2010

237 Laporan Tahunan BCA

238 236 Laporan Tahunan BCA 2010

239 Laporan Tahunan BCA

240 238 Laporan Tahunan BCA 2010

241 Laporan Tahunan BCA

242 240 Laporan Tahunan BCA 2010

243 Laporan Tahunan BCA

244 242 Laporan Tahunan BCA 2010

245 Laporan Tahunan BCA

246 244 Laporan Tahunan BCA 2010

247 Laporan Tahunan BCA

248 246 Laporan Tahunan BCA 2010

249 Laporan Tahunan BCA

250 248 Laporan Tahunan BCA 2010

251 Laporan Tahunan BCA

252 250 Laporan Tahunan BCA 2010

253 Laporan Tahunan BCA

254 252 Laporan Tahunan BCA 2010

255 Laporan Tahunan BCA

256 254 Laporan Tahunan BCA 2010

257 Laporan Tahunan BCA

258 256 Laporan Tahunan BCA 2010

259 Laporan Tahunan BCA

260 258 Laporan Tahunan BCA 2010

261 Laporan Tahunan BCA

262 260 Laporan Tahunan BCA 2010

263 Laporan Tahunan BCA

264 262 Laporan Tahunan BCA 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan

265 Data Perusahaan Laporan Tahunan BCA

266 introduction business review business support Struktur Organisasi Per 31 Desember 2010 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Asset & Liability Committee (ALCO) Komite Kebijakan Perkreditan Komite Kredit Komite Manajemen Risiko WAKIL PRESIDEN DIREKTUR Komite Pengarah Teknologi Informasi Komite Pertimbangan DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR Kasus Kepegawaian BISNIS CABANG JARINGAN DAN OPERASI PERBANKAN INDIVIDUAL Bisnis Kecil dan Menengah Pengembangan Dana dan Jasa Cash Management Jaringan dan Hubungan Nasabah Perencanaan Wilayah Pembinaan Operasi dan Layanan Operasi Pembayaran Domestik Operasi Perbankan Elektronik Tresuri Perbankan Internasional Operasi Perdagangan & Pembayaran Internasional Operasional Wilayah dan Cabang Manajemen Risiko Perbankan Cabang Kredit Konsumer (Kartu Kredit, KPR, KKB) Wealth Management Pendukung Pemasaran Perbankan Individu Pendukung Bisnis Perbankan Individu SBU PERBANKAN CABANG SBU PERBANKAN INDIVIDUAL 264 Laporan Tahunan BCA 2010

267 governance review financial review corporate data DEWAN KOMISARIS DIREKSI Komite Remunerasi dan Nominasi PRESIDEN DIREKTUR Komite Pemantau Risiko Komite Audit DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR PERBANKAN KORPORASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI OPERASI KEPATUHAN Bisnis Korporasi & Corporate Finance Operasional Cabang Korporasi Manajemen Risiko (bank wide) Analisa Risiko Kredit Penyelamatan Kredit Teknologi Informasi Enterprise Security Strategi dan Desain Operasi Sumber Daya Manusia Pengembangan dan Pelatihan Logistik dan Gedung Hukum dan Kepatuhan Audit Internal Perencanaan Perusahaan Keuangan dan Akuntansi Sekretariat Perusahaan garis pelaporan/ tanggung jawab garis koordinasi SBU PERBANKAN KORPORASI PENDUKUNG PERUSAHAAN garis pengawasan Laporan Tahunan BCA

268 introduction business review business support Profil Dewan Komisaris Eugene Keith Galbraith Presiden Komisaris Eugene Keith Galbraith menjabat sebagai Presiden Komisaris BCA sejak 20 Mei Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Bank NISP Tbk ( ), Chairman Asiawise.com dari 1999 sampai 2001, Managing Director ABN-AMRO Asia Securities ( ) dan sebagai Presiden Direktur pada HG Asia Indonesia ( ). Selain itu beliau juga pernah menjadi penasihat Departemen Keuangan ( ) dan penasihat perencanaan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia ( ). Beliau meraih gelar BA dibidang Filosofi (1974), gelar M. Phil dibidang Sejarah Ekonomi (1978) dan gelar PhD dibidang Antropologi (1983) dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat. Tonny Kusnadi Komisaris Tonny Kusnadi menjabat sebagai Komisaris BCA sejak 25 Juni Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Direktur di PT Cipta Karya Bumi Indah ( ) setelah sebelumnya menempati posisi sebagai Komisaris. Selain itu, beliau pernah memangku berbagai jabatan manajerial di beberapa perusahaan lain, antara lain sebagai Presiden Direktur di PT Sarana Kencana Mulya ( ), Chief Manager Corporate Banking di PT Bank Central Asia ( ), General Manager di PT Tamara Indah ( ) dan General Manager di PT Indomobil (1987). Beliau meraih gelar Insinyur dari Universitas Brawijaya, Malang, jurusan Teknik Mesin. Cyrillus Harinowo Komisaris Independen Cyrillus Harinowo menjabat sebagai Komisaris Independen BCA sejak 25 Juni Saat ini beliau juga menjadi Komisaris Independen di PT Unilever Indonesia sejak Sebelum bergabung dengan BCA, beliau berkarya di Bank Indonesia (BI) selama kurang lebih dua puluh lima tahun, antara lain sebagai Kepala Urusan Pasar Uang dan Giralisasi dan Urusan Operasi Pengendalian Moneter ( ), pejabat setingkat Direktur. Selain itu beliau pernah menjadi Alternate Executive Director dan Technical Assistance Advisor di Monetary and Exchange Affairs Department di International Monetary Fund (IMF), Washington ( ). Selama beberapa periode beliau menjadi anggota delegasi sidang Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI) dan Consultative Group for Indonesia (CGI), serta sidang tahunan IMF dan Bank Dunia. Beliau juga pernah menjabat berbagai jabatan manajerial di pemerintahan dan nonpemerintahan, dan pernah menjabat sebagai Staf Menteri Perdagangan ( ). Beliau aktif sebagai staf pengajar di beberapa universitas terkemuka di Jakarta, serta menjadi pembicara dan penulis artikel di seminar-seminar maupun forum-forum di dalam dan di luar negeri serta media massa. Beliau menulis buku tentang hutang publik Indonesia (2002), tentang IMF (2004) dan buku Musim Semi Perekonomian Indonesia (2005). Beliau menyandang gelar Doktorandus dibidang Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada (1977). Beliau meraih gelar Master Development Economics, Center for Development Economics dari Williams College, Massachusetts (1981), dan Doktor Moneter dan Ekonomi Internasional (1985) dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat. 266 Laporan Tahunan BCA 2010

269 governance review financial review corporate data Raden Pardede Komisaris Independen Raden Pardede menjabat sebagai Komisaris Independen BCA sejak 15 Mei Beliau menjabat sebagai Komisaris BCA sejak 6 Mei Komisaris Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dari 2008 sampai 2009 setelah sebelumnya menjabat Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset ( ). Selain itu beliau pernah memangku berbagai jabatan di beberapa perusahaan dan pemerintahan, antara lain anggota Komite Ekonomi Nasional sejak tahun 2010, staf khusus Menteri Keuangan ( ), Ketua Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Indonesia ( ), staf khusus Menko Perekonomian RI ( ), Direktur Eksekutif PT Danareksa ( ), Wakil Koordinator Tim Asistensi Menteri Keuangan RI ( ), Chief Economist dan Kepala Divisi PT Danareksa ( ), Pendiri Danareksa Research Institute (1995), konsultan di World Bank ( ), Staf Perencanaan di Departemen Perindustrian RI ( ), dan Process Engineer di PT Pupuk Kujang/ Fertillizer Industry (1985). Beliau adalah pengajar tamu di Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia dan Prasetiya Mulya Business School. Beliau meraih gelar Insinyur dari ITB, Bandung, jurusan Teknik Kimia (1984) dan gelar PhD pada bidang Ekonomi (1995) diperoleh dari Boston University, Amerika Serikat. Sigit Pramono Komisaris Independen Sigit Pramono menjabat sebagai Komisaris Independen BCA sejak 20 Agustus Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Negara Indonesia ( ). Beliau juga pernah memangku berbagai posisi penting di beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya, diantaranya sebagai Direktur Utama Bank Internasional Indonesia ( ), Senior Vice President of Credit Recovery Bank Mandiri ( ), Head of Loan Workout Division Bank Mandiri (1999), Head of Loan Remedial Division Bank Exim ( ), Head of Loan Syndication Departement Bank Exim ( ), Vice President Director Merincorp (Merchant Investment Corporation) ( ), dan sebagai Direktur Exim Leasing ( ). Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Diponegoro (1983) dan MBA dalam bidang International Business Management dari Prasetiya Mulya Business School (1995). Laporan Tahunan BCA

270 introduction business review business support Profil Direksi Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur Djohan Emir Setijoso menjabat sebagai Presiden Direktur BCA sejak tanggal 29 Desember Beliau bertanggung jawab atas audit dan corporate affairs sekaligus menangani perencanaan dan pengendalian keuangan. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau pernah memangku berbagai jabatan manajerial termasuk Direktur Pengelola pada Bank Rakyat Indonesia ( ) dan Komisaris Utama pada Inter Pacific Bank ( ). Beliau adalah lulusan Institut Pertanian Bogor. Jahja Setiaatmadja Wakil Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja menjabat sebagai Direktur BCA sejak tanggal 29 Desember 1999 dan ditunjuk menjadi Wakil Presiden Direktur sejak tanggal 26 Mei Beliau bertanggung jawab atas Perbankan Cabang, Divisi Tresuri, Divisi Perbankan Internasional, dan kantor-kantor perwakilan di luar negeri. Beliau memangku berbagai jabatan manajerial di BCA sejak tahun Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Direktur Keuangan pada Indomobil ( ) dan memangku berbagai jabatan manajerial sejak 1980 sebelum meninggalkan Grup Kalbe Farma pada tahun 1989 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Keuangan. Beliau memulai karir di tahun 1979 sebagai akuntan pada perusahaan akuntan (PriceWaterhouse). Beliau memperoleh gelar sarjana dalam bidang Akuntansi dari Universitas Indonesia. Dhalia Mansor Ariotedjo Direktur Dhalia Mansor Ariotedjo menjabat sebagai Direktur BCA sejak 5 Juni Beliau bertanggung jawab atas Grup Bisnis Korporasi dan Corporate Finance. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau memangku berbagai jabatan manajerial puncak di Citibank, N.A. di Kuala Lumpur dan Jakarta ( ) dan di Chase Manhattan Bank, Jakarta ( ), termasuk sebagai Vice President, Kepala Bagian Lembaga Keuangan, Sektor Pemerintah dan Corporate Trust pada Chase Manhattan Bank, Jakarta ( ), Vice President Corporate Banking Group pada bank yang sama ( ), Vice President, Investment Banking Group, JP Morgan Chase, Jakarta ( ). Beliau memperoleh gelar MBA dalam bidang Keuangan dari George Washington University, Washington DC, Amerika Serikat. 268 Laporan Tahunan BCA 2010

271 governance review financial review corporate data Anthony Brent Elam Direktur Anthony Brent Elam menjabat sebagai Direktur BCA sejak 20 Mei Beliau bertanggung jawab atas Manajemen Risiko dan Penyelamatan Kredit. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Staf Ahli Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), sebagai advisor pada PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia ( ), sebagai Vice President pada Dieng Djaya ( ), dan sebagai Vice President Citibank ( ). Beliau adalah lulusan dari Georgetown University dan memperoleh gelar MBA bidang Keuangan dan Bisnis Internasional dari New York University, Amerika Serikat. Suwignyo Budiman Direktur Suwignyo Budiman menjabat sebagai Direktur BCA sejak 20 Mei Beliau bertanggung jawab atas Bisnis Perbankan Cabang yang meliputi Divisi Bisnis Kecil dan Menengah, Divisi Pengembangan Dana dan Jasa, dan Cash Management. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau memulai karirnya sebagai Sistem Analis di Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak tahun 1975 dan kemudian memangku berbagai posisi manajerial termasuk Kepala Divisi Teknologi ( ), Staf Khusus Direksi ( ), Pemimpin Wilayah Palembang ( ) dan Kepala Divisi Operasional ( ). Jabatan terakhir beliau adalah Pemimpin Wilayah BRI Jawa Tengah. Selain itu beliau pernah ditugaskan sebagai anggota Tim Kuasa Direksi di BCA (Mei 1998-Juli 1998). Beliau meraih gelar MBA dari University of Arizona, Amerika Serikat. Laporan Tahunan BCA

272 introduction business review business support Subur Tan Direktur Subur Tan menjabat sebagai Direktur BCA sejak 20 Mei Beliau bertanggung jawab atas Divisi Sumber Daya Manusia, Divisi Pelatihan dan Pengembangan, Divisi Logistik, serta Hukum dan Kepatuhan. Sejak bergabung dengan BCA di tahun 1986, beliau telah memangku beberapa jabatan manajerial termasuk sebagai Kepala Bidang Kredit Kantor Pusat Operasional ( ), Kepala Biro Hukum ( ) dan Wakil Kepala Divisi Hukum ( ) dengan posisi terakhir sebagai Kepala Satuan Kerja Hukum. Beliau menyelesaikan pendidikan terakhirnya dalam program spesialisasi Notariat Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Renaldo Hector Barros Direktur Renaldo Hector Barros menjabat sebagai Direktur sejak 8 Februari 2008 setelah sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Independen BCA dari tahun 2003 hingga Beliau bertanggung jawab terhadap Strategi dan Desain Operasi, Teknologi Informasi dan Enterprise Security. Sebelumnya, beliau berprofesi sebagai Independent Consultant dengan spesialisasi dibidang sistem operasional perbankan dan teknologi informatika. Beliau pernah menangani proyek konsultasi sistem perbankan di BCA selama beberapa periode ( , ). Proyekproyek konsultasi lainnya adalah di Lighthouse Management Consulting (2000) dan di Bank of the Orient, San Francisco (1991). Beliau pernah memangku berbagai posisi manajerial antara lain sebagai Senior Vice President/Chief Operations Officer di United Savings Bank ( ), Regional Vice President di Bank of California ( ). Beliau memulai karir di Crocker National Bank, San Francisco setelah lulus terbaik pada program pelatihan Bank Officer. Setelah lulus dari San Jose State University tahun 1963, beliau meneruskan pendidikannya di berbagai institusi keuangan dan perbankan, terakhir di Pacific Coast Banking School, Seattle, WA, Amerika Serikat (1973). 270 Laporan Tahunan BCA 2010

273 governance review financial review corporate data Henry Koenaifi Direktur Henry Koenaifi menjabat sebagai Direktur BCA sejak 13 Februari 2008 dan bertanggung jawab atas Individual Banking BCA yang terdiri dari Unit Bisnis Kredit Konsumer, Unit Bisnis Kartu Kredit, serta Wealth Management. Selain itu beliau juga mensupervisi anak perusahaan BCA yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor, PT BCA Finance. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT BCA Finance ( ), Koordinator Tim Pengelola PT Bank Bali Tbk dan anggota Tim Pengelola Bank Jaya pada saat kedua bank tersebut diambil alih oleh BPPN ( ). Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Executive Director PT Bank Ciputra ( ) dan Commercial Banking Director pada Bank Tiara Asia Tbk ( ). Beliau memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Katholik Parahyangan (1984) dan melanjutkan pendidikannya pada Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) pada tahun Selanjutnya beliau menyelesaikan pendidikannya dan memperoleh gelar MBA dari Monash University, Melbourne, Australia pada tahun Armand Wahyudi Hartono Direktur Armand Wahyudi Hartono menjabat sebagai Direktur sejak 14 September Beliau bertanggung jawab atas Operasional dan Pengembangan Jaringan. Beliau menjabat sebagai Kepala Perencanaan dan Pembinaan Wilayah BCA dari tahun 2004 hingga Sebelum bergabung dengan BCA, beliau pernah memangku berbagai jabatan manajerial pada PT Djarum dari tahun 1998 hingga 2004 dengan beberapa posisi sebagai Direktur Keuangan, Deputy Purchasing Director dan Kepala Sumber Daya Manusia. Beliau pernah menjadi analis pada Global Credit Research and Investment Banking, JP Morgan Singapura dari tahun 1997 hingga Beliau adalah lulusan California University, San Diego (1996) dan meraih gelar Master of Science di bidang Engineering Economic-System and Operation Research (1997) dari Stanford University, Amerika Serikat. Laporan Tahunan BCA

274 introduction business review business support Profil Komite Audit Cyrillus Harinowo Ketua Cyrillus Harinowo menjabat sebagai Ketua Komite Audit PT Bank Central Asia Tbk sejak tahun Saat ini beliau juga merangkap sebagai Komisaris Independen. Informasi lebih detail dapat dilihat pada bagian Profil Dewan Komisaris di halaman 266. Herman Yoseph Susmanto Anggota Herman Yoseph Susmanto menjabat sebagai Anggota Komite Audit BCA sejak 15 Juli Sebelum bergabung dengan BCA, beliau berkarya di Bank Indonesia (BI) selama kurang lebih dua puluh enam tahun, antara lain sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia London ( ), Direktur Direktorat Pengedaran Uang ( ) dengan posisi terakhir sebagai Staf Ahli Dewan Gubernur ( ). Selain itu beliau juga pernah menjadi pembicara pada International Currency Conference, Venlo, The Netherlands (2000) dan International Polymer Symposium, Melbourne, Australia (1999). Beliau aktif sebagai pengajar di beberapa universitas di Jakarta ( sekarang). Setelah menyelesaikan strata satu di jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1976), beliau meraih gelar Master of Business Management dari Asian Institute of Management, Manila, Filipina (1983). 272 Laporan Tahunan BCA 2010

