4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bentuk Fisik Rangka dasar mesin Desain awal dari mesin pencuci rumput laut mengacu pada mesin yang sifatnya fleksibel, ramah lingkungan dan moveable. Mesin dibuat untuk mudah digunakan, praktis, menggunakan energi yang terbarukan serta dirancang untuk dapat berpindahpindah. Bagian yang terpenting dalam rancang bangun mesin adalah pembuatan rangka, Rangka berfungsi sebagai penopang dan pemersatu antara komponen-komponen mesin yang satu dengan komponen mesin yang lainya. Rangka menjadi bagian yang sangat penting sehingga dapat menentukan bentuk mesin yang ideal dalam rancang bangun alat. Rangka dasar dari mesin dibuat dari bahan dasar besi yang di sambung dengan sistem pengelasan. (Gambar 22) Gambar 22. Rangka dasar mesin pencuci rumput laut Mesin dibentuk menyerupai kendaraan pengangkut beroda tiga. Bagian depan yang mempunyai dua roda sejajar diperuntukkan sebagai rangka pengangkut sedangkan bagian belakang yang mempunyai satu roda merupakan hasil modifikasi dari sepeda tipe mountain bike sebagai rangka penggerak. Bagian stang dan roda depan dari bagian sepeda dihilangkan kemudian dihubungkan langsung dengan rangka pengangkut. Kendali arah untuk keseluruhan mesin dibuat menyatu pada bagian rangka pengangkut. Tujuan dari mesin berbentuk kendaraan pengangkut yang dapat dipindahkan dan bersifat mobile ini adalah untuk memudahkan pembudidaya dalam mengantisipasi medan di daerah pesisir tempat budidaya rumput laut dilakukan. Cakupan lahan pembudidayaan yang luas merupakan salah satu medan yang biasanya menjadi kendala yang dialami

2 30 pembudidaya. Gambar 23 merupakan gambar skema kerangka dasar mesin pencuci rumput laut. Gambar 23. Skema kerangka mesin pencuci rumput laut Panjang, lebar, dan tinggi dari rangka mesin secara berturut-turur adalah 213 cm, 104 cm dan 115cm. Bagian kerangka mesin mempunyai 2 set pedal yang mempunyai fungsi yang berbeda, pedal bagian belakang merupakan pedal bawaan dari sepeda yang berfungsi dalam mobilitas mesin. Pedal bagian depan merupakan modifikasi yang dipasang pada bagian rangka pengangkut yang mempunyai kegunaan dalam menggerakkan wadah pencuci (drum dinamis). Kerangka untuk penempatan solar panel (Gambar 24) dipasang terhubung pada bagian kerangka pengangkut. Kemiringan 20 0 dari rangka solar panel dibuat agar solar panel dapat menyerap energi matahari secara optimal bukan hanya pada saat matahari tepat diatas lokasi mesin pencuci berada saja melainkan pada saat posisi matahari baru mulai naik dan hampir tenggelam. Posisi dengan kemiringan tersebut akan membuat lama

3 31 penyerapan energi matahari oleh solar panel lebih lama dibandingkan dengan posisi tepat menghadap ke atas (kemiringan 0 0 ) sehingga energi yang dapat tersimpan lebih banyak. Gambar 24. Rangka dasar yang telah dilengkapi kerangka untuk sistem solar panel Mesin pencuci dengan penggerak sistem pedal Salah satu sistem mekanika dalam menggerakkan bagian utama dari mesin pencuci adalah menggunakan sistem pedal. Sistem pedal yang digunakan menyerupai sistem pedal pada sepeda, dimana pada sepeda pedal yang dikayuh akan menggerakan roda belakang sehingga dapat berpindah sedangkan pedal pada mesin pencuci ketika dikayuh akan menggerakkan atau membuat drum dinamis berputar. Perpindahan gaya yang dihasilkan dari sistem pedal yang dikayuh menuju drum dinamis menggunakan transmisi rantai roll. Rancangan transmisi rantai roll ini selain menyediakan fleksibilitas, juga memungkinkan rantai mentrasmisikan gaya tarik yang besar. Pada saat pentransmisian daya antara poros-poros yang berputar, rantai berhubungan terpadu dengan roda bergigi yang disebut sproket (Gambar 25). Pada mekanisme sistem pencuci rumput laut ini menggunakan 2 transmisi rantai. Transmisi rantai pertama dihubungkan antara gear pedal dengan sproket dengan perbandingan 2 : 1, yang berarti setiap gear pedal berputar pada porosnya 1 kali maka sproket akan berputar 2 kali. Transmisi rantai yang kedua menghubungkan diantara 2 sproket dengan perbandingan 1 : 1. Dalam mekanisme sistem pedal ini digunakan batang as sebagai penghubung poros diantara 2 sproket (roda bergigi) yang ditopang oleh bearing (bantalan

4 32 bercangkang) yang dipasang pada kerangka pengangkut. Drum dinamis untuk dapat berputar pada porosnya pada bagian sisi kanan dan sisi kiri dipasang batang as yang dimodifikasi agar dapat mencengkram drum. Kemudian setiap batang as tersebut ditopang oleh masing-masing satu buah bearing/bantalan bercangkang agar beban daya untuk membuat drum berputar dapat terbagi pada kedua sisinya. Transmisi rantai yang menghubungkan antara sproket untuk menggerakkan drum dipasang disisi sebelah kiri Mesin Pencuci dengan Penggerak Sistem Motor AC Prinsip mekanisme penggerak dengan sistem motor AC hampir sama dengan prinsip mekanisme sistem pedal, yang membedakan adalah untuk sistem pedal sebagai energi penggerak menggunakan tenaga kayuhan yang dilakukan oleh manusia, sedangkan untuk sistem penggerak motor AC menggunakan tenaga listrik untuk menggerakkan motor (Gambar 26). Komposisi komponen alat yang dipakai pada penggerak sistem motor AC ini hampir sama dengan sistem pedal, kecuali adanya tambahan komponen kopling dan motor AC (Gambar 27.). Gambar 25. Bagian-bagian mesin pencuci dengan sistem pedal

5 33 (a) (b) Gambar 26. Mesin pencuci rumput laut (a) dengan sistem pedal; (b) dengan sistem motor Motor yang digunakan pada penelitian ini adalah motor AC yang memiliki daya 250 Watt dengan kecepatan putaran kurang lebih rpm. Motor ini menggunakan gear box sebagai reduksi putaran untuk menaikkan torsi atau kekuatan putar motor. Gear box yang digunakan menggunakan pebandingan gear 1 : 7,5 atau dengan kata lain ketika motor berputar 7.5 kali gear box akan berputar satu kali sehingga perputaran motor akan menjadi lambat namun kekuatan putar motor atau torsi meningkat. Penggunaan kopling bertujuan untuk menghubungkan poros motor dengan poros sistem mekanisme pencucian. Kopling akan memindahkan daya yang dihasilkan oleh motor menuju sistem mekenisme pencucian. Kopling yang digunakan adalah kopling fleksibel sehingga dapat memindahkan torsi secara halus yang disebabkan adanya sedikit ketidak lurusan aksial, anggular dan radial. Dikarenakan sistem mekanisme dengan penggerak motor ac bersatu dengan sistem penggerak pedal maka pada saat penggunaan sistem penggerak motor, pedal akan perputar pada porosnya mengikuti perputaran poros motor AC Mesin Pencuci dengan penggerak sistem hybrid Mesin pencuci dengan penggerak sistem hybrid merupakan penggabungan dari kedua sistem penggerak, yaitu sistem pedal dan sistem motor. Penggabungan mekanisme ini dimaksudkan dalam pengoperasian mesin ini dapat saling berbagi. Berbagi disini memiliki arti dapat dioperasikan sendiri-sendiri maupun dioperasikan secara kooperatif tanpa harus merubah kondisi mekanika mesin.

6 34 Gambar 27. Bagian-bagian mesin pencuci dengan sistem motor AC Penggunaan sistem pencuci rumput laut menggunakan sistem penggerak motor dikhususkan untuk pencucian rumput laut basah maksimal dengan bobot 5 kg dan air maksimal 36 liter dari 110 liter total air yang dapat ditampung oleh drum statis (110 liter = ½ volume dari volume drum statis). Hal ini dikarenakan kekuatan torsi dari motor yang kurang besar ditambah lagi adanya 4 buah balok almunium yang terpasang di bagian dalam drum dinamis mempunyai luasan permukaan 2,5x50 cm yang berfungsi sebagai pengaduk air menambah beban. Jika menggunakan sistem pedal kisaran bobot rumput laut yang dapat ditampung sebesar kg dan air maksimal 110 liter. Pada penggunaan sistem hybrid volume air maksimal untuk pencucian dapat mencapai 90 liter. Lama pengoperasian untuk sistem hybrid ini dibatasi hanya untuk 30 menit. Hal ini dilakukan karena beban yang diputar melebihi batas normal dari spesifikasi motor AC sehingga lebih banyak menghasilkan energi panas daripada energi gerak (efesiensi motor AC berkurang). Energi panas yang berlebih ini dapat terasa pada bagian body luar dari motor AC. Saat pengoperasian sistem hybrid kayuhan pengguna/user terasa lebih ringan dan perputaran pada porosnya konstan jika di bandingkan dengan sistem pedal yang dilakukan sendiri. Tabel 5 menunjukkan perbedaan dalam pemakaian sistem penggerak dalam pengoperasian mesin pencuci rumput laut

7 35 Tabel 5. Perbedaan pemakaian sistem penggerak dalam pengoperasian mesin pencuci rumput laut Sistem Pedal Sistem Motor Sistem Hybrid 1. Bobot dan volume air Bobot rumput laut kg, volume air Bobot rumput laut maksimal 5 kg dan Volume air maksimal 90 liter maksimal 110 liter volume air maksimal 36 liter 2. Perputaran drum dinamis pada porosnya Tidak menentu, tergantung kekuatan otot kaki pengguna Perputaran konstan Perputaran konstan (kayuhan sinergi dengan perputaran motor AC) 3. Lama Tidak menentu, Dengan bobot 30 menit pengoperasian tergantung kekuatan otot kaki pengguna kurang lebih 4 jam 4. Bentuk energi Ramah lingkungan, menggunakan kekuatan otot manusia Ramah lingkungan menggukan energi terbarukan, yaitu menggunakan solar panel Ramah lingkungan, menggabungkan kekuatan otot manusia dan listrik yang dihasilkan solar panel Dioperasikan secara kooperatif maksudnya dalam penggunaan sistem penggerak motor AC dan kayuhan pada sistem pedal dilakukan pada saat bersamaan. Untuk beban maksimum biasanya dibutuhkan kayukan pedal sebagai awalan untuk membantu perputaran drum dinamis. Hal ini disebabkan motor AC pada saat awalan membutuhkan daya hampir 2 kali lipat dari daya pada saat perputaran konstan. Sesuai dengan acuan awal desain dari mesin pencuci rumput laut yang sifatnya fleksibel, ramah lingkungan dan moveable, untuk ramah lingkungan dalam penelitian ini menggunakan sumber energi dari sistem solar panel. Sistem solar panel merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara). Sistem solar panel termasuk salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan berbeda dengan minyak dan batubara yang merupakan energi tak terbarukan yang dapat membuat polusi. Jika melihat dari karakteristik mesin pencuci rumput laut yang dalam pengoperasiannya memakai sumber energi yang berasal dari sistem solar

8 36 panel dan sistem pedal yang digerakan oleh tenaga manusia dan ramah lingkungan, mesin ini bisa dikategorikan sebagai green technology. Energi surya yang ditangkap oleh solar panel akan dirubah menjadi energi listrik yang searah (DC). Pada penelitian ini solar panel yang digunakan memiliki daya keluaran maksimum 100 Wattpeak hasil penggabungan secara paralel dari dua buah solar panel 50 Wattpeak atau dengan dengan kata lain solar panel ini akan menghasilkan daya maksimum 100 Watt perjamnya. Daya yang dihasilkan oleh solar panel akan diproses oleh controller agar tegangan masukan yang berasal dari solar panel stabil. Selain sebagai penstabil tegangan controller juga berfungsi sebagai pengatur pengisian pada baterai sehingga daya yang masuk dari solar panel menuju baterai akan stabil dan tidak menyebabkan kerusakan pada aki pada saat pengisian. Biasanya tegangan yang dihasilkan solar panel berkisar Volt, sehingga jika tanpa melalui controler baterai akan over-charge sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada baterai. Baterai yang dipakai adalah jenis aki kering dengan spesifikasi 12 Volt, dan 65 Ampere hour (Ah). Penempatan baterai pada mesin pencuci rumput ditempatkan pada bagian bawah dari kerangka pengangkut dan posisi tepat dibawah drum statis (wadah) (Gambar 28.) Gambar 28. Desain teknik mesin pencuci rumput laut berbasis teknologi hybrid

9 37 Keluaran daya pada baterai berupa tegangan DC atau tegangan searah sedangkan pada motor yang digunakan menggunakan tegangan AC atau tegangan bolak-balik. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan inverter agar dapat merubah tegangan DC menjadi tegangan AC, sehingga dapat menggerakan motor listrik. Komponen-komponen sistem solar panel yang dipergunakan dijelaskan dalam Tabel 6. Tabel 6. Komponen pembentuk sistem solar panel No. Nama alat Spesifikasi alat 1. Solar panel Bp Solar, model BP 350J (2 buah dipasang secara Peak power (Pmax) : 50 watt paralel) Warranted minimum P power : 45 watt Voltage (Vmp) : 17,7 V Current (Imp) : 2,9 Ampere Open circuit voltage (Voc) : 21,8 V Short circuit current (Isc) : 3,2 V Minimum bypass diode : 9 A Minimum series fuse : 20 A 2, Baterai Panasonic, valve regulated lead acid battery Model : LC X1265CH (12 Volt, 65 Ah, 20 hour) Pengisian baterai : 14,8 14,0 volt Standby use : 13,5 13,0 volt Intial current : kurang dari 25 Ampere 3. Controler Shinyoku, model S990 Tegangan 12 volt Toleransi arus 5-10 ampere 25% Current max holding for one minute Tegangan rata-rata yang masuk ke baterai 14,6 volt Self timer 4. Inverter DC to AC Suoer, power inverter model SDA 600 Daya maksimum 600 watt 12 volt DC to 230 volt AC Buzzer self protect

10 38 Gambar 29 merupakan bentuk akhir dari mesin pencuci rumput berbasis teknologi hybrid. Sesuai dengan desain awal mesin pencuci rumput laut ini menggunakan roda tiga yang dilengkapi dengan pemutar drum plastik dengan ontel. Pada bagian kerangka pengangkut terdapat 2 drum plastik berbeda ukuran yang digunakan sebagai wadah dalam sistem pencucian. Satu drum yang ukurannya lebih besar (warna biru, diameter 60 cm dan panjang 95 cm) bersifat statis yang berfungsi untuk menampung air dengan jumlah maksimum 50 % dari kapasitas drum yang dilengkapi kran outlet air, sedangkan drum yang ukurannya lebih kecil (berwarna hitam, diameter 50 cm dan panjang 75 cm) ditempatkan didalam drum yang ukurannya lebih besar (Gambar 29.). Drum tersebut bersifat dinamis yang bergerak memutar pada porosnya setelah mendapat daya dari sistem pedal dan sistem motor AC menggunakan sistem transmisi rantai. Bagian drum dinamis dibuat berlubang-lubang (Gambar 30) dan dipasang palang sejajar sebanyak 4 palang dengan luas penampang 2,5x50 (cm) yang memungkinkan terjadinya pengadukan yang merata untuk rumput laut yang dimasukkan ke dalamnya (Gambar 31). Tempat memasukkan rumput laut (loading) terdapat pada bagian atas. Rancangan pencuci rumput laut ini dapat dipindah atau bersifat mobile. (a) (b) Gambar 29. Bentuk akhir mesin pencuci rumput laut berbasis teknologi hybrid (a) tampak samping; (b) tampak depan

11 39 Gambar 30. Wadah pencuci rumput laut (drum statis berwarna biru sedangkan drum dinamis berwarna hitam) Gambar 31. Balok penampang yang terpasang didalam drum dinamis 4.2. Hasil Uji Coba Uji coba mobilitas mesin pencuci rumput Uji coba dilakukan di Departemen Ilmu dan Kelautan Gedung Marine Center, Institut Pertanian Bogor (Gambar 32). Uji coba dilakukan dengan menjalankan mesin dengan jalur lurus dan jalur memutar. Uji coba di jalur lurus tidak mengalami hambatan, sedangkan pada saat jalur memutar terdapat hambatan. Hambatan yang dialami yaitu pada saat berbelok. Hal ini dikarenakan posisi sumbu kendali (stang) yang berada di bagian atas menyebabkan pada saat berbelok posisi sepeda yang ditunggangi tidak tegak lurus (miring) pada sumbu normal. Posisi sepeda akan miring mengikuti kemana arah berbelok, sehingga membuat pengguna harus memiringkan badan untuk mengendalikannya (Gambar 33).

12 40 Gambar 32. Pengguna/users sedang melakukan pengujian mobilitas mesin pencuci rumput laut Gambar 33. Manuver pergerakan mesin rumput laut pada (a) jalur lurus, (b) jalur berbelok dan (c) jalur lurus dan berbelok dengan pivot (tumpuan) kendali berada pada bagian bawah rangka pengangkut

13 41 Penempatan pivot (tumpuan) pada bagian bawah rangka pengangkut, tepatnya diantara dua roda bagian depan akan mengurangi tenaga yang akan dikeluarkan oleh pengguna/user dalam manuver jalur berbelok. Tenaga yang dikeluarkan oleh pengguna/user digunakan hanya untuk membuat roda depan berbelok kanan-kiri bukan membuat keseluruhan rangka pengangkut berbelok kanan-kiri Uji coba sistem penggerak pencuci rumput laut dengan sistem motor AC Untuk mengetahui daya yang dikonsumsi oleh mesin dilakukan pengukuran pada baterai/aki. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai tegangan dan arus yang mengalir sebelum akhirnya masuk inverter DC to AC. Pengukuran dilakukan dengan mengunakan digital multimeter untuk mengukur tegangan dan ampermeter DC untuk mengukur arus sehingga dapat mengukur daya yang dikeluarkan. Pengukuran daya (watt) dilakukan dengan 3 perlakuan, yaitu drum dinamis berputar dengan diberi beban (volume air 36 liter), tanpa diberi beban, serta pengujian pada sistem hybrid dengan beban (volume air 90 liter). Pengukuran tegangan dan arus dilakukan setiap 10 menit dari menit pertama sampai dengan kondisi baterai/aki tidak dapat membuat motor berputar lagi (baterai habis). Pengukuran daya konsumsi motor dengan menggunakan beban untuk membuat motor AC berputar (Gambar 34.) pada detik pertama dibutuhkan konsumsi daya sebesar 896 Watt kemudian beberapa detik kemudian konsumsi daya menurun drastis sampai dengan 619 Watt pada menit pertama. Hal ini disebabkan karena pada awalan, motor akan menyerap arus lebih besar dari kondisi stabilnya. Arus awal yang diserap dari baterai adalah 70 Ampere, sedangkan pada saat stabil/konstan adalah 50 Ampere. Daya minimum yang di konsumsi baterai adalah 586 Watt. Waktu yang dibutuhkan untuk baterai pada perlakuan dengan beban hingga motor tidak dapat bekerja lagi adalah 240 menit atau 4 jam operasi. Kecepatan putar drum dinamis adalah 18 rpm. Tegangan pada motor sebesar 210 Volt dan arus yang dihasilkan sebesar 0,9 Ampere, sehingga dihasilkan daya pada motor sebesar 189 Watt dan torsi dari motor adalah 10,5 Nm.

14 42 650,00 600,00 Daya (Watt) 550,00 500,00 450,00 400,00 350,00 300, Waktu (menit) Daya (watt) dengan beban Daya (Watt) dengan beban Daya Daya (watt) (Watt) tanpa tanpa beban beban Daya Daya (watt) (Watt) sistem sistem hybrid hybrid dengan dengan beban beban Gambar 34. Perbandingan daya yang diperlukan untuk menggerakkan motor AC antara perlakukan dengan beban dan tanpa beban Pengukuran daya konsumsi motor dengan tanpa beban untuk membuat motor AC berputar pada detik pertama dibutuhkan konsumsi daya sebesar 793,2 Watt. Kemudian beberapa detik kemudian konsumsi daya menurun drastis sampai dengan 376,8 Watt pada menit pertama. Seperti halnya pada kondisi dengan beban, pada awalan, motor akan menyerap arus dua kali lipat dari kondisi stabilnya. Arus awal yang diserap dari baterai adalah 60 Ampere sedangkan pada saat stabil/konstan adalah 30 Ampere. Daya minimum yang di konsumsi baterai adalah 346,5 Watt. Waktu yang dibutuhkan untuk baterai pada perlakuan dengan beban hingga motor tidak dapat bekerja lagi adalah 480 menit atau 8 jam operasi. Kecepatan putar drum dinamis adalah 92 rpm. Tegangan pada motor sebesar 190 Volt dan arus yang dihasilkan sebesar 0,9 Ampere, sehingga dihasilkan daya pada motor sebesar 171 Watt dan Torsi dari motor adalah 1,86 Nm. Pengukuran daya konsumsi motor pada sistem hybrid dengan beban untuk menggerakan drum dinamis dengan bantuan kayuhan dari sistem pedal secara sinergi didapatkan daya awal untuk menggerakkan motor pada detik pertama adalah 750,6 Watt yang kemudian turun nilainya pada detik ke-2 sampai dengan 608,5 Watt dengan arusnya secara berturut-turut adalah 60 Ampere dan 50 Ampere. Pada keadaan konstan didapatkan nilai daya maksimumnya 608,5 Watt dan nilai minimumnya adalah 592,5

15 43 Watt. Waktu yang dibutuhkan untuk baterai pada perlakukan ini hingga motor tidak mendapat suplai listrik adalah 90 menit atau 1,5 jam dengan pengambilan sebanyak 3x30 menit. Pengambilan data ini dilakukan karena lebih banyak energi panas yang dihasilkan oleh motor AC dibandingkan dengan energi putar/gerak. Kecepatan putar dari drum dinamis pada perlakuan sistem hybrid dengan beban ini adalah 48 rpm. Tegangan pada motor sebesar 245 Volt dan arus yang dihasilkan sebesar 0,9 Ampere sehingga daya pada motor sebesar 220,5 Watt dan torsi dari motor adalah 4,59 Nm. Jika dibandingkan, daya yang dikonsumsi oleh baterai untuk menggerakkan motor AC dengan adanya beban akan lebih banyak mengkonsumsi daya lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa beban. Kecepatan putar untuk drum dinamis menggunakan beban lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa menggunakan beban, yaitu 18 rpm dan 48 rpm (sistem hybrid) untuk perlakuan menggunakan beban dan 92 rpm untuk perlakuan tanpa beban. Torsi dari motor AC untuk perlakuan menggunakan beban 10,5 Nm dan 4,59 Nm (sistem hybrid) sedangkan tanpa perlakuan beban 1,86 Nm. 4,2,3, Uji Coba Pencucian Rumput Laut Prose uji coba pencucian rumput laut dimulai dengan mengisi wadah penampungan air (drum statis) dengan air tawar. Setelah air tawar yang tertampung liter, sampel rumput laut yang akan dicuci dimasukkan ke dalam drum dinamis. Terlihat pada Gambar 35 rumput laut masih berwarna gelap. Setelah proses pencucian selama 10 menit dengan memutar drum dinamis secara kontinu, rumput laut hasil pencucian keadaannya lebih terang (Gambar 36) dari keadaan sebelum proses pencucian. Setelah pemindahan rumput laut yang telah dicuci ke dalam wadah ternyata didapatkan lebih banyak patahan-patahan dari bagian rumput laut dibandingkan sebelum proses pencucian karena pengepakan rumput laut basah ke dalam karung. Hal ini disebabkan karena mekanisme pencucian rumput laut dengan sistem putar horizontal. Sistem putar horizontal ini membuat rumput laut terbanting-banting di dalam drum dinamis sehingga dapat membuat rumput laut patah serta faktor kecepatan putar dari drum dinamis terlalu cepat. Selain itu, balok-balok pengaduk yang terpasang pada drum dinamis yang mempunyai sudut siku dapat membuat rumput laut patah. Dua bentuk modifikasi dari drum dinamis memungkinkan mengurangi jumlah rumput laut yang patah, yaitu (1) rumput laut dikondisikan agar tidak dapat bergerak bebas pada saat drum dinamis berputar, dan (2) modifikasi balok pengaduk agar menggunakan bahan yang

16 44 lembut dan mempunyai sudut yang tumpul. Pengurangan kecepatan perputaran drum dinamis pun dapat dijadikan solusi untuk mengurangi jumlah patahan rumput laut. Gambar 35. Rumput laut sebelum menjalani proses pencucian menggunakan mesin Gambar 36. Rumput laut yang telah melalui proses pencucian Setelah pemindahan rumput laut yang telah dicuci ke dalam wadah ternyata didapatkan lebih banyak patahan-patahan dari bagian rumput laut dibandingkan sebelum proses pencucian karena pengepakan rumput laut basah ke dalam karung (Gambar 37). Hal ini disebabkan karena mekanisme pencucian rumput laut dengan sistem putar

17 45 horizontal. Sistem putar horizontal ini membuat rumput laut terbanting-banting di dalam drum dinamis sehingga dapat membuat rumput laut patah serta faktor kecepatan putar dari drum dinamis terlalu cepat. Selain itu, balok-balok pengaduk yang terpasang pada drum dinamis yang mempunyai sudut siku dapat membuat rumput laut patah. Dua bentuk modifikasi dari drum dinamis memungkinkan mengurangi jumlah rumput laut yang patah, yaitu (1) rumput laut dikondisikan agar tidak dapat bergerak bebas pada saat drum dinamis berputar, dan (2) modifikasi balok pengaduk agar menggunakan bahan yang lembut dan mempunyai sudut yang tumpul. Pengurangan kecepatan perputaran drum dinamis pun dapat dijadikan solusi untuk mengurangi jumlah patahan rumput laut. Gambar 37. Kondisi rumput laut basah sebelum melalui proses pencucian Uji coba untuk mengetahui seberapa banyak kotoran dan kontaminan yang terlepas dari rumput laut hasil pencucian menggunakan mesin dilakukan dengan cara membandingkan kekeruhan air sebelum dilakukan pencucian dan kekeruhan air setelah pencucian selama 10 menit. Sampel air bekas pencucian kemudian diambil melalui outlet drum statis setalah sampel rumput laut telah dipindahkan. Kotoran dan kontaminan yang berasal dari rumput laut akan terlarut dalam air sehingga air akan menjadi berwarna lebih keruh. Pengujian dilakukan dengan mengukur tingkat kekeruhan dari air sampel dengan menggunakan TDS meter. Air sampel pencucian diperoleh dari hasil mencuci 10 kg rumput laut selama 10 menit yang ditampung dalam botol plastik 1,5L. Ada tiga botol sampel, yaitu (1) air sebelum pencucian (kontrol); (2) air sampel pencucian ulangan pertama; dan (3) air sampel pencucian ulangan kedua (Gambar 38).

18 46 Gambar 38. Botol yang berisi air sampel (1) air kontrol; (2) air sampel pencucian untuk ulangan pertama; dan (3) air sampel pencucian ulangan kedua Pengujian air sampel pencuci rumput laut dilakukan di Laboratorium Proling, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Parameter yang diukur adalah Total Dissolved Solids yang menunjukan jumlah partikel organik dan anorganik yang terkandung dalam air sampel. Alat yang digunakan adalah HACH Conductivity/TDS meter yang telah dikalibrasi pada tanggal 22 Juni 2010 oleh BALAI BESAR INDUSTRI AGRO (Gambar 39). Gambar 39. Pengujian air sampel menggunakan TDS meter Gambar 40. menunjukkan banyaknya jumlah rata-rata partikel organik dan anorganik pada air sampel bekas pencucian rumput laut. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk setiap sampel yang kemudian dirata-ratakan. Nilai rata-rata untuk

19 47 pengukuran air kontrol didapatkan 126,3 mg/l, sedangkan untuk nilai rata-rata sampel ulangan ke satu dan ke dua untuk sampel air bekas pencucian rumput laut secara berturutturut adalah 1838,0 mg/l dan 1049,3 mg/l. 2000,0 1800,0 1600,0 1400,0 1200,0 1000,0 800,0 600,0 400,0 200,0 0,0 TDS (mg/l) 1 (Kontrol) 2 3 Gambar 40. Hasil pengukuran TDS air sampel TDS (mg/l) Kotoran dan bahan lainnya yang menempel pada rumput laut akan tersapu pada proses pencucian. Kemudian terlihat dari hasil pengukuran TDS (mg/l) meter untuk air sampel pencucian didapat bahwa jumlah partikel organik dan anorganik yang terdapat air bekas pencucian memiliki lebih dari 10 kali lipat dari air kontrol untuk ulangan ke dua dan memiliki 20 kali lipat untuk sampel air bekas pencucian untuk ulangan pertama. Pencucian rumput laut dengan sistem wadah penampung air statis ini masih memiliki kelemahan karena air posisinya diam tidak bergerak sehingga kotoran dan kontaminan pun akan terkumpul pada wadah penampung air (drum statis). Ketika proses pencucian dilakukan kotoran dan kontaminan yang telah terlepas dari rumput laut akan terus teraduk/terangkat sejalan dengan lamanya proses pencucian dan ketika proses pencucian selesai, diperkirakan masih banyak kotoran dan kontaminan yang menempel kembali kepada rumput laut dibandingkan dengan yang mengendap pada bagian dasar drum statis.

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENCUCI RUMPUT LAUT BERBASIS TEKNOLOGI HYBRID (PROTOTYPE SEAWEED WASHING MACHINES BASED ON HYBRID TECHNOLOGY)

RANCANG BANGUN MESIN PENCUCI RUMPUT LAUT BERBASIS TEKNOLOGI HYBRID (PROTOTYPE SEAWEED WASHING MACHINES BASED ON HYBRID TECHNOLOGY) Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2 Mei 2011: 47-55 ISSN 2087-4871 RANCANG BANGUN MESIN PENCUCI RUMPUT LAUT BERBASIS TEKNOLOGI HYBRID (PROTOTYPE SEAWEED WASHING MACHINES BASED ON HYBRID

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya 4.1.1. Analisis Radiasi Matahari Analisis dilakukan dengan menggunakan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memanfaatkan energi cahaya matahari untuk menggerakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memanfaatkan energi cahaya matahari untuk menggerakan 35 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini memanfaatkan energi cahaya matahari untuk menggerakan motor DC dan untuk mengisi energi pada Akumulator 70Ah yang akan digunakan sebagai sumber listrik pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEPEDA LISTRIK BERTENAGA SURYA SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF MASYARAKAT

PEMBUATAN SEPEDA LISTRIK BERTENAGA SURYA SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF MASYARAKAT PKMT-3-8-1 PEMBUATAN SEPEDA LISTRIK BERTENAGA SURYA SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF MASYARAKAT D.Z. Anugra, M.H. Yanuar, S. Widodo, S.R. Wibowo, R. Kusuma Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK ANDHIKA IFFASALAM 2105.100.080 Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknologiIndustri Institut TeknologiSepuluhNopember Surabaya 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab DAMP) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN SUPLY PLN SHS MCB 2 MCB 1 BEBAN Gambar 3.10 Panel daya (kombinasi solar home system dengan listrik PLN) BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN 4.1 ANALISA SOLAR HOME SYSTEM Analisa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER 3.1 Deskripsi Plant Sistem solar tracker yang penulis buat adalah sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan cahaya matahari pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengukuran surya Cara pengukuran akan dilakukan dengan memanaskan air seberat 480 gram di atas pengumpul sinar. Suhu awal akan diukur terlebih dahulu dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Model Regenerative Brake pada Sepeda Listrik untuk Menambah Jarak Tempuh dengan Variasi Alifiana Buda Trisnaningtyas, dan I Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber dari masalah yang dihadapi di dunia sekarang ini adalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber dari masalah yang dihadapi di dunia sekarang ini adalah mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber dari masalah yang dihadapi di dunia sekarang ini adalah mengenai energi. Dapat dikatakan demikian karena hampir semua negara di dunia memerlukan energi untuk

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR. Diajukan oleh: MUHAMMAD D

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR. Diajukan oleh: MUHAMMAD D NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK SEPEDA STATIS TUGAS AKHIR Diajukan oleh: MUHAMMAD D 400 090 048 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ii

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

BAB XIV PESAWAT SEDERHANA

BAB XIV PESAWAT SEDERHANA BAB XIV PESAWAT SEDERHANA 1. Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana? 2. Alat-alat apa saja yang dapat digolongkan sebagai pesawat sederhana? 3. Apa kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari?

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN Diajukan Oleh: ABDUR ROZAQ D 400 100 051 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skematik Chassis Engine Test Bed Chassis Engine Test Bed digunakan untuk menguji performa sepeda motor. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1, skema pengujian didasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2 UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2 Prodi Teknik Elekro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP Ambo Intang Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tamansiswa,

Lebih terperinci

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL 1 SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL Dosen Pembimbing: Dr.Eng.Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE TESIS (TM 092501) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE NAMA : Rodika NRP : 2111201015 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, penggerak generator adalah dari kayuhan sepeda untuk menghasilkan listrik yang disimpan dalam akumulator 12 Volt 10Ah yang akan digunakan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA

PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA 1. ALAT UKUR GAYA Alat ukur gaya yang paling sederhana dan dapat mengukur secara langsung adalah dinamometer. Dalam laboratorium fisika, nama lain dari dinamometer

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari setiap modul yang mendukung sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 Deskripsi Peralatan Pengujian Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Yamaha Crypton secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG 3.1 RANGKAIAN SOLAR HOME SISTEM Secara umum sistem pemabangkit daya listrik fotovoltaik dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis[2]: a. Sistem langsung, yaitu

Lebih terperinci

Muizzul Fadli Hidayat (1), Irfan Syarif Arief, ST.MT (2), dan Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD (3)

Muizzul Fadli Hidayat (1), Irfan Syarif Arief, ST.MT (2), dan Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD (3) ANALISA PENGARUHGERAKAN BANDUL DENGAN DUA PEMBERAT DAN SUDUT YANG BERBEDA TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT - SISTEM BANDULAN ( PLTGL-SB ) Muizzul Fadli Hidayat (1), Irfan Syarif Arief,

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER Oleh : Bernadie Ridwan 2105100081 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Sutantra,

Lebih terperinci

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari sistem yang telah dirancang. Dari hasil pengujian akan diketahui apakah sistem yang dirancang memberikan hasil seperti

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN

DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN Jurnal Emitor Vol. 14 No. 02 ISSN 1411-8890 DESAIN SEPEDA STATIS DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN SEBAGAI PENGHASIL ENERGI LISTRIK TERBARUKAN Hasyim Asy ari, Muhammad, Aris Budiman Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yang pertama adalah membahas perancangan alat yang meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

PANEL SURYA dan APLIKASINYA PANEL SURYA dan APLIKASINYA Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 10 24 joule pertahun. Jumlah energi sebesar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. a Batasan masalah pembuatan tugas akhir ini adalah terbatas pada sistem kontrol bagaimana solar cell selalu menghadap kearah datangnya sinar matahari, analisa dan pembahasan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 Muhammad Hafidz Anshori 1 dan Misbachudin 1 1) Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur Banjarmasin ABSTRAK Tingkat pencurian mobil

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Ayub Subandi Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia * ayub.subandi@email.unikom.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTYPE ALAT KONVERSI ENERGI MEKANIK DARI LAJU KENDARAAN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN VARIASI PEMBEBANAN INTISARI

PENGUJIAN PROTOTYPE ALAT KONVERSI ENERGI MEKANIK DARI LAJU KENDARAAN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN VARIASI PEMBEBANAN INTISARI PENGUJIAN PROTOTYPE ALAT KONVERSI ENERGI MEKANIK DARI LAJU KENDARAAN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN VARIASI PEMBEBANAN M. Samsul Ma arif Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.. Spesifikasi Sistem 4... Spesifikasi Panel Surya Model type: SPU-50P Cell technology: Poly-Si I sc (short circuit current) = 3.7 A V oc (open circuit voltage) = 2 V FF (fill

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Dalam melakukan proses penelitian digunakan alat sebagai berikut: 1. Dynamometer Dynamometer adalah sebuah alat yang digunakan

Lebih terperinci