METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti Gambar 5. Mulai Indentifikasi masalah Gagasan awal Pengembangan dan penyempurnaan gagasan Perhitungan dan perencanaan elemen mesin (analisis) Pelaksanaan Hasil rancangan Mempersiapkan bahan dan peralatan pembuatan hasil rancangan Perakitan hasil rancangan Penyetelan hasil rakitan Tidak Sesuai Pengujian kinerja hasil rakitan (kapasitas) Penyempurnaan hasil rakitan Sesuai Bucket elevator hasil rancangan Selesai Gambar 5 Tahapan penelitian

2 15 Proses Desain Dalam mendesain bucket elevator perlu dilakukan proses desain. Adapun tahap-tahap dalam proses desain seperti yang disajikan sebagai berikut. Identifikasi Masalah Bucket elevator yang ada di pasaran pada prinsipnya bisa untuk biji-bijian namun perlu pengaturan dan penyesuaian apabila digunakan untuk pemindah bahan (biji jagung) pada sistem pengering Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid dan In-Store Dryer (ISD). Oleh karena itu perlu dirancang bucket elevator khusus sebagai mesin pemindah bahan (biji jagung) yang disesuaikan dengan bentuk dan posisi alat terintegrasi pengering ERK-Hybrid dan ISD. Desain bucket elevator dibuat khusus karena untuk memenuhi :1) kapasitas yang diharapkan 1400 kg/jam karena biji jagung yang dikeringkan menggunakan pengering ERK-Hybrid berkapasitas 1400 kg, ) digunakan untuk memindahkan biji jagung dalam kondisi kering dengan kadar air rata-rata 16%, 3) ketinggian pengangkutan 5,1 m, dan 4) sistem pengumpanan dari pengering ERK-Hybrid harus ditampung terlebih dahulu di bak penampungan. Skema rangkaian pengering ERK-Hybrid Bucket Elevator ISD dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Skema rangkaian pengering ERK-Hybrid Bucket Elevator ISD Gagasan Awal Gagasan awal dalam membuat bucket elevator adalah disesuaikan dengan bentuk dan posisi alat pengering ERK-Hybrid dan ISD terintegrasi, sehingga rancangan ini diharapkan bisa digunakan dan optimal dalam kinerjanya.

3 16 Mekanisme kerja bucket elevator diawali pengaliran bahan (biji jagung) dari saluran pengeluaran pengering ERK-Hybrid ke corong pemasukan bucket elevator yang kemudian dipindahkan dari corong pengeluaran bucket elevator ke penyimpan ISD. Pemindahan biji jagung dengan kapasitas yang diharapkan 1400 kg/jam dilakukan dengan membuat kecepatan putar di puli atas yang sesuai untuk mendapatkan kapasitas tersebut. Pemindahan biji jagung dengan kondisi kadar air kering 16% dilakukan dengan membuat corong pemasukan dan corong pengeluaran dengan sudut kemiringan di atas sudut curah biji jagung, yaitu Ketinggian pengangkutan dicapai dengan memasukan kaki rangka ke bawah tanah. Bak penampung untuk menampung biji jagung dibuat dengan ukuran yang besar dengan sudut kemiringan bak di atas sudut curah biji jagung, yaitu Desain Fungsional. Bucket elevator yang didesain digunakan untuk memindahkan biji jagung dari pengering ERK-Hybrid ke penyimpan ISD. Biji jagung dari pengering ERK-Hybrid yang sudah mencapai kadar air 16% dikeluarkan secara kontinyu melalui lubang pengeluaran pengering ERK-Hybrid, kemudian biji jagung tersebut ditampung di bak penampung. Dari bak penampung ini biji jagung langsung disalurkan ke corong pemasukan bucket elevator, dari corong pemasukan biji jagung akan mengalir menuju bucket-bucket sebagai wadah yang bergerak berputar ke atas. Bucket-bucket akan menampung biji jagung dengan dua cara yaitu menangkap bahan dari corong pemasukan dan menyendok bahan dari bagian dasar bucket elevator. Untuk meletakkan bucket-bucket tersebut digunakan sabuk datar yang dipasang mengelilingi puli atas dan bawah. Untuk mengerakkan sabuk datar diperlukan puli penggerak atas yang akan digerakkan oleh motor listrik, karena kecepatan putar di motor listrik biasanya terlalu tinggi maka diperlukan gear box untuk mereduksi kecepatan putar menjadi kecepatan putar yang diharapkan. Untuk menghubungkan poros motor ke gear box dan poros gear box ke poros puli atas penggerak bucket elevator digunakan sabuk-v dan puli transmisi. Lalu bucket yang berada di bagian atas puli atas akan melemparkan biji jagung ke arah corong pengeluaran bucket elevator. Dari corong pengeluaran disalurkan menggunakan saluran pengeluaran yang berupa selang fleksibel ke

4 17 penyimpan ISD. Untuk menjamin tegaknya bagian-bagian tersebut dan menopang semua beban yang diletakkan di atasnya serta dapat menahan gaya-gaya yang terjadi akibat transmisi tenaga dan berat beban, dibutuhkan rangka mesin. Rangka mesin ini terdiri dari rangka ruang pemindah bahan dan kaki rangka. Agar biji jagung yang diangkut ke penyimpan ISD selama bucket elevator beroperasi tidak ke luar dari bucket elevator maka digunakan penutup. Penutup terdiri dari tiga bagian yaitu penutup ruang pemindah bahan, penutup atas dan penutup bawah. Dengan keadaan tersebut di atas bucket elevator secara fungsional dapat memindahkan bahan (biji jagung) dari pengering ERK-Hybrid ke penyimpan ISD. Desain Struktural. Penentuan dimensi komponen mesin disesuaikan dengan dimensi komponen mesin yang lain. Penentuan dimensi mesin akan didasarkan hasil analisa teknis dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan serta memperhatikan segi ekonomis dan efisiensi kerja. Rangka Mesin. Rangka mesin bucket elevator terdiri dari kaki rangka dan rangka ruang pemindah, yang keduanya terbuat dari bahan besi siku 40 x 40 mm dengan tebal 4 mm. Dasar pertimbangan menggunakan ukuran tersebut adalah kekuatan menahan beban. Massa keseluruhan beban (m) yang ditopang oleh kaki rangka yang terbuat dari besi siku adalah 149 kg. Gaya menahan keseluruhan beban F (N) : F m g... (5) 149 9, ,69 N Luas penampang kaki rangka yang terbuat dari besi siku A (m ) : A p l... (6) 0,5 0,5 0,5m Sehingga kekuatan besi siku menahan beban σ (Kpa) : σ F A , ,76 N / m 5,847 KPa 0,5 di mana m : massa keseluruhan beban (kg) g : percepatan gravitasi (m/detik ) Kaki rangka yang terbuat dari bahan besi siku mempunyai tegangan patah (ultimate strength) 350 Mpa (Howatson AM, Lund PG, Todd JD. Engineering (7)

5 18 Tables and Data p 41). Dengan kekuatan besi siku menahan beban tidak melebihi tegangan patah maka kaki rangka yang terbuat dari besi siku cukup kuat menahan beban. Kaki rangka berbentuk ruang trapesium dengan panjang 500 mm, lebar 500 mm dan tinggi 500 mm. Di mana penampang atas berbentuk persegi panjang berukuran lebar bagian dalam 140 mm, lebar bagian luar 0 mm, panjang bagian dalam 330 mm dan panjang bagian luar 415 mm, ukuran ini diperoleh berdasarkan ukuran panjang dan lebar rangka ruang pemindah bahan. Sketsa kaki rangka seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar 7 Kaki rangka Adapun dimensi rangka ruang pemindah terdiri dari : lebar rangka bagian dalam 140 mm dan lebar rangka bagian luar 0 mm. Ukuran lebar rangka ruang pemindah bagian luar (L r ) diperoleh dari : L r p b + j p mm di mana p b : panjang bucket (mm) j p : jarak sisi kiri dan kanan bucket ke penutup depan dan belakang (mm) Panjang rangka bagian dalam 330 mm dan panjang rangka bagian luar 415 mm. Ukuran panjang rangka ruang pemindah bagian luar (P r ) diperoleh dari : P l r b + d p + j p mm di mana l b : lebar bucket (mm) d p : diameter puli atas atau bawah (mm) j p : jarak sisi depan bucket ke penutup kiri dan kanan (mm) (8) (9)

6 19 Tinggi rangka ruang pemindah (T rp ) diperoleh dari T rp t isd + t st mm di mana t isd : tinggi ISD (mm) t st : tinggi sisi tegak yang membuat kemiringan 35 0 Dari ukuran panjang, lebar, dan tinggi rangka ruang pemindah didapat bentuk rangka ruang pemindah yang dapat dilihat pada Gambar 8. (10) Gambar 8 Rangka ruang pemindah bahan Bucket. Produk yang diangkut adalah berupa biji jagung dengan kapasitas pemindahan yang diharapkan 1400 kg/jam. Dari nilai kapasitas 1400 kg/jam 0,388 kg/detik, dengan nilai kecepatan sabuk 0,433 m/detik dan jarak antar bucket 0,3 m yang telah diketahui, didapatkan volume bucket dari persamaan berikut : V v Q... (11) s Q s V v 0,388 0,3 0,7 kg 0,433 di mana V : kapasitas bucket (kg) Q : kapasitas pemindahan bahan (kg/detik) v : kecepatan sabuk (m/detik) s : jarak antar bucket (m)

7 0 Setelah massa bucket dikonversi ke volume didapat nilai 0,37 liter. Bucket yang digunakan yang tersedia di pasaran, karena tidak ada kapasitas bucket yang sama maka dipilih yang mendekati yaitu kapasitas 0,5 liter dengan ukuran sebagai berikut : panjang 116 mm, lebar 100 mm, tinggi 90 mm. Sehingga diperoleh volume satu bucket : Volume panjang 1/ lebar tinggi... (1) 0,116 m 1/ 0,10 m 0,09 m 3 0,0005 m Dengan densitas kamba jagung 718 kg/m 3 diperoleh dari Tabel 11. Grain properties related to pneumatic conveying (ASAE Data D41. dalam Srivastava et al. 1993). Diperoleh massa jagung satu bucket : massa jagung volume densitas kamba... (13) 0,0005m 718 kg / m 0,36 kg Sketsa bucket dapat dilihat pada Gambar Gambar 9 Bucket Bucket yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari plastik, dengan alasan memiliki kelebihan dibanding dari bahan plat : lebih mudah dalam pemasangan, harga pembuatan lebih murah, ukuran bucket lebih seragam, tidak merusak bahan, umur pakai bucket lebih lama. Sabuk Datar. Sabuk datar yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari karet dengan empat lapisan. Sabuk datar dari bahan karet tersedia di pasaran dengan bermacam-macam ukuran lebar seperti : 40 mm, 60 mm, 80 mm, 100 mm, 00 mm dengan tebal masing-masing sama yaitu 5 mm. Dipilih ukuran sabuk

8 1 dengan ukuran lebar 100 mm, karena bucket yang akan dikaitkan ke sabuk mempunyai panjang 116 mm, sehingga sabuk sudah dapat menyanggah bucket. Sedangkan panjang sabuk (Ps) diperoleh dari persamaan : P s ( t p ) + ( 1/ k p ) ( t ) + ( 1/ π d ) p ( 4,885 ) + ( 1/ 3,14 0,09) 9,77 + 0,8 10,05m di mana t p : tinggi pemindahan (m) k p : keliling puli (m)... Gaya untuk menarik bucket kosong (sisi kendor, Ts) berjumlah 13 buah F (N) : F 1 m 1 g (0,1 13) 9,81 1,75 N Gaya untuk menarik bucket berisi biji jagung (sisi ketat, T L ) berjumlah 13 buah F (N) : F m g (0,37 13) 9,81 47,19 N F tot F1 + F... 1, ,19 59, 94 N Luas penampang sabuk datar A (m ) : A l t... 0,10 0,005 0,0005m Sehingga kekuatan menarik beban σ (kpa): σ F A... 59, N / m Pa 119,88 KPa 0,0005 di mana m : massa bucket berisi biji jagung (kg) g : percepatan gravitasi (m/detik ) (14) (15) (16) (17) Sabuk datar dari bahan karet ini mempunyai tegangan patah (ultimate strength) sebesar 15 Mpa (Howatson AM, Lund PG, Todd JD. Engineering Tables and Data p 41), dengan kekuatan tarik yang tidak melebihi tegangan patahnya, maka sabuk datar cukup kuat untuk menarik beban sehingga tidak menyebabkan robek. Sketsa sabuk datar (flat belt) dapat dilihat pada Gambar 10.

9 Gambar 10 Sabuk datar (flat belt) Dipilih sabuk dari karet bukan rantai atau bahan lain karena produk yang akan diangkut adalah biji-bijian, dalam hal ini biji jagung yang digunakan untuk keperluan pangan maka bahan yang paling cocok adalah sabuk dari karet. Jika menggunakan rantai sebagai transmisi, akan sering dilakukan pelumasan yang akan berakibat biji jagung kotor terkena minyak. Sabuk datar dari bahan karet mempunyai kelebihan : harga lebih murah, mudah dalam pemasangan, dapat dipakai untuk jarak poros yang jauh. Sabuk dari karet yang dipakai dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Sabuk datar dari karet Puli silinder. Puli silinder atas dan bawah terbuat dari pipa baja dengan panjang 130 mm, karena dengan panjang tersebut, sabuk datar sudah dapat diletakkan. Sedangkan diameter puli silinder diperoleh dari persamaan berikut : ( π d n) v d ( v 60) ( π n) ( 0,433 60) ( 3,14 9) 0,089m 9 cm di mana d : diameter puli silinder (cm) v : kecepatan sabuk (m/detik) n : kecepatam putar puli (rpm) Puli silinder atas dan bawah ini kiri dan kanannya diberi penutup. Penutup puli silinder terbuat dari plat datar yang berbentuk lingkaran dengan diameter (18)

10 3 130 mm dan tebal 5 mm. Sedangkan kekuatan puli silinder diperoleh dengan persamaan : Gaya untuk menahan sabuk datar F 1 (N) : F1 m 1 g 6,10 9,81 60,04 N Gaya untuk menahan bucket kosong yang berjumlah 13 buah F (N) : F m g 0,1 13 9,81 1,75 N Gaya untuk menahan bucket berisi jagung yang berjumlah 13 buah F 3 (N) : F3 m3 g 0, ,81 47,19 N Gaya untuk menahan beban keseluruhan F tot (N) : F tot F1 + F + F ,04 + 1,75+ 47,19 119, 98 N di mana m 1 : massa sabuk datar (kg) m : massa bucket kosong (kg) m 3 : massa bucket berisi biji jagung (kg) Luas penampang puli silinder A (m ) : 1 A π D x3,14 0,09 0,09m 4 0,00635m Sehingga kekuatan tekan puli silinder σ (Kpa) : F σ... A 119,98 N 0,00635m 18894,5 N / m 18894,5 Pa 18,894kPa (19) (0) (1) Puli silinder dari bahan baja mempunyai tegangan patah (ultimate strength) sebesar 760 Mpa (Howatson AM, Lund PG, Todd JD. Engineering Tables and Data p 41). Dengan kekuatan tekan puli silinder yang tidak melebihi tegangan

11 4 patahnya berarti puli silinder cukup kuat menahan beban. Sketsa puli silinder dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Puli silinder Puli silinder digunakan untuk meletakkan sabuk (belt) yang berfungsi untuk mentransmisikan daya, puli ini dapat berputar dengan kecepatan sama atau berbeda. Untuk sabuk datar (flat belt) umumnya dipakai pada crowned pulleys. Gambar Crowned pulley dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Crowned Pulley Puli silinder yang digunakan adalah crowned pulley terbuat dari pipa baja yang ditutup oleh plat baja datar. Puli silinder dari bahan pipa baja mempunyai kelebihan : konstruksi kuat, slip antara sabuk dan puli rendah, harga pembuatan lebih murah dan mudah dalam pembuatan. Gambar 14 As As. As yang digunakan terdiri dari dua buah terbuat dari besi pejal berbentuk silinder dengan panjang masing-masing 500 mm serta diameter masingmasing 0 mm. As ini diletakkan di tengah-tengah puli silinder sebagai poros transmisi. Untuk memilih as mengikuti diagram alir pada Lampiran 1 dan dari

12 5 perhitungan diameter as pada Lampiran dihasilkan diameter poros lebih besar dari 17 mm. Sketsa as dapat dilihat pada Gambar 14. Corong Pemasukan. Penampang atas corong pemasukan berbentuk trapesium dengan ukuran dimensi sebagai berikut : sisi besar 100 mm, sisi kecil 80 mm, sisi sejajar 80 mm, corong pemasukan ini dibuat melengkung dengan sudut kelengkungan 40 o, tinggi corong 80 mm, lengkungan kecil 100 mm dan lengkungan besar 00 mm. Corong pemasukan ini terbuat dari plat baja dengan ketebalan 1 mm. Corong pemasukan terbuat dari bahan plat baja karena mudah didapat, kuat dan mudah dibentuk. Adapun sketsa corong pemasukan dapat dilihat seperti Gambar 15. Gambar 15 Corong pemasukan Corong Pengeluaran. Penampang lubang corong pengeluaran awal berbentuk persegi panjang dengan ukuran dimensi sebagai berikut : lubang pengeluaran awal panjang 300 mm dan lebar 100 mm, corong pengeluaran berbentuk silinder yang dibuat miring, dengan sudut kemiringan 40 o, sisi kemiringan kecil 340 mm, sisi kemiringan besar 640 mm, lubang pengeluaran akhir panjang 100 mm dan lebar 100 mm. Corong pengeluaran ini terbuat dari plat baja dengan ketebalan 1 mm. Corong pengeluaran terbuat dari bahan plat baja karena mudah didapat, kuat dan mudah dibentuk. Sketsa corong pengeluaran dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Corong pengeluaran

13 6 Penutup Mesin. Penutup terdiri dari penutup ruang pemindah bahan, penutup atas dan penutup bawah. Penutup ruang pemindah terdiri dari empat bagian lembaran plat eser persegi panjang dengan ukuran panjang 4885 mm dan lebar 415 mm sebanyak dua buah dan dengan ukuran panjang 4885 mm dan lebar 0 mm sebanyak dua buah. Untuk penutup atas dan bawah tidak dibuat rangka, karena berbentuk setengah lingkaran, sehingga langsung digunakan plat baja yang berukuran tebal 1 mm dengan ukuran panjang 415 mm, lebar 0 mm dan tinggi minimum 10 mm dan tinggi maksimum 50 mm. Untuk penutup ruang pemindah terbuat dari plat eser dengan alasan bahan mudah didapat, kuat dan mudah dibentuk. Adapun pemilihan bahan penutup atas dan bawah terbuat dari bahan plat baja adalah karena plat ini mudah didapat, kuat dan mudah dibentuk sebagai penutup. Sketsa penutup atas dan bawah dapat dilihat dalam Gambar 17. Gambar 17 Penutup atas dan bawah Bentuk setengah lingkaran ini dipilih untuk menyesuaikan bentuk puli atas dan bawah yang berbentuk lingkaran, sehingga memudahkan pemasukan dan pengeluaran bahan (biji jagung) dari corong pemasukan dan pengeluaran yang dibuat miring dengan sudut kemiringan 40 o. Motor Listrik. Penggerak mesin bucket elevator menggunakan sumber tenaga penggerak motor listrik, agar efisien maka perlu direncanakan daya dan putaran yang dibutuhkan untuk memindahkan bahan dari pengering ERK-hybrid ke penyimpan ISD. Secara umum motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar di dalam motor AC, kumparan motor tidak menerima energi listrik langsung tetapi secara induksi seperti yang terjadi pada kumparan sekunder transformator. Oleh karena itu motor AC dikenal dengan motor induksi. Sebenarnya motor induksi dapat diidentifikasikan dengan transformator yang kumparan primernya sebagai

14 7 kumparan motor. Motor listrik yang digunakan pada penelitian ini dengan spesifikasi daya : 550 Watt dan kecepatan putar : 1400 rpm. Bagian transmisi. Bagian transmisi merupakan bagian terpenting dalam mesin bucket elevator dan unit ini terdiri dari : puli transmisi, gear box, dan sabuk-v (V-belt). Unit transmisi diletakkan di bagian atas bucket elevator karena letak motor penggerak terletak di atas. Letak motor listrik di atas dikarenakan motor listrik berfungsi untuk menggerakan bucket dari bawah ke atas. Puli Transmisi. Puli transmisi digunakan untuk mentransmisikan daya, pada mesin bucket elevator ini ada 4 buah puli transmisi yang berbentuk lingkaran dengan beralur V. Perhitungan diameter poros dan jarak antar poros dengan mengikuti diagram alir pada Lampiran 3. Puli transmisi yang menghubungkan poros motor ke poros gear box masing-masing berukuran inchi, dengan diameter lubang poros 13 mm dan 13 mm dengan jarak antar poros mm (Lampiran 4). Sedangkan puli transmisi yang menghubungkan poros gear box ke puli silinder atas berukuran masing-masing 6 inchi dan 3 inchi, dengan diameter lubang poros 39 mm dan 5 mm dengan jarak antar poros mm (Lampiran 5). Adapun bahan pembuat puli transmisi (beralur V) terbuat dari bahan almunium pejal. Dipilih bahan ini dengan pertimbangan : bahan mudah didapat, harga relatif murah dan kuat. Gear box. Gear box digunakan untuk mempercepat dan mengurangi kecepatan putar motor sehingga diperoleh kecepatan putar yang diharapkan. Karena kecepatan putar yang diharapkan 9 rpm, sedangkan kecepatan putar motor 1400 rpm, maka dipilih perbandingan gear box dengan rasio 1 : 30. Dengan rasio ini dihasilkan kecepatan putar di gear box keluaran 46 rpm dan kecepatan putar di puli silinder atas 9 rpm. Diagram pengaturan kecepatan putar puli dapat dilihat pada Lampiran 10. Sabuk-V (V-belt). Berdasarkan hasil perhitungan dalam merencanakan sabuk-v pada Lampiran 4 dan 5, untuk penggerak gear box dipilih sabuk-v standar tipe A, No 31 dengan panjang sabuk 787 mm dan tebal sabuk 9 mm. Sedangkan hasil perhitungan sabuk-v untuk penggerak bucket elevator dipilih sabuk-v standar tipe A, No 7 dengan panjang sabuk 686 mm dan tebal sabuk 9 mm. Kelebihan sabuk-v adalah sebagai berikut : sabuk-v lebih kompak, slip

15 8 kecil dibanding flat belt, operasi lebih tenang, mampu meredam kejutan saat mulai, putaran poros dapat dalam arah dan posisi kedua poros dapat sembarang. Dipilih sabuk-v standar bertipe A, karena paling sesuai dengan puli beralur V. Adapun gambar sabuk-v tipe standar A dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18 Sabuk-V tipe standar A Pengembangan dan Penyempurnaan Gagasan Gagasan perancangan bucket elevator dikembangkan dan disempurnakan dengan menyesuaikan bentuk dan posisi pengering ERK-Hybrid dan ISD. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan perhitungan untuk mendapat ukuran/bentuk dan bahan. Disamping itu perlu diperhatikan kendala yang ada di lapangan. Apabila ditemui kendala di lapangan, maka dilakukan solusi untuk mengatasinya. Analisis Analisis desain mesin bucket elevator mencakup perencanaan elemen mesin, baik aspek mekanika, kebutuhan tenaga, ketersediaan komponen dipasaran maupun kendala yang mungkin terjadi di lapangan. Agar mesin bucket elevator dapat melakukan pemindahan bahan secara tepat dan efisien maka perlu dilakukan beberapa pertimbangan dalam merancangnya. Perhitungan dan perencanaan elemen mesin dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan kapasitas yang diharapkan 1400 kg/jam. Dengan kapasitas tersebut dicari nilai-nilai untuk memenuhinya seperti perhitungan pada Lampiran 10. Dari perhitungan didapatkan nilai kecepatan sabuk (bucket) 0,433 m/detik, kecepatan putar 9 rpm, tinggi pengangkutan 5,1 m, volume bucket 0,5 liter, jarak antar bucket 0,3 m, dan jumlah bucket 6 buah. Perencanaan Kapasitas. Dalam merancang mesin bucket elevator ini direncanakan kapasitas pemindahan bahan (biji jagung) sebesar 1400 kg/jam. Dengan pertimbangan bahan yang dikeringkan pada pengering ERK-Hybrid

16 9 sebesar 1400 kg dan proses pemindahan dapat selesai dalam 1 jam. Kapasitas bucket elevator ditentukan oleh : kapasitas bucket, kecepatan sabuk dan jarak antar bucket. Perencanaan Daya Penggerak. Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan daya, maka dibutuhkan daya penggerak sebesar 53 watt dengan putaran yang diharapkan sebesar 9 rpm. Karena sulit didapat penggerak dengan daya tersebut maka dipilih motor penggerak 1 fase berdaya 550 Watt dengan putaran 1400 rpm, motor listrik ini dipilih karena banyak di pasaran, harga murah dan daya lebih besar dari daya yang dibutuhkan. Putaran motor 1400 rpm lebih besar dari kebutuhan putaran motor yang diharapkan 9 rpm, oleh karena itu digunakan perbandingan putaran puli dan pereduksi putaran dengan perbandingan putaran 1 : 30 seperti ditampilkan dalam Lampiran 10. Untuk mendapatkan perbandingan putaran penggerak gear box diasumsikan kecepatan putar motor penggerak (n 1 ) 1400 rpm, diameter puli penggerak (d p ) 50 mm dan diameter puli yang digerakkan (D p ) 50 mm, sehingga didapat perbandingan putaran puli untuk menggerakan gear box (n ) sebagai berikut : n n 1 D d p p 1400 n n 1 n 1400 rpm sehingga didapatkan putaran puli untuk menggerakan gear box sebesar 1400 rpm, karena gear box mempunyai perbandingan 1 : 30 maka keluaran gear box sebesar 46 rpm. Untuk mendapatkan perbandingan putaran penggerak bucket elevator, diasumsikan kecepatan putar gear box (n 1 ) 46 rpm, diameter puli penggerak (d p ) 150 mm dan diameter puli yang digerakkan (D p ) 75 mm, maka kecepatan putar puli atas untuk menggerakkan bucket elevator adalah : n n 1 D d p p 46 n n 0,5 n 9rpm Perencanaan Sistem Transmisi Sabuk V. Puli adalah suatu bagian mesin yang berguna untuk mendistribusikan daya dari satu poros ke poros lain, sehingga mekanisme mesin dapat berjalan dengan baik. Pada umumnya puli terbuat dari baja, baja tuang, dan almunium. Berdasarkan kedudukan rodanya, puli dapat dibagi menjadi puli tetap dan puli bergerak. Puli tetap adalah puli yang rodanya

17 30 berputar pada poros yang tidak bergerak, sedangkan pada puli bergerak rodanya berputar pada poros yang kedudukannya dapat bergeser naik turun. Diagram alir untuk memilih sabuk-v (V-belt) dapat dilihat di Lampiran 3. Kelebihan penggunaan puli adalah biaya pembuatan dan perawatan relatif lebih murah, suaranya lebih halus dibandingkan dengan roda gigi/sprocket dan lebih mudah mentransmisikan daya yang letak porosnya berjauhan. Sedangkan kekurangan penggunaan puli adalah efisiensinya lebih kecil dibanding roda gigi/sprocket dan lebih mudah slip kerena puli memakai transmisi sabuk. Dalam perancangan puli ini, penulis menentukan diameter puli untuk mendapatkan perbandingan putaran, sehingga putaran dari motor dapat disalurkan baik dibesarkan atau dikecilkan sesuai dengan perancangan dengan menggunakan persamaan dari Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978) : n 1 n D d p p... () di mana n 1 : putaran poros motor penggerak (rpm) n : putaran poros motor digerakkan (rpm) D p : diameter puli yang digerakkan (mm) d p : diameter puli penggerak (mm) Pelaksanaan Merupakan langkah untuk mewujudkan hasil rancangan ke dalam bentuk fisik (bucket elevator). Untuk diagram alir perencanaan dan pengujian bucket elevator ditampilkan dalam Gambar 5. Bentuk fisik (bucket elevator) dibuat berdasarkan rancangan bucket elevator yang sudah dipindahkan ke dalam gambar teknik dan dilengkapi dengan informasi yang diperlukan. Konstruksi Bucket Elevator Rangka mesin dibuat dari bahan besi siku. Penyambungan antar rangka menggunakan las listrik sedangkan penggerindaan dilakukan dengan gerinda tangan untuk menghaluskan pengelasannya. Setelah Rangka mesin dibuat dilakukan pemasangan puli silinder atas dan bawah dengan terlebih dahulu meletakkan as di tengah-tengah puli silinder atas dan bawah, lalu dilakukan pemasangan sabuk datar. Pemasangan sabuk datar dilakukan dengan mengelilingi

18 31 puli silinder atas dan bawah dan setelah kencang dilakukan penyambungan kedua sisi sabuk dengan pengikat sabuk. Setelah sabuk datar terpasang, baru dilakukan pemasangan bucket-bucket pada posisi horizontal, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemasangan. Peletakkan bucket dilakukan dengan cara menandai sabuk datar dari posisi awal ke posisi berikutnya berjarak 300 mm. Setelah ditandai dilakukan pelubangan dengan bor listrik untuk tempat pemasukan mur dengan diameter lubang 6 mm dan ditutup dengan ring per masing-masing sebanyak 5 buah. Pembuatan corong pemasukan, corong pengeluaran, penutup atas dan penutup bawah dilakukan dengan memotong plat baja dengan ukuran masingmasing yang sudah ditentukan dengan menggunakan pemotong plat dan penyambungan bagian-bagian potongan dilakukan dengan pengelasan menggunakan las listrik. Sedangkan penutup ruang pemindah bahan dilakukan dengan menggunakan plat eser sebanyak empat bidang persegi panjang yang dipasang dengan menggunakan baut dan mur di sekeliling sisi-sisinya. Pemasangan plat eser dilakukan dengan melubangi sisi-sisi plat eser menggunakan bor listrik dan memasang mur berdiameter 8 mm dan mm dengan menggunakan obeng serta mengencangkan baut menggunakan tang. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pembuatan bucket elevator dilakukan di bengkel Teknik Pertanian, Departemen Teknik Pertanian di Leuwikopo dan pengujian bucket elevator dilakukan di lokasi Laboratorium Energi dan Elektrifikasi, Departemen Teknik Pertanian di Leuwikopo. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juli 007 sampai Mei 008. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu : bahan pembuatan bucket elevator dan bahan pengujian bucket elevator. Bahan yang digunakan dalam pengujian bucket elevator adalah biji jagung yang didapat dari pedagang pengumpul di Jakarta sebanyak 1400 kg per satu kali pengujian. Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan bucket elevator disajikan pada Tabel 3.

19 3 Tabel 3 Nama bahan untuk pembuatan bucket elevator No Nama bahan Ukuran Jumlah 1. Bucket p :11,6 cm; l :10 cm; t :9 cm 6 buah. Sabuk datar ( flat belt) p :10, m; l :10 cm; t :5 mm 1 buah 3. Besi siku 40 mm x 40 mm, t : 4 mm 6 batang 4. Plat eser tebal : 0,8 mm 6,38 m 5. Bearing Ø : 19 mm 4 buah 6. As Ø : 0 mm buah 7. Puli silinder Ø : 9 cm; p : 13 cm buah 8. Ring Puli Ø : 13 mm, t :5 mm 4 buah 9. Baut+mur untuk Ø 1 : 6 mm 5 buah bucket 10. Ring untuk bucket 5 buah 11. Puli transmisi Ø 1 :50 mm; Ø :75 mm; Ø 1 :150 mm 4 buah 1. Sabuk-V (V-belt) buah 13. Baut+mur besar untuk Ø 1 : 8 mm 30 buah plat penutup 14. Baut+mur kecil untuk Ø 1 : mm 40 buah plat penutup 15. Motor Listrik daya : 500 Watt; n : 1400 rpm 1 buah 16. Gear Box perb 1:30 1 buah Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu : alat pembuatan bucket elevator dan alat pengujian bucket elevator. Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan bucket elevator adalah : 1) Mesin las listrik, digunakan untuk proses pengelasan dan penyambungan besi ) Solder, untuk pengelasan dan penyambungan besi dan plat eser skala kecil; 3) Gerinda potong, untuk memotong besi sesuai ukuran; 4) Pemotong plat, untuk memotong plat sesuai ukuran; 5) Gerinda tangan, untuk menghaluskan besi hasil pengelasan; 6) Bor listrik, untuk membuat lubang; 7) Tang, untuk mengecangkan baut; 8) Obeng, untuk membuka dan menutup mur; 9) Meteran dan penggaris, untuk mengukur dan menggambar bagian yang akan dipotong; 9) Jangka sorong, untuk mengukur ketebalan bagian bahan; 10) Busur derajat, untuk mengukur sudut curah untuk saluran pengeluaran. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian bucket elevator adalah : 1) Timbangan digital, untuk mengukur seberapa besar biji rusak;

20 33 ) Timbangan analog, untuk mengukur seberapa besar biji tersisa; 3) Clampmeter, untuk mengukur arus yang ke luar dari sumber listrik; 4) Multimeter, untuk mengukur tegangan yang ke luar dari sumber listrik; 5) Moisturetester, untuk mengukur kadar air bahan yang dipindahkan. 6) Tachometer, untuk mengukur seberapa besar kecepatan putar poros puli penggerak dan poros motor penggerak. 7) Stop watch, digunakan untuk mengukur waktu pemindahan bahan. 8) Kalkulator, digunakan untuk menghitung nilai-nilai yang ingin dicari. Pengujian Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : Uji Fungsional Uji ini dilakukan untuk melihat apakah seluruh komponen berfungsi seperti yang diharapkan. Cara melakukan uji ini adalah dengan melihat satu persatu bagian-bagian mesin bucket elevator apakah bagian-bagian tersebut sudah menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik saat mesin beroperasi. Uji Kinerja Uji kinerja dilakukan secara curah pada biji jagung yang diangkut setelah dikeringkan oleh pengering ERK-Hybrid dan dilakukan 3 kali pengujian. Uji kinerja tambahan dilakukan pada tiga tingkatan kadar air yang meliputi : kadar air kering panen (8%), kadar air setengah kering (18%) dan kadar air kering/aman untuk penyimpanan (14%) masing-masing 1 kali ulangan. Tujuan penggunaan kadar air kering panen (8%), agar bucket elevator dapat juga digunakan untuk pemasukan biji jagung ke pengering ERK-Hybrid, kadar air setengah kering (18%), bucket elevator digunakan untuk pemindahan biji jagung dari pengering ERK-Hybrid ke ISD dan kadar air kering (14%), agar bucket elevator dapat juga digunakan untuk pemasukan biji jagung dari ISD ke truk. Uji kinerja meliputi : 1) kapasitas, ) biji tersisa, 3) biji rusak dan 4) kebutuhan daya listrik. Jumlah bahan (biji jagung) yang dipindahkan dalam satu siklus dan waktu yang diperlukan untuk pemindahan dalam satu siklus diperlukan untuk menghitung kapasitas kerja bucket elevator. Cara melakukan uji kapasitas: pertama, menimbang keseluruhan biji jagung yang sudah dikeringkan dari pengering ERK-Hybrid dengan menggunakan timbangan biasa; kedua, bucket

21 34 elevator dijalankan dengan cara menghidupkan motor listrik sehingga biji jagung dapat dipindahkan ke penyimpan ISD; ketiga, diamati waktu dari awal hingga akhir pemindahan bahan dengan menggunakan stopwatch. Kapasitas kerja bucket elevator diperoleh dengan persamaan : n q... () t di mana q : kapasitas kerja bucket elevator (kg/jam) n : jumlah biji jagung yang dipindahkan (kg) t : waktu yang diperlukan untuk satu siklus pemindahan biji jagung (jam) Cara melakukan perhitungan biji tersisa yaitu : pertama, timbang bobot keseluruhan biji yang akan diangkut dengan timbangan biasa; kedua, setelah selesai pemindahan, timbang bobot biji yang tercecer di lantai luar bucket elevator menggunakan timbangan analog; dan ketiga, timbang bobot biji yang tertinggal di bagian dasar bucket elevator menggunakan timbangan analog. Lalu lakukan perbandingan bobot biji tercecer dan tertinggal dengan bobot biji keseluruhan. Untuk menghitung seberapa besar biji tersisa diperoleh dengan persamaan : n1 + n B tersisa 100%... (3) n tot di mana B tersisa : persen biji jagung yang tersisa (%) n 1 : bobot biji jagung yang tercecer di luar lantai bucket elevator (kg) n : bobot biji jagung yang tertinggal di bagian dasar bucket elevator (kg) n tot : bobot biji jagung keseluruhan yang diangkut (kg) Definisi biji rusak adalah biji yang bentuknya tidak utuh lagi. Cara melakukan perhitungan biji rusak yaitu : pertama, ambil sampel menggunakan tempat tertentu (dalam hal ini menggunakan bucket) kemudian timbang bobotnya dengan timbangan digital; kedua, timbang bobot biji jagung rusak dengan menggunakan timbangan digital dan ketiga, timbang bobot biji jagung baik menggunakan timbangan digital. Lalu lakukan perbandingan bobot biji jagung rusak dengan bobot biji jagung sampel keseluruhan.

22 35 Peningkatan biji jagung rusak akibat penggunaan bucket elevator diperoleh dengan mengurangi biji jagung rusak sebelum dan sesudah pemindahan. Untuk menghitung seberapa besar biji rusak diperoleh dengan persamaan : m B 1 rusak 100 %... (4) m di mana B rusak : persen biji jagung yang rusak (%) m 1 : bobot biji jagung yang rusak (gram) m : bobot biji jagung sampel awal keseluruhan (gram) Kebutuhan daya listrik merupakan jumlah penggunaan daya yang digunakan oleh peralatan listrik. Pengukuran voltase dilakukan dengan multimeter dan arus dilakukan dengan menggunakan clampmeter sedangkan pengukuran waktu didasarkan pada lamanya proses pemindahan bahan (biji jagung) dengan menggunakan stopwatch. Kebutuhan daya listrik dilakukan pada keadaan bucket elevator tanpa beban dan ada beban. Perhitungan daya listrik diperoleh dengan persamaan : P V i... (5) di mana P : daya (Watt) V : tegangan (Volt) i : arus (Ampere) Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat letak titik berat mesin bucket elevator dan berapa besar gaya yang harus dihindari agar mesin bucket elevator tidak terguling. Uji stabiltas dilakukan dengan cara menghitung keseluruhan gaya dan momen gaya yang bekerja pada mesin bucket elevator dalam keadaan ditegakkan, sehingga didapatkan gaya terbesar yang diperbolehkan diberikan agar mesin bucket elevator tidak terguling. Untuk perhitungan uji stabiltas dapat dilihat pada Lampiran 11.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

DESAIN DAN KINERJA MESIN PEMINDAH BAHAN PADA SISTEM PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)-HYBRID DAN IN-STORE DRYER (ISD) TERINTEGRASI UNTUK BIJI JAGUNG

DESAIN DAN KINERJA MESIN PEMINDAH BAHAN PADA SISTEM PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)-HYBRID DAN IN-STORE DRYER (ISD) TERINTEGRASI UNTUK BIJI JAGUNG DESAIN DAN KINERJA MESIN PEMINDAH BAHAN PADA SISTEM PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)-HYBRID DAN IN-STORE DRYER (ISD) TERINTEGRASI UNTUK BIJI JAGUNG TAMARIA PANGGABEAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan roda gila (flywheel) dilakukan di Laboraturium Mekanika Fluida

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan roda gila (flywheel) dilakukan di Laboraturium Mekanika Fluida 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pembuatan roda gila (flywheel) dilakukan di Laboraturium Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas Lampung (UNILA), serta pengujian turbin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK Pada bab ini akan dijelaskan tentang pembuatan perancangan container dan conveyor rokok, yang merupakan bagian dari mesin vending rokok type conveyor-elevator.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Asep M. Tohir 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Alir Perancangan Muiai Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP I Sketsa alat Desain gambar Perancangan alat Kerangka Mesin Kerangka Meja Poros Perakitaiimesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci