BAB I PROFIL PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PROFIL PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1. Pendahuluan BCA saat ini telah menjadi salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia. Hampir sebagian besar nasabah bank nasional menjadi nasabah Tahapan BCA. Kisah kesuksesan BCA sebagai bank swasta nasional yang paling banyak memiliki nasabah tidak dapat terlepas dari keberhasilan salah satu produknya yakni Tahapan BCA. Berkat Tahapan BCA-nya, bank ini mendominasi perbankan konsumer (consumer banking) di Indonesia. Dengan produk Tahapan BCA-nya, BCA mampu menjanjikan kenyamanan dalam menyimpan uang di bank sekaligus memanfaatkan program gebyar hadiah sebagai ajang promosi untuk menarik nasabah. Di samping itu, dengan layanan jaringan Automated Teller Machine (ATM)-nya, BCA dapat meningkatkan keunggulannya dengan memberikan kemudahan dan keamanan kepada para nasabah baik dalam hal penarikan uang tunai maupun transfer antar rekening. Keberhasilan BCA di dunia perbankan tidak hanya ditentukan oleh keunggulan produk maupun strategi pemasarannya yang jitu, tetapi juga ditentukan oleh keberadaan budaya perusahaan yang tepat dalam memenangkan kompetisi dunia perbankan yang semakin ketat. Perubahan ekonomi, politik, sosial demografi, teknologi, dan regulasi yang terjadi dapat memicu terciptanya persaingan global dalam segala bidang, termasuk perbankan. Hal ini dapat diantisipasi dengan keberadaan budaya perusahaan yang mampu mendukung visi, misi, strategi, proses bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik sumber daya perusahaan, sehingga dapat tercipta competitive advantage baik untuk sekarang maupun untuk masa yang akan datang Sejarah Perusahaan Penulis memperoleh banyak informasi dan fakta tentang sejarah perusahaan yang terambil dari Laporan Tahunan BCA tahun 2005 dan buku Beyond Banking: Menguak Sukses BCA dalam Perbankan Konsumer di Indonesia. Adapun BCA resmi berdiri pada tanggal 21 Febuari 1957 di tengah-tengah situasi perbankan swasta nasional yang sudah mulai berkembang sejak tahun

2 Namun banyak bank swasta nasional yang didirikan dengan tujuan untuk menghimpun dana untuk kepentingan partai politik. Karena hal itulah, perkembangan perbankan swasta nasional saat itu banyak dipengaruhi unsur-unsur partai politik. Selain akibat pengaruh pendirian partai-partai politik, faktor pendorong yakni kebijakan Pemerintah Indonesia ikut mewarnai perkembangan perbankan swasta nasional. Peraturan pertama yang mengatur industri perbankan di Indonesia dikeluarkan oleh Presiden Soekarno yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No.1 Tahun Sejalan dengan diterbitkannya peraturan pemerintah tersebut, pemerintah merasa perlu untuk mendorong tumbuhnya bank-bank baru yang dipimpin oleh orang-orang Indonesia, dengan jalan memberikan pinjaman-pinjaman hingga sebesar Rp 2,5 juta sebagai persyaratan modal yang ditetapkan untuk mendirikan bank-bank baru. Seiring perjalanannya, bank-bank swasta nasional yang baru didirikan itu satu per satu mulai berguguran. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia saat itu pada umumnya lebih mempercayai bank-bank milik Belanda. Selain itu, pengelolaan bank-bank swasta nasional masih dikerjakan tanpa mengindahkan profesionalisme perbankan. Karena hal ini, Bank Indonesia sebagai bank sentral menjadi lebih selektif dalam melakukan pemberian persetujuan bagi penempatan para eksekutif bank-bank tersebut dengan memberikan perhatian lebih pada tingkat pendidikan dan pengalaman mereka. Situasi politik dalam negeri sangat kental mewarnai dunia perbankan saat itu. Politik nasionalisasi yang terjadi pada penghujung 1950-an mampu mempercepat proses pengelolaan bank-bank swasta nasional oleh bangsa Indonesia sendiri. Pendirian bank-bank juga diupayakan agar tidak terjadi hanya di wilayah perkotaan, namun juga di wilayah kabupaten dan pedesaan dalam rangka mewujudkan program dengan slogan Bank Berjuang. Namun, program Bank Berjuang itu mengalami kendala akibat pergolakan politik di tanah air. Kondisi perekonomian yang tidak kondusif seperti ditandai dengan tingginya angka inflasi menyebabkan keadaan moneter negara kita berada dalam masalah besar. Untuk 2

3 mengantisipasi masalah tersebut, maka pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah mengeluarkan uang baru Rp 1,- (satu rupiah) yang sama nilainya dengan Rp 1000,- (seribu rupiah) uang lama. Selain itu, untuk menghentikan laju inflasi, pemerintah juga mengedepankan peran perbankan nasional. Sejumlah kebijakan kemudian dikeluarkan untuk mendorong masyarakat berhenti membelanjakan uangnya dan kemudian menyimpannya di bank. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di tengah masyarakat, sehingga tingkat inflasi dapat lebih ditekan. Saat itu, masyarakat Indonesia pada umumnya belum banking-minded. Hal ini disebabkan karena daya tarik bank di mata nasabah kurang menarik. Selain itu, masyarakat Indonesia lebih memilih untuk membelanjakan uangnya dengan membeli barang-barang atau melakukan investasi dalam bentuk tanah. Akibatnya, perbankan Indonesia di era itu menjadi lebih fokus pada perbankan komersial daripada ke produk tabungan. Perkembangan bank swasta mengalami kemajuan yang tidak terlalu pesat. Hal ini mungkin disebabkan karena permasalahan yang ada, seperti kendala dari sisi regulasi dan karena faktor nasabah. Namun pada bulan November 1969, BI menggariskan kebijaksanaan baru di bidang pembinaan perbankan yang intinya ingin mendorong pertumbuhan perbankan swasta nasional, dan juga mendorong agar bank-bank yang kekurangan modal untuk melakukan merger. Pada bulan November 1968, pemerintah melalui bank-bank pemerintah melakukan upaya untuk memikat masyarakat agar menyimpan uangnya di bank melalui penawaran deposito berjangka satu tahun dengan bunga 6% per bulan. Langkah ini kemudian diikuti oleh bank-bank swasta dengan menawarkan deposito yang suku bunganya lebih tinggi, yakni 7,5% hingga 8% per tahun. Pemerintah juga membebaskan pajak bagi semua deposito beserta bunganya dengan harapan agar dana masyarakat dapat dimobilisasi secara besar-besaran untuk mendorong pemulihan ekonomi. Pada tahun 1970-an, perbankan nasional mulai pulih kembali. Mobilisasi dana masyarakat melalui berbagai produk perbankan juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. BI juga memprakarsai upaya mobilisasi dana dengan mendorong budaya menabung di tengah masyarakat 3

4 melalui produknya yakni: Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas), dan Tabungan Asuransi Berjangka (Taska) pada 20 Agustus Pada tahun 1974, dimulailah era modern perbankan nasional. BI secara terus menerus melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang ada agar kinerja dan kompetensi dalam bidang perbankan dapat semakin ditingkatkan. BI juga mendorong bank-bank swasta secara aktif untuk melakukan merger dengan menjanjikan status bank devisa bagi yang memernuhi persyaratan manajemen dan operasionalnya. Selain itu, sejumlah bank swasta juga mulai mengadakan kerja sama dengan bank-bank asing khususnya dalam bidang sumber daya manusia. BCA mulai benar-benar berkembang pada tahun Tokoh-tokoh seperti Sudomo Salim yang merupakan pendiri Grup Salim, dan juga Mochtar Riady, yang di kemudian hari mengendalikan Grup Lippo miliknya, adalah orang-orang yang berjasa dalam membesarkan BCA. Di samping peran mereka, dua anak Presiden Soeharto, yakni Sigit Harjojudanto dan Siti Hardijanti Hastuti juga turut ambil bagian dalam kepemilikan saham BCA. Pada tahun 1977, BCA telah memperoleh izin untuk beroperasi sebagai bank devisa. BCA juga selanjutnya berhasil melampaui Panin Bank yang saat itu merupakan bank paling top di Indonesia. Dalam hal pengembangan produk, BCA adalah bank pertama di Indonesia yang mengelola dan mengedarkan kartu kredit. Produk kartu kredit ini dikelola oleh BCA Card Center yang didirikan pada tahun BCA melanjutkan peranannya dalam memelopori transaksi keuangan non tunai di Indonesia, melalui peluncuran kartu ATM BCA. Memasuki era 1980-an, BCA telah menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia di bawah pimpinan duo Abdullah Ali dan Mochtar Riady. Hal penting yang dilakukan manajemen saat itu adalah membenahi organisasi dan sistem kerja BCA. Pada masa-masa ini juga, BCA melakukan ekspansi hingga ke luar negeri seperti Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat. Pada periode 1980-an inilah lahir dua kebijakan deregulasi perbankan yang sangat penting, yaitu Paket Kebijakan Juni 1983 (Pakjun 1983) dan disusul oleh Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 1988). 4

5 Pada tahun 1997 hingga 1998, terjadi krisis ekonomi yang diawali oleh depresiasi yang sangat tajam dari mata uang baht Thailand pada 2 Juli 1997, yang kemudian juga menimpa mata uang rupiah Indonesia. Fluktuasi rupiah yang hebat ini menyebabkan banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam menentukan kalkulasi bisnis. Perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor paling merasakan imbas negatif dari depresiasi rupiah, karena mereka harus mengeluarkan ongkos produksi yang berkali-kali lipat lebih mahal daripada sebelumnya. Kondisi ini diperburuk dengan dilikuidasinya 16 bank pada November 1997 yang menyebabkan semakin hilangnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional. Mereka menjadi panik dan ramai-ramai menarik simpanan mereka dari bank-bank yang tidak dilikuidasi, termasuk BCA. Menghadapi berbagai tantangan krisis ekonomi pada saat itu, Pemerintah RI tidak tinggal diam. Pada tanggal 15 Januari 1998, Pemerintah Indonesia menandatangani memorandum bantuan dari IMF. Pemerintah juga mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk mengurus administrasi dari Program Penjaminan Pemerintah untuk menjamin kewajiban pembayaran bank-bank di Indonesia dan untuk mengurus restrukturisasi perbankan. Di tengah kondisi krisis ini, BCA mengalami penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah setelah terjadi kerusuhan massa di Jakarta pada Mei 1998 yang memaksa BCA untuk menerima bantuan likuiditas dari BI (BLBI) dengan total nilai sebesar Rp 6,6 triliun. Dan pada 28 Mei 1998, BCA ditempatkan di bawah pengawasan BPPN. Seiring dengan membaiknya krisis, kepercayaan masyarakat kepada BCA pun pulih kembali. Pada tahun 2000, BPPN melakukan divestasi 22,5% dari seluruh saham BCA melalui penawaran publik perdana, sehingga kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 70,3%. Setahun kemudian, BPPN melakukan penawaran publik kedua sebesar lembar saham BCA (10% dari total saham BCA). Kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 60,3%. Selanjutnya, pada tahun 2002, FarIndo Investments (Mauritius) mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement. Pada tahun 2004, BPPN melakukan divestasi atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas yang kemudian dilanjutkan oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dengan melakukan 5

6 divestasi 5,02% dari saham BCA pada tahun berikutnya. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik, dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial Pendirian Perusahaan BCA pada awalnya didirikan sebagai perusahaan tekstil yang berlokasi di Semarang dengan nama NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory pada tanggal 10 Agustus Modalnya saat itu sebesar Rp ,00 dengan jumlah pemegang saham empat orang, yaitu: Goenardi (54,70%), Soewandi (20%), Aminah Lubis (20%), dan Raden Ayu Sofijah (5,30%). Pada tanggal 21 Febuari 1957, BCA secara resmi menjadi sebuah bank ketika perusahaan ini mengubah namanya menjadi Bank Central Asia NV yang berlokasi di sebuah pusat perniagaan di Jakarta Barat. Tanggal inilah yang secara resmi dianggap merupakan hari kelahiran BCA Lingkup Bidang Usaha BCA bertekad untuk terus meningkatkan kualitas seluruh lini produk dan layanan perbankannya, dan melanjutkan upaya untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang perbankan transaksional dan pembiayaan, serta meningkatkan sistem dan struktur manajemen. Kesemuanya dilakukan dalam rangka memperkuat kemampuan BCA dalam memberi pelayanan yang lebih baik bagi seluruh nasabah dan berkembang bersama nasabah. Dilihat dari segi aktivitas perusahaan, bisnis inti (core business) yang sampai saat ini ditekuni secara konsisten adalah di bidang perbankan konsumer, perbankan komersial, perbankan korporasi, tresuri dan perbankan internasional. 6

7 A. Perbankan Konsumer Perbankan Konsumer berupaya untuk memberikan nilai tambah kepada nasabah melalui layanan pembayaran tagihan, penarikan tunai, dan fasilitas kartu debit yang diterima di ribuan gerai dan toko ritel di seluruh Indonesia. Produk dan layanan yang ditawarkannya adalah seperti Tahapan BCA, Debit BCA, Paspor BCA, Tunai BCA dan BCA Card. B. Perbankan Komersial Perbankan Komersial BCA mengambil peran aktif dalam pengembangan portofolio kredit khususnya melalui penyaluran kredit kepada perusahaan berskala kecil dan menengah yang merupakan kekuatan utama pendorong perekonomian nasional. Perusahaan-perusahaan tersebut sangat beragam, mulai dari skala mikro, kecil, menengah hingga komersial. Disamping memberikan kredit kepada perusahaan berskala kecil dan menengah, Perbankan Komersial juga secara aktif mengembangkan portofolio kredit konsumer, yang terdiri dari kredit kendaraan bermotor dan perumahan. Pengembangan kredit ini dilakukan secara langsung oleh kantor cabang BCA dan melalui metode program kerjasama pembiayaan dengan beberapa perusahaan pembiayaan. C. Perbankan Korporasi Pada tahun 2004 lalu, Perbankan Korporasi mulai menerapkan pendekatan baru untuk mendukung strategi bisnis. Strategi tersebut disusun berdasarkan upaya Perbankan Korporasi untuk mempererat hubungan dengan nasabah, memahami berbagai kebutuhan finansial mereka, serta menawarkan solusi inovatif dan menguntungkan berdasarkan kebutuhan tersebut. Selain sektor swasta, BCA menyadari akan peran penting Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di berbagai industri dalam mendukung pembangunan nasional. Semua faktor di atas telah dipertimbangkan secara matang, yang kemudian menghasilkan keputusan untuk membangun relationship management yang lebih diarahkan dalam menangani nasabah sektor industri tertentu. Selain itu, Perbankan Korporasi menjalin kerja sama secara aktif dengan Perbankan Komersial, Perbankan Konsumer, serta Tresuri dan Perbankan Internasional, untuk menawarkan produk dan layanan yang lebih beragam kepada nasabah korporasi. Dari perspektif 7

8 industri, pertumbuhan kredit korporasi terutama didorong oleh industri makanan pokok; rokok dan tembakau; pariwisata; otomotif dan transportasi; pertambangan; serta minyak dan gas. D. Tresuri dan Perbankan Internasional Tresuri dan Perbankan Internasional BCA menyediakan produk dan layanan komprehensif yang diantaranya meliputi trade services, remittance, transaksi valuta asing serta transaksi derivatif. Selain menjalankan fungsi bisnis, Tresuri BCA juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan struktur neraca Bank melalui pengelolaan aktiva produktif dan likuiditas untuk mengoptimalkan profitabilitas Bank. Hal ini dilaksanakan melalui pengelolaan surat berharga termasuk obligasi pemerintah dengan memperhatikan jangka waktu portofolio (tenor) dan eksposur valuta asing. Posisi devisa neto dipantau dengan mengandalkan sistem teknologi informasi yang dimiliki BCA Visi dan Misi Perusahaan Berdasarkan Laporan Tahunan BCA tahun 2005, Manajemen BCA secara berkesinambungan terus bekerja membangun nilai-nilai dan budaya perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sehat. Adapun visi dan misi dari perusahaan adalah: Visi: Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia. Misi: Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA 8

9 BCA juga telah memiliki pedoman standar nilai dan etika bagi para karyawan yang tertuang dalam Kode Etik Bankir BCA, yang meliputi: 1. Kepatuhan. Ketaatan pada undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta sistem dan prosedur yang telah ditetapkan Bank. 2. Integritas. Tidak menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya untuk kepentingan pribadi maupun keluarga; menjaga nama baik, keamanan harta kekayaan Bank, kerahasiaan data nasabah dan Bank; menjaga perilaku agar kepentingan pribadi tidak bertentangan dengan kepentingan Bank ataupun nasabah. 3. Etika. Tidak melakukan perbuatan tercela. 4. Keharmonisan Lingkungan Kerja. Menjaga dan membina keharmonisan lingkungan kerja dan persaingan yang sehat. 5. Kompetensi. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasan, dengan mengikuti perkembangan industri perbankan khususnya dan dunia usaha pada umumnya Dewan Pengurus dan Struktur Organisasi Sebagaimana tertuang dalam Manual Tata Kelola Perusahaan dan Anggaran Dasar BCA yang tertulis di dalam Laporan Tahunan BCA tahun 2005, dalam menjalankan usahanya BCA dipimpin oleh Dewan Komisaris dan Direksi, yang mengemban amanat untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan manajemen BCA. Adapun dewan kepengurusan perusahaan dijabat oleh: 1. Presiden Komisaris : Bapak Eugene Keith Galbraith 2. Komisaris : Bapak Tonny Kusnadi 3. Komisaris (juga adalah Komisaris Independen) : Bapak Cyrillus Harinowo 4. Komisaris (juga adalah Komisaris Independen) : Bapak Renaldo Hector Barros 9

10 5. Komisaris : Bapak Doctor Raden Pardede 6. Presiden Direktur : Bapak Insinyur Djohan Emir Setijoso 7. Wakil Presiden Direktur : Bapak Insinyur Aswin Wirjadi 8. Wakil Presiden Direktur : Bapak Jahja Setiaatmadja 9. Direktur : Ibu Dhalia Mansor Ariotedjo 10. Direktur : Bapak Anthony Brent Elam 11. Direktur : Bapak Suwignyo Budiman 12. Direktur (merangkap Direktur Kepatuhan) : Bapak Tan Ho Hien / Subur Tan Dewan Komisaris Tanggung Jawab dan Susunan Dewan Komisaris Dewan Komisaris bertanggung jawab memberikan pengarahan kepada Direksi dalam proses penyusunan dan pencapaian visi, misi serta rencana kerja dan anggaran Bank. Dewan Komisaris juga bertanggung jawab melaksanakan fungsi pengawasan, menominasikan dan merekomendasikan remunerasi bagi Direksi; mengawasi keputusan-keputusan manajemen; memantau pelaksanaan pengelolaan risiko; memeriksa hasil audit eksternal maupun internal; menindaklanjuti hasil temuan audit; memantau dan mendorong implementasi tata kelola perusahaan; serta melakukan evaluasi atas kinerja Direksi. Sebagai bagian dari implementasi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, Dewan Komisaris membentuk Komite Audit dan Komite Remunerasi dan Nominasi yang bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. Direksi Direksi BCA bertanggung jawab atas pengelolaan Bank melalui pengelolaan risiko dan pelaksanaan tata kelola perusahaan. Direksi BCA juga bertanggung jawab atas penerapan struktur pengendalian internal; pelaksanaan fungsi audit internal; dan pengambilan tindakan berdasarkan temuan-temuan audit internal sesuai dengan arahan Dewan Komisaris. 10

11 1. Komite Audit Komite Audit bertugas menyiapkan rekomendasi revisi dan perbaikan Manual Tata Kelola Perusahaan; memberikan pendapat profesional dan independen terhadap laporan Direksi ke Dewan Komisaris; memastikan laporan keuangan Bank disusun sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku; serta memastikan pelaksanaan sistem pengendalian internal, proses pelaporan keuangan dan tata kelola perusahaan yang baik. 2. Sekretaris Perusahaan Sekretaris perusahaan bertugas membantu Direksi dalam menyebarluaskan informasi tentang Bank kepada pihak luar, khususnya investor, masyarakat pasar modal, dan para pemegang saham, memantau kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan peraturan pasar modal yang berlaku, serta bertanggung jawab dalam memelihara citra Bank melalui berbagai kegiatan kehumasan. Komite Remunerasi dan Nominasi Komite Remunerasi dan Nominasi dibentuk dengan tugas meningkatkan kualitas manajemen puncak Bank melalui kebijakan remunerasi dan nominasi Direksi. Komite-Komite Eksekutif Dalam menjalankan tugas-tugasnya, Direksi dibantu oleh tujuh komite eksekutif yakni: 1. Komite Manajemen Risiko Komite ini dibentuk untuk memastikan bahwa kerangka kerja pengelolaan risiko telah memberikan perlindungan yang memadai terhadap seluruh risiko Bank. 2. Komite Aset Liabilitas (ALCO) Komite Aset Liabilitas bertanggung jawab menentukan kebijakan dan strategi pengelolaan likuiditas, posisi devisa neto, suku bunga untuk produk kredit dan produk dana, penataan portofolio investasi dan penataan struktur neraca melalui antisipasi perubahan suku bunga, sehingga dapat dicapai tingkat profitabilitas yang maksimal. 11

12 3. Komite Kebijakan Perkreditan Tugas pokok Komite ini adalah menetapkan arahan pemberian kredit melalui perumusan kebijakan perkreditan guna mencapai target perkreditan yang berhati-hati. 4. Komite Pemutus Kredit Komite ini dibentuk untuk membuat keputusan kredit yang ditetapkan berdasarkan wewenang Direksi dengan memperhatikan pengembangan bisnis tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian. 5. Komite Sumber Daya Manusia Tujuan pembentukan Komite ini adalah untuk memastikan penerapan kebijakan sumber daya manusia yang optimal serta sesuai dengan arah dan strategi bank. 6. Komite Teknologi Informasi Komite ini dibentuk untuk meningkatkan daya saing BCA melalui pendayagunaan teknologi informasi. 7. Komite Penyelesaian Kasus Kepegawaian. Komite ini dibentuk dengan tujuan memberikan usulan penyelesaian kasus kepegawaian kepada Direksi, melalui penelaahan kasus pelanggaran dan/atau kejahatan yang dilakukan karyawan sehingga keputusan yang dibuat sesuai dengan prinsip keadilan. Sebagaimana tertuang dalam Manual Tata Kelola Perusahaan dan Anggaran Dasar BCA, struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar

13 Gambar 1.1. Struktur Organisasi BCA (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) 13

14 1.7. Sumber Daya Manusia Berdasarkan data dan laporan yang diperoleh penulis dari Laporan Tahunan BCA tahun 2005, maka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, BCA memfokuskan diri pada program pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk membangun kompetensi individu dan organisasi, guna menunjang bank dalam mengembangkan kemampuan yang lebih baik dalam bisnis kredit dan perbankan transaksional. Kegiatan tersebut mencakup program pelatihan, pengembangan karir, serta revitalisasi organisasi. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan BCA tahun 2005, sampai dengan akhir tahun 2005, BCA (tidak termasuk anak perusahaan) mempekerjakan orang di seluruh unit operasinya. Sumber daya manusia pada BCA, berdasarkan evaluasi kinerja pada tahun 2005, dapat dilihat pada tabel jumlah pegawai BCA periode 2005 di bawah ini : Tabel 1.1. Profil Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan SD, SMP, dan SMU Diploma (D3) dan Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2 dan S3) 399 Jumlah (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) Tabel 1.2. Profil Karyawan Berdasarkan Tingkat Manajemen Staf Manajer Eksekutif (termasuk Dewan Komisaris dan Direksi) 43 Jumlah (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) BCA menyadari kemampuan merekrut dan mempertahankan karyawan berpotensi sangatlah penting untuk mendukung pertumbuhan bisnis bank. Prioritas utama rekrutmen yang dilakukan BCA, diantaranya adalah merekrut kader berbakat untuk manajer serta profesional di bidang keuangan dan akuntansi melalui ODP (Officer Development Program). Program tersebut 14

15 kini diperluas dengan menambahkan program pengembangan bagi Analis Kredit, Account Officer, dan staf Audit. Sebanyak 480 karyawan telah direkrut melalui ODP sejak dimulainya program ini pada tahun Di samping merekrut lulusan baru, BCA juga berupaya mengidentifikasi bakat-bakat potensial pada karyawan Bank melalui program Talent Pool. Melalui program ini, tim manajemen yang dipimpin oleh Kepala Divisi di kantor pusat maupun Kepala Wilayah di setiap kantor wilayah berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengembangkan bakat-bakat potensial yang ada pada karyawan di dalam organisasinya. Bakat-bakat potensial tersebut selanjutnya diusulkan sebagai kandidat pada rencana suksesi manajemen. Melalui program ini, tim manajemen akan memantau dan mengevaluasi kinerja tiap-tiap kandidat, sekaligus memberikan pelatihan dan pengarahan yang tepat kepada mereka. Memasuki tahun 2006 dan selanjutnya, BCA terus berusaha untuk mencapai kinerja yang lebih baik melalui kelanjutan program pelatihan dan pengembangan, perbaikan manajemen, serta revitalisasi organisasi Sumber Daya Finansial Dilihat dari ikhtisar data keuangan lima tahun terakhir, terjadi peningkatan pada laba bersih tahun Hal ini disebabkan karena BCA mampu mempertahankan arah strategi pertumbuhan dengan mengembangkan fungsi intermediasi perbankan guna melengkapi kompetensi inti dalam perbankan transaksional. Dalam menghadapi perkonomian yang berubah dengan cepat, BCA berfokus pada langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kemampuan penyaluran kredit, guna melengkapi keunggulan dalam perbankan transaksional. BCA juga mampu menjaga stabilitas portofolio dana pihak ketiga yang ditunjang oleh komposisi pendanaan yang menguntungkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja bisnis juga diimbangi dengan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik sehingga proses bisnis yang terjadi dapat diupayakan agar selalu optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ikhtisar data keuangan periode di bawah ini: 15

16 Tabel 1.3. Ikhtisar Data Keuangan Periode (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) Dalam menyongsong masa depan, seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia dan memanfaatkan posisi kompetitif bank, BCA berkeyakinan untuk dapat terus memberikan layanan perbankan yang beragam dan berkualitas tinggi bagi nasabah, serta meningkatkan nilai dan 16

17 pertumbuhan bagi karyawan dan pemegang saham. Di samping itu, kinerja rasio keuangan tahun 2005 juga menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.4. dan Tabel 1.5. Tabel 1.4. Ikhtisar Data Saham BCA (per 31 Desember) (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) Tabel 1.5. Rasio Keuangan BCA (per 31 Desember) (Sumber : Laporan Tahunan BCA, 2005) 17

18 1.9. Tantangan Bisnis Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Laporan Tahunan BCA tahun 2005, industri perbankan Indonesia menghadapi tantangan cukup besar pada tahun 2005, meskipun tahun tersebut diawali dengan optimisme yang tinggi dari stabilitas politik yang terjaga serta pertumbuhan ekonomi yang stabil pada tahun sebelumnya. Pada semester kedua kondisi perekonomian berubah dengan cepat yang disebabkan oleh kebijakan Pemerintah untuk menaikkan kembali harga bahan bakar minyak, demi menjaga kesinambungan fiskal, di tengah harga minyak dunia yang semakin tinggi. Sebaliknya, untuk mengurangi dampak tekanan inflasi yang terus meningkat, Bank Indonesia memperketat likuiditas dengan menaikkan tingkat suku bunga dan Giro Wajib Minimum bagi bank. Bagi industri perbankan, konsekuensi yang dihadapi cukup berat karena Bank harus melakukan konsolidasi keuangan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam menghadapi tantangan peningkatan biaya dana (cost of fund), penurunan marjin bunga bersih (NIM) dan meningkatnya kredit bermasalah (NPL). (Laporan Tahunan BCA th.2005, hlm 15) Menghadapi perekonomian yang berubah dengan cepat, BCA tetap fokus pada langkahlangkah strategis untuk mengembangkan kemampuan penyaluran kredit, guna melengkapi keunggulan dalam perbankan transaksional. Meskipun strategi ini bersifat jangka panjang, tetapi hasilnya telah mulai terlihat sebagaimana tercermin dari pencapaian kinerja tahun BCA mampu meningkatkan penyaluran kredit, pendapatan bunga bersih, pendapatan provisi dan komisi. Di sisi lain, posisi dana pihak ketiga tetap stabil, meskipun tidak tumbuh seperti yang diharapkan. (Laporan Tahunan BCA th.2005, hlm 15) Kondisi likuiditas BCA tetap terjaga dengan adanya dana pihak ketiga yang stabil meskipun terjadi peningkatan suku bunga yang memicu ketatnya kompetisi dalam mendapatkan dana tersebut. Untuk mempertahankan keunggulannya, BCA terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produk, fitur dan layanan guna memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi nasabah. BCA juga mampu menjaga stabilitas portofolio dana pihak ketiga. Hal ini ditunjang oleh komposisi pendanaan yang menguntungkan. (Laporan Tahunan BCA th.2005, hlm 15-16) 18

19 Untuk mengantisipasi tantangan di masa yang akan datang, BCA terus bertekad mengembangkan peluang untuk tumbuh bersama nasabah melalui pemahaman lebih baik atas berbagai kebutuhan nasabah. Dalam perbankan transaksional, BCA akan terus memberi kenyamanan dan kemudahan akses melalui jaringan-jaringan pelayanan fisik maupun elektronik. Di saat yang sama, BCA terus membina budaya pelayanan yang hangat untuk memberikan layanan personal sekaligus handal bagi nasabah. Dalam penyaluran kredit, BCA akan terus menawarkan produk yang inovatif dan meningkatkan hubungan dengan nasabah. Seluruh upaya ini, diarahkan demi meningkatkan franchise value BCA. (Laporan Tahunan BCA th.2005, hlm 18) 19

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN PT Bank Central Asia, Tbk. ( BCA ) merupakan perusahaan swasta nasional dengan kedudukan kantor pusat di Jalan Jenderal Sudirman kav. 22-23, Jakarta. Dalam laporan tahunan tahun

Lebih terperinci

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI 2. Melakukan pemantauan khusus terhadap: a. Risiko operasional, khususnya risiko Teknologi Informasi (TI) untuk memastikan bahwa risiko operasional bank terkendali, disamping itu melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bank XYZ Tbk.(Bank XYZ) didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank XYZ NV. Sejak berdiri hingga sekarang banyak hal yang telah dilalui

Lebih terperinci

Sambutan Komisaris Utama

Sambutan Komisaris Utama Sambutan Komisaris Utama Bank Danamon mempertahankan posisinya sebagai salah satu bank dengan profitabilitas tertinggi di Indonesia pada tahun 2005. Sim Kee Boon, Komisaris Utama Pemegang Saham yang terhormat,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1992 dan 1997 dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanjakan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan

BAB I PENDAHULUAN. memanjakan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya perekonomian Indonesia, sektor jasa memiliki potensi dan prospek yang cerah di masa depan. Banyak jenis jasa yang masih bisa digali dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Bank Central Asia (BCA) secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Analisa dan Pembahasan Manajemen 8,60% sudah sesuai dengan ketentuan BI mengenai GWM Valuta Asing. dalam batas yang diperkenankan ketentuan BI maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional

Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional Laporan Tahunan 2010 Pertumbuhan Berkualitas di Tengah Kokohnya Perekonomian Nasional Daftar Isi Pendahuluan 8 Tonggak Sejarah 10 Ikhtisar Data Keuangan 13 Ikhtisar Saham 14 Laporan Presiden Komisaris

Lebih terperinci

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan. 7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan. 8. Memantau kepatuhan BCA dengan prinsip pengelolaan bank yang sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui unit kerja

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk Direksi PT Bank Central Asia Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat (selanjutnya

Lebih terperinci

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Bank Danamon Laporan Tahunan 2006 18 Laporan Direktur Utama Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Di tahun 2006 Bank Danamon memperingati ulang tahunnya yang ke-50 dan menjadi lebih kuat pada akhir

Lebih terperinci

KOMITE-KOMITE EKSEKUTIF DIREKSI

KOMITE-KOMITE EKSEKUTIF DIREKSI adalah juga dari pejabat internal perusahaan. 7. Sehubungan dengan rencana pengunduran diri Sdr. Andreas Eddy Susetyo sebagai anggota Komite Pemantau Risiko per 1 Januari 2015, maka Komite merekomendasikan

Lebih terperinci

10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya

10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian 10. Keputusan RUPS Tahunan 2016 serta Realisasinya 1. Acara Pertama Persetujuan atas Laporan Tahunan termasuk Laporan

Lebih terperinci

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya Keunggulan kompetitif BCA lebih dari keterpaduan kekuatan basis nasabah yang besar, jaringan layanan yang luas maupun keragaman jasa dan produk perbankannya. Disamping

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

KOMITE TATA KELOLA TERINTEGRASI

KOMITE TATA KELOLA TERINTEGRASI Data Kehadiran Anggota KRN pada Rapat KRN Selama Tahun 2017 adalah sebagai berikut: Nama Jumlah Rapat Kehadiran Persentase Raden Pardede 5 5 100% D.E. Setijoso 5 5 100% Hendra Tanumihardja 5 5 100% K.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian lndonesia tahun 2002, selama kurun

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk

PENGUMUMAN. RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk Direksi PT Bank Central Asia Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat (selanjutnya disebut Perseroan ), dengan ini memberitahukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa pengertian bank telah dikemukakan baik oleh para ahli maupun menurut ketentuan undang-undang,

Lebih terperinci

II. PT. BANK GANESHA

II. PT. BANK GANESHA II. PT. BANK GANESHA 2.1 Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan PT. Bank Ganesha adalah perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Keuangan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Bank, yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang dipicu dengan gejolak nilai tukar sejak Juli 1997 berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Selama semester II/1997 dan tahun 1998, semua indikator

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian Bank BCA, atau BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

dua kantor cabang, P.T. BCA terus memperluas jaringannya ke berbagai propinsi

dua kantor cabang, P.T. BCA terus memperluas jaringannya ke berbagai propinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarafa dan Perkembangan Terakhir P.T. Bank Central Asia Cabang Pembantu Pejagalan Perjalanan P.T. BCA pertama kali didirikan di Semarang dengan

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Rizka Maulidhia Enanto (0610233175) Dosen Pembimbing: Lutfi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter tahun 1997 yang lalu telah mengguncang hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia. Padahal hingga Juli 1997 itu, hampir semua pihak setuju bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana

PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana pada masa itu Bank Indonesia difokuskan sebagai sarana untuk pemulihan perekonomian dengan tugas

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 39 3.1. Objek Penelitian 3.1.1 PT.BANK CENTRAL ASIA TBK PT. Bank Central Asia didirikan pada tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 di pusat perniagaan Jakarta berdasarkan akte notaris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Bank dalam Beberapa Perspektif Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang cukup

Lebih terperinci

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam kelancaran aktivitas perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara. Dengan kata lain pertumbuhan

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 DAFTAR ISI Daftar isi... 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 A. Transparansi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT.Bank Bukopin tbk PT. Bank Bukopin, tbk yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Mandiri Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan. Berdiri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia 1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1955, NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang ingin dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang ingin dihasilkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Apabila sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang apa perusahaan

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki dua kegiatan utama,

Lebih terperinci

PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN

PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT Bank Central Asia Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat (selanjutnya disebut Perseroan ), dengan ini memberitahukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada saat ini Indonesia

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang akan dibahas antara lain sejarah singkat, bidang usaha, produk dan layanan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang akan dibahas antara lain sejarah singkat, bidang usaha, produk dan layanan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian dari skripsi ini adalah PT Bank Central Asia, Tbk. Adapun hal yang akan dibahas antara lain sejarah singkat, bidang usaha, produk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Kebijakan Perbankan Pasca Krisis 1998 Krisis keuangan yang terjadi di Asia mulai pertengahan tahun 1997 telah memicu krisis perbankan di beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha memacu dirinya untuk berkembang, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA UMUM Kesinambungan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program restrukturisasi perbankan nasional akan tetap dijalankan secara sistemik sebagai bagian integral dan utama dalam upaya pemulihan perekonomian nasional. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri perbankan merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :www.cimbniaga.com

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :www.cimbniaga.com BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan subsektor perbankan milik swasta yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan perbankan mempunyai peran penting dalam menentukan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara terutama di dalam era perdagangan bebas dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.348, 2014 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5626) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

DAFTAR ISI. Daftar isi 1 DAFTAR ISI Daftar isi 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. BPR DASSA 2 TAHUN 2017 Transparansi Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance).... 3 A Pengungkapan Penerapan Tata Kelola... 3 1

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti dalam lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. seperti dalam lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan yang sulit dihindari karena bank telah menyentuh pada semua kebutuhan masyarakat. Bila zaman purba

Lebih terperinci

Laporan Tahunan. Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan

Laporan Tahunan. Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan 2009 Laporan Tahunan Mempertahankan Soliditas di Tengah Tantangan Pendahuluan Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tata Kelola Perusahaan 2 Tonggak Sejarah 4 Ikhtisar Data Keuangan 7 Ikhtisar Saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang pernah mendapatkan pendidikan mengenai perbankan maupun yang tidak, tahu arti umum dari bank.

Lebih terperinci

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 158 Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Sumber Daya Manusia Filosofi BCA membina pemimpin masa depan tercermin dalam berbagai program pelatihan dan pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan Bab 3 Analisis Sistem yang Berjalan 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank

Lebih terperinci