275 governance review financial review corporate data Rodulphus Aquaviva Supriyono Anggota Rodulphus Aquaviva Supriyono menjabat sebagai Anggota Komite Audit BCA sejak 28 Juni Sejak tahun 1976 beliau menjadi Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dengan jabatan terakhir sebagai Guru Besar (Profesor) Golongan IVD. Beliau juga menjadi Dosen pada Program Doktor dan Program Magister pada beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan Yogyakarta. Beliau juga sebagai penulis buku di bidang Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen, Sistem Pengendalian Manajemen, Manajemen Biaya, Manajemen Strategik, dan Akuntansi Keuangan serta beberapa kali memperoleh penghargaan sebagai penulis buku terbaik. Pengalamannya sebagai akuntan publik dimulai tahun 1976 sampai tahun 1990 dengan bekerja sebagai staf pada Kantor Akuntan Hadori & Co. Pengalamannya sebagai konsultan dimulai tahun 1976 sampai sekarang dengan menjadi staf pada Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) dan Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) FEB UGM. Pengalamannya di bidang perbankan diperolehnya pada saat menjadi anggota Komite Audit dan anggota Dewan Pengawas pada suatu bank daerah. Beliau memperoleh gelar Doktorandus Ekonomi Jurusan Akuntansi dari FEB UGM (1976), Magister Ilmu Akuntansi dari Fakultas Pascasarjana UGM (1988), memperdalam Akuntansi Manajemen dan Auditing di the Ohio State University Amerika Serikat (1991), dan Doktor Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) (2003). Inawaty Handoyo Suwardi Anggota Inawaty Handoyo Suwardi menjabat sebagai anggota Komite Audit BCA sejak 25 November 2008, setelah berkarya di Divisi Audit Internal selama 28 tahun. Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Kepala Keuangan di PT Naintex ( ). Saat ini beliau masih menjadi pengajar dalam bidang auditing di Universitas Katolik Atma Jaya dan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Selain itu, beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) periode dan menjadi asesor untuk sertifikasi auditor internal bank yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP) di bawah Ikatan Bankir Indonesia (IBI). Sejak tahun 2010 beliau juga berperan sebagai konsultan (tenaga ahli) untuk berbagai proyek konsultasi yang dilaksanakan oleh UI Consulting dan Divisi Konsultasi Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), khususnya dalam bidang audit internal, manajemen risiko dan governance. Beliau memegang empat sertifikat profesi dalam bidang auditing yaitu Qualified Internal Auditor (QIA), Certified Internal Auditor (CIA), Certified Information System Auditor (CISA), dan Certified Financial Services Auditor (CFSA). Beliau meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan Bandung Jurusan Perusahaan/Manajemen (1976) dan Jurusan Akuntansi (1979) serta Magister Manajemen dari Prasetiya Mulya Business School Jakarta (2003). Laporan Tahunan BCA

276 introduction business review business support Profil Komite Pemantau Risiko Sigit Pramono Ketua Sigit Pramono menjabat sebagai Ketua Komite Pemantau Risiko PT Bank Central Asia Tbk sejak tahun Saat ini beliau juga merangkap sebagai Komisaris Independen. Informasi lebih detail dapat dilihat pada bagian Profil Dewan Komisaris di halaman 267. Andreas Eddy Susetyo Anggota Andreas Eddy Susetyo menjabat sebagai anggota Komite Pemantau Risiko BCA sejak 21 Juli Di awal karirnya, beliau bekerja di beberapa perusahaan di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi antara lain PT Daeng Brothers, PT Swadharma Duta Data, dan PT Mitra Info Konsultasi. Pada tahun 1995, beliau bergabung dengan Bank Niaga sebagai Group Head Information & Technology serta kemudian sebagai Direktur Operasional. Beliau kemudian berkarya di Bank Mandiri antara tahun 2000 dan 2006, berturut-turut menjabat sebagai Head of Information Technology, Executive Vice President (EVP) - Information Technology, dan Senior EVP - Chief Technology Officer. Sejak tahun 2006, beliau menjadi anggota The Asian Banker Technology Operation Council serta menjadi Senior Advisor di beberapa bank dan lembaga keuangan di Indonesia. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya pada tahun 1984 dan meraih gelar magister di bidang Manajemen dari Prasetiya Mulya Business School, Jakarta, tahun Endang Swasthika Wibowo Anggota Endang Swasthika Wibowo menjabat sebagai anggota Komite Pemantau Risiko sejak 28 Juni Beliau adalah akademisi dan peneliti dalam bidang manajemen risiko dan perbankan. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Kepala Program Magister Management Perbankan di ABFII, Perbanas, pelatih untuk Risk Management (Certified GARP BSMR), Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Perbanas ( ), Staf ahli bidang Ekuinbank di Badan Legislasi DPR-RI ( ), Komisaris PT Putera Lintas Kemas, Air Freight Forwarder Co ( ), Ketua Jurusan Manajemen, STIE Perbanas ( ). Beliau adalah lulusan Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta tahun 1985 dan meraih gelar Diploma dibidang Banking & Finance (1996) serta gelar Master dibidang Perbankan (1998) dari Monash University, Australia. 274 Laporan Tahunan BCA 2010

277 governance review financial review corporate data Profil Komite Remunerasi dan Nominasi Raden Pardede Ketua Raden Pardede menjabat sebagai Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi PT Bank Central Asia Tbk sejak tahun Saat ini beliau juga merangkap sebagai Komisaris Independen. Informasi lebih detail dapat dilihat pada bagian Profil Dewan Komisaris di halaman 267. Eugene Keith Galbraith Anggota Eugene Keith Galbraith menjabat sebagai anggota Komite Remunerasi dan Nominasi PT Bank Central Asia Tbk sejak tahun Saat ini beliau juga merangkap sebagai Presiden Komisaris. Informasi lebih detail dapat dilihat pada bagian Profil Dewan Komisaris di halaman 266. Lianawaty Suwono Anggota Lianawaty Suwono menjabat sebagai anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sejak 28 Juni Karirnya di BCA dimulai pada tahun 1991 sebagai trainee dalam Program Pengembangan Manajemen BCA dan kemudian ditunjuk sebagai Business Analyst ( ) di Divisi Sistem Informasi. Dalam perjalanan kariernya, beliau sempat menduduki berbagai macam posisi manajerial, seperti Kepala Urusan HR Operations Support ( ), Kepala Biro HR Operation System and Support ( ), Kepala Biro Management Development Program dan Kepala Biro Career Development ( ), Kepala Biro HR Resourcing and Development ( ), Wakil Kepala Divisi Sumber Daya Manusia ( ) dan sebagai Kepala Divisi Sumber Daya Manusia (2006-sekarang). Beliau adalah lulusan Business Information Computing Systems, San Francisco State University, California, USA. Laporan Tahunan BCA

278 introduction business review business support Profil Sekretaris Perusahaan Raymon Yonarto Sekretaris Perusahaan Raymon Yonarto menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan BCA sejak 1 Januari Beliau bergabung dengan BCA pada tahun 2005 sebagai Kepala Investor Relations. Sebelumnya, beliau bekerja pada Komite Kebijakan Sektor Keuangan sebagai Vice President antara tahun Beliau bekerja di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), menangani beberapa aktivitas restrukturisasi perbankan antara tahun , dengan posisi terakhir sebagai Vice President. Antara tahun , beliau bekerja sebagai banking analyst pada PT DBS Securities Indonesia dan bekerja di Departemen Akuntansi, Keuangan dan Audit Internal pada Modern Group antara tahun Beliau meraih gelar MBA dari Strathclyde University, United Kingdom. 276 Laporan Tahunan BCA 2010

Laporan Tahunan Membina Hubungan, Mendukung Pertumbuhan

Laporan Tahunan Membina Hubungan, Mendukung Pertumbuhan Laporan Tahunan 2011 Membina Hubungan, Mendukung Pertumbuhan Daftar Isi Pendahuluan 2 Cerita Nasabah Tentang BCA 6 Fokus Kegiatan Usaha BCA 8 Tonggak Sejarah 10 Ikhtisar Data Keuangan 13 Ikhtisar Saham

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bank XYZ Tbk.(Bank XYZ) didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank XYZ NV. Sejak berdiri hingga sekarang banyak hal yang telah dilalui

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

Laporan Tahunan. Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan

Laporan Tahunan. Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan 2009 Laporan Tahunan Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan Pendahuluan Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tata Kelola Perusahaan 2 Tonggak Sejarah 4 Ikhtisar Data Keuangan 7 Ikhtisar Saham

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN PT Bank Central Asia, Tbk. ( BCA ) merupakan perusahaan swasta nasional dengan kedudukan kantor pusat di Jalan Jenderal Sudirman kav. 22-23, Jakarta. Dalam laporan tahunan tahun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia 1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1955, NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

Laporan Direktur Utama

Laporan Direktur Utama Laporan Utama Utama 16 Laporan Tahunan Danamon 2007 Kami berhasil meraih kinerja yang sangat memuaskan di berbagai bidang... Pemegang Saham yang Terhormat, Dengan bangga saya laporkan bahwa dalam segala

Lebih terperinci

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA P.T. Tbk. PUBLIC EXPOSE Jakarta, 11 Juni 2014 1 PUBLIC EXPOSE Sekilas Tentang Perusahaan Struktur Kepemilikan Susunan Pengurus Jaringan Kantor Ikhtisar Keuangan Penetapan Penggunaan Laba Bersih Perseroan

Lebih terperinci

Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan

Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan Pendahuluan Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tata Kelola Perusahaan Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan TINJAUAN EKONOMI MAKRO INDONESIA TAHUN 2012 Perekonomian Indonesia tumbuh 6,2% di tahun 2012,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Bank Central Asia (BCA) secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

Sambutan Komisaris Utama

Sambutan Komisaris Utama Sambutan Komisaris Utama Bank Danamon mempertahankan posisinya sebagai salah satu bank dengan profitabilitas tertinggi di Indonesia pada tahun 2005. Sim Kee Boon, Komisaris Utama Pemegang Saham yang terhormat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk atau BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan menjadi bank pertama

Lebih terperinci

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan

Lebih terperinci

10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya

10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian 10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya 1. Acara Pertama Persetujuan atas Laporan Tahunan termasuk Laporan

Lebih terperinci

Laporan Direktur Utama

Laporan Direktur Utama 22 PT Bank Danamon Indonesia Tbk Laporan Tahunan 2008 Laporan Utama Pemegang Saham yang Terhormat, Tahun 2008 merupakan periode dengan banyak peristiwa yang menggoncangkan fondasi sektor keuangan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Bank Danamon Laporan Tahunan 2006 18 Laporan Direktur Utama Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Di tahun 2006 Bank Danamon memperingati ulang tahunnya yang ke-50 dan menjadi lebih kuat pada akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan investasi serta bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika merupakan awal dari terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Perbankan Korporasi. Tinjauan Bisnis. 04 Analisis dan Pembahasan Manajemen. 02 Laporan Manajemen. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan

Perbankan Korporasi. Tinjauan Bisnis. 04 Analisis dan Pembahasan Manajemen. 02 Laporan Manajemen. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 116 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis Perbankan Korporasi Laporan Tahunan 2016 06 Tanggung Jawab

Lebih terperinci

Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris

Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil Djohan Emir Setijoso Presiden Komisaris PT Bank Central Asia Tbk 05 Tata Kelola Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris 02 34 04 Analisis dan Pembahasan Laporan Tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya

Lebih terperinci

Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris

Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Djohan Emir Setijoso Presiden Komisaris 34 PT Bank Central Asia Tbk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan BAB I Latar Belakang 1.1 LATAR BELAKANG Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Didalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian 04 Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tinjauan Pada tahun 2016 BCA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

KONSOLIDASIAN Tidak Diaudit Diaudit Diaudit Tidak Diaudit Diaudit Diaudit 1 Jan 2014/ POS - POS. 1 Jan 2014/ 31 Mar Des 2014

KONSOLIDASIAN Tidak Diaudit Diaudit Diaudit Tidak Diaudit Diaudit Diaudit 1 Jan 2014/ POS - POS. 1 Jan 2014/ 31 Mar Des 2014 PT CENTRAL ASIA Tbk & ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KONSOLIDASIAN Pada tanggal 31 Maret 2015, 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014/31 Desember 2013 POS - POS KONSOLIDASIAN Tidak Diaudit

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk Direksi PT Bank Central Asia Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat

Lebih terperinci

Laporan Direksi. Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur. 03 Profil Perusahaan. 02 Laporan Manajemen. 07 Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan Direksi. Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur. 03 Profil Perusahaan. 02 Laporan Manajemen. 07 Laporan Keuangan Konsolidasian 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 02 03 Profil Laporan Direksi Jahja Setiaatmadja Presiden 22 PT Bank Central Asia Tbk 04 Analisis dan Pembahasan Laporan Tahunan 2016 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial

Lebih terperinci

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya Keunggulan kompetitif BCA lebih dari keterpaduan kekuatan basis nasabah yang besar, jaringan layanan yang luas maupun keragaman jasa dan produk perbankannya. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812

Lebih terperinci

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI 2. Melakukan pemantauan khusus terhadap: a. Risiko operasional, khususnya risiko Teknologi Informasi (TI) untuk memastikan bahwa risiko operasional bank terkendali, disamping itu melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia

Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia PT BANK CHINA CONSTRUCTION BANK INDONESIA TBK 1 Sekilas CCB Indonesia CCB Indonesia PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk ( CCB Indonesia ) adalah Bank Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk Direksi PT Bank Central Asia Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat (selanjutnya disebut Perseroan ), dengan ini memberitahukan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis perbankan nasional telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa kegagalan suatu bank pada akhirnya menjadi beban Negara. Rekapitalisasi melalui

Lebih terperinci

30 Sep Des Des Sep Des Des 2013

30 Sep Des Des Sep Des Des 2013 PT CENTRAL ASIA Tbk & ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KONSOLIDASIAN Pada tanggal 30 September 2015, 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014/31 Desember 2013 POS - POS KONSOLIDASIAN Tidak Diaudit

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL

2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan dalam memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin luas, menuntut perusahaan harus berpikir

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK NAMA : Alien Aprilian NPM

Lebih terperinci

Laporan Komisaris Utama

Laporan Komisaris Utama 12 PT Bank Danamon Indonesia Tbk Laporan Tahunan 2008 Laporan Pemegang Saham yang Terhormat, Perekonomian Indonesia mengalami berbagai dinamika perubahan selama tahun 2008. Tahun 2008 diawali secara positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah penting yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, juga sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia

Lebih terperinci

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id). PENJELASAN 1. Data yang digunakan dalam buku Data Perbankan Indonesia bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang dilaporkan oleh Bank Umum kepada Bank Indonesia, kecuali dinyatakan lain. 2. Data

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero BAB IV GAMBARAN UMUM A. Bank Persero Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada unsur kepercayaan, memiliki tugas pokok sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1. Pendahuluan BCA saat ini telah menjadi salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia. Hampir sebagian besar nasabah bank nasional menjadi nasabah Tahapan BCA. Kisah kesuksesan

Lebih terperinci

Public Expose PT BANK SINARMAS TBK. Jakarta, 23 Desember 2011

Public Expose PT BANK SINARMAS TBK. Jakarta, 23 Desember 2011 Public Expose PT BANK SINARMAS TBK Jakarta, 23 Desember 2011 Agenda KONDISI MAKRO EKONOMI PROFIL PT BANK SINARMAS TBK KINERJA KEUANGAN PENGHARGAAN DAN PRESTASI PERISTIWA PENTING Kondisi Makro Ekonomi Perbandingan

Lebih terperinci

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Ini mengingat, kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan perekonomian

Lebih terperinci

14,87% 17,43% 17,97% 13,69%

14,87% 17,43% 17,97% 13,69% Laporan Tahunan 2013 BANK KALBAR Pembukaan Opening Ikhtisar Data Keuangan Penting Financial Highlights Laporan Dewan Komisaris dan Direksi Report from the Board of Commissioners and Directors Profil Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan cara meningkatkan pendapatan melalui kegiatan perekonomian. Peningkatan ini membutuhkan suatu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

Standard Chartered Bank Plc cetak rekor laba operasional di paruh pertama, naik 10% ke USD3,12 milyar

Standard Chartered Bank Plc cetak rekor laba operasional di paruh pertama, naik 10% ke USD3,12 milyar Standard Chartered Bank Plc cetak rekor laba operasional di paruh pertama, naik 10% ke USD3,12 milyar Momentum bisnis yang kuat serta pencapaian rekor kinerja yang konsisten Ringkasan: Laba Group meningkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan merupakan industri yang paling mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana masyarakat maupun

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum. No.6/44/DPNP Jakarta, 22 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 tanggal 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanjakan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan

BAB I PENDAHULUAN. memanjakan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya perekonomian Indonesia, sektor jasa memiliki potensi dan prospek yang cerah di masa depan. Banyak jenis jasa yang masih bisa digali dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Bank UOB Buana (UOB Buana) didirikan dengan nama PT Bank Buana Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1956. Bank Buana Indonesia memperoleh ijin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci