MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE SKRIPSI SETYA PERMANA SUTISNA F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE SKRIPSI SETYA PERMANA SUTISNA F"

Transkripsi

1 MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE SKRIPSI SETYA PERMANA SUTISNA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 MODIFICATION OF CYLINDRICAL MANIPULATOR TYPE FOR GREENHOUSE FRUIT HARVESTING ROBOT Setya Permana Sutisna and I Dewa Made Subrata Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, West Java, Indonesia. Phone , setper_007@yahoo.co.id ABSTRACT The harvesting robot need to be design so it has capacity to harvest the fruits or vegetables selectively. The selective harvesting means only harvest the ripe fruit while the non ripe fruit still remined on the tree. The manipulator is one of the robot parts that has an important function for successful of the robot task. The problem of the previous manipulator is that horizontal prismatic joint disturb the oposite plant of target. This disturbance make alignment error of the manipulator. Miss alignment of the manipulator from target will cause the harvesting failure because of the end-effector tip can not reach the fruit. Purpose of this research was to modify the horizontal prismatic joint into the horizontal rotational joint. Therefore the modified manipulator has three degree of freedom that is consisted of two rotational joint and one prismatic joint. Result of the research show that the positioning error of the x coordinate is 13.8 mm, y coordinate is 15.1 mm, z coordinate is 3.2 mm. The positioning error of the x coordinate and y coordinate was caused by inertia force of the rotational joint. The positioning accuracy of the z coordinate was caused by time response of the program more slow than encoder pulse frecuency of the vertical translational joint. Therefore in this research motion distance was measured using timer. For better result the measurement method of each joints need to be change from incremental encoder into absolute encoder. Keywords: fruit, harvester, robot, manipulator

3 SETYA PERMANA SUTISNA. F Modifikasi Manipulator Tipe Silinder Untuk Robot Pemanen Buah Dalam Greenhouse. Di bawah bimbingan I Dewa Made Subrata RINGKASAN Untuk menjaga kualitas buah hasil produksi pertanian diperlukan kegiatan pemanenan pada tingkat kematangan yang merata. Pemanenan dengan tenaga manusia seringkali menghasilkan buah yang dipanen tidak matang secara merata, oleh karena itu dibutuhkan suatu alat yang mampu melakukan pemanenan secara selektif, yaitu robot pemanen. Salah satu bagian yang cukup penting dalam menunjang kesuksesan robot pemanen adalah manipulator. Fungsi manipulator yaitu untuk memposisikan end-effector dalam menjangkau target. Kesalahan dalam menjangkau target dapat menyebabkan kegalalan robot dalam memanen. Manipulator yang akan dimodifikasi menggunakan gerak translasi untuk menjangkau koordinat bidang horisontal. Pada mekanisme ini dapat mengganggu tanaman pada sisi yang berlainan target karena pada bagian target batang akan memendek tetapi pada bagian lainnya memanjang. Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi manipulator tipe silinder untuk robot pemanen buah dalam greenhouse sehingga dihasilkan manipulator ruang pergerakan yang lebih sempit serta tidak mengganggu tanaman selain target dan menguji ketelitian manipulator dalam menjangkau target dalam koordinat ruang dengan beberapa pembebanan. Penelitian dilakukan di laboratorium instrumentasi dan kontrol, departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB pada bulan Februari sampai Agustus Penelitian dimulai dengan pendekatan disain untuk menentukan kebutuhan bahan-bahan yang akan digunakan. Bahan-bahan yang telah ditentukan kemudian dirangkai sehingga membentuk fisik manipulator. Untuk pengontrolan lama putaran motor digunakan pemrograman LabView dengan Ni-DaQ 6009 untuk menghubungkan manipulator ke perangkat komputer. Pengujian dilakukan dengan mengukur besar simpangan ujung manipulator terhadap koordinat target. Manipulator telah berhasil dibuat dengan tiga derajat bebas yang terdiri dari dua rotational joint (joint 1 dan joint 2) serta satu perismatic joint (joint 3). Rata-rata simpangan manipulator pengujian tanpa beban, yaitu koordinat x 13.8 mm dengan ketelitian 95.7 %, koordinat y 15.1 mm dengan ketelitian 92.3 %, dan koordinat z 3.2 mm dengan ketelitian 99.4%. Rata-rata simpangan manipulator pengujian dengan pembebanan 900 g yaitu koordinat x 48.8 mm dengan ketelitian 85.9 %, koordinat y 43.2 mm dengan ketelitian 82.3 %, dan koordinat z 9.9 mm dengan ketelitian 98.5%. Rata-rata simpangan manipulator pengujian dengan pembebanan 2200 g yaitu koordinat x 62.6 mm dengan ketelitian 82.7%, koordinat y 60.3 mm dengan ketelitian 78.4%, dan koordinat z 21.2 mm dengan ketelitian 96.5%. Besar simpangan manipulator dipengaruhi oleh besar momen inersia pada joint 2 yang menyebabkan sudut yang dihasilkan lebih besar dari yang diinginkan, frekuensi pembacaan program yang lebih lambat dibandingkan frekuensi encoder joint 3 sehingga pengontrolan joint 3 dilakukan dengan pewaktu sehingga perubahan kecepatan motor akan mempengaruhi simpangan.

4 MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh SETYA PERMANA SUTISNA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Modifikasi Manipulator Tipe Silinder Untuk Robot Pemanen Buah Dalam Greenhouse : Setya Permana Sutisna : F Menyetujui, Pembimbing, (Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M. Agr) NIP Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus :

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Yang membuat pernyataan Setya Permana Sutisna F

7 BIODATA PENULIS Setya Permana Sutisna. Lahir di Makassar, 6 Maret 1989 dari ayah Entis Sutisna dan ibu Subaedah Ruku, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMAN 1, Kendari dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2010 di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Biskuit, Purwakarta, Jawa Barat.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadapan Allah SWT. atas karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Peneleitian dengan judul Modifikasi Manipulator Tipe Silinder Untuk Robot Pemanen Buah Dalam Greenhouse dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi dan Kontrol Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor sejak bulan Februari sampai Agustus Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata M.Agr sebagai dosen pembimbing utama. 2. Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr dan Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr sebagai dosen penguji. 3. Bapak Joko dan bapak Parma teknisi laboratorium yang telah menyediakan fasilitas selama penelitian. 4. Bapak Edoy yang telah membantu pembuatan kontruksi. 5. Orang tua penulis yang telah memberikan doa dan motivasi untuk kesuksesan penelitian ini. 6. Anggi, Ayunk, Yan, Imanta, Dhiaz, Niko, atas bantuan dan dukungannya 7. Teman-teman TEP 44 atas kebersamaan dan persahabatnya. 8. Irna yang telah memberikan bantuan, doa dan motivasi untuk kesuksesan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keteknikan pertanian. Bogor, September 2011 Setya Permana Sutisna

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Green House Robot Bio-Produksi Manipulator LabVIEW Manipulator Sebelumnya... 8 III. PENDEKATAN DISAIN Kriteria Disain Rancangan Fungsional Rancangan Struktural Analisis Teknik IV. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Prototipe Manipulator Kalibrasi Penyempurnaan Kalibrasi Validasi Masing-masing Joint Pengujian Manipulator dari Posisi Switch Limit ke Koordinat Tujuan Pengujian Manipulator Point to Point VI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil pengujian manipulator tipe cylindrical-coordinate... 8 Tabel 2. Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc Tabel 3. Kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan pewaktu v

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Operasi robot di dalam greenhouse... 4 Gambar 2. Histogram simpangan setelah koreksi... 4 Gambar 3. Manipulator Tipe Cartesian-Coordinate... 5 Gambar 4. Manipulator tipe cylindrical-coordinate... 6 Gambar 5. Manipulator tipe polar-coordinate/ spherical-coordinate... 6 Gambar 6. Manipualtor tipe scara... 7 Gambar 7. Manipulator tipe articulated/ anthropomorphic... 7 Gambar 8. Manipulator yang telah ada dan akan dimodifikasi... 9 Gambar 9. Bagian manipultor yang tidak dimodifikasi Gambar 10. Bagian modifikasi manipulator Gambar 11. Ni-DaQ usb Gambar 12. Segitiga sembarang Gambar 13. Hasil modifikasi manipulator Gambar 14. Luas cakupan koordinat bidang xy manipulator sebelum dimodifikasi Gambar 15. Luas cakupan koordinat bidang xy manipulator setelah dimodifikasi Gambar 16. Joint dan link horisontal Gambar 17. Besar sudut minimal joint Gambar 18. Grafik kalibrasi sudut putar joint 1 (putaran arah kiri) Gambar 19. Grafik kalibrasi sudut putar joint 1 (putaran arah kanan) Gambar 20. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 logika 1 (pergeseran arah bawah) Gambar 21. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 logika 1 (pergeseran arah atas) Gambar 22. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan perhitungan pulsa encoder Gambar 23. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan perhitungan pulsa encoder Gambar 24. Grafik koreksi sudut putar joint 1 (putaran arah kiri) Gambar 25. Grafik koreksi sudut putar joint 1 (putaran arah kanan) Gambar 26. Grafik koreksi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan logika Gambar 27. Grafik koreksi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan logika vi

12 Gambar 28. Grafik validasi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan perhitungan pulsa encoder Gambar 29. Grafik validasi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan perhitungan pulsa encoder Gambar 30. Simpangan hasil validasi joint 1 putaran arah kiri Gambar 31. Simpangan hasil validasi joint 1 putaran arah kanan Gambar 32. Simpangan hasil validasi joint 2 putaran arah kiri Gambar 33. Simpangan hasil validasi joint 2 putaran arah kanan Gambar 34. Simpangan hasil validasi joint 3 pergerakan arah atas Gambar 35. Simpangan hasil validasi joint 3 pergerakan arah bawah Gambar 36. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 900 g putaran arah kiri Gambar 37. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 900 g putaran arah kanan Gambar 38. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 2200 g putaran arah kiri Gambar 39. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 2200 g putaran arah kanan Gambar 40. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 900 g putaran arah kanan Gambar 41. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 900 g putaran arah kiri Gambar 42. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 2200 g putaran arah kanan Gambar 43. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 2200 g putaran arah kiri Gambar 44. Perubahan simpangan joint 1 dan joint 2 putaran arah kiri akibat pembebanan Gambar 45. Perubahan simpangan joint 1 dan joint 2 putaran arah kanan akibat pembebanan Gambar 46. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 900 g pergerakan arah atas Gambar 47. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 900 g pergerakan arah bawah Gambar 48. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 2200 g pergerakan arah atas Gambar 49. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 2200 g pergerakan arah bawah Gambar 50. Perubahan simpangan joint 3 akibat pembebanan vii

13 Gambar 51. Hasil pengujian manipulator dari limit swicth ke koordinat tertentu tanpa beban pada ujung bebas manipulator Gambar 52. Hasil pengujian limit ke koordinat dengan beban 900 g Gambar 53. Hasil pengujian pergerakan dari posisi limit switch ke koordinat tertentu dengan beban 2200 g Gambar 54. Perubahan simpangan koordinat x, koordinat y, dan koordinat z dengan penambahan beban Gambar 55. Perubahan simpangan masing-masing joint untuk mode gerakan koordinat ke titik koordinat lain tanpa beban Gambar 56. Perubahan simpangan masing-masing joint untuk mode gerakan dari titik koordinat ke titik koordinat lain dengan pembebanan 900 g Gambar 57. Perubahan simpangan masing-masing joint gerakan koordinat ke koordinat dengan pembebanan 2200 g viii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tahapan Penelitian Lampiran 2. Diagram alir program pengendalian manipulator Lampiran 3. Kalibrasi motor joint Lampiran 4. Koreksi motor joint Lampiran 5. Validasi motor joint 1 putaran arah kiri Lampiran 6. Validasi motor joint 1putaran arah kanan Lampiran 7. Koreksi persamaan kalibrasi awal sudut putar joint Lampiran 8. Validasi motor joint 2 putaran arah kiri Lampiran 9. Validasi motor joint 2 putaran arah kanan Lampiran 10. Kalibrasi motor joint 3 logika Lampiran 11. Koreksi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah atas Lampiran 12. Validasi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah bawah Lampiran 13. Validasi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah atas Lampiran 14. Validasi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah bawah Lampiran 15. Kalibrasi motor joint 3 pulsa encoder Lampiran 16 Koreksi motor joint 3 pulsa encoder Lampiran 17. Hasil validasi motor joint 3 pulsa encoder pergerakan arah atas Lampiran 18. Hasil validasi motor joint 3 pulsa encoder pergerakan arah bawah Lampiran 19. Hasil validasi motor joint 3 pewaktu pergerakan arah atas Lampiran 20. Hasil validasi motor joint 3 pewaktu pergerakan arah bawah Lampiran 21. Hasil pengujian manipulator limit ke koordinat tanpa beban Lampiran 22. Hasil pengujian manipulator limit ke koordinat pembebanan 900 g Lampiran 23. Hasil pengujian manipulator limit ke koordinat pembebanan 2200 g Lampiran 24. Hasil pengujian manipulator point to point tanpa beban Lampiran 25. Hasil pengujian menipulator koordinat ke koordinat pembebanan 900 g Lampiran 26. Hasil pengujian manipulator point to point pembebanan 2200 g Lampiran 27. Gambar konstruksi Lampiran 28. Program pengendali motor joint 1 arah kanan Lampiran 29. Program pengendali motor joint 1 arah kiri Lampiran 30. Program pengendali motor joint 2 arah kanan Lampiran 31. Program pengendali motor joint 2 arah kiri Lampiran 32. Program pengendali motor joint 3 logika 1 arah atas ix

15 Lampiran 33. Program pengnedali motor joint 3 logika 1 arah bawah Lampiran 34. Program pengendali motor joint 3 pulsa encoder arah atas Lampiran 35. Program pengendali motor joint 3 pulsa encoder arah bawah Lampiran 36. Program pengendali motor joint 3 pewaktu arah atas Lampiran 37. Program pengendali motor joint 3 pewaktu arah bawah Lampiran 38. Program kalibrasi koordinat xy menjadi nilai sudut putar Lampiran 39. Program pengendali manipulator keseluruhan Lampiran 40. Spesifikasi NI-DAQ x

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat menyebabkan tingginya kebutuhan pangan. Penggunaan dan pengalihfungsian lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri mengurangi jumlah lahan produktif. Jumlah lahan yang semakin sempit dan kebutuhan pangan yang terus meningkat mendorong untuk dilakukan budidaya pertanian secara efektif dan efisien. Saat ini masyarakat telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap keamanan pangan. Bahan makanan yang dikonsumsi dipilih secara selektif untuk kesehatan jangka panjang. Tingginya permintaan tersebut mendorong peningkatan pertumbuhan industri pertanian. Perkembangan industri pertanian juga terjadi pada kegiatan budidaya. Untuk bahan pangan tertentu seperti buah dan sayuran, kegiatan budidaya mengarah pada pemakaian greenhouse. Budidaya pertanian dalam greenhouse dapat mengurangi ketidakpastian dan memperbesar harapan perolehan keuntungan yang banyak. Lingkungan dalam greenhouse dapat dengan mudah diatur dibandingkan lingkungan luar. Hasil yang diperoleh dapat memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat terhadap kualitas pangan yang lebih baik. Perkembangan penggunaan greenhouse mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kegiatan pemanenan. Buah yang akan dipanen harus dipanen tepat waktu dengan tingkat kematangan tertentu. Buah yang dihasilkan dalam suatu pohon tidak matang dalam waktu bersamaan sehingga pemanenan perlu dilakukan secara selektif. Pemanenan hanya dilakukan pada buah yang telah matang sedangkan buah yang belum matang dibiarkan dipohon. Pemanenan yang kurang tepat akan mempengaruhi kualitas hasil produksi yang dapat menurunkan harga jual. Pemanenan dengan tenaga manusia sering kali diperoleh tingkat kematangan buah yang tidak seragam oleh karena itu dibutuhkan suatu alat yang bisa melakukan pemanenan secara selektif. Ketidakseragaman terjadi karena perbedaan rasa atau sensitifitas pancaindera. Perbedaan sensitifitas pancaindera antara orang yang satu dan lainnya berbeda tergantung pada pengalaman orang tersebut dalam menentukan kematangan. Sensitifitas pancaindera juga dapat dipengaruhi oleh keadaan orang yang sama, misalnya saat sehat dan sakit, atau saat fit dan lelah. Untuk menjamin kualitas tersebut maka muncul ide untuk membuat robot pemanen. Robot pemanen diharapkan mampu memanen dengan cerdas yaitu memanen buah sesuai dengan tingkat kematangan yang diharapkan. Tentunya robot perlu diberi kecerdasan buatan (artificial intelligence) sehingga mampu berpikir sendiri dalam menerjemahkan dan menjalankan perintah. Hal lain yang dibutuhkan yaitu sensor yang dapat berfungsi sebagai pengindera. Kriteria tingkat kematangan diuji dengan sensor-sensor sehingga diperoleh nilai kematangan dalam angka 1

17 numerik. Angka-angka tersebut dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh persamaan matematis. Persamaan inilah yang akan menjadi penentu keputusan robot untuk memanen suatu buah. Selain kecerdasan, robot pemanen dibutuhkan juga kecepatan dan ketepatan. Gerakan yang cepat berpengaruh terhadap kapasitas suatu robot. Ketepatan menentukan tingkat kebenaran maupun tingkat kesalah suatu robot. Diharapkan kecepatan dan ketepatan suatu robot lebih besar dibandingkan manusia. Untuk itu penelitian mengenai robot pemanen perlu terus dikembangkan agar mampu mewujudkan harapan tersebut. Alasan lain pentingnya pengembangan robot pemanen, yaitu meningkatnya upah tenaga kerja saat panen raya karena jumlah tenaga panen tidak sebanding dengan luas area pertanian yang akan dipanen, ketidakstabilan emosi pekerja yang sering mengakibatkan pemogokan, serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak tertinggal dengan negara lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu dan teknologi robotik khususnya dalam bidang pertanian. Salah satu struktur dasar yang sangat penting pengaruhnya terhadap keberhasilan robot dalam melakukan tugasnya yaitu manipulator. Manipulator yang menjadi objek penelitian ini adalah manipulator untuk robot pemanen buah dalam greenhouse. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi manipulator tipe silinder yang dibuat oleh Graha (2007) dan telah dimodifikasi pertama oleh Saleh (2008). Pada manipulator yang telah ada untuk mencapai koordinat bidang horisontal menggunakan prismatic joint. Sistem ini batang link horizontal akan memendek pada sisi target, namun pada sisi lainnya akan memanjang. Sisi yang memanjang dapat mengganggu tanaman di sisi lain tanaman target. Modifikasi dilakukan pada gerakan perismatik joint pada gerakan horisontal menjadi gerakan rotational joint. Mekanisme ini diharapkan dapat menghasilkan kebutuhan ruang pergerakan yang lebih sempit dan tidak mengganggu tanaman selain target. 1.2 Tujuan Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah 1. Memodifikasi manipulator tipe silinder untuk robot pemanen buah dalam greenhouse sehingga dihasilkan manipulator ruang pergerakan yang lebih sempit dan tidak mengganggu tanaman selain target. 2. Menguji ketelitian manipulator robot pemanen buah dalam menjangkau target dalam koordinat ruang dengan beberapa pembebanan. 2

18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Greenhouse Menurut Suhardiyanto (2009) greenhouse pada umumnya dibangun menggunakan kaca sebagai atap dan dinding. Itulah sebabnya greenhouse lebih identik dengan glasshouse kemudian diterjemahkan sebagai rumah kaca. Namun dalam perkembangnnya, penggunaan kaca sebgaai bahan penutup greenhouse sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan penggunaan plastik. Sehingga, istilah rumah kaca sebagai terjemahan dari greenhouse sudah kurang tepat lagi. Agar lebih mencerminkan fungsi greenhouse sebagai bangunan pelindung tanaman maka greenhouse dikenal sebagai rumah tanaman. Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Di dalam greenhouse, parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanama yaitu cahaya matahari, suhu udara, kelembabanudara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi karbondioksida dapat dikendalikan dengan lebih mudah. Penggunaan greenhouse memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. 2.2 Robot Bio-Produksi Pengertian robot bioproduksi belum didefinisikan dengan jelas oleh para ahli yang berhubungan dengan bidang ini. Apa yang dimaksud dengan robot bio-produksi masih menjadi subjek diskusi. Secara garis besar, robot bio-produksi memiliki struktur dasar anatara lain: manipulator, endeffector, vision sensor, traveling device, kontrol device, dan actuator. Robot bio-produksi harus mampu membedakan target dan non-target, karena letak target yang acak. Berbeda halnya dengan robot industri yang letak targetnya selalu tetap, sehingga tidak membutuhkan kemampuan untuk membedakan target dan non-target. Robot bio-produksi dirancang untuk menangani tanaman, binatang, makanan, dan objek bilogi lainnya. Oleh karena itu, perlu pengetahuan mengenai karakteristik objek biologis. Aspek sosial seperti ekonomi, manajemen, pemasaran, dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini juga perlu dipertimbangkan (Kondo dan Ting, 1998). Belforte dkk. (2006) meneliti dan mendesain robot untuk aplikasi greenhouse. Robot yang dikembangkan memiliki tiga derajat bebas terdiri dari dua perismatik joint (joint 1 dan joint 3) serta satu rotational joint. Besar gerakan joint 1 dibaca dengan menggunakan digital encoder sedangkan joint lainnya menggunakan potensiometer. Ruang yang dibutuhkan robot untuk bermanufer antara 1-2 m². Gambar robot aplikasi dalam grrenhouse hasil penelitian Belforte dkk (2006) dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan koordinat target menggunkan kamera CCD, posisi end-effector dilakukan 3

19 koreksi (loop tertutup) setelah koordinat tercapai. Besar simpangan hasil pengujian robot dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Operasi robot di dalam greenhouse (Belforte dkk. 2006) Gambar 2. Histogram simpangan setelah koreksi (Belforte dkk. 2006) 4

20 2.2 Manipulator Berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS B , Terms for Industrial robot), manipulator adalah peralatan yang mempunyai fungsi sama dengan lengan manusia dan dapat memindahkan benda dalam ruang tiga dimensi. Banyak yang mengira bahwa manipulator sama seperti lengan manusia karena mempunyai fungsi hampir sama dengan lengan manusia. Tetapi pada kenyataanya mekanismenya tidak selalu sama. Beberapa tipe manipulator yang umum dikenal antara lain: cartesian coordinate, cylindrical coordinate, scara, manipulator tipe polar, dan tipe antropomorphic. Menurut Okamoto (1992) diacu dalam Graha (2007) banyaknya sambungan yang mempengaruhi posisi dan oriantasi ujung manipulator. Supaya dapat bergerak dalam ruang tiga dimensi, manipulator membutuhkan minimal tiga derajat bebas. Semakin besar jumlah derajat bebas, akan semakin kompleks kontruksi robot dan semakin sulit untuk mengontrol sistem. Mekanisme dasar manipulator dapat diubah sesuai dengan jumlah derajat bebas, tipe joint, panjang link, dan panjang offset. Manipulator tersusun atas link dan joint. Mobilitas manipulator dijamin dengan adanya joint (sambungan) anatara dua titik. Pada suatu rantai kinematik terbuka, tiap sambungan prismatik atau sambungan putar menyediakan derajat mobilitas tunggal. Derajat mobilitas manipulator tersalur sepanjang struktur mekanisnya untuk menyediakan derajat bebas yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Jenis-jenis manipulator antara lain : 1. Manipultor tipe cartesian-coordinate/ rectangular-coordinate Manipulator tipe cartesian coordinate mempunyai tiga prismatic joint yang berperan dalam menetapkan posisi dalam ruang. Mekanisme dan kontrol manipulator ini mudah, tetapi kurang fleksibel. Manipulator jenis ini mempunyai nilai keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan manipulator jenis lain. Gambar manipultor tipe cartesian-coordinate/ rectangular-coordinate dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Manipulator Tipe Cartesian-Coordinate (Graha, 2007) 5

21 2. Manipulator tipe cylindrical-coordinate Manipulator tipe cylindrical-coordinte mempunyai dua prismatic joint dan satu rotational joint yang kurang berperan dalam menentukan posisi dalam ruang. Manipulator jenis ini lebih fleksibel dibanding jenis yang pertama. Positioning accuracy menurun dengan bertambahnya stroke horizontal. Gambar manipulator tipe cylindrical-coordinate dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Manipulator tipe cylindrical-coordinate (Graha, 2007) 3. Manipulator tipe polar-coordinate/ spherical-coordinate Manipulator tipe spherical-coordinate mempunyai satu prismatic joint dan dua rotational joint yang berperan dalam menentukan posisi dalam ruang. Manipulator jenis ini lebih fleksibeldari dua tipe sebelumnya. Positioning accuracy menurun dengan bertambahnya stroke radial. Gambar manipulator tipe polar-coordinate/ spherical-coordinate pada Gambar 5. Gambar 5. Manipulator tipe polar-coordinate/ spherical-coordinate (Graha, 2007) 4. Manipulator tipe scara Manipulator tipe scara (selective compliance assembly robot arm) memiliki kekuatan relatif tinggi untuk pembebanan vertikal dan lentur untuk pembebanan horizontal. Umum 6

22 digunakan untuk menangani benda kecil. Gambar manipualtor tipe scara dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Manipualtor tipe scara (Graha,2007) 5. Manipulator tipe articulated/ anthropomorphic Manipulator tipe articulated mempunyai tiga rotational joint. Manipulator tipe ini mempunyai joint-joint yang mirip dengan lengan manusia, yaitu bahu, siku, dan pergelangan tangan. Manipulator ini paling fleksibel dan cepat tetapi mekanisme dn cara kontrol makin sulit serta akurasi posisi lebih rendah dibandingkan jenis-jenis manipulator sebelumnya. Elbow Joint putar Untuk end-effector shoulder Waist Gambar 7. Manipulator tipe articulated/ anthropomorphic (Graha, 2007) 7

23 2.3 LabVIEW LabBIEW adalah sebuah software pemrograman yang diproduksi oleh National Instruments dengan konsep yang berbeda. Seperti bahasa pemrograman lainnya yaitu C++, matlab atau visual basic, LabVIEW juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama, perbedaanya bahwa labview menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau blok diagram sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis text. Program labview dikenal dengan sebutan Vi atau Virtual Instruments karena penampilan dan operasinya dapat meniru sebuah instruments. Pada labview, pengguna pertama-tama membuat user interface atau front panel dengan menggunakan kontrol dan indikator, yang dimaksud dengan kontrol adalah knobs, push button, dials, dan peralatan input lainnya sedangkan yang dimaksud dengan indikator adalah graphs, LEDs dan peralatan display lainnya. Setelah menyusun user interface, lalu user menyusun blok diagram yang berisi kode-kode Vis untuk mengontrol front panel. 2.4 Manipulator Sebelumnya Graha (2007) telah berhasil mengembangkan manipulator tipe cylindrical-coordinate dapat dilhat pada gambar 8. Manipulator yang telah dibuat memiliki ruang operasi atau daerah tiga dimensi yaitu pada koordinat X antara -460 mm sampai 460 mm, pada koordinat Y antara 0 sampai 460 mm, dan pada koordinat Z antara 0 mm sampai 620 mm. Arah pemanenan yang mampu dilakukan adalah tegak lurus baris tanaman dan menyamping. Hasil pengujian dari manipulator ini dapat dilihat pada Tabel 1. Modifikasi dilakukan yaitu mengganti perismatik joint dengan rotational joint pada gerak translasi horizontal end-effector dan mengubah sistem interface PPI 8255 menjadi NI-DAQ USB Tabel 1. Hasil pengujian manipulator tipe cylindrical-coordinate Koordinat Simpangan rata-rata (mm) Ketepatan rata-rata (%) X Y Z Titik acuan terhadap koordinat tujuan Sumber : Graha,

24 Gambar 8. Manipulator yang telah ada dan akan dimodifikasi (Graha, 2007) 9

25 III. PENDEKATAN DISAIN 3.1. Kriteria Disain Manipulator direncanakan untuk robot pemanen buah di dalam greenhouse sehingga manipulator harus mampu bergerak dan mencapai ruang tumbuh yang tersedia. Beberapa buah yang sering dibudidayakan di dalam greenhouse, yaitu melon, tomat, dan semangka. Terdapat beberapa metode penanaman yang sering dipakai dalam kegiatan budidaya tanaman buah-buahan. Untuk kegiatan lapangan pada suatu area atau petakan lahan dipersiapkan bedengan dan parit. Pembuatan bedengan dan parit dimaksudkan untuk menghindarkan tanaman dari banjir atau air tergenang. Parit atau ruang antar bedengan sering digunakan untuk jalan saat kegiatan perawatan tanaman. Tanaman biasanya ditanam di atas bedengan yang terdiri dari beberapa baris tanaman maupun satu baris tanaman tergantung kebutuhan. Menurut Prajnanta (2004) jarak tanam suatu komoditas yang sama sering digunakan jarak tanam yang berbeda tergantung hasil yang dinginkan. Pemilihan jarak tanam yang lebih sedikit luas dibanding rata-rata dapat menghasilkan buah yang lebih besar. Hal ini berpengaruh terhdap kompetisi unsur ahara dan ruang tumbuh. Umumnya petani buah melon untuk diekspor menggunakan jarak tanam 85 cm x 70 cm dengan jumlah satu baris tanam per bedengan agar dihasilkan buah melon dengan berat rata-rata 1.5 kg. Tinggi bedengan terendah untuk budidaya melon sebesar 30 cm dengan ketinggian turus 75 cm. Budidaya dalam greenhouse sering digunakan penanaman dengan menggunakan suatu wadah seperti polybag, kotak kayu, maupun pipa paralon. Penggunaan wadah tersebut dimaksudkan untuk efisiensi penggunaan air dan pupuk. Walaupun penanaman dilakukan pada suatu wadah, jarak antara tanaman satu dan lainnya umumnya mengacu pada jarak tanam yang sesuai dengan jenis komoditas yang dibudidayakan. Dalam suatu greenhouse tentunya juga disediakan jalan untuk kegiatan perawatan. Lebar jalan yang tersedia disesuaikan dengan jarak antar baris tanaman atau sesuai dengan kebutuhan kegiatan perawatan tanaman. Robot pemanen harus mampu bekerja sesuai dengan ruang yang tersedia serta mampu menjangkau target. Modifikasi dilakukan terhadap manipulator tipe silinder yang telah berhasil dibuat oleh Graha (2007). Mekanisme gerak horizontal manipulator yang digunakan untuk mendekati target berupa slider horizontal (Gambar 8). Masalah yang terjadi pada mekanisme seperti ini yaitu ketika digunakan pada greenhouse yang memiliki lebar jalan yang sempit. Ketika manipulator bergerak menjangkau target dengan jarak yang dekat terhadap sumbu manipulator, maka jarak horizontal end-effector memendek, sedangkan pada sisi lain ujung slider horizontal akan memanjang sehingga dapat mengenai tanaman atau benda lainnya yang berada di arah berlawanan target. Kelemahan lain adalah luas jangkauan koordinat bidang XY hanya menjangkau dua kuadran yaitu kuadran I (x-positif, y- positif) dan kuadran II (x-negatif,y-positif). 10

26 Pada mekanisme slider horizontal perlu dilakukan modifikasi dengan mekanisme kombinasi dua batang besi (seperti pada hubungan lengan atas dan lengan bawah manusia). Jarak jangkauan target terhadap sumbu horizontal ditentukan oleh besar sudut yang terbentuk oleh dua buah plat besi. Mekanisme seperti ini diharapkan dapat mengurangi kebutuhan ruang gerak manipulator dan jangkauan koordinat yang lebih luas saat beroperasi di dalam greenhouse. Selain mekanisme slider horizontal makanisme lain tetap menggunakan rancangan yang telah dibuat oleh Graha (2007). Pemodifikasian lain yang juga dilakukan adalah pada sistem interface. Sistem interface yang digunakan oleh Graha (2007) dan Saleh (2008) yaitu PPI 8255 dihubungkan ke komputer melalui slot ISA komputer. Kesulitan dari metode tersebut adalah bahwa tidak tersedianya slot ISA pada komputer-komputer keluaran terbaru sehingga sistem interface PPI 8255 dalam penelitian ini perlu diganti dengan menggunakan NI-DAQmx model usb 6009 yang terhubung pada USB komputer dengan menggunakan program LabView untuk pemrograman algoritma pengendalian manipulator Rancangan Fungsional Manipulator yang dibuat berfungsi untuk menjangkau benda dalam ruang tiga dimensi sesuai dengan koordinat yang diinginkan. Karena merupakan robot pemanen maka benda disini merupakan buah yang masih terdapat dipohonya, sehingga ujung manipulator ini nantinya akan dipasangi dengan end-effector untuk memanen buah tersebut. Untuk mendukung fungsi tersebut maka diperlukan komponen-komponen lain yang saling berkaitan agar manipulator yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen tersebut beserta fungsinya antara lain: 1. Dudukan bawah Dudukan bawah berfungsi sebagai tempat menompang seluruh bagian manipulator. Dudukan bawah terdiri dari komponen dengan fungsi masing-masing antara lain: a. Roda bebas (caster) Roda bebas (caster) berfungsi untuk mempermudah dalam pemindahan manipulator (portable). b. Plat beton Plat beton berfungsi sebagai dudukan dari gearbox, sehingga boleh dikatakan plat besi ini menopang seluruh bagian manipulator. 2. Joint putar horizontal 1 (joint 1) Joint putar horizontal 1 befungsi memutar manipulator pada sumbu putar atau titik poros pada bidang datar horizontal. Bidang datar horizontal mencakup koordinat x da y juga koordinat x dan y. Sehingga titik poros putar joint 1manipulator merupakan titik acuan yaitu koordinat (0,0). Komponen yang menyusun joint sudut antara lain: 11

27 a. Gearbox Gearbox berfungsi untuk merubah arah putaran poros dari arah mendatar menjadi tegak lurus terhadap sumber putaran. Gearbox juga berfungsi sebagai sumbu putar atau titik poros dari manipulator. Gearbox juga mereduksi putaran yang dihasilkan oleh motor stepper dengan perbandingan 1 : 10. b. Motor stepper Motor stepper berfungsi sebagai acutuator pada joint 1 yang memutar manipulator pada sumbu putar atau titik poros pada bidang datar horizontal. c. Dudukan motor stepper Dudukan motor stepper berfungsi untuk menahan motor stepper sehingga dapat menyalurkan daya ke gearbox. d. Kopel Kopel berfungsi menghubungkan poros motor stepper yang berdiameter 8 mm dengan poros gearbox yang berdiameter 10 mm. e. Plat poros besi Plat poros besi berfungsi menggabungkan poros output dari gearbox dengan plat dudukan dari link vertikal. 3. Link vertikal Link vertikal berfungs sebagai duduka dari link horizontal. Link vertikal menopang link horizontal yang bekerja naik atau turun untuk menjangkau koordinat dalam arah vertikal (koordinat z). Komponen-komponen penyusun link vertikal antara lain: a. Plat dudukan Plat dudukan terdapat dibagian atas maupun bagian bawah dari link vertikal. Plat dudukan ini berfungsi sebagai dudukan bearing (penopang ulir) dan plat siku (penopang slider vertikal). b. Plat siku Plat siku berfungsi sebagai penumpu dari slider vertikal. c. Bantalan Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehinggga putaran atau gerakan bolak-baliknya dpaat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur (Sularso dan Suga, 1987). Bantalan pada rancangan ini berfungsi sebagai komponen yang menumpu poros ulir. d. Slider vertikal Slider vertikal berfungsi sebagai track (lintasan) bagi gerakan naik dan turunnya link horizontal. e. Ulir Ulir berfungsi sebagai sistem tranmisi pendorong turun atau naik bagi joint horizontal. Putaran dari ulir ini yang dapat menyebabkan joint horizontal dapat bergerak naik atau turun. 12

28 4. Joint translasi vertikal (joint 3) Joint translasi vertikal berfungsi memutar poros ulir, sehingga dudukan dari link horizontal dapat bergerak naik dan turun. Joint tranlasi vertikal menggerakan link horizontal naik dan turun untuk menjangkau koordinat dalam arah vertikal (koordinat z). Joint 3 terdiri dari: a. Motor servo DC Motor servo DC berfungsi sebagai actuator pada joint 3 yang memutar poros berulir melalui worm-gear. Motor servo DC sudah dilengkapi encoder dan brake (rem). Encoder befungsi untuk mengetahui sudut putar dari motor servo DC, sehingga pergerakan joint horizontal dalam arah vertikal dapat diketahui atau diukur. Rem berfungsi untuk menghentikan, mengatur dan mencegah putaran yang tidak dikehendaki pada putaran motor servo DC. b. Dudukan motor servo DC Dudukan motor servo DC berfungsi untuk menahan motor servo sehingga dapat menyalurkan dayanya ke worm-gear. c. Worm-gear Worm-gear berfungsi mereduksi putaran dari motor servo DC untuk disalurkan ke poros berulir. 5. Link horizontal Link horisontal berfungsi menjangkau koordinat dari sasaran r melalui sudut tertentu yang terbentuk dari dua buah plat besi. Koordinat r merupakan jarak mendatar tertentu diukur dari link vertikal (sumbu z). Titik pangkal link horisontal berada pada link vertikal serta ujungnya merupakan tempat dudukan end-effector. Komponen penyusun link horisontal antara lain : a. Kotak segiempat Kotak segiempat berfungsi sebagai penghubung antara link vertikal dengan link horisontal. b. Plat besi Plat besi digunakan dua buah yang berfungsi sebagai penentu jarak mendatar end-effector dari link vertikal. Jarak ini ditentukan oleh besar sudut yang terbentuk antara dua batang tersebut. 6. Joint putar horizontal 2 (joint 2) Joint putar ini berfungsi untuk memutar salah satu plat besi agar terbentuk sudut tertentu. a. Motor DC berfungsi sebagai aktuator pada joint2. b. Pembaca sudut berfungsi untuk mengetahui besar sudut yang terbentuk antara dua palt besi. 13

29 7. Sistem kendali a. Power supply Power supply berfungsi memberikan catu daya bagi rangkaian-rangkaian elektronika penunjang dan motor-motor penggerak pada manipulator. b. Rankaian pengendali motor DC Rangkaian pengendali motor DC berfungsi mengendalikan motor on-off dan arah putaran motor. Rangkaian ini dilengkapi limit switch untuk keamanan dan titik acuan. 8. Sistem interface Interface berfungsi sebagai penghubung antara komputer (controler) dengan rangkaian luar seperti rangkaian pengendali motor dan pembaca pulsa encoder. 9. Kontroller Kontroller berfungsi sebagai pengendali seluruh kinerja dari manipulator Rancangan Struktural Rancangan Struktural Bagian yang Tidak Dimodifikasi Bagian manipulator yang tidak dimodifikasi tetap mempertahankan yang telah ada. Gambar 9 menunjukkan bagian-bagian manipulator yang tidak dimodifikasi. Beberapa bagian manipulator tersebut antara lain dudukan bawah, joint 1, link vertikal, joint 3, power suply, rangkaian pengendali motor stepper (joint 1). Joint 3 Rel Dudukan link horizontal Link vertikal (ulir) Rotational joint 1 Dudukan bawah Gambar 9. Bagian manipultor yang tidak dimodifikasi. 14

30 1. Dudukan bawah a. Roda bebas (caster) Roda bebas yang digunakan memiliki tinggi 34 mm dengan diameter roda 25 mm. Roda bebas yang digunakan sebanyak 4 buah. b. Plat beton Plat beton yang digunakan mempunyai ukuran 400 mm x 400 mm dengan ketebalan 20 mm. 2. Rotational joint 1 Gearbox yang digunakan merupakan sistem tranmisi worm-gear yang mereduksi putaran dengan perbandingan 1:10. Putaran motor stepper berkurang 10 kali setelah melewati gearbox. Motor stepper yang digunakan adalah jenis motor stepper unipolar dengan torsi maksimum 1.25 Nm. 3. Link vertikal Slider vertikal yang digunakan berbentuk silinder dan memiliki ukuran 960 mm x 20 mm x 19 mm. Ulir yang digunakan merupakan ulir tenaga jenis ball screw. Ulir dipasang vertikal dan ditumpu oleh dua buah bearing. Panjang poros yang berulir yaitu 880 mm. Diameter dalam ulir 20 mm dan diameter luar 25 mm dengan sudut ulir sebesar Power supply Unit ini berupa transformator dan jembatan dioda yang berfungsi untuk merubah tegangan AC menjadi DC. Tegangan yang tersedia adalah 5 V, 12 V, 24 V, dan 64 V. Tegangan 5 V, 12 V, dan 24 V menggunakan ic penstabil tegangan 78xx. Tegangan 64 V dihasilkan langsung dari output transformator. 5. Rangkaian pengendali motor stepper Rangkaian ini berupa gerbang NAND IC 74LS10, rangkaian switch transistor, dan limit switch untuk keamanan dan titik acuan. Pulsa untuk pergerakan motor steper dihasilkan oleh rangkaian pembangkit pulsa menggunakan IC 555 dengan frekuensi 5.7 khz Rancangan Struktural Bagian yang Dimodifikasi Rancangan kontruksi manipulator yang dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 10. Bagian-bagain manipulator yang baru antara lain joint 2, link horisontal, interface, kontroler, rangkaian pengendali joint 3. 15

31 encoder Plat besi I (terpasang pada link vertikal) Joint 2 Plat besi II Motor DC (ujung bebas) Gambar 10. Bagian modifikasi manipulator 1. Joint horizontal (Joint 2) Motor penggerak yang digunakan adalah motor DC 24 V, 30 rpm. Untuk mengetahui besar sudut perputaran joint digunakan rotational encoder dengan ketelitian 200 pulsa/putaran. Pengendali on-off dan arah putaran motor menggunan rangkaian H-bridge 30 A dengan tegangan input konstan. 2. Link horizontal Link horizontal tersusun atas dua buah plat besi yang dihubungkan yaitu plat besi I yang menempel pada joint vertikal dan plat besi II yang berada pada bagian ujung sehingga membentuk rotational joint. Kedua plat besi dihubungkan dengan joint putar yang mampu memutar horizontal. Besar sudut putar dari joint tersebut menentukan jarak jangkauan endeffector. Plat besi I memiliki ukuran 420 mm x 16 mm x 20 mm. Plat besi II memiliki ukuran 500 mm x 16 mm x 10 mm. Kedua plat besi dihubungkan dengan poros sebagai pusat rotasi. Poros penghubung tersebut memiliki diameter 14 mm dengan panjang 130 mm dari link horizontal. Jarak jangkauan maksimum mencapai 820 mm. Pada bagian atas dan bawah poros dipasang bearing sebagai penahan agar tidak terjadi bergeseran sumbu putar. 3. Interface Interface terhubung pada USB komputer dengan menggunakan NI-DAQmx model USB 6009 seperti terlihat pada gambar 11. NI-DAQ digunakan sebagai interface karena alat ini dapat dihubungkan pada USB komputer, pengontrolan digital input-output dapat dilakukan melalui kofigurasi nilai dgital 8 bit menggunakan hexadesimal maupun langsung mengirimkan atau membaca nilai logika pada titik-titik jalur digital input-output. Interface ini memiliki bentuk yang kompak dengan ukuran yang kecil sehingga lebih mudah untuk penggunaan di lapangan. 16

32 4. Kontroler Sebagai unti kontroler digunakan komputer yang dilengkapi dengan USB untuk pemasangan unit interface. Program yang digunakan untuk pengontrolan interface NI-DAQ adalah program-program yang dikembangkan oleh Nasional Instrumen, salah satunya yaitu program LabView. Komputer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Laptop Dual Core dengan sistem opersai Windows 7. Komputer dilengkapi dengan program LabView untuk pemrograman algoritma pengendalian manipulator. Spesifikasi NI-DAQ 6009 dapat dilihat pada Lampiran 40. Gambar 11. Ni-DaQ usb Analisis Teknik Analisis teknik dilakukan terhadap bagian yang akan dimodifikasi yaitu pergerakan link horizontal untuk gerakan end-effector secara horizontal. Bagian-bagian lainnya mengacu pada (Graha, 2007) yang telah berhasil membuat manipulator yang akan dimodifikasi. Selain itu, modifikasi juga dilakukan terhadap sistem interface yang sebelumnya menggunakan interface yang terhubung pada slot ISA dengan pemrograman algoritma menggunakan bahasa C diganti dengan interface yang terhubung pada USB dengan menggunakan NI-DAQmx model USB 6009 dan pemrograman LabView. 1. Link horizontal Link horizontal berupa rangkaian dua buah plat besi. Besi pertama menghubungkan antara link vertikal dan motor joint horizontal (Joint 2) sedangkan plat besi kedua menghubungkan antara motor joint horizontal dan end-effector. Beban yang ditumpu plat besi pertama adalah berat motor, plat besi kedua, end-effector, dan berat plat besi itu sendiri. Beban tersebut berupa beban bending yang dapat dihitung sebagai berikut : Jika massa maksimum plat besi kedua, motor joint horizontal, dan end-effector berjumlah 10 kg. Jarak link vertikal terhadap joint horizontal (ujung plat besi kesatu) adalah 17

33 450 mm. Tegangan geser yang diijinkan 165 Mpa. Analisis terhadap beban bending menggunakan Persamaan 4.1. σ =... (4.1) Dimana : σ = tegangan geser yang diijinkan (Pa) M = momen gaya (Nm) I = momen inersia (m 4 ) c = setengah ukuran tebal penampang plat (mm) jika ukuran tebal plat besi ditentukan sebesar 10 mm, maka diperoleh : I = = Dari nilai momen inersia yang diperoleh, ukuran lebar penampang plat besi yang digunakan dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 4.2. I =... (4.2) dimana : I = momen inersia (mm 4 ) b = ukuran penampang sisi horizontal (mm) h = ukuran penampang sisi vertikal (mm) b = = m = 16 mm Jadi diperoleh ukuran penampang plat besi 16 mm x10 mm agar mampu menahan beban bending dengan pembebanan 10 kg. Saat kedua plat besi membentuk sudut 90 0 pada plat besi kesatu akan mengalami beban puntir maksimum. Beban puntir terjadi sebagai akibat dari berat end-effector yang melalui plat besi kedua. Massa end-effector maksimum yang diijinkan yaitu 5 kg. Ukuran penampang yang telah ditentukan di atas dapat dihitung ketahanan terhadap beban puntir dengan Persamaan 4.3. τ m =... (4.3) 18

34 dimana : τ m = tegangan puntir yang diijinkan (Pa) T = torsi (Nm) C = setengah lebar penampang (m) Ip = momen inersia puntir (m 4 ) Sehingga diperoleh : Ip = = Dari perhitungan di atas diperoleh momen inersia puntir sebesar 1.1 x 10-9 m 4 yang hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan momen inersia akibat pembebanan bending. Ukuran penampang plat besi yang telah ditentukan mampu menahan beban puntir yang terjadi. Plat besi I yang digunakan memiliki penampang 16 mm x 20 mm dengan nilai tebal dua kali lebih besar dibandingkan hasil perhitungan. Tujuannya agar lebih aman dan tidak terjadi lendutan dalam penggunaanya serta terlihat lebih kokoh. Penampang plat besi II menggunakan ukuran sesuai hasil perhitungan yaitu 16 mm x 10 mm karena beban yang terima lebih kacil dibandingkan plat besi I. 2. Poros joint 2 Motor DC penggerak joint 2 dipasang pada plat besi I dan memutarkan plat besi II dengan transmisi daya poros langsung. Tegangan kebutuhan motor adalah 24 V dengan arus sebesar 1 A maka diperoleh daya motor sebesar 24 W dengan kecepatan putar 20 rpm. Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) menggunakan persamaan 4.4. =... (4.4) dimana : P = daya nominal output dari motor penggerak (kw) fc = faktor koreksi diambil dari tabel faktor koreksi daya (Tabel 2) Tabel 2. Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc Daya yang akan ditransmisikan Fc Daya rata-rata yang diperlukan Daya maksimum yang diperlukan Daya normal Untuk mengetahui meomen puntir atau disebut juga momen rencana (T) dapat digunakan persamaan sebagai berikut : = 19

35 Besarnya tegangan geser yang diinginkan ( ) dapat dihitung dengan persamaan 4.5. =... (4.5) di mana : = Tegangan geser yang diijinkan (kg.mm) = Kekuatan tarik (kg/mm²) = Faktor keamanan dari faktor kelelahan puntir, harga 5.6 bahan SF dan 6.0 bahan S-C = Faktor bentuk fisik karena pengaruh konsentrasi tegangan dan kekerasan permukaan dengan harga 1.3 sampai 3.0 Dari persamaan di atas diperoleh persamaan untuk menghitung diameter poros seperti pada persamaan 4.6. dimana : d s = diameter poros (mm) K t ds = =... (4.6) = faktor keamanan oleh pengaruh keadaaan momen puntir, besarnya antara 1.0 sampai 3.0 C b = faktor pengaruh beban adanya beban lentur oleh transmisi lain, besarnya antara 1.2 sampai 2.3, bila tidak ada, = 0 daya rencana : = = momen puntir : = = kg.mm Bahan poros adalah baja difinis dingin (S35C-D), alasan pemakaian adalah poros dapat dibubut, digerinda, dan perlakuan lainnya. Bahan ini memiliki kekuatan tarik = 53 kg/mm², dengan = dan =, maka tegangan geser yang diijinkan : τa = kg/mm Faktor koreksi untuk momen puntir adalah Kt = 1.5 dan beban dikenakan secara halus dengan faktor kelenturan Cb = 2. Dari nilai tersebut sehingga diameter poros dapat ditentukan : = 20

36 = mm Dari hasil perhitungan diperoleh diameter poros minimal 6.8 mm. Poros yang digunakan pada hubungan rotational joint 2 berdiameter 14 mm sehingga cukup aman dalam penggunaannya. 3. Motor link vertikal Besarnya gaya dorong yang diperlukan untuk mendorong link horizontal dapat dihitung dengan menggunakan rumus Persamaan 4.7. =... (4.7) dimana : F = gaya (N) M = massa benda (kg) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) Besar massa link horizontal dan motor penggerak joint horizontal sebesar 3 kg. Gaya grafitasi sebesar 9.8 m/s 2. Sehingga besarnya gaya dorong yang diperlukan: = = Jadi gaya yang diperlukan untuk mendorong ke atas link horizontal, joint horizontal, dan end-effector harus lebih besar dari 29,4 N. Besarnya daya pada motor DC joint vertikal 60 Watt dan putaran motor 3000 rpm, kecepatan sudut dapat diketahui dengan Persamaan 4.8. ω = π n... (4.8) dimana : ω = kecepatan sudut (rad/s) n = kecepatan putar (rpm) sehingga diperoleh besar kecepatan sudut yang dihasilkan ω = ω = rad/s 21

37 Torsi yang dihasilkan oleh motor DC dapat diketahui melalui Persamaan 4.9. =... (4.9) dimana : T = Torsi (Nm) P = Daya (Watt) ω = Kecepatan sudut (rad/s) sehingga diperoleh besar torsi yang dihasilkan oleh motor DC = = Torsi yang dihasilkan oleh motor joint 3 sebessar Nm. Perbandingan rasio dan worm gear yaitu 1:30 dengan efisiensi penyaluran tenaga 99%, sehingga torsi pada ulir dapat dihitung dengan menggunakan Persamanan Tm =...(4.10) di mana : Tm = torsi motor (Nm) T = torsi untuk mendorong ulir (Nm) η = efisiensi penyaluran tenaga (%) sehingga diperoleh : = = = Gaya dorong ulir dapat diketahui dengan perhitungan tenaga ulir (power screw). Persamaan yang digunakan untuk menghitung torsi gaya dorong ulir (Shingley dan Mischke,2001) : T =...(4.5) dimana : T = torsi pada ulir (Nm) F = gaya dorong ulir (N) d m = diameter effektif ulir (m) f = koefisien gesek permukaan ulir l = kisar/pitch (m) α = sudut ulir ( o ) 22

38 Ulir yang digunakan dalam desain ini adalah ulir recirculating ball srews. Terdapat bola atau rol yang berputar di antara ulir dengan nut, sehingga gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil. Gesekan yang terjadi ini diperkecil lagi dengan pemberian pelumas pada bola atau rol tersebut. Maka koefisien gesek antara ulir dengan nut sebesar 0.11 (Graha, 2007). Ulir memiliki diameter dalam 21 mm dan diameter luar 25 mm. Diameter efektif berada diantara diameter luar dan diameter dalam, sehingga diambil diameter efektif 23 mm. Sudut ulir sebesar 90 o dan panjang kisar 10 mm. Berdasarkan persamaan gaya dorong ulir : = = Dari hasil di atas diperoleh gaya angkat yang dihasilkan ulir untuk menggerakkan link dan joint horizontal ke arah atas adalah N. Nilai ini lebih besar dibandingkan besar berat link dan joint horizontal dengan besar 29.4 N. 23

39 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2011 di Lab. Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 4.2 Bahan dan Alat 1. Alat Penelitian a. Alat untuk pembuatan prototipe, antara lain gerinda potong, las listrik, gerinda tangan, bor listrik, gergaji, obeng, kunci pas, dan kunci ring. b. Alat untuk pembuatan rangkaian elektronik, antara lain solder, tang potong, multitester, dan osiloskop. c. Perangkat komputer untuk pembuatan program. d. Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran koordinat ruang terdiri dari penggaris, meteran, dan busur derajat. 2. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain plat besi, gear box, plat aluminium, besi silinder, besi siku, motor stepper, motor DC, pengencang, PCB, rsistor, kapasitor, dioda, trimpot, LED, transistor, trafo, relay, ic, NI-DAQmx model USB 6009, dan kabel. 4.3 Metode Diagram alir proses penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Desain konstruksi utama Proses desain kontruksi dimulai dengan penentuan tipe dan bentuk manipulator yang akan dibuat. Analisis fungsional untuk penentuan fungsi dari setiap komponen utama. Pembuatan sketsa awal untuk menentukan bentuk dan dimensi alat. Perhitungan kekuatan mekanik komponen-komponen penyusun konstruksi utama. Penentuan kebutuhan daya untuk mekanisme gerak manipulator. Pembuatan dan pengujian konstruksi yang telah direncanakan. 2. Desain komponen elektronik Pembuatan dan perakitan komponen-komponen elektronik sebagai pendukung pergerakan manipulator. Analisis fungsional dilakukan untuk menentukan fungsi dari bagian 24

40 komponen elektronik yang akan mendukung fungsi utama. Penentuan jenis-jenis komponen elektronik yang digunakan. Pembuatan dan pengujian komponen elektronik yang telah direncanakan. 3. Penyusunan program komputer Penyusunan program komputer diawali dengan pembuatan algoritma perintah-perintah pergerakan manipulator. Perintah-perintah dijabarkan ke dalam fungsi matematis dan logika. Setelah program selesai, konstruksi utama, komponen elektronik, dan program disatukan serta dilakukan pengujian alat. 4. Kalibrasi Pergerakan masing-masing joint bersumber dari gerak putar motor DC. Kalibrasi dilakukan untuk menentukan jumlah atau lama putaran motor terhadap gerak translasi prismatic joint. Perputaran motor juga akan mempengaruhi besar sudut putar pada rotational joint. Sudut putar penting untuk menentukan arah pergerakan manipulator dan gerakan translasi pada siku. Kalibrasi pada motor steper (motor joint 1) dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara lama putaran motor steper (ms) terhadap sudut jangkauan yang dibutuhkan untuk memmbentuk koordinat sumbu x dan sumbu y. Pengukuran lama putaran dilakukan karena frekuensi pulsa yang dihasilkan oleh program hanya sebesar 250 hz dan tidak mampu untuk menggerakkan motor steper. Pengukuran sudut jangkauan aktual dilakukan dengan menggunakan busur derajat. Kalibrasi pada motor DC pada siku (motor joint 2) dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara jumlah pulsa dan besar sudut jangkauan yang dibutuhkan untuk membentuk koordinat sumbu x dan sumbu y. Jumlah pulsa dihasilkan oleh rotational encoder dengan ketelitian 200 pulsa/putaran. Untuk memperbesar ketelitian encoder maka penyusunan program pembacaan encoder dilakukan perhitungan jumlah perubahan logika 0 ke 1 maupun perubahan logika 1 ke 0 sehingga ketelitian encoder menjadi 400 pulsa/putaran. Pengukuran sudut aktual pada joint ini dilakukan dengan menggunakan busur derajat. Kalibrasi pada motor DC pada pergerakan vertikal (motor joint 3) dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara jumlah pulsa dan besar jarak pergerakan (mm) pada sumbu z. Ada tiga metode kalibrasi yang digunakan untuk pergerakan motor joint 3 yaitu penambahan jumlah penghitung pulsa saat sensor encoder membaca logika 1, penambahan penghitung pulsa saat terjadi perubahan logika 0 ke logika 1 pada sensor encoder, dan timer (ms) lama pergerakan pada sumbu z. Penggunan tiga metode ini karena frekuensi pulsa encoder mencapai 25 khz yang jauh lebih besar dibandingkan kecepatan eksekusi program LabView sebesar 1 khz. Hasil kalibrasi yang digunakan pada pergerakan manipulator secara keseluruhan adalah metode yang menghasilkan ketepatan yang paling besar. Pengukuran jarak aktual pergerakan sumbu z dilakukan dengan menggunakan meteran. 25

41 5. Koreksi (penyempurnaan kalibrasi) Persamaan kalibrasi yang diperoleh digunakan untuk menggerakkan masing-masing joint satu persatu pada koordinat yang diinginkan. Simpangan yang dihasilkan akan membentuk suatu pola persamaan tertentu. Persamaan ini dimasukkan ke dalam persamaan jumlah atau lama putaran motor sebagai koreksi persamaan kalibrasi. 6. Validasi Persamaan kalibrasi yang telah dikoreksi digunakan untuk menggerakkan masingmasing joint satu per satu pada koordinat yang diinginkan. Besar simpangan masing-masing joint menjadi nilai error joint tersebut. 7. Perhitungan nilai konfigurasi sudut motor joint 1 dan joint 2 Hasil kalibrasi motor joint 1 dan joint 2 adalah hubungan antara lama perputaran dan jumlah pulsa yang dihasilkan terhadap sudut masing-masing joint. Nilai inputan pergerakan manipulator merupakan koordinat x, y, dan z. Pergerakan sumbu z dihasilkan oleh motor joint 1 sedangkan pergerakan pada bidang x,y merupakan konfigurasi besar sudut putar motor joint 1 dan joint 2. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi nilai koordinat x dan koordinat y terhadap besarnya sudut perputaran. Persamaan perhitungan konfigurasi sudut joint 1 dan joint 2 disusun berdasarkan dalil sinus dan cosinus. Konfigurasi sudut joint 1 dan joint 2 seperti pada Gambar 12. Persamaan yang dikembangkan sebanyak dua persamaan yang dibedakan oleh nilai koordinat x positif (+) atau koordinat x negatif (-) sehingga persamaan yang dihasilkan dapat menjangkau daerah empat ruang pada bidang xy yaitu ruang I pada koordinat x dan y positif, ruang II pada koordinat x negatif dan koordinat y positif, ruang III pada koordinat x dan y negatif, serta ruang IV koordinat x positif dan koordinat y negatif. Dalil sinus: Gambar 12. Segitiga sembarang = =... (3.1) Dalil cosinus : =... (3.2) 26

42 Jika : diperoleh : a = panjang plat besi II (mm) b = panjang plat besi I (mm) α = sudut motor joint 1 ( ) γ = sudut motor joint 2 ( ) = = =... (3.3) Pada koordinat x positif nilai pergerakan sudut motor joint 1 sebesar α dengan arah putar ke kiri. Nilai pergerakan sudut motor joint 2 sebesar (360-γ) dengan arah putar ke kanan. Saat koordinat x negatif nilai perherakan sudut motor joint 1 sebesar (180-α) dan nilai pergerakan sudut motor joint 2 sebesar γ. 8. Pengujian Pengujian dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing joint manipulator dengan menghitung simpangan dan ketepatan antara nilai masukan terhadap nilai aktual. Diagram alir program pengendalian manipulator dapat dilihat pada lampiran 2. Simpangan dihitung dengan Persamaan (3.4) =... (3.4) dimana : = = = Ketepatan dihitung dengan mengikuti persamaan (3.5) =... (3.5) dimana : H = jarak seharusnya X = jarak aktual Pengujian manipulator dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu gerakan manipulator dari posisi limit switch ke titik koordinat dan gerakan titik koordinat ke titik koordinat lainnya. Masing-masing metode tersebut dilakukan dengan tiga variasi pembebanan yaitu tanpa beban, beban 900 g, dan 2200 g. Variasi pembebanan dilakukan untuk memperoleh pengaruh beban terhadap ketelitian manipulator. Besar beban yang digunakan yaitu berdasarkan beban minimum end effector, daya angkat motor joint 3, kekuatan link horisontal, dan kemampuan pondasi agar manipulator tidak terbalik. Pengujian pergerakan dari posisi limit switch ke titik koordinat dilakukan dengan cara memasukkan nilai koordinat tiga dimensi 27

43 X, Y, dan Z. Penentuan nilai koordinat dilakukan secara acak yang mencakupi empat kuadran bidang X dan Y. Setiap manipulator mencapai titik koordinat tujuan, maka manipulator tersebut harus kambali lagi ke posisi limit switch sebagai titik 0 (titik acuan) masing-masing joint. Pengujian manipulator gerakan titik koordinat ke titik koordinat dilakukan untuk mendapatkan simpangan pada pergerakan manipulator dari koordinat input terhadap koordinat aktual yang dicapai tanpa adanya koreksi ke titik acuan. Pengujian hanya dilakukan pada empat titik koordinat tujuan untuk setiap pengujian. Penentuan titik koordinat target dipilih secara acak. Koordinat aktual diukur dengan pengukuran langsung. 28

44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum 595 mm. Bentuk manipulator hasil modifikasi dapat dilihat pada Gambar 13. Koordinat maksimum dan minimum sumbu z 1104mm dan 361 mm. Radius minimal ruang yang tersedia pada bidang xy sebesar 595 mm. Menurut Tugiyono (1998) jarak tanam tomat antar baris 50 cm sampai 80 cm dengan tinggi ajir kurang lebih 125 cm. Ruang yang tersedia pada baris tanaman dapat mencukupi untuk manuver manipulator. Daerah koordinat cakupan manipulator pada bidang xy dapat dilihat pada Gambar 14. z(+) y(+) x(+) Gambar 13. Hasil modifikasi manipulator Setelah dilakukan modifikasi pada joint horisontal diperoleh luas daerah cakupan manipulator lebih besar dibanding dengan yang sebelumnya. Perbedaan luas daerah cakupan manipulator dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar

45 Gambar 14. Luas cakupan koordinat bidang xy manipulator sebelum dimodifikasi Gambar 15. Luas cakupan koordinat bidang xy manipulator setelah dimodifikasi 1. Dudukan bawah (tidak dimodifikasi) Dudukan bawah menggunakan plat beton dengan ukuran 400 mm x 400 mm dan ketebalan 20 mm. Plat beton ini kemudian dilubangi pada sisi-sisi sikunya dengan ukuran diameter 4 mm. Diameter lubang ini disesuaikan dengan diameter lubang pemasangan pada roda caster. Plat beton dilubangi pada sisi-sisinya sebagai tempat untuk memasang empat roda caster yang memiliki ukuran tinggi sekitar 34 mm dengan diameter roda 25 mm. 30

46 Pada bagian tengah plat beton ini juga dilubangi untuk pemasangan gearbox. Plat beton ini dilubangi dngan diameter lubang 8 mm yang disesuaikan dengan lubang pemasangan pada gearbox. 2. Joint putar horisontal 1 (joint 1, tidak dimodifikasi) Joint 1 terdiri dari gearbox, kopel dudukan motor stepper, motor stepper, dan plat poros besi. Gearbox dipasang pada plat besi pada dudukan bawah dengan pengencangan menggunakan baut berdiameter 8 mm sebanyak empat buah pada masing-masing sisinya. Dudukan motor stepper terbuat dari besi siku ukuran 92 mm x 92 mm yang pada salah satu bagian dipotong, sehingga ukurannya menjadi 92 mm x 50 mm. Pada bagian sisi dengan ukuran 50 mm dilubangi dengan diameter 8 mm sebanyak dua buah untuk pemasangan plat besi pada dudukan bawah yang kemudian dikencangkan dengan baut berdiameter 4 mm sebanyak empat buah yang disesuaikan dengan baut berdiameter 4 mm. Kopel terbuat dari poros besi pejal yag berdiameter 30 mm. Pada salah satu bagiannya dilubangi dengan diameter 8 mm menyesuaikan dengan poros motor stepper dan pada bagain lainnya dilubangi dengan diameter 10 mm menyesuaikan dengan poros masukan dari gearbox. Pengencangan antara kopel dengan poros motor stepper dan poros masukan gearbox yaitu menggunakan baut diameter 5.5 mm dan ditaps dengan ukuran 6 mm. Plat poros besi terbuat dari plat besi ukuran 220 mm x 90 mm dan poros besi besi dengan diameter 30 mm. Plat dengan poros ini disatukan dengan cara dilas. Poros dilubangi dengan diameter 15 mm disesuaikan dengan poros keluaran dari gearbox. Kedua bagian ini dikencangkan dengan baut diameter 6 mm sehingga poros besi harus dilubangi dengan diameter 6 mm sehingga poros besi harus dilubangi dengan diameter 5.5 mm dan ditaps dengan ukuran diameter 6 mm. Pada bagian plat besi pada sudut-sudut sisinya dilubangi dengan diameter 12 mm untuk pemasangan pada plat dudukan bawah dari link vertikal. Besar sudut putar joint 1 sebesar 170 untuk mencegah terjadinya kabel melilit. Pembatasan sudut putar dilakukan dengan pesangan limit switch. Komponen penyusun dudukan bawah dapat dilihat pada Gambar Link vertikal (tidak dimodifikasi) Link vertikal terdiri dari plat dudukan bawah, plat dudukan atas, plat siku, bearing, slider vertikal, dan ulir. Plat dudukan bawah dilubangi dengan diameter 12 mm sebanyak empat buah untuk dipasang dengan plat poros besi. Plat dudukan bawah juga dilubangi dengan dimeter 12 mm sebanyak empat buah disesuaikan dengan lubang pemasangan pada bearing dan dilubangi 6 mm untuk dipasang dengan plat siku sebanyak empat buah. Plat dudukan atas juga dilubangi dengan diameter 12 mm sebanyak empat buah disesuaikan dengan lubang pemasangan pada bearing sebanyak empat buah dan dilubangi 6 mm untuk dipasang dengan plat siku sebanyak empat buah. Plat dudukan atas juga dilubangi dengan diameter 6 mm untuk dipasang dengan dudukan motor servo DC dan dilubangi dengan diameter 20 mm untuk dilewati dengan poros bagian atas ulir diameter 15 mm. 31

47 Plat siku terbuat dari besi siku ukuran 60 mm x 60 mm dan tebal 5 mm. Salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya menjadi 60 mm x 25 mm. Plat siku yang dibutuhkan sebanyak 4 buah untuk menopang slider vertikal, dua buah dipasang pada plat dudukan atas dan dua buah lagi dipasang pada plat dudukan bawah. Pada bagian plat siku dengan ukuran 60 mm dilubangi dengan diameter 6 mm dalam arah tegak sebanyak dua buah untuk pemasangan pada slider vertikal. Pada biagian dengan ukuran 25 mm dilubangi dengan diameter 6 mm dalam arah memanjang sebanyak dua buah untuk dipasang pada plat dudukan atas dan bawah. Slider vertikal dipasang secara vertikal dengan empat buah plat siku dan dikencangkan dengan baut berdiameter 6 mm. Bearing yang digunakan jenis plan bearing segi empat sebanyak dua buah dengan diameter dalamnya 20 mm dan 15 mm yang disesuaikan dengan diameter poros bagian bawah ulir yang diameter 20 mm dan poros bagian atas yang bediameter 15 mm. Kedua bearing dipasang dengn plat dudukan atas dan bawah dan dikencangkan dengan baut berdiameter 12. Panjang poros bagian bawah ulir dipotong sehingga berukuran panjang 32 mm sesuai dengan tinggi dari bearing. Sehingga poros bagian bawah ulir tidak menembus plat dudukan bawah. Ketinggian minimum yang dapat dicapai sebesar 361 mm serta ketinggian maksimum 1104 mm. 4. Joint translasi vertikal (joint 3, tidak dimodifikasi) Joint vertikal atau joint 3 terdiri dari motor servo DC, dudukan motor servo DC, dan worm-gear. Dudukan motor servo DC terbuat dari saku 60 mm x 60 mm dan tebal 5 mm. Salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya dilubangi dengan diameter 5 mm sebanyak empat buah disesuaikan dengan lubang pemasangan pada motor servo DC. Pada bagian dengan ukuran 35 mm dilubangi dengan diameter 6 mm sebanyak 2 buah untuk dipasang pada plat dudukan atas dan dikencangkan dengan baut berdiameter 6 mm. Motor servo DC dipasang pada dudukan motor servo DC dan dikencangkan dengan baut berdiameter 5 mm. Roda gigi pada worm-gear dipasang dengan poros bagian atas ulir yang berdiameter 15 mm dan dikencangkan dengan baut berdiameter 6 mm. Roda cacing pada worm-gear dipasang dengan poros keluaran motor servo DC yang diameter 8 mm dan dikencangkan dengan baut 3 mm. 5. Link horisontal Link horisontal tersusun oleh dua buah plat besi. Plat besi I berukuran panjang 420 mm dengan ukuran penampang 16 mm x 20 mm. Plat besi I dibaut pada plat besi segi empat yang melekat pada ulir link vertikal. Plat besi II berukuran panjang 400 mm dan ukuran penampang 16 mm x 10 mm. Plat besi I dan besi II dihubungkan oleh poros yang berdiameter 14 mm. Poros menyalurkan putaran motor DC secara langsung. Motor DC dibaut dan dipasang tetap terhadap plat besi I sehingga poros memutar plat besi II. Ujung lain poros dihubungkan encoder. Sisi atas dan bawah poros plat besi II terdapat dua plat lingkaran berdiameter 50 mm serta tebal 5 mm. Poros kedua plat besi melingkar terdapat bearing yang berfungsi untuk menahan poros agar tetap tegak. 32

48 6. Joint putar horisontal 2 (Joint 2) Joint putar horisontal disebut juga joint 2 terdiri dari motor DC, dudukan motor DC, poros pejal, dan encoder. Transmisi putaran motor menggunakan transmisi poros langsung. Poros motor DC dimasukkan ke dalam poros pejal dan dibaut dengan ukuran baut 5 mm. Poros encoder dihubungkan ke poros pejal dengan menggunakan karet. Penghubung karet digunakan agar tidak merusak encoder jika poros pejal mengalami kemiringan. Sudut minimal joint horisontal sebesar 20 dan sudut maksimal 320. Bentuk joint 2 serta besar sudut putar dapat dilihat pada Gambar 16 dan gambar 17. Gambar 16. Joint dan link horisontal Gambar 17. Besar sudut minimal joint 2 33

49 5.2. Kalibrasi Kalibrasi dilakukan terhadap motor stepper (joint 1), motor DC (Joint 2), dan motor servo DC (Joint 3). Nilai pergerakan diinput ke program kemudian nilai pergerakan aktual diukur. Grafik hubungan antara lama pergerakan terhadap nilai sudut joint 1 dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Sudut ( ) y = x R² = Waktu (ms) Gambar 18. Grafik kalibrasi sudut putar joint 1 (putaran arah kiri) y = x R² = Sudut ( ) Waktu (ms) Gambar 19. Grafik kalibrasi sudut putar joint 1 (putaran arah kanan) Tabel hasil kalibrasi awal joint 1 dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari grafik kalibrasi motor joint 1 diperoleh dua persamaan awal kalibrasi yaitu persamaan gerak arah kiri dan gerak arah kanan. 34

50 Gerakan arah kiri diperoleh y= x di mana y dalam ( ) dan x dalam (ms). Gerakan arah kanan diperoleh persamaan y= di mana y dalam ( ) dan x dalam (ms). Kalibrasi sudut putar joint 2 berdasarkan ketelitian encoder. Ketelitian encoder adalah 200 pulsa/putaran. Pembuatan program perhitungan pulsa dilakukan dengan menghitung perubahan logika 0 ke logika 1 dan sebaliknya sehingga ketelitian encoder menjadi 400 pulsa/putaran. Dalam satu putaran memiliki sudut 360 maka diperoleh nilai pulsa terhadap satu derajat adalah 1.11 pulsa/. Hasil kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan metode penambahan jumlah penghitung saat terbaca pulsa logika 1 pada sensor encoder ditunjukkan pada Gambar 20 dan Gambar y = x R² = Jarak (mm) Penghitung Gambar 20. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 logika 1 (pergeseran arah bawah) y = x R² = Jarak (mm) Penghitung Gambar 21. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 logika 1 (pergeseran arah atas) 35

51 Hasil kalibrasi awal gerak translasi joint 3 dengan logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 10. Persamaan kalibrasi awal diperoleh y = x untuk pergeseran arah bawah dan y = 0.756x untuk pergeseran arah atas. Nilai y adalah jarak pergeseran (mm) serta x merupakan penghitung. Hasil kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan metode penambahan jumlah pulsa saat terjadi perubahan logika 0 ke logika 1 pembacaaan sensor pada encoder dapat dilihat pada Gambar 22 dan Gambar y = x R² = Jarak (mm) Pulsa Gambar 22. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan perhitungan pulsa encoder y = x R² = Jarak (mm) Pulsa Gambar 23. Grafik kalibrasi gerak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan perhitungan pulsa encoder. 36

52 Hasil kalibrasi awal gerak translasi joint 3 dengan perhitungan pulsa perubahan logika 0 ke logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 15. Persamaan kalibrasi awal diperoleh y = x untuk pergeseran arah atas dan y = x untuk pergeseran arah bawah. Nilai y adalah jarak pergeseran (mm) serta x merupakan jumlah pulsa. Kalibrasi gerak translasi joint 3 juga dilakukan dengan metode pewaktu. Hasil kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan metode pewaktu dapat dilihat pada Tabel 3. Kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan pewaktu dilakukan untuk mendapatkan rata-rata waktu dibagi rata-rata jarak pergerakan aktual. Dari hasil percobaan diperoleh waktu/jarak rata-rata gerakan arah atas ms/mm dan gerakan arah bawah ms/mm. Tabel 3. Kalibrasi gerak translasi joint 3 dengan pewaktu Arah atas Arah bawah No Jarak (mm) Timer (ms) Timer/jarak (ms/mm) Jarak (mm) Timer (ms) Timer/jarak (ms/mm) Rata-rata Rata-rata Penyempurnaan Kalibrasi Penyempurnaan kalibrasi dilakukan untuk menguji hasil kalibrasi awal masing-masing joint. Tiap joint digerakkan pada koordinat tertentu jika terjadi simpangan dan memiliki pola yang teratur, akan dihasilkan persamaan baru yang disebut persamaan koreksi. Persmaan koreksi berfungsi untuk mengkoreksi persamaan hasil kalibrasi agar diperoleh simpangan yang lebih kecil. 37

53 Hasil pengujian persamaan kalibrasi awal sudut putar joint 1 menghasilkan sudut aktual yang lebih besar dibandingkan sudut input. Karena sudut aktual yang lebih besar, sehingga sudut input dikurang terlebih dahulu oleh persamaan koreksi. Hasil pengurangan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kalibrasi. Besar simpangan sudut aktual terhdap sudut input dapat dilihat pada Gambar 24 dan Gambar y = ln(x) R² = Aktual ( ) Input ( ) Gambar 24. Grafik koreksi sudut putar joint 1 (putaran arah kiri) Aktual ( ) y = ln(x) R² = Input ( ) Gambar 25. Grafik koreksi sudut putar joint 1 (putaran arah kanan) Hasil pengujian kalibrasi awal sudut putar joint 1 dapat dilihat pada Lampiran 4. Persamaan koreksi kalibrasi diperoleh dua persamaan yaitu y = ln(x) untuk putaran arah kiri dan 38

54 y = ln(x) untuk putaran arah kanan. Persamaan koreksi disubtitusikan ke persamaan kalibrasi awal sehingga diperoleh persamaan kalibrasi y ln (y) = x untuk putaran arah kiri serta y ln(y) = x untuk putaran arah kanan dimana y dalam ( ) dan x dalam (ms). Bentuk program pengendali motor joint 1 dapat dilihat pada Lampiran 28 dan Lampiran 29. Hasil pengujian persamaan kalibrasi awal sudut putar joint 2 dapat dilihat pada Lampiran 7. Sudut aktual terukur lebih besar dibandingkan sudut perhitungan persamaan kalibrasi awal. Rata-rata kelebihan sudut putaran arah kanan dan kiri yaitu 8.7 dan 8.2. Nilai-nilai tersebut sama dengan 9 jumlah pulsa. Koordinat sudut masukan setelah dikonversi menjadi nilai pulsa, selanjutnya dikurangi besar kelebihan pulsa. Hasil pengujian persamaan kalibrasi awal jarak translasi joint 3 dengan penambahan jumlah pulsa saat terbaca logika 1 pada sensor encoder menghasilkan jarak aktual yang lebih besar dibandingkan jarak input. Karena jarak atual yang lebih besar, sehingga koordinat input dikurang terlebih dahulu oleh persamaan koreksi. Hasil pengurangan tersebut yang kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kalibrasi awal sehingga didapat persamaan kalibrasi baru. Besar simpangan dapat dilihat pada Gambar 26 dan Gambar y = 0.132x R² = Simpangan (mm) Input (mm) Gambar 26. Grafik koreksi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan logika 1 39

55 Simpangan (mm) y = x R² = Input (mm) Gambar 27. Grafik koreksi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan logika 1 Hasil pengujian kalibrasi awal jarak translasi joint 3 dengan logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Persamaan koreksi kalibrasi diperoleh dua persamaan yaitu y = 0.132x untuk pergerakan arah atas dan y = x untuk pergerakan arah bawah. Persamaan koreksi disubtitusikan ke persamaan kalibrasi awal sehingga diperoleh persamaan kalibrasi y = x untuk pergerakan arah atas serta y = x untuk pergerakan arah bawah dimana y dalam (mm) dan x adalah jumlah penghoitung. Bentuk program pengendali gerak translasi joint 3 logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33. Hasil pengujian persamaan kalibrasi jarak translasi joint 3 dengan perhitungan pulsa perubahan logika 0 ke logika 1 menghasilkan jarak aktual yang lebih besar dibandingkan jarak input. Besar simpangan dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29. Aktual (mm) y = x R² = Input (mm) Gambar 28. Grafik validasi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah atas) dengan perhitungan pulsa encoder 40

56 y = x R² = Aktual (mm) Input (mm) Gambar 29. Grafik validasi jarak translasi joint 3 (pergeseran arah bawah) dengan perhitungan pulsa encoder Hasil pengujian kalibrasi awal jarak translasi joint 3 dengan perhitungan perubahan pulsa encoder dari logika 0 ke logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 16. Persamaan koreksi kalibrasi diperoleh dua persamaan yaitu y = x untuk pergerakan arah atas dan y = x untuk pergerakan arah bawah. Persamaan koreksi disubtitusikan ke persamaan kalibrasi awal sehingga diperoleh persamaan kalibrasi y = x untuk pergerakan arah atas serta y = x untuk pergerakan arah bawah dimana y dalam (mm) dan x adalah jumlah penghoitung. Bentuk program pengendali motor joint 3 perhitungan pulsa encoder dapat dilihat pada Lampiran 34 dan Lampiran 35. Koreksi persamaan kalibrasi jarak translasi joint 3 dengan pewaktu tidak dilakukan karena hasil pengujian tidak menghasilkan pola simpangan yang teratur Validasi Masing-masing Joint 1. Tanpa beban Validasi masing-masing joint dilakukan dengan memasukkan nilai jarak dari perismatik joint dan nilai sudut dari rotasional joint. Masing-masing joint digerakkan tersendiri dan dicatat besar penyimpangan. 41

57 1.5 1 Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 30. Simpangan hasil validasi joint 1 putaran arah kiri Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 31. Simpangan hasil validasi joint 1 putaran arah kanan Gambar 30 dan Gambar 31 menunjukkan bersar simpangan pada joint 1. Simpangan terbesar putaran arah kiri adalah 1. Rata-rata simpangan joint 1 putaran arah kiri diperoleh 0.1 dengan ketelitian 99.8%. Putaran arah kanan menunjukkan simpangan terbesar mencapai 2. Rata-rata simpangan putaran arah kanan sebesar 0.5 dengan ketelitian 98.8%. Data hasil validasi joint 1 dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Besar simpangan rata-rata joint 1 diperoleh lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Simpangan ini disebabkan karena kopel penghubung poros motor stepper sering mengalami kelonggaran sehingga perlu pemeriksaan jika simpangan membesar. Simpangan yang diperoleh belum memadai untuk memperoleh manipulator yang presisi. Simpangan kurang dari 1 pada joint 1 dan joint 2 sudah dapat membuat simpangan manipulator pada sumbu-x dan sumbu-y yang cukup besar. Perlu 42

58 ketelitian kurang dari 1 agar diperoleh simpangan manipulator pada bidang xy yang lebih baik. Kecepatan rata-rata joint 1 sebesar 100 /detik Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 32. Simpangan hasil validasi joint 2 putaran arah kiri Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 33. Simpangan hasil validasi joint 2 putaran arah kanan Hasil validasi joint 2 dapat dilihat pada Gambar 32 dan Gambar 33. Simpangan terbesar joint 2 arah kiri sebesar 8. Rata-rata simpangan putaran arah kiri adalah 2.7 dengan ketelitian 92.7%. Putaran arah kanan memiliki simpangan terbesar sebesar 4. Rata-rata simpangan putaran arah kanan adalah 1.9 dengan ketelitian 94.1%. Besar simpangan pada joint ini disebabkan oleh momen gaya pada lengan. Momen gaya pada lengan menyebabkan adanya putaran lanjutan pada motor. Motor yang digunakan tidak dilengkapi rem sehingga lengan 2 dapat terus berputar meskipun motor telah di-off. Data validasi joint 2 dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Kecepatan rata-rata joint 2 sebesar 120 /detik. 43

59 15 Simpangan (mm) logika 1 pulsa encoder pewaktu -15 Pengujian ke- Gambar 34. Simpangan hasil validasi joint 3 pergerakan arah atas Simpangan (mm) logika 1 pulsa encoder pewaktu Pengujian ke- Gambar 35. Simpangan hasil validasi joint 3 pergerakan arah bawah Besar perbandingan simpangan joint 3 dengan metode perhitungan logika 1, perhitungan pulsa encoder, dan pewaktu dapat dilihat pada Gambar 34 dan Gambar 35. Metode perhitungan logika 1 yaitu penambahan variabel penghitung jika saat pembacaan pulsa yang terbaca adalah logika 1. Hasil validasi metode logika 1 memiliki simpangan terbesar gerakan arah bawah adalah 9 mm. Rata-rata simpangan sebesar 3.4 mm dengan ketelitian 96.5%. Gerakan ke atas memiliki simpangan terbesar 10 mm. Rata-rata simpangan sebesar 3.7 mm dengan ketelitian 96.3%. Data hasil validasi joint 3 dengan perhitungan logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. Besarnya simpangan karena frekuensi pulsa encoder mencapai 25 khz lebih besar dibandingkan dengan frekuensi program sebesar 1 khz. Hal ini menyebabkan ada pulsa yang tidak terhitung. 44

60 Hasil validasi joint 3 dengan perhitungan pulsa encoder memperoleh simpangan terbesar gerakan arah bawah adalah 10 mm. Rata-rata simpangan sebesar 3.7 mm dengan ketelitian 95.2%. Pergerakan joint 3 arah atas memiliki simpangan terbesar 10 mm. Rata-rata simpangan adalah 3.8 mm dengan ketelitian 95.2%. Data hasil validasi joint 3 dengan perhitungan perubahan logika pulsa 0 ke logika 1 dapat dilihat pada Lampiran 17 dan Lampiran 18. Besarnya simpangan karena frekuensi pulsa encoder lebih besar dibanding frekuensi program. Hal ini menyebabkan ada pulsa yang tidak terhitung. Metode ini lebih banyak pulsa yang tidak terhitung karena penambahan variabel penghitung setelah dilakukan dua kali pembacaan sensor. Jumlah variabel penghitung akan bertambah jika pembacaan pertama adalah logika 0 dan pembacaan kedua adalah logika 1. Besar simpangan joint 3 dengan pergerakan metode pewaktu memilik simpangan terbesar untuk gerakan arah bawah adalah 4 mm. Rata-rata simpangan 1.1 mm dengan ketelitian 98.8%. Gerakan arah atas memiliki simpangan terbesar 5 mm. Rata-rata simpangan 1.1 mm dengan ketelitian 98.7%. data hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 19 dan Lampiran 20. Penyebab simpangan pada metode ini adalah kecepatan putar motor berubahubah. Kecepatan motor berubah karena tegangan input yang tidak stabil. Tegangan input diambil dari hasil penyearah tegangan keluaran transformator tanpa melewati rangkaian penstabil tegangan. Kaecepatan rata-rata joint 3 pergerakan arah atas sebesar 25 mm/detik sedangkan kecepatan arah bawah 30 mm/detik. Hasil ketiga metode pergerakan joint 3 menunjukkan metode pewaktu memiliki ketelitian tertinggi. Kecepatan pembaca pulsa sebaiknya minimal dua kali lebih besar kecepatan pulsa yang dihasilkan oleh endcoder. Frekuensi pembaca pulsa yang lebih kecil membuat beberapa pulsa tidak terbaca sehingga menghasilkan error yang besar. Metode pewaktu digunakan untuk pergerakan sumbu vertikal manipulator dipilih karena memiliki ketelitian yang lebih baik. Besarnya simpangan pada joint 3 disebabkan oleh adanya perbuhan kecepatan putar motor dan perubahan kecepatan pewaktu (komputer). Kecepatan putar motor dipengaruhi oleh tegangan dan beban. Tegangan yang semakin kecil membuat kecepatan putar motor lebih lambat. Semakin besar beban yang diterima oleh motor menyebabkan putaran motor menjadi lebih lambat. Simpangan juga dapat disebabkan karena perubahan kecepatan pewaktu. Perhitungan pewaktu dilakukan dengan mengitung jumlah looping program. Kecepatan looping dipengaruhi oleh kecepatan pemrosesan komputer. 2. Pembebanan 900 g dan 2200 g Validasi dengan pembebanan dilakukan untuk memperoleh besar simpangan masingmasing joint karena variasi pembebanan. Beban 900 g digunakan sebagai perkiraan massa minimum end-effector, sedangkan beban 2200 g merupakan beban maksimum yang dapat diangkat oleh motor joint 3. Pembebanan 2200 g juga digunakan untuk menguji kekuatan link horisontal dan plat beton pemberat. Beban maksimum kekuatan link horisontal yang 45

61 direncanakan sebesar 5000 g serta beban maksimum yang dapat ditopang oleh manipulator sebesar 4000 g. Simpangan validasi masing-masing joint diambil dari pengujian manipulator secara keseluruhan. Hasil validasi joint 1 dengan pembebanan 900g putaran dapat dilihat pada Gambar 36 dan Gambar 37 sedangkan hasil pembebanan 2200g dapat dilihat pada Gambar 38 dan Gambar Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 36. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 900 g putaran arah kiri Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 37. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 900 g putaran arah kanan Simpangan terbesar hasil validasi joint 1dengan pembebanan 900g putaran arah kiri 2 dan simpangan pada putaran arah kanan 3. Simpangan rata-rata putaran arah kiri sebesar 0.6 dengan ketelitian 99 % sedangkan simpangan rata-rata putaran arah kanan sebesar 0.8 dengan ketelitian 98%. 46

62 Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 38. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 2200 g putaran arah kiri Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 39. Simpangan hasil validasi joint 1 pembebanan 2200 g putaran arah kanan Simpangan terbesar hasil validasi joint 1dengan pembebanan 2200g putaran arah kiri 2 dan simpangan pada putaran arah kanan 4. Simpangan rata-rata putaran arah kiri sebesar 0.4 dengan ketelitian 99 % sedangkan simpangan rata-rata putaran arah kanan sebesar 0.8 dengan ketelitian 94%. Hasil validasi joint 1 dengan pembebanan terlihat bahwa adanya pembebanan tidak mempengaruhi simpangan joint 1. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan kecepatan putar motor joint1. Kecepatan putar motor ditentukan oleh besar frekuensi pulsa yang dikirimkan ke motor stepper. 47

63 Simpangan joint 2 hasil validasi dengan pembebanan 900g dapat dilihat pada Gambar 40 dan Gambar 41 sedangkan hasil validasi dengan pembebanan 2200g dapat dilihat pada Gambar 42 dan Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 40. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 900 g putaran arah kanan Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 41. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 900 g putaran arah kiri Simpangan terbesar hasil validasi joint 2dengan pembebanan 900g putaran arah kanan 11 dan simpangan pada putaran arah kiri 13. Simpangan rata-rata putaran arah kanan sebesar 8.8 dengan ketelitian 91 % sedangkan simpangan rata-rata putaran arah kiri sebesar 8.8 dengan ketelitian 72%. 48

64 Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 42. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 2200 g putaran arah kanan Simpangan ( ) Pengujian ke- Gambar 43. Simpangan hasil validasi joint 2 pembebanan 2200 g putaran arah kiri Simpangan terbesar hasil validasi joint 2dengan pembebanan 2200g putaran arah kirikanan 17 dan simpangan pada putaran arah kiri 21. Simpangan rata-rata putaran arah kanan sebesar 12.9 dengan ketelitian 87 % sedangkan simpangan rata-rata putaran arah kiri sebesar 10.8 dengan ketelitian 66%. 49

65 Beban (g) Gambar 44. Perubahan simpangan joint 1 dan joint 2 putaran arah kiri akibat pembebanan Simpangan ( ) joint 1 joint Beban (g) Gambar 45. Perubahan simpangan joint 1 dan joint 2 putaran arah kanan akibat pembebanan Gambar 44 dan Gambar 45 menunjukkan perubahan simpangan joint 1 dan joint 2 akibat beberapa pembebanan. Simpangan joint 1 memiliki perubahan simpangan yang kecil. Pertambahan simpangan joint 1 disebabkan penghubung poros yang sedikit longgar. Simpangan joint 2 akibat pembebanan mengalami kenaikan. Semakin bersarnya simpangan disebabkan oleh peningkatan momen gaya akibat beban yang semakin besar. Momen gaya yang besar menyebabkan putaran joint masih berputar saat motor diberhentikan. Untuk mengurangi besar simpangan akibat pembebanan dapat dilakukan kalibrasi ulang pada joint 2. Simpangan joint 3dengan metode pewaktu hasil validasi dengan pembebanan 900g dapat dilihat pada Gambar 46 dan Gambar 47 sedangkan hasil validasi dengan pembebanan 2200g dapat dilihat pada Gambar 48 dan Gambar

66 Simpangan (mm) Pengujian ke- Gambar 46. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 900 g pergerakan arah atas Simpangan (mm) Pengujian ke- Gambar 47. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 900 g pergerakan arah bawah Simpangan terbesar hasil validasi joint 3dengan pembebanan 900g pergerakan arah atas 31 mm dan simpangan pada pergerakan arah bawah 28 mm. Simpangan rata-rata pergerakan arah atas sebesar 9.9 mm dengan ketelitian 96 % sedangkan simpangan rata-rata pergerakan arah bawah sebesar 6.8mm dengan ketelitian 96%. Simpangan akan semakin besar jika jarak input pergerakan semakin besar karena terjadi perubahan kecepatan pergerakan joint 3. Kecepatan joint 3 pergerakan arah atas 23 mm/detik dan pergerakan arah bawah 33mm/detik. 51

67 Simpangan (mm) Pengujian ke- Gambar 48. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 2200 g pergerakan arah atas Simpangan (mm) Pengujian ke- Gambar 49. Simpangan hasil validasi joint 3 pembebanan 2200 g pergerakan arah bawah Simpangan terbesar hasil validasi joint 3dengan pembebanan 2200 g pergerakan arah atas 45 mm dan simpangan pada pergerakan arah bawah 29 mm. Simpangan rata-rata pergerakan arah atas sebesar 19.8 mm dengan ketelitian 91 % sedangkan simpangan rata-rata pergerakan arah bawah sebesar 12 mm dengan ketelitian 96%. Simpangan akan semakin besar jika jarak input pergerakan semakin besar karena terjadi perubahan kecepatan pergerakan joint 3. Kecepatan joint 3 pergerakan arah atas 20 mm/detik dan pergerakan arah bawah 34 mm/detik. 52

68 Gambar 50. Perubahan simpangan joint 3 akibat pembebanan Besar perubahan simpangan pada joint 3 akibat pembebanan dapat dilihat pada Gambar 50. Akibat dari pembebanan menyebabkan kecepatan pergerakan joint 3 berubah. Kelemahan dari metode pewaktu adalah simpangan dipengaruhi oleh perubahan kecepatan motor. Salah satu penyebab kecepatan motor berubah adalah besar beban Pengujian Manipulator dari Posisi Switch Limit ke Koordinat Tujuan Pengujian manipulator dilakukan dengan memasukkan nilai koordinat x, y, dan z. Bentuk program pengendali pergerakan manipulator secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 39. Koordinat x=0 dan y=0 berada pada pusat putaran joint 1. Koordinat z=0 berada pada permukaan tanah. Urutan pergerakan manipulator yaitu dimulai dengan gerakan pada koordinat z, setelah koordinat z tercapai motor joint 1 dan joint 2 bergerak bersamaan sehingga ujung manipulator menuju koordinat x dan koordinat y. 53

69 simpangan x Simpangan (mm) simpangan y simpangan z Pengujian ke- Gambar 51. Hasil pengujian manipulator dari limit swicth ke koordinat tertentu tanpa beban pada ujung bebas manipulator Besar simpangan pada masing-masing sumbu koordinat manipulator untuk pengujian tanpa beban dapat dilihat pada Gambar 51. Simpangan koordinat z merupakan hasil simpangan joint 3. Simpangan joint 1 dan joint 2 menghasilkan besar simpangan koordinat x dan koordinat y. Besar simpangan terbesar koordinat x, koordinat y, dan koordinat z secara berurutan yaitu 33 mm, 28 mm, 6 mm. Simpangan rata-rata koordinat x, koordinat y, dan koordinat z secara berurutan yaitu 13.8 mm, 15.1 mm, dan 3.2 mm. Ketelitian rata-rata gerakan pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z yaitu 95.7%, 92.3%, dan 99.4%. Pengujian manipulator dengan beban 900 g menghasilkan simpangan rata-rata yang lebih besar dibandingkan pengujian tanpa beban. Simpangan rata-rata gerakan koordinat x, koordinat y, dan koordinat z secara berurutan sebesar 48.8 mm, 43.2 mm, 9.9 mm. Bertambah besarnya simpangan rata-rata pada koordinat tiga dimensi disebabkan oleh simpangan beberapa joint yang semakin besar. Pada joint 1 memiliki simpangan rata-rata yang tidak berbeda jauh dengan pengujian tanpa beban. Pengujian manipulator tanpa beban, simpangan rata-rata joint 1 sebesar 0.7 sedangkan pada pengujian dengan beban 900 g simpangan rata-rata joint 1 sebesar 0.6. Simpangan rata-rata joint 2 dan joint 3 menunjukkan peningkatan yang yang cukup besar. Pembebanan 900 g memberikan simpangan rata-rata joint 2 dan joint 3 sebesar 8.8 dan 9.9 mm. Simpangan pada joint 2 disebabkan oleh momen gaya pada lengan yang semakin besar dengan pembebanan yang lebih besar. Simpangan joint 3 disebabkan oleh pembebanan yang lebih besar menurunkan kecepatan putar motor untuk menggerakkan ke atas. Oleh karena itu pengendalian putaran joint 3 menggunakan mode pewaktu, menghasilkan simpangan yang lebih besar. Ketelitian rata-rata gerakan pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z secara berurutan yaitu 85.9%, 82.3%, dan 98.5%. Simpangan pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z dapat dilihat pada Gambar

70 Gambar 52. Hasil pengujian limit ke koordinat dengan beban 900 g. Beban yang semakin besar menyebabkan simpangan pada koordinat tiga dimensi semakin besar. Pengujian manipulator dengan pembebanan 2200 g menghasilkan simpangan rata-rata pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z sebesar 62.6 mm, 60.3 mm, serta 21.2 mm. Simpangan ratarata yang lebih besar dibandingkan dengan pembebanan yang lebih kecil karena nilai simpangan pada joint 2 dan joint 3semakin membesar. Pemebanan 2200 g menghasilkan simpangan rata-rata pada masing-masing joint sebesar 0.5 untuk joint 1, 12.9 untuk joint 2, dan 21.2 untuk joint 3. Ketelitian rata-rata manipulator dengan pembebanan 2200 pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z sebesar 82.7%, 78.4%, dan 96.5%. Simpangan pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z dapat dilihat pada gambar 56. Pertambahan simpangan pada koordinat x, koordinat y, dan koordinat z oleh penambahan beban dapat dilihat pada Gambar Simpangan (mm) Pengujian ke- simpangan x simpangan y simpangan z Gambar 53. Hasil pengujian pergerakan dari posisi limit switch ke koordinat tertentu dengan beban 2200 g. 55

71 Simpangan (mm) koordinat x koordinat y koordinat z Gambar 54. Perubahan simpangan koordinat x, koordinat y, dan koordinat z dengan penambahan beban. Pembebanan (g) 5.6. Pengujian Manipulator Point to Point Pengujain manipulator dari mode gerakan point to point dilakukan dengan tiga metode yaitu: tanpa beban, beban 900 g, dan beban 2200 g. Manipulator digerakkan ke koordinat tertentu dari limit switch kemudian manipulator digerakkan ke koordinat berikutnya secara langsung. Pada setiap pengujian manipulator digerakkan keposisi keempat titik koordinat tertentu. Simpangan dihitung dari koordinat (0,0,0) serta perubahan simpangan pada masing-masing joint saat digerakkan keposisi keempat titik koordinat. Pengujian tanpa beban menghasilkan simpangan rata-rata koordinat x 27.4 mm, koordinat y 29.2 mm, dan koordinat z 2.8 mm. Ketelitian pada koordinat x 92.5%, koordinat y 87.8%, dan koordinat z 99.4%. Besar simpangan pada masing-masing joint dengan gerakan ke koordinat 1, koordinat 2, koordinat 3, dan koordinat 4 semakin membesar dapat dilihat pada Gambar

72 Simpangan (mm) simpangan joint 1 simpangan joint 2 simpangan joint Koordinat ke- Gambar 55. Perubahan simpangan masing-masing joint untuk mode gerakan koordinat ke titik koordinat lain tanpa beban Pengujian manipulator dengan beban 900 g menghasilkan simpangan yang lebih besar dibandingkan tanpa beban. Simpangan rata-rata pada koordinat x sebesar 41.8 mm, simpangan pada koordinat y 49.4 mm, dan simpangan pada koordinat z 17.9 mm. Besar simpangan tersebut disebabkan oleh simpangan pada masing-masing joint bertambah besar. Simpangan pada masingmasing joint bertambah besar karena adanya pembebanan serta akumulasi simpangan. Besar peningkatan simpangan pada masing-masing joint dapat dilihat pada Gambar Simpangan (mm) simpangan joint 1 simpangan joint 2 simpangan joint Koordinat ke- Gambar 56. Perubahan simpangan masing-masing joint untuk mode gerakan dari titik koordinat ke titik koordinat lain dengan pembebanan 900 g. Simpangan pada masing-masing koordinat koordinat tiga dimensi menjadi lebih besar dengan bertambahnya pembebanan menjadi 2200 g. Simpangan rata-rata pada koordinat x, koordinat y, dan 57

73 koordinat z secara berurutan diperoleh sebesar 93.8 mm, 90.5 mm, dan 51.6 mm. Ketelitian rata-rata pada koordinat x adalah 72.8%, koordinat y 65.8 mm, koordinat z 90.9%. Beban yang semakin besar serta akumulasi simpangan membuat simpangan pada masing-masing joint membesar. Besar perubahan simpangan pada masing-masing joint dapat dilihat pada Gambar Simpangan (mm) simpangan joint 1 simpangan joint 2 simpangan joint Koordinat ke- Gambar 57. Perubahan simpangan masing-masing joint gerakan koordinat ke koordinat dengan pembebanan 2200 g. 58

74 VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan 1. Modifikasi berhasil dilakukan dan menghasilkan ruang pergerakan manipulator yang lebih kecil dan luas daerah jangkauan target yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. 2. Simpangan manipulator semakin bertambah jika dilakukan pembebanan. Umumnya perubahan simpangan terbesar dialami oleh joint 2 dan joint 3. Besar simpangan rata-rata pengujian tanpa beban koordinat x 13.8 mm, koordinat y 15.1 mm, dan koordinat z 3.2 mm. Ketelitian rata-rata pengujian tanpa beban koordinat x 95.7%, koordinat y 92.3 %, dan koordinat z 99.4%. Pada pengujian dengan pembebanan 900g diperoleh simpangan rata-rata koordinat x 45.8 mm, koordinat y 43.2 mm, dan koordinat z 9.9 mm. Besar ketelitian dengan pembebanan 900g pada koordinat x 85.9%, koordinat y 82.3%, dan koordinat z 98.5%. Pembebanan juga dilakukan dengan beban 2200g, diperoleh simpangan koordinat x 62.6 mm, koordinat y 60.2 mm, dan koordinat z 21.2 mm. Besar ketelitian masing-masing koordinat dengan pembebanan 2200 g secara berurutan 82.6%, 78.4%, dan Simpangan yang diperoleh dari hasil modifikasi ini memiliki simpangan yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Graha (2007) dan Saleh (2008) Saran Beberapa bagian atau komponen manipulator perlu dilakukan beberapa penyempurnaan agar dihasilkan manipulator yang lebih baik. Poros penghubung putaran joint 1 terhadap keseluruhan manipulator perlu dilakukan perbaikan. Poros ini kurang kuat menyangga keseluruhan manipulator sehingga manipulator mengalami kemiringan. Penggantian sistem interface dapat dilakukan dengan sistem interface lain dengan pemrograman yang lebih cepat. Pada joint 2 perlu ditambahkan sistem pengereman untuk menanggulangi momen gaya yang dihasilkan. Motor joint 3 dapat diganti dengan motor bertegangan rendah agar manipulator dapat menggunakan baterai sebagai sumber tenaga. Selain itu, dapat juga dilakukan penggantian incremental encoder dengan absolute encoder pada masingmasing joint. Pengembangan selanjutnya dapat dilakukan penambahan komponen untuk menjadikan robot pemanen yang seutuhnya. 59

75 DAFTAR PUSTAKA Belforte et al Robot design and testing for greenhouse applications. [20 Agustus 2011]. Forum Tentor Metode Cling Semua Rumus Matematika SMA. Yogyakarta. Pustaka Widyatama Gumugar Dodi dan Marwito Utomo,Eko LabVIEW Introductions Course Manual. Depok. Politeknik Negeri Jakarta. Graha B Setyadi Desain dan Pengujian Manipulator Robot Pemanen Buah Dalam Lingkungan Greenhouse [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kondo N dan K C Ting Robotics for Bioproduction System. USA. ASAE. Okamoto T Constitution of bioproduction robot. In: Graha B Setyadi (ed). Desain dan Pengujian Manipulator Robot Pemanen Buah Dalam Greenhouse [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Prajnanta, Final Melon. Jakarta. Penebar Swadaya. Saleh, Rahmat Modifikasi Manipulator Tipe Koordinat Silinder Untuk Robot Pemanen Buah Dalam Greenhouse [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Suhardiyanto, Herry Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah Pemodelan dan Pengndalian Lingkungan. Bogor. IPB Press. Sularso dan K. Suga Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta. Pradnya Pramita. Tugiyono, Herry Bertanam Tomat. Jakarta. Penebar Swadaya Whardana, A Desain dan Pengujian End-effector Robot Pemanen Cabai Merah [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 60

76 LAMPIRAN 61

77 Lampiran 1. Tahapan Penelitian Mulai Memilih dan menentukan bagian manipulator yang akan dimodifikasi Disain kasar bentuk modifikasi manipulator Mencari komponen konstruksi utama di pasaran Memodifikasi ulang komponen konstruksi sehingga sesuai dengan disain yang diinginkan Pembuatan prototipe Pengintegrasian antara komponen mekanik dengan elektronik Uji fungsional alat Berhasil Tidak Modifikasi Ya Pembuatan program pengendalian manipulator Pengujian Selesai 62

78 Lampiran 2. Diagram alir program pengendalian manipulator Mulai Bergerak ke limit switch Masukkan titik koordinat ruang Tidak Titik koordinat masih dalam jangkauan Ya Perhitungan konversi Joint 3 bergerak sesuai koordinat Joint 1 dan joint 2 bergerak bersamaan sesuai koordinat Ke koordinat selanjutnya Ya Tidak Selesai 63

79 Lampiran 3. Kalibrasi motor joint 3 Arah kiri Arah kanan No sudut sudut Timer (ms) ( ) Timer (ms) ( )

80 Lampiran 4. Koreksi motor joint 1 No Arah kiri Arah kanan Sudut input ( ) Sudut aktual ( ) Simpangan ( ) Sudut input ( ) Sudut aktual ( ) Simpangan ( )

81 Lampiran 5. Validasi motor joint 1 putaran arah kiri Pengujian Sudut input ( ) Sudut aktual ( ) Simpangan ( ) Ketepatan (%) Error (%) Rata-rata

82 Lampiran 6. Validasi motor joint 1putaran arah kanan Pengujian sudut input ( ) sudut aktual ( ) simpangan ( ) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

83 Lampiran 7. Koreksi persamaan kalibrasi awal sudut putar joint 2. Arah kanan Arah kanan No pulsa sudut perhitungan ( ) sudut aktual ( ) simpangan ( ) pulsa sudut perhitungan ( ) sudut aktual ( ) simpangan ( ) rata-rata simpangan sudut ( ) 8.2 rata-rata simpangan sudut ( ) 8.7 nilai kelebihan (pulsa) 9 nilai kelebihan (pulsa) 9 68

84 Lampiran 8. Validasi motor joint 2 putaran arah kiri Pengujian sudut input ( ) sudut aktual ( ) simpangan ( ) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

85 Lampiran 9. Validasi motor joint 2 putaran arah kanan Pengujian sudut input ( ) sudut aktual ( ) simpangan ( ) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

86 Lampiran 10. Kalibrasi motor joint 3 logika 1 No Gerakan ke atas Gerakan ke bawah Pulsa Jarak (mm) Pulsa Jarak (mm)

87 Lampiran 10. Kalibrasi motor joint 3 logika 1(lanjutan) No Gerakan ke atas Gerakan ke bawah Pulsa Jarak (mm) Pulsa Jarak (mm)

88 Lampiran 11. Koreksi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah atas No Input (mm) Aktual (mm) Simpangan (mm)

89 Lampiran 12. Koreksi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah bawah No Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm)

90 Lampiran 13. Validasi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah atas Pengujian jarak input (mm) jarak aktual (mm) simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

91 Lampiran 14. Validasi motor joint 3 logika 1 pergerakan arah bawah Pengujian jarak input (mm) jarak aktual (mm) simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

92 Lampiran 15. Kalibrasi motor joint 3 pulsa encoder No Gerakan ke atas Gerakan ke bawah Pulsa Jarak (mm) Pulsa Jarak (mm)

93 Lampiran 16. Koreksi motor joint 3 pulsa encoder Gerakan arah atas Gerakan arah bawah No Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm) Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm)

94 Lampiran 17. Hasil validasi motor joint 3 pulsa encoder pergerakan arah atas Pengujian Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

95 Lampiran 18. Hasil validasi motor joint 3 pulsa encoder pergerakan arah bawah Pengujian Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

96 Lampiran 19. Hasil validasi motor joint 3 pewaktu pergerakan arah atas Pengujian Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

97 Lampiran 20. Hasil validasi motor joint 3 pewaktu pergerakan arah bawah Pengujian Jarak input (mm) Jarak aktual (mm) Simpangan (mm) Ketepatan (%) Eror (%) Rata-rata

98 Lampiran 21. Hasil pengujian manipulator dari limit switch ke koordinat tujuan tanpa beban input aktual simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%) Rata-rata

99 Lampiran 21. Hasil pengujian menipulator dari limit switch ke koordinat tujuan tanpa beban (lanjutan) joint 1 joint 2 joint 3 No input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

100 Lampiran 22. Hasil pengujian manipulator dari limit switch ke koordinat tujuan pembebanan 900 g Input Aktual Simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (%) y (%) z (%) Rata-rata

101 Lampiran 22. Hasil pengujian manipulator dari limit switch ke koordinat tujuan pembebanan 900 g (lanjutan) Joint 1 Joint 2 Joint 3 No input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

102 Lampiran 23. Hasil pengujian manipulator dari limit switch ke koordinat tujuan dengan pembebanan 2200 g Input Aktual Simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (%) y (%) z (%) Rata-rata

103 Lampiran 24. Hasil pengujian manipulatordari limit switch ke koordinat tujuan dengan pembebanan 2200 g (lanjutan) Joint 1 Joint 2 Joint 3 No input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

104 Lampiran 24. Hasil pengujian manipulator point to point tanpa beban No input aktual simpangan Ketelitian x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%)

105 Lampiran 24. Hasil pengujian manipulator point to point tanpa beban (lanjutan) input aktual simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%) Rata-rata simpangan mutlak

106 Lampiran 24. Hasil pengujian manipulator point to point tanpa beban (lanjutan) No joint 1 joint 2 joint 3 input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm)

107 Lampiran 24. Hasil pengujian manipulator point to point tanpa beban (lanjutan) No joint 1 joint 2 joint 3 input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

108 Lampiran 25. Hasil pengujian menipulator point to point pembebanan 900 g No input aktual simpangan Ketelitian x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%)

109 Lampiran 25. Hasil pengujian menipulator point to point pembebanan 900 g (lanjutan) input aktual simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%) Rata-rata simpangan mutlak

110 Lampiran 25. Hasil pengujian menipulator point to point pembebanan 900 g (lanjutan) No joint 1 joint 2 joint 3 input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm)

111 Lampiran 25. Hasil pengujian menipulator point to point pembebanan 900 g (lanjutan) joint 1 joint 2 joint 3 No input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

112 Lampiran 26. Hasil pengujian manipulator point to point pembebanan 2200 g No input aktual simpangan Ketelitian x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%)

113 Lampiran 26. Hasil pengujian manipulator point to point pembebanan 2200 g (lanjutan) input aktual simpangan Ketelitian No x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x (mm) y (mm) z (mm) x(%) y(%) z(%) Rata-rata simpangan mutlak

114 Lampiran 26. Hasil pengujian manipulator point to point pembebanan 2200 g (lanjutan) No joint 1 joint 2 joint 3 input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm)

115 Lampiran 26. Hasil pengujian manipulator point to point pembebanan 2200 g (lanjutan) No joint 1 joint 2 joint 3 input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input ( ) aktual ( ) simpangan ( ) input (mm) aktual (mm) simpangan (mm) Rata-rata

116 Lampiran 27. Gambar konstruksi 101

117 Lampiran 27. Gambar konstruksi (lanjutan) 102

118 Lampiran 28. Program pengendali motor joint 1 arah kanan 103

119 Lampiran 29. Program pengendali motor joint 1 arah kiri 104

120 Lampiran 30. Program pengendali motor joint 2 arah kanan 105

121 Lampiran 31. Program pengendali motor joint 2 arah kiri 106

122 Lampiran 32. Program pengendali motor joint 3 logika 1 arah atas 107

123 Lampiran 33. Program pengnedali motor joint 3 logika 1 arah bawah 108

124 Lampiran 34. Program pengendali motor joint 3 pulsa encoder arah atas 109

125 Lampiran 35. Program pengendali motor joint 3 pulsa encoder arah bawah 110

126 Lampiran 36. Program pengendali motor joint 3 pewaktu arah atas 111

127 Lampiran 37. Program pengendali motor joint 3 pewaktu arah bawah 112

128 Lampiran 38. Program kalibrasi koordinat( x,y) menjadi nilai sudut putar 113

129 Lampiran 38. Program kalibrasi koordinat xy menjadi nilai sudut putar (lanjutan) 114

130 Lampiran 39. Program pengendali manipulator keseluruhan (front panel) 115

131 Lampiran 39. Program pengendali manipulator keseluruhan (blok diagram) 116

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Greenhouse. 2.2 Robot Bio-Produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Greenhouse. 2.2 Robot Bio-Produksi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Greenhouse Menurut Suhardiyanto (2009) greenhouse pada umumnya dibangun menggunakan kaca sebagai atap dan dinding. Itulah sebabnya greenhouse lebih identik dengan glasshouse kemudian

Lebih terperinci

III. PENDEKATAN DISAIN

III. PENDEKATAN DISAIN III. PENDEKATAN DISAIN 3.1. Kriteria Disain Manipulator direncanakan untuk robot pemanen buah di dalam greenhouse sehingga manipulator harus mampu bergerak dan mencapai ruang tumbuh yang tersedia. Beberapa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN LABVIEW Setya Permana Sutisna 1, I Dewa Made Subrata 2

PENGENDALIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN LABVIEW Setya Permana Sutisna 1, I Dewa Made Subrata 2 PENGENDALIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN LABVIEW Setya Permana Sutisna 1, I Dewa Made Subrata 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2011 di Lab. Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN PERTANIAN DALAM GREENHOUSE

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN PERTANIAN DALAM GREENHOUSE MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN KOMODITAS PERTANIAN DALAM GREENHOUSE SKRIPSI Oleh : RAHMAT SALEH F14103084 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN PERTANIAN DALAM GREENHOUSE

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN PERTANIAN DALAM GREENHOUSE MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN KOMODITAS PERTANIAN DALAM GREENHOUSE SKRIPSI Oleh : RAHMAT SALEH F14103084 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F

SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F14102059 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F

SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F SKRIPSI DISAIN DAN PENGUJIAN MANIPULATOR ROBOT PEMANEN BUAH DALAM LINGKUNGAN GREENHOUSE OLEH BASUKI SETYADI GRAHA F14102059 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

Arti Kata & Definisi Robot

Arti Kata & Definisi Robot Materi #10 Arti Kata & Definisi Robot 2 Arti kata robot Robot berasal dari bahasa Cekoslovakia: robota yang berarti pekerja paksa (forced worker). Definisi robot Menurut Kamus Webster: Robot adalah sebuah

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, 92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu

Lebih terperinci

PENGENALAN ROBOTIKA. Keuntungan robot ini adalah pengontrolan posisi yang mudah dan mempunyai struktur yang lebih kokoh.

PENGENALAN ROBOTIKA. Keuntungan robot ini adalah pengontrolan posisi yang mudah dan mempunyai struktur yang lebih kokoh. PENGENALAN ROBOTIKA Manipulator robot adalah sistem mekanik yang menunjukkan pergerakan dari robot. Sistem mekanik ini terdiri dari susunan link(rangka) dan joint (engsel) yang mampu menghasilkan gerakan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Waktu dan Tempat Penelitian III TINJAUAN PUSTAKA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 November 2012 di laboratorium lapangan Siswadi Supardjo, Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros 46 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggerak Poros Ulir Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros ulir sebagai pengubah gaya puntir motor menjadi gaya dorong pada meja kerja

Lebih terperinci

PERTEMUAN #8 ROBOT INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PERTEMUAN #8 ROBOT INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL ROBOT INDUSTRI Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer- Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 7 PERTEMUAN #8 TKT312 OTOMASI

Lebih terperinci

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

Mulai. Memilih dan menentukan bagian manipulator yang akan dimodifikasi. Disain kasar bentuk modifikasi manipulator

Mulai. Memilih dan menentukan bagian manipulator yang akan dimodifikasi. Disain kasar bentuk modifikasi manipulator LAMPIRAN 61 Lampiran 1. Tahapan Penelitian Mulai Memilih dan menentukan bagian manipulator yang akan dimodifikasi Disain kasar bentuk modifikasi manipulator Mencari komponen konstruksi utama di pasaran

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.1-2012 PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Usep Mohamad Ishaq 1), Sri Supatmi 2), Melvini Eka Mustika

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang dilakukan adalah studi literature, survey, perancangan dan eksperimen dengan dengan penjabaran berikut : 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC TENANG DWI WIBOWO 2110 030 041 Dosen Pembimbing: Ir. Winarto, DEA Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor 3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Rangkaian mekanik berfungsi untuk menunjang mekanisme gerak vertikal. Pada platform yang akan dibuat pembuatan rangkaian ini menggunakan komponen mekanik

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LENGAN ROBOT PENGAMBIL DAN PENYUSUN KOTAK OTOMATIS BERDASARKAN WARNA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 32

PERANCANGAN LENGAN ROBOT PENGAMBIL DAN PENYUSUN KOTAK OTOMATIS BERDASARKAN WARNA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 32 PERANCANGAN LENGAN ROBOT PENGAMBIL DAN PENYUSUN KOTAK OTOMATIS BERDASARKAN WARNA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 32 Ditulis sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Diploma Tiga)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL Tahapan analisis rancangan merupakan tahap yang paling utama karena di tahap inilah kebutuhan spesifik masing-masing komponen ditentukan. Dengan mengacu pada hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah V HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah Tahapan identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui masalah serta kebutuhan yang diperlukan agar otomasi traktor dapat dilaksanakan. Studi pustaka dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH Michael Wijaya, Didi Widya Utama dan Agus Halim Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: mchwijaya@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK Judhistira Freily Mamahit 1), Stenly Tangkuman 2), Michael Rembet 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sistem kemudi berfungsi untuk membelokan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR DC SERVO SEBAGAI PENGGERAK UTAMA LENGAN ROBOT BERJARI PENGIKUT GERAK LENGAN MANUSIA BERBASIS MIKROKONTROLER LAPORAN AKHIR

PENGGUNAAN MOTOR DC SERVO SEBAGAI PENGGERAK UTAMA LENGAN ROBOT BERJARI PENGIKUT GERAK LENGAN MANUSIA BERBASIS MIKROKONTROLER LAPORAN AKHIR PENGGUNAAN MOTOR DC SERVO SEBAGAI PENGGERAK UTAMA LENGAN ROBOT BERJARI PENGIKUT GERAK LENGAN MANUSIA BERBASIS MIKROKONTROLER LAPORAN AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 67 Telp & Fax. 5566 Malang 655 KODE PJ- PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II Sistem Penggerak Satu Sumbu Menggunakan Motor Stepper DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV A Nama Mahasiswa Nim Fahmi Ahmad Husaeni 201302025 Iqbal Auliadin 201302009 Yova Mavriliana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD

ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD Analisis Penggerak Pada Sistem Pengaman Pintu. (Gandung Listiono) 163 ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD ANALYSIS OF ACTIVATOR OF PASSWORDED DOOR SECURITY SYSTEM Oleh: Gandung Listiono

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KENDALI PADA ROBOT PEMANJAT DINDING DESIGN CONTROL OF WALL CLIMBING ROBOT.

RANCANG BANGUN KENDALI PADA ROBOT PEMANJAT DINDING DESIGN CONTROL OF WALL CLIMBING ROBOT. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3247 RANCANG BANGUN KENDALI PADA ROBOT PEMANJAT DINDING DESIGN CONTROL OF WALL CLIMBING ROBOT 1 Fauzan Dwi Septiansyah, 2 Mohammad

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem yang dirancang. Teori-teori yang digunakan dalam realisasi skripsi ini antara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Alat Adapun urutan pengujian alat meliputi : - Pengujian sistem elektronik - Pengujian program dan mekanik 4.1.1 Pengujian Sistem Elektronik Pengujian sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan panganyang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Elvys, (2015) menyatakan untuk memenuhi kebutuhan mesin perkakas CNC bagi workshop industri kecil dan atau sebagai media pembelajaran pada institusi pendidikan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMINDAH BATERAI MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK BEBAN MAKSIMAL 18 KG

PERANCANGAN ALAT PEMINDAH BATERAI MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK BEBAN MAKSIMAL 18 KG 1 PERANCANGAN ALAT PEMINDAH BATERAI MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK BEBAN MAKSIMAL 18 KG Fadwah Maghfurah 1 S.Rahardjo 2 Achmad Suprayogo 3 fmaghfurah@yahoo.com Soegiatmo.rahardjo@yahoo.co.id Ach.Supra@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut; BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci