PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen"

Transkripsi

1 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai pada pukul WIB (Lampiran 1). Hal ini karena A. cerana pekerja masih mencari keberadaan sumber pakan, kemudian diinformasikan pada pekerja yang lain sebagai petunjuk arah dan jarak sumber pakan dari sarang. Informasi lokasi sumber pakan disampaikan melalui tarian yaitu round dance atau waggle dance tergantung jarak sumber pakan dari sarang (Free 1982). Lebah A. cerana pada awal mencari pakan akan menggunakan insting berdasarkan petunjuk matahari. Insting merupakan tingkah laku yang dihasilkan secara genetik dan pengaruh faktor lingkungan (McFarland 1985). Apis cerana pekerja akan menggunakan navigasi untuk mencari daerah sumber pakan yang belum diketahui melalui kompas udara (Menzel et al. 2006). Apis cerana mempunyai kemampuan mengingat pergerakan di lingkungan dengan mempergunakan penanda dan kompas udara (Dyer 1996) Aktivitas harian A. cerana mencari polen diketahui dari A. cerana yang masuk ke sarang dengan membawa polen di corbicula pada tungkai bagian belakang. Nilai rata-rata puncak aktivitas harian mencari polen bulan Oktober 2008 lebih rendah dibandingkan dengan bulan Maret 2009 (Gambar 11 & 12). Hal ini menunjukkan bahwa variasi tipe polen pada bulan Oktober 2008 lebih sedikit ( 9 jenis polen) dibandingkan dengan bulan Maret 2009 (12 jenis polen). Hasil penelitian aktivitas A. cerana dan A. mellifera mencari polen di Muzaffur, Bihar, India bulan Maret ditemukan 24 tipe polen dan 7 diantaranya dalam keadaan melimpah, sedangkan bulan Oktober ditemukan 21 tipe polen dan 6 tipe polen dengan jumlah yang melimpah (Suryanarayana et al. 1992). Intensitas cahaya mempengaruhi aktivitas harian A. cerana mencari pakan (Gambar 14). Hal ini mungkin karena A. cerana menggunakan cahaya matahari sebagai kompas untuk menunjukkan arah dan jarak sumber pakan dari sarang (Drickamer et al. 2002). Intensitas cahaya yang fluktuatif mengakibatkan pola

2 33 mencari pakan mengalami fluktuatif. Intensitas cahaya berkaitan dengan faktor lingkungan yang lain yaitu suhu udara dan kelembaban udara. Suhu udara juga mempengaruhi aktivitas harian A. cerana mencari pakan (Gambar 14). Hal ini mungkin karena perubahan suhu udara di dalam dan di luar berhubungan dengan perilaku A. cerana dalam mencari pakan. Suhu udara mempengaruhi aktivitas A. cerana di dalam maupun di luar sarang karena suhu udara yang sangat rendah dapat mengakibatkan otot sayap menjadi lemah sehingga tidak dapat terbang (Winston 1987). Apis cerana mampu mempertahankan kondisi suhu udara di dalam sarang pada saat suhu udara dibawah 23 C dengan cara bergerombol (cluster). Sedangkan pada saat suhu dalam sarang meningkat C, A. cerana mengepakkan sayap (fanning) dan evaporasi air untuk mendinginkan kondisi di dalam sarang (Darmayanti 2008). Kelembaban udara berpengaruh terhadap aktivitas A. cerana mencari polen (Gambar 14). Hal ini mungkin karena kelembababan udara yang tinggi akan mengakibatkan aktivitas A. cerana mencari polen menurun. Udara yang lembab mengakibatkan polen menjadi lengket sehingga A. cerana akan mengalami kesulitan dalam pengumpulan polen sehingga lebah menjadi kurang agresif (Shuel 1992) Persentase aktivitas A. cerana membawa polen di bulan Oktober 2008 lebih sedikit daripada bulan Maret 2009 (Gambar 13). Hal ini mungkin karena pada bulan Maret 2009 merupakan bulan basah dengan curah hujan rata-rata mm/jam sehingga banyak terdapat bunga yang mekar di sekitar sarang, sedangkan bulan Oktober 2008 curah hujan rata-rata 9.46 mm/jam (Lampiran 5). Apis cerana dapat memilih polen yang mempunyai nutrisi tinggi pada saat musim berbunga. Nutrisi yang terkandung dalam tiap tipe polen berbeda. Kandungan nutrisi yang ada pada polen yang dikumpulkan lebah berdasarkan analisis kimia yaitu protein (24.1%), gula reduksi (20.7%), gula non reduksi (2.1%), dan pati (1.8%) (Herbert & Shimanuki 1978). Kandungan total asam amino pada sampel polen bervariasi dengan kisaran mg/g DM (Artemisia) sampai dengan mg/g DM (Sinapsis alba) (Szczesna 2006). Persentase aktivitas A. cerana membawa polen yang tinggi pada bulan Maret 2009 menunjukkan koloni sedang berkembang dan banyak terdapat larva

3 34 sehingga membutuhkan banyak sumber protein untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Hasil penelitian Suryanarayana et al. (1992) di Apriari Muzaffur, Bihar, India menyebutkan bahwa puncak ketersediaan polen terjadi pada bulan Januari sampai dengan Mei dan di bulan November. Hal ini juga dikemukakan Berry & Delaplane (2001) bahwa keberadaan anakan dalam sarang akan merangsang A. cerana pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah madu dan polen yang banyak mengindikasikan jumlah larva yang banyak (Doull 1973). Pakan larva pekerja merupakan komponen yang bersih yang diproduksi kelenjar hypopharyngeal campuran antara madu, enzim pencernaan dan air (Winston 1987). Faktor lain yang mempengaruhi persentase aktivitas A. cerana membawa polen yaitu jumlah sel kosong pada sisir. Hasil penelitian Schulz et al. (1998) bahwa adanya sel kosong pada sisir sarang lebah madu akan meningkatkan tingkah laku lebah pekerja dalam pengumpulan polen. Luas total sisir sarang A. cerana pada bulan Oktober 2008 lebih kecil dibandingkan bulan Maret 2009 (Tabel 4). Perbedaan luas total dapat disebabkan dua faktor yaitu dalam dan luar koloni. Faktor dalam koloni yaitu jumlah A. cerana pekerja pada bulan Oktober 2008 lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Maret 2009 sehingga penghasil malam lebah (wax) sebagai bahan untuk membangun sisiran sarang lebih sedikit. Sedangkan faktor luar koloni yaitu ketersediaan sumber pakan di sekitar sarang. Apis cerana akan membangun sarang pada saat sumber nektar melimpah (Pratt 1999). Identifikasi Polen Sebagai Sumber Informasi Penting untuk Pengembangan A. cerana Dari hasil identifikasi polen yang dikumpulkan dari tungkai A. cerana, Z. mays (Poaceae) dan C. nucifera (Arecaceae) merupakan sumber pakan utama A. cerana yang ditemukan pada bulan Oktober 2008 dan Maret 2009 karena Z. mays merupakan tanaman pertanian yang ditanam oleh penduduk secara kontinyu dan tidak dipengaruhi oleh musim. Di Apriari India A. cerana juga mengambil Z. mays selain Brassica spp, Phoenix sylvestris (L) dan Borassus flabellifer (Suryanarayana et al. 1992). Polen C. nucifera merupakan sumber pakan A. cerana yang dapat ditemukan sepanjang tahun (Bhargava et al. 2009).

4 35 Persentase individu A. cerana yang membawa polen Z. mays yang tinggi di bulan Oktober 2008 dan Maret 2009 (Tabel 1). Hal ini mungkin karena Z. mays merupakan tumbuhan yang dominan di lokasi penelitian dan A. cerana membutuhkan kandungan nutrisi yang tinggi. Zea mays juga dikelompokkan ke dalam polen bernutrisi tinggi (Herbert 1992). Apis cerana dalam mengumpulkan polen Z. mays secara tidak langsung membantu proses penyerbukan (Pengamatan pribadi). Penyerbukan tanaman Z. mays dapat terjadi akibat polen yang menempel pada tubuh A. cerana pada saat mengumpulkan polen dan secara tidak langsung melakukan transfer polen ke kepala putik pada tanaman Z. mays yang lain. Apis cerana yang memiliki rambut-rambut pada seluruh bagian tubuh sehingga efektif untuk mengumpulkan polen. Polen yang menempel pada seluruh tubuh A. cerana akan disisir menggunakan tiga pasang tungkai. Kemudian polen akan dikumpulkan dalam keranjang polen yang terdapat pada tungkai bagian belakang. Polen dikumpulkan di curbicula dalam bentuk pelet yang telah dilembabkan dengan nektar (Gojmerac 1983). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam satu koloni A. cerana terdapat variasi polen. Perbedaan variasi polen antar koloni A. cerana dapat disebabkan A. cerana mempunyai sifat area fidelity, yaitu A. cerana akan mencari pakan yang dekat dari sarang. Sifat area fidelity pada aktivitas A. cerana berkaitan dengan perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan pada saat terbang. A. cerana akan belajar dengan cepat untuk mengunjungi larutan gula dan mengumpulkan pakan yang dekat dengan sarang (McFarland 1985). Ukuran dan karakter polen yang dibawa oleh A. cerana bervariasi (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana dalam memanfaatkan sumber polen bukan berdasarkan pada ukuran dan karakter polen. Apis cerana mengunjungi bunga berdasarkan aroma (Reinhard et al. 2004) dan warna bunga (Slaa et al. 2003). Lebah A. cerana mampu membedakan warna karena memiliki penglihatan trikromatik yang mempunyai tiga fotoreseptor dalam mata majemuk dengan puncak sensitivitas 540 nm (sensitive hijau), 435 nm (sensitive biru), 335 nm (sensitive ultraviolet) (Pietsch et al. 1992). Perbedaan ukuran dan karakter polen pada satu koloni menggambarkan bahwa A. cerana pekerja tidak hanya memanfaatkan satu jenis tumbuhan (Eltz et al. 2001).

5 36 Individu A. cerana yang membawa polen pada corbicula menunjukkan satu tipe polen (Lampiran 6, 7, 8, dan 9). Apis cerana bersifat pollen constancy untuk menghemat energi dan mempercepat proses mencari polen. Hal yang sama dikemukakan oleh Atmowidi (2008) bahwa A. cerana mempunyai sifat pollen constancy yaitu dalam setiap perjalanan mencari pakan, A. cerana hanya mengunjungi satu jenis tumbuhan. Pollen constancy juga berkaitan dengan tingkah laku A. cerana pekerja dalam menginformasikan sumber polen pada pekerja yang lain. Informasi keberadaan sumber polen akan disampaikan A. cerana pekerja melalui sebuah tarian yaitu round dance atau waggle dance berdasarkan jarak dari sarang. Tarian tersebut akan dijadikan petunjuk oleh pekerja yang lain untuk menentukan arah dan jarak sumber polen. Apis cerana akan belajar untuk menemukan sumber polen tersebut dengan petunjuk simetris di satu pohon. Kemudian dari proses tersebut akan direkam sehingga menjadi petunjuk yang jelas untuk menemukan lokasi sumber polen secara spesifik (Dyer 1996). Beekman & Lew (2008) menyatakan bahwa adanya tarian yang dilakukan A. cerana pekerja mempengaruhi jumlah nektar yang dikumpulkan. A. cerana pekerja akan mengeluarkan feromon dari kelenjar nasanov yang digunakan sebagai penanda bagi A. cerana pekerja lain untuk menemukan lokasi sumber pakan. Feromon ini juga berfungsi agar dapat diketahui bunga yang telah diambil polennya (Winston 1987). Apis cerana mampu mengingat lokasi sumber pakan yang telah dikunjungi melalui proses belajar dari aroma, warna, bentuk, lokasi dan waktu pembungaan (McFarland 1985). Tumbuhan yang sedang mekar di sekitar sarang tidak semua dimanfaatkan sebagai sumber polen oleh A. cerana (Tabel 3). Tumbuhan yang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen, kemungkinan tumbuhan tersebut dimanfaaatkan A. cerana sebagai sumber nektar dan propolis. Propolis merupakan adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu. Propolis dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang (Gary 1992). Apis cerana akan mengunjungi bunga dengan memperhitungkan reward yang didapatkan, yaitu dekat dengan sarang dengan jumlah yang melimpah (McFarland 1985).

6 37 Polen yang telah teridentifikasi merupakan informasi tumbuhan sumber pakan A. cerana yang ada di sekitar sarang. Pengetahuan tentang informasi ini sangat penting untuk pengembangan peternakan A. cerana (Bhargava et al. 2009). Selain itu adanya sumber pakan yang bernutrisi tinggi sangat berguna untuk peningkatan produksi madu (Noor et al. 2009). Perbandingan Aktivitas Mencari Pakan antara A. cerana dengan A. mellifera Jumlah A. cerana yang datang ke sumber pakan lebih banyak dibandingkan dengan A. cerana pada waktu dan tempat yang sama (Tabel 5-6). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana lebih dominan dalam kompetisi memperebutkan sumber pakan. Kompetisi juga terlihat pada perilaku A. cerana mengusir A. mellifera yang mengunjungi sumber pakan. Apis cerana mengusir dengan cara menggigit tungkai A. mellifera hingga patah (Pengamatan pribadi). Sedangkan, Devkota & Thapa (2005) menyatakan bahwa jumlah lebah tiap tanaman memperlihatkan A. mellifera lebih banyak (2 253 individu) daripada A. cerana (1 697). Hal yang sama dikemukakan Gupta et al. (1984) bahwa A. mellifera dalam pengumpulan nektar tiap bunga lebih banyak (358.0 bunga) daripada A. cerana (288.2 bunga). Faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah A. cerana dengan A. mellifera adalah perbandingan koloni antara A. cerana dengan A. mellifera (2:1) sehingga A. cerana lebih awal dalam menemukan pakan. Dalam satu koloni A. cerana dan A. mellifera memiliki satu ratu. Jumlah recruiter A. cerana lebih banyak dibandingkan dengan A. mellifera karena menggunakan dua koloni A. cerana sedangkan A. mellifera hanya satu koloni (Widjaja MC 20 Mei 2009, komunikasi pribadi). Lebah madu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh feromon yang dikeluarkan oleh ratu dan diteruskan pada lebah pekerja (worker). Hasil penelitian ini menunjukkan dominansi A. cerana terjadi pada awal peletakan air gula yaitu pukul 07.00, dan WIB menunjukkan lebih cepat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitar sarang. Apis mellifera kurang bisa beradaptasi terhadap lingkungan sekitar sarang sehingga sangat mempengaruhi tingkah laku dalam mencari pakan. Hasil yang sama dikemukakan

7 38 oleh Devkota dan Thapa (2005) bahwa A. cerana mulai melakukan aktivitas mencari pakan lebih awal dibandingkan A. mellifera, akan tetapi dilihat dari jumlah lebah per tanaman A. mellifera lebih banyak dibandingkan dengan A. cerana. Hasil penelitian Gupta et al. (1984) bahwa aktivitas A. cerana mencari pakan pada bunga Plectranthus rugosus di India dimulai pada pukul 06.00, sedangkan A. mellifera mulai aktivitas mencari pakan setelah pukul Jumlah A. mellifera yang sedikit pada saat awal peletakan air gula dalam memanfatkan air gula. Sedangkan saat konsentrasi gula pada air gula mulai tinggi akibat penguapan air karena intensitas cahaya yang tinggi jumlah A. mellifera yang datang ke air gula mengalami peningkatan, sebaliknya jumlah A. cerana mulai menurun (Tabel 5-6). Apis mellifera lebih menyukai konsentrasi gula tinggi dibandingkan dengan kosentrasi gula rendah. Dari hasil penelitian Abrol (2007) pada tanaman Brassica campestris var. toria ditunjukkan bahwa A. melifera lebih sering mengunjungi bunga dengan konsentrasi gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan A. cerana. Hal ini didukung oleh Thapa (2006) yang menyatakan bahwa kehadiran A. mellifera dalam memanfaatkan sumber pakan akan menggantikan dan mengurangi jumlah A. cerana. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan dan kelimpahan sumber pakan di sekitar sarang sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi. Apis cerana lebih efisien dalam memanfaatkan sumber pakan di sekitar sarang daripada A. mellifera. Efisiensi dapat ditunjukkan dari nilai Rata-rata A. cerana yang datang memanfaatkan sumber pakan lebih banyak daripada A. mellifera Devkota & Thapa (2005) menyatakan jumlah Brassica oleracea yang dikunjungi tiap menit oleh A. cerana lebih banyak ( tanaman) daripada A. mellifera ( tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana merupakan polinator yang efisien pada tanaman B. oleracea. Pelestarian Tanaman Hutan di Areal Gunung Geulis Gunung Geulis merupakan daerah penyangga air, dan pelestarian ekosistem akan menentukan kualitas lingkungan di kawasan Gunung Geulis. Gunung Geulis juga akan dijadikan pusat pengembangan A. cerana. Masyarakat sekitar Geulis banyak yang berternak A. cerana. Kesadaran masyarakat tentang

8 39 fungsi tumbuhan di sekitar Gunung Geulis akan meningkatkan kunjungan wisata. Kondisi Gunung Geulis yang rindang menambah daya tarik pengunjung, selain panorama di puncak yang indah. Perhutani sudah melakukan upaya penghijauan dengan menanam C. calothyrsus dan memberi masyarakat sekitar beberapa koloni A. cerana, akan tetapi masyarakat sekitar banyak yang memanfaatkan pohon C. calothyrsus di sekitar Gunung Geulis sebagai kayu bakar. Padahal C. calothyrsus merupakan sumber nektar yang utama A. cerana. Kajobe (2007) menyatakan bahwa dua sumber nektar yang sangat penting untuk pakan yaitu lebah madu dari famili Fabaceae dan Asteraceae. Tiga sumber nektar utama dari famili Fabaceae yaitu pohon C. calothyrsus, Albizia sp. dan Acacia sp. Informasi pentingnya tumbuhan sebagai sumber pakan A. cerana di Gunung geulis, akan memberikan pengetahuan pada masyarakat sekitar untuk menanam tumbuhan sumber pakan A. cerana dan tidak sembarang menebang pohon. Tanaman semak yang selama ini hanya dijadikan pakan hewan ternak dan ditebang karena dianggap sebagai gulma bagi tanaman perkebunan harus diperhatikan. Tanaman semak merupakan sumber polen penting pada waktu musim kering.

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana Keluarnya imago lebah dari sel sarang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Lingkungan sel sarang yang stabil dan hangat pada daerah

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Asosiasi antara serangga penyerbuk (insect pollinators) dengan tanaman angiospermae merupakan bentuk asosiasi mutualisme yang spektakuler. Asosiasi ini diduga telah terjadi

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan sumber serbuksari, yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan silang (cross pollination).

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan

Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan Topik 2 Lebah Madu 5. Pokok-pokok Pengembangan Budidaya Lebah Madu... 16 6. Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp di Pulau Lombok... 20 7. Seleksi Koloni Unggul... 24 8. Teknik Ekstraksi Rendemen Propolis

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)

4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) 4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) PENDAHULUAN a. Perilaku Pencarian Pakan (Foraging Behaviour) Lebah Penyerbuk Lebah memerlukan beragam

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga polinator adalah serangga yang berfungsi sebagai agen menempelnya serbuk sari pada putik (Erniwati, 2009). Menurut Prakash (2008) serangga yang berperan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Lebah madu termasuk dalam Klas Insecta, Ordo Hymenoptera, Subordo Apocrita, Superfamili Apoidea, Famili Apidae, Subfamili Apinae, dan genus Apis

Lebih terperinci

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production. PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011. B. Objek dan Alat Penelitian Objek pengamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koloni dan Distribusi Lebah Madu Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo Hymenoptera (serangga bersayap selaput). Lebah bersifat polimorfisme, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya taraf

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student

Lebih terperinci

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat 1. Penelitian di Lapangan Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli 2013. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu; di Desa Negara Ratu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU. merupakan satu ordo dengan tawon. Lebah madu dapat

BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU. merupakan satu ordo dengan tawon. Lebah madu dapat BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU 2.1 Lebah Madu Lebah madu adalah serangga sosial yang termasuk dalam ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening. Dalam ordo ini terdapat 100.000 species serangga, termasuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU Firman Jaya 1 KARAKTERISTIK MADU SIFAT FISIK SIFAT KIMIA Sifat Higrokopis Tekanan Osmosis Kadar Air Warna Madu Karbohidrat Enzim Keasaman Komposisi Kimia Madu Granulasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis

Lebih terperinci

EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN

EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN T 595.799 044 3 NIS A B S T R A K Telah dilakukan pengamatan terhadap koloni lebah madu lokal Apis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG (Coleus blumei Benth.) SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MADU LEBAH Apis cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Sri wahyuni 1 Jasmi 2, Yosmed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia dan harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Yunani, Spanyol dan Yugoslavia. Di negara- negara tersebut lebah yang utama

TINJAUAN PUSTAKA. Yunani, Spanyol dan Yugoslavia. Di negara- negara tersebut lebah yang utama TINJAUAN PUSTAKA Lebah Madu Yang Dibudidayakan Lebah Apis mellifera merupakan jenis lebah yang dibudidayakan hampir di semua negara termasuk Indonesia. Lebah ini banyak di Eropa seperti Prancis, Yunani,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 pissn 2599 1205, eissn 2599 1183 Maret 2017 PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

Vegetasi Alami. vegetasi alami adalah vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami tanpa adanya pembudidayaan.

Vegetasi Alami. vegetasi alami adalah vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami tanpa adanya pembudidayaan. Vegetasi Alami vegetasi alami adalah vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami tanpa adanya pembudidayaan. Aspek Praktis Kajian Vegetasi Studi vegetasi merupakan ilmu pengetahuan, yang sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE) TESIS MAGISTER Oleh DIDA HAMIDAH 20698009 BIDANG KHUSUS ENTOMOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN PENGELOLAAN LEBAH HUTAN Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi POSISI LEBAH HUTAN DALAM KELUARGA LEBAH MADU FAMILY Apidae SUBFAMILY Apinae GENUS Apis SUBFAMILY Meliponinae GENUS Trigona, Mellipona,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya

Lebih terperinci

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b) 45 Pembahasan Penggunaan benih yang bermutu baik merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah. Rendahnya produksi tanaman bawang merah khususnya di daerah sentra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

22. Zat aditif pemanis yang sering digunakan sebagai campuran minuman ringan adalah. A. siklamat C. tetrazine B. formalin D.

22. Zat aditif pemanis yang sering digunakan sebagai campuran minuman ringan adalah. A. siklamat C. tetrazine B. formalin D. 20. Perhatikan gambar berikut! Pasang purnama terjadi pada kedudukan bulan bernomor... A. 1 dan 3 B. 1 dan 4 C. 2 dan 3 D. 2 dan 4 21. Komponen mobil yang terbuat dari besi menjadi berkarat akibat terendam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal Pengetahuan berdasarkan definisi secara umum merupakan luaran dari pembuatan model tentang bagaimana memfungsikan alam semesta, dengan cara melogika bagaimana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan bejana berjungkit sebagai alat pengukuran memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan pengggunaan alat pengkuran konvensional. Kelebihan alat ini memberikan kemudahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BOBOT LARVA LEBAH MADU Apis Cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN ABSTRACT

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BOBOT LARVA LEBAH MADU Apis Cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN ABSTRACT PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BOBOT LARVA LEBAH MADU Apis Cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Indah Desmilia 1, Jasmi 2, Elza Safitri 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko

Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko PEMANFAATAN LEBAH Trigona sp. UNTUK EFEKTIVITAS PENYERBUKAN TANAMAN PARE (Momordica charantia L.) DI PALAK JUHA KECAMATAN VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci