4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)"

Transkripsi

1 4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) PENDAHULUAN a. Perilaku Pencarian Pakan (Foraging Behaviour) Lebah Penyerbuk Lebah memerlukan beragam sumberdaya yang digunakan untuk membangun sarang, memelihara aktivitas metabolisme, dan reproduksi. Sumberdaya tersebut meliputi resin, lipid, nektar, serbuksari, lilin, dan lainnya (Roubik, 1989). Dalam melakukan pencarian pakan, lebah pekerja menentukan spesies tanaman yang akan dikunjungi dan jaraknya dari lokasi sarang. Oleh lebah pekerja, keberadaan sumber pakan diiformasikan kepada pekerja lainnya di dalam sarang dengan tarian melingkar (round dance) atau tarian bentuk angka 8 (waggle dance). Round dance merupakan bentuk tarian yang paling sederhana dan tidak memberi informasi secara rinci jarak atau arah sumber pakan. Round dance umumnya memberi informasi sumber pakan yang dekat dengan lokasi sarang. Waggle dance memberikan banyak informasi tentang jarak, arah, dan kualitas pakan. Waggle dance umumnya menginformasikan sumber pakan lebih dari 100 m dari sarang. Dalam pencarian pakan, lebah pekerja cenderung bersifat spesialis terhadap satu tipe pakan, yaitu nektar atau serbuksari. Lebah pekerja juga cenderung mengunjungi bunga dari satu spesies tanaman dalam sekali perjalanan (floral fidelity) (Winston, 1987). Pencarian pakan pada lebah mempertimbangkan beberapa faktor, seperti karakteristik sumber pakan, aroma (odour), waktu, dan kondisi cuaca (Schoonhoven et al., 1998). Interaksi komponen-komponen dalam perilaku pencarian pakan secara rinci dijelaskan pada Gambar 24. Pada lebah madu, pencarian nektar, serbuksari, atau air dilakukan oleh lebah pekerja mulai umur 3 minggu. Jarak pencarian pakan bervariasi antara 1-3 km, kadang dapat mencapai 12 km dari sarang dengan kecepatan terbang antara km/jam. Pencarian pakan pada Bombus spp. dilakukan pada jarak m dari sarang (Osborne et al. 1999). Pekerja B. muscorum melakukan pencarian pakan dalam radius 500 m dari sarang, sedangkan B. terrestris melakukan 66

2 pencarian pakan pada jarak m dari sarang. Lebah B. lapidarius melakukan pencarian pakan pada jarak kurang dari 500 m dan sekitar 9% individu spesies tersebut melakukan pencarian pakan pada jarak m dari sarang (Walther-Hellwig & Frankl, 2000). Gambar 24 Interaksi komponen-komponen dalam perilaku pencarian pakan dan aliran energi (Dafni, 1992). Aktivitas pencarian pakan lebah berhubungan dengan jumlah dan warna bunga. Dalam satu hari, lebah dapat melakukan 6-47 perjalanan, bergantung pada kondisi dan jarak tanaman dari sarang (Gojmerac, 1980), ukuran patch, densitas, dan vegetasi sekitar (Kunin, 1993). Waktu yang diperlukan lebah madu dalam sekali perjalanan berkisar 6 menit-3 jam, dengan mengunjungi bunga dan membawa antara mg serbuksari (Gojmerac, 1980). Jumlah bunga yang dikunjungi serangga penyerbuk bervariasi antar spesies. Pada tanaman cabe, lebah mengunjungi 1-8 tanaman dalam sekali perjalanan dan hanya 3 spesies yang 67

3 mengunjungi lebih dari 6 tanaman (Raw, 2000). Dua spesies lebah, Dialictus picadensis dan Augochlora morrae mengunjungi 1 tanaman dalam sekali perjalanan, sedangkan B. atratus mengunjungi 53 bunga dalam sekali perjalanan. Untuk mendapatkan serbuksari maksimum (full pollen load), lebah memerlukan waktu yang bervariasi dari 2 menit 18 detik sampai 6 menit 37 detik yang mengunjungi bunga cabe. Jumlah bunga dikunjungi dalam sekali perjalanan berkaitan dengan ukuran tubuh penyerbuk. Lebah berukuran kecil memerlukan bunga cabe dari beberapa tanaman dalam sekali perjalanan. Lebah berukuran besar memerlukan lebih banyak bunga dan tanaman dan jarak pencarian pakan yang lebih jauh (Raw, 2000). Jumlah kunjungan serangga penyerbuk pada berbagai spesies tanaman bervariasi. Di hutan temperate di Chile, Smith-Ramirez et al. (2005) melaporkan jumlah kunjungan 26 spesies penyerbuk bervariasi. Jumlah kunjungan maksimum (5.6x10-3 kunjungan/bunga/jam) ditemukan pada tanaman Eucryphia cordifoli, diikuti tanaman Ovidia pillopillo (3.8x10-3 kunjungan/bunga/jam) dan tanaman Myrceugenia planipes (3.4x10-3 kunjungan/bunga/jam). Kunjungan terendah (0.1x10-3 kunjungan/bunga/jam) terjadi pada tanaman Myrtreola sp. Waktu yang diperlukan lebah dalam mengunjungi satu bunga bervariasi. Secara umum, spesies lebah berukuran tubuh kecil lebih cepat waktu berkunjungnya. Dialictus ypirangensis yang mempunyai ukuran tubuh kecil mengunjungi satu bunga dalam waktu 5.8 detik. Augochlora morrae, Exomalopsis fulvofasciata, dan E. auropilosa dengan ukuran tubuh yang lebih besar mengunjungi satu bunga dalam waktu detik (Raw, 2000). Lebah Trigona (Tetragona) fuscobalteata mengunjungi bunga dalam kisaran waktu detik/bunga (Kun-Suk, 2004). Disamping jumlah bunga, kunjungan lebah berkaitan dengan warna bunga. Warna biru atau kuning lebih disukai lebah, walaupun Amegilla sp. mengunjungi juga bunga berwarna putih dan jingga (Reddi, et al. 1999). Lebah dapat melihat dalam kisaran spektrum nm (ultraviolet-hijau) dan warna biru-kuning dengan kisaran panjang gelombang nm. Tidak seperti manusia, lebah tidak dapat melihat cahaya merah ( nm) (Barth, 1991). 68

4 Lebah merupakan penyerbuk yang paling penting karena secara eksklusif memakan serbuksari dan nektar dan mengunjungi banyak bunga dari satu spesies tanaman (flower constancy) dalam sekali perjalanan. Tubuh berambut pada lebah membantu membawa serbuksari (Delaplane & Mayer, 2000). Disamping digunakan sebagai organ lokomosi, tungkai lebah madu mengalami modifikasi untuk mengumpulkan serbuksari. Pada pasangan tungkai pertama lebah terdapat noktah untuk membersihkan antena. Rambut-rambut pada basi-tarsi tungkai pertama dan kedua digunakan untuk membersihkan serbuksari yang menempel di daerah kepala dan thoraks. Serbuksari yang menempel pada tungkai 1 dan 2, dengan manipulasi dan gerakan berseri akan disimpan sementara dalam corbicula atau pollen-basket pada tibia tungkai ke 3 dalam bentuk padatan (Gojmerac, 1980). Pada sisi dalam tungkai ke 3 terdapat organ yang membantu mendorong serbuksari ke dalam pollen basket (Winston, 1987). Struktur pollen basket pada A. cerana tertera dalam Gambar 25. Lebah Xylocopa tidak mempunyai struktur pollen basket seperti pada lebah madu, sehingga serbuksari menempel di rambutrambut pada seluruh permukaan tubuhnya. Pada X. aureipennis dilaporkan membawa kumpulan serbuksari (pollinia) dari tanaman Asclepiadaceae dan Orchidaceae di bagian depan kepala (Roubik, 1989). A tarsus tibia femur B serbuksari Gambar 25 Struktur tungkai ke tiga Apis cerana. Pollen basket (tanda panah, A) digunakan untuk mengumpulkan serbuksari. Serbuksari di dalam pollen basket (B). 69

5 Penelitian tentang perilaku pencarian pakan serangga penyerbuk merupakan hal yang sangat penting dalam biologi penyerbukan. Studi tentang perilaku pencarian pakan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas penyerbuk. Beberapa perilaku pencarian pakan serangga penyerbuk yang dapat diukur adalah laju kunjungan (visitation rate), laju pencarian pakan (foraging rate), indeks laju kunjungan (Dafni, 1992), dan perilaku intrafloral (Reddi, et al., 1999). Laju kunjungan dihitung dari waktu pencarian pakan per jam dibagi dengan hasil perkalian flower handling time dengan jumlah bunga yang diamati. Laju pencarian pakan dihitung dari jumlah bunga dikunjungi per unit waktu. Indeks laju kunjungan dihitung dari jumlah total kunjungan pada periode pengamatan dibagi dengan jumlah bunga pada periode tersebut (Dafni, 1992). b. Biologi Lebah Apis cerana, A. dorsata, Ceratina sp., dan Xylocopa spp. Sebagian besar lebah hidup soliter dalam organisasi sosial primitif. Dari semua spesies lebah, hanya genus Dactylurina, Lestrimelitta, Melipona, Meliponula, dan Trigona (Tribe Meliponini) dan Apis (Tribe Apini) yang bersifat sebagai lebah sosial dengan struktur koloni lebih berkembang (Moritz & Southwick, 1992). Lebah sosial dicirikan dengan perawatan terhadap anak, pertemuan antar generasi, dan pembagian tugas dalam koloni. Pembagian tugas dalam koloni berkaitan dengan umur individu (age polyethism) yang berkaitan dengan perkembangan kelenjar atau organ (Winston, 1987). Biologi spesies lebah penyerbuk yang diamati perilaku kunjungannya diuraikan. Apis cerana Fabricus. Lebah ini bersifat eusosial, dalam koloni terdapat 1 individu ratu, 6-7 ribu individu pekerja, dan beberapa ratus individu lebah jantan. Spesies ini mempunyai ukuran tubuh medium (panjang mm), panjang sayap depan berkisar mm (Winston, 1987; Michener, 2000). Lebah A. cerana mempunyai beberapa kemiripan dengan A. mellifera dalam bersarang, komposisi sarang, dan perilaku terbang. Sarang A. cerana terletak di dalam rongga yang terdiri atas beberapa sisir. Ukuran sayap depan dan indeks kubital merupakan karakter yang dapat digunakan untuk membedakan kedua spesies tersebut. Lebah A. cerana lebih temperamen, mudah dikelola, namun spesies ini tidak populer 70

6 bagi para peternak karena koloni mudah pecah (swarming) (Verma, 1995). Jarak pencarian pakan spesies ini umumnya kurang dari 500 m dari sarang, namun di Jerman dilaporkan mencapai 1500 m dari sarang (Koeniger, 1995). A. dorsata Fabricus. Lebah ini bersifat eusosial, berukuran besar (panjang tubuh mm), sarang terbuka terdiri atas 1 sisir, lokasi sarang umumnya di pohon tinggi. Dalam koloni ditemukan 1 individu ratu, beberapa ratus individu lebah jantan, dan lebih dari 20 ribu individu lebah pekerja (Winston, 1987; Michener, 2000). Lebah A. dorsata mempunyai kebiasaan migrasi ke habitat yang mempunyai sumberdaya yang lebih tinggi (Kevan et al., 1995). Pencarian pakan A. dorsata dilakukan pada kisaran jarak km dari sarang. Di Philipina, A. dorsata mengunjungi 14 famili tanaman dengan 20 tipe serbuksari (Manila- Fajardo et al., 2004). Pencarian pakan dimulai sekitar pukul pada saat sarang sudah terkena sinar matahari. Pencarian pakan berakhir sekitar pukul Pencarian pakan mencapai puncaknya pada pukul Pencarian pakan juga dilakukan pada malam hari pada saat bulan purnama (Roubik, 1989). Aktifitas pencarian pakan tersebut dipengaruhi oleh suhu (Molitas-Colting & Cervancia, 2004). Ceratina Latreille. Genus Ceratina terdiri 17 subgenus. Ceratina hidup soliter, beberapa spesies hidup komunal, ukuran tubuh kecil (panjang mm), bersarang di batang atau ranting pohon mati. Dalam satu sarang sering ditempati oleh beberapa individu yang berbeda generasi. Spesies ini mulai menunjukkan adanya perilaku seperti ratu dan mirip pekerja (Michener, 2000). Xylocopa Latreille. Genus Xylocopa termasuk lebah soliter, beberapa spesies menunjukkan perilaku kehidupan sosial primitif, ukuran tubuh besar (panjang tubuh mm), dan sarang ditemukan di dalam lubang kayu mati. Dalam satu sarang sering dijumpai 2 atau lebih individu (Michener, 2000). Pencarian pakan Xylocopa dapat mencapai 12 km dari sarang dan jarak pencarian tersebut berkaitan dengan jumlah hamuli yang terdapat pada sayap (Roubik, 1989). Xylocopa merupakan penyerbuk yang efektif pada tanaman markisah, mentimun, bunga matahari, dan tanaman tomat (Delaplane & Mayer, 2000). 71

7 Penelitian ini mempelajari perilaku kunjungan enam spesies lebah penyerbuk yang meliputi jumlah kunjungan per menit, lama kunjungan per bunga, dan lama kunjungan pada pertanaman. Keenam spesies lebah tersebut adalah A. cerana, A. dorsata, Ceratina sp., X. caerulea, X. confusa, dan X. latipes. BAHAN DAN METODE a. Pengamatan Perilaku Kunjungan Perilaku kunjungan diamati pada 6 spesies lebah penyerbuk, yaitu Apis cerana dan A. dorsata (Apinae), serta Xylocopa confusa, X. caerulea, X. latipes, dan Ceratina sp. (Xylocopinae) (Gambar 26). Perilaku kunjungan yang diamati adalah jumlah kunjungan per menit (foraging rate), lama kunjungan per bunga (flower handling time), dan lama kunjungan pada pertanaman caisin. Pengamatan dilakukan dengan metode focal sampling (Martin & Bateson, 1993). Lama kunjungan lebah pada pertanaman caisin dihitung dari mulai lebah mengunjungi bunga sampai lebah tersebut meninggalkan pertanaman. Pengamatan perilaku dilakukan pada tiga pertanaman caisin yang ditanam pada bulan berbeda dan lokasi pertanaman terletak pada jarak 0, 200, dan 400 m dari tepi hutan. Pengamatan perilaku kunjungan dilakukan selama 21 hari pada pertanaman pertama dan masing-masing 16 hari pada pertanaman kedua dan ketiga. b. Analisis Data Data hasil pengamatan perilaku kunjungan 6 spesies lebah penyerbuk ditampilkan dalam tabel dan box plot dan dianalisis dengan analysis of variance (Anova) yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. 72

8 A B C D E F Gambar 26 Enam spesies lebah penyerbuk pertanaman caisin yang diamati perilaku kunjungannya: A. cerana (A), Ceratina sp. (B), A. dorsata (C), X. confusa (D), X. caerulea (E), dan X. latipes (F). HASIL a. Jumlah Kunjungan per Menit Jumlah kunjungan enam spesies lebah penyerbuk pada bunga tanaman caisin bervariasi. Jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada genus Xylocopa ( bunga/menit), diikuti A. cerana dan A. dorsata (masing-masing 18.5 dan 19.5 bunga/menit), dan Ceratina sp., (5.5 bunga/menit) (Tabel 9). Jumlah kunjungan spesies lebah bervariasi pada pengamatan berbeda (Gambar 27-33). Tabel 9 Jumlah kunjungan enam spesies lebah penyerbuk pada pertanaman caisin. Famili, Subfamili Jumlah kunjungan per menit+standar deviasi Spesies Jan-Peb Maret April-Mei Rerata Apidae, Sf. Apinae Apis cerana (+3.28) (+3.70) (+2.85) 19.5 a (+1.31) Apis dorsata (+3.66) (+2.68) a (+0.11) Apidae, Sf. Xylocopinae Ceratina sp (+1.70) (+2.76) 5.5 b (+2.91) Xylocopa caerulea (+4.09) (+4.55) (+1.83) 24.6 c (+3.06) Xylocopa confusa (+4.20) (+3.59) (+4.17) 22.6 d (+2.07) Xylocopa latipes (+5.41) (+6.83) 24.5 dc (+0.03) * Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova level 95% yang dilanjutkan uji Scheffe. Tanda (-) menunjukkan tidak ada pengamatan. 73

9 Gambar 27 Box plot jumlah kunjungan 6 spesies lebah pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). Gambar 28 Box plot jumlah kunjungan A. cerana pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). 74

10 Gambar 29 Box plot jumlah kunjungan A. dorsata pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). Gambar 30 Box plot jumlah kunjungan Ceratina sp. pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). 75

11 Gambar 31 Box plot jumlah kunjungan X.caerulea pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). Gambar 32 Box plot jumlah kunjungan X. confusa pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). 76

12 Gambar 33 Box plot jumlah kunjungan X. latipes pada bunga caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 1). b. Lama Kunjungan per Bunga Kunjungan spesies lebah yang diamati paling pendek terjadi pada Xylocopa ( detik/bunga), diikuti A. cerana dan A. dorsata masing-masing 3.18 dan 3.36 detik/bunga, dan Ceratina sp. (13.79 detik/bunga) (Tabel 10). Lama kunjungan lebah penyerbuk bervariasi pada pengamatan berbeda (Gambar 34-40). Tabel 10 Lama kunjungan per bunga enam spesies lebah penyerbuk pada pertanaman caisin. Famili, Subfamili Lama kunjungan per bunga (detik)+standar deviasi Spesies Jan-Peb Maret April-Mei Rerata Apidae, Sf. Apinae Apis cerana 3.30 (+0.58) 2.93 (+0.48) 3.26 (+0.55) 3.18 a (+0.56) Apis dorsata 3.32 (+0.78) 3.42 (+0.60) a (+0.71) Apidae, Sf. Xylocopinae Ceratina sp (+6.92) (+2.98) b (+7.08) Xylocopa caerulea 2.36 (+0.38) 2.81 (+0.50) 3.02 (+0.28) 2.53 a (+0.47) Xylocopa confusa 2.62 (+0.46) 2.66 (+0.52) 3.15 (+0.67) 2.76 a (+0.58) Xylocopa latipes (+0.53) 2.60 (+0.65) 2.57 a (+0.56) * Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova level 95% yang dilanjutkan uji Scheffe. Tanda (-) menunjukkan tidak dilakukan pengamatan (Lampiran 2). 77

13 Gambar 34 Box plot lama kunjungan per bunga 6 spesies lebah pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). Gambar 35 Box plot lama kunjungan per bunga A. cerana pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). 78

14 Gambar 36 Box plot lama kunjungan per bunga A. dorsata pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). Gambar 37 Box plot lama kunjungan per bunga Ceratina sp. pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). 79

15 Gambar 38 Box plot lama kunjungan per bunga X. caerulea pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). Gambar 39 Box plot lama kunjungan per bunga X. confusa pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). 80

16 Gambar 40 Box plot lama kunjungan per bunga X. latipes pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 2). c. Lama Kunjungan pada Pertanaman Caisin Lama kunjungan 6 spesies lebah penyerbuk pada pertanaman caisin bervariasi. Kunjungan paling lama terjadi pada A. cerana (13.1 menit), diikuti A. dorsata (10.6 menit), dan Ceratina sp. (9.8 menit), dan Xylocopa spp. ( menit) (Tabel 11). Lama kunjungan masing-masing spesies pada pertanaman caisin bervariasi pada bulan pengamatan berbeda (Gambar 41-47). Tabel 11 Lama kunjungan enam spesies lebah penyerbuk pada pertanaman caisin. Famili, Subfamili Lama kunjungan pada pertanaman (menit) +standar deviasi Spesies Jan-Peb Maret-Aprl Mei Rerata Apidae, Sf. Apinae Apis cerana (+4.59) (+4.13) (+6.14) 13.1 a (+2.83) Apis dorsata 9.72 (+6.71) (+6.79) ab (+2.81) Apidae, Sf. Xylocopinae Ceratina sp (+5.56) (+4.14) 9.8 abd (+2.15) Xylocopa caerulea 5.89 (+6.72) 3.19 (+2.20) 1.40 (+1.45) 4.4 bd (+2.26) Xylocopa confusa 5.62 (+7.27) 9.56(+15.18) 0.93 (+1.22) 4.1 d (+4.32) Xylocopa latipes (+2.25) 0.37 (+0.51) 0.8 d (+0.57) * Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda pada uji Anova level 95%, dilanjutkan uji Scheffe. Tanda (-) menunjukkan tidak dilakukan pengamatan. 81

17 Gambar 41 Box plot lama kunjungan enam spesies lebah pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). Gambar 42 Box plot lama kunjungan A. cerana pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). 82

18 Gambar 43 Box plot lama kunjungan A. dorsata pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). Gambar 44 Box plot lama kunjungan Ceratina sp. pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). 83

19 Gambar 45 Box plot lama kunjungan X. caerulea pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). Gambar 46 Box plot lama kunjungan X. confusa pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). 84

20 Gambar 47 Box plot lama kunjungan X. latipes pada pertanaman caisin. Huruf yang sama pada grafik menunjukkan tidak berbeda dengan uji Anova 95% yang dilanjutkan uji Scheffe (Lampiran 3). PEMBAHASAN Perilaku kunjungan serangga penyerbuk, seperti lama kunjungan per bunga dan jumlah dan frekuensi kunjungan dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas spesies penyerbuk. Selain itu, efektivitas penyerbuk juga dapat diukur dari jumlah dan bobot biji dan buah yang terbentuk (Stubbs & Drummond, 2001; Dafni, 1992). Berdasarkan 6 spesies lebah penyerbuk yang diamati, jumlah kunjungan 3 spesies lebah, yaitu Xylocopa spp. ( bunga/menit), A. cerana (18.5 bunga/menit), dan A. dorsata (19.5 bunga/menit) tinggi, sedangkan jumlah kunjungan Ceratina sp. (5.5 bunga/menit) rendah (Tabel 9). Berbeda dengan jumlah kunjungan per menit, kunjungan per bunga paling lama pada Ceratina sp. (10.91 detik/bunga), sedangkan kunjungan A. cerana (3.08 detik/bunga), A. dorsata (3.24 detik/bunga), dan Xylocopa spp. ( detik/bunga) berlangsung lebih singkat (Tabel 10). Tiga spesies lebah, yaitu A. cerana, A. dorsata, dan Ceratina sp. melakukan kunjungan pada bunga 85

21 pertanaman caisin lebih lama (masing-masing 13.1, 10.6, 9.8 menit) dibandingkan dengan Xylocopa spp. ( menit) (Tabel 11). Lebah A. cerana dan A. dorsata mempunyai jumlah kunjungan per menit tinggi (masing-masing 18.5 dan 19.5 bunga/menit), kunjungan per bunga singkat (masing-masing 3.08 dan 3.24 detik/bunga), dan kunjungan pada pertanaman caisin lama (masing-masing 13.1 dan 10.6 menit). Pengamatan menunjukkan bahwa bunga caisin merupakan tipe bunga yang cocok bagi kedua spesies lebah tersebut. Jumlah kunjungan A. cerana pada bunga caisin (19.5 bunga/menit) jauh lebih tinggi dibandingkan A. mellifera yang mengunjungi tanaman blueberry (8 bunga per menit). Kedua spesies tersebut mempunyai ukuran tubuh relatif sama. Jumlah kunjungan A. cerana dan A. dorsata pada bunga pertanaman caisin lebih tinggi dibandingkan Bombus impatiens yang mengunjungi bunga tanaman blueberry (11 bunga per menit) (Stubbs & Drummond, 2001). Ketiga spesies tersebut termasuk lebah sosial dengan ukuran tubuh yang tidak jauh berbeda. Kunjungan A. cerana (3.08 detik/bunga) lebih cepat dibandingkan kunjungan A. mellifera dan B. impatiens pada bunga blueberry (masing-masing 8.8 dan 5.6 detik/bunga) (Stubbs & Drummond, 2001). Lama kunjungan per bunga yang singkat pada A. cerana dan A. dorsata kemungkinan berkaitan dengan sifat hidupnya yang sosial dan membutuhkan jumlah makanan yang besar untuk anggota koloninya. Pencarian pakan kedua spesies tersebut dilakukan lebih intensif dengan cara lebih banyak mengunjungi bunga. Lebah A. cerana dan A. dorsata mengumpulkan serbuksari dalam bentuk padatan (pellet) yang disimpan dalam pollen basket di tungkai belakang. Lebah A. cerana dan A. dorsata termasuk lebah sosial dengan jumlah individu dan kebutuhan pakan yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi anggota koloni, lebah pekerja berusaha mengumpulkan lebih banyak serbuksari sehingga memerlukan waktu lebih lama. Lebah Ceratina sp. mempunyai jumlah kunjungan per menit rendah (5.5 bunga/menit), kunjungan per bunga lama (10.91 detik/bunga), dan kunjungan pada pertanaman caisin lama (9.8 menit). Lebah Ceratina sp. menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengunjungi satu bunga. Pengamatan menunjukkan bahwa bunga caisin merupakan tipe bunga yang cocok bagi Ceratina sp. Jumlah 86

22 kunjungan Ceratina sp. pada pertanaman caisin (5.5 bunga/menit) relatif sama dibandingkan kunjungan Amegilla sp. pada tanaman Moringa oleifera (6-10 bunga/menit), Martynia annua (Pedaliaceae) (4-10 bunga/menit), Bauhinia purpurea (6-11 bunga/menit), Tamarindus indica (Caesalpiniaceae) (7-12 bunga/menit), dan Cochlospermum religiosum (4-7 bunga/menit). Jumlah kunjungan Ceratina sp. yang diamati lebih rendah dibandingkan Amegilla (8-35 bunga/menit) yang mengunjungi beberapa tanaman dalam famili Lamiaceae dan Verbenaceae (Reddi, et al., 1999). Kedua spesies tersebut termasuk lebah soliter. Kunjungan Ceratina pada bunga caisin yang diamati (10.91 detik/bunga) lebih lama dibandingkan dengan kunjungan Amegilla yang mengunjungi bunga tanaman famili Lamiaceae, Verbenaceae, Moringaceae, Pedaliaceae, dan Caesalpiniaceae yang berkisar 1-10 detik/bunga). Kunjungan Ceratina sp. pada pertanaman caisin lebih pendek dibandingkan dengan kunjungan Amegilla pada Cochlospermum religiosum (Cochlospermaceae) (40-60 detik/bunga) (Reddi, et al., 1999). Lebah Ceratina sp. mempunyai jumlah kunjungan per menit tinggi ( bunga/menit), kunjungan per bunga singkat ( detik/bunga), dan kunjungan pada pertanaman caisin sangat singkat ( menit). Kunjungan yang sangat singkat tersebut disebabkan karena bunga caisin bukan merupakan tipe bunga yang cocok bagi Xylocopa. Ukuran bunga caisin (sekitar 12 mm) terlalu kecil dibandingkan dengan ukuran tubuh Xylocopa (panjang tubuh mm) (Michener, 2000). Pengamatan menunjukkan pada saat Xylocopa hinggap pada bunga caisin, tangkai bunga melengkung ke bawah menahan beban tubuh Xylocopa. Disamping itu, kemungkinan sumberdaya pada bunga caisin terlalu sedikit bagi Xylocopa, sehingga Xylocopa lebih tertarik ke bunga tanaman lain yang mempunyai sumberdaya lebih banyak. Dengan kondisi tersebut, maka lama kunjungan Xylocopa pada bunga pertanaman caisin tidak menggambarkan lama perjalanan pencarian pakan. Ketidakcocokan tipe bunga caisin bagi Xylocopa juga dapat ditunjukkan dengan lama kunjungan pada pertanaman caisin sangat singkat (Tabel 11). Lebah Xylocopa cenderung mengunjungi bunga dari tanaman Papilionaceae dengan struktur bunga yang lebih berkembang. Beberapa tanaman 87

23 yang sering dikunjungi Xylocopa adalah Crotalaria, D. regia, Calliandra sp. (Gerling, 1989). Jika dikaitkan dengan ukuran tubuh, lebah yang berukuran tubuh besar cenderung mempunyai jumlah kunjungan lebih tinggi. Dari spesies lebah yang diamati, ukuran tubuh yang paling besar adalah Xylocopa spp, diikuti A. dorsata, A. cerana, dan Ceratina sp. Penelitian menunjukkan lebah dengan ukuran tubuh kecil (Ceratina sp.) mempunyai kunjungan lebih lama dibandingkan lebah dengan ukuran tubuh besar (A. dorsata, A. cerana, dan Xylocopa spp.). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kesimpulan umum yang dilaporkan Raw (2000) yang menyatakan bahwa lebah dengan ukuran tubuh kecil mempunyai waktu berkunjung cepat dibandingkan lebah dengan ukuran tubuh besar. Pada Ceratina sp. yang berukuran tubuh kecil, kebutuhan serbuksari tidak sebanyak lebah yang berukuran tubuh besar. Perilaku pencarian pakan lebah bervariasi tergantung pada kondisi dan jarak tanaman dari lokasi sarang (Gojmerac, 1980). Tiga spesies lebah yang diamati, yaitu A. dorsata, A. cerana, dan Xylocopa spp. kemungkinan besar bersarang di dalam hutan. Jumlah kunjungan ke tiga spesies tersebut cenderung makin rendah dengan meningkatnya jarak dari hutan (Tabel 9). Jarak pencarian pakan yang jauh, menyebabkan energi yang diperlukan makin besar sehingga diduga menurunkan jumlah kunjungan. Jumlah kunjungan pada Ceratina sp. cenderung tidak berkaitan dengan jarak dari hutan. Jumlah kunjungan Ceratina sp. pada pengamatan bulan April-Mei 2006 (lokasi 400 m dari hutan) justru lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan bulan Januari-Pebruari (lokasi 200 m dari hutan). Hal ini disebabkan karena lebah ini umumnya bersarang di ranting pohon atau dahan dan shurbs di sekitar lahan pertanian yang lebih terbuka dengan kelembaban relatif rendah (Klein et al., 2003). Berdasarkan optimal foraging theory, penyerbuk melakukan pencarian pakan seefisien mungkin untuk mendapatkan lebih banyak makanan atas usaha yang telah dilakukan. Pada saat serbuksari atau nektar melimpah, lebah mengunjungi lebih banyak bunga, sebaliknya jika nektar atau serbuksari sedikit, lebah mengunjungi sedikit bunga dan lambat dalam mencari pakan. Banyaknya kunjungan lebah pada bunga 88

24 meningkatkan efektivitas penyerbukan (Delaplane & Mayer, 2000). Dalam kaitannya dengan efektivitas penyerbukan, diduga lebah sosial (A. cerana dan A. dorsata) mempunyai efektifitas lebih tinggi pada pertanaman caisin dibandingkan lebah soliter (Ceratina sp. dan Xylocopa spp.). Hal ini didukung oleh kelimpahan individu, jumlah kunjungn per menit, dan lama kunjungan kedua spesies Apis lebih tinggi dibandingkan Ceratina dan Xylocopa spp. Greenleaf & Kremen (2006) melaporkan keefektifan lebah sosial (A. mellifera) sebagai penyerbuk bunga matahari (Helianthus annuus) yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina terpisah, dapat ditingkatkan dengan adanya lebah liar (wild bees) dengan mekanisme interaksi perilaku interspesifik. Perilaku lebah liar tersebut meningkatkan frekuensi lebah madu dalam memindahkan serbuksari, yang akhirnya meningkatkan penyerbukan silang. Disamping lebah sosial, lebah soliter juga dilaporkan sebagai penyerbuk yang efektif, karena lebih sering berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Sebagian besar lebah soliter mempunyai probosis panjang sehingga kontak dengan stigma sering terjadi yang memungkinkan terjadinya penyerbukan silang (Corbet et al., 1991). KESIMPULAN Lebah Apis cerana dan A. dorsata mempunyai jumlah kunjungan per menit tinggi, waktu kunjungan per bunga singkat, dan pencarian pakan pada pertanaman caisin berlangsung lama. Lebah Ceratina sp. mempunyai jumlah kunjungan per menit rendah, waktu kunjungan per bunga lama, dan pencarian pakan pada pertanaman caisin berlangsung lama. Lebah Xylocopa spp. mempunyai jumlah kunjungan per menit tinggi, waktu kunjungan per bunga singkat, dan pencarian pakan pada pertanaman caisin sangat singkat. Berdasarkan perilaku pencarian pakan yang diamati, lebah A. cerana, A. dorsata, dan Ceratina sp. mempunyai potensi dan efektivitas penyerbukan yang tinggi pada pertanaman caisin. 89

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Asosiasi antara serangga penyerbuk (insect pollinators) dengan tanaman angiospermae merupakan bentuk asosiasi mutualisme yang spektakuler. Asosiasi ini diduga telah terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan sumber serbuksari, yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan silang (cross pollination).

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai

Lebih terperinci

1. TINJAUAN PUSTAKA a. Praktik Pertanian, Fragmentasi Habitat, dan Keanekaragaman Hayati

1. TINJAUAN PUSTAKA a. Praktik Pertanian, Fragmentasi Habitat, dan Keanekaragaman Hayati 1. TINJAUAN PUSTAKA a. Praktik Pertanian, Fragmentasi Habitat, dan Keanekaragaman Hayati Bentang alam (lansekap) tropik didominasi oleh sistem pertanian (agroekosistem). Sistem pertanian intensif menyebabkan

Lebih terperinci

3. KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENYERBUK PADA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)

3. KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENYERBUK PADA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) 3. KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENYERBUK PADA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) PENDAHULUAN Lebah madu dan bumble bees merupakan serangga penyerbuk utama pada tanaman pertanian. Lebah tersebut

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.

KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L. KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) TRI ATMOWIDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

Hubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.

Hubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn. JURNAL SAINTIFIK VOL 3 NO.1, JANUARI 2017 Hubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.) Phika Ainnadya Hasan*

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Lebah madu termasuk dalam Klas Insecta, Ordo Hymenoptera, Subordo Apocrita, Superfamili Apoidea, Famili Apidae, Subfamili Apinae, dan genus Apis

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.

KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L. KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) TRI ATMOWIDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP

EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA Fragaria x annanassa KULTIVAR EARLIBRITE KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga polinator adalah serangga yang berfungsi sebagai agen menempelnya serbuk sari pada putik (Erniwati, 2009). Menurut Prakash (2008) serangga yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah

Lebih terperinci

KUNJUNGAN LEBAH TUKANG KAYU

KUNJUNGAN LEBAH TUKANG KAYU KUNJUNGAN LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG DI KELURAHAN KORONG GADANG KEC. KURANJI KOTA PADANG Rahma Sri Aluvira,Jasmi,Elza safitri Program

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana Keluarnya imago lebah dari sel sarang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Lingkungan sel sarang yang stabil dan hangat pada daerah

Lebih terperinci

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production. PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

PERANAN LEBAH Trigona spp. (APIDAE: MELLIPONINAE) DALAM PENYERBUKAN DAN PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN SAWI (Brassica rapa L: BRASSICACEAE) ASMINI

PERANAN LEBAH Trigona spp. (APIDAE: MELLIPONINAE) DALAM PENYERBUKAN DAN PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN SAWI (Brassica rapa L: BRASSICACEAE) ASMINI PERANAN LEBAH Trigona spp. (APIDAE: MELLIPONINAE) DALAM PENYERBUKAN DAN PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN SAWI (Brassica rapa L: BRASSICACEAE) ASMINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6. 1 Komposisi dan Kelimpahan Serangga Pengunjung Komposisi dan Kelimpahan Ordo Serangga Pengunjung

VI. PEMBAHASAN 6. 1 Komposisi dan Kelimpahan Serangga Pengunjung Komposisi dan Kelimpahan Ordo Serangga Pengunjung 112 VI. PEMBAHASAN 6. 1 Komposisi dan Kelimpahan Serangga Pengunjung 6. 1. 1 Komposisi dan Kelimpahan Ordo Serangga Pengunjung Keseluruhan serangga pengunjung bunga caisin yang ditemukan dari 15 titik

Lebih terperinci

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal Pengetahuan berdasarkan definisi secara umum merupakan luaran dari pembuatan model tentang bagaimana memfungsikan alam semesta, dengan cara melogika bagaimana

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan kelompok hewan dengan jumlah spesies serta kelimpahan tertinggi dibandingkan denga n makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Produksi Aneka Ternak Kmoditi Lebah Madu: Prof. Dr. Ir. H. MOCHAMMAD JUNUS, MS Disusun oleh : Kelompok 4 / Kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

Keanekaragaman, perilaku kunjungan, dan efektivitas serangga penyerbuk pada tanaman mentimun (Cucumis sativus Linn.)

Keanekaragaman, perilaku kunjungan, dan efektivitas serangga penyerbuk pada tanaman mentimun (Cucumis sativus Linn.) Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 Maret 2017, Vol. 14 No. 1, 1 9 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 10.5994/jei.14.1.1 Keanekaragaman, perilaku

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN PENGELOLAAN LEBAH HUTAN Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi POSISI LEBAH HUTAN DALAM KELUARGA LEBAH MADU FAMILY Apidae SUBFAMILY Apinae GENUS Apis SUBFAMILY Meliponinae GENUS Trigona, Mellipona,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Dominansi spesies serangga penyerbuk di tiap-tiap habitat

Lampiran 2. Dominansi spesies serangga penyerbuk di tiap-tiap habitat AMPIRAN 164 165 ampiran 1. uhu dan kelembaban di seluruh 15 titik pengamatan. Tipe habitat Titik uhu terendah (ºC) uhu tertinggi (ºC) uhu rata-rata (ºC) Kelembaban ratarata (%) Titik abitat N E D Mg Permukiman

Lebih terperinci

STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT

STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT 1 STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT Oleh Alan Dwiyono 1, Jasmi 2, Elza Safitri 3. Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana Dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman Brassica rapa

Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana Dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman Brassica rapa Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana Dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman (Visited Frequency of Apis cerana and Trigona sp. as Bee Pollinators at Plant) Wahiba Ruslan 1*, Afriani 1, Miswan 1,

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko

Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko PEMANFAATAN LEBAH Trigona sp. UNTUK EFEKTIVITAS PENYERBUKAN TANAMAN PARE (Momordica charantia L.) DI PALAK JUHA KECAMATAN VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko Program

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Strategi Konservasi. Serangga Pollinator. Oleh: Dr. rer. nat. Imam Widhiono, MZ, MS.

Strategi Konservasi. Serangga Pollinator. Oleh: Dr. rer. nat. Imam Widhiono, MZ, MS. Strategi Konservasi Serangga Pollinator Oleh: Dr. rer. nat. Imam Widhiono, MZ, MS. Penerbit : Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2015 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan STRATEGI KONSERVASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) CARA PRAKTIS Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Oleh : TIM PELATIHAN

Lebih terperinci

L.) DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG E-JURNAL

L.) DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG E-JURNAL KUNJUNGAN Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA PERTANAMAN PARE (Momordica charantia L.) DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG E-JURNAL MARDALENA NIM: 09010176 PROGRAM

Lebih terperinci

Key words : morphology, Apis dorsata Fabr., Aggregation.

Key words : morphology, Apis dorsata Fabr., Aggregation. STUDI MORFOLOGI LEBAH PEKERJA Apis dorsata Fabr. (Hymenoptera:Apidae) AGREGASI DI SIJUNJUNG Lidya Novita Sari, Jasmi, Putri Pratiwi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan

Lebih terperinci

Keanekaragaman, aktivitas kunjungan, dan keefektifan lebah penyerbuk pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L: Solanaceae)

Keanekaragaman, aktivitas kunjungan, dan keefektifan lebah penyerbuk pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L: Solanaceae) Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 Maret 2016 Vol. 13 No. 1 21 29 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 10.5994/jei.13.1.21 Keanekaragaman aktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

PERANAN LEBAH Trigona Laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) DALAM PRODUKSI BIJI KAILAN (Brassica oleracea var. Alboglabra) ANGGRENY PRAMITHA WULANDARI

PERANAN LEBAH Trigona Laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) DALAM PRODUKSI BIJI KAILAN (Brassica oleracea var. Alboglabra) ANGGRENY PRAMITHA WULANDARI PERANAN LEBAH Trigona Laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) DALAM PRODUKSI BIJI KAILAN (Brassica oleracea var. Alboglabra) ANGGRENY PRAMITHA WULANDARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koloni dan Distribusi Lebah Madu Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo Hymenoptera (serangga bersayap selaput). Lebah bersifat polimorfisme, yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai

Lebih terperinci

Keywords: Community structure, Insect pollinators, Student Worksheet.

Keywords: Community structure, Insect pollinators, Student Worksheet. 1 COMMUNITY STRUCTURE OF INSECTS POLLINATORS IN FRUIT GARDEN AGRIBUSINESS AGRICULTURAL FACULTY UNIVERSITY OF RIAU AS DEVELOPMENT STUDENT WORK SHEET THE CONCEPT OF INTERACTION ECOSYSTEM IN SENIOR HIGH SCHOOL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

PERANAN TUMBUHAN LIAR DALAM KONSERVASI SERANGGA PENYERBUK ORDO HYMENOPTERA

PERANAN TUMBUHAN LIAR DALAM KONSERVASI SERANGGA PENYERBUK ORDO HYMENOPTERA J. Tek. Ling Vol. 10 No. 2 Hal. 195-203 Jakarta, Mei 2009 ISSN 1441-318X PERANAN TUMBUHAN LIAR DALAM KONSERVASI SERANGGA PENYERBUK ORDO HYMENOPTERA Erniwati dan Sih Kahono Peneliti di Pusat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman dahulu, manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN

EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN T 595.799 044 3 NIS A B S T R A K Telah dilakukan pengamatan terhadap koloni lebah madu lokal Apis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel

2 TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel Bahan bakar terdiri atas tiga jenis: gas, padat, dan cairan. Bahan bakar cairan meliputi petro-bio-fuels (bahan

Lebih terperinci

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Fakhrusy Zakariyya 1), Dwi Suci Rahayu 1), Endang Sulistyowati 1), Adi Prawoto 1), dan John Bako Baon 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

DISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO)

DISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO) Distribusi Lebah Apis Koschevnikovi di Kalimantan Selatan (Arif Rohmatullah) 37 DISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO) Arif Rohmatullah

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan Keragaman Serangga Penyerbuk di lereng Gunung Slamet dan sekitarnya

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan Keragaman Serangga Penyerbuk di lereng Gunung Slamet dan sekitarnya Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan Keragaman Serangga Penyerbuk di lereng Gunung Slamet dan sekitarnya 2016 Universitas Jenderal Soedirman Cetakan Pertama, Oktober 2016 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN REPUBLIK SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN Bogor, 13-14 Nopember 2014 Kegiatan Penelitian 2010-2014 RPI : Penelitian pengelolaan hutan tanaman

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN LEBAH (Trigona sp) PADA PENYERBUKAN TERHADAP PRODUKSI WIJEN

POTENSI PEMANFAATAN LEBAH (Trigona sp) PADA PENYERBUKAN TERHADAP PRODUKSI WIJEN POTENSI PEMANFAATAN LEBAH (Trigona sp) PADA PENYERBUKAN TERHADAP PRODUKSI WIJEN A. Irma Mariyana Muhammad Naim Abstrak Tanaman wijen (Sesamum indicum L) merupakan penghasil minyak dan juga menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

Analisis Morfometrik Lebah Madu Pekerja Apis cerana Budidaya pada Dua Ketinggian Tempat yang Berbeda

Analisis Morfometrik Lebah Madu Pekerja Apis cerana Budidaya pada Dua Ketinggian Tempat yang Berbeda Jurnal Sain Peternakan Indonesia ISSN 1978-3000 Analisis Morfometrik Lebah Madu Pekerja Apis cerana Budidaya pada Dua Ketinggian Tempat yang Berbeda Morphometrics Analyses of Apis cerana Workers Cultivated

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme

TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme Geografi bumi akhir periode Paleozoic dan awal mesozoic adalah dua benua yang sangat besar, yaitu Gondwana di bumi selatan dan Laurasia di bumi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

POLINATOR PADA TANAMAN KAYU PUTIH

POLINATOR PADA TANAMAN KAYU PUTIH POLINATOR PADA TANAMAN KAYU PUTIH Noor Khomsah Kartikawati Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta I. PENDAHULUAN Produksi biji merupakan puncak dari serangkaian aktifitas

Lebih terperinci

Rivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi

Rivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi PEMANFAATAN Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponinae) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI POLONG KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) DI PALAK JUHA VII KOTO PADANG PARIAMAN Rivaldi Putra Jamal, Jasmi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci