PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN *"

Transkripsi

1 PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN * Slamet Widodo 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura me@slametwidodo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga nelayan. Penelitian dilakukan di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan dan Desa Karang Agung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Rumah tangga kasus dipilih secara sengaja. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan pengamatan berperan-serta dalam beberapa kegiatan ekonomi, sosial, dan kelembagaan yang ada di lokasi penelitian. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran dalam sistem nafkah rumah tangga. Kontribusi perempuan dalam nafkah rumah tangga diperoleh melalui kegiatan produktif. Industri kecil di pedesaan ternyata mempunyai peran dalam meningkatkan kontribusi perempuan dalam nafkah rumah tangga mereka. Selain industri kecil, adanya industri padat karya yang masuk di pedesaan membawa dampak pada terserapnya tenaga kerja perempuan di daerah pedesaan. Migrasi tenaga kerja perempuan hendaknya dapat dikurangi sehingga perempuan masih bisa berperan dalam kegiatan reproduktif terkait pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tangga lainnya. Keywords: peran perempuan, nafkah, rumah tangga, nelayan PENDAHULUAN Ketahanan pangan dapat dilihat dari aspek distribusi, yaitu kemampuan akses rumah tangga terhadap pangan. Kemiskinan selama ini dilihat sebagai faktor penyebab rendahnya akses penduduk atas pangan. Jumlah penduduk miskin hingga September 2011 tercatat sebanyak 29,89 juta jiwa penduduk miskin yang 63,36 persen diantaranya berada di daerah pedesaan. Daerah pedesaan merupakan daerah yang sangat rentan terhadap kemiskinan, termasuk di dalamnya daerah pesisir. Kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan peran perempuan dalam aktivitas ekonomi rumah tangga. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku pada masyarakat setempat. Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-pranata * Artikel disajikan dalam Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 27 Juni Artikel termuat dalam prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012, ISBN

2 tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan ekologi, di mana penduduk miskin itu hidup. Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga. Berbicara mengenai sistem nafkah rumah tangga utamanya di daerah pedesaan, pada dasarnya dibangun dari dua basis, yaitu basis nafkah sosial dan basis nafkah ekonomi. Permasalahan yang dihadapi di daerah pesisir berupa perubahan struktur penduduk, gejala migrasi dan kemiskinan (Chaves, 2009; Widodo, 2011). Perempuan sebagai bagian dari rumah tangga mempunyai peran yang cukup penting dalam sistem nafkah ini. Ellis (2000), menyatakan bahwa pemahaman terhadap mata pencaharian (livelihood) merupakan bagian dari strategi mata pencaharian (livelihood strategies). Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di dua desa pesisir, yaitu di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan dan Desa Karang Agung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Desa Kwanyar Barat terletak di bagian selatan Kabupaten Bangkalan dan merupakan daerah pesisir dengan karakteristik penangkapan berupa selat. Karakteristik selat ini menyebabkan risiko terjadinya konflik sumberdaya menjadi lebih tinggi. Sedangkan Desa Karang Agung terletak di wilayah pesisir utara Kabupaten Tuban dengan wilayah tangkap di perairan Laut Jawa. Penelitian ini melibatkan 30 rumah tangga kasus. Rumah tangga kasus dipilih secara sengaja. Tiap rumah tangga kasus yang terpilih akan digali informasi mengenai peran dan kontribusi perempuan di dalam rumah tangga tersebut terhadap pendapatan rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Selain itu, dilakukan pula metode observasi berpartisipasi dalam beberapa kegiatan ekonomi, sosial, dan kelembagaan yang ada di lokasi penelitian. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan perempuan, utamanya istri, di kedua desa kasus dalam bidang ekonomi banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan-terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi rumah tangga mereka. Istri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah. Peran perempuan dalam nafkah rumah tangga dimulai ketika perahu mulai kembali dari melaut dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat dalam penjualan hasil tangkapan. Di Kwanyar Barat maupun di Karang Agung, perempuan mempunyai peran yang berarti hingga terjualnya hasil tangkapan. Sebagian besar perempuan ini adalah istri dari nelayan yang melaut. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjual hasil tangkapan di pasar maupun di Tempat Pendaratan Ikan (TPI). 2

3 Pada waktu pendaratan, para perempuan yang sebagaian besar adalah istri nelayan akan menunggu perahu suaminya mendarat di tempat pendaratan. Mereka secara bersama-sama akan membantu suami mereka untuk menurunkan hasil tangkapan kemudian membawanya ke tempat penjualan, sedangkan kaum laki-laki beristirahat untuk melepas lelah di warung-warung sekitar tempat pendaratan atau langsung pulang ke rumah. Penjualan ikan ini dikoordinasi oleh istri pemilik perahu atau oleh orang kepercayaan pemilik perahu. Hasil tangkapan ini dijual pada pedagang. Pedagang yang dikenal dengan istilah bakul atau bakol ini sebagian besar adalah penduduk desa sendiri. Mereka berjualan ikan, baik di pasar desa maupun pasar desa lainnya, bahkan ada yang berjualan hingga pasar kabupaten. Peran perempuan dalam pemasaran hasil tangkapan tidak memberikan kontribusi pendapatan secara langsung dalam nafkah rumah tangga. Di sini, mereka hanya berperan membantu memasarkan hasil tangkapan dan tidak mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut, seluruh hasil penjualan diserahkan pada istri pemilik perahu untuk kemudian dibagi sesuai dengan peran masing-masing dalam penangkapan ikan. Pemilik perahu mendapatkan bagian sebanyak 60% sedangkan sisanya dibagi rata kepada seluruh awak perahu. Suatu hal yang berbeda jika perempuan berperan sebagai pedagang ikan. Sebagai pedagang, mereka mendapatkan keuntungan dari selisih harga penjualan dan pembelian. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pedagang ikan berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00 setiap harinya. Besarnya pendapatan ini sangat tergantung pada besarnya modal yang mereka kelola. Semakin besar modal yang dimiliki, mereka dapat membeli ikan dalam jumlah banyak dan memasarkannya hingga ke pasar desa lain atau bahkan pasar kabupaten. Di Karang Agung, selain dijual langsung ke konsumen dalam bentuk segar, beberapa bakul merangkap sebagai pembuat pindang. Pindang adalah salah satu bentuk pengolahan sekaligus pengawetan ikan dengan cara memasak ikan pada suatu tungku yang terbuat dari tanah liat. Pemindangan dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai jual ikan dan juga menjaga keawetan ikan, sehingga mengurangi risiko kerugian apabila ikan tidak segera laku terjual. Hasil pemindangan kemudian dijual kepada beberapa pedagang, baik yang berjualan di pasar maupun pedagang keliling. Sedangkan di Kwanyar Barat, kegiatan produktif perempuan nelayan yang lain adalah sebagai pengupas udang. Udang tersebut dikupas kemudian dijual kepada para pembuat kerupuk udang sebagai bahan utama dalam pembuatan kerupuk udang. Rata-rata dalam sehari, mereka dapat mengupas udang sebanyak 5 10 kg. Udang tersebut didapatkan dari pedagang pengepul udang atau hasil tangkapan sendiri serta membeli dari tetangga sekitar. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari setengah hari. Udang yang telah dikupas langsung dijual ke pembuat kerupuk udang yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Di kedua desa, juga dijumpai kegiatan pengasinan ikan. Beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi rendah diolah menjadi ikan asin. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengawetkan ikan dan juga meningkatkan nilai ekonominya. Ikan segar dibersihkan kemudian dibelah, dilumuri garam, dan dijemur di bawah sinar matahari. Sepanjang jalan, banyak dijumpai papan kayu memanjang tempat penjemuran ikan. Selain istri, kegiatan ini seringkali melibatkan anak perempuan, utamanya untuk membantu menunggu dagangan ikan di pasar atau mengolah ikan untuk dibuat pindang. 3

4 Anak-anak perempuan ini mengisi waktu luangnya setelah pulang sekolah dengan bermain dan membantu orangtua mereka. Pada perempuan yang telah menginjak remaja, tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua menjadi semakin besar. Mereka membantu menyelesaikan pekerjaan rumah sehari-hari seperti memasak, berbelanja, membersihkan rumah, mencuci pakaian, hingga mengasuh adik. Selain itu, mereka juga terlibat dalam kegiatan produktif seperti membersihkan ikan, mengupas udang, atau sekedar menunggu dagangan di pasar. Sebagaimana temuan Kongolo & Bamgose (2002), pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian bagi perempuan merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari, selain beban pekerjaan rumah tangga seperti mengurus anak-anak, memasak, dan lain sebagainya. Munculnya usaha kecil di pedesaan membawa dampak pada semakin meningkatnya peran perempuan dalam nafkah rumah tangga. Sumbangan perempuan dalam nafkah rumah tangga mengalami peningkatan. Kegiatan perempuan tidak lagi terbatas pada kegiatan pemasaran hasil tangkapan, namun lebih jauh dari itu, mereka terlibat dalam pekerjaan pengolahan. Kabir & Huo (2011) menemukan bahwa keterlibatan perempuan di pedesaan dalam usaha kecil menyebabkan peningkatan pendapatan serta partisipasi dalam pengambilan keputusan. Temuan di kedua desa kasus menunjukkan bahwa beberapa perempuan terlibat dalam usaha kecil yang ada di sekitar mereka. Sebagian besar merupakan usaha kecil yang dikelola oleh rumah tangga seperti pengasinan ikan dan pemindangan ikan. Di Kwanyar Barat, usaha krupuk udang merupakan usaha kecil yang telah mencapai tingkat lanjut karena membutuhkan permodalan yang lebih besar. Pada masyarakat di kedua desa kasus, bukan hal baru apabila perempuan (istri) terlibat dalam nafkah rumah tangganya. Keterlibatan istri dalam nafkah rumah tangga mendapat dukungan dari para suami, sebab disamping pekerjaan ini tidak mengganggu tugas ibu sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai upaya istri untuk mendapatkan nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kajian tentang peran perempuan dalam nafkah rumah tangga, utamanya di pedesaan seperti yang dilakukan oleh Azahari (2008), menunjukkan bahwa peranan perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga cukup signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peranan perempuan sebagai pelaku ekonomi tidak boleh diabaikan, bahkan diperlukan dukungan teknologi untuk menunjang peranan perempuan dalam kegiatan sosial dan ekonomi agar para perempuan dapat mengalokasikan waktunya lebih banyak pada kegiatan produktif tanpa meninggalkan peranannya pada kegiatan domestik. Berbagai studi di negara berkembang telah menunjukkan bahwa peran perempuan dalam ekonomi rumah tangga sangatlah besar. Widodo (2009), menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran dalam aktivitas ekonomi rumah tangga. Pada usaha tani, perempuan memberikan sumbangan curahan waktu kerja yang hampir sama dengan laki-laki. Kontribusi dalam aspek aktivitas ekonomi ini tidak diimbangi dengan peran pada aspek kontrol atau pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh laki-laki (suami). Hoque dan Itohara (2008) juga menemukan hal yang serupa. Peran perempuan pedesaan relatif lebih tinggi dalam kegiatan pascapanen dan kegiatan pengelolaan ternak daripada kegiatan pertanian lainnya. Partisipasi mereka hampir nihil dalam hal kegiatan budidaya, sedangkan beberapa dari mereka berpartisipasi dalam kegiatan non-pertanian seperti pembuatan kerajinan tangan dan menjahit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa 4

5 perempuan pada rumah tangga petani memberikan kontribusi pendapatan rumah tangga melalui berbagai aktivitas ekonomi. Temuan lainnya menunjukkan bahwa di sebagian besar kasus partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan mengenai berbagai urusan rumah tangga lebih rendah daripada laki-laki. Khan & Khan (2007), menemukan bahwa perempuan sebagai kepala rumah tangga, pendidikan perempuan, kepemilikan aset, berpengaruh positif terhadap kontribusi mereka terhadap pendapatan rumah tangga. Umur perempuan memiliki efek non-linear, meningkatkan kontribusi dan kemudian menurun dengan peningkatan umur wanita. Peningkatan peran perempuan lebih disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Kebutuhan rumah tangga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan perempuan bekerja di luar rumah (Shastri & Sinha, 2010). Walaupun di sebagian besar negara berkembang, perempuan diposisikan lebih inferior dibandingkan laki-laki, namun pergeseran peran yang terjadi merupakan suatu kebutuhan. Nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat, mau tidak mau, harus bisa berkompromi dengan peningkatan kebutuhan rumah tangga. Industrialisasi Pedesaan Keadaan berbeda tampak di Karang Agung, bagi anak perempuan yang telah dewasa, terdapat peluang kerja sebagai buruh linting di pabrik rokok yang berada di Desa Brondong, sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Karang Agung. Pabrik rokok yang beroperasi sejak tahun 2001 ini mampu menyerap tenaga kerja hingga orang yang sebagian besar adalah perempuan. Pabrik rokok ini dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Brondong dan merupakan mitra produksi dari PT. HM Sampoerna, sebuah pabrik rokok besar di Surabaya. Persyaratan untuk menjadi buruh linting juga tidak terlalu sulit. Tidak ada persyaratan pendidikan sama sekali. Ketika seleksi, para calon pekerja disuruh merentangkan tangannya beberapa saat. Bila tangannya berkeringat, dia tak akan diterima. Sebab, tangan yang berkeringat akan merusak dan mengotori kertas rokok saat melinting rokok. Selain itu, untuk pekerja di bagian gunting, ibu jarinya tak boleh besar karena gerakannya akan kaku. Kemudahan inilah yang menarik minat perempuan Karang Agung untuk bekerja sebagai buruh di pabrik rokok MPS (Mitra Produksi Sampoerna) ini. Upah yang didapatkan dari pabrik rokok sebesar Rp ,- sebulan dan diterima setiap akhir pekan. Jumlah ini relatif besar bagi warga Karang Agung, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat. Tidak mengherankan jika hampir seluruh perempuan usia muda lebih tertarik bekerja di pabrik rokok dibandingkan bekerja di sektor lain atau melakukan migrasi baik ke kota besar maupun luar negeri. Alasan mereka pada umumnya adalah kedekatan lokasi kerja, sehingga tetap dapat berkumpul dengan keluarga, terlebih bagi mereka yang telah berkeluarga dan mempunyai anak. Apabila dilihat dari sumbangan nafkah perempuan terhadap rumah tangga juga relatif lebih besar dibandingkan dengan Kwanyar Barat. Penduduk perempuan Karang Agung mempunyai kesempatan untuk bekerja sebagai buruh di pabrik rokok dengan pendapatan yang cukup baik. Kesempatan ini ternyata tidak didapatkan oleh penduduk perempuan Kwanyar Barat. Potensi industri besar yang padat karya belum terlihat di Kwanyar Barat, bahkan di Madura pada umumnya. Perbedaan corak strategi nafkah di kedua desa kasus ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan 5

6 industrialisasi di perdesaan. Industri dengan corak padat karya lebih tepat diarahkan pada daerah perdesaan dengan keterbatasan sumber daya alam. Migrasi Tenaga Kerja Perempuan Widodo (2006; 2011) mengungkapkan tentang fenomena migrasi sebagai salah satu strategi nafkah yang dijalankan oleh rumah tangga miskin di daerah pesisir. Peran perempuan dalam nafkah rumah tangga juga diperoleh dari kegiatan migrasi, baik regional maupun internasional. Migrasi biasanya dilakukan oleh generasi muda dengan daerah tujuan di beberapa kota besar di Jawa Timur. Sebagian besar mereka bekerja di sektor informal, yaitu menjadi pembantu rumah tangga, penjaga toko dan buruh pabrik. Migrasi yang dilakukan oleh perempuan Kwanyar Barat dan Karang Agung sebagian besar berpola kelompok. mereka berangkat bersama-sama ke suatu daerah dan bekerja secara bersama-sama. Fenomena migrasi ini semakin berkembang dikarenakan adanya jaringan sosial yang bekerja di dalamnya. Kisah sukses salah satu pelaku migrasi menjadikan sebagai faktor penarik bagi orang lain. Beberapa pelaku migrasi yang telah sukses pasti akan mengajak kerabat maupun teman merak untuk turut serta melakukan migrasi. Migrasi ke luar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh ketatnya aturan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Beberapa tahun lalu migrasi ke luar negeri tampak menggejala terutama ke Malaysia. Proses keberangkatan TKI berlangsung secara ilegal. Namun, seiring razia besar-besaran yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia yang berujung pada penangkapan dan pemulangan TKI ilegal, gejala migrasi internasional ini mengalami penurunan. Ketertarikan untuk menjadi TKI semakin menurun dengan banyaknya kasus kekerasan yang dialami oleh TKI di luar negeri. KESIMPULAN Perempuan mempunyai peran dalam sistem nafkah rumah tangga. Kontribusi perempuan dalam nafkah rumah tangga diperoleh melalui kegiatan produktif yang mereka lakukan. Kegiatan tersebut, di antaranya, adalah keterlibatan perempuan dalam pemasaran hasil tangkapan dan keterlibatan dalam kegiatan pengolahan hasil tangkapan. Industri kecil di pedesaan ternyata mempunyai peran dalam meningkatkan kontribusi perempuan dalam nafkah rumah tangga mereka. Selain industri kecil, adanya industri padat karya yang masuk di pedesaan membawa dampak pada terserapnya tenaga kerja perempuan di daerah pedesaan. Migrasi tenaga kerja perempuan hendaknya dapat dikurangi, sehingga perempuan masih bisa berperan dalam kegiatan reproduktif terkait pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tangga lainnya. Dampak negatif dari migrasi tenaga kerja perempuan utamanya sebagai TKI dapat dikurangi, sehingga kehidupan rumah tangga tetap terjamin baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Referensi Azahari, D.H. (2008). "Indonesian Rural Women: The Role in Agricultural Development". Analisis Kebijakan Pertanian. 6(1); Page Chaves, C. (2009). "Those that Urbanization Left Behind: A Case Study of Spatial 6

7 Disparities and Rising Dependency in Coastal Areas in Mindanao, The Philippines". SOJOURN: Journal of Social Issues in Southeast Asia, 24(2), Retrieved from EBSCOhost. Ellis, F. (2000). Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford: Oxford University Press. Kabir, M.S. & Huo, Xuexi. (2011). "Advancement of Rural Poor Women through Small Entrepreneurship Development: The Case of Bangladesh." International Journal of Business and Management. 6(9); Page Kongolo, M. & Bamgose, O. O Participation of Rural Women in Development: A Case Study of Tsheseng, Thintwa, and Makhalaneng Villages, South Africa. Journal of International Women s Studies. 4(1). Shastri, R.K. & Sinha A., (2010). "The Socio - Cultural and Economic Effect on the Development of Women Entrepreneurs (With Special Reference to India)." Asian Journal of Business Management, 2(2): Page No: Widodo, Slamet. (2006) Migrasi Internasional Tenaga Kerja Pertanian di Kabupaten Bangkalan. Pamator, Volume 3, Nomor 2. Widodo, Slamet. (2009). "Analisis Peran Perempuan dalam Usahatani Tembakau." Embryo, Vol. 6 No. 2. Widodo, Slamet. (2011). "Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir". Makara Sosial Humaniora. Volume 15. Nomor 1. 7

PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN. Keywords : women's role, livelihood, household, fishermen

PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN. Keywords : women's role, livelihood, household, fishermen PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Universitas Trunojoyo Madura Raya Telang Kotak Pos 02 Kamal, Bangkalan me@slametwidodo.com ABSTRACT This

Lebih terperinci

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Abstrak Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* *

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* * EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura me@slametwidodo.com ABSTRACT Jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

Desa Karang Agung berada di pesisir utara Jawa sehingga wilayah

Desa Karang Agung berada di pesisir utara Jawa sehingga wilayah POTRET DESA NELAYAN TRADISIONAL Untuk memahami kondisi masyarakat di dua desa kasus perlu terlebih dahulu disajikan karakteristik wilayah pada masing-masing desa kasus. Keduanya merupakan wilayah yang

Lebih terperinci

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) ROHMIATI AMINI Universitas Nahdlatul Wathan Mataram e-mail:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 127-136 ISSN : 2088-3137 KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS Trie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita adalah perempuan yang sudah dewasa, sedangkan perempuan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Wanita adalah perempuan yang sudah dewasa, sedangkan perempuan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Wanita adalah perempuan yang sudah dewasa, sedangkan perempuan adalah orang (manusia) yang bisa menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Jadi dalam hal ini,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas

Lebih terperinci

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H 0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H Bibik nurudduja Tinggal di Desa Kunir RT 01 RW 06 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Jawa Tengah Alumni fak.syariah IAIN Walisongo Semarang & Magister Ilmu Hukum konsentrasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Konsep Sustainable Livelihoods Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya E-mail: eko_nug@yahoo.com Livelihood Secara sederhana = cara mencari nafkah Dalam konteks ketahanan pangan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur Karakteristik internal dari suatu individu salah satunya adalah umur. Dimana umur dapat mempengaruhi fungsi dan fisikologis individu

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN ISTRI TERHADAP KEBUTUHAN KELUARGA DI KECAMATAN POLOKARTO. Endang Sri Sudalmi dan Dewi Ratna Nurhayati

KONTRIBUSI PENDAPATAN ISTRI TERHADAP KEBUTUHAN KELUARGA DI KECAMATAN POLOKARTO. Endang Sri Sudalmi dan Dewi Ratna Nurhayati KONTRIBUSI PENDAPATAN ISTRI TERHADAP KEBUTUHAN KELUARGA DI KECAMATAN POLOKARTO Endang Sri Sudalmi dan Dewi Ratna Nurhayati ABSTRACT The main issue of the research is that there is a fact about women having

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pemberdayaan perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan Menurut Kharisun (2014) Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) RINGKASAN Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Optimalisasi Unsur Unsur Positif Lokal untuk Mendukung Penerapan Prinsip Prinsip Blue Economy di Wilayah Coral Triangle SASARAN REKOMENDASI Kebijakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang pada hakikatnya bertujuan untuk terwujudnya perubahan. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR THE ANALYSIS OF WORKING HOURS OF WOMEN ENTREPRENEURS AGRO-INDUSTRY FOOD SCALE HOUSEHOLD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN PEREMPUAN DALAM USAHATANI TEMBAKAU

ANALISIS PERAN PEREMPUAN DALAM USAHATANI TEMBAKAU EMBRYO VOL. 6 NO. 2 DESEMBER 2009 ISSN 0216-0188 ANALISIS PERAN PEREMPUAN DALAM USAHATANI TEMBAKAU Slamet Widodo Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The aims of this study

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keluarga mempunyai dua sosok penanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan rumah tangga. Sosok ayah sebagai kepala

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